• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU PAI UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI SISWA DENGAN PENDEKATAN ISLAM : Studi Deskriptif Analisis Kasus Kelas X di SMK Plus Darussurrur Kota Cimahi Semester Genap 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA GURU PAI UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI SISWA DENGAN PENDEKATAN ISLAM : Studi Deskriptif Analisis Kasus Kelas X di SMK Plus Darussurrur Kota Cimahi Semester Genap 2014/2015."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU PAI UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI SISWA

DENGAN PENDEKATAN ISLAM

(Studi Deskriptif Analisis Kasus Kelas X di SMK Plus Darussurrur Kota

Cimahi Semester Genap 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Muhammad Faisal Akbar Taufik

1101107

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

UPAYA GURU PAI UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI

SISWA DENGAN PENDEKATAN ISLAM

(Studi Deskriptif Analisis Kasus kelas X di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi

Semester Genap 2014/2015)

Oleh

Muhammad Faisal Akbar Taufik 1101107

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Muhammad Faisal Akbar Taufik 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan. Namun dengan penerapan pola mendidik yang salah kepada siswa, hal itu akan menjadi sumber stres yang dapat menimbulkan suatu kecemasan dan depresi bagi siswa. Maka dari itu, dibutuhkan upaya guru untuk meningkatkan resiliensi siswa guna mengurangi permasalahan tersebut karena peran guru dalam dunia pendidikan memegang peranan kunci untuk terbentuknya kualitas manusia didik yang mandiri dan tahan banting, khususnya guru PAI. Tujuan penelitian kali ini yaitu mengetahui upaya yang dilakukan guru PAI untuk meningkatan resiliensi siswa dengan pendekatan Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode campuran, yakni penggabungan antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Data penelitian diambil menggunakan wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan kesimpulan. Adapun upaya yang dilakukan guru PAI untuk peningkatan resiliensi adalah sebagai berikut: pembuatan RPP, menunjukkan budi pekerti yang baik, saling mendo’akan, menjalin hubungan emosional yang kuat, sosialisasi peraturan, metode mengajar yang tepat, konseling, pemberian motivasi, nasehat dan pengarahan pada kegiatan positif. Hasil dari peningkatan resiliensi siswa berdasarkan angket yang telah diberikan kepada siswa, maka dapat diketahui bahwa resiliensi pada siswa kelas X SMK Plus Darussurur Kota Cimahi berada dalam kriteria resiliensi tinggi sebanyak 30 siswa (70 %), berada dalam kriteria resiliensi sedang sebanyak 13 siswa (30 %), berada dalam kriteria resiliensi rendah sebanyak 0 siswa (0 %). Jadi dapat disimpulkan, data di atas menunjukkan bahwa tingkatan relisiensi pada siswa kelas X SMK Plus Darussurur Kota Cimahi berada pada kriteria resiliensi tinggi, yaitu sebesar 70 %. Dengan melihat tingginya tingkatan resiliensi siswa kelas X yang dimiliki oleh siswa kelas X SMK Plus Darussurrur. Peneliti menyimpulkan bahwa upaya yang diterapkan oleh guru PAI dalam peningkatan resiliensi siswa berhasil.

(6)

v

ABSTRACT

School has an important role for the life and development of learners. School is deemed to able to meet some of the needs of learners and determine the quality of their futures. But at the same time, a school can also be source of problems, which eventually trigger stress among students. This is a problem to solve for if the stress continues, it can cause damaging emotional disorders such as anxiety and depression. The role of teachers in education plays a key role for the establishment of an independent human quality students and resilient. The focus of the problem in this research is How the PAI Teacher’s Efforts to Increase the Resilience of Students in close by Islam. The purpose of this research is to How the PAI Teacher’s Efforts to Increase the Resilience of Students in close by Islam. Methode used in this research is mix method, The processed data derived from data interviews, questionnaires, observation and documentation. Students Resilience Improvement Plan is initiated by organizing the teaching plan-RPP in accordance with KTSP curriculum-and subsequently before teaching, the teacher must first be dressed neatly and show good manners in order to make positive impression to students. There are several PAI teacher strategies in improving the resilience of students according to Islam, include: Initiating by forming a strong emotional connection between teachers and students by doing mutual prayer, socializing the rules well, teaching the proper methods i.e cooperative learning and speech, providing counseling and motivation to students which can improve the quality of learning and also leading students to participate in the positive activities, such as school programs at Darussurur Vocational School Plus Cimahi which requires the student to read the Koran, pray Duha , and participate in the activities of RCS (Remaja Cinta Solawat). The result of resilience improvement of students based on a questionnaire given to the students, it can be concluded that the resilience of class X SMK Plus Darussurur Cimahi is as follow: as many as 30 students (70%) are within high criteria, 13 students (30%) are within normal criteria, and 0 students (0%) is within low criteria. We can conclude that on the description above shows us the level of resilience of class X SMK Plus Darussurur Cimahi is at high criteria, which is 70%. By looking at the high levels of class X resilience, the researcher concluded that the strategy adopted by teachers in improving PAI students resilience is successed.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .. Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penulisan... Error! Bookmark not defined. 1. Manfaat dari Segi Teoritis ... Error! Bookmark not defined. 2. Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA... Error! Bookmark not defined. A. KONSEP PAI ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pendidikan Agama Islām ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islām ... 10

3. Problematika PAI ... Error! Bookmark not defined. 4. Kompetensi Guru PAI... 12

5. Metode Pembelajaran PAI yang MenyenangkanError! Bookmark not defined. B. KONSEP PEMBELAJARAN DAN STRES SEKOLAH... 17

1. Konsep Pembelajaran... 17

a) Definisi Pembelajaran ... 17

(8)

2. Konsep Stres Sekolah ... 19

a). Definisi Stres Sekolah ... 19

b) Sumber Stres Sekolah... 20

c) Dampak Stres Sekolah ... 21

d) Peran Guru PAI dalam Mengatasi Stres Sekolah... 22

C. KONSEP RESILIENSI ... 25

1. Definisi Resiliensi ... 25

2. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Resiliensi... 27

3. Faktor-Faktor Penyebab Berkembangnya Resiliensi ... 28

4. Model-Model Resiliensi... 29

5. Upaya Pengembangan Resiliensi Peserta Didik ... 29

6. Terapi Resiliensi Menurut Islam... 30

7. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Desain penelitian... 33

B. Partisipan/ Subjek penelitian, populasi dan tempat penelitian... 34

1. Jumlah Partisipan ... 34

2. Karakteristik Partisipan ... 34

3. Populasi dan sampel ... 34

4. Tempat Penelitian... 35

C. Pengumpulan data ... 35

1. Jenis Data ... 36

2. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3. Instrumen Penelitian... 39

4. Prosedur Penelitian... 41

D. Analisis data dan Pengujian keabsahan data... 42

1. Teknik Analisis Data ... 43

2. Pengujian Keabsahan Data Secara Kualitatif ... 45

3. Pengujian Keabsahan Data Secara Kuantitatif ... 46

(9)

A. Temuan Penelitian... 50

1. Profil ... 50

2. Deskripsi Hasil Pengumpulan Data... 53

1) Perencanaan Peningkatan Resiliensi Siswa oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan Pendekatan Islam ... 54

2) Proses Pelaksanaan Peningkatan Resiliensi Siswa oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan Pendekatan Islam ... 55

3) Hasil Peningkatan Resiliensi Siswa kelas X oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi ... 59

B. Pembahasan... 66

1. Perencanaan Peningkatan Resiliensi Siswa Kelas X oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan Pendekatan Islam ... 66

2. Pelaksanaan Peningkatan Resiliensi Siswa Kelas X oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan Pendekatan Islam ... 69

3. Hasil Peningkatan Resiliensi Siswa Kelas X oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurrur Kota Cimahi ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 85

A. KESIMPULAN ... 85

B. REKOMENDASI ... 87

DAFTAR PUSTAKA... 88

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Manusia terkadang dapat kehilangan arti makna, tujuan, atau peran dalam hidupnya. Kehilangan makna hidup, akan mengganggu jiwa serta dapat menimbulkan keputusasaan. Kebahagiaan hidup di dunia akan tercapai, apabila manusia mampu mengadakan hubungan yang harmonis dengan dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan dan Penciptanya. Keharmonisan hubungan tersebut merupakan realisasi kodrat seorang manusia. Baik itu sebagai manusia biologis, sosial psikologis, maupun sebagai makhluk filosofis rūḥāniyyah.

Aziz (2001, hlm. 120) mengemukakan “Tujuan hidup dan pelaksanaan hidup manusia adalah suatu hal yang akan menentukan nilai martabat dan tingkah laku seorang manusia”. Sebagai orang Islam kita harus senantiasa menjadi orang yang beriman. Tujuan hidup orang-orang beriman, adalah berbakti, dan beribadah kepada pencipta-Nya. Yang dimaksud „ibādah disini ialah mengerjakan perintah-perintah Allāh dan meninggalkan larangan-larangan-Nya atau mengabdikan diri kepada Allāh (taqwā). Sesuai dengan firman Allāh dalam surat Al-Baqarah ayat

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang -orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa” (QS.Al-Baqarah [2]:21)

Serta dalam ḥadīṡ, Rasūl Allāh Saw bersabda (Musbikin, 2010, hlm. 25):

“Taqwalah (Berbaktilah) kepada Allāh di mana saja engkau berada. Dan iringilah ke jelekan dengan kebaikan, niscaya terhapus kejelekan itu. Dan bergaulah dengan manusia dengan tingkah laku yang baik” (HR. Ahmad&Turmuddzi)

1

(11)

Dalam ḥadīṡ di atas, kita diperintahkan untuk selalu berbakti kepada Allāh, di mana saja kita berada, baik ketika seorang diri, ataupun di waktu berhubungan dengan orang lain, baik sewaktu susah maupun senang, baik sewaktu kaya maupun miskin. Tujuan hidup dan bakti kita hendaknya tidak berubah dalam situasi dan kondisi seperti apapun.

Dalam menjalani kehidupan ini, seseorang senantiasa memiliki permasalahan kehidupan, baik pribadi maupun sosial. Berbagai permasalahan yang dihadapi manusia, baik pada usia anak-anak, remaja, maupun dewasa sangatlah kompleks. Semua itu bersumber dari permasalahan dalam membentuk kepribadian yang salah. Jalaluddin (2010, hlm. 85) menyatakan bahwa perkembangan yang negatif pada kepribadian seseorang akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah lakunya yang menyimpang. Bentuk tingkah laku menyimpang ini terlihat dalam kaitannya dengan kegagalan manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik yang bersifat fisik ataupun psikis.

Menurut Aziz (2001, hlm. 64) “Faktor lingkungan, pendidikan, keluarga, sekolah dan masyarakat benar-benar mempengaruhi dan ikut membentuk kepribadian seseorang” maka dari itu permasalahan tersebut tidak cukup dibiarkan begitu saja, melainkan membutuhkan pemecahan yang solutif dan bijak. Semua itu harus di atasi sejak dini yaitu pada bangku sekolah. Musbikin (2010, hlm. 49) pendidikan dalam perspektif Islam mempunyai peranan penting. Sebab, dialah yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik-nya.

(12)

agaknya dapat dimengerti, sebab anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah.

Desmita (2011, hlm. 289) Stress School dapat terjadi karena para peserta didik dihadapkan pada pekerjaan rumah yang banyak dengan waktu yang sedikit, perubahan kurikulum yang berlangsung dengan cepat, batas waktu tugas, ujian, serta kebingungan dalam menentukan pilihan karier dan program pendidikan lanjutan. Tidak jarang mereka juga harus berhadapan dengan situasi konflik dengan orang tua, teman-teman, dan saudara-saudaranya. Intinya stres adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan oleh adanya tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu (Soedarmaji, 2013, hlm. 86).

Sebagai contoh gejala stres sekolah yang akhirnya berdampak buruk, seorang siswi kelas tiga Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, nekat mengakhiri hidup karena tidak lulus ujian nasional. Adriana Kambida Nendir bunuh diri dengan meminum obat malaria dalam dosis berlebih. kemudian tidak hanya peristiwa bunuh diri, kegagalan UN juga memicu aksi kekerasan. Di Bekasi, sejumlah siswa SMK yang gagal UN membakar bangunan sekolahnya. Hal serupa juga terjadi di NTT gedung SMKN Boking, Timor Tengah Selatan dirusak oleh sebagian siswa yang tidak lulus UN. Menurut Komnas Perlindungan Anak (PA) mencatat sedikitnya 100 anak menderita trauma psikis akibat gagal UN pada 2006 (Dore, 2008).

Contoh kasus diatas merupakan salah satu ketidaksiapan siswa menghadapi tantangan dan tuntutan beban belajar yang ada di sekolah. Hal ini merupakan masalah yang harus segera dipecahkan karena apabila stres itu berlanjut maka dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan dan depresi yang berkelanjutan. Peran guru dalam dunia pendidikan, memegang peranan kunci untuk terbentuknya kualitas manusia didik yang mandiri dan tahan banting (Musbikin, 2010, hlm. 65). Oleh karena itu peran para Guru sangat diharapkan, terutama Guru Agama di sekolah.

(13)

nilai-nilai agama kedalam pribadi anak didik, yang tekanan utamanya adalah mengubah sikap dan mental anak didik ke arah beriman dan taqwā kepada Tuhan. Maka dengan sendirinya secara tidak langsung Guru agama adalah seorang pembimbing atau konselor hidup keberagamaan bagi peserta didik. Tugas guru agama yang sekaligus menjadi konselor memang lebih berat dibanding dengan seorang guru umum yang berfungsi sebagai konselor dalam bidang non agama.

Bimbingan dan konseling dalam bidang kependidikan sangat diperlukan peserta didik yang masih berada dalam masa-masa pendidikan. Permasalahan dalam bidang kependidikan sangat kompleks, dan penanganannya membutuhkan bimbingan dan konseling yang tepat agar peserta didik mampu mengatasi segala kesulitan dalam bidang pendidikan, dimana pada akhirnya dapat meraih kesuksesan. Maka dari itu seorang peserta didik harus mempunyai kekebalan untuk menangkal segala gangguan-ganguan tersebut. Suatu kekebalan itu disebut dengan resiliensi.

Adapun pengertian dari Resiliensi (Desmita, 2011, hlm. 201) adalah kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan, atau mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi.

(14)

Meskipun resiliensi merupakan kapasitas individual untuk bertahan dalam situasi yang stressfull, namun tidak berarti bahwa resiliensi merupakan suatu sifat (traits), melainkan lebih merupakan suatu proses (process) (Desmita, 2011, hlm 201). Kita memang tidak dapat menyangkal bahwa beberapa individu memiliki kecenderungan genetik yang memberi sumbangan bagi resiliensinya, seperti watak sosial, sifat ramah, dan kecantikan fisik, namun kebanyakan dari karakteristik yang dihubungkan dengan resiliensi dapat dipelajari.

Stress School merupakan suatu penyakit yang harus segera diatasi, yaitu

dengan cara peningkatan resiliensi. Seharusnya dengan adanya tingkat resiliensi tinggi dalam diri siswa, diharapkan mereka siap menghadapi permasalahan yang kompleks di sekolah. Bagi para peserta didik, resiliensi ini sangat penting karena dengan meningkatnya resiliensi yang ada pada diri setiap peserta didik, secara tidak langsung akan membangun kepribadian peserta didik yang lebih baik dari segi sikap, moral maupun akademisnya. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan meneliti peningkatan resiliensi siswa dengan cara pendekatan Islam oleh Guru PAI.

Yang menjadi objek penelitian kali ini adalah Guru PAI dan Siswa SMK Plus Darussurur. Peneliti melakukan survey awal untuk melihat fenomena stres sekolah di SMK Plus Darussurur. Hasilnya peneliti berasumsi di sekolah tersebut memiliki stres sekolah yang rendah, indikatornya siswa semangat belajar, selalu mengerjakan tugas dan tidak pernah melakukan tawuran. Otomatis peneliti juga berasumsi bahwa resiliensi siswa di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi tergolong tinggi.

(15)

Berdasarkan data hasil pra-survey peneliti berasumsi bahwa di sekolah SMK Plus Darussurur Kota Cimahi, Guru PAI mempunyai Upaya dan metode untuk meningkatkan resiliensi siswa, keadaan ini perlu diteliti. Sehubungan dengan itu penulis akan mengangkat judul UPAYA GURU PAI UNTUK

MENINGKATKAN RESILIENSI SISWA DENGAN PENDEKATAN

ISLAM (Studi deskriptif analisis kasus kelas X di SMK Plus Darussurur

Kota Cimahi semester genap 2014/2015).

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan utama penilitian ini adalah Bagaimana Upaya Guru PAI untuk meningkatkan resiliensi siswa dengan pendekatan Islam? Namun agar penelitian ini dapat memberikan jawaban yang representatif, maka masalah pokok lebih dikhususkan dirinci ke dalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan peningkatan resiliensi siswa oleh guru PAI terhadap siswa kelas X jurusan AP dan TKJ di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan pendekatan Islam ?

2. Bagaimana proses pelaksanaan peningkatan resiliensi oleh guru PAI terhadap siswa kelas X jurusan AP dan TKJ di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan pendekatan Islam ?

3. Bagaimana hasil peningkatan resiliensi oleh Guru PAI terhadap siswa kelas X Jurusan AP dan TKJ di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang rinci mengenai upaya guru PAI untuk meningkatkan resiliensi siswa kelas X di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan pendekatan Islam.

(16)

1. Perencanaan peningkatan resiliensi terhadap siswa kelas X AP dan TKJ SMK Plus Darussurur Kota Cimahi oleh guru PAI dengan pendekatan Islam.

2. Proses pelaksanaan peningkatan resiliensi terhadap siswa kelas X AP dan TKJ SMK Plus Darussurur Kota Cimahi oleh guru PAI dengan pendekatan Islam. 3. Hasil peningkatan resiliensi terhadap siswa kelas X AP dan TKJ SMK Plus

Darussurur Kota Cimahi. D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat dari Segi Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan baik formal maupun non formal. Berupa gambaran mengenai konsep, proses pelaksanaan, peran dan bentuk upaya guru PAI dalam meningkatkan resiliensi siswa kelas X di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan pendekatan Islam.

Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan pendidikan keagamaan di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Khususnya pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

a. Bagi sekolah SMK Plus Darussurur Kota Cimahi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran mengenai pola atau metode yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

b. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Bandung), hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan resiliensi setiap mahasiswa.

(17)

d. Bagi instansi pendidikan nonformal, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengembangkan model pendidikan yang tepat dalam membina karakter yang baik bagi para peserta didiknya.

e. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat menjadi rujukan dalam memahami peserta didik di sekolah.

f. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah agar lebih baik lagi dan juga dapat menjadi pengetahuan baru, sehingga menggunakan metode ini dalam dunia pembelajaran.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah pada maksud yang sesuai dengan judul Skripsi Upaya Guru PAI untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa Kelas X di SMK Plus Darussurrur dengan Pendekatan Islam, maka pembahasan ini penulis susun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut :

1. BAB I berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi

2. BAB II adalah kajian teori, yang didalamnya berisi teori-teori dari para tokoh yang didapat dari berbagai sumber buku. Pembahasan pertama mengenai Konsep Pendidikan Agama Islam. Pembahasan kedua mengenai konsep pembelajaran dan Stres sekolah, Pembahasan ketiga mengenai konsep Reseliensi.

3. BAB III berisi tentang desain penelitian, partisipan/subjek penelitian, populasi, tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data dan pengujian keabsahan data.

4. BAB IV berisi tentang temuan dan pembahasan. tentang upaya guru PAI untuk meningkatkan resiliensi siswa kelas X di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi dengan pendekatan Islam.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyadi, D. A. (2001). PSIKOLOGI AGAMA. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Desmita, M. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Samsul Munir, Amin, M. (2010). Bimbingan Dan Konseling Islam. Jakarta: Sinar Graffika Offset.

Jalaluddin, H. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Musbikin, I. (2010). Guru yang Menakjubkan. Jogjakarta: Buku Biru.

Soedarmadji, H. &. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian pada skripsi ini adalah penelitian yang bersifat deksriptif analisis (studi kasus) dengan pendekatan kualitatif. menurut Silalahi (2010, hlm. 29) mengatakan “bahwa penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (tidak berhipotesis) dan menguji hipotesis”.

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 15) mengemukakan bahwa: Metode kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post

positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive sampling (bertujuan), teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif /kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Namun dalam penelitian ini tidak sepenuhnya menggunakan pendekatan kualitatif namun terdapat survey kuantitatif yang dapat memberikan landasan bagi sampling kasus-kasus dan kelompok-kelompok pembanding yang membentuk studi intensif (Sumarno, 2005, hal. 43). Data yang secara statistik representatif memungkinkan peneliti untuk memutuskan apakah perlu membuat sampel kasus-kasus dengan kriteria representatif atau kriteria lain.

(20)

B. Partisipan/ Subjek penelitian, populasi dan tempat penelitian

Sugiyono (2014, hlm. 216) mengemukakan bahwa “pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi soaial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang di wawancarai dilakukan secara

purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

1. Jumlah Partisipan

Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 43 orang siswa kelas X yang berstatus sekolah di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi. Selain siswa, yaitu guru PAI.

2. Karakteristik Partisipan

Secara umum, partisipan yang akan diturutsertakan dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Berstatus sebagai siswa kelas X yang bersekolah di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi

b. Berstatus sebagai guru PAI di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi Pertimbangan yang menjadikan dasar sekolah ini dijadikan sebagai lokasi serta subjek dalam penelitian dikarenakan sekolah ini merupakan sekolah yang menerapkan pelajaran Agama Plus. Selain itu dasar yang menjadi pertimbangan penelitian ini adalah sekolah ini merupakan sekolah yang mempunyai Keagamaan yang kuat karena Lingkungan Sekitar masih kawasan Pesantren serta Lulusan dari sekolah ini pun banyak menjadi Ustāż

3. Populasi dan sampel

(21)

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua angota populasi dijadikan sampel. Adapun populasi / sampel jenuh penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X jurusan AP dan TKJ di SMK Plus Darussurrur Kota Cimah dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Tabel Populasi Kelas X AP dan TKJ di SMK Plus Darussurrur Kota Cimahi

No Kelas Populasi Populasi

1 X AP 1 17

2 X AP 2 18

3 X TKJ 1 8

JML X AP 1+ X AP 2 + X TKJ

1 43

4. Tempat Penelitian

Adapun tempat atau lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah sekolah SMK PLUS DARUSSURUR kelas X yang bertempat di Jl.Nanjung Rt.02 Rw.13 kel.Utama Cimahi Selatan Kota Cimahi. dengan dipimpin oleh Ust. Drs. Muhammad Yasin.

C. Pengumpulan data

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 222 ), bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan”.

(22)

penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

1. Jenis Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah trianggulasi atau gabungan dari tiga teknik sekaligus. Yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam, pengamatan langsung, angket dan studi dokumentasi. Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi akan digunakan untuk semua sumber data secara serempak (Silalahi, 2010, hlm 34).

Terdapat beberapa jenis data kualitatif dan kuantitatif yang dapat membantu dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Sumber data kualitatif dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah pernyataan dan tindakan dari orang-orang yang diamati atau yang diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman dan pengambilan foto. Selebihnya adalah sumber data sekunder seperti tulisan/dokumen, foto dan statistik (Moleong, 2007, hal. 157).

(23)

2. Teknik Pengumpulan Data

Suatu yang penting dalam penulisan karya ilmiah hasil penelitian adalah data-data dan informasi dari segala objek yang akan diteliti sehingga penulisan tersebut menjadi objektif, rasional, dan faktual. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Sugiyono (2014, hlm. 225) menjelaskan bahwa :“Dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara, bila dilihat dari setting-nya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural

setting). Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya bila dilihat dari teknik pengumpulan data maka dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),

interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya”.

Guna memperoleh keterangan dan fakta-fakta selengkap mungkin dari keadaan empirik dari penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Pencarian dokumen yang berhubungan dengan SMK Plus Darussurur

Cara ini ditempuh dengan mempelajari undang-undang, buku-buku, dokumen-dokumen dan referensi lainnya yang mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti. Dengan teknik ini akan memperoleh data sekunder, yang merupakan data yang didapat setelah diolah terlebih dahulu sebelum di sajikan. Dokumen yang berhubungan dengan kelembagaan, administrasi dan pembelajaran PAI di SMK Darussurur Kota Cimahi.

2) Melakukan Observasi di SMK Plus Darussurur

(24)

Menurut Nasution (dalam Sumarno, 2005, hlm. 56) mengemukakan bahwa “observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berlandaskan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan keberhasilan peningkatan resiliensi yang dilakukan oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi menurut Islam.

3) Wawancara dengan Narasumber di SMK Plus Darussurur

Melakukan wawancara berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan, wawancara dalam penelitian kali ini bersifat terstruktur. Menurut (Silalahi, 2010, hlm. 41) berpendapat bahwa : Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

Selain harus membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.Teknik ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan keberhasilan peningkatan resiliensi yang dilakukan oleh Guru PAI di SMK Plus Darussurrur Kota Cimahi menurut Islam.

4) Penyebaran Angket Kepada Siswa SMK Plus Darussurur

(25)

digunakan dalam penelitian ini adalah angket terbuka (responden tidak bebas menjawab) dan tertutup (responden bebas menjawab).

Menurut Sugiyono (2014, hal. 93) berpendapat bahwa:Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sbagai variable penelitian. Dengan skala likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variable. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk ,menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

5) Pengamatan oleh peneliti

Maksud dari pengamatan oleh peneliti adalah Data yang diambil merupakan hasil saringan dari pemikiran peneliti dan sesuatu yang sudah di observasi di lapangan. Data ini merupakan yang penting dan utama karena, dalam penelitian kualitatif penelitilah yang menjadi sumber utama dalam pengambilan data.

Dari uraian di atas jelas bahwa peneliti merupakan instrumen penelitian utama yang menjadi penentu keberhasilan penelitian dan instrumen teknisnya adalah pedoman wawancara, angket, dokumen, rekaman, foto, dan alat bantu atau perangkat penelitian untuk mengumpulkan data, meliputi : laptop, Camera

Digital, Flashdisk, alat tulis, dan kendaraan bermotor untuk sarana transportasi.

Di samping itu agar data peneliti akurat dan berkualitas, maka peneliti harus memenuhi kriteria, mencakup ciri-ciri umum, kualitas yang diharapkan, dan kemungkinan manusia sebagai instrumen.

3. Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui tingkatan resiliensi siswa kelas X diperlukan alat ukurnya (instrument), maka dari itu peneliti perlu membuat instrument yang tepat untuk dapat hasil yang diinginkan. Sebelum membuat instrumen tersebut, terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu :

(26)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket dan Penyusunan Butir Pernyataan Angket Tentang Tingkatan Resiliensi Siswa

Variabel Indikator Kisi-Kisi Positif Jumlah

Resiliensi

 Dorongan dari keluarga/orang tua serta memiliki peran (role model)

 Disayang dan disukai banyak teman  Mencintai, dan empati

 Bangga dengan dirinya sendiri

 Bertanggung jawab terhadap

perilaku sendiri dan menerima konsekuensinya.

(27)

Angket ini adalah hasil pengembangan instrument dari skripsi yang berjudul Profil Resiliensi Siswa SMP Terbuka Serta Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling oleh Syifa Hudzaifa jurusan Psikologi UPI. Adapun kategori untuk setiap jawaban positif yaitu sangat sesuai = 4, sesuai= 3, sidak sesuai= 2 sangat tidak sesuai= 1. Lebih lanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kriteria Pemberian Skor

Alternatif Jawaban Nilai item

Sangat Sesuai 4

Sesuai 3

Tidak Sesuai 2

Sangat Tidak Sesuai 1

b. Menyusun item pertanyaan untuk diuji cobakan.

c. Mengkonsultasikan pertanyaan angket dengan kedua dosen pembimbing skripsi.

d. Meminta pendapat para Ahli yang berkompeten dalam bidangnya untuk pengujian validitas isi dan validitas konstruk, yaitu kepada:

1) Prof. H. Dr. A. Juntika Nurihsan, M.Pd (Guru Besar Psikologi UPI Bandung)

e. Mengolah data hasil Judgement dosen ahli f. Melakukan revisi instrumen

4. Prosedur Penelitian

a) Pra penelitian

Dalam tahapan ini, peneliti menentukan beberapa ruang lingkup penelitian yang akan diteliti, sebagai berikut:

1) Ruang Lingkup Materi

(28)

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah resiliensi.

2) Ruang Lingkup Subjek

Subjek pada penelitian ini adalah siswa yang bersekolah di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi yang berjumlah 43 orang dari tiga kelas yang dijadikan subjek penelitian. Selain itu peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu untuk mengumpulkan data, wawancara dilakukan kepada guru PAI.

3) Ruang Lingkup Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi yang terletak di Jalan Nanjung RT : 02 RW : 13 Kelurahan Utama Cimahi Selatan Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh Ust. Drs. Muhammad Yasin.

4) Ruang Lingkup Waktu

Waktu pada pra penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 maret tahun 2015.

b). Penyusunan Angket dan Studi Dokumentasi

Dalam tahapan ini peneliti membagi penyusunan angket berdasarkan variabel yang ada, yakni variabel (Y) yaitu tingkatan resiliensi siswa.

c). Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan proses pengumpulan data, informasi, analisis data dan penarikan kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Menghubungi langsung kepada kepala sekolah, untuk meminta konfirmasi izin penelitian.

b. Menentukan responden yang dibutuhkan dalam penyebaran angket c. Menyebarkan angket kepada responden (Siswa kelas X SMK Plus

Darussurur Kota Cimahi)

d. Melakukan wawancara kepada Guru PAI

e. Melaksanakan pengumpulan data dari sumber dokumentasi sekolah yang diteliti dan studi pustaka yang sesuai dalam judul penelitian f. Peneliti melakukan penyusunan data kembali dari perolehan hasil

(29)

D. Analisis data dan Pengujian keabsahan data

1. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini data akan dianalisis secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data mengikuti flow model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014, hlm. 232), yaitu data reduction, data display dan conclusion

drawing/verification.

Analisis data dilakukan dalam pengembangan teori berdasarkan yang diperlukan dalam penelitian yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini. Sesuai dengan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka analisis data dilakukan sepanjang penelitian.

Menurut Bogdan (dalam Silalahi, 2010 hlm. 72 ) menjelaskan bahwa : Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain kemudiab membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Moleong (2007, hlm. 163 ) menyatakan bahwa “analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis”. berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Kemudian Miles dan Huberman seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2014, hlm. 248), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification).

(30)

Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Silalahi (2010, hlm. 80), dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. Semua itu dapat dilihat pada tabel 3.4

2. Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini

adalah dalam bentuk teks naratif (Silalahi, 2010, hlm. 82).

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification). Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi (Silalahi, 2010, hlm. 83).

Tabel 3.4 Daftar Koding

No Keterangan Kode

1 Angket Resiliensi (terbuka) AR1

2 Angket Resiliensi (tertutup) AR2

3 Wawancara Guru PAI WGP

4 Observasi Guru OG1

5 Observasi siswa OS2

6 Dokumen Sekolah DS1

(31)

2. Pengujian Keabsahan Data Secara Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. tetapi

Menurut Moleong (2007, hlm. 172 ) menyatakan bahwa “uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas interbal),

transferability (validitas eksternal), dependability (realibilitas) dan confirmability

(objektifitas). Adapun penjelasan dari keempat uji keabsahan data sebagai berikut a. Uji Kredibilitas (Validasi Internal)

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif, dan member check (Moleong, 2007, hlm. 173 ).

Wilian Wiersma (dalam Sumarno, 2005, hlm. 67 ) menjelaskan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.

Member check (dalam Silalahi , 2010, hlm. 79 ) adalah proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya,

b. Pengujian Transferability (Validasi Eksternal)

Transferability (dalam Moleong, 2007, hlm. 175) merupakan validitas

(32)

penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

c. Pengujian Depenability (Reabilitas)

Depenability/reabilitas (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 274) adalah suatu

penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

d. Pengujian comfirmability (Objektifitas)

Pengujian comfirmability (Sugiyono, 2014, hlm. 280) dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.

3. Pengujian Keabsahan Data Secara Kuantitatif

Kebenaran suatu hasil penelitian sangat ditentukan pula oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukurnya tidak valid dan reliable, maka akan diperoleh data hasil penelitian yang bias atau diragukan kebenarannya. Mengingat pengumpulan data ini dilakukan melalui angket, maka faktor kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting. Adapun perhitungan analisis validasi dan reliabel dibantu dengan program SPSS sebagai berik

a. Uji Validitas

1).Uji Validitas Konstruk

(33)

Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti (Silalahi, 2010, hlm. 95 ).

Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.

2) Validitas Eksternal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 184), bahwa: “Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur”.

(34)

Terdapat 56 pertanyaan mengenai tingkatan resiliensi siswa, dari hasil dipergunakan menunjukan tingkat ketetapan, keakuran, kestabilan, atau konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda.

Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika instrument menyatakan keajegan terhadap hasil pendeteksian yang dilakukan oleh setiap instrumen. Pendapat yang ini dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm 188), menyatakan: “Reliabilitas instrumen adalah ketetapan atau keajegan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu”. Nilai reliabilitas untuk data likert dihitung dengan menggunakan Rumus Alpha seperti berikut:

(35)

2 2

2

( )

t

Y Y

n n

   

Dengan penjelasan sebagai berikut:

t2 = Varians total

n = Jumlah responden uji coba instrumen

Y)2 = Kuadrat jumlah skor seluruh responden dari setiap item Y2 = Jumlah kuadrat skor responden

Berikut hasil dari reabilitas angket tingkatan resiliensi Tabel 3.5

Tabel Reliabilitas Case Processing S ummary

N %

Cases Valid 43 100.0

Excludeda 0 .0

Total 43 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability S tatistics

Cronbach's Alpha N of Items

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek). jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sumarno. (2005). MEMADU METODE PENELITIAN KUALITATIF &

KUANTITATIF. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIn Antasari Samarinda.

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan identifikasi masalah yang tercantum dalam Bab I mengenai upaya guru PAI untuk meningkatkan resiliensi siswa dengan pendekatan Islam di SMK Plus Darussurur Kota Cimahi disimpulkan sudah baik, namun perlu ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi, agar peningkatan resiliensi siswa itu berjalan secara maksimal. Adapun uraian dari perencanaan, pelaksanaan dan hasilnya sebagai berikut:

Dalam Perencanaannya guru mempersiapkan program sebelum pengajaran, seperti mempersiapkan RPP sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh sekolah. Kemudian tujuan pembelajaran PAI yang diajarkan guru kepada siswanya harus sesuai dengan visi sekolah yang ada yakni ‘menjadikan siswa unggul dalam bidang

pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan kepada akhlāq karīmah.

Selanjutnya semua elemen yang ada di sekolah ikut berperan dalam pelaksanaan peningkatan resiliensi (kekebalan stres) siswa. Lalu seorang guru yang baik dan diisyaratkan menurut islam harus mempunyai budi pekerti yang baik dan menjadi suri tauladan bagi siswanya.

Dalam proses pelaksanaan peningkatan resiliensi siswa oleh guru PAI. Seorang guru harus menggunakan pendekatan secara batiniah yaitu kegiatan spiritual

(mendo’akan siswa). Guru bisa berdo’a agar siswa mudah menerima ilmu,

berkembang nalarnya, tumbuh kedewasaannya, matang kepribadiannya, dan utuh keberadaannya sebagai (anak) manusia. Program RCS (Remaja Cinta Solawat) bisa memenuhi itu semua. Pensosialisasian terhadap peraturan yang berlaku di sekolah sangat diperlukan bagi siswa. Sebab dengan pensosialisasian peraturan yang baik, siswa dapat menjaga sikapnya di sekolah.

(38)

karakteristik resiliensi I AM). Kemudian dalam metode ini juga siswa mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain, dan mampu memiliki keterampilan komunikasi yang baik (termasuk bagian karakteristik resiliensi I CAN).

Namun terkadang karena keterbatasan sarana prasarana, guru hanya menulis di papan tulis dan murid menyalinnya, semua itu karena kertebatasan buku pelajaran di sekolah tersebut.. Kemudian seorang guru jangan lupa memberi nasihat kepada muridnya agar meluruskan niat bahwa tujuan belajar tidak hanya untuk meraih prestasi duniawi saja melainkan, itu untuk bekal kelak di akhirat. diwaktu-waktu tertentu senantiasa Guru selalu memberikan konseling kepada siswanya, Guru juga bisa mengarahkan siswanya untuk mengikuti hal-hal yang positif, seperti program di sekolah SMK Plus Dārussurūr Kota Cimahi yang mengharuskan siswanya senantiasa membaca Al- Qur’ān, shalat duḥā, dan mengikuti kegiatan RCS (Remaja Cinta Solawat).

Kemudian dengan adanya dukungan dari guru, motivasi dan pengharapan yang baik, dalam peningkatan resiliensi siswa pun akan baik seperti dalam karakteristik resililiensi I HAVE, siswa akan merasa ada dukungan dan kepercayaan terhadap dirinya, kemudian karakteristik resiliensi I AM, siswa akan merasa mampu dalam menghadapi tantangan dan yang terakhir karakteristik I CAN, ketika siswa sudah percaya diri dengan kemampuannya, siswa akan menyebarkan kebaikan itu kepada orang lain. Proses pelaksanaan peningkatan resiliensi siswa oleh guru PAI antara X AP dan X TKJ berjalan dengan cara yang sama.

(39)

menunjukkan bahwa hasil tingkat resiliensi pada siswa kelas X SMK Plus Darussurur Kota Cimahi berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 70 %. Hal itu menjadi tolak ukur bahwa Guru PAI di SMK Plus Darussurur sudah baik dalam menjalankan peningkatan resiliensi siswa.

Melihat hasil data diatas peningkatan resiliensi siswa secara keseluruhan yang di lakukan Guru PAI sudah dinilai baik karena kelas X SMK Darussurur memiliki tingkat resiliensi yang tinggi. Namun untuk tingkat resiliensi perkelas, X TKJ memiliki kriteria sedang. Adapun faktor lain yang menyebabkan hal tersebut dikarenakan X TKJ mayoritas lelaki, sekolah tersebut latar belakang pesantren, jadi guru perempuan canggung untuk mengajar murid laki-laki. Berbeda dengan X AP yang seluruh siswanya perempuan, guru tak merasa canggung dalam pengajarannya. Mungkin itu merupakan faktor penyebab tingkatan resiliensi perkelas berbeda. Tapi terlepas dari itu semua, peningkatan resiliensi siswa oleh guru PAI di SMK Plus

Dārussurūr dengan pendekatan Islam sudah berhasil.

B. REKOMENDASI

1. Bagi SMK Plus Darussurur Kota Cimahi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran mengenai upaya guru PAI untuk meningkatkan resiliensi siswa menurut ajaran Islam. Selain itu, juga dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Civitas Akademik Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan mengenai pola atau metode baru dalam proses pembelajaran dan juga dapat dijadikan materi baru dalam perkuliahan. 3. Bagi Pembaca, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk

melakukan pembelajaran yang lebih baik lagi terutama guru PAI untuk dapat selalu meningkatkan resiliensi siswanya di sekolah dengan baik.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek). jakarta: Rineka Cipta.

Asril, Z. (2012). Micro Teaching. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aziz, A. A. (2001). PSIKOLOGI AGAMA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Baharuddin. (2009). Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.

Darajat, Z. (2009). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Akasara.

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Departemen Agama RI. (2002). Quran Tajwid dan Terjemahannya. Depok: Al-Huda.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2006). Undang-Undang RI Tentang Sistem

(41)

Dewi, F. (2004). Jurnal Psikologi vol 2. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Djamarah. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dore, D. P. (2008, april 21). Bunuh Diri Gara-Gara Tak Lulus Ujian. Retrieved 29 Juli, 2015, from Liputan6.com: http://news.liputan6.com/read/161074/bunuh-diri-gara-gara-tak- lulus- ujian

Hartono, S. (2002). Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hawari, D. (2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jalaluddin. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Junaidi. (2011). Desain Pengembangan Mutu Madrasah. Yogyakarta: Teras.

Khotimah, H. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayumedia.

Mar’at, S. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2003). Manajemen Berbasis Madrasah, Konsep Strategi dan Implementasi. Bandung: PT. Rosdakarya.

Munir, S. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Sinar Graffika Offset.

(42)

Nasution, H. (1986). Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Pres.

Nata, A. (2009). Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Ormrod, J. E. (2002). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh Berkembang. Merril Prentice Hall: Erlangga.

Silalahi. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: UNPAR Pres.

Soedarmadji, H. &. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sopiatin, P. (2011). Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

Sumarno. (2005). Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIn Antasari Samarinda.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dala Al-Quran. Bandung: Alfabeta.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel Populasi Kelas X AP dan TKJ di SMK Plus Darussurrur Kota Cimahi
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Daftar Koding
+2

Referensi

Dokumen terkait

Minat belajar adalah sistem intelektual yang sangat berperan penting dalam kegiatan belajar. Namun, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMP/MTs, minat

6 = Berat : misalnya, adanya satu (pasti) waham/sistem waham kebesaran, atau waham kebesaran yang multipel (pasti) dimana pasien kelihatan terpreokupasi dengannya 7 =

Hasil dari sistem pendukung keputusan pemilihan obat batuk menggunakan metode weighted product ini dengan harapan dapat membantu dalam pemilihan obat batuk sesuai

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan lain yang berkaitan dengan Retribusi Tanda Daftar Perusahaan di Kabupaten Kuantan Singingi yang bertentangan dengan

Tujuan dari fase analisis adalah mendefinisikan secara tepat apa yang dapat dilakukan sistem untuk user, dan bagaimana sistem tersebut menyesuaikan dengan lingkungan user..

Nilai elastisitas jangka panjang yang paling elastis terdapat pada variabel harga domestik CPO, dimana peningkatan atau penurunan satu persen harga CPO domestik akan

5. Mempunyai keterampilan dalam mengoperasikan perangkat keras dan menggunakan aplikasi perangkat lunak yang berkaitan dengan teknologi informasi dan telekomunikasi..

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.. Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi