• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun Ajara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun Ajara"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Dikeu Agustinova (2014) Profil Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Implikasinya bagi Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling

Penelitian ini dilatarbelakangi fenomena kesulitan membuat keputusan karier peserta didik SMK. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui gambaran kesulitan membuat keputusan karier peserta didik kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara tahun ajaran 2014/2015, dan (2) mengembangkan program bimbingan dan konseling berdasarkan gambaran kesulitan membuat keputusan karier peserta didik SMK. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskriptif. Sedangkan sampel penelitian menggunakan Sample Random Sampling. Pengolahan data menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kesulitan membuat keputusan karier peserta didik berada pada kategori sedang.

(2)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Dikeu Agustinova (2014) Profile of Difficulties Career Decision Making Students Vocational School (SMK) and Implications for Development Program Guidance and Counseling

This research focus on the phenomenon of difficulty career decisions making by the student. The purpose of this research is (1) reveal the difficulty of career decision making by the student of class XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara school year 2014/2015, and (2) develop guidance and counseling program based on the description of the difficulty career decision making. This research used a quantitative approach and descriptive methods. The research used Sample Random Sampling. Thus, the data was analyzed by using SPSS 16.0 for Windows. Generally, the results of the research showed that the difficulty career decisions making of the students was in middle category.

(3)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian... 1

1.2Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KONSEP KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER DAN PROGRAM HIPOTETIK BIMBINGAN KARIER 2.1 Konsep Karier ... 7

2.2 Konsep Kesulitan Membuat Keputusan Karier ... 9

2.2.1 Permasalahan Karier ... 9

2.2.2 Aspek-aspek Kesulitan Membuat Keputusan Karier... 9

1) Kurang Kesiapan (Lack of Readiness) ... 10

2) Kurang Informasi (Lack of Information) ... 12

3) Informasi yang Tidak Konsisten (Inconsistent Information) ... 12

2.2.3 Strategi Pembuatan Keputusan Karier ... 13

1) Menunda (Delaying) ... 13

2) Fatalistik (Fatalistic) ... 13

3) Pemenuhan (Compliant) ... 13

4) Ketidakmampuan (Paralityc) ... 14

5) Intuitif (Intuitive) ... 14

6) Impulsif (Impulsive)... 14

7) Menyiksa (Agonizing) ... 14

8) Penuh Pertimbangan (Planful)... 14

2.2.4 Tahap Pembuatan Keputusan Karier... 15

1) Eksplorasi ... 15

2) Kristalisasi ... 15

3) Pilihan Karier ... 15

4) Klarifikasi ... 15

2.3 Konsep Bimbingan dan Program Bimbingan Karier ... 15

(4)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3.2 Program Bimbingan Karier ... 16

2.4 Penelitian Terdahulu ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 20

3.2Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian... 20

3.2.1 Lokasi Penelitian... 20

3.2.2 Populasi Penelitian ... 20

3.2.3 Sampel Penelitian... 21

3.3Definisi Operasional Variabel ... 21

3.3.1 Konsep Kesulitan Membuat Keputusan Karier... 21

3.3.2 Definisi Operasional Kesulitan Membuat Keputusan Karier... 22

3.4Instrumen Penelitian ... 23

3.4.1 Penyusunan Instrumen ... 23

3.4.2 Pengembangan Kisi-kisi ... 23

3.4.3 Pedoman Skoring... 25

3.5Proses Pengembangan Instrumen ... 25

3.5.1 Uji Validitas ... 26

1) Uji Kelayakan Instrumen ... 26

2) Uji Keterbacaan ... 27

3) Uji Coba Butir Item Instrumen... 27

3.6Uji Reliabilitas Instrumen... 28

3.7Teknis Analisis Data... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1Hasil Penelitian... 33

4.1.1 Gambaran Umum Kesulitan Membuat Keputusan Karier ... 33

4.1.2 Gambaran Aspek Kesulitan Membuat Keputusan Karier ... 34

4.1.3 Gambaran Indikator Kesulitan Membuat Keputusan Karier ... 34

4.1.4 Peserta Didik pada Setiap Indikator ... 37

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 41

4.3 Program Hipotetik Bimbingan Karier ... 43

4.3.1 Rasional... 43

4.3.2 Dasar Legal dan Formal Pengembangan Program ... 45

4.3.3 Asumsi Intervensi ... 46

4.3.4 Deskripsi Kebutuhan... 47

4.3.5 Tujuan dan Manfaat ... 55

4.3.5.1 Tujuan ... 55

4.3.5.2 Manfaat ... 56

4.3.6 Komponen Program ... 60

(5)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.6.2Layanan Responsif ... 61

4.3.6.3Layanan Perencanaan Individual ... 61

4.3.6.4Dukungan Sistem ... 63

4.3.7 Evaluasi ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Rekomendasi ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(6)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 21

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik ... 24

Tabel 3.3 Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings (Likert) ... 25

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas... 28

Tabel 3.5 Validitas Butir Pertanyaan ... 29

Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi Reliabilitas ... 30

Tabel 3.7 Kategorisasi Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara 2014/2015 ... 31

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Kategorisasi Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara 2014/2015... 32

Tabel 3.9 Kategori Tingkat Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik ... 32

Tabel 4.1 Gambaran Umum Kesulitan Membuat Keputusan Karier Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun Ajaran 2014/2015 ... 33

Tabel 4.2 Gambaran Aspek Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun Ajaran 2014/2015 ... 34

Tabel 4.3 Profil Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun Ajaran 2014/2015 ... 34

Tabel 4.4 Peserta Didik pada Setiap Indikator ... 37

Tabel 4.4 Kebutuhan Peserta Didik ... 47

(7)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, sebagaimana diamanatkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Pendidikan Indonesia sesungguhnya telah dirumuskan secara mendalam

oleh Founding Father (Pendiri Bangsa), sebagaimana disebutkan dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang dalam salah

satu poinnya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi dalam

perjalanannya, cita-cita pendiri bangsa ini dapat dikatakan sulit terwujud, karena

rakyat Indonesia terlanjur menyeret beban sejarah yang berat sebagai bangsa

terjajah. Bahkan setelah merdeka, pendidikan segera terbelenggu oleh

kepentingan politis dan kapitalisme yang berlanjut hingga saat ini. Demikian

sejarah pendidikan Indonesia, yang melahirkan generasi dengan cara berpikir

dangkal, kelangkaan kreatifitas, ketidakmampuan menyelesaikan persoalan,

pertengkaran-pertengkaran sosial-politik dan yang lebih miris pertengkaran

agama, serta korupsi, kolusi dan nepotisme yang terus saja menggerogoti bangsa

Indonesia adalah produk dari belum berhasilnya sistem pendidikan guna

melepaskan bangsa Indonesia dari mentalitas bangsa terjajah.

Berdasarkan fakta sejarah, sesungguhnya selalu ada perasaan pesimis

sekaligus optimis ketika berbicara mengenai pendidikan di Indonesia. Pesimis

karena sudah banyak diskusi mengenai pendidikan, tetapi dalam kenyataan sistem

(8)

2

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

optimis, sebab segala persoalan bangsa Indonesia saat ini, kita ketahui berakar

dari sistem pendidikan yang juga memang bermasalah. Maka dari itu, sudah

saatnya pendidikan Indonesia melangkah dari sistem feodalisme menuju

sebagaimana yang dikatakan Piaget (Alwasilah, 2010, hlm. 120): “The principle goal of education is to create men who are capable of doing new things, not

simpli of repeating what other generations have done-men who are creative,

inventive, and discoverer. The second goal of education is to form mind which can

be critical, can verify, and not accept everything they are offered”. Artinya tujuan

utama pendidikan adalah menciptakan manusia yang mampu melakukan hal-hal

baru, tidak sesederhana mengulangi yang telah dilakukan generasi sebelumnya.

Tetapi manusia yang kreatif, berdaya cipta, dan menemukan hal baru. Tujuan

selanjutnya dari pendidikan adalah membentuk manusia yang dapat berpikir kritis,

dapat memverifikasi, dan tidak menerima segala sesuatu tanpa pertimbanga n.

Pendidikan diperuntukan bagi peserta didik, yaitu anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia

pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sejalan dengan tujuan

pendidikan, tujuan bimbingan dan konseling yang berfokus pada perkembangan

optimal peserta didik, menjadikan bimbingan dan konseling bagian integral dalam

penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana diungkapkan Suherman (2007, hlm.

16) dan Yusuf (2009, hlm. 38), bimbingan dan konseling merupakan layanan yang

diberikan kepada peserta didik agar mampu memahami dan mengembangkan

potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungannya, mulai usia dini

sampai dengan usia remaja pada setiap aspek kehidupan. Melalui pendekatan

pribadi dan berbagai strategi, bimbingan dan konseling memberikan dukungan

layanan dalam proses pengembangan karakter peserta didik. Merujuk pada

pengertian kurikulum sebagai proses pemberian pengalaman pembelajaran, maka

selama peserta didik berada dalam keseluruhan proses pendidikan, sekolah

sebagai sebuah ”learning community” mampu memberikan serangkaian

pengalaman yang berjenjang mulai dari pengenalan hingga membentuk

(9)

3

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peran bimbingan dan konseling semakin tampak jelas terutama dalam dunia

pendidikan. Tidak hanya pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan sederajat),

pendidikan menengah (Sekolah Menengah Pertama dan sederajat), juga

pendidikan atas (Sekolah Menengah Atas) dan terutama penelitian ini yang

dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Peserta didik SMK sudah memikirkan masa depan dimulai dengan

memikirkan tentang mencari pekerjaan atau pendidikan lanjutan. Peserta didik

tidak selalu dapat mengambil keputusan yang akan ditempuhnya karena berbagai

faktor, diantaranya kesulitan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri

(sikap, kemampuan, minat, ambisi, keterbatasan), sehingga kemungkinan

kekurangtepatan dalam membuat keputusan karier semakin besar. Supriatna

(2009, hlm. 23) mengungkapkan permasalahan karier yang dialami oleh peserta

didik, antara lain:

(1) peserta didik kurang memahamai cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat; (2) peserta didik tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup; (3) peserta didik masih bingung untuk memilih pekerjaan; (4) peserta didik masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat; (5) peserta didik merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah; (6) peserta didik belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja; dan (7) peserta didik belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan kariernya.

Diperkuat oleh Deputi Bidang Statistik Sosial BPS (Tempo Interaktif:

2009), Arizal Ahnaf di Jakarta, Senin (5/1/2009), menjelaskan pengangguran

terbuka didominasi lulusan SMK sebesar 17,26% dari jumlah penganggur.

Disusul lulusan SMA sebesar 14,31%, lulusan universitas sebesar 12,59%,

diploma sebesar 11,21%, lulusan SMP 9,39% dan SD ke bawah sebesar 4,57%.

Kenyataan jumlah pengangguran diperkuat oleh pernyataan konsultan

Sumber Daya Manusia (SDM) Daya Dimensi Indonesia, Aditia Sudarto yang

mengutip data survei tenaga kerja nasional tahun 2009 yang dikeluarkan oleh

(10)

4

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta

orang atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran. Lebih mengkhawatirkan lagi,

tingkat pengangguran terbuka didominasi oleh lulusan diploma dan universitas

dengan kisaran angka di atas 2 juta orang, yang kerap disebut dengan

"pengangguran akademik".

Fakta terbaru menurut data No. 78/11/Th. XVI, yang dikeluarkan BPS pada

6 November 2013, jumlah pengangguran pada Agustus 2013 mencapai 7,4 juta

orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung meningkat,

dimana TPT Agustus 2013 sebesar 6,25%, naik pada TPT Februari sebesar 5,92%

dan TPT Agustus 2012 sebesar 6,14%. Pada Agustus 2013 tersebut, TPT untuk

pendidikan SMK menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 11,19%, disusul oleh

TPT SMA sebesar 9,74%, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat

pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 3,51%.

Permasalah karier yang dialami para peserta didik dipertegas oleh hasil

wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di SMK Angkasa Lanud

Husein Sastranegara yaitu Ibu Nurul Chairiah S. Pd., meskipun peserta didik

SMK sejak kelas X telah memilih jurusan, mayoritas peserta didik belum yakin

terhadap pilihan jurusannya, juga tidak sedikit masih bermasalah dalam

menentukan karier setelah lulus sekolah.

Fakta diklarifikasi dengan wawancara langsung dengan ST (peserta didik

kelas XI B Jurusan Listrik di SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara), yang

masih kebingungan dalam mencari pekerjaan atau pendidikan lanjutan setelah

lulus SMK. Menurut pengakuannya, ST ingin menjadi seorang wirausahawan

meskipun ketika ditanya lebih lanjut, ST tidak bisa menyebutkan bidang

wirausaha yang diinginkannya. Di sisi lain, ST juga berminat untuk memasuki

jurusan bisnis di perguruan tinggi setelah lulus sekolah. Sekilas terlihat bahwa ada

ketidaksesuaian antara jurusan saat sekolah dengan cita-cita ST di masa depan.

Menurut data-data yang dipaparkan, mencari pekerjaan atau memilih

pendidikan lanjutan menghadapkan peserta didik pada tantangan yang berat,

(11)

5

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diungkapkan Winkel (1997, hlm. 139) bahwa dalam menentukan karier, peserta

didik dihadapkan pada pertimbangan nilai-nilai kehidupan, cita-cita masa depan,

minat, kemampuan otak, bakat khusus, kepribadian, harapan keluarga, prospek

masa depan, serta tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam pekerjaan atau

pendidikan lanjutan tersebut. Hal ini berimplikasi pada peserta didik yang

memerlukan bantuan untuk membuat keputusan karier, karena menurut Dillard

(1985, hlm. 53) membuat keputusan karier adalah usaha sadar yang melibatkan

perasaan, nilai- nilai, sikap, komitmen, persepsi, dan informasi yang tersedia.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Kemampuan individu untuk membuat keputusan karier secara tepat bukan

kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan (Supriatna,

2009, hlm. 15). Kehidupan karier individu diarahkan oleh tujuan kariernya, dan

bimbingan karier memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan,

menyesuaikan diri dan menyempurnakan tujuan karier melalui pengambilan

keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.

Rumusan masalah dalam penelitian ini akhirnya akan mengarah pada

jawaban terhadap “Bagaimanakah gambaran kesulitan membuat keputusan karier peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk:

1) Memperoleh gambaran tentang kesulitan membuat keputusan karier peserta

didik kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara tahun ajaran

2014/2015.

2) Menyusun program bimbingan karier berdasarkan kesulitan membuat

keputusan karier peserta didik kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein

Sastranegara tahun ajaran 2014/2015.

(12)

6

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4.1 Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai literasi bagi pengembangan keilmuan

bimbingan dan konseling karier di SMK, karena penelitian ini menggambarkan

tentang kesulitan membuat keputusan karier peserta didik SMK.

1.4.2 Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Penelitian ini menghasilkan program bimbingan dan konseling yang dapat

dijadikan panduan penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling, serta

sebagai bahan pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar

penelitian selanjutnya.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi penulisan skripsi yang akan dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari

skripsi yang terdiri dari latar belakang masalah dan analisis masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian,.

Bab II berisi kajian pustaka atau kerangka teoretis, merupakan kajian

kepustakaan, di sini peneliti memaparkan mengenai kajian teori dalam penelitian,

yaitu kesulitan membuat keputusan karier peserta didik di SMK Angkasa Lanud

Husein Sastranegara tahun ajaran 2014/2015.

Bab III berisi metode penelitian, memaparkan lokasi, populasi dan sampel

penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses

pengembangan instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV berisi hasil dan pembahasan penelitian, serta pengembangan

program bimbingan karier di SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara tahun

ajaran 2014/2015.

Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini disajikan penafsiran

peneliti terhadap hasil analisis penelitian, yang disajikan dalam bentuk

(13)

7

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditunjukan kepada para pembuat kebijakan, guru bimbingan dan konseling, dan

(14)

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2010, hlm. 14) digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel

pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode penelitian merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, metode

yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat kesulitan

membuat keputusan karier peserta didik kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein

Sastranegara Tahun Ajaran 2014/2015.

3.2Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein

Sastranegara Tahun Ajaran 2014/2015.

3.2.2 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang secara

administratif terdaftar dan aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas XI SMK

Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun Ajaran 2014/2015. Partisipan dalam

penelitian ini sebanyak 169 peserta didik, terbagi ke dalam Sembilan kelas yaitu

tiga kelas jurusan Mesin Otomotif (MO), Mesin Industri (MI), dan Listrik (L),

(15)

21

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabe l 3.1 Populas i Pe ne litian

Kelas Jumlah Peserta Didik

XI MO A 22

XI MO B 14

XI MO C 18

XI MI A 28

XI MI B 19

XI MI C 17

XI MI D 21

XI L A 14

XI L B 16

Jumlah 169

3.2.3 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2010, hlm. 117), sedangkan teknik pengambilan

sampel yang digunakan yaitu simple random sampling karena pengambilan

sampel dari populasi dilakukan secara acak dan setiap peserta didik memiliki

kesempatan menjadi sampel penelitian (Creswel, 2012, hlm. 143). Dalam

penelitian ini sampel berjumlah 169 peserta didik.

3.3Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Konsep Kesulitan Membuat Keputusan Karier

Kompleksnya proses pembuatan keputusan karier mengakibatkan banyak

orang kesulitan untuk membuat keputusan karier yang ideal. Sebagaimana

(16)

22

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

process of career decision making, as noted earlier, makes it difficult for most

people to be ideal career decision makers”. Sementara itu, istilah “ideal career

decision maker” mengacu pada orang yang menyadari kebutuhan untuk membuat

keputusan karier, bersedia untuk membuatnya, dan mampu membuatnya secara

benar, yakni menggunakan proses yang sistematis untuk mencapai keputusan

yang tepat dengan dirinya atau tujuan kariernya. Gati dkk. mengungkapkan

kompleksitas dari proses membuat keputusan dianggap sebagai masalah potensial

yang dapat mempengaruhi proses membuat keputusan yang dapat berdampak

pada dua kemungkinan, yaitu: (1) mencegah individu untuk membuat keputusan,

atau (2) keputusan yang dibuat menjadi kurang optimal.

Pembahasan kesulitan membuat keputusan karier diawali oleh pendekatan

teoritis untuk menangani keraguan karier atau lebih dikenal career indecision.

Misalnya Bordin dan Koplin (1973) mengkalasifikasikan kesulitan membuat

keputusan karier yang bersumber dari faktor internal (dalam diri) dan faktor

eksternal (luar diri) peserta didik. Sementara itu (Osipow dan Fitzgerald, 1996;

Super, 1953) menyatakan kesulitan membuat keputusan karier dapat muncul pada

tahap-tahap perkembangan karier peserta didik. Crites (1978) memandang

berdasarkan kematangan vokasional yang artinya tujuan akhir dari membuat

keputusan karier ialah peserta dididk mampu menghadapi atau mampu melewati

kesulitan-kesulitan yang muncul pada tahap-tahap menentukan pilihan jurusan

atau pendidikan lanjutan dan menentukan pilihan pekerjaan setelah mereka lulus

nanti.

3.3.2 Definisi Operasional Kesulitan Membuat Keputusan Karier

Kesulitan membuat keputusan karier adalah kesulitan-kesulitan yang

muncul pada peserta didik kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara

dalam memilih dan menetapkan pilihan karier yang dapat mengakibatkan peserta

didik menunda membuat keputusan karier, menggantungkkan pembuatan

keputusan kepada orang lain, dan membuat keputusan tetapi hasilnya kurang

(17)

23

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang kesiapan (lack of readiness), (2) kurang informasi (lack of information),

dan (3) informasi yang tidak konsisten (inconsistent information).

1) Kategori pertama yaitu kurang kesiapan (lack of readiness), mencakup tiga

indikator kesulitan, yaitu: (1) kurang dorongan untuk terlibat dalam proses

membuat keputusan karier, (2) ketidaktegasan (ragu-ragu) dalam membuat

keputusan karier, dan (3) disfungsional mitos.

2) Kategori kedua yaitu kurang informasi (lack of information), mencakup empat

indikator kesulitan, yaitu: (1) kurang pengetahuan tentang langkah-langkah

membuat keputusan karier, (2) kurang informasi tentang diri, (3) kurang

informasi tentang alternatif pekerjaan, dan (4) kurang informasi tentang cara

mendapatkan informasi tambahan.

3) Kategori kesulitan yang ketiga ialah informasi yang tidak konsisten

(inconsistent information), mencakup tiga indikator kesulitan, yaitu: (1)

informasi yang tidak dipercaya, meliputi informasi tentang preferensi,

kapabilitas, dan pilihan pekerjaan yang relevan, (2) konflik yang bersumber

dari dalam diri, akibat kesenjangan antara preferensi dengan kapabilitas peserta

didik, dan (3) konflik yang melibatkan orang lain (significant other).

3.4Instrumen Penelitian

3.4.1 Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian

ini berupa sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengungkap

intensitas indikator kesulitan membuat keputusan karier peserta didik kelas XI

SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara. Setiap pernyataan instrumen kesulitan

membuat keputusan karier dikembangkan dengan merujuk pada definisi

operasional variabel dalam bentuk pernyataan yang menggambarkan dinamika

indikator kesulitan membuat keputusan karier peserta didik.

Instrumen yang digunakan adalah instrumen berstruktur dengan bentuk

jawaban tertutup. Angket bentuk ini merupakan instrumen yang jawabannya telah

(18)

24

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alternatif jawaban yang telah disediakan (Arikunto, 2010, hlm. 195).

Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket berupa skala Likert dengan

alternatif jawaban SS (sangat sesuai), S (sesuai), KS (kurang sesuai), TS (tidak

sesuai), STS (sangat tidak sesuai).

3.4.2 Pengembangan Kisi-kisi

Pengembangan kisi-kisi instrumen kesulitan membuat keputusan karier

peserta didik merujuk pada definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi

kesulitan membuat keputusan karier peserta didik disajikan dalam tabel berikut

ini:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik

Aspek Indikator No. Item ∑

(+) (-)

1. Kurang kesiapan

untuk terlibat dalam

proses membuat

keputusan karier (lack of

readiness)

1.1 Kurang dorongan untuk

terlibat dalam proses

membuat keputusan karier

1, 2, 3 4, 5,6 6

1.2 ketidaktegasan dalam

membuat keputusan

7, 8, 9, 10, 11 5

1.3 disfugsional mitos 12, 13,

14

15, 16 5

2.Kurang informasi (lack

of information)

2.1 kurang pengetahuan

tentang proses

(langkah-langkah) membuat

keputusan karier

17, 18,

19, 20

21, 22 6

2.2 kurang informasi

tentang diri

23, 24,

25

26, 27 5

2.3 kurang informasi

tentang alternatif pekerjaan

28, 29 30, 31,

32

(19)

25

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4.3 Pedoman Skoring

Pada instrumen ini pola skor yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Model Summated Ratings (Likert)

Pernyataan Skor Opsi Alternatif Respon

SS S KS TS STS

Positif (+) 5 4 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3 4 5

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-5 dengan bobot

tertentu. Bobotnya ialah:

2.4 kurang informasi

tentang cara mendapatkan

informasi tambahan

33, 34 35 3

3. Informasi yang tidak

konsisten (inconsistent

information)

3.1 Informasi yang tidak

dipercaya meliputi

informasi tentang

preferensi, kapabilitas, dan

pilihan pekerjaan yang

relevan

36, 37 38, 39,

40,

5

3.2 Konflik yang bersumber

dari dalam diri, akibat

kesenjangan antara

preferensi dengan

kapabilitas individu

41, 42,

43

44, 45 5

3.3 Konflik yang

melibatkan orang lain

(significant other).

46, 47 48, 49 4

(20)

26

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 5 pada pernyataan positif

dan skor 1 pada pernyataan negatif.

2) Pilihan jawaban Sesuai (S) memiliki skor 4 pada pernyataan positif dan skor 2

pada pernyataan negatif.

3) Pilihan jawaban Kurang Sesuai (KS) memiliki skor 3 pada pernyataan positif

dan skor 3 pada pernyataan negatif.

4) Pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif dan

skor 4 pada pernyataan negatif.

5) Pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) memiliki skor 1 pada pernyataan

positif dan 5 pada pernyataan negatif.

3.5Proses Pengembangan Instrumen

3.5.1 Uji Validitas

Menurut Creswell (2012), validitas merupakan tingkat penafsiran

kesesuaian hasil yang dimaksudkan instrumen dengan tujuan yang diinginkan.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

(Arikunto, 2010, hlm. 211). Dalam penelitian ini uji validitas terdiri dari uji

kelayakan instrumen, uji keterbacaan, dan uji coba butir item instrumen.

1) Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum diujicobakan, instrumen kesulitan membuat keputusan karier

peserta didik yang telah disusun terlebih dahulu ditimbang kelayakannya oleh

para pakar. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari segi bahasa,

konstruk, dan isi. Penimbangan uji kelayakan instrumen dilakukan oleh tiga orang

pakar dan praktisi bimbingan dan konseling, satu orang bergelar doktor dan dua

orang bergelar magister.

Instrumen yang ditimbang oleh para pakar diklasifikasikan ke dalam dua

kualifikasi yaitu memadai (M) dan tidak memadai (TM). Memadai artinya butir

instrumen bisa langsung digunakan dan tidak memadai artinya memiliki dua arti

(21)

27

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan tetapi harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan hasil

penimbangan. Selanjutnya, hasil penimbangan kelayakan instrumen oleh para ahli

bimbingan dan konseling tersebut dijadikan sebagai landasan dalam

penyempurnaan instrumen yang telah disusun.

Berdasarkan hasil penimbang pertama, kedua, dan ketiga hampir seluruh

item pada angket kesulitan membuat keputusan karier termasuk memadai. Saran

perbaikan dari penimbang pertama meliputi, secara konstruk aspek harus

diperjelas, secara isi sudah memadai, dan secara bahasa harus disempurnakan

kambali agar mudah dipahami partisipan dan secara pedoman penyekoran diubah

menjadi lima pilihan jawaban. Saran penimbang kedua, secara konstruk ialah

perbaiki indikator 1.3 yakni ketidakyakinan terhadap proses membuat keputusan

karier menjadi indikator disfungsional mitos, secara isi sesuaikan indikator 1.2

yakni ketidaktegasan dengan beberapa alternatif item yang masih bisa dipakai.

Secara bahasa sudah dapat dipahami. Masukan dari penimbang tiga secara

konstruk isi, dan bahasa pada item 1.2 item diperbaiki.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian di kelas XI SMK

Angkasa Lanud Husein Sastranegara tahun ajaran 2014/2015 menggunakan

instrumen penelitian yang telah digunakan oleh Muhammad Muhajirin di SMA

Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014 (Ijin penggunaan instrumen terlampir).

2) Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dimaksudkan untuk melihat keterbacaan instrumen oleh

peserta didik sebelum digunakan untuk kebutuhan penelitian. Uji keterbacaan ini

dilakukan kembali pada kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara tahun

ajaran 2014/2015, karena sampel penelitian yang diteliti berbeda dengan peneliti

sebelumnya yang melakukan penelitian tentang efektivitas konseling karir trait

and factor untuk mereduksi kesulitan membuat keputusan karir peserta didik di

SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik

(22)

28

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item

pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti.

3) Uji Validitas Butir Item Instrumen

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Sugiyono (2010, hlm. 363)

menjelaskan validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Semakin tinggi

nilai validitas butir item pernyataan maka semakin tinggi pula nilai kehandalan

atau valid instrumen tersebut di lapangan. Pengolahan data dalam penelitian

dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Pengujian validitas

alat pengumpul data menggunakan rumus korelasi Spearman Rank dengan rumus

sebagai berikut:

dimana

(Siegel, 1994; Mutmainah, 2009)

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi tata jenjang

d = Beda urutan skor pada variabel I dan II

(23)

29

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ty = Faktor koreksi y

Hasil uji validitas instrumen yang terdiri dari 49 item pernyataan, menunjukkan

48 item valid dan satu item tidak valid (data hasil validasi terlampir).

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas

KESIMPULAN ITEM JUMLAH

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24,

25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44,

45, 46, 47, 48, 49,

48

Tidak valid 16 1

3.6Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto (2010, hlm. 221) reliabilitas merujuk pada suatu

pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Reliabilitas instrumen

ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh

subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha dengan

memanfaatkan program SPSS 16.0 for windows. Adapun rumus yang digunakan

dengan metode Alpha sebagai berikut:

(Arikunto, 2013, hlm. 239)

Keterangan :

(24)

30

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

r11 = Nilai Reliabilitas

Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 16.0 for windows untuk

mencari nilai reliabilitas instrumen kesulitan membuat keputusan karier peserta

didik kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara tahun ajaran 2014/2015

dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen kesulitan membuat keputusan karier

Kriteria interpretasi reliabilitas menggunakan pedoman klasifikasi rentang

koefisien reliabilitas berdasarkan Sugiyono (2010, hlm. 183), sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

Cronbach's

Alpha N of Items

(25)

31

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian reliabilitas instrumen pengungkap kesulitan membuat keputusan

karier diperoleh hasil sebesar 0,762. Artinya derajad keterandalannya berada pada

kriteria tinggi. Maka, instrumen yang digunakan dapat dipercaya untuk dijadikan

alat pengumpul data kesulitan membuat keputusan karier peserta didik kelas XI

SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun ajaran 2014/2015.

3.7Analisis Data

Teknis analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan pertanyaan

penelitian yang sudah dirumuskan. Pertanyaan mengenai profil tingkat kesulitan

membuat keputusan karier peserta didik kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein

Sastranegara tahun ajaran 2014/2015 dijawab dengan menganalisis data skor

dengan langkah mengelompokkan data kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang,

dan rendah yang mencerminkan tingkat kesulitan membuat keputusan karier

peserta didik. Adapun analisis profil kesulitan membuat keputusan karier peserta

didik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

Data hasil penelitian yang telah diperoleh, dianalisis dengan menggunakan

Microsoft office Excel 2010 For Windows. Untuk mengetahui tingkat pencapaian

kesulitan membuat keputusan karier peserta didik, dilihat dari skor matang. Skor

matang diperoleh dengan membagi nilai rata-rata jumlah skor aktual dengan skor

ideal, kemudian dikalikan 100%. Adapun perhitungan skor aktual dan ideal

sebagai berikut:

(Rakhmat dan Solehuddin, 2006, hlm. 67)

Keterangan:

(26)

32

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NMaks = nilai maksimal jawaban pada setiap item pernyataan

Selanjutnya untuk menentukan kategori tinggi, sedang, dan rendah

menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategorisasi Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein Sastranegara 2014/2015

Kriteria Kategori

x > (µ + σ) Tinggi

(µ - 1,0σ) ≤ x≤ (µ + σ) Sedang

x < (µ - σ) Rendah

Sumber: (Azwar, 2010, hlm. 109)

Hasil perhitungan kategorisasi dengan pedoman pada tabel 3.7 diatas

rata-rata (µ) sebesar 107.22 dan satuan standar deviasi (σ) sebesar14.61. Sehingga

didapatkan kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Kategorisasi Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Kelas XI SMK Angkasa Lanud Husein

Sastranegara 2014/2015

Kriteria Hasil

Perhitungan Kategori

(27)

33

Dikeu Agustinova, 2014

PROFIL KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIER PESERTA D ID IK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) D AN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN D AN KONSELING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(126.37–13.44) ≤ x ≤ (126.37+13.44) 113-140 Sedang

x < (126.37–13.44) < 113 Rendah

Berdasarkan perhitungan di atas, maka pembagian kategori kesulitan

membual keputusan karier disajikan dalam tabel 3.9.

Tabel 3.9

Kategori Tingkat Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik Rentang

Skor Kategori Kualifikasi

>140

Tinggi Kategori ini diartikan peserta didik belum memahami bahwa dirinya memiliki kebutuhan untuk membuat keputusan karier

113-140 Sedang

Kategori ini diartikan bahwa peserta didik mulai memahami diri dan

pilihannya, memperluas dan mengkerucutkan daftar pilihannya,

memilih pekerjaan atau jurusan pada perguruan tinggi

< 113 Rendah

Kategori ini diartikan bahwa peserta didik mulai

mengimplementasikan pilihannya dan memahami membuat

Gambar

Tabel 3.1  Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kesulitan Membuat Keputusan Karier Peserta Didik
Tabel 3.3 Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Tabel 3.4  Hasil Uji Validitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR SATUAN PENDIDIKAN (SEKOLAH) PER Kec.. Ahmad Dahlan Nomor

Scatter Diagram Perbandingan Data Aktual dan Data Peramalan Masing-Masing Distributin Center1. Metode Dekomposisi Pendekatan

Korelasi Penerimaan Perkembangan Fisik dengan Kematangan Emosi yang Ditunjukkan Oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Kota Sukabumi ………... Rekomendasi ………

Tugas Sarjana ini berjudul “ Penggunaan Model Supply Chain Operations References (SCOR) dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain pada PT.. Tugas Sarjana ini adalah sarana

Artinya sebesar tiga puluh enam persen produktivitas PT JCO Donuts &amp; Coffee Miko Mall Bandung dipengaruhi oleh kompensasi.. Sedangkan sisanya enam puluh empat persen

Randomized Comparison of Guided Self Management and Traditional Treatment of Asthma Over One Year.. British

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien

4.3 Model Uji Hipotesis Pengaruh Sub Variabel Lingkungan Keluarga Terhadap Perilaku Sopan