• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Fanatisme Dengan Sense Of Community Pada Anggota Homey Korean Language Club Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Fanatisme Dengan Sense Of Community Pada Anggota Homey Korean Language Club Bandung."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Budaya Korea (Hallyu Wave) saat ini masih hangat diperbincangkan di

media ataupun pada penggemarnya sendiri. Hallyu Wave ini pertama popular

di Indonesia pada tahun 2002 melalui drama, alur cerita yang sederhana dan

romantis ditambah dengan unsur komedi membuat cerita ini menarik

perhatian para pecinta drama di Indonesia. Selain orisinalitas cerita, drama ini

juga diperankan oleh aktor dan aktris yang rupawan dengan gaya busana yang

fashionable, sehingga mampu memberikan pengaruh yang cukup besar

terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia khususnya pada remaja dan dewasa

muda (Nastiti, 2010).

Setelah drama Korea, musik Korea atau Korean Pop atau biasa disebut

dengan K-Pop menjadi perhatian selanjutnya masyarakat Indonesia. K-Pop

merupakan aliran musik yang berasal dari negara Korea, K-Pop diidentikkan

dengan bernyanyi sambil menari tarian modern (Lee, 2011). Para penyanyi

pun memiliki tampang yang rupawan dan memiliki selera berbusana yang

mampu menarik perhatian para penggemarnya. Hal ini, membuat grup-grup

musik K-Pop digemari di kalangan masyarakat Indonesia. Grup-grup musik

tersebut kini menjadi grup musik yang paling digandrungi oleh remaja atau

anak muda Indonesia, seperti: Super Junior, SNSD, EXO, BigBang, 4minute,

Rain, dan masih banyak lagi.

Menurut survey yang dilakukan oleh Korea Foundation for International

Cultural Exchange (KOFICE) tahun 2013, Indonesia merupakan salah satu

negara yang mempunyai minat yang tinggi terhadap budaya Korea (Hallyu

Wave) selain Thailand dan Vietnam, sebagian besar pada bidang Korean Pop

(K-Pop) dan tren TV drama (Park, 2013). Oleh karena itu, konsumsi terhadap

budaya Korea di Indonesia sangatlah besar khususnya di bidang industri

drama dan musik. Seperti dari hasil studi pendahuluan yang telah penulis

lakukan kepada salah satu penggemar K-Pop di Bandung yang berinisial C. C

(2)

berdandan layaknya salah satu personil boyband Korea. Jika boyband tersebut

mengeluarkan gaya baru, C otomatis akan segera mengubah dandannya sesuai

dengan gaya artis idolanya tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk

kesetiaan C terhadap idolanya. Dalam percakapannya, C kadang menyisipkan

kata-kata dalam bahasa Korea dan dalam sebulan sekali C harus makan

masakan Korea. Selain itu, C sangat menyukai Lay, salah satu anggota

boyband EXO dan menganggap Lay sebagai kekasihnya. C mengatakan

bahwa dia tidak rela jika Lay menikah ataupun berpacaran dengan wanita lain

karena Lay hanya milik dia dan penggemarnya. Sebagian besar uang C

dibelanjakan untuk asesoris K-Pop, official merchandise boyband yang

disukainya, dan berdandan ala idolanya. C juga membeli baju replika idolanya

atau membeli makeup yang sama dengan idolanya. C juga mengakui bahwa

dia yang harus membeli album orisinil, jika tidak dia akan merasa menghianati

idolanya tersebut.

Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa budaya Korea menghasilkan sebuah

bentuk fanatisme pada penggemarnya. Fanatisme tersebut berpengaruh besar

terhadap seseorang dan menciptakan suatu keyakinan yang membuat mereka

menjadi setia, mengabdi, dan memberikan rasa cinta yang besar. Fanatisme

sendiri merupakan suatu gambaran perilaku seseorang terhadap suatu objek

yang mereka sukai baik berupa barang atau makhluk hidup (Seregina,

Koivisto dan Matilla, 2011). Perilaku fanatisme pada penggemar K-Pop

menurut Pertiwi (2013), dapat dilihat dari mereka yang banyak melibatkan diri

dengan sesuatu yang berbau Korea, cenderung penasaran dengan kebudayaan

Korea, bergabung dengan komunitas penggemar K-Pop, berceloteh dengan

memberi dukungan pada artis idolanya di media sosial, dan membeli

merchandise yang berhubungan dengan idolanya sebagai bentuk perhatian

(3)

Gambar 1.1 para penggemar berdandan ala idola mereka dan merchandise K-Pop

Selain makanan dan asesoris, para penggemar Korea banyak yang

mempelajari bahasa Korea dan menyisipkan istilah-istilah bahasa Korea dalam

percakapan sehari-hari atau dalam kicauan di media sosial. Seperti kata “대 !”

(daebak) yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan kaget atau terpukau,

atau “업 ” (oppa) yang digunakan ketika mereka ingin memanggil idola

(laki-laki) atau kakak laki-laki. Karena minat penggemar untuk mempelajari

bahasa Korea cukup tinggi, akibatnya tempat-tempat untuk mempelajari

bahasa dan budaya Korea pun semakin banyak di Indonesia, khususnya di

Kota Bandung. Salah satu komunitas yang memfasilitasi para penggemar

untuk belajar Bahasa dan Budaya Korea di Kota Bandung adalah Homey

Korean Language Club Bandung (HKLCB).

Homey Korean Language Club Bandung (HKLCB) atau biasa disebut

Homey merupakan sebuah klub atau komunitas yang di bentuk untuk

mempelajari bahasa dan budaya Korea, komunitas ini merupakan komunitas

Korea yang dibentuk pertama di Bandung. Homey didirikan pada tahun 2006

dan masih aktif sampai sekarang. Untuk mendaftar dikomunitas ini minimal

pendaftar harus sudah lulus SMA, oleh karena itu umur anggota Homey

beragam mulai dari 17 sampai 30 tahun. Anggota-anggota Homey biasa

berkumpul setiap hari Sabtu dan Minggu di SMA Nasional. Kegiatan-kegiatan

rutin yang dilakukan oleh komunitas ini yaitu, belajar bahasa Korea, kegiatan

sosial masyarakat seperti penggalangan dana bagi orang yang membutuhkan,

kegiatan ekstrakulikuler seperti memasak, dan unit kegiatan untuk

(4)

taekwondo (homeykorean.wordpress.com). Selain Homey terdapat pula

fansclub/fandom yang berhubungan dengan idolanya masing-masing seperti,

Soshi Bandung (penggemar SNSD) atau Elf Bandung (Penggemar Super

Junior). Fanatisme membuat penggemarnya ingin bergabung dengan sebuah

komunitas tertentu untuk mencapai tujuannya (Raharja, 2012). Komunitas

terbentuk karena ada kesamaan minat sikap, atau keyakinan (Sarwono dan

Meinarno, 2009). Adanya keikutsertaan dari para anggota dalam

kegiatan-kegiatan komunitas ini, secara perlahan akan membentuk suatu keterikatan.

Keterikatan itu terbentuk sebagai hasil dari interaksi para anggota komunitas,

sehingga dapat membuat suatu komunitas tetap berdiri. Adanya perasaan

terikat pada sebuah komunitas disebut juga dengan sense of community.

Sense of community didefinisikan sebagai perasaan bahwa anggota

komunitas memiliki keterikatan, perasaan bahwa anggota komunitas berarti

bagi anggota yang lain dan bagi komunitas itu sendiri, dan adanya keyakinan

bersama antar anggota komunitas memiliki kebutuhan yang sama akan

terpenuhi melalui komitmen mereka untuk bersama (McMillan dan Chavis,

1986). Perasaan saling memiliki dalam sebuah komunitas merupakan hal

paling penting, agar komunitas tersebut tetap bertahan. Untuk menimbulkan

perasaan tersebut, anggota Homey selalu melakukan pertemuan rutin setiap

minggu antar sesama anggota, mengadakaan kegiatan masa keakraban untuk

anggota baru dan anggota lama, dan kegiatan-kegiatan di luar komunitas

seperti bermain ke tempat rekreasi atau hanya sekedar bercengkrama di kafe.

Kelompok yang memiliki sense of community selalu mencari cara untuk

menyatukan anggota kelompoknya sehingga setiap anggota dapat menemukan

kebutuhan lainnya sementara mereka memenuhi kebutuhan mereka sendiri

(Riley, 1970).

Bagi anggota Homey yang telah lama bergabung, mereka merasa memiliki

kepercayaan terhadap komunitas dan anggota- anggota Homey yang lain,

mereka banyak bertukar pikiran mengenai komunitas, Korea, hobi, hingga

urusan pribadi. Mereka juga memiliki visi dan misi yang sama agar komunitas

(5)

membuat kegiatan di luar komunitas mampu meningkatkan sense of

community pada sesama anggota (Morsillo , 2006).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

mengenai “Hubungan Fanatisme Dengan Sense of community Anggota

Homey Korean Language Club Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dijabarkan diatas, maka rumusan masalah

yang ditemukan adalah dampak masuknya budaya Korea ke Indonesia

cukup besar, khususnya Kota Bandung. Fenomena ini membuat

penggemarnya berperilaku meniru idola mereka, menyukai idola secara

berlebihan, dan membeli pernak-pernik secara berlebihan. Penggemar juga

bergabung dengan komunitas-komunitas penggemar K-Pop untuk

mendapatkan informasi-informasi mengenai idolanya dan mempelajari

lebih banyak budaya Korea. Namun, pada umumnya para penggemar

Korea bergabung dengan komunitas hanya untuk kesenangan atau untuk

tujuan pribadi saja. Padahal, tujuan komunitas dibuat untuk mempererat

keanggotaan dan menjaga komunitas agar tetap berdiri.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran fanatisme pada anggota Homey Korean

Language Club Bandung?

2. Bagaimana gambaran sense of community anggota Homey Korean

Language Club Bandung?

3. Bagaimana hubungan fanatisme dan sense of community anggota

Homey Korean Language Club Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Memperoleh gambaran fanatisme pada anggota Homey Korean

Language Club Bandung.

2. Memperoleh gambaran sense of community pada anggota Homey

(6)

3. Memperoleh gambaran mengenai hubungan fanatisme dan sense of

community pada anggota Homey Korean Language Club Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi kekayaan

ilmu psikologi, khususnya cabang psikologi sosial dan psikologi

perkembangan, kemudian dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya

mengenai fanatisme dan sense of community. Bagi anggota Homey Korean

Language Club Bandung, memberikan gambaran tingkat rasa memiliki pada

anggota Homey Korean Language Club Bandung. Juga bagi masyarakat,

dapat memperluas wawasan mengenai fanatisme pada penggemar K-Pop yang

kini sedang melanda para remaja, sehingga masyarakat mampu menyikapinya

dengan bijak.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan Penelitian

4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

b. Manfaat Praktis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan subyek populasi/sampel

2. Desain penelitian

3. Metode penelitian

4. Definisi operasional

5. Pengambilan data dan instrumen penelitian

(7)

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

2. Pembahasan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Amellita. N. (2010). KebudayaanPopuler Korea: HallyudanPerkembangannya di Indonesia. (Skripsi, Universitas Indonesia, 2010, TidakDiterbitkan)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaplin, J. P. (1997). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Rajawali Pers.

Chavis, D.M., Lee, K.S., & Acosta J.D. (2008). The Sense of community (SCI) Revised: The Reliability and Validity of the SCI-2. Paper presented at the 2nd International Community Psychology Conference, Lisboa, Portugal.

Chung, E., et. Al. (2008). Exploring Consumer Fanaticism: Extraordinary Devotion in the Consumption Context. Advances in Consumer Research-North American Conference Proceedings, Vol. 8, pp. 434-435

Dalton, J. H., Elias, M. J., Wandersman, A. (2001). Community Psychology: Linking Individuals and Communities. Belmont, CA: Wadsworth.

Fisher, A. T., Sonn, C.C., Bishop, B. J. (2002). Sense of community: Research, Application, And Implication. Springer Science+Bussiness Media New York: New York.

Hidayatullah. (1995). Sikap Fanatik dalam Beragama. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.

Homey. (2010). Profile Homey Korean Language Club Bandung. Diakses tanggal 30 November 2014 dari: http:// homeykorean.wordpress.com/about/ 2013/12/386_148052.html (3 Desember 2013)

Honsel, L., et. All. (2012). Consumer Fanaticism: A Typology of Fans Related to Fan Motivation and Personality Traits. Qualitative Market Research, Vol. 9, p. 50

Hughey dkk. (2007). Empowerment and Sense Of Community: Clarifying Their Relationship In Community Organizations. Journal Of Health Education, Vol. 35, p. 651-664

(9)

Ihsan, H. (2013). Metode Skala Psikologi. Bandung.

Kamil, A. Gelombang Korea Menerjang Dunia. Diakses 16 Februari 2013 dari:http://entertainment.kompas.com/read/2012/01/15/18035888/Gelomban g.Korea.Menerjang.Dunia

Kucukemiroglu, O. (1997).Market Segmentation by Using Consumer Lifestyle Dimensions And Ethnocentrism. European Journal Of Marketing, Vol. 33, p. 55

Lee, S. J. 2011. The Korean Wave: The Seoul of Asia. The Elon of Undergraduate Research in Communication, Vol. 2, p. 1.

Lewis, L. A. (1992). The Adoring Audience: Fan culture and Popular Media. USA: Routledge.

McMillan, D., & Chavis, D. (1986). Sense of community: A definition and theory. Journal of Community Psychology, Vol. 14, p. 6-23.

Morsillo, J. E. (2006). Social Action By Youth: Creating A Sense of community. (Thesis, Victoria University, 2006, Tidak Diterbitkan)

Mulaz, R. B. (2010). Segmentasi Program Siaran Radio Rama FM Bagi Penggemar fanatic. (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2010, Tidak Diterbitkan)

Nastiti, A. D. (2010). Korean Wave Di Indonesia: Anatara Budaya Pop, Internet, dan Fanatisme Pada Remaja. Review Komunika: UI.

Park, S. K-Pop Does Little For Economy. News. (2013, December 3). Retrivied February 8, 2014, from:https://www.koreatimes.co.kr/www/news/culture/

Patria, F. Y. (2012). Hubungan Antara Sense Of Community dengan Distress Psikologik Pada Warga Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. (Skripsi Universitas Indonesia, 2012 Tidak diterbitkan)

Pertiwi, S. A. (2013). Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja Korean Wave

(Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda. Jurnal Psikologi, Vol. 1, p. 157

(10)

Riley, R. (1970). An Investigation Of The Influence Of Group Cohesiveness and Change In Self-Concept In a T-Group Setting. (Dissertation, University of Rochester, 1970 unpublished)

Riyadini. A. K. H. Tak Sampai 5 Menit, Tiket Termahal Konser SNSD Di Jakarta Langsung Ludes. Diakses pada tanggal 8 Februari 2014 dari: http://hot.detik.com/music/read/2013/08/18/102651/2333161/1180/tak- sampai-5-menit-tiket-termahal-konser-snsd-di-jakarta-langsung-ludes?h990101mainnews (18 Agustus 2013)

Sander, A. 2012. Case Study of Conduct Imitates Life Style Korea In Adolesece. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, Vol. 2, p. 1

Santrock, J. W. 2002. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Sarason, S. B. (1974). The Psychological Sense Of Community: Prospect for a Community Psychology. San Fransisco, CA: Jossey-Bass.

Sarwono, S. W., Meinarno, E.A. 2009. Psikologi Sosial. Salemba Humanika: Jakarta.

Seregina, A., Koivisto, E., Mattila, P. 2011. Media+Mark: Fanaticism- Its

Development And Meaning In Consumers’ Lives. Aalto University Press:

Finland.

Silalahi, U. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rafika Aditama.

Smith, et al. 2007. The Lived Meaning of Fanaticism: understanding the Complex Role of Label and Categories in Defining the Self in Consumer Culture. Journal of Consumption, Market and Culture, Vol 10 (2), p. 77-94.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Thorne. S. 2011. An exploratory investigation of the theorized levels of consumer fanaticism. Market Research: An International Journal Vol 14 No. 2, p. 160-173

Thorne. S., Bruner, G. C. 2006. An exploratory investigation of the characteristics of consumer fanaticism. Qualitative Market Research: An International Journal Vol 9 No. 1, p. 51-72

Gambar

Gambar 1.1 para penggemar berdandan ala idola mereka dan merchandise K-Pop

Referensi

Dokumen terkait

Telah banyak penelitian yang menganalisi kemampuan bertanya siswa, diantara penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2012) mengenai keterampilan bertanya, yaitu: 1) kurangnya

• GIS • Mapping • Spatial Data Validation Unit • WebGIS • Remote sensing • Landcover • TSP/PSP (NFI) • NSDH Inventory Monitoring Mapping Spatial Data Network

Selain itu, salah satu alasan terkuat Tawi yaitu: Tari Remo saat ini sudah kehilangan konsep seniti (seni hati), beliau lebih menyebut hal ini sebagai distorsi atau

2 Siapa pun mereka, yang terkait dengan Saracen, entah terkait langsung atau tidak dengan suatu partai, baik partai pendukung pemerintahan maupun kubu oposisi, kasus ini

Dari paparan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Adakah korelasi mengikuti pengajian Majlis Dzikir Al Khidmah dengan ukhuwah Islamiyah jama’ah

Berdasarkan uraian diatas mengenai penggunaan gambar representasi konvensi dan isomorfisme spasial, perbedaan komplesitas gambar yang menyebabkan perbedaan beban

terkait gambaran kadar kalsium serum pada usia 60-74 tahun dengan jumlah sampel yang lebih banyak, dilakukan follow-up dalam kurun waktu tertentu (studi longitudinal),

of Petri Nets: the Free Choice Hiatus", Lecture... Formal Aspects