• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA DENGAN KEMAMPUAN MEMBENTUK IMPERATIVSÄTZE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGONJUGASIKAN VERBA DENGAN KEMAMPUAN MEMBENTUK IMPERATIVSÄTZE."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Bensch, N dan Stetter, M. (2007). Mein Deutscbuch. [online]. Tersedia:

http://www.mein-deutschbuch.de/lernen.php?menu_id=32#einfuehrung. [13

Mei 2012]

Bensch, N dan Stetter, M. (2007). Mein Deutscbuch. [online]. Tersedia: http://www.mein-deutschbuch.de/lernen.php?menu_id=155. [12 September 2012]

Dinsel, S dan Geiger, S. (2009). Großes Übungsbuch Grammatik. Ismaning: Hueber Verlag.

Dreyer, H dan Schmitt, R (2001). Lehr- und Übungsbuch der deutschen Grammatik. Ismaning: Verlag für Deutsch.

Engel, U. (1988). Deutsche Grammatik.München: IUDICIUM.

Engel, U. (2009). Deutsche Grammatik Neubearbeitung. München: IUDICIUM.

Funk, H., Kuhn, C dan Demme, S. (2007). Studio d A2 Deutsch als Fremdsprache.

Berlin: Cornelsen Verlag.

Funk, H., König, M dan Rohrman, L. (2011). Verblexikon Deutsch als Fremdsprache mit Konjugationstabellen und Beisspielsätzen. Berlin: Cornelsen Verlag.

Hardjono, T., Marbun,E. dan Nainggolan, S. (2006). Kontakte Deutsch 1. Jakarta : Katalis.

(2)

Hentschel, E. dan Weydt, H. (2003). Handbuch der deutschen Grammatik (3.Auflage). Berlin : Walter de Gruyter GmbH.

Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Neubold, J. (2008). Grammatik Kurz und Bündig Deutsch (Der Klassiker zum schnnellen Nachschlagen). Stuttgart: PONS.

Neubold, J. (2011). Grammatik Kurz und Bündig Deutsch (Mit dem Leicht. Merk System). Stuttgart: PONS.

Purwanto,N. (2010). Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Riduwan. (2010). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Sommerfeldt, K dan Starke, G. (1992). Einführung in die Grammatik der deutschen Gegenwartsprache 2. Neubearbeite Auflage. Tübingen: Nax Niemeyer Verlag.

Stang, C dan Steinhauer, A. (2007). Duden Komma, Punkt und alle anderen Satzzeichen. Mannheim : Dudenverlag

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kalimat merupakan salah satu komponen bahasa yang memiliki

satuan-satuan kecil di dalamnya, seperti frase, kata, dan yang terkecil adalah huruf.

Kalimat yang paling singkat biasanya terdiri atas subjek dan predikat.

Kalimat yang terdiri atas subjek dan predikat tersebut sering dikatakan kalimat

standar menurut aturan ketatabahasaan baik dalam bahasa Indonesia maupun

bahasa asing lainnya, dalam hal ini bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman,

pembentukan kalimat sangat bergantung pada subjek yang digunakan.

Kalimat juga dapat dibedakan menurut fungsinya, misalnya kalimat berita,

kalimat tanya dan kalimat perintah. Semua jenis kalimat ini masing-masing

memiliki ciri, baik tanda baca dalam bahasa tulisan maupun intonasi dalam bahasa

lisan. Misalnya, kalimat berita biasanya diakhiri dengan titik (.), kalimat tanya

diakhiri dengan kata tanya (?), sedangkan untuk kalimat perintah atau kalimat

seruan digunakan tanda baca titik (.) atau tanda seru (!).

Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang pembentukan kalimat

Imperativ (Imperativsätze) dalam bahasa Jerman.

Imperativsätze adalah kalimat yang digunakan untuk memberikan

perintah, ajakan, undangan, permohonan, saran dan harapan.

(4)

akrab plural yaitu ihr. Oleh karena itu, pembentukannya pun ada tiga bentuk yaitu

Sie-Form, du-Form, dan ihr-Form dan. Imperativsätze juga dibedakan menurut

fungsinya, yaitu ajakan, larangan, permintaan, undangan, permohonan, dan

harapan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kalimat hanya dibedakan atas

fungsinya saja. Tidak ada ciri khusus baik untuk orang kedua tunggal, orang

kedua jamak maupun bentuk formal.

Dalam membentuk kalimat bahasa Jerman, verba harus sesuai dengan

subjek, jumlah subjek, kala dan modus. Demikian halnya dengan pembentukan

Imperativsätze. Bagi pembelajar baru bahasa Jerman pembentukan Imperativsätze

terkadang sulit karena verba yang digunakan berubah dari bentuk Indikativ

menjadi bentuk Imperativ.

Dalam bahasa Jerman juga dikenal tiga jenis verba yang tidak ada dalam

bahasa Indonesia, yaitu verba lemah (schwache Verben), verba kuat (starke

Verben) serta verba campuran (gemischte Verben). Kata kerja lemah (schwache

Verben) dikonjugasikan secara beraturan atau regelmäβig sedangkan kata kerja

kuat dan kata kerja campuran dikonjugasikan secara tidak beraturan atau

unregelmäβig.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Alit Susialita Indriyani (2010)

sebelumnya, telah dibahas bagaimana kesalahan siswa dalam membentuk

Imperativsätze. Salah satu kesalahan dalam pembentukan Imperativsätze adalah

penggunaan konjugasi verba yang kurang tepat. Dalam penelitian tersebut

dikatakan bahwa kesalahan siswa dalam membentuk Imperativsätze diantaranya :

(5)

Du machst viele Fehler. Machst nicht so viele Fehler bitte.

Du bist nicht fleißig. Bist bitte fleißig.

Ihr sprecht nicht Deutsch. Spricht bitte Deutsch.

Ihr seid nicht fleißig. Sind bitte fleißig.

Sie sind nicht aufmerksam. Sind Sie doch bitte aufmerksam.

Hal ini sesuai dengan pengalaman peneliti ketika baru mempelajari bahasa

Jerman, kesulitan yang peneliti temui adalah mengubah verba bentuk Indikativ

menjadi bentuk Imperativ yang benar.

Hal ini terjadi pula pada siswa di SMA yang mempertanyakan perubahan

yang terjadi pada Imperativ dengan kalimat Indikativ Präsens yang sudah mereka

kenal sebelumnya. Seperti : Du kommst immer zu spät in die Schule. Jika kalimat

tersebut diubah menjadi kalimat perintah bentuknya akan menjadi Komm nicht zu

spät in die Schule!. Menghilangnya akhiran st pada kata kerja kommst serta tidak

digunakan kembali pronomina persona „du” inilah merupakan kesulitan bagi

siswa sebagai pembelajar pemula bahasa Jerman.

Kebanyakan siswa melakukan kesalahan dalam membentuk

Imperativsätze pada penggunaan konjugasi verba, posisi verba dan penggunaan

pronomina persona. Seperti terlihat dalam contoh kesalahan siswa yang diambil

(6)
[image:6.595.106.518.114.554.2]

Tabel 1.a Kesalahan Siswa

Kesalahan Contoh Seharusnya

Konjugasi verba Kommst früher. Komm früher.

Ess weniger. Iss weniger.

Raucht Sie nicht hier. Rauchen Sie nicht hier.

Posisi verba Drei Tage im Bett bleibt. Bleib drei Tage im Bett.

Die Tafel schreib an die Antwort.

Schreib die Antwort an die Tafel.

Penggunaan pronomina

persona

Waschst du die Hände. Wasch die Hände

Rauchen nicht hier. Rauchen Sie nicht hier.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan kemampuan mengonjugasikan verba dengan

kemampuan membentuk Imperativsätze. Penelitian ini dirumuskan dengan judul

“Hubungan Kemampuan Mengonjugasikan Verba dengan Kemampuan

Membentuk Imperativsätze

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam memahami konjugasi verba?

2. Apakah kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengonjugasikan verba?

3. Mengapa siswa memiliki kesulitan dalam mengonjugasikan verba?

4. Bagaimana kemampuan siswa dalam membentuk Imperativsätze?

5. Apakah kesulitan yang dihadapi siswa dalam membentuk Imperativsätze?

6. Mengapa siswa memiliki kesulitan dalam membentuk Imperativsätze?

(7)

8. Apakah dengan memahami konjugasi verba, siswa mampu membentuk

Imperativsätze lebih baik?

9. Adakah hubungan antara penguasaan konjugasi verba dengan kemampuan

pembentukan Imperativsätze?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian yang akan dilakukan tidak meluas, maka penelitian ini

dibatasi pada :

1. Kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba kuat dan verba campuran

bentuk Indikativ Präsens.

2. Kemampuan siswa dalam membentuk Imperativsätze.

3. Hubungan kemampuan mengonjugasikan verba dengan kemampuan

membentuk Imperativsätze.

4. Kontribusi kemampuan mengonjugasikan verba dengan kemampuan

membentuk Imperativsätze.

D. Rumusan Masalah

Setelah masalah diidentifikasi, maka dapat dirumuskan masalah yang akan

dibahas pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba kuat dan

campuran bentuk Indikativ Präsens?

(8)

3. Bagaimana hubungan kemampuan mengonjugasikan verba dengan

kemampuan membentuk Imperativsätze?

4. Berapa besar kontribusi kemampuan mengonjugasikan verba dengan

kemampuan membentuk Imperativsätze?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam mengonjugasikan

verba kuat dan campuran bentuk Indikativ Präsens.

2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam membentuk

Imperativsätze.

3. Untuk mengetahui hubungan kemampuan mengonjugasikan verba dengan

kemampuan membentuk Imperativsätze.

4. Untuk mengetahui kontribusi kemampuan mengonjugasikan verba dengan

kemampuan membentuk Imperativsätze.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan beberapa

manfaat, di antaranya :

1. Bagi pengajar, penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan guna mendapatkan

informasi tentang sejauh mana hubungan kemampuan mengonjugasikan

verba dengan kemampuan membentuk Imperativsätze bagi siswa sebagai

(9)

2. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

kemampuan mengonjugasikan verba dalam bahasa Jerman dan membentuk

Imperativsätze.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dalam

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis

kegiatan penelitan korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang

dilakukan peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau

lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang

sudah ada. (Arikunto 2010: 03)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua

variabel atau lebih dengan menggunakan teknik analisis korelasi untuk

mengetahui berapa besar hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Sukabumi pada semester ganjil

tahun pelajaran 2012/2013.

C. Variabel dan Desain Penelitian

Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel

bebas (X) atau yang sering disebut predictor dan variabel terikat (Y) atau

(11)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “kemampuan mengonjugasikan

verba”, sedangkan variabel terikatnya adalah “kemampuan membentuk

Imperativsätze”.

r

X = variabel bebas (kemampuan mengonjugasikan verba)

Y = variabel terikat (kemampuan membentuk Imperativsätze)

r = Hubungan antara kemampuan mengonjugasikan verba dengan kemampuan

membentuk Imperativsätze.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tes kemampuan mengonjugasikan verba. Tes ini terdiri atas dua bagian

yaitu, melengkapi kalimat rumpang dan pilihan ganda. Melalui tes ini akan

diketahui bagaimana kemampuan siswa dalam mengonjugasikan verba

kuat dan campuran dalam kala Präsens.

2. Tes kemampuan membentuk Imperativsätze. Tes ini terdiri atas dua

bagian. Bagian pertama yaitu mengubah bentuk indikativ Präsens ke

dalam bentuk Imperativ sesuai dengan tiga bentuk Imperativ yaitu „Sie

-Form“, „ihr-Form“ dan „du-Form“. Bagian yang kedua yaitu mengubah

kalimat Indikativ Präsens menjadi bentuk kalimat Imperativ.

(12)

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 2 Sukabumi kelas XII

semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Teknik Sampling yang digunakan adalah

Probability Sampling (Sampling Probabilitas) yaitu teknik sampling yang

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel (Riduwan 2010:12). Oleh karena itu, peneliti

menggunakan salah satu jenis teknik sampling yang termasuk ke dalam teknik

Probability Sampling yaitu, Simple Random Sampling yang dikenal juga sebagai

sampling acak yakni cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan acak

tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada pada populasi tersebut

(Sugiyono 2011:120). Teknik sampling ini dipilih karena anggota populasi

dianggap memiliki kemampuan yang sama. Setiap anggota populasi dianggap

homogen dan representatif sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan

terhadap seluruh anggota populasi. Sampel dipilih satu kelas secara acak dari

sembilan kelas yang ada di SMAN 2 Sukabumi.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas Data X dan Y

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur. Untuk menguji validitas instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini, maka dilakukan analisis butir soal-soal. Butir-butir soal yang telah

(13)

Nilai validitas (rxy) pada uji validitas dalam penelitian ini ditetapkan

sebesar r = 0,30. Sugiyono (2011: 179) menyatakan jika korelasi antara butir

dengan skor total < 0,30, maka butir soal dalam instrumen tersebut dinyatakan

tidak valid. Oleh karena itu, dalam penelitian ini jika terdapat butir soal yang

kurang dari 0,30, maka soal dibuang. Adapun interpretasi dari hasil perhitungan

[image:13.595.120.484.236.728.2]

koefisien validitas dapat diklasifikasikan dalam tabel di bawah ini

Tabel 3a

Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Mengonjugasikan Verba

No. Soal

Koefisien Validitas

Hitung

r kritis Keputusan

1 0,88 0,30 Valid

2 0,18 0,30 Tidak valid

3 0,71 0,30 Valid

4 0,40 0,30 Valid

5 0

0= ~

0,30 Tidak valid

6 0,85 0,30 Valid

7 0,85 0,30 Valid

8 0,59 0,30 Valid

9 0,012 0,30 Tidak valid

10 0

0= ~

0,30 Tidak valid

11 0

0= ~

0,30 Tidak valid

12 0,449 0,30 Valid

13 0

0= ~

0,30 Tidak valid

14 0,48 0,30 Valid

15 0,60 0,30 Valid

16 0,33 0,30 Valid

17 0,10 0,30 Tidak valid

18 0

0= ~

0,30 Tidak valid

19 0,19 0,30 Tidak valid

20 0

(14)
[image:14.595.127.495.119.615.2]

Tabel 3b

Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Membentuk Imperativsätze Bagian A No. Soal Koefisien Validitas Hitung

r kritis Keputusan

1 0

0= ~

0,30 Tidak valid

2 0,22 0,30 Tidak valid

3 0,33 0,30 Valid

4 0,52 0,30 Valid

5 0,01 0,30 Tidak valid

6 -0,20 0,30 Tidak valid

7 0,22 0,30 Tidak valid

8 0,14 0,30 Tidak valid

9 0,24 0,30 Tidak valid

10 0,72 0,30 Valid

Tabel 3c

Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Membentuk Imperativsätze Bagian B No. Soal Koefisien Validitas Hitung

r kritis Keputusan

1 0,68 0,30 Valid

2 0,63 0,30 Valid

3 0,84 0,30 Valid

4 0,70 0,30 Valid

5 0,93 0,30 Valid

6 0,74 0,30 Valid

7 0,72 0,30 Valid

8 0,20 0,30 Tidak valid

9 0,68 0,30 Valid

10 0,81 0,30 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan, maka instrumen yang

dinyatakan tidak valid dibuang, sehingga diperoleh butir soal kemampuan

mengonjugasikan verba sebanyak 10 butir soal (lihat lampiran 6) dan butir soal

(15)

2. Uji Reliabilitas Data X dan Y

Instrumen dikatakan reliabel (andal) jika ia dapat dipercaya, konsisten atau

stabil dan produktif (Purwanto 2010:139). Dalam penelitian ini dilakukan uji

reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan andal dan dapat

dipercaya.

Untuk mengetahui instrumen tersebeut reliabel atau tidak digunakan

metode split half, yaitu tes dibagi menjadi dua bagian kemudian dicari

korelasinya. Korelasi tersebut merupakan korelasi setengah tes. Untuk mengetahui

korelasi tes keseluruhan digunakan rumus �= 2.�1 21 2

1+ �1 21 2. Kemudian diuji

signifikansi reliabilitasnya dengan uji t. (lihat lampiran 8 dan 9)

3. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Homogenitas Data X dan Y

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam variabel

X dan Y bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mencari standar deviasi variabel X dan Y

2. Mencari Fhitung dengan varians X dan Y

3. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada tabel distribusi F, dengan dk

pembilang n-1 (untuk varians terbesar) dan dk penyebut n-1 (untuk varians

terkecil). Jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka data tersebut bersifat

(16)

b. Uji Normalitas Data X dan Y

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila data tidak berasal dari

populasi yang berdistribusi normal, maka kesimpulan dalam penelitian tidak

berlaku. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Liliefors. Jika L

hitung lebih kecil dari L tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

4. Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui berapa besar hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam hal ini hubungan antara

kemampuan mengonjugasikan verba dengan kemampuan membentuk

Imperativsätze. Untuk itu, digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment,

sebagai berikut :

� = n.ΣXY− (ΣX) (ΣY) n.Σ�2 (ΣX2).ΣY2 (ΣY2

Setelah diperoleh nilai r, lalu diuji signifikansinya dengan menggunakan

uji t. Jika nilai thitung lebih besar dari ttabeldengan α = 0,05, maka koefisien korelasi

tersebut signifikan.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap

variabel Y dilakukan penghitungan koefisien determinasi (KD) dengan

menggunakan rumus

(17)

5. Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi variabel Y bila variabel X

diketahui. Regresi sederhana dianalisis karena didasari oleh hubungan kausal

variabel X dan variabel Y.

Analisis regresi dapat diketahui dengan cara mencari persamaan regresi

sederhana Ŷ= a+bx. Kemudian diuji keberartian (signifikansi) dan kelinearannya

dengan menggunakan penghitungan analisis varians (ANAVA). Selain itu,

dianalisis pula koefisien arah regresinya dengan menggunakan uji t.

Jika dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara variabel X dan

variabel Y, maka penelitian ini tidak dilanjutkan dengan analisis regresi,

begitupula sebaliknya.

G. Hipotesis Statistik

H0 : rxy = 0

H1 : rxy ≠ 0

Hipotesis H0 diterima jika tidak ada hubungan positif yang signifikan

antara variabel X dengan variabel Y. Hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

alternatif (H1) diterima jika terdapat hubungan positif yang signifikan antara

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan kemampuan

mengonjugasikan verba dengan kemampuan membentuk Imperativsätze, maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil tes kemampuan mengonjugasikan verba siswa SMAN 2

Sukabumi, diperoleh nilai tertinggi 100 (skala 0-100) dan nilai terendah 30

(skala 0-100). Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,33. Berdasarkan nilai

rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam

mengonjugasikan verba termasuk ke dalam kategori cukup.

2. Berdasarkan hasil tes kemampuan membentuk Imperativsätze, diperoleh nilai

tertinggi 100 (skala 0-100) dan nilai terendah 25(skala 0-100). Nilai rata-rata

yang diperoleh adalah 66,13. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat

disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam membentuk Imperativsätze

termasuk ke dalam kategori baik.

3. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,79 menunjukkan bahwa hubungan

kemampuan mengonjugasikan verba dengan kemampuan membentuk

Imperativsätze termasuk dalam kategori cukup, mendekati baik (0,80),

sedangkan nilai uji koefisien korelasi sebesar 6,85 menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan mengonjugasikan

(19)

4. Kemampuan mengonjugasikan verba memiliki peranan dalam meningkatkan

kemampuan membentuk Imperativsätze. Hal ini dibuktikan melalui

kontribusi kemampuan mengonjugasikan verba terhadap kemampuan

membentuk Imperativsätze berdasarkan hasil penghitungan koefisien

determinasi sebesar 63%.

B. Saran

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk Imperativsätze,

diperlukan kemampuan mengonjugasikan verba yang baik. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dipaparkan, maka peneliti ingin menyampaikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Siswa sebaiknya dapat memahami dan menguasai dengan baik konjugasi

verba sehingga mereka bisa membentuk kalimat dengan baik

2. Siswa diharapkan lebih termotivasi untuk mempelajari konjugasi verba

dengan baik. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk membentuk

Imperativsätze

3. Baik pembelajar maupun pengajar bahasa Jerman diharapkan memeroleh

informasi mengenai hubungan kemampuan mengonjugasikan verba dengan

kemampuan membentuk Imperativsätze, sehingga pembelajar menyadari

(20)

4. Penelitian ini hanya mengungkapkan salah satu faktor yang mempengaruhi

kemampuan membentuk Imperativsätze yaitu mengonjugasikan verba. Oleh

sebab itu, disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain

yang dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kemampuan

(21)

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ... i

Abstrak ... ii

Abstraksi ... iii

Kata Pengantar ... iv

Ucapan Terimakasih ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II Kajian Teori A. Hakikat Kalimat ... 8

B. Imperativsätze ... 10

(22)

C. Konjugasi Verba ... 25

1. Hakikat Verba ... 25

2. Bentuk Verba ... 28

3. Konjugasi Verba ... 32

D. Kerangka Berpikir ... 36

E. Hipotesis ... 38

BAB III Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

C. Variabel dan Desain Penelitian ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

1. Uji Validitas Data X dan Y ... 41

2. Uji Reliabilitas Data X dan Y ... 44

3. Uji Persyaratan Analisis ... 44

4. Analisis Korelasi ... 45

5. Analisis Regresi ... 45

G. Hipotesis Statistik ... 46

(23)

2. Data Kemampuan Membentuk Imperativsätze ... 47

B. Uji Persyaratan Analisis ... 48

1. Uji Homogenitas Data X dan Y ... 48

2. Uji Normalitas Data X dan Y ... 49

C. Analisis Data 1. Penghitungan Koefisien Korelasi ... 49

2. Uji Koefisien Korelasi ... 50

3. Uji Koefisien Determinasi ... 51

4. Analisis Regresi ... 51

5. Uji Keberartian dan Kelinearan Regresi ... 52

6. Uji Koefisien Regresi ... 53

D. Pengujian Hipotesis ... 53

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

Daftar Pustaka ... 60

Lampiran-Lampiran

Gambar

Tabel 1.a Kesalahan Siswa
Tabel 3a Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Mengonjugasikan Verba
Tabel 3b Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Membentuk

Referensi

Dokumen terkait

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.. Strategi Adaptasi Nelayan Tradisional

Pada bab ini secara eksplisit memuat tentang perumusan misi, tujuan, sasaran terhadap visi Kepala Daerah yang akan dilaksanakan dengan berpedoman kepada RPJPN,

IMPLEMENTASI KOMPRESI ALGORITMA HUFFMAN PADA SMS GATEWAY UNTUK LAYANAN SIRAMAN ROHANI ISLAM.. BERDASARKAN KRITERIA (SHOLAT, PUASA, ZAKAT

Gross Income (Taxable wages/ salaries and similar remuneration derived in respect of employment exercised in the petroleum operations in JPDA area or in Timor-Leste area). Net

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Marfuatun 2015 Universitas

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 meter di atas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari

Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek dan Kantong Semar (Paphiopedilum supardi braem dan loeb) Pada Media Khudson secara In vitro.. Penangkaran

Pergeseran penilaian dari kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 yakni penilaian yang semula melalui tes (mengukur kompetensi berdasarkan pengetahuan saja), menuju penilaian