• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017"

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR

SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Matematika

Oleh

MAYA WAHYUNITA NPM : 1211050095

Jurusan : Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(2)

i

PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Matematika

Oleh

MAYA WAHYUNITA NPM : 1211050095

Jurusan : Pendidikan Matematika

Pembimbing I : Dr. Nanang Supriadi, M.Sc Pembimbing II : M. Syazali, M.Si

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(3)

ii

ABSTRAK

PENGARUH METODE MATHEMAGICS TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DI TINJAU DARI MOTIVASI

BELAJAR SISWA SMKN 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh Maya Wahyunita

Penalaran matematis adalah suatu proses berpikir untuk memahami dan menarik suatu kesimpulan pada pelajaran matematika. Kemampuan penalaran matematis pada pembelajaran matematika merupakan salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dikarenakan proses penalaran merupakan aspek atau bagian yang esensial dari berpikir matematis. Berdasarkan prapenelitian yang peneliti lakukan di SMKN 1 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan penalaran matematis yang dimiliki siswa di SMK tersebut masih rendah. Selain itu, motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar matematika juga masih kurang. Maka penulis tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode mathemagics terhadap kemampuan penalaran matematis di tinjau dari motivasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimendengan rancangan penelitian faktorial . Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas SMKN 1 Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak kelas, dimana kelas A merupakan kelas kontrol dan kelas B merupakan kelas eksperimen penelitian dengan materi matriks. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket motivasi belajar matematika dan tes kemampuan penalaran matematis berupa soal uraian.

Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 5%. Dari hasil analisis diperoleh >

sehingga H0A ditolak, > sehingga H0B ditolak, dan

< sehingga H0AB diterima. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa : (1) terdapat perbedaan pengaruh antara metode

mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis

siswa, (2) terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa, (3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa.

(4)
(5)
(6)

v

MOTTO

“… Kemudian, apabila engkau telah membulatkan

tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh

Allah mencintai orang yang bertawakal.”

(Q.S Ali „Imran : 159)

“… dan barang siapa bertawakal kepada Allah ,

niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.

Seseungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya.”

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan

baik, dengan kerendahan hati yang tulus dan hanya mengharap ridho Allah semata,

penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Arjo Suwito dan Ibunda Setya Wati yang

telah memberi cinta, pengorbanan, kasih sayang, semangat, nasihat, dan do‟a

yang tiada henti untuk kesuksesanku. Do‟a yang tulus selalu penulis

persembahkan atas jasa beliau yang telah mendidikku serta membesarkanku

dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus sehingga mengantarkan penulis

menyelesaikan Pendidikan S1 di IAIN Raden Intan Lampung.

2. Kakak-kakakku tersayang, Fitriyono dan Dede Sarbini terimakasih atas canda

tawa, kasih sayang, persaudaraan, do‟a dan dukungan yang selama ini kalian

berikan, semoga kita semua bisa membuat orang tua kita selalu tersenyum

(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Maya Wahyunita dilahirkan pada tanggal 24 Januari 1994 di Bumirejo

Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, yaitu putri bungsu dari tiga bersaudara

dari pasangan Bapak Arjo Suwito dan Ibu Setya Wati.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah pendidikan

Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Bumiratu kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu

yang dimulai pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005

sampai 2008, penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (Mts) Roudlotul Huda

Purwosari Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah. Penulis juga melanjutkan

pendidikan jenjang selanjutnya, yaitu ke Madrasah Aliyah (MA) Roudlotul Huda

Purwosari Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2011.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Raden Intan Lampung. Pada bulan Agustus 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Budi Lestari Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

Selatan. Pada bulan Oktober 2015 penulis melaksanakan Praktik Pengalaman

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa

selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Berkat ridho dari Allah SWT

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku pembimbing I dan Bapak M.Syazali,

M.Si selaku pembimbing II yang telah sabar membimbing dan memberikan

pengarahan demi keberhasilan penulis.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dn Keguruan khususnya untuk Jurusan

(10)

ix

kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

5. Ibu Dra. Hj. Mike Elly Rose, M.Pd selaku Kepala SMKN 1 Bandar Lampung

yang telah membantu memberikan izin atas penelitian yang penulis lakukan.

6. Ibu Dra. Ani Rosalia, Bapak dan Ibu Guru beserta Staf TU SMKN 1 Bandar

Lampung yang banyak membantu dan membimbing penulis selama mengadakan

penelitian.

7. Sahabatku tersayang Etti Desti yang selalu setia mendengarkan cerita bahagia

dan sedihku, terimakasih telah menjadi bagian dalam perjalananku selama ini.

8. Teman-teman seperjuangan yang luar biasa di Jurusan Pendidikan Matematika

angkatan 2012, terkhusus kelas A (Hesti, Deka, Nisaa, Cenni, Isti, Hikma, Linda,

Muhli, Reki, Budi, Azam, Jaluh, dan yang lain), terimakasih atas kebersamaan,

semangat dan motivasi yang telah diberikan.

9. Saudara-saudaraku KKN 21 dan PPL 24 yang luar biasa, terimakasih atas

ukhuwah kita selama ini dan untuk momen-momen yang telah kita lalui bersama.

Sungguh semua akan menjadi sejarah yang tidak akan terlupakan.

10. Bapak Drs. Yadi Lustiadi dan Ibu Dra. Rus Nilawaty yang sudah seperti orangtua

bagi penulis, terimakasih atas segala nasihat, do‟a dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis.

11. Almamater IAIN Raden Intan Lampung yang ku banggakan, yang telah

(11)

x

Alhamdulillaahiladzi bini’matihi tatimushalihat (segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya amal shaleh menjadi sempurna). Semoga semua bantuan,

bimbingan dan kontribusi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan ridho

dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal

„Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang

penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dari

pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Januari 2017

Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

(13)

xii

H. Definisi Operasional ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Teori ... 15

1. Belajar dan Pembelajaran ... 15

a. Pengertian Belajar... 15

b. Pengertian Pembelajaran ... 17

2. Metode Mathemagics ... 19

a. Pengertian Metode Mathemagics ... 19

b. Langkah-langkah Metode Mathemagics ... 22

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mathemagics ... 23

3. Kemampuan Penalaran Matematis ... 24

a. Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis ... 24

b. Jenis-jenis Penalaran ... 25

4. Motivasi Belajar ... 27

a. Pengertian Motivasi ... 27

b. Macam-macam Motivasi ... 29

c. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran ... 31

5. Penelitian Relevan ... 33

B.Kerangka Berpikir ... 34

C.Hipotesis ... 36

(14)

xiii

A.Rancangan Penelitian ... 39

B.Populasi, Sampling dan Sampel ... 43

C.Sumber Data dan Variabel ... 44

D.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 46

E. Pengujian Instrumen Penelitian ... 53

1. Uji Validitas ... 53

2. Uji Tingkat Kesukaran... 54

3. Uji Daya Pembeda ... 55

4. Uji Reliabilitas ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 58

1. Uji Prasyarat Analisis ... 58

a. Uji Normalitas ... 58

b. Uji Homogenitas ... 59

2. Uji Hipotesis ... 60

a. Uji Anava Dua Arah ... 60

3. Uji Non Parametrik ... 67

4. Uji Komparasi Ganda ... 69

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Analisis Data ... 71

1. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 71

(15)

xiv

b. Analisis Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 79

B.Deskripsi Data Amatan ... 84

C.Hasil Uji Prasyarat ... 86

D.Uji Hipotesis Penelitian ... 89

1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 89

2. Uji Komparansi Ganda Metode Scheffe‟ ... 91

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 95

1. Hipotesis Pertama ... 99

2. Hipotesis Kedua ... 102

3. Hipotesis Ketiga ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 106

B.Saran ... 106

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Belajar Pelajaran Matematika Siswa Kelas X ... 8

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 42

Tabel 3.2 Skor Skala Likert ... 48

Tabel 3.3 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 49

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis ... 50

Tabel 3.5 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 55

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Beda ... 56

Tabel 3.7 Notasi dan Tata Letak ... 62

Tabel 3.8 Rangkuman Anava Dua Jalan ... 66

Tabel 4.1 Rangkuman Validasi Isi Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 72

Tabel 4.2 Validasi Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 74

Tabel 4.3 Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 75

Tabel 4.4 Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 76

Tabel 4.5 Rekapitulasi Uji Prasyarat Analisis ... 78

Tabel 4.6 Rangkuman Validasi Isi Angket Motivasi Belajar ... 79

Tabel 4.7 Validasi Soal Tes Angket Motivasi Belajar ... 81

Tabel 4.8 Kesimpulan Uji Coba Instrumen Angket Motivasi ... 82

Tabel 4.9 Deskripsi Data Amatan Postes Peserta Didik ... 84

(17)

xvi

Tabel 4.11 Sebaran Peserta Didik Ditinjau dari Motivasi Belajar ... 86

Tabel 4.12 Data Uji Normalitas Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 87

Tabel 4.13 Data Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar ... 88

Tabel 4.14 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 90

Tabel 4.15 Rangkuman Rataan dan Rataan Marginal... 91

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Nama Responden Kelas Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 111

2. Daftar Nama Responden Kelas Uji Coba Angket ... 112

3. Daftar Nama Sampel ... 113

4. Kisi-kisi Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 114

5. Soal Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 115

6. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 118

7. Soal Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 120

8. Validitas Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 124

9. Pehitungan Uji Validitas Tiap Butir Soal ... 126

10.Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 129

11.Pehitungan Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal ... 131

12.Analisis Daya Pembeda Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 133

13.Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal ... 136

14.Analisis Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes KPM ... 138

15.Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Butir Soal ... 140

16.Analisis Validitas Uji Coba Instrumen Tes Angket Motivasi Belajar ... 141

17.Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ... 143

18.Analisis Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes Angket Motivasi Belajar ... 145

19.Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ... 147

(19)

xviii

21.Soal Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 150

22.Kisi-kisi Instrumen Tes Angket Motivasi Belajar ... 153

23.Angket Motivasi Belajar ... 154

24.Data Nilai Postes KPM Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 157

25.Deskripsi Data Amatan Nilai Postes ... 159

26.Uji Normalitas Postes KPM Kelas Eksperimen ... 161

27.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Postes KPM Kelas Eksperimen ... 163

28.Uji Normalitas Postes KPM Kelas Kontrol ... 165

29.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Postes KPM Kelas Kontrol ... 167

30.Uji Homogenitas Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 169

31.Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Postes KPM ... 170

32.Data Nilai Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 172

33.Deskripsi Data Amatan Nilai Angket Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 174

34.Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 176

35.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Motivasi Siswa Kelas Eksperimen .. 178

36.Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 180

37.Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Motivasi Siswa Kelas Kontrol ... 182

38.Uji Homogenitas Angket Motivasi Belajar ... 184

39.Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Angket Motivasi Belajar ... 185

(20)

xix

42.Uji Normalitas Motivasi Sedang Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…….... 192

43.Uji Normalitas Motivasi Rendah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 194

44.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Kolom Satu ... 195

45.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Kolom Dua ... 197

46.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Kolom Tiga ... 199

47.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Baris Satu ... 201

48.Uji Homogenitas Antar Sel Pada Baris Dua ... 203

49.Uji Homogenitas Antar Kolom Motivasi Belajar Matematika ... 205

50.Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 207

51.Uji Komparansi Ganda Metode Sceffe‟ ... 212

52.Tabel “r” Product Moment ... 214

53.Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ... 215

54.Daftar Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal (Z) ... 216

55.Tabel Nilai 2α ; v ... 217

56.Tabel Nilai F (0,05) ... 218

57.Lembar Validasi ... 219

58.Perangkat Pembelajaran ... 228

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang

memegang peranan sangat penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah

kemajuan jika pendidikan dalam negara itu baik kualitasnya. Tinggi rendahnya

kualitas pendidikan dalam suatu negara dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa

faktor tersebut antara lain karena lemahnya manajemen (pengelolaan)

kelas/sekolah, kepemimpinan, pembiayaan, dan dukungan masyarakat serta

masalah kemiskinan. Faktor lainnya adalah profesionalisme guru yang kurang

berkembang.1

Pembukaan Undang-undang 1945 menyatakan bahwa tujuan kita

membentuk negara kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa yang dapat survive di dalam menghadapi berbagai kesulitan.2 Sumber daya alam yang banyak melimpah pada suatu negara belum tentu

merupakan jaminan bahwa negara tersebut akan makmur bila pendidikan sumber

daya manusia terabaikan. Suatu negara yang memiliki sumber daya alam yang

banyak bila tidak ditangani oleh sumber daya manusia yang berkualitas, pada

1

Zainal Aqib, Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Bandung, Yrama Widya, 2009) h.11

2

(22)

2

suatu saat akan mengalami kekecewaan. Sesuai dengan Undang-undang

Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia No.12/1954, pada bab II pasal 3

yang menyebutkan tentang tujuan pendidikan dan pengajaran: “Tujuan

pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan

warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab tentang kesejahteraan

masyarakat dan tanah air”.3

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”(Pasal 1).4

Firman Allah

dalam surat An-Nahl ayat 78 menyatakan bahwa manusia memiliki alat-alat

potensial yang harus dikembangkan secara optimal. Firman Allah tersebut yaitu :



Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur”.

3

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2008) h.59

4

(23)

3

Pembangunan Sumber Daya Manusia dilakukan melalui berbagai aspek

kehidupan yaitu dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai

informasi dan pengetahuan, dengan demikian diperlukan suatu kemampuan

memperoleh, memilih dan mengolah informasi. Kemampuan-kemampuan

tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif.

Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan suatu program pendidikan yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Salah

satu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut

adalah matematika.5

Matematika merupakan subyek yang sangat penting dalam sistem

pendidikan di seluruh dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan matematika

sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang (terutama

sains dan teknologi), dibanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat

bagi matematika sebagai subyek yang sangat penting. Hal itu disebabkan karena

matematika merupakan salah satu ilmu universal yang turut serta mendasari

perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam berbagai

disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Sesuai dengan National

Research Council (NRC) dari Amerika Serikat yang telah menyatakan bahwa:

5

(24)

4

Mathematics is the key to opportunity” yang memiliki arti matematika adalah kunci kearah peluang-peluang keberhasilan.6

Depdiknas menyatakan bahwa “Untuk menguasai dan mencipta teknologi

di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini”.7 Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kehidupan dan

kemajuan IPTEK serta persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan

matematika di semua jenis dan jenjang pendidikan harus merupakan prioritas

utama untuk ditingkatkan.8 Berbicara tentang peningkatan kualitas atau mutu pendidikan tentu terdapat beberapa faktor yang berkaitan yang harus ditingkatkan.

Peneliti sebelumnya telah menjelaskan bahwa salah satu faktor yang harus

ditingkatkan adalah mengenai profesionalisme guru matematika. Semua

komponen dalam proses belajar mengajar, materi, media, sarana dan prasarana,

dana pendidikan tidak akan banyak memberikan dukungan yang maksimal atau

tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan proses pembelajaran

unggulan tanpa didukung oleh keberadaan guru yang secara kontinu berupaya

mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang

terbaik dalam tugasnya sebagai pendidik.9

6

Ibid h.31

7

Yanti Purnamasari, Pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TGT Terhadap Kemandirian Belajar dan Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Peserta Didik, (Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1, No. 1, 2014) Program Pascasarjana Universitas Terbuka Tasikmalaya, h.2

8

Hasratuddin, Op. Cit. h.33

9

(25)

5

Syarat penguasaan terhadap matematika di Indonesia saat ini jelas tidak

dikesampingkan. Siswa dituntut untuk dapat menguasai matematika agar dapat

menjalani pendidikan selama di bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi

dengan baik. Siswa akan dapat menguasai pelajaran matematika dengan baik

ketika siswa tersebut merasa suka dengan pelajaran matematika, namun pada

kenyataannya saat ini matematika di sekolah masih dianggap kurang

menyenangkan dan membosankan oleh sebagian besar siswa. Sebenarnya

masalah terbesar justru terletak pada proses pembelajaran matematika itu sendiri.

Banyak proses yang sangat mendasar yang seharusnya diajarkan dengan gembira

dan seksama ternyata dilewati begitu saja. Hal ini mengakibatkan dasar

matematika anak menjadi lemah dan tidak mampu mendukung proses

pembelajaran pada level selanjutnya.10

Sesuai dengan kondisi tersebut, maka konteks pendidikan, kurikulum atau

program pendidikannya perlu dirancang dan diarahkan untuk membantu,

membimbing, melatih, dan mengajar atau menciptakan suasana agar para siswa

dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas dirinya secara optimal. Secara

umum tugas guru matematika diantaranya adalah : Pertama, bagaimana materi

pelajaran itu diberikan kepada siswa sesuai standar kurikulum. Kedua, bagaimana

proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan peran siswa secara penuh

dan aktif, dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan

10

(26)

6

dengan menyenangkan. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat

menentukan unsur keberhasilan pendidikan.11

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan menyatakan bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis siswa” (Pasal 19 ayat 1). Sejalan dengan tujuan pendidikan

nasional dan tujuan dari mata pelajaran matematika, maka berbagai macam cara

ditempuh oleh pelaku pendidikan maupun orang yang peduli terhadap pendidikan

baik yang bersifat formal maupun non formal untuk terus menciptakan metode

pembelajaran yang kreatif, inovatif serta menarik minat siswa untuk selalu

mencintai dan menyukai terhadap pelajaran matematika.

Banyak metode pembelajaran yang berkembang dewasa ini yang telah

diciptakan untuk memudahkan peserta didik untuk menyukai pelajaran

matematika diantaranya adalah metode mathemagics. Metode mathemagics

adalah salah satu metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Metode

mathemagics tidak hanya menyenangkan, metode ini juga menitikberatkan

terhadap pemahaman siswa akan konsep dasar matematika yang benar. Proses

pembelajaran matematika dengan menggunakan metode mathemagics guru dapat

menggunakan media yang mendukung ataupun permainan yang dapat menarik

11

(27)

7

perhatian siswa. Metode mathemagics juga membantu siswa supaya dapat

menalar serta dapat mengembangkan strategi untuk penyelesaian soal-soal

matematika.

Matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan. Kemampuan penalaran merupakan salah satu tujuan dalam

pembelajaran matematika di sekolah, yaitu melatih cara berpikir dan bernalar

dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

serta mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, gambar, grafik, peta, diagram,

dan sebagainya.12 Matematika memiliki ciri-ciri khusus sehingga pendidikan dan pengajaran matematika perlu ditangani secara khusus pula. Salah satu ciri khusus

matematika diantaranya adalah sifatnya yang menekankan pada proses deduktif

yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik.

Berdasarkan prapenelitian yang peneliti lakukan di SMKN 1 Bandar

Lampung, diketahui bahwa kemampuan penalaran matematis yang dimiliki siswa

di SMK tersebut masih rendah. Pada tanggal 8 September peneliti melakukan

wawancara terhadap Ibu Ani Rosalia selaku guru matematika kelas , guru

tersebut mengatakan bahwa ”Sebenarnya siswa mengerti tentang materi yang

disampaikan pada saat itu, namun ketika diberikan tugas pelajaran matematika

untuk dikerjakan di rumah hampir sebagian besar siswa tidak mampu

12

(28)

8

mengerjakan tugas dengan benar”. Selain itu, motivasi siswa dalam mengikuti

proses belajar matematika masih kurang. Hal ini diketahui ketika peneliti

melakukan wawancara terhadap siswa kelas mengenai seberapa besar motivasi

siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Siswa yang bernama Ahmad

Ravaldo mengatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru kurang

menyenangkan dan terasa membosankan sehingga menjadikan kurangnya

motivasi siswa untuk belajar matematika. Peneliti juga menjumpai bahwa hasil

belajar matematika siswa kelas belum seperti yang diharapkan. Hal ini dapat

dilihat dari daftar nilai ulangan harian matematika siswa kelas SMKN 1 Bandar

Lampung sebagai berikut:

Tabel 1.1

Hasil Belajar Pelajaran Matematika Siswa Kelas SMKN 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017

No Kelas Nilai ( ) Jumlah

Siswa

< 77 77

1 26 5 31

2 30 3 33

3 21 6 27

Jumlah 77 14 91

% 84.6% 15.4% 100%

Sumber : Daftar nilai hasil ulangan harian semester ganjil pelajaran matematika kelas SMKN 1 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017.

Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa untuk keseluruhan siswa

kelas lebih banyak yang mendapatkan nilai pada interval < 77 dibandingkan

dengan siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77. Jika dinyatakan

(29)

9

dengan siswa yang belum mencapai KKM yaitu 15.4% berbanding 84.6%.

Berdasarkan masalah tersebut maka diperlukan metode pembelajaran yang tepat

agar dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika. Sesuai dengan pendapat

bahwa “Guru harus dapat mengembangkan motivasi dalam setiap kegiatan

interaksi dengan siswanya”.13

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, diketahui bahwa metode

yang paling sering digunakan dalam pembelajaran matematika di SMKN 1

Bandar Lampung adalah metode konvensional, sedangkan metode mathemagics

belum pernah diterapkan di SMK tersebut. Penelitian sebelumnya oleh Arina

Sulistiani dengan judul “Pengaruh Metode Mathemagics Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas MISRIU Kebonduren Ponggok Blitar” telah membuktikan bahwa

metode mathemagics memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar

matematika di SD tersebut. Sesuai dengan uraian di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Metode Mathemagics

Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Di Tinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SMKN 1 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, diperoleh

identifikasi masalah sebagai berikut:

13

(30)

10

1. Kemampuan penalaran matematis siswa dalam pelajaran matematika masih

rendah

2. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam mempelajari matematika

3. Metode pembelajaran yang kurang menyenangkan

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang dikaji lebih fokus dan terarah, maka peneliti

membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan pada kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah

metode mathemagics dan metode konvensional pada kelas kontrol

2. Kemampuan penalaran matematis ditinjau dari motivasi belajar siswa

3. Penelitian dilakukan pada kelas di SMKN 1 Bandar Lampung

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara metode mathemagics dan metode

konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang, rendah) terhadap

kemampuan penalaran matematis siswa?

3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar

(31)

11

E. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara metode

mathemagics dan metode konvensional terhadap kemampuan penalaran

matematis siswa

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang,

rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan

motivasi belajar terhadap kemampuan penalaran matematis siswa

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis dan

praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai sumbangan untuk

menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh

metode mathemagics terhadap kemampuan penalaran matematis ditinjau dari

motivasi belajar siswa

2. Secara praktis manfaat penelitian ini yaitu:

a) Menumbuhkan motivasi belajar siswa

b) Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru matematika dalam

menggunakan metode yang menyenangkan dalam pembelajaran

(32)

12

c) Dapat dijadikan acuan dan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan

pendidikan yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang akan datang

d) Menambah pengetahuan peneliti untuk memahami proses pembelajaran

dengan baik

G. Ruang Lingkup

Penelitian mengambil kajian tentang pengaruh metode mathemagics

terhadap kemampuan penalaran matematis ditinjau dari motivasi belajar siswa

SMKN 1 Bandar Lampung, maka ruang lingkup penelitian diantaranya:

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengaruh metode mathemagics terhadap

kemampuan penalaran matematis di tinjau dari motivasi belajar siswa SMKN

1 Bandar Lampung

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas SMKN 1 Bandar Lampung

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMKN 1 Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

(33)

13

H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan serta memberikan

gambaran yang kongkrit mengenai arti yang terkandung dalam judul di atas, maka

dengan ini penulis memberikan definisi operasional. Adapun definisi operasional

dalam penelitian ini diantaranya, yaitu:

1. Metode Mathemagics

Metode mathemagics adalah suatu metode pembelajaran matematika yang

menyenangkan dan menitikberatkan pada pemahaman peserta didik akan konsep

dasar matematika yang benar. Pada proses pembelajarannnya guru

menyampaikan materi pelajaran dengan berbagai cara yang menyenangkan,

sehingga peserta didik akan termotivasi untuk memperhatikan materi yang

disampaikan oleh guru dan merasa senang belajar matematika. Guru dapat

menggunakan sebuah permainan atau suatu media yang sesuai dengan materi.

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode mathemagics tidak hanya

menyenangkan tetapi juga membantu peserta didik untuk lebih memahami materi

yang disampaikan, sehingga upaya menumbuhkan motivasi dan pemahaman serta

penalaran peserta didik dengan metode ini merupakan cara yang kreatif dan

efektif.

2. Kemampuan Penalaran Matematis

Kemampuan adalah suatu daya, kesiapan atau kesanggupan seseorang

(34)

14

penelitian ini adalah suatu kesanggupan peserta didik untuk berpikir, memahami

suatu materi, serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika.

Matematika dan penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Materi matematika dipahami melalui penalaran, sedangkan penalaran dilatih

dengan belajar matematika. Penalaran matematis merupakan suatu proses berpikir

untuk memahami dan menarik suatu kesimpulan pada pelajaran matematika.

Kemampuan penalaran matematis dapat dikembangkan pada saat siswa

memahami suatu konsep (pengertian), atau menemukan dan membuktikan suatu

prinsip. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

penalaran matematis adalah kesanggupan peserta didik menggunakan nalar atau

proses mental dalam mengembangkan pikiran mengenai objek matematika.

3. Motivasi Belajar

Motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar

yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi sangat

diperlukan dalam kegiatan belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada

motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula

pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah suatu dorongan yang muncul baik itu dari dalam diri

maupun dari luar siswa untuk belajar dengan tujuan memperoleh suatu ilmu

(35)

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu.

Menurut Arnie Fajar, belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang

yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku

seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan

lain-lain. Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang

lahat nanti. Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat

ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa, dan

siapa saja.14 Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Melalui belajar, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Proses belajar bersifat individual

dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri siswa sesuai dengan

perkembangan dan lingkungannya. Siswa seharusnya tidak hanya belajar dari

14

(36)

16

guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar

yang tersedia di lingkungannya.

Konsep belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku

seseorang sebagai akibat interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang ada

di sekitarnya. Salah satu tanda seseorang yang telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi

perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap

(afektif).15 Belajar bukan hanya sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan

integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu

tujuan. Sardiman mengemukakan beberapa tujuan belajar, antara lain sebagai

berikut16:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

3. Pembentukan sikap

Tujuan khusus belajar matematika di sekolah dasar adalah menjadikan

peserta didik memiliki tiga komponen penting yang seimbang yaitu knowledge,

skill, dan attitude sehingga bisa memaksimalkan potensi kecerdasan yang dimiliki

15

Bambang Warsita, Loc. Cit.

16

(37)

17

dan mampu bersaing di dunia luar pada masanya.17 Berdasarkan hakikatnya, belajar matematika adalah suatu proses belajar melalui upaya memahami arti dan

hubungan-hubungan antar konsep dan simbol-simbol yang terkandung dalam

matematika secara sistematik, cermat, tepat, kemudian menerapkan

konsep-konsep tersebut dalam pemecahan masalah baik dalam pelajaran matematika

maupun dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar

seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Inti dari

pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi

proses belajar pada diri peserta didik.18 Upaya tersebut bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik

sehingga dapat menghadapi kehidupan di lingkungan masyarakat.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, menyatakan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada proses pembelajaran terdapat

lima jenis interaksi, antara lain19:

1. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik

2. Interaksi antar peserta didik

17

Hasratuddin, Op. Cit. h.37

18

Bambang Warsita, Op. Cit. h.85

19

(38)

18 3. Interaksi peserta didik dengan narasumber

4. Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan sumber belajar yang sengaja

dikembangkan

5. Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan kegiatan belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik,

peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam

rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran akan memiliki

efektivitas tinggi jika dalam pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan pada

penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan

pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi

sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktikkan dalam kehidupan

sehari-hari oleh peserta didik.20 Kegiatan pembelajaran akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa

aman bagi peserta didik.

Pembelajaran sebaiknya berdasarkan teori pembelajaran yang bersifat

preskriptif yaitu teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah belajar.

Teori pembelajaran yang preskriptif harus memperhatikan tiga variabel

pembelajaran. Variabel pembelajaran tersebut antara lain adalah kondisi, metode,

dan hasil pembelajaran. Variabel yang diamati dalam pengembangan teori

20

(39)

19

pembelajaran preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.21 Aplikasi teori pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran ini berkaitan dengan

bagaimana cara yang efektif untuk mentransfer ilmu, prinsip-prinsip

pembelajaran yang menyenangkan, cara membangun minat dan perhatian

(attention) peserta didik. cara mengembangkan relevansi (relevance), percaya diri

(confidence), kepuasan (satisfaction) peserta didik dalam pembelajaran, dan cara

membuat laporan tentang analisis kebutuhan untuk pembelajaran.22 Berdasarkan penelitian ini peneliti menggunakan salah satu metode pembelajaran yang optimal

untuk mencapai tujuan yaitu metode mathemagics.

2. Metode Mathemagics

a. Pengertian Metode Mathemagics

Metode mathemagics adalah suatu cara pandang baru terhadap

matematika, terutama dalam cara menyampaikan materi. Materi yang disajikan

dengan cara yang gembira, konkret, dan memperhatikan aspek-aspek psikologis,

cara kerja otak, gaya belajar dan kepribadian peserta didik”.23

Proses

pembelajaran dengan menggunakan metode mathemagics akan meningkatkan

rasa percaya diri anak sehingga mereka akan mampu dan berani untuk

mengerjakan soal dan mencoba untuk menyelesaikannya.

21

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2012) h.12

22

Bambang Warsita, Op. Cit. h.87

23

(40)

20

Metode mathemagics adalah sebuah metode pembelajaran matematika

yang menitikberatkan pada pemahaman anak akan konsep dasar matematika yang

benar. Melalui metode Mathemagics pengerjaan hitungan dasar akan menjadi

lebih mudah dan sederhana sehingga akan tertanam suatu kesan awal bahwa

matematika itu mudah dan menyenangkan.24 Kesan awal itu sangat penting, ketika seorang anak merasakan sendiri bahwa mempelajari matematika itu mudah

dan menyenangkan, pembelajaran konsep dasar pada tahap selanjutnya akan

menjadi sesuatu yang ringan. Mengingat begitu pentingnya konsep dasar ini,

sebaiknya pengenalan matematika kepada anak dilakukan sedemikian rupa

sehingga si anak sendiri yang memutuskan ingin tahu lebih banyak.25

Pembelajaran matematika pada anak-anak sangat berpengaruh terhadap

keseluruhan proses mempelajari matematika pada level-level berikutnya. Jika

konsep dasar yang diletakkan kurang kuat atau anak mendapatkan kesan buruk

pada perkenalan pertamanya dengan matematika, maka tahap berikutnya akan

menjadi masa-masa sulit dan penuh perjuangan. Langkah-langkah pembentukan

konsep dasar matematika dalam otak dan memori anak haruslah memperhatikan

aspek-aspek fisiologis dan fungsional otak, kematangan emosional, gaya belajar,

kepribadian, dan tahap-tahap perkembangan anak itu sendiri. Aspek lain yang

juga sangat vital adalah proses penyampaian pelajaran matematika itu sendiri.26

24

Ariesandi Setyono, Loc. Cit.

25

Ibid h.9

26

(41)

21

Belajar mengembangkan keterampilan berpikir adalah suatu hal yang

sangat penting. Mathemagics memberikan kesempatan untuk itu. Proses

pembelajaran yang menggunakan metode mathemagics yang perlu ditekankan

adalah kreativitas anak untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah. Jika anak

menjawab salah, hendaknya ditanya mengapa ia menjawab demikian, apa

dasarnya, dan bagaimana ia bisa sampai pada jawaban tersebut. Penggalian itu

merupakan bagian penting dari proses pembelajaran itu sendiri.27 Terdapat beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan dalam mengajar dengan metode

mathemagics, antara lain:

1. Anak harus gembira dan rileks sewaktu belajar

Kondisi ini sangat dibutuhkan agar anak mampu menyerap materi yang

dipelajari dengan baik.28

2. Ekspektasi/penghargaan dari murid dan guru harus tinggi

Kita bisa menyebutnya dengan sugesti. Self-suggestion yang sangat kuat dapat

mempengaruhi pikiran bawah sadar kita untuk bertindak memerintah pikiran

sadar memenuhi apa yang telah diprogramkan.29 3. Pilihan kata, intonasi, dan bahasa tubuh harus positif

4. Jaga kontak mata dengan siswa

5. Jaga pikiran agar senantiasa positif

27

Ibid h.86

28

Ibid h.96

29

(42)

22

b. Langkah-langkah Metode Mathemagics

Langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan metode

mathemagics adalah sebagai berikut:

1. Guru memulai pembelajaran dengan cara yang menyenangkan, ekspresi

wajah yang baik serta intonasi yang tepat sehingga peserta didik tidak akan

merasa takut dan akan merasa nyaman ketika belajar matematika

2. Sebelum masuk ke materi yang akan diberikan, guru dengan antusias

memberikan gambaran atau penjelasan mengenai manfaat yang akan

diperoleh peserta didik setelah mempelajari materi tersebut sehingga peserta

didik akan termotivasi untuk memperhatikan materi yang akan disampaikan

3. Ketika menjelaskan materi guru dapat menggunakan daya kreativitasnya,

seperti menggunakan suatu media yang mendukung atau sebuah permainan

sehingga akan terjadi interaksi menyenangkan antara guru dan peserta didik

4. Guru dengan sabar mengawasi dan memberi arahan kepada setiap peserta

didik pada saat mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai

materi yang belum dipahami, kemudian guru akan menjelaskan kembali

dengan bahasa yang ringan dan jelas

6. Sebelum proses pembelajaran selesai, guru menginformasikan kepada peserta

didik tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya dan mengingatkan agar

(43)

23

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mathemagics

Adapun kelebihan pembelajaran dengan metode mathemagics, yaitu:

1. Menumbuhkan motivasi pada peserta didik sehingga peserta didik

berpartisipasi aktif dan merasa rileks dalam proses pembelajaran matematika

2. Peserta didik memiliki pengalaman lebih pada saat proses pembelajaran

dengan menggunakan permainan dan media yang mendukung

3. Peserta didik dapat terbiasa untuk berpikir dalam memecahkan masalah

soal-soal matematika sehingga kemampuan penalaran matematis siswa akan

menjadi lebih berkembang

4. Peserta didik dengan kemampuan penalaran matematis rendah dapat

merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri

5. Peserta didik memiliki percaya diri sehingga tidak ragu-ragu memberikan

alasan terhadap jawaban yang diperolehnya

Selain memiliki kelebihan, metode mathemagics juga memiliki beberapa

kekurangan. Kekurangan metode mathemagics adalah sebagai berikut:

Pada proses pembelajaran dengan metode mathemagics guru harus memiliki

daya kreativitas yang tinggi

Harus memperhatikan aspek-aspek psikologis, cara kerja otak, gaya belajar

dan kepribadian peserta didik, dalam hal ini memungkinkan guru

mendapatkan beberapa hambatan dengan faktor jumlah peserta didik yang

(44)

24

3. Kemampuan Penalaran Matematis

a. Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,

menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan

pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan

dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan

hubungan-hubungan.30 Hudojo menyatakan bahwa matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif,

sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.31 Telah kita ketahui bahwa matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang

berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Shurten & Pierce mengemukakan bahwa penalaran sebagai proses

pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.32 Pendapat lain menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir

dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Materi matematika

dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui belajar materi

matematika. Kemampuan penalaran sangat penting dalam belajar matematika

karena pada dasarnya kemampuan penalaran merupakan dasar dari mata pelajaran

matematika itu sendiri. Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu

30

Hasratuddin, Op. Cit. h.30

31

Hasratuddin, Loc. Cit.

32

(45)

25

tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.33 Kemampuan penalaran yang tertuang dalam permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi (SI)

merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan penalaran matematis membantu siswa dalam menyimpulkan

dan membuktikan suatu pernyataan, membangun gagasan baru, sampai pada

menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika.34 Salah satu tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan menggunakan

penalaran pada pola dan sifat.35 Kemampuan penalaran dapat dikembangkan pada saat siswa memahami suatu konsep (pengertian) atau menemukan dan

membuktikan suatu prinsip. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematis adalah kesanggupan

menggunakan nalar atau proses mental dalam mengembangkan pikiran mengenai

objek matematika.

b. Jenis-jenis Penalaran

Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif

dan penalaran deduktif.36 1. Penalaran induktif

Penalaran atau berpikir induktif adalah suatu aktivitas berpikir untuk

menarik kesimpulan yang bersifat umum melalui pernyataan yang bersifat

33As‟adi Muhammad,

Deteksi Bakat & Minat Anak Sejak Dini, (Jogjakarta, Garailmu, 2010) h.28

34

Tina Sri Sumartini, Op. Cit. h.4

35

Ibid h.1

36

(46)

26

khusus.37 Penalaran induktif dapat dilakukan dalam kegiatan nyata melalui suatu permainan atau melakukan sesuatu secara terbatas dengan mencoba-coba.

Penalaran induktif terjadi ketika terjadi proses berpikir yang berusaha

menghubung-hubungkan fakta-fakta khusus yang sudah diketahui menuju kepada

suatu kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran induktif pada prinsipnya

menyelesaikan persoalan (masalah) matematika tanpa memakai rumus (dalil),

melainkan dimulai dengan memperhatikan data/soal. Berdasarkan data/soal

tersebut diproses sehingga berbentuk kerangka/pola dasar tertentu yang kita cari

sendiri sedemikian rupa sehingga kita dapat menarik kesimpulan sendiri.38 2. Penalaran deduktif

Penalaran deduktif merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan

dari hal yang umum menuju hal yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang ada.39 Dasar penalaran deduktif yang berperan dalam matematika adalah kebenaran

suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran pernyataan-pernyataan lain.

Maksudnya, kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat

logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan

matematika bersifat konsisten. Pada penerapan penalaran deduktif, siswa

membutuhkan berbagai pengetahuan yang dapat mengantarkan siswa dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi, seperti ingatan, pemahaman, dan

37

Nahrowi Adji dan Deti Rostika, Konsep Dasar Matematika, (Bandung, UPI Press, 2006) h.3

38

Nahrowi Adji dan Deti Rostika, Loc. Cit.

39

(47)

27

penerapan sifat. Adapun indikator kemampuan penalaran matematis menurut

Sumarmo dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut40: 1. Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan

2. Memperkirakan jawaban dan proses solusi

3. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis

4. Menyusun dan mengkaji konjektur

5. Menyusun argumen yang valid

6. Memeriksa validitas argumen

7. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi

matematis

8. Menarik kesimpulan logis

4. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut

bertindak atau berbuat.41 Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Menurut Mc.

Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

40

Tina Sri Sumartini, Loc. Cit.

41

(48)

28

tujuan.42 Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu

dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan

perasaan tidak suka itu.43

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

seorang individu untuk mencapai tujuannya. Hubungan antara motivasi,

intensitas, arah, dan ketekunan yaitu, intensitas terkait dengan seberapa giat

seseorang berusaha, sedangkan intensitas memiliki hubungan yang kuat dengan

arah karena intensitas yang tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang

memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan.

Elemen yang terakhir yaitu ketekunan, ketekunan merupakan ukuran mengenai

berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Bagi siswa, motivasi

adalah hal yang sangat penting karena dapat menyadarkan kedudukan pada awal

belajar, proses, dan hasil akhir.44

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator

motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:45 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Zaenal Abidin dan Tri Mulyono, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Siswa

pada Materi Geometri dan Pengukuran Melalui Kegiatan “Remase” di SMP 33 Semarang, FMIPA

Universitas Negeri Semarang, (Jurnal Kreano Vol. 2, No. 2, 2011), h.137

45

(49)

29

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4. Adanya penghargaan dalam belajar

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang

siswa dapat belajar dengan baik

b. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang, antara lain sebagai berikut:46 1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a. Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir yang ada tanpa dipelajari.

Misalnya dorongan untuk makan, minum, dan istirahat. Arden N. Frandsen

memberi istilah jenis motif ini sebagai jenis motif Physiological Drives.

b. Motif-motif yang dipelajari

Motif ini timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk belajar

matematika. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs. Motif yang

dipelajari itu muncul dari pengalaman individu selama perkembangan

hidupnya.47

46

Sardiman, Op. Cit. h.86

47

(50)

30 2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis

yaitu motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah misalnya

refleks, insting otomatis, dan nafsu, sedangkan contoh motivasi rohaniah

adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui

empat momen.48 Momen tersebut antara lain : momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan.

3. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Faktor intrinsik yaitu berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sebagai contoh konkret, seorang siswa yang melakukan belajar karena

betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah

tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain. Perlu

diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan

menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang

studi tertentu.

48

(51)

31 b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.49 Sebagai contoh seseorang itu belajar karena tahu besok paginya akan ujian

dengan harapan mendapatkan nilai yang bagus dan kemudian mendapat

pujian dari temannya ataupun mendapatkan hadiah. Meskipun demikian perlu

ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak

penting. Pada proses kegiatan belajar-mengajar, motivasi ekstrinsik tetap

penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah,

dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar

ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi

ekstrinsik.50

c. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Pada proses kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan

arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar

itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat

49

Hamzah B. Uno, Op. Cit. h.23

50

(52)

32

intelektual. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi

untuk melakukan kegiatan belajar.51

Adapun beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan

pembelajaran, yaitu sebagai berikut:52 1. Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang anak

yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan.

Sebagai contoh, seorang siswa akan memecahkan materi matematika dengan

bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut siswa itu tidak dapat

menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, siswa berusaha mencari buku

tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran

motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. Peristiwa tersebut dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang apabila

seseorang tersebut benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu.

2. Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan

kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang

dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi

anak. Sebagai contoh anak akan termotivasi belajar matematika karena belajar

matematika itu dapat melahirkan kemampuan anak dibidang matematika.

51

Ibid h.75

52

(53)

33 3. Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha

mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang

baik. Hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun

belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk

belajar maka dia tidak tahan lama belajar. Ia mudah tergoda untuk mengerjakan

hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap

ketahanan dan ketekunan belajar.

5. Penelitian Relevan

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian peneliti, yaitu:

a. Arina Sulistiani dengan judul “Pengaruh metode mathemagics terhadap hasil

belajar siswa kelas IV MISRIU Kebonduren Ponggok Blitar”. Hasil

penelitiannya adalah terdapat pengaruh antara metode mathemagics terhadap

hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung = 4,107, sedangkan

nilai ttabel pada taraf 5% adalah 2,021. Adapun besar pengaruh antara metode

mathemagics terhadap hasil belajar siswa kelas IV MISRIU Kebonduren

Ponggok Blitar adalah 53,8% dengan kriteria sedang.

b. Enika Wulandari dengan judul “Meningkatkan kemampuan penalaran

(54)

34

Yogyakarta”. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Yogyakarta pada tahun

2011. Hasil penelitiannya sebagai berikut: setelah dilaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan problem posing, terjadi peningkatan

kemampuan penalaran matematis siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes

kemampuan penalaran matematis. Rata-rata kemampuan penalaran matematis

siswa meningkat dari kualifikasi cukup menjadi berada pada kualifikasi baik

yaitu 76,7.

c. Farida Nur Aeni dengan judul “Pengaruh strategi pembelajaran langsung dan

contekstual teaching and learning terhadap hasil belajar matematika ditinjau

dari motivasi belajar”. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Islam 3

Surakarta. Hasil penelitiannya adalah terdapat pengaruh strategi pembelajaran

langsung dan contekstual teaching and learning terhadap hasil belajar

matematika ditinjau dari motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil

belajar dengan menggunakan strategi contekstual teaching and learning

memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi yaitu 75,7 daripada strategi

pembelajaran langsung.

B. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat disusun suatu

kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang

(55)

35

kemampuan penalaran matematis yang rendah. Hal ini disebabkan kurangnya

motivasi siswa untuk belajar matematika. Telah diketahui bahwa penyebab

masalah tersebut adalah karena guru masih kurang optimal dalam memanfaatkan

metode pembelajaran yang digunakannya.

Pada proses pembelajarannya guru sering menggunakan metode

konvensional, dimana metode ini sebenarnya kurang efektif untuk pelajaran

matematika. Metode konvensional yang digunakan kurang menyenangkan bagi

siswa sehingga terasa membosankan. Ketika siswa sudah merasa bosan maka

siswa tidak akan fokus memperhatikan materi yang disampaikan dengan cermat.

Akibatnya siswa menjadi tidak paham dengan materi tersebut yang akhirnya

kesulitan ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Maka dari itu

penulis mencoba menerapkan metode mathemagics dalam pembelajaran

matematika di SMK tersebut.

Metode ini merupakan salah satu metode yang efektif dan menyenangkan

untuk proses pembelajaran matematika. Kondisi akhir yang diharapkan dengan

penggunaan metode mathemagics dalam proses belajar mengajar adalah dapat

memiliki pengaruh yang signifikan pada kemampuan penalaran matematis siswa

yang ditinjau dari motivasi belajar siswa. Munculnya motivasi belajar siswa

ditandai dengan siswa yang memperhatikan materi yang disampaikan dengan

Gambar

tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran
Tabel 3.1  Desain Penelitian
Tabel 3.2 Skor Skala Likert
Tabel 3.3 Kriteria Motivasi Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Learning to Know , yaitu kemampuan memahami materi yang telah diterimanya. Peserta didik diharapkan tidak hanya berkembang melalui empiris saja, tetapi juga mampu

Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Motivasi seseorang siswa

dengan peserta didik lainnya. 2) Peserta didik dapat menguasai pelajaran yang disampaikan. 3) Setiap anggota peserta didik berhak menjadi ahli dalam kelompoknya. 4) Dalam proses

Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, akan tetapi juga membantu peserta didik dalam mengembangkan

Evaluasi pembelajaran Al-Q ur‟an melalui metode Wafa di SMKN 1 Ponorogo dilaksanakan untuk melihat seberapa jauh peserta didik sudah memahami dan menerima materi yang

Siswa tidak hanya menghafal dan menggunakan rumus saja, tetapi juga dapat memahami konsep-konsep materi yang sedang dipelajari (Marsita, R. A., Priatmoko, S., &amp;

Metode demonstrasi ini dilakukan oleh guru agar peserta didik selain memahami juga dapat melakukan gerakan yang dipelajari dan yang terahir guru menggunakan

Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran dengan metode mind map (peta pikiran) dapat membantu peserta didik dalam proses belajar mengajar, menyimpan informasi berupa