• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2003:9), jadi, kalau ada dua orang terlibat komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang diperbicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa perbincangan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang diperbincangkan.

Pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas sifatnya sariah (memiliki makna yang sama), dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima paham atau keyakinan, melakukan kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain (Effendy, 2003:9).

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness); kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audiens/receiver). Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audiens menerima pesan, pengertian, dan lain-lain yang sama seperti apa yang dikehendaki oleh si pengirim pesan.

(2)

Wilbur Schram menampilkan apa yang ia sebut “The Condition of success in communication”, (Effendy, 2003) yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Effendy, 2003:36) :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyampaikan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Harold D. Laswell menyebutkan hal yang menyebabkan manusia berkomunikasi, yaitu : (Werner J. Severin & James, 2005:146)

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya 3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosial

Jika dilihat dari definisi komunikasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada dasarnya komunikasi dapat dilihat dari berbagai dimensi yakni sebagai proses, sebagai simbolik, sebagai sistem dan sebagai multi-dimensional. Maka tidak heran bila komunikasi juga mempunyai tujuan yang sangat universal. Tujuan dari sebuah proses komunikasi yaitu :

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah persepsi, pendapat dan pandangan (to change the perception) 3. Untuk mengubah prilaku ( to change the behaviour)

(3)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Harold D Laswell dalam karyanya “The Structure and Fuction of Communication in Society” mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Darwanto, 2007:10). Paradigma Laswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai pertanyaan yang diajukan itu, yaitu :

1. Komunikator 2. Pesan

3. Media 4. Komunikan 5. Efek

Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

II.1.1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran (gagasan, persepsi, informasi) atau perasaan (keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, dan lain sebagainya) oleh seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder (Effendy,2003:11).

a. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa adalah yang paling banyak digunakan

(4)

dalam komunikasi karena hanya bahasa lah yang mampu “menerjemahkan”pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi, atau persepsi.

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi dalam karyanya “Communication Research in United States” mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang akan disampaikan oleh komunikator sesuai dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh komunikan (Effendy, 2003:13).

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media utama.

Pentingnya peranan media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi misalnya merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang cukup banyak. Karena proses komunikasi sekunder ini adalah sambungan dari komunikasi primer untuk menembus ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi. Komunikator harus mempertimbangkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Hal ini didasari oleh pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi dan film. Dengan demikian proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat dikalsifikasikan sebagai media massa (mass media) dan media nirmasa atau media non massa (non-mass media).

(5)

II.2 Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dengan demikian media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat, kepada audiens yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang serempak (Ardianto, 2004:2).

Definisi komunikasi masssa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yaitu : Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (Ardianto, 2004:3).

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4). Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C, disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massa/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen (Nurudin, 2004:12). Luas disini berarti lebih besar dari pada sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan yang dikirimkan kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik) dalam

(6)

penyampaian informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

II.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Melalui definisi-definisi komunikasi massa tersebut, kita dapat mengetahui cirri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa (2006:19-32), ciri-ciri dari komunikasi massa adalah :

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga.

Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut : (1) kumpulan individu, (2) dalam komunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam. Herbert Blumer pernah memberikan cirri tentang karakteristik audiens/ komunikan sebagai berikut : (Nurudin, 2006:38).

a. Audiens dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya Audiens mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan.

b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. 3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Hal ini dikarenakan media massa adalah lembaga dan komunikasi dalam media massa adalah sebuah proses.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut secara bersamaan.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak terlepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukan siaran yang direkam (recorded).

(7)

Gatekeeper adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

Gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkan pun tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalangan pintu ini.

II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa dan Pengantar Komunikasi Massa” (2004:16-17) adalah sebagai berikut :

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk (1) pengawasan peringatan; (2) pengawasan instrumental. Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman. Sebuah stasiun televisi mengelola program untuk menayangkan sebuah peringatan. Sebuah surat kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan dan ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.

Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

(8)

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.

c. Lingkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

Televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16 tahun, yang banyak menghabiskan banyak waktunya menonton televisi dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, marakanya tayangan kekerasan di stasiun televisi dapat

(9)

membentuk sosialisasi bagi anak muda yang menontonnya, yang membuat anak muda berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan hidup. e. Entertainment (Hiburan)

Penyiaran drama, tarian, kesenian, sastra, music, olah raga, permainan, melalui isyarat-isyarat, lambing-lambang, suara, dan gambar, bertujuan untuk menciptakan kesenangan yang bersifat hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

II.3 Model Teori S-M-C-R

Model teori S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah S singkatan dari source yang berarti sumber atau komunikator, M singkatan dari message yang berarti pesan, C singkatan dari channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari receiver yang berarti penerima atau komunikan.

Komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambing, misalnya bahasa, kial (gesture), gambar atau warna, yaitu lambang-lambang yang dipergunakan khusus dalam komunikasi tatap muka (face to face communication), sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik media massa misalnya, surat kabar, radio, televisi, maupun media massa lainnya seperti surat, telepon, atau poster.

Jadi komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu media, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bermedia seorang komunikasi bermedia adalah seorang

(10)

komunikator seperti wartawan, penyiar, atau reporter menggunakan dua media, yakni media primer dan media sekunder, jelasnya bahasa dan sarankan yang ia operasikan. Secara sederhana, teori ini mengemukakan bahwa proses komunikasi akan terjadi apabila seseorang menyampaikan pesan melalui saluran kepada komunikan.

II.4 TELEVISI

II.4.1 Sejarah Televisi

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi (Werner J. Severin & James, 2005:420).

Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika Serikat, tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu itu diseluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian, karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopili oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, Negara-negara Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat, sehingga

(11)

dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Skormis dalam bukunya “Television and Society :An Incuest and Agenda”, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual (Kuswandi, 1996:8).

II.4.2 Perkembangan Televisi di Indonesia

Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendpatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri. Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olah raga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTV) Andalas Televisi (Ardianto, 2004:127). Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI yang sekarang sudah mengganti nama menjadi MNC TV maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan,

(12)

baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia, seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.

II.4.3 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, music, dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar, dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2002:177).

II.4.4 Keunggulan Televisi.

Menurut dr. A Alatas Fahmi dalam bukunya ”Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa” (1997: 30-31), televisi sebagai media komunikasi modern memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :

a. Keunggulan pragmatis.

Keunggulan ini lebih menyangkut aspek isi yang disajikan oleh televisi yakni meliputi : • Menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan

(13)

• Menyangkut hubungan dengan khalayaknya, media televisi mempunyai khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan intim.

• Media televisi memiliki tokoh berwatak sedang media lain memiliki bintang yang direkayasa.

b. Keunggulan teknologis.

Keunggulan ini menyangkut aspek kemampuan teknologi komunikasi meliputi :

• Mampu menjangkau wilayah yang sangat luas dalam waktu bersamaan, sehingga dapat menghantarkan secara langsung suatu peristiwa di suatu tempat ke berbagai tempat lain yang berjarak sangat jauh.

• Mampu menciptakan suasana yang bersamaan di berbagai wilayah jangkauannya dan mendorong khalayaknya memperoleh informasi dan melakukan interaksi secara langsung.

Televisi juga mempunyai keunggulan untuk menghidupkan imajinasi khalayak keluar ke dunia nyata. Melalui program-program siaran yang ditayangkan, media televisi mampu memunculkan fantasi dari angan-angan khalayak secara nyata dan kontekstual. Ini membuktikan bahwa sebagai salah satu bentuk media massa, televisi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pemirsanya (Bungin, 2001:53).

II.5 Hiburan

II.5.1 Pengertian hiburan

Hiburan disini diartikan sebagai pemenuhan hiburan di masyarakat. Hiburan diartikan sebagai semua macam atau jenis keramaian, pertunjukan atau permainan atau segala bentuk usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan dalam bentuk apapun, dimana untuk menonton atau mempergunakan fasilitas yang ada.

(14)

Pengertian hiburan mencakup hal luas, yang dapat menimbulkan perasaan senang, terhibur atau hal-hal yang menyenangkan bagi diri manusia dalam bentuk :keramaian, pertunjukan, permainan, bentuk usaha yang dapat dinikmati serta dapat menimbulkan rasa terhibur bagi setiap orang (http://jakarta.go.id).

Tidak dapat dipungkiri bahwa hiburan memang tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Selama ini hiburan seringkali diartikan secara sempit, seperti nonton film atau nonton konser, asalkan sifatnya bisa menghibur dan dapat dikatakan sebagai hiburan.

Hiburan juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas yang bisa kita lalukan. Artinya, hiburan juga bisa membantu kita member semangat sebelum kita mengerjakan kembali aktivitas sehari-hari.

Saat ini dunia hiburan di televisi lebih banyak didominasi oleh hiburan yang bersifat komedi. Acara komedi merupakan salah satu sarana hiburan yang dapat melepas rasa jenuh khalayak dalam aktivitasnya sehari-hari. Seperti halnya tayangan “Stand Up Comedy” di Metro TV merupakan tayangan komedi yang bersifat menghibur sekaligus memberikan penambahan pengetahuan wawasan kepada audiensnya.

II.5.2 Fungsi Hiburan

Fungsi hiburan pada zaman ini untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga.

Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu sendiri, karena masing-masing anggota keluarga mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan istri kerja seharian, sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan aktivitasnya masing-masing, ketika malam hari berada dirumah, kemungkinan besar mereka

(15)

menjadikan televisi sebagai media hiburan dan sekaligus alternatif untuk berkumpul bersama keluarga (untuk melepas lelah). Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena dapat ditonton bersama-sama. Pentingnya aspek hiburan dalam komunikasi juga diakui Charles R. Wright sehingga ia perlu membuat tabel untuk memperjelasnya (Nuruddi, 2004:71).

Tabel 2 Pengertian Hiburan

Tabel Aktivitas Komunikasi Massa : Hiburan

Masyarakat Individu Subkelompok Tertentu Kebudayaan Fungsi Pelepasan lelah bagi kelompok-kelompok massa Pelepasan Lelah Memperluas kekuasaan, mengendalikan bidang kehidupan - Disfungsi Mengalihkan publik menghindarkan aksi sosial Meningkatkan kepastian, memperendah cita rasa, memungkinkan pelarian atau pengasingan diri Memperlemah astetik “budaya pop”

(16)

II.6. Retorika dan Public Speaking

II.6.1 Latar belakang dan asal mula retorika public speaking

Sebelum ada istilah public speaking, maka lahirlah istilah retorika, sebelum masehi-SM di Yunani, yang artinya “keakhlian berbicara atau berpidato”. Dalam perkembangan retorika mengenal tiga bentuk yaitu:

a. Demi penemuan kebenaran (Socrates, disebut Bapak Retorika).

b. Demi kekuasaan ataupun kemenangan saja (sesuai dengan filsafat Sophisme).

c. Sebagai alat persuasi yang banyak menggunakan penemuan-penemuan terakhir bidang ilmu Jiwa dan karenanya mulai menggunakan nama “Scientific rhetoric”. Retorika bertitik tolak pada pemikiran, bahwa manusia dapat menggunakan perasaan atau pendapat yang umumnya benar.

Para ahli politik berpendapat retorika berkembang subur di Negara-negara pra demokrasi ataupun Negara-negara “demokrasi langsung”, karena sesuai dengan taraf kehidupan bermasyarakat tingkat tertentu, yang masih mungkin menerima beberapa hal begitu saja, terutama disodorkan oleh tokoh retorika atau demagogi (penggerak yang pintar berpidato). Retorika menghindari perumusan per definisi dan hanya menginginkan “penerimaan berdasarkan perasaan saja” Pengajuan pertanyaan misalnya, jawabanya harus yang diinginkan. Maka dalam retorika persoalan-persoalan yang akan dibahas, telah dikatagorikan terlebih dahulu oleh yang bertanya, sehingga jawabannya mudah diketahui, karena sebelumnya sudah diatur.

Contoh:

Pada jaman orde baru, jika Presiden berkunjung ke daerah-daerah, kesempatan kunjungan ini, dimanfaatkan oleh aparat daerah, mempertemukan Kepala Negara dengan para petani untuk berdialog. Pertanyaan ditentukan oleh aparat pemerintah. Pertanyaan sudah ditentukan, dengan jawaban yang diinginkan mudah diketahui. Sebelum tampil para peserta menghafalkan pertanyaan. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok, ada pengusaha kecil, pengrajin, membuat alat-alat pertanian, guru, kelompok Pembina, PKK dan lain sebagainya. Mereka yang ditunjuk duduk

(17)

memberi kesempatan lagi, siapa yang akan bertanya. Yang akan bertanya, memberi tahu -nama, statusnya dan baru pertanyaannya.

Walaupun retorika kebenaran, menganggap dengan tercapainya perumusan melalui “perasaan” akan tercapailah kebenaran, tetapi suatu unsur yang tidak terdapat dalam retorika dalam proses mencari kebenaran ialah verifikasi yang bertentangan dengan logika. Dengan demikian yang dicapai oleh retorika kebenaran ialah pengertian terhadap persoalan dan bukan menemukan kenyataan ataupun kebenarannya. Akan tetapi ilmu pengetahuan dalam perkembangannya berusaha mendekati, maka retorika masih dianggap suatu ajaran pra ilmu karena hasil retorika masih merupakan hipotesa.

Dilihat dari sejarah, manusia mempunyai hasrat dan kebutuhan untuk menyampaikan segala perasaan, pengalaman dan pendapat-pendapatnya kepada sebanyak mungkin orang disamping menceritakan kepada orang tertentu. Dalam penyebaran agama pada abad ke 5, ke Mesir, Babylonia dan Persia, yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai bakat retorika, karena tanpa bakat berbicara pada waktu itu, maka pesan yang akan disampaikan belum tentu dapat diterima dan dimengerti. Sekarang peranan media massa yang membantu penyampaian pesan kepada pendengar, penonton dan pembaca.

Kita kenal aliran Sophisme, yang berpendapat, manusia ialah “mahluk yang berpengetahuan dan kemauan” dan masing-masing manusia mempunyai penilaian sendiri mengenai baik buruknya sesuatu, mempunyai nilai-nilai etika sendiri, maka kebenaran suatu pendapat hanya dapat dicapai dengan memenangkan pendapatnya. Hal ini bisa tercapai kalau memiliki keahlian berbicara. Jadi aliran ini mengemukakan kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan bila mencapai kemenangan dalam pembicaraa.

Penganut aliran retorika Sokrates (469-399) dan Georgias, retorika digunakan demi kebenaran, melalui dialog dengan teknik ini kebenaran akan timbul dengan sendirinya.

(18)

Plato sebagai seorang pendidik, mengatakan retorika penting sebagai : • Metode pendidikan

• Alat untuk mencapai kedudukan dalam pemerintahan • Alat mempengaruhi rakyat

Aristoteles (384-322) mengajarkan dalam retorika orang harus mengatakan dengan : • Jelas

• Singkat dan • Meyakinkan

Pada waktu itu, bagaimana meyakinkan pengadilan, sehubungan dengan pengembalian tanah, milik rakyat yang diambil oleh para Tirani yang berkuasa ketika itu. Kalau tidak mampu untuk menyatakan secara jelas dan lancar, anda termasuk orang gagal mempertahankan milik anda, karena dahulu belum ada “pengacara” yang membantu, mempertahankan milik anda didepan pengadilan. Para ahli menganggap retorika kalau dilihat dari tinjauan komunikasi maka disebut“speech of communication” atau “public speaking”.

Para ahli menganjurkan pentingnya mempelajari “public speaking”, apalagi anda berada yang bergerak dibidang usaha, serta kehidupan sosial lainnya, bahkan kemampuan anda yang mempelajari dan mengetahui public speaking dapat bertindak pada waktu tertentu untuk memutuskan sesuatu dengan segera dan dapat diterima. Setiap kesempatan secara bertahap bahkan seumur hidup dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara didepan khalayak.

Istilah public speaking berawal dari para ahli retorika, yang mengartikan sama ialah seni (keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah berkembang sejak abad sebelum Masehi. Mengapa kita berpikiran negatif menggunakan kata “retorika”? Apa yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Retorika Modern”(cetakan ke-enam 2000), bahwa kemajuan Negara Barat bukan saja bertumpu pada pengetahuan matematika,

(19)

fisika atau kimia. Kalau mendalam lagi keinginan tahuan kita mengapa mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam ilmu-ilmu alam, dan bagaimana mereka menyajikannya dengan ucapan yang jelas sehinggakhalayaknya paham dan mengerti hasil presentasinya. Karena mereka berpijak pada kultur berabad-abad pentingnya pendidikan bahasa, yang berakar pada filsafat Yunani yang bertumpu pada retorika. Kemudian ada anggapan negatif apabila menggunakan kata retorika, kita sedang berhadapan dengan seni propaganda, menggunakan kata-kata yang indah dan bagus disangsikan kebenarannya. Pengertian sebenarnya “retorika” yakni pemekaran bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan berkomunikasi dalam media pikiran. Dengan retorika, para pemimpin dapat menaklukan hati dan jiwa, atau kemampuan mengotak-atik otak, sehingga keputusannya dapat diterima oleh karyawan atau audiens.

Pada abad ke 20, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika mulai digeser oleh speech communication, atau oral communication atau public speaking. Tokoh-tokoh retorika mutakhir antara lain :

1. James A.Winans

Bukunya “Public Speaking” (1917) menggunakan psikologi dari William James dan E.B Tichener, Sesuai dengan teori James bahwa tindakan ditentukan oleh perhatian, Winans mendefinisikan persuasi sebagai “proses menumbuhkan perhatian. Pentingnya membangkitkan emosi melalui motif-motif psikologi seperti kepentingan pribadi, kewajiban sosial dan kewajiban agama. Winans adalah pendiri Speech Communication Association of America (1950).

(20)

2. Charles Henry Woolbert.

Juga pendiri Speech Communication Association of America. Psikologi yang harus diperhatikan hal-hal sebagai mempengaruhinya adalah behaviorisme dari John B.Watson. Woolbert memandang Speech Communication sebagai ilmu tingkah laku. Pidato merupakan ungkapan kepribadian. Logika adalah dasar utama persuasi. Dalam menyusun persiapan pidatoberikut :

1. Teliti tujuannya,

2. Ketahui khalayak dan situasinya,

3. Tentukan proposisi yang cocok dengan khalayak dan situasi tersebut,

4. Pilih kalimat-kalimat yang dipertalikan secara logis. Bukunya, The Fundamental of Speech.

3. William Noorwood Brigance

Berbeda dengan Woolbert yang menitik beratkan logika, Brigance menekankan faktor keinginan (desire) sebagai dasar persuasi. Persuasi meliputi empat unsur : 1. Rebut perhatian pendengar,

2. Usahakan pendengar untuk mempercayai kemampuan dan karakter anda, 3. Berdasarkan pemikiran pada keinginan, dan

4. Kembangkan setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar. 4. Alan H.Monroe

Bukunya, Principles and Types of Speech. Pertengahan tahun 20-an Monroe bersama stafnya meneliti proses motivasi. Jasa, Monroe, cara organisasi pesan. Menurut Monroe pesan harus disusun berdasarkan proses berpikir manusia yang disebutnya motivated sequence.

(21)

Dari uraian diatas tadi, public speaking adalah berbicara didepan umum, bagaimana anda berbicara menyampaikan pesan atau gagasan yang ingin diketahui oleh audiens. Hal-hal seperti demikian yang selalu menjadi pusat perhatian anda.

II.6.2 Public Speaking Sebagai Sarana Komunikasi.

Mengapa public speaking dianggap sebagai sarana komunikasi? Dalam sarana komunikasi atau sebuah wadah bergulirnya percakapan yang memerlukan umpan balik. Siapa saja yang terlihat atau berada dalam wadah itu. Dalam dunia komunikasi, yang terdiri dari komunikator, ada pesan dan komunikan, semua ini kalau berfungsi melalui saluran yang disebut media. Nah dimana keberadaan “Public Speaking”. Kehadirannya dalam kegiatan komunikasi yang berperan adalah komunikator atau public-speaker. Dalam pelajaran ini pengetahuan yang akan menjadikan seseorang atau komunikator sebagai pembawa pesan, mempunyai kemampuan untuk menyajikan gagasan kepada audiens. Dengan demikian komunikator mengungkapkan ide dan dengan kemauan dengan tepat, cepat dan taktis.

Menurut Herbert V. Prochnow mengembangkan kemampuan secara bertahap belajar seumur hidup, tahun demi tahun dan makin lama makin berbobot. Hal ini dapat dibarengi dengan bagaimana cara memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Kegiatan lain yang dapat mendukung kemampuan public speaking, apabila aktif melakukan berbagai kegiatan seperti dalam dunia usaha dan kehidupan sosial lainnya. Dalam dunia usaha ada peluang selalu menghadapi saat-saat terjadinya tuntutan konsumen terhadap hasil produksi, bahkan kerja lembaga atau organisasi selalu mendapat sorotan masyarakat. Disinilah peranan seorang petugas PR untuk menjelaskan apakah melalui selebaran atau news release atau pertemuan-pertemuan dengan wartawan media. Sebagai komunikator melalui media mengungkapkan pikiran, ide dan pendapat pada seluruh pendengar. Pada kesempatan memberikan saran, mengeritik, memberikan suara dan mewakili organisasinya serta memberikan keputusan,

(22)

maka tekhnik “public speaking” sama pentingnya dengan kemampuan berdialog dengan individu-individu lain secara efektif. Tapi ada yang beranggapan mempelajari public speaking membuang-buang waktu saja. Karena setiap hari kegiatan kita dilengkapi dengan berbicara. Mungkin pengertian salah itu bersumber pada perkiraan bahwa Anda diharapkan melakukan pidato-pidato resmi atau karena membayangkan pidato para tokoh politik yang terkenal. Orang-orang dilingkungan pergaulan dan usaha Anda banyak mengemukakan ide yang biasa Anda lakukan juga, dalam rapat, konperensi ataupun percakapan setiap hari. Ucapan-ucapan mereka yang benar, bukanlah gambaran “public speaking”, tetapi merupakan suatu pengecualian, dari seni berbicara.

Banyak orang berpidato, mengesankan di hati. Memang kualitas orang berbeda berbicara dengan baik dan efektif. Pasti Anda pernah berbicara dengan baik dan efektif dalam pembicaraan pribadi, surat ataupun memorandum. Tak ada alasan mengapa Anda tidak dapat melakukan di depan umum. Masalahnya penguasaan teknik yang masih harus Anda pelajari dan kuasai. Kalau berbicara dengan kaku dan memalukan, maka kesempatan untuk mencapai apa yang diharapkan dalam usaha, seni dan pergaulan akan berkurang.

Tidak ada bedanya percakapan dengan beberapa orang dengan percakapan di depan umum. Hanya suaralah yang diperkeras dan diperjelas. Dalam percakapan antara teman, kita menjawab pertanyaan mereka, bertanya sesuatu atau menanggapi pendapat mereka. Di depan umum, kiat menggantikkan dengan penampilan sikap kita secara umum, raut wajah kita, anggukan atau gelengan kepala, sebagai tanda perhatian kita pada tanggapan para pendengar. Public Speaking merupakan percakapan biasa yang diperluas daya cakupannya.

II.6.3 Kredibilitas Komunikator dalam Menyampaikan Pesan

Menjadi komunikator atau orang yang pertama memberikan pesan/ide/gagasan dalam suatu proses komunikasi itu memang tak mudah. Sering kita lihat beberapa tokoh

(23)

politik mengiklankan dirinya di media massa besar-besaran dan tentu saja besar pula biayanya, pesan-pesannya sama sekali tak digubris oleh khalayak. Hal itu disebabkan salah satu faktor yaitu kredibilitas komunikator di mata komunikan (khalayak). Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh komunikan (penerima pesan). Gobbel, Menteri Propaganda Jerman dalam perang Dunia II mengatakan bahwa untuk menjadi komunikator yang efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi.

Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Phatos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.

Sedangkan James Mc-Croskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompetensi (competence), sikap (charracter), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamic). Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah yang dibahasnya. Seorang dokter misalnya lebih berkompeten bicara tentang kesehatannya daripada seorang Insinyur Teknik Sipil, begitu juga sebaliknya. Sikap ialah menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan seorang komunikator punya maksud baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Sedangkan dinamika adalah menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan komunikan.

Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1. Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya pembicara yang sudah punya nama bisa

(24)

mendatangkan banyak pendengar, atau tokoh terkenal macam GusDur tulisannya pasti akan dimuat di surat kabar, meski editornya belum membacanya.

2. Derived Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi berlangsung. Misalnya seorang SBY memperoleh tepukan dari masyarakat, karena pidatonya yang disampaikan bersifat menyenangkan hati para pendengarnya (masyarakat).

3. Terminal Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasanya. Seorang komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas perlu memiliki pengetahuan yang dalam, pengalaman yang luas serta adanya kekuasaan yang dipatuhi dalam status sosial yang dihargai.

Hovland, Janis dan Kelly (Rakhmat, 1986) menyebutkan bahwa paling tidak terdapat dua komponen kredibilitas komunikator, yakni keahlian (expertness) dan dapat di percaya (trustworthiness). Keahlian (expertness) merupakan kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator berkaitan dengan topik yang dibicarakan, seperti perubahan sikap, pendapat dan prilaku komunikan. Sedangkan dapat dipercaya (trustworthiness) merupakan kesan komunikaan tentang sumber komunikasi yang disampaikan komunikator yang berkaitan dengan wataknya, seperti kejujuran, ketulusan, bersifat adil, bersikap sopan, dan berprilaku etis dan sebaliknya.

Komunikator yang memiliki kredibilitas yang tinggi selalu memperhatikan pesan yang akan disampaikannya dan selalu berubah dalam menyampaikan pesannya karena senantiasa di sesuaikan dengan sifat dan kedudukan komunikannya. Apabila komunikasi yang dijalankan komunikator telah berjalan dengan efektif, maka pesan yang disampaikan komunikator akan menimbulkan perubahan sikap dan perilaku dalam diri komunikan.

Jadi pada dasarnya kredibilitas seorang komunikator bisa berubah jika terjadi perubahan komunikan, topik dan waktu. Artinya kredibilitas seorang pembicara pada suatu

(25)

tempat belum tentu bisa sama di tempat lain, kalau komunikannya berubah. Demikian pula halnya dengan perubahan topik dan waktu, dalam hal ini komunikator bisa saja menguasai topik tertentu, tapi belum tentu dengan topik lain.

II.7 Persepsi

II.7.1 Definisi Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003:445). Persepsi pada dasarnya merupakam suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi.

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan ransangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi prilaku kita (Mulyana, 2007:179).

Definisi lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2001:57).

Lahlry (1991) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Data-data sensoris sampai kepada kita melalui lima indera kita (Severin, 2005:83).

(26)

Sementara Joseph A. Devito mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya yang mempengaruhi indera kita (Mulyana, 2007:180). Brian Fellows juga mendefinisikan persepsi sebagai proses yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran menerima dan menganalisis informasi (Mulyana,2007:180).

Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap individu. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala ransangan yang dating dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala ransangan yang diterimanya tersebut diolah, selanjutnya diproses.

II.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. David Krech dan Richard S. Cruthfield (1977) (dalam Rakhmat, 2001:58) menyebutnya sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional, dan faktor personal.

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dari sisi Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama, yaitu : persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

(27)

Faktor struktural berasal dari semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Dari sini Krech dan Cruthfield melahirkan dalil persepsi yang kedua, yaitu : medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.

3. Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal. Petunjuk proksemik, petunujk kinesik, petunujk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor-faktor situasional yang mempengaruhi.

4. Faktor Personal

Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seorang individu.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2007:170).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2007:180).

(28)

II.7.3 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah ransangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan, tanggapan. Seperti dinyatakan dalam bagan berikut ini :

Variabel psikologis diantara ransangan dan tanggapan Gambar 2

Penalaran Rangsangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Perasaan Sumber : Sobur, 2003:447

Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya ransangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari ransangan.

Secara singkat, persepsi dapat didefinisikan sebagai cara manusia menangkap ransangan. Kognisi adalah cara manusia member arti terhadap ransangan. Penalaran adalah proses sewaktu ransangan dihubungkan dengan ransangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh ransangan baik sendiri atau bersama-sama dengan ransangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.

Dari segi psikologis dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh sebab itu untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya (Sobur, 2003:446).

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuan adalah kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita

(29)

tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama dari pengetahuan itu. Dari definisi yang dikemukakan oleh Pareek (Sobur, 2003:451) yaitu : “persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, dan memberikan reaksi kepada ransangan panca indera dan data”, tercakup beberapa segi atau proses yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses menerima ransangan

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima ransangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

2. Proses menyeleksi ransangan

Setelah ransangan diterima atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua ransangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, ransangan-ransangan itu disaring dan diseleksi untuk proses yang lebih lanjut.

3. Proses pengorganisasian

Ransangan yang diterima selanjutnya dioragnisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan, yakni pengelompokkan (berbagai ransangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan datar (dalam melihat ransangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan gejala atau ransangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan persepsi (ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya).

(30)

Setelah ransangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada dasarnya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang di terima.

5. Proses pengecekan

Setelah data diterima dan ditafsirkan, si pnerima mengambil tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses ini terlalu cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya.

6. Proses reaksi

Tahap akhir dari proses perceptual adalah tindakan sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang bertindak sehubungan dengan persepsinya.

Gambar

Tabel 2 Pengertian Hiburan

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran teknik GI (Group Investigation) dengan media pembelajaran

Skripsi dengan judul “Jenis-jenis Krustasea (Subkelas Malacostraca) di Hutan Mangrove Daerah Pesiisr Tanjung Api-api Sumatera Selatan dan Sumbangannya pada Pembelajaran

Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur acoustic backscattering strength dasar perairan pada berbagai tipe substrat di perairan Selat Gaspar dan sekitarnya...

dengan menggunakan 30 dari 40 peserta latihan dari ektrakurikuler bolavoli SMK Negeri 6 Malang. Pada pengembangan model latihan block bolavoli ini data diperoleh dari

Secara umum,alat penukar kalor adalah alat yang memindahkan panas diantara dua fluida yang memiliki temperatur yang berbeda tanpa mencampurkan kedua fluida tersebut

Harapan antara pegawai dan perusahaan atau organisasi berkaitan dengan hubungan kerja yang mereka jalani dan hal ini berlangsung sejak pegawai tersebut memilih untuk menjadi

Tujuan dan Manfaat Tujuan akhir ultimate goal dari penyelenggaraan sub unsur pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, yang merupakan salah satu sub unsur dari

(7) Jika permohonan diajukan oleh warga negara asing anak eks WNI dan warga negara asing yang orang tua kandungnya WNI, penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud