• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING

TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Barang siapa bert

Departemen Psikologi

Diajukan oleh : Shafira Hanawati Kusumah

1002972

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING

TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Oleh:

Shafira Hanawati Kusumah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi

© Shafira Hanawati Kusumah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MOTTO

Barang siapa bertakwa kepada Allah,

niscaya Allah akan memberikan jalan keluar baginya.

Allah memberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan urusannya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya.

(4)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

(5)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

(6)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Asumsi Penelitian... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gratitude (Bersyukur) ... 10

1. Pengertian Gratitude ... 10

2. Komponen Bersyukur ... 11

3. Manfaat Bersyukur ... 11

4. Latihan Syukur ... 15

5. Karakteristik Latihan Syukur ... 15

B. Subjective well being ... 18

1. Definisi Subjective well being ... 18

(7)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Bottom-up Theories ... 19

b. Top-Down Theories ... 19

3. Dimensi Subjective well being ... 20

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Subjective well being ... 22

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 24

1. Kerangka Pemikiran ... 24

2. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian ... 28

1. Populasi Penelitain ... 28

2. Teknik Sampling ... 28

3. Sampel Penelitian ... 28

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 29

1. Definisi Konseptual ... 29

2. Definisi Operasional ... 29

E. Desain Penelitian ... 30

F. Instrumen Penelitian... 31

1. Instrumen Subjective well being ... 31

2. Instrumen Gratitude ... 37

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

G. Prosedur dan Rencana Pelaksanaan Eksperimen ... 41

H. Materi Pelatihan ... 42

I. Persiapan Pelatihan ... 44

1. Tahapan Penelitian ... 44

2. Blue Print Jadwal Pelatihan ... 45

(8)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Kuantitatif ... 50

1. Statistik Deskriptif... 50

2. Uji Prasyarat ... 51

3. Uji Hipotesis ... 53

B. Hasil Analisis Data Kualitatif ... 57

C. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kategorisasi Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor SWLS ... 32

Tabel 3.2 Kategorisasi Penilaian Mood dan Emosi Berdasarkan Skor SPANE .. 35

Tabel 3.3 Kategorisasi Penilaian Subjective well being ... 36

Tabel 3.4 Kategorisasi Penilaian Rasa Syukur Berdasarkan Skor GQ ... 37

Tabel 3.5 Kategorisasi Koefisien Realibilitas Alpha Cronbach ... 39

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach Item GQ ... 40

Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach GQ Setelah Item Dikurangi ... 41

Tabel 3.8 Tahapan Pelatihan Syukur ... 44

Tabel 3.9 Jadwal Gratitude Training ... 45

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 50

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data pada Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 52

Tabel 4.3 Hasil U-test SWLS ... 53

Tabel 4.4 Hasil U-Test SPANE ... 55

Tabel 4.5 Hasil U-Tes GQ ... 56

Tabel 4.6 Hasil Gratitude Journal ... 57

Tabel 4.7 Hasil Remember the Bad ... 61

Tabel 4.8 Hasil Merenungkan Tiga Pertanyaan ... 65

Tabel 4.9 Hasil Evaluasi pelatihan tingkat 1 ... 68

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Pelatihan Tingkat 2 ... 68

(10)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

(11)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Gambaran Rerata Skor SWLS Kelompok Eksperimen & Kontrol ... 54

(12)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Kegiatan

Lampiran 2 Administrasi Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Data Skor dan Kategorisasi Pada Setiap Variabel

Lampiran 5 Reabilitas dan Validitas

Lampiran 6 Analisis Item

Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas, dan Uji Mann-Whitney

(13)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Shafira Hanawati Kusumah (1002972). EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA BURUH PABRIK SARUNG

ALIMIN MAJALAYA. Skripsi, Departemen Psikologi FIP UPI, Bandung (2015).

Penelitian ini didasari fenomena demo buruh yang terjadi akibat kurangnya kesejahteraan

yang dirasakan buruh. Tujuannya adalah untuk mengetahui efek pelatihan syukur bagi buruh.

Pelatihan ini menggunakan metode eksperimen kuasi yang mengacu pada penelitian Emmons

berdasarkan tahapan pelatihan syukur: menulis jurnal syukur, mengingat masa sulit,

merenungkan tiga pertanyaan, merasakan indera, membayangkan ingatan visual, hati-hati berkata, dan membuat janji bersyukur. Penelitian ini menggunakan metode pretest-posttest

control group design. Responden penelitian ini adalah 24 orang buruh Pabrik Sarung Alimin yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol. Instrumen yang digunakan adalah

SWLS, SPANE, dan GQ. Analisis data Mann-Whitney menunjukkan bahwa : (1). Skor rerata

posttest SWB pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, (2). Tidak terdapat perbedaan rerata skor gratitude kelompok eksperimen dan kontrol, (3). Terdapat

perbedaan rerata SWB yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan syukur efektif untuk meningkatkan SWB pada

buruh Pabrik Sarung Alimin.

(14)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Shafira Hanawati Kusumah (1002972). GRATITUDE TRAINING EFECTIVITY TO

INCREASE THE SUBJECTIVE WELL BEING IN ALIMIN GARMENT WORKERS.

Thesis, Department of Psychology FIP UPI, Bandung (2015).

This study is based on the phenomenon of labor demonstrations that occurred due to a

perceived lack of worker’s well-being. The goal was to determine the effect of gratitude

training foe labour. The training uses quasi experimental method which refers to research

based on the stage of Emmons’s gratitude training: keep a gratitude journal, remember the

bad, ask yourself three questions, come to your sense, imagine the visual memory, watch

your language, and gratitude promise. This study used pretest-posttest control group design.

Respondents of this study were 24 workers who are divided into experimental and control

groups. This research uses SWLS, SPANE, and GQ as instrument. Mann-Whitney analysis

showed that: (1). SWB posttest mean score in the experimental group was higher than the

control group, (2). There were no differences between the gratitude mean scores experimental

and control groups, (3). There are significant differences between the SWB mean scores

between experimental and control groups. The conclusion is the training is effective to

increase SWB to the Alimin’s Garment workers.

(15)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam

berbagai bidang, termasuk dalam bidang Industri. Perkembangan dalam

bidang Industri ini adalah salah satu yang paling pesat, menurut Badan

Pusat Statistik, indeks pertumbuhan industri besar dan sedang di Indonesia

dari tahun 2010-2014 rata-rata mencapai lebih dari 100% (bps.go.id diakses

pada 11 September 2014).

Pertumbuhan industri tersebut tentunya diikuti oleh kebutuhan

tenaga kerja yang juga meningkat tajam. Jumlah tenaga kerja di Indonesia

pada tahun 2013 mencapai 118,2 juta jiwa dan terus meningkat. Dari

seluruh tenaga kerja tersebut, 55,3 juta jiwa atau sekitar 46% merupakan

buruh (detik.com, diakses pada 11 September 2014).

Jumlah buruh Indonesia merupakan kedua yang terbesar setelah

China (jabar.tribunnews.com diakses pada 11 September 2014).

Sayangnya, sebagian besar buruh tersebut belum dapat dikatakan memiliki

kehidupan yang sejahtera.

Akhir-akhir ini Indonesia diramaikan oleh berbagai berita mengenai

demo buruh yang terjadi di wilayah Ibu Kota dan Jawa Barat. Salah satunya

adalah aksi mogok yang dilakukan oleh buruh di kota Bandung. Seperti yang dilansir oleh Sindonews.com : “Tak kurang dari lima ribu orang dari

delapan elemen buruh menggelar aksi di depan gerbang Balai Kota

Bandung, Jawa Barat, Senin (18/11/2013). Aksi itu sempat membuat

kemacetan di Jalan Wastukancana dan sekitarnya. Sementara soal aksinya,

massa menuntut upah minimum kabupaten/kota (UMK) layak. Besaran

yang diinginkan adalah Rp. 2,7 juta.” (Sindonews.com diakses pada 12

(16)

2

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tuntutan peserta demo tidak berubah dari tahun ke tahun, yakni

menuntut kenaikan gaji sebagai manifestasi untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup. Upah yang kecil disinyalir menjadi faktor utama yang

menjadi penyebab ketidaksejahteraan mereka, sehingga setiap tahun Serikat

Pekerja Buruh selalu mengajukan tuntutan tersebut. Tahun 2012 lalu tuntutan tersebut dikabulkan oleh Pemerintah, sehingga UMR naik hampir

50%. Sedangkan pada tahun 2013, kenaikan yang diajukan mencapai dua

kali lipatnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi_online.co.id diakses

2013), “Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang

mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai

dengan kesepakatan sebelumnya. Upah biasanya diberikan secara harian

maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang telah disetujui

(KKWT - Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu)”. Dalam prakteknya, buruh

diidentikan dengan pekerja yang lebih melakukan kegiatan fisik atau

pekerjaan kasar, berbeda dengan karyawan yang dianggap lebih

menggunakan otak untuk pekerjaannya. Sehingga, strata buruh dianggap

lebih rendah daripada karyawan. Hal itu berdampak pula pada upah buruh

yang cenderung dianggap kecil.

Banyaknya isu-isu dan pro-kontra dari kalangan masyarakat

menyebabkan fenomena ini menjadi topik perbincangan utama selama berhari-hari. Di sisi lain, tuntutan kenaikan upah buruh dinilai para

pengusaha sangat memberatkan. "Data yang kita punya, 10 perusahaan

melakukan PHK massal dan siap akan hengkang. Termasuk sekitar tujuh

ribu karyawan terkena PHK masal," jelas Kadisosnaker Kab Bogor Nuradi,

Kamis (31/10/2013), seperti yang dilansir oleh inilah.com (Inilah.com,

diakses pada 12 januari 2014).

Banyak masyarakat menilai tuntutan kaum buruh tersebut tidak pada

tempatnya, dikarenakan UMR yang telah ditetapkan tahun lalu telah

(17)

3

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menuntut kenaikan kembali 50%, padahal tuntutan tersebut didasarkan pada

hasil perhitungan kebutuhan yang konsumtif (liputan6.com, diakses pada 8

januari 2014). Hal itu didukung oleh fakta bahwa beberapa orang buruh

melakukan demo sambil membawa kendaraan bermotor yang dinilai

mewah.

Seperti yang dikutip dari Merdeka.com, ”Diantara antara para buruh

tersebut ada sejumlah buruh yang mengendarai sepeda motor yang harganya

relatif mahal, seperti Kawasaki Ninja 250 cc yang harganya di atas Rp. 45

juta. Menanggapi hal itu, Taufik, salah seorang buruh, mengatakan, sepeda

motor itu diperolehnya dari hasil kredit. Pria lajang ini mengatakan, jika

digabung dengan uang lembur, dalam satu bulan dia bisa menerima gaji

sebesar Rp 4 juta. Namun, jika tidak lembur, dia hanya menerima Rp 2,5

juta per bulan.” (merdeka.com, diakses pada 28 Desember 2014). Maka,

menjadi pertanyaan bahwa apakah seseorang yang sanggup membeli

kendaraan bermotor mewah dapat disebut tidak sejahtera secara materi?

Dilihat dari fenomena tersebut, tuntutan buruh itu tidak terlepas dari

masalah materi. Upah dirasakan tidak pernah mencukupi, walaupun telah

mengalami kenaikan pada setiap tahunnya, sehingga menyebabkan mereka

tetap tidak atau kurang sejahtera. Dengan kata lain, mereka merasa tidak

bahagia (less happiness). Hal ini tentunya menjadi permasalahan karena

dengan jumlah pendapatan tersebut, sebenarnya cukup untuk biaya hidup mereka.

Kebahagiaan adalah istilah yang dinilai dari pemahaman dan

penilaian subyektif mengenai kehidupan yang dilihat dari pengalaman,

(Lopez, 2009) yang disebut juga sebagai subjective well being (Diener,

2009). Diener, dkk. (1999) mengartikan bahwa Subjective well being adalah

persepsi manusia terhadap kesejahteraan dirinya yang meliputi penilaian

kognitif tentang kepuasan hidup dan persepsi afektif mengenai mood dan

(18)

4

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang seberapa bahagianya mereka baik dalam kognitif, maupun afektif.

Semakin seseorang merasa bahagia, maka ia semakin merasa cukup.

Salah satu intervensi psikologi positif untuk meningkatkan subjective

well being adalah melalui syukur. (Emmons dan McCullough, dalam

Diener, 2009). Lebih jauh, McCullough (2004) menjelaskan bahwa individu yang bersyukur tidak hanya mengelami efek positif seperti kebahagiaan

lebih sering, tetapi juga lebih menikmati kepuasan dalam hidup, cenderung

kurang mengalami depresi, kecemasan, dan iri hati. Maka, individu yang

bersyukur akan lebih dapat merasakan kesejahteraan subjektif, atau

subjective well being.

Pada penelitian sebelumnya, Emmons, dkk. (2007) meneliti tentang

pengaruh Syukur terhadap peningkatan subjective well being pada berbagai

macam orang. Dalam riset ini, para peneliti membagi responden menjadi

tiga kelompok, yaitu kelompok, pertama yang diperintahkan untuk

menuliskan kejadian-kejadian yang menyenangkan; kelompok dua, yang

diperintahkan untuk menuliskan kejadian-kejadian tidak menyenangkan;

dan kelompok tiga, yang diperintahkan untuk menuliskan kejadian apapun

yang terjadi setiap hari selama sepuluh minggu. Hasil riset mengungkapkan

bahwa orang-orang yang berada di kelompok pertama mengalami

peningkatan kebahagiaan yang signifikan, yaitu sebesar 25% dibandingkan

kelompok kedua dan ketiga.

Gratitude training akan mengarahkan kepada perilaku bersyukur,

sehingga orang-orang dapat melihat hal-hal positif yang mereka miliki

ditengah segala situasi kekurangan yang mereka rasakan untuk

menumbuhkan perasaan positif tentang kehidupannya, rasa optimis,

produktif, dan meningkatkan rasa syukur agar merasa cukup dengan

kehidupannya (Emmons, 2007).

Permasalahan rasa syukur itu pula yang sedang dihadapi oleh buruh

Pabrik Sarung Alimin. Pabrik Sarung Alimin adalah sebuah Perusahaan

(19)

5

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghasilkan sekitar 200 kodi sarung setiap bulan, sehingga masih

tergolong sebagai usaha kecil dan menengah. Pabrik ini memiliki pekerja

buruh sekitar 32 orang yang terbagi kedalam dua shift kerja. Selepas

kenaikan harga BBM pada bulan April 2015 lalu, perusahaan ini mendapat

berbagai macam keluhan dari para pekerjanya yang rata-rata mengeluhkan kenaikan harga bahan makanan pokok dan gajinya yang terasa kurang. Pada

studi pendahuluan, peneliti mendapatkan informasi bahwa upah buruh

sebenarnya telah dinaikkan sekitar 20%, dari yang awalnya Rp. 500,00

menjadi Rp. 600,00 per sarung untuk melipat dan packing, dan Rp. 1.000,00

menjadi Rp. 1.200,00 per sarung untuk bagian pemotong dan penjahit.

Dalam sehari, satu orang pekerja dapat menyelesaikan hingga 30-50 sarung.

Walaupun upah tersebut telah dinaikkan, namun masih ada beberaa keluhan

dari para pekerja, salah satunya adalah untuk menambah uang lembur,

padahal sebenarnya Pabrik sedang sepi permintaan.

Merujuk pada hasil penelitian Emmons dan permasalahan yang

ditemukan pada para buruh di Indonesia umumnya, dan pada Pabrik Sarung

Alimin khususnya, maka peneliti bermaksud untuk mengadaptasi penelitian

Emmons pada Pabrik Sarung Alimin Majalaya. Peneliti ingin mengetahui

apakah Pelatihan syukur efektif untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif

pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam latar belakang diatas adalah

ketidaksejahteraan buruh, sehingga menyebabkan fenomena demo buruh.

Penelitian ini akan membahas tentang cara meningkatkan kesejahteraan

subjektif (subjective well being) dengan Gratitude training.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat gratitude sebelum dan sesudah treatment pada buruh

(20)

6

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana tingkat subjective well being sebelum dan sesudah treatment

pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya

3. Apakah gratitude training meningkatkan gratitude pada buruh Pabrik

Sarung Alimin Majalaya?

4. Apakah perubahan gratitude berpengaruh terhadap subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

5. Apakah gratitude training efektif untuk meningkatkan subjective well

being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini dilakukan

dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui tingkat gratitude sebelum dan sesudah treatment

pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya

2. Untuk mengetahui tingkat subjective well being sebelum dan sesudah

treatment pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya

3. Untuk mengetahui apakah gratitude training meningkatkan gratitude

pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

4. Untuk mengetahui pengaruh perubahan gratitude terhadap subjective

well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya?

5. Untuk mengatahui apakah gratitude training efektif untuk meningkatkan subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin

Majalaya?

D. Asumsi Penelitian

Sejumlah fenomena, teori dan hasil penelitian terdahulu yang menjadi

dasar asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Fenomena yang sedang terjadi saat ini adalah demo menuntut

kenaikan upah yang terus-menerus oleh para buruh, walaupun

tuntutan tersebut telah dikabulkan sebesar 50% ada tahun 2013, dan

(21)

7

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menuntut kenaikan UMR untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

mereka meningkat.

2. Kesejahteraan hidup subjektif adalah evaluasi atau penilaian

mengenai kepuasan hidup dan kebahagiaan yang dirasakan baik

secara kognitif maupun afektif (Diener, 2006).

3. Terdapat dua teori mengenai subjective well being, yaitu 1). Teori

Bottom-up yang menyatakan bahwa kebahagiaan seseorang tergantung pada kumpulan peristiwa-peristiwa kecil yang

menyenangkan, seperti kesehatan, gaji yang besar, dan lain-lain. ;

dan 2). Teori Top-down, yang menyatakan bahwa kebahagiaan

tergantung persepsi seseorang mengenai pengalaman yang mereka

alami. Jika mereka dapat mempersepsikan kejadian secara positif,

maka mereka akan bahagia (Diener, 2003).

4. Pada permasalahan diatas, ketika upah dinaikkan, mereka masih

merasa tidak sejahtera. Maka digunakan teori kedua, yaitu

Top-down Theories. Jika mereka memiliki persesi positif mengenai pengalam yang mereka alami, maka subjective well being mereka

akan meningkat.

5. Gratitude training pada penelitian ini merujuk pada pengembangan dari teori Robert Emmons, yaitu kegiatan untuk memberi kesadaran

mengenai kebaikan-kebaikan yang telah dialami dan sumber eksternal atas kebaikan tersebut. sehingga dapat diimplementasikan

untuk meningkatkan rasa syukur peserta (Anggarani, dkk., 2013).

6. Studi awal yang dilakukan Emmons dan McCullough (2004)

memperlihatkan bahwa gratitude training dapat meningkatkan

subjective well being secara signifikan. Dengan demikian tentunya seorang buruh yang melakukan gratitude training akan merasa

(22)

8

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat pada bidang teoretis, yaitu:

a. Psikologi Positif

1) Membuktikan dan memperkuat teori bersyukur untuk meningkatkan subjective well being.

2) Sebagai pengembangan ilmu psikologi positif mengenai

gratitude training, terutama salah satu implikasinya terhadap peningkatan subjective well being.

3) Menjadi penelitian eksperimen yang dapat dikembangkan

kembali oleh para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

mengenai gratitude training.

2. Manfaat Praktis

Selain memiliki manfaat teoritis, penelitian ini juga diharapkan dapat

bermanfaat bagi:

a. Pihak Perusahaan

Mampu mengembangkan gratitude training dan memanfaatkannya sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan

kebahagiaan hidup karyawan.

b. Pihak Karyawan (Buruh)

Mengetahui pentingnya manfaat gratitude training untuk meningkatkan subjective well being sehingga dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini terbagi dalam beberapa bab untuk mempermudah

keseluruhan pembahasannya, sebagai berikut:

1. Bab I, berisi tentang pendahuluan, yaitu latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

(23)

9

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bab II, berisi pembahasan tentang landasan teori yang berkaitan dengan

penelitian ini yaitu teori gratitude dan subjective well being

3. Bab III, berisi uraian singkat mengenai metode penelitian, yaitu lokasi dan

partisipan penelitian, metode penelitian, desain eksperimen, definisi

operasional variabel, instrumen penelitian, tahapan pelatihan, pelaksanaan

pelatihan, dan metode analisis data penelitian.

4. Bab IV mengemukakan hasil penelitian yang meliputi tahap analisis data

serta pembahasannya.

5. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan diakhiri dengan

(24)

27

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen

(quasi-experimental research). Metode kuasi eksperimen merupakan metode yang dilakukan tanpa randomisasi, namun tetap melakukan kontrol terhadap beberapa

variabel non-eksperimental dan terdapat kelompok kontrol sebagai kelompok

pembanding untuk memahami efek perlakuan (Latipun, 2010 : 70).

Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini berupa pemberian Pelatihan

Syukur (Gratitude Training) pada kelompok eksperimen, dan setelah itu peneliti

akan melihat ada atau tidaknya peningkatan kesejahteraan subjektif pada peserta

pasca diberikan pelatihan tersebut.

Pada Bab ini akan dijelaskan hal-hal mengenai metode penelitian, yaitu

waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel, dan teknik sampling, desain

penelitian, instrumen penelitian, validitas, teknik pengumulan data, teknik

pengolahan dan analisis data.

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Mei 2015 dan bertempat di

Aula Pabrik Sarung Alimin Majalaya, Jawa Barat. Alasan digunakan lokasi

tersebut adalah untuk memudahkan peserta karena tempatnya yang terjangkau, memiliki fasilitas yang cukup, dan dapat diawasi langsung oleh

Perusahaan, sebagai Pihak yang telah mengijinkan diadakannya pelatihan

(25)

28

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Arikunto (2006) mengatakan bahwa populasi adalah seluruh

subjek yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah buruh Pabrik Sarung Alimin.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu

seluruh populasi diambil sebagai sampel (Latipun, 2002).

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti

(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, sampelnya dipilih sebanyak 28

orang dan dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok

berisi 14 orang peserta yang diberi perlakuan berbeda, yaitu :

a. Kelompok eksperimen : sebanyak 14 orang buruh Pabrik yang

diperintahkan untuk mengisi skala kesejahteraan subjektif dan

skala syukur, lalu diberi Pelatihan Syukur. Setelah itu, kelompok

eksperimen diperintahkan mengisi skala kembali untuk melihat

perbedaannya sebelum dan setelah perlakuan.

b. Kelompok kontrol : 14 orang buruh yang tidak diberi perlakuan

tetapi diperintahkan untuk mengisi skala kesejahteraan

subjektifdan skala syukur sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan

(26)

29

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Y) yaitu variabel

yang memberikan pengaruh dan variabel bebas (X) yaitu variabel yang

diberi pengaruh. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gratitude

training, sedangkan variabel bebasnya adalah subjective well being.

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual a. Gratitude training

Gratitude training dalam penelitian ini merupakan kegiatan pemberian pemahaman dan keterampilan mengenali

kebaikan-kebaikan yang telah diterima dan menyedari adanya

sumber-sumber eksternal atas kebaikan tersebut sehingga

peserta mengaplikasikannya untuk meningkatkan rasa syukur

(Emmons, 2007).

b. Subjective well being

Subjective well being (kesejahteraan subjektif) adalah persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri

dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan merepresentasikannya dalam kesejahteraan psikologis (Diener,

1999).

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Gratitude training

Gratitude training adalah pemberian perlakuan berupa pelatihan dan instruksi yang didasarkan pada modul yang dibuat

menurut teori dan penelitian sebelumnya oleh Emmons (2001)

(27)

30

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jurnal kebersyukuran, mengingat keburukan masa lalu, bertanya

kepada diri sendiri, melihat kedalam diri, merasakan indera, dan

berjanji untuk bersyukur.

b. Subjective well being

Subjective well being adalah evaluasi atau penilaian diri

mengenai tingkatan kebahagiaan buruh Pabrik Sarung Alimin

Majalaya secara subjektif yang meliputi tiga komponen, yaitu :

kepuasan hidup yang diukur dengan SWLS (satisfaction with

life scale), induksi afek positif dan pengurangan afek negatif yang diukur dengan SPANE.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Menurut

Latipun (2006) metode eksperimen adalah metode yang menggunakan

manipulasi untuk mengetahui perbedaan hasil manipulasi tersebut terhadap

individu atau kelompok yang diamati. “Manipulasi yang dilakukan dapat

berupa perlakuan atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau

kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Eksperimen ini dilakukan

untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang

diberikan secara sengaja oleh peneliti.” (Latipun, 2006 : 5).

Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuasi eksperimen dengan

komparasi perlakuan dua kelompok yang dipilih secara purposif. Kuasi

eksperimen dipilih karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di

luar penelitian ini. Desain penelitian yang digunakan adalah desain

eksperimen ulang (prestest-posttest control group design), yaitu melakukan

observasi awal sebelum perlakuan dan melakukan pengukuran kembali

setelah perlakuan pada kelompok eksperimen tersebut (Latipun, 2002).

(28)

31

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pretest Treatment Posttest Kelompok Eksperimen  X

Kelompok Kontrol  -

Keterangan :

nonR = kelompok sampel yang dipilih tidak secara random

O1 = Hasil pretestpada kelompok eksperimen

O2 = Hasil pretestpada kelompok kontrol

X = Perlakuan (instruksi gratitude training)

O2 = Hasil posttest pada kelompok eksperimen

O4 = Hasil posttest ada kelompok kontrol

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala dan

kuesioner yang mengukur tingkat rasa syukur dan kebahagiaan subjektif

buruh Pabrik Sarung Alimin. Kuisioner adalah alat pengumpul data yang

terdiri dari sejumlah pernyataan tertulis yang dapat digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden yang berkaitan dengan pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).

1. Instrumen Subjective well being

Subjective well being menurut Diener (2009) terdiri atas tiga komponen, yaitu kepuasan hidup, afek positif, dan afek negatif.

Kepuasan hidup akan diukur oleh skala SWLS (satisfaction with life

scale) yang dibuat oleh Diener, dkk (1985), sedangkan afek positif dan afek negatif akan diukur oleh SPANE (Scale of Positive and

(29)

32

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Satisfaction With Life Scale (SWLS)

SWLS merupakan instrumen baku yang disusun oleh Diener,

Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. SWLS adalah

instrumen untuk mengukur penilaian kognitif individu tentang

kepuasan hidup secara keseluruhan. Skala ini tidak mengukur domain kepuasan, seperti finansial atau kesehatan, tetapi mengizinkan subjek

untuk mengintegrasikan domain atau sumber kepuasan hidup

manapun yang mereka pilih (Diener, 2009).

Instrumen ini terdiri atas lima item pernyataan yang

masing-masing memiliki 7 skala jawaban dengan kategorisasi 1 (sangat tidak

setuju) hingga 7 (sangat setuju). SWLS merupakan instrumen dengan

jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal.

Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa SWLS

memiliki koefisien reliabilitas yang sangat tinggi, yaitu antara

0,78-0,91 (Diener, 2006).

Berikut ini akan disajikan tabel kategorisasi penilaian kepuasan

hidup beserta deskripsi dari masing-masing kategorinya berdasarkan

norma baku Satisfaction With Life Scale yang disusun oleh Diener

(2006).

Tabel 3.1

Kategorisasi Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor SWLS

Skor Kategori penilaian Deskripsi

35,00 ≥ X ≥

30,00 Sangat Puas

(30)

33

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tantangan dan kemajuan hidup mereka. Kehidupan mereka menyenangkan dan hampir setiap aspek hidupnya (pekerjaan, pendidikan,

Responden pada kategori ini menyukai kehidupan mereka dan merasa kehidupannya berjalan lancar. Kehidupan mereka tentu saja tidak sempurna, bahkan pada beberapa hal mereka merasa kurang puas, tetapi perasaan kurang puas tersebut dapat dikurangi dengan pemberian motivasi. kehidupannya, tetapi ada beberapa aspek kehidupan yang dianggap tidak memuaskan dan sangat memerlukan perbaikan. Kategori ini kebanyakan diisi oleh responden yang berasal dari negara-negara berkembang.

15,00 ≥ X ≥ 19,00

Kurang puas

Responden pada kategori ini rata-rata memiliki banyak masalah-masalah kecil pada beberapa aspek kehidupannya, atau memiliki masalah besar pada satu aspek kehidupan.

10,00 ≥ X ≥ 14,00

Tidak puas

(31)

34

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianjurkan sering berbincang dengan konselor agar dapat berubah ke arah yang lebih baik.

5,00 ≥ X ≥ 9,00 Sangat tidak puas

Responden yang berada pada kategori ini umunya merasa sangat tidak puas dengan kehidupannya karena mereka merasa seluruh aspek kehidupannya berjalan dengan tidak lancar atau buruk. Responden pada kelompok ini bahkan dapat dikatakan memiliki gangguan fungsi kehidupan, sehingga mereka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan Psikolog atau Psikiater.

b. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)

SPANE adalah instrumen yang dibuat oleh Diener (2009). Skala

ini terdiri atas 12 item pernyataan, yaitu enam item mengenai

pengalaman positif, dan enam item mengenai pengalaman negatif.

Masing-masing item dinilai menggunakan nilai 1-5, dengan kategori 1

(sangat jarang atau hampir tidak pernah) sampai dengan 5 (sangat

sering atau selalu). Skala ini telah diujicobakan kepada 689 subjek

dari enam tempat berbeda dan memiliki nilai validitas yang tinggi dan

konsisten, yaitu lebih dari 0,8 (Diener, 2009).

Berikut ini disajikan kategori penilaian mengenai mood dan

emosi berdasarkan norma baku Scale of Positive and Negative

(32)

35

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kategorisasi Penilaian Mood dan Emosi Berdasarkan Skor SPANE

Skor Kategori Keterangan

X ≤ -9 Kurang seimbang

Responden lebih sering

merasakan atau

mengalami emosi negatif

daripada positif, atau

merasakan salah satu

emosi negatif yang

sangat kuat.

-8 ≤ X ≤ 8 Seimbang

Responden merasakan

atau mengalami emosi

negatif dan positif secara

seimbang.

X ≥ 9 Sangat seimbang

Responden lebih sering

mengalami emosi positif

daripada negatif, tetapi

masih dapat disebut

seimbang.

c. Kategorisasi Skala Subjective well being

Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan sampel

penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara

berjenjang berdasarkan suatu atribut yang diukur (Azwar, 2007).

Kategorisasi skala SWB yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen

yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 2007).

Secara umum, responden dalam penelitian ini akan dibagi

(33)

36

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendah. Pengukuran SWB ini menggunakan dua skala yang

berbeda, yaitu SWLS dan SPANE untuk mengetahui skor SWB.

Oleh karena itu, kategorisasi skala dalam penelitian ini diperoleh

dengan langkah menurut (Santoso, 2003) sebagai berikut :

1) Menentukan skor ideal atau skor maksimal dan skor

minimal dengan cara berikut :

Skor ideal = skor maksimal SWLS + skor maksimal SPANE =

35 + 24 = 59

Skor minimal = skor minimal SWLS + skor minimal SPANE =

5 + (-24) = -19

2) Menentukan rentang kategori skor dengan cara berikut :

Rentang kategori = = [59- (-19)]/5= 78/ 5 = 15,6

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka

diperoleh kategorisasi skala sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kategorisasi Penilaian Subjective well being

Skor Kategori

59 ≥ X ≥ 43,4 Subjective well being sangat tinggi 43,4 ≥X ≥ 27,8 Subjective well being tinggi 27,8 ≤ X ≤ 12,2 Subjective well being sedang

12,2 ≤ X ≤ -3,4 Subjective well being rendah

(34)

37

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Instrumen Rasa Syukur

Instrumen rasa syukur dalam penelitian ini diadaptasi dari

Gratitude Quesionnaire-six item form (GQ-6) yang disusun oleh Emmons, McCullough, dan Tsang (2001). Instrumen ini memiliki

enam item yang masing-masing mengukur tentang rasa syukur secara umum.

Tabel 3.4

Kategorisasi Penilaian Rasa Syukur Berdasarkan Skor GQ

Skor Kategori

32 ≥ X ≥ 40 Gratitude sangat tinggi

24 ≥X ≥ 32 Gratitude tinggi

16 ≤ X ≤ 24 Gratitude sedang

8 ≤ X ≤ 16 Gratitude rendah

0 ≤ X ≤ 8 Gratitude sangat rendah

3. Uji validitas dan reliabilitas

Validitas dan realibilitas sangat penting dalam penelitian, untuk itu

peneliti terlebih dahulu melakukan try out atau uji instrumen kepada

100 orang pekerja dari berbagai kalangan, agar validitas dan

realibilitas dalam penelitian ini dapat terjamin.

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

kemampuan skala psikologi untuk menghasilkan data yang

akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2010). Uji validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

(35)

38

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suatu item dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi item-total

(rix) ≥ rtabel (Azwar, 2010). Harga koefisien tabel untuk jumlah

responden (N) 100 dengan standar error 5% adalah 0,195.

Sehingga item yang memiliki nilai koefisien korelasi

item-total (rix) < 0,195 tidak valid dan harus dihilangkan. Hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan koefisien

korelasi item terendah pada SWLS adalah 0,650. Hal itu berarti

seluruh item pada instrumen SWLS memiliki nilai koefisien

yang lebih besar daripada 0,195, sehingga dapat disimpulkan

bahwa seluruh item valid.

Instrumen SPANE memiliki nilai koefisien korelasi

terendah 0,321 yang masih lebih besar daripada 0,195, sehingga

seluruh item pada instrument SPANE dapat dikatakan valid.

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi antar item GQ

yang dapat dilihat pada lampiran, nilai terendahnya adalah

0,399. Hal ini berarti bahwa seluruh item pada instrumen GQ

valid.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Suatu

instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat

dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama

dengan hasil pengukuran yang relatif konstan (Arikunto, 2006).

Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan

rumus Alpha Cronbach yang dihitung dengan menggunakan

(36)

39

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5

Kategorisasi Koefisien Realibilitas Alpha Cronbach (Arikunto, 2006)

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel >0,900

Reliabel 0,700-0,900

Cukup Reliabel 0,400-0,700

Kurang Reliabel 0,200-0,400

Tidak reliabel <0,200

1) Uji reliabilitas instrumen SWLS

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dengan

menggunakan bantuan software SPSS 20,0 yang telah

dilakukan terhadap skala SWLS diperoleh indeks

reliabilitas sebagai berikut:

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

,740 5

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, nilai

koefisien reliabilitas SWLS adalah 0,740. Jika melihat

klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas diatas, maka

skala ini memiliki derajat reliabilitas yang tinggi atau

(37)

40

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Uji reliabilitas instrumen Gratitude

Perhitungan nilai reliabilitas pada instrumen GQ-6 dengan

menggunakan SPSS 20,0 menghasilkan data sebagai

berikut :

Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach Item GQ

Item-Total Statistics

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This

violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Nilai reliabilitas Alfa Cronbach instrumen GQ adalah 0,118.

Jika dilihat dari klasifikasi nilai reliabilitas, maka skala ini dinyatakan tidak reliabel, sehingga harus ada item yang

dikurangi agar skala ini menjadi reliabel. Oleh karena itu,

peneliti harus menghapus dua item, yaitu item c dan f agar

(38)

41

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil reliabilitas setelah item c dan f dihapus adalah sebagai

Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach GQ Setelah Item Dikurangi

Item-Total Statistics

Nilai reliabilitas instrumen setelah item dikurangi menjadi 0,866

yang berarti instrumen ini tergolong memiliki nilai reliabilitas

yang sangat tinggi, atau sangat reliabel.

G. Prosedur dan Rencana Pelaksanaan Eksperimen

Penelitian eksperimen ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

pemberian pretestberupa kuisioner (SWLS, SPANE, dan GQ-6) kepada 28

orang buruh, 14 orang dari para buruh tersebut merupakan kelompok

kontrol. Setelah pretest, 14 orang kelompok eksperimen tersebut akan diberi

pelatihan syukur (gratitude training) dan selanjutnya, kelompok eksperimen

(39)

42

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Materi Pelatihan

1. Manfaat Bersyukur

Materi mengenai manfaat bersyukur diberikan agar peserta

dapat mengerti dan memahami manfaat dan pentingnya memiliki rasa syukur.

2. Mengisi Jurnal Kebersyukuran

Jurnal kebersyukuran adalah catatan mengenai setiap kejadian

menyenangkan yang terjadi setiap hari kepada para peserta. Peserta

harus mengisi jurnal kebersyukuran untuk mengingat kejadian

menyenangkan, sehingga akan menimbulkan rasa syukur.

3. Mengingat hal buruk (Remember the Bad)

Mengingat hal-hal terburuk dalam hidup akan membuat kita

menyadari bahwa semua kesulitan, perjuangan, dan penderitaan itu

telah kita lewati. Hal itu akan memacu kita untuk lebih bersyukur lagi,

karena diberi kekuatan hingga berhasil keluar dari keadaan terburuk

itu (Emmons, 2007).

4. Ask Yourself 3 Questions

Tiga pertanyaan yang harus ditanyakan kepada diri sendiri dan

direnungkan adalah :

a. Apa yang telah saya terima dari orang lain?

b. Apa yang telah saya berikan kepada orang lain?

c. Kesulitan yang telah saya sebabkan?

Pertanyaan ini dapat membuat kita lebih memahami kualitas

hubungan timbal balik antara diri kita dengan lingkungan dan

orang-orang sekitar kita. Dengan mengingat setiap hal yang telah kita terima

dari orang lain, senyuman, sapaan, dan pandangan ramah akan

(40)

43

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan mengingat apa yang telah kita lakukan pada orang lain, kita

akan dapat menilai apakah yang telah kita lakukan telah sebanding

dengan apa yang telah kita terima. Terakhir, menanyakan apa saja

masalah yang telah kita lakukan akan menimbulkan rasa tanggung

jawab terhadap lingkungan (Emmons, 2007).

5. Merasakan setiap indera (Come to Your Senses)

Hampir 80% partisipan pada penelitian yang dilakukan Emmons

(2007) menyebutkan bahwa kesadaran akan keadaan fisik adalah hal

utama yang dapat memicu perasaan syukur.

6. Membayangkan Ingatan Visual

Membayangkan setiap ingatan hingga menghasilkan gambaran

visual akan membuat kita mengingat setiap hal maupun benda-benda

yang kita miliki dan sukai, itu akan membuat kita bersyukur

(Emmons, 2007).

7. Hati-Hati Dalam Berkata

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Emmons (2007), enam

puluh dua wanita berusia 40 tahun diwawancarai. Secara keseluruhan, kebanyakan wanita menyebutkan “beruntung” dan “diberkati” dalam menggambarkan diri mereka. Kemampuan untuk menemukan

keberuntungan dalam hidup merupakan hal yang signifikan dalam

(41)

44

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Membuat Janji Untuk Bersyukur

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang berjanji

dalam hati untuk melakukan sesuatu cenderung untuk lebih

berkomitmen melakukan janjinya tersebut. Berjanji untuk bersyukur

akan meningkatkan perilaku bersyukur kita (Emmons, 2007).

I. Persiapan Pelatihan Syukur

1. Tahapan Penelitian Gratitude Training Tabel 3.8

Tahapan Pelatihan Syukur

No Tahapan Pelatihan

1 Mensosialisasikan penelitian kepada para subjek

2 Melakukan pretestpada seluruh populasi, yaitu semua buruh Pabrik Sarung Alimin.

3 Melakukan randomisasi untuk memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4

Memberikan perlakuan pada kelompok

eksperimen. Pelatihan ini dilakukan oleh trainer

yang telah dipilih.

5 Observasi dan wawancara sebelum dan selama penelitian.

6

Memberikan post-tes dengan GQ-6, satisfaction

with life scale (SWLS), dan SPANE pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

7 Evaluasi dan analisis untuk mengetahui efektifitas gratitude training terhadap subjective well being

8

Evaluasi lanjutan untuk mengetahui apakah

perubahan perilaku masih menetap setelah dua

(42)

45

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Blue Print Jadwal Pelatihan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah merancang jadwal

dan materi pelatihan syukur ini. Jadwal dapat dilihat pada tabel

Peserta mengetahui penjelasan

program , memahami tujuan dan

manfaat yang ingin dicapai melalui

pelatihan, aturan main dan

perkenalan sehingga terbangun

suasana keakraban yang

melancarkan komunikasi antar

peserta dan tim pelaksana

Ceramah dan

2 Pra Tes Mengetahui tingkat kesejahteraan

subjektif sebelum program

Gratitude Training dan pra tes

pengetahuan menganai Rasa

Syukur

30

menit

08.30-09.00

SUB MODUL 1: KEEP A GRATITUDE JOURNAL

3 Ice Breaking Mengakrabkan dan mencairkan

suasana

1. Peserta dapat mengungkapkan

apa itu kebahagiaan menurut

versinya

2. Peserta memahami pengertian

rasa syukur

(43)

46

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasa syukur pentingnya rasa syukur

2. Peserta dapat menunjukan

motivasi diri untuk bersyukur

dan hidup lebih baik

Diskusi dan

Peserta dapat mengisi hal-hal baik

yang diingatnya sesuai dengan

instruksi

1. Peserta dapat mengambil

hikmah dari tiap kejadian buruk

yang dialaminya

2. Peserta menyadari bahwa

kejadian buruk tersebut telah

berlalu

3. Peserta berterimakasih kepada

orang yang telah menolongnya

keluar dari kesulitan

4. Peserta menyadari bahwa

setiap orang memiliki masalah

Ceramah,

8 D. Istirahat Para peserta diberi waktu untuk

istirahat, shalat, dan makan siang

60

buah pertanyaan renungan

kepada diri sendiri, yaitu :

(44)

47

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah saya sebabkan?

2. peserta menyadari hubungan

timbal balik antara diri dan

1. Peserta dapat merasakan setiap

indera, merasakan jantung yang

berdetak, nafas yang mengalir,

dan anggota tubuh yang dapat

bergerak

2. menimbulkan kesadaran akan

keadaan fisik yang akan

memicu rasa syukur.

Refleksi diri

SUB MODUL 5 : MEMBAYANGKAN INGATAN VISUAL

11 5. Membayang

kan ingatan

visual

1. Peserta dapat memahami

semua hal-hal kecil yang

menyenangkan yang terkadang

tidak disadari, namun sangat

patut untuk disyukuri.

2. Peserta memahami peran

dirinya yang dia anggap sepele

dalam kehidupan namun

berarti bagi orang lain

3. Peserta secara tidak sadar

memahami tentang korelasi

antara ingatan dan rasa syukur

SUB MODUL 6 : HATI-HATI DALAM BERKATA

12 E. Kata-kata

positif

1. Peserta dapat berkata dengan

kata-kata positif

2. Peserta mampu mensugesti

(45)

48

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rekanan untuk berkata

kata-kata positif

SUB MODUL 7 : MEMBUAT JANJI UNTUK BERSYUKUR

13 1. Janji untuk

Bersyukur

1. Peserta berjanji dalam hati

untuk selalu bersyukur

2. Peserta memahami rasa syukur

dan berkomitmen untuk

melaksanakannya

3. Peserta melakukan rasa syukur

dengan tidak mengeluh tentang

pelatihan yang sedang

dijalankan ini

A. Para peserta dapat merasakan

manfaat setelah mengikuti

Gratitude Training

B. Peserta dapat dengan mudah

merasakan perasaan yang lebih

baik dari sebelum pelatihan

Diskusi dan

Setelah penelitian selesai, maka dilakukan analisis data. Analisis data

yang dilakukan oleh peneliti yaitu berupa analisis data kuantitatif, dengan

menggunakan metode statistik, dan analisis data kualitatif. Teknik analisis

statistik yang dipilih tergantung dari normalitas dan homogenitas data yang didapatkan. Jika data yang diperoleh memiliki distribusi yang normal dan

homogen, maka analisis statistik yang digunakan adalah Anakova (analisis

kovarians). Anakova ini banyak dipilih pada penelitian eksperimen karena

(46)

49

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen (Dempsey, 2002). Jika distribusi data tidak normal dan homogen,

maka harus menggunakan statistik nonparametrik. Teknik analisis

nonparametrik yang digunakan adalah U-tes atau Mann Whitney, sebagai

alternatif pengolahan data komparatif. Sedangkan untuk mengolah data

kualitatif, peneliti menggunakan metode analisis konten, yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru, dan shahih

(47)

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa :

1. Rerata tingkat gratitude pada kelompok eksperimen, sebelum dan

sesudah diberi perlakuan mengalami sedikit penurunan, namun tetap

berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa buruh

Pabrik Sarung Alimin memiliki rasa syukur yang tinggi,

mengapresiasi setiap pemberian, memiliki niat baik dan keinginan

menolong sesama.

2. Rerata tingkat subjective well being pada kelompok eksperimen

sebelum dan sesudah diberi perlakuan mengalami peningkatan yang

cukup signifikan, walaupun masih tetap berada dalam kategori sedang.

Jika dilihat berdasarkan skala yang digunakan, skor SWLS (kepuasan

hidup) pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang

sangat signifikan, yaitu dari kategori sedang menjadi sangat tinggi,

skor SPANE (mood dan emosi) sebelum dan sesudah diberi perlakuan

mengalami sedikit peningkatan, namun masih berada dalam kategori

seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa buruh Pabrik Sarung Alimin

sebelum diberi pelatihan secara umum merasa puas dengan kehidupannya, tetapi ada beberapa aspek kehidupan yang dianggap

tidak memuaskan dan sangat memerlukan perbaikan. Sedangkan

setelah diberi pelatihan, mereka menjadi sangat puas dan mencintai

kehidupan mereka. Kehidupannya tidak sempurna, tetapi mereka

merasa segala sesuatu berjalan dengan baik.

3. Skor gratitude pada kelompok eksperimen setelah diberi pelatihan

mengalami sedikit penurunan. Hal ini berarti Gratitude training tidak

(48)

78

Shafira Hanawati Kusumah, 2015

EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

valid, atau karena ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat

gratitude pada buruh pabrik sarung Alimin Majalaya

4. Pada kelompok eksperimen, meskipun rerata skor gratitude

mengalami sedikit penurunan, skor subjective well being mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Pada kelompok kontrol, rerata skor gratitude mengalami sedikit kenaikan, sedangkan skor subjective

well being-nya mengalami sedikit penurunan. Hal ini membuktikan bahwa perubahan gratitude tidak berpengaruh terhadap subjective well

being pada buruh pabrik sarung Alimin Majalaya

5. Pada kelompok eksperimen, skor subjective well being mengalami

peningkatan yang cukup siginifikan setelah diberi pelatihan.

Sedangkan pada kelompok kontrol, antara skor pretest dan posttest

subjective well being mengalami sedikit penurunan. Hal ini membuktikan bahwa gratitude training efektif untuk meningkatkan

subjective well being pada buruh Pabrik Sarung Alimin Majalaya.

B. Saran

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diperoleh dari hasil

penelitian, berikut ini beberapa saran dan rekomendasi yang dapat

dipertimbangkan sebagai tindak lanjut mengenai penelitian eksperimen ini.

Rekomendasi ini disampaikan kepada beberapa pihak yang terkait untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang telah dilakukan.

1. Pihak Perusahaan

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak

perusahaan terkait hasil penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pihak perusahaan hendaknya memberi penjelasan dan pemahaman

yang lebih mendalam agar para pekerja dan buruh mengerti

permasalahan tuntutan kenaikan gaji dan akibatnya terhadap

kenaikan biaya produksi, hingga menyebabkan biaya hidup juga

Gambar

Tabel 3.1
Kategorisasi Penilaian Tabel 3.2 Mood dan Emosi
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+6

Referensi

Dokumen terkait