• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN

EKONOMI

TEKNOLOGI INFORMASI PEMBELAJARAN EKONOMI

Dosen Pengampu: Dr. Kardoyo, M.Pd

Disusun oleh:

Nama

: Siti Nor Chalimah

NIM

: 0701516013

Prodi

: Pendidikan Ekonomi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PASCASARJANA

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberhasilan dalam proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar menurut Rifa’i dan Catharina (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku tersebut dapat dilihat dengan adanya perubahan keterampilan, sikap dan kemampuan menuju arah yang posiif. Sehingga seseorang dapat dikatakan berhasil dalam proses belajar, ketika memperoleh hasil belajar yang baik dan ditunjukkan oleh pengetahuan dan penguasaan yang semakin bertambah setelah melalui proses belajar.

Hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai tujuannya melalui pengamatan kinerja sebelum dan setelah proses pembelajaran berlangsung serta mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi. Menurut Muhibbin (2007:196) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dicerminkan dalam bentuk nilai tes baik tes ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Jenis tes ini untuk mengukur kemampuan atau keberhasilan belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran ekonomi.

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan nomos yang berarti “peraturan, aturan dan hukum”. Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga”. Tujuan pelajaran ekonomi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memenuhi sejumlah konsep ekonomi yang berkaitan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari. Terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara.

2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlakukan untuk mendalami ilmu ekonomi.

(3)

4) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Menurut Muhibbin Syah, seorang peserta didik yang menempuh proses belajar idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman – pengalaman psikologis baru yang positif, yaitu pengalaman – pengalaman bersifat kejiwaan yang diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak). Namun, banyak ditemukan proses pembelajaran terjadi tanpa memperhatikan kondisi psikologis siswa. Sejauh ini masih banyak teori belajar lebih menekankan peranan lingkungan dan faktor – faktor kognitif dalam proses belajar mengajar. Hal demikian tampak ketika peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia berpikir. Guru hanya mengidentifikasi apa yang penting, sulit, atau sesuatu yang belum dikenal dan membangkitkan informasi yang telah dipelajari. Hal ini juga terlihat dari metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional, yaitu ceramah dan hafalan, sehingga interaksi cenderung berpusat pada guru.

(4)

ada. Sehingga peserta didik mampu memecahkan permasalahan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya disertai dengan adanya perubahan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan , maka rumusan masalah yang ditetapkan adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan belajar?

2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik ? 3. Siapakah tokoh – tokoh dalam teori belajar humanistik? 4. Apa saja prinsip – prinsip teori belajar humanistik? 5. Apa saja model pembelajaran humanistik?

6. Bagaimana implementasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran?

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tinjauan Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Definisi etimologi diatas mungkin sangat singkat dan sederhana, sehingga masih diperlukan penjelasan terminologi mengenai definisi belajar yang lebih mendalam. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Rifa’i dan Chatarina (2012:66) belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Selain pandangan tentang belajar yang telah dikemukakan diatas, terdapat pula teori dari beberapa ahli (Anni dan Rifa’i, 2009:105-137) antara lain:

1. Teori Belajar Behavioristik

Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahawa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia

(insting), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku. Pada saat seseorang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar maka responnya menurun. Belajar mempunyai konsekuensi yang bersifat menguatkan respon. Sebagai ilustrasi, perilaku si pembelajar yang baik diberi hadiah, sebaliknya perilaku respon yang tidak baik diberi teguran atau hukuman. Setiap respon yang diikuti oleh penguatan (reward)

cenderung akan diulang kembalu dan penguatan (reward) tersebut akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.

2. Teori Belajar Konstruktivisme

(6)

ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memandang bahwa kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada didalam diri individu yang sedang belajar. Karena itu, menurut teori kognitif, belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental motivasi, kesenjangan, keyakinan dan lain sebagainya.

4. Teori Belajar Humanistik

Belajar menurut teori belajar humanistik menyatakan bahwa kemampuan peserta didik mengambil tanggungjawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri. Disamping itu, pendekatan humanistik memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kreativitas, minat terhadap seni dan hasrat ingin tahu. Oleh karena itu, pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian, sertifikat pendidik, dan kewajiban hadir di sekolah. Dalam praktik pembelajaran pendekatan humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran individu dan kelompok kecil.

2.2 Teori Belajar Humanistik

(7)

Teori belajar humanistik berusaha dalam memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Artinya peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka (Dalyono, 2012:43)

Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Selain itu, dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang dapat kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” dapat tercapai.

Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem ini dapat dilakukan sehingga peserta didik dapat memilih suatu rencana pealjaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan. Pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin ditentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan, tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.

.3. Tokoh – Tokoh Teori Belajar Humanistik

Tokoh-tokoh yang sangat berperan beserta teori-teorinya sebagai konstribusi atas lahirnya teori belajar humanistik antar lain:

1. Abraham Maslow

(8)

a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang

b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri setiap orang terdapat perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut dengan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi disisi lain, seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar, dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.

Adapun teori yang paling dikenal adalah teori tentang Hierarchy og Needs (hierarki kebutuhan) menurut Maslow adalah sebagai berikut:

Implikasi teori ini terhadap pembelajaran sangat penting, guru harus memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak tidak tenang dalam kelas, mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan tugas, atau bahkan tidak memiliki motivasi dalam belajar. Menururt Maslow guru tidak dapat menyalahkan kesalahan ini secara langsung pada si anak, bisa jadi beberapa kebutuhan anak belum terpenuhi secara baik dan maksimal.

2. Athur W. Combs

Athur W. Coms adalah seorang humanis. Dia berpendapat bahwa perilaku batiniah seperti perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud menyebabkan seseorang berbeda dengan orang lain. Untuk memahami orang lain kita harus melihat dunia orang lain seperti ia merasa dan berpikir tentang dirinya. Sangatlah keliru jika pendidik beranggapan bahwa peserta didik akan mudah belajar kalau bahan ajarnya disiapkan rapi dan disampaikan dengan baik. Masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan ajar itu disampaikan, akan tetapi bagimana membantu peserta didik memahami arti dan makna yang terkandng didalam bahan ajar tersebut.

(9)

untuk mempelajarinya. Perilaku yang buruk seperti itu yang membuat seseorang tidak mampu untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan atau timbal balik yang diharapkan baginya.

Guru harus dapat memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut. Sehingga, pada saat ingin mengubah perilaku siswa tersebut guru harus mengubah pandangan atau keyakinan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Coms berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagimana mestinya. Padalah makna yang diharapkan siswa tidaklah menyatu pada materi pelajaran tersebut. Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana membawa persepsi siswa untuk memperoleh makna belajar bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut yang menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

3. Carl Ransom Rogerss

Rogerss adalah seorang psikolog humanis yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapisit) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogerss meyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogerss, teknik-teknik

assesment dan pendapat para terapis bukanlah hal yang penting dalam melakukan

treatment kepada klien.

Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanistik? Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil. Rogerss kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung jika tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanistik bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.

Rogerss membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif (kebermaknaan) dan experiental

(10)

berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa. Menurut Rogerss yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.

Menurut Rogerss, peranan guru dalam kegiatan belajar dibidang pendidikan dibutuhkan 3 (tiga) sikap sebagai fasilitator belajar sebagai berikut:

a. Realitas didalam fasilitator belajar

Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri. Sehingga ia dapat masuk ke dalam hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

b. Penghargaan, penerimaan dan kepercayaan

Menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, makan akan muncul kepercayaan satu dengan yang lainnya.

c. Pengertian yang empati

Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus memiliki pengertian empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi dipandang dari sudut murid bukan guru (Herpratiwi, 2009:53).

2.4 Prinsip – Prinsip Teori Belajar Humanistik

Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, akan tetapi juga membantu peserta didik dalam mengembangkan diri mereka sebagai manusia. Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan metodologi pembelajaran yang menekankan aspek humanistik pembelajaran.

Beberapa prinsip-prinsip dari teori belajar humanistik yaitu sebagai berikut:

1. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud tertentu

(11)

5. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil mendalam 6. Belajar sosial adalah belaja mengenai proses belajar

7. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan jika ancaman itu kecil 8. Jika ancaman itu rendah terdapat pengalaman peserta didik dalam memperoleh cara 9. Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas

diri

10. Manusia mempunyai belajar alami

Rogerss sebagai ahli dari teori belajar humanistik mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu:

1. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu terhadap dunianya dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru

2. Belajar akan cepat dan bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik

3. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar

4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri

5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama

6. Kebebasan, kreatifitas dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993:64)

.5 Model Pembelajaran Humanistik

Beberapa model pembelajaran humanistik sebagai berikut: 1. Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman

(12)

2. Quantum Learning

Quantum Learning merupakan cara pengubahan macam-macam interaksi. Dalam prakteknya, Quantum Learning menggabungkan sugetologi teknik pemercepatan belajar dan neurolenguistik dengan teori keyakinan dan metode terbaru. Quantum Learning

mengasumsikan bahwa jiwa siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa dapat meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah satu konsep dasar dari teori ini ialah bahwa belajar itu harus mengasikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.

3. The Accelerated Learning

The Accelerated Learning merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini berlansung sangat cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik konsep ini yaitu Drave Meiver menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual dan intellectual (SAVI). Somantic

dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan mendengarkan). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing

(belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya ialah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).

4. Humaning Of The Classroom

Humaning Of The Classroom ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga menyebabkan peserta didik putus asa yang akhirnya mengakhiri hidupnya. Humaning Of The Classroom ini dicetuskan oleh Jhon P. Miller yang terfokus pada pengembangan model pendidikan afektif. Pendidikan model ini tertumpu pada tiga hal, yaitu: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan terbatas pada substansi materi saja, tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.

2.6 Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran

(13)

pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik, sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Hal yang menjadi ilmu pengetahuan merupakan pengalaman. Pengalaman yang dimaksud dalam hal ini adalah serangkaian proses pembelajaran yang didalamnya terdapat inlai-nilai humanisme dan telah dilalui oleh peserta didik. Adapun peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik saat guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial.

Aplikasi dari teori belajar humanistik adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, memntingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri (Hepratiwi, 2009:39). Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.

(14)

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok atau pengalaman kelas

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan didalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum

3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi didalam belajar yang bermakna tadi

4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang apling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka 5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk

dimanfaatkan oleh kelompok

6. Didalam menanggapi ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagu kelompok

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu seperti peserta didik yang lain 8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya dan juga

pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik

9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10. Didalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993:65)

Dalam praktik teori belajar humanistik cenderung mengarahkan siswa untuk dapat berpikir induktif, memtingkan pengalaman, dan membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif didalam proses pembelajarn. Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan humanistik:

(15)

3. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan akan melibatkan siswa untuk dapat belajar secara aktif

4. Merancang fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajaran

5. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang nyata 6. Membimbing siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman belajar 7. Mengevalusi proses dan hasil belajar

Ciri-ciri guru yang baik menurut humanistik ialah guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuiakan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif ialah guru yang memiliki rasa humor rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

2.7 Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran Ekonomi

Salah satu bentuk pendidikan humanisme adalah pendidikan terbuka (open education) adalah proses pendidikan yang memeberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Peserta didik tidak hanya sekedar duduk manis mendengarkan materi yang disampaikan oleh gurunya, tetapi peserta didik juga diharapkan mampu bekerja secara individu dengan cara berkelompok, agar peserta didik mampu mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, mengusulkan topik-topik pelajaran, sehingga dapat membantu mewujudkan bakat dan minat-minat tertentu.

Adapun kriteria bentuk pendidikan humanisme adalah sebagai berikut:

1. Tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana yang memudahkan proses belajar mengajar, artinya harus tersedia berbagai macam bahan pelajaran yang diperlukan

2. Peserta didik diberi kebebasan untuk bergerak di ruang kelas, bebas menyampaikan pendapat mereka, tidak dilarang berbicara yang berkaitan dengan materi pelajaran dan tidak ada kelompokan atas dasar tingkat kecerdasan

(16)

4. Guru mengamati setiap proses belajar yang dilalui murid dengan membuat catatan dan penilaian secara individual dan meminimalisir tes formal

5. Adanya kesempatan untuk menumbuhkan keprofesionalan guru, dalam arti guru boleh menggunakan bantuan lain termasuk rekan kerjanya

Hal tersebut dapat di implementasikan ke dalam berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya pada mata pelajaran ekonomi. Contoh guru menetapkan tujuan yang menuntut para siswa mempelajari materi ekonomi tentang “kebutuhan menurut Abraham Maslow”. Penerapan materi tersebut menggunakan model pembelajaran jigsaw. Dalam teknik ini siswa dimasukkan kedalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen, dimana tidak ada pengklasifikasian antara yang cerdas dan tidak cerdas. Bahan pelajaran “kebutuhan” dibagikan kepada anggota-anggota tim, kemudian siswa-siwa tersebut mempelajari bagian mereka masing-masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang memiliki bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajarkan bagaian-bagian yang telah dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu kepada anggota-anggota timnya sendiri. Tujuannya adalah agar setiap tim mempelajari seluruh bahan pelajaran “kebutuhan”.

Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar menurut Maslow, maka siswa akan dapat memahami dan berpikir secara mandiri bahwa:

1. Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada akhirnya akan muncul sesuatu kondisi patologis

2. Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas

3. Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan setiap kebutuhan tersebut

6. Manusia senantiasa berkembang, sehingga dapat mencapai potensi diri yang maskimal 7. Walaupun kebutuhan pada umumnya harus dipenuhi, tetapi beberapa kebutuhan sifatnya

dapat ditunda

8. Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat berespon melalui berbagai cara

(17)

10. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidakseimbangan homestasis. Lebih lanjut kondisi ini dapat menimbulkan penyakit

Hierarki kebutuhan dasar menurut Maslow meliputi lima kategori yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya harus terpenuhi dulu, artinya terdapat sesuatu jenjang kebutuhan yang “lebih penting” yang ahrus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain dipenuhi. Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologis seseorang seperti makan, istirahat, cairan dan lain sebagainya belum terpenuhi, tidak mungkin baginya untuk memenuhi harga diri atau aktualisasi diri dengan mengabaikan kebutuhan pertama.

2.8 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Humanistik

Beberapa kelebihan dan kelemahan dari teori belajar humanistik adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan teori belajar humanistik

a. Pembelajaran dengan teori inis angat cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial

b. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri

c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku 2. Kelemahan teori belajar humanistik

(18)

diberikan oleh guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang (Hepratiwi, 2009:56).

BAB III PENUTUP

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Arbayah. 2013. Model Pembelajaran Humanistik. Dinamika Ilmu. Vol. 113. No.2 Dakir. 1993. Dasar – Dasar Psikologi. Jakarta: Pustakan Pelajar

Dalyono, M. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi

Permen 22 Tahun 2006-Standar Isi/Standar Kompetensi Dasar SM

Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Program 5R / 5S merupakan satu alat yang efektif untuk meningkatkan kebiasaan positif para pekerja, karena program ini terbukti efektif dalam mengurangi biaya

Untuk menentukan sampel penelitian digunakan teknik random sampling, satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan 1 satu kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen

2.Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan secara lembut bersamaan atau bergantian

dan Sumatera Barat) yang berperan penting dalam meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme masyarakat Indonesia. Hasil dari wawancara kami menunjukkan bahwa hanya

Rekomendasi untuk tumpahan di darat dan tumpahan di perairan ini didasarkan pada skenario tumpahan yang paling mungkin terjadi untuk material ini; namun, kondisi geografi, angin,

Menurut Kristanto (2010) prinsip dasar dari soaking surfaktan ini adalah menginjeksikan sejumlah tertentu chemical ke dalam reservoir dengan anggapan minyak yang

The Effect of Cooperative Learning with DSLM on Conceptual Understanding and Scientific Reasoning among Form Four Physics Student with Different Motivation Levels.. Scientific

diperoleh dari uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dengan self-esteem sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien