• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN JUMLAH PETUGAS SISTEM PELAYANAN APOTEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DI RSUD KERTOSONO NGANJUK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN JUMLAH PETUGAS SISTEM PELAYANAN APOTEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DI RSUD KERTOSONO NGANJUK."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN JUMLAH PETUGAS SISTEM

PELAYANAN APOTEK DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SIMULASI DI RSUD KERTOSONO

NGANJUK

SKRIPSI

Oleh :

INDRA RESTU PAMUNGKAS

NPM 0632010190

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi PAPA JESUS CHRIST yang telah memberikan cinta dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENENTUAN JUMLAH PETUGAS SISTEM PELAYANAN APOTEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DI RSUD KERTOSONO NGANJUK“ . Tak ada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan olehNya.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. M. Anang Fahrodji, MT. Selaku Dosen Pembimbing 1 5. Ibu Farida Pulansari, ST, MT. Selaku Dosen Pembimbing II 6. Bapak Drs Pailan, Mpd selaku Dosen wali

(3)

9. Seluruh bapak dan Ibu Dosen jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur 10. Seluruh bapak dan ibu pegawai RSUD Kertosono yang sudah banyak membantu

dalam pengerjaan skripsi ini

11. Orang tua dan seluruh keluarga besar yang selalu menjadi tempat keluh kesah dan semangat

12. My soulmate ( acy, mujar, via, venny dan nila ) terima kasih sudah menjadi sahabat-sahabat aku selama 4 (empat) tahun di UPN baik dalam suka dan duka.

13. Teman-Teman TI semua angkatan 2006 dan Ass.Lab OTISTA 2009-2010 yang sudah memberikan semangat dan dorongan buatku.

14. Semua pihak yang telah mendukung dan membantuku yang tidak dapat disebutkan satu per satu sehingga terwujudlah laporan ini

Tentunya dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun penyajian. Untuk itu sebagai penulis, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga PAPA JESUS CHRIST memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, Amin. JBU

Surabaya, Juni 2010

(4)

THANK’S TO.

Terima kasihku aku ucapkan untuk :

1. Bapak dan Ibuku, makasih buat semua doa, nasehat, semangat dan pengorbanan yang tidak pernah berhenti dan tidak pernah bisa tergantikan. Love U….

2. Dek Lely n Dek Iffan makasih buat semua senyuman yang udah buat aku semangat…”Belajar yg rajin ya dek”

3. Yang jauh dimato tapi dekat dihati “Mr. PopeyeQ”, makasih buat sayangnya

yang bisa buat aku semangat buat ngerjain skripsi, cepet pulang ya….Miss U 4. Temenku Reksi, Ana, Ani dan Citra, Makasih buat saran2nya untuk semua

curhat dan masalahku, semoga kita akan tetap jadi sahabat sampai kapanpun 5. Buat mas didik makasih ya udah nemenin aku selama 3 tahun n makasih udah

mau jadi kakak aku yang selalu nasehatin dan ngajarin aku…

6. Temen2 ASSLAB OTISTA Si GeJe Ramzy, Ruly, Niar, Restu,Citra, Reksi, Siti,

Dony dan Mbak kadek makasih ya udah nyisain tinta buat ngeprin skripsiku disaat printku wafat. He9x….CHAYOO OTISTA ‘09

7. Temen2 2006 khususnya paralel D Bagus, Dian, Dony, Adon, Riki, Agus, Rizal, Farid, Tony, Dani, Via, Nila, Veny dan semuanya yang tidak bisa disebutin alias tidak hafal n tidak kenal. Trus Berjuang ya Teman-teman…. 8. Temen2 kostku, Ve2, Dina…wes pokoke MBANYOLL tok dech….

(5)

buat semua ANGGOTA Teknik Industri…Jayalah Teknik Industri beri prestasi untuk Teknik Industri….CHAAYYOOOOOOO

Ilma Shofyana

 

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Asumsi - Asumsi ... 3

1.5. Tujuan Penelitian ... 3

1.6. Manfaat Penelitian ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Antrian... 6

2.2. Tujuan Teori Antrian ... 7

2.3. Pengertian Sistem dan Model... 7

2.4. Faktor - Faktor Pokok Dalam Sistem Antrian ... 10

2.5. Mekanisme Pelayanan... 12

2.6. Disiplin Pelayanan ... 13

(7)

2.8. Definisi Transient Dan Steady State ... 17

2.9. Model – Model Antrian... 18

2.9.1 Model Antrian ( M / M / I ) : ( GD / ~ / ~ )... 18

2.9.2 Model Antrian ( M / M / C ) : ( GD / ~ / ~ ) ... 20

2.9.3 Model Antrian ( M / M / c ) : ( GD / N / ~ ) ... 21

2.9.4 Model Antrian ( M / M / c ) : ( NPRP / ~ / ~ )... 22

2.10. Uji Kecukupan Data dan Keseragaman Data... 25

2.11. Pendugaan Pola Distribusi Data... 26

2.11.1 Pendugaan Pola Distribusi Data Diskrit... 26

2.11.2 Pendugaan Pola Distribusi Data Kontinyu... 26

2.12. Uji Kecocokan Distribusi Data ... 27

2.12.1 Uji Kecocokan Distribusi Poisson ... 27

2.12.2 Uji Chi – Square... 27

2.13. Konsep Dasar Simulasi ... 28

2.13.1 Langkah – Langkah Dalam Proses Simulasi... 31

2.13.2 Model – Model Simulasi... 31

2.13.3 Motivasi Menggunakan Simulasi ... 33

2.13.4 Perbedaan Utama antara Simulasi dan Model Antrian ... 34

2.14. Bilangan Acak ( Random )... 35

2.14.1 Pembangkit Bilangan Random ( PBR ) ... 36

2.14.2 Pembangkit Variabel Random ( PVR )... 37

2.15. Simulation Tool... 39

2.15.1 Program Simul8 ... 39

(8)

2.17. Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 46

3.3. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 47

3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 50

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 50

3.6 Metode Pengolahan Data ... 50

3.6.1. Analisa Pelaksanaan Antrian Pada Loket Pelayanan Pasien... 51

3.6.2. Langkah Pemodelan Sistem ... 51

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data ...52

4.1.1 Data Primer...52

4.1.2. Data Sekender………... ……….. 55

4.2 Pengolahan Data………...………. 56

4.2.1. Distribusi Waktu Kedatangan Antar Pasien …………..……… 56

4.2.2. Distribusi Waktu Pelayanan Pasien...………... 56

4.2.3. Perancangan Model Sistem……….……….. 57

4.3. Aplikasi Model Sistem……… 62

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……….. 66 5.2. Saran……… 66 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Model Antrian Single Channel Single Phase……….…..9

Gambar 2.2. Struktur Model Antrian Single Channel Multi Phase………10

Gambar 2.3. Struktur Model Antrian Multi Channel Single Phase………10

Gambar 2.4. Struktur Model Antrian Multi Channel Multi Phase……….11

Gambar 2.5. Klasifikasi Model Simulasi………31

Gambar 2.6. Fungsi Kepadatan Peluang Untuk Distribusi Selaras……….36

Gambar 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah………..48

Gambar 4.1. Tampilan Awal Simul8 Sebelum DIlakukan Run……… .58

Gambar 4.2. Kondisi Antrian Setelah Dilakukan Proses Run………58

Gambar 4.3. Jam Kerja Petugas Pelayanan…..………...59

Gambar 4.4. Waktu Kedatangan Antar Pasien………...……60

Gambar 4.5. Waktu Pelayanan Pasien………..………..61

Gambar 4.6. Tingkat Utilisasi Dengan Tiga Petugas…………..………62

Gambar 4.7. Kondisi Usulan Dengan Empat Petugas………...…….63

Gambar 4.8. Tingkat Utilisasi Dengan Empat Petugas ………..64

Gambar 4.9. Kondisi Usulan Dengan Lima Petugas ……….64

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Waktu Kedatangan Dan Waktu Pelayanan Lampiran B Distribusi Kedatangan

Lampiran C Distribusi Pelayanan

(13)

ABSTRAKSI

Pelayanan jasa terutama di bidang kesehatan telah menjadi perhatian bagi banyak kalangan terutama pemerintah di banyak negara. Pemerintah dan masyarakat selalu berusaha agar pasien menerima layanan tersebut haruslah seefisien mungkin. Banyak sekali program dari pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya bagi masyarakat miskin yang telah dilakukan. Misalnya program JAMKESMAS yang diperuntukkan bagi warga yang kurang mampu yang ingin berobat ke Rumah Sakit. Dimana pasien yang termasuk dalam JAMKESMAS tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat di Rumah Sakit. Di samping itu dari pihak Rumah Sakit sendiri juga perlu meningkat jasa pelayanannya terhadap pasien sehingga pasien merasa puas dengan jasa pelayanan Rumah Sakit

Pengertian umum tentang simulasi adalah suatu metodologi untuk melaksanakan suatu percobaan dengan menggunakan model dari suatu sistem nyata. Sedangkan ide dasarnya adalah menggunakan beberapa perangkat untuk meniru sistem nyata guna mempelajari serta memahami sifat-sifat, tingkah laku (perangai) dari sistem nyata untuk maksud perancangan sistem atau perubahan tingkah laku (perangai) sistem. Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan – percobaan terhadap model tersebut dan mengevaluasi hasil percobaan tersebut. Antrian adalah suatu kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari–hari. Studi tentang antrian bukan merupakan hal yang baru. Antrian timbul disebabkan oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat layanan disebabkan kesibukan layanan

Dari hasil penelitian dan pengolahan data menunjukkan bahwa kondisi antrian di RSUD Kertosono Nganjuk adalah sebagai berikut adalah Jumlah petugas yang optimal dalam sistem pelayanan apotek yaitu sejumlah 4 (empat) petugas yaitu dilihat dari tingkat utilitas sebesar 67% . Sedangkan apabila sistem pelayanan tetap menggunakan 3 (tiga) petugas pelayanan maka pelayanan apotek tersebut sangat tidak optimal karena tingkat utilitas sebesar 100% dan masih terjadi antrian dalam sistem pelayanan Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan apotek RSUD Kertosono Nganjuk perlu melakukan penambahan jumlah petugas pelayanan menjadi 4 (empat) petugas pelayanan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan jasa terutama di bidang kesehatan telah menjadi perhatian bagi banyak kalangan terutama pemerintah di banyak negara. Pemerintah dan masyarakat selalu berusaha agar pasien menerima layanan tersebut haruslah seefisien mungkin. Banyak sekali program dari pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya bagi masyarakat miskin yang telah dilakukan. Misalnya program JAMKESMAS yang diperuntukkan bagi warga yang kurang mampu yang ingin berobat ke Rumah Sakit. Dimana pasien yang termasuk dalam JAMKESMAS tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat di Rumah Sakit. Di samping itu dari pihak Rumah Sakit sendiri juga perlu meningkat jasa pelayanannya terhadap pasien sehingga pasien merasa puas dengan jasa pelayanan Rumah Sakit.

Salah satu masalah yang timbul dalam pelayanan jasa di Rumah Sakit adalah panjangnya antrian yang terjadi dalam suatu pelayanan. Untuk itu kita harus mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut misalnya dengan melakukan simulasi. Dimana pengertian simulasi sendiri adalah proses merancang model dari sistem yang sebenarnya kemudian melakukan percobaan-percobaan terhadap model yang digunakan lalu mengevaluasinya. Salah program yang digunakan dalam simulasi antrian yaitu SIMUL8.

(15)

dan mulai melayani pasien. Pada hari senin sampai kamis pelayanan dimulai dari jam 07.30 WIB sampai dengan jam 13.00 WIB, pada hari jumat pelayanan di mulai dari jam 07.30 WIB sampai dengan 11.00 WIB, pada hari sabtu pelayanan dimulai dari jam 07.30 sampai dengan jam 12.30 WIB.

Karena pada saat peneliti melakukan observasi penelitian di apotek RSUD Kertosono yang sering mengalami antrian yaitu apotek dengan resep obat generik. Karena seringnya terjadi antrian pada apotek obat generik di RSUD Kertosono maka penulis mencoba untuk membantu mengatasi terjadinya antrian dengan menggunakan metode simulasi dengan bahasa pemrograman SIMUL8.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dibuat suatu perumusan masalah, yaitu :

“Berapakah jumlah petugas sistem pelayanan apotek yang optimal dengan menggunakan metode simulasi di RSUD Kertosono?”

1.3. Batasan Masalah

Supaya ruang lingkup permasalahan tidak melebar menjadi permasalahan yang baru, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada hari Senin – kamis antara jam 07.30 – 13.00 hari jumat antara jam 07.30 – 11.00 dan pada hari sabtu jam 07.30 – 12.30 pada loket pelayanan apotek pasien umum di RSUD Kertosono.

(16)

3. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengetahui berapa jumlah petugas sistem pelayanan apotek yang optimal pada saat terjadinya antrian.

4. Penelitian dilakukan pada 1 (satu) apotek yaitu apotek obat generik. 5. Menerima resep obat generik baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat

inap di RSUD Kertosono

6. Penelitian ini tidak menghitung biaya yang timbul apabila ada penambahan petugas baru.

1.4. Asumsi - Asumsi

Asumsi – asumsi yang diperlukan untuk analisa penelitian ini adalah :

1. Tidak ada petugas yang absen atau tugas keluar (semua petugas hadir setiap hari).

2. Lamanya pelayanan yang diberikan tidak tergantung pada banyaknya antrian dan jumlah kedatangan.

3. Kemampuan dan keahlian petugas baru sama dengan petugas lama. 4. Semua petugas pelayanan dianggap berdistribusi normal.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

(17)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi Rumah sakit khususnya di instalasi farmasi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan didalam memperbaiki sistem pelayanan yang ada.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menerapkan teori-teori mengenai simulasi antrian yang diperoleh selama dibangku perkuliahan, sehingga akan mendapatkan pemahaman yang lebih daripada sekedar teori.

3. Bagi UPN “Veteran” Jawa Timur

Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sistem simulasi antrian, serta sebagai literatur acuan yang nantinya dapat digunakan untuk penelitian yang mempunyai permasalahan sama di masa mendatang.

1.7. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini ditulis dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

(18)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang mendasari dan mendukung pokok-pokok bahasan yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang urutan langkah-langkah yang dilalui dalam penelitian ini yang meliputi tempat dan waktu penelitian, identifikasi variabel, langkah – langkah pemecahan masalah, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang data hasil penelitian, pengolahan atau perhitungan data, dan analisis terhadap hasil yang diperoleh sehingga dapat memberikan masukan yang berguna bagi perusahaan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diambil dari seluruh rangkaian pembahasan yang telah dilakukan, selain itu juga berisikan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan pada lingkungan obyek penelitian dan perbaikan pada penelitian yang sama.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Antrian

Antrian adalah suatu kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari–hari.

Studi tentang antrian bukan merupakan hal yang baru. Antrian timbul disebabkan

oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau

fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat

layanan disebabkan kesibukan layanan. Pada banyak hal, tambahan fasilitas

pelayanan dapat diberikan untuk mengurangi antrian atau untuk mencegah

timbulnya antrian. Akan tetapi biaya karena memberikan pelayanan tambahan,

akan menimbulkan pengurangan keuntungan mungkin sampai di bawah tingkat

yang dapat diterima. Sebaliknya, sering timbulnya antrian yang panjang akan

mengakibatkan hilangnya pelanggan / nasabah.

Salah satu model yang sangat berkembang sekarang ini ialah model

matematika. Umumnya, solusi untuk model matematika dapat dijabarkan

berdasarkan dua macam prosedur, yaitu : analitis dan simulasi. Pada model

simulasi, solusi tidak dijabarkan secara deduktif. Sebaliknya, model dicoba

terhadap harga – harga khusus variabel jawab berdasarkan syarat– syarat tertentu

(sudah diperhitungkan terlebih dahulu), kemudian diselidiki pengaruhnya

terhadap variabel kriteria. Karena itu, model simulasi pada hakikatnya mempunyai

sifat induktif. Misalnya dalam persoalan antrian, dapat dicoba pengaruh

bermacam – macam bentuk sistem pembayaran sehingga diperoleh solusi untuk

(20)

2.2. Tujuan Teori Antrian

Tujuan dasar dari teori antrian adalah meneliti kegiatan dari fasilitas

pelayanan dalam rangkaian kondisi random dari suatu sistem antrian yang terjadi.

Untuk itu pengukuran yang logis akan ditinjau dari dua bagian, yaitu :

1. Menentukan lama waktu para pelanggan menunggu, yang dalam hal

ini dapt diuraikan melaluli waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh

pelanggan untuk menunggu hingga mendapatkan pelayanan.

2. Menentukan presentase dari waktu yang disediakan untuk

memberikan pelayanan itu fasilitas pelayanan dalam kondisi

menganggur. (Sumiati, 2008, hal. 25 ).

Bila sistem mempunyai fasilitas pelayanan lebih dari optimal, ini berarti

membutuhkan investasi modal yang berlebihan, tetapi apabila jumlah kurang dari

optimal maka hasilnya adalah tertundanya pelayanan (P. Siagian, 1987, hal. 390).

Teori antrian merupakan peralatan yang penting untuk sistem pengelolaan yang

menguntungkan dengan meminimumkan jumlah antrian.

2.3. Pengertian Sistem dan Model

Sistem didefinisikan sekumpulan dari bermacam-macam objek yang

saling berinteraksi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam

lingkaran yang kompleks (Simatupang, 1995, hal. 7). Sistem itu sendiri tergantung

dan tujuan yang dipelajari yang dapat tersusun dari beberapa sub sistem. Sistem

dikelompokkan menjadi dua macam yaitu sistem diskrit dan sistem kontinyu.

(21)

banyaknya dapat dihitung. Sedangkan sistem kontinyu adalah sistem yang

variabel statenya berubah terhadap waktu secara kontinyu.

Berdasarkan sifat proses pelayanan dalam saluran (channel) dan phase,

saluran menunjukkan jumlah jalur atau tempat memasuki sistem pelayanan yang

juga menunjukkan jumlah stasiun pelayanan dimana para customer harus

melaluinya sebelum pelayanan dinyatakan lengkap. Ada 4 struktur model antrian

yaitu (Sumiati, 2008, hal. 30-31) :

1. Satu jalur dan satu stasiun pelayanan (Single Channel Single Phase)

Single channel artinya hanya ada satu jalur untuk memasuki sistem

pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan, sedangkan single phase menunjukkan

hanya ada satu stasiun pelayanan.

Gambar 2.1. Struktur model antrian single channel single phase

(Sumiati, 2008, hal. 30-31)

2. Satu jalur dengan beberapa stasiun pelayanan (Single Channel Multi Phase)

Artinya hanya ada satu jalur untuk memasuki pelayanan tetapi ada dua

(22)

Gambar 2.2. Struktur model antrian single channel Multi phase

(Sumiati, 2008, hal. 30-31)

3. Beberapa jalur dengan satu stasiun pelayanan (Multi Channel Single Phase)

Artinya beberapa fasilitas pelayanan yang dialiri oleh antrian tunggal.

Gambar 2.3. Struktur model antrian Multi channel Single phase

(Sumiati, 2008, hal. 30-31)

4. Beberapa jalur dengan beberapa stasiun pelayanan (Multi Channel Multi

Phase)

Sistem ini mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap

(23)

Gambar 2.4. Struktur model antrian Multi channel Multi phase

(Sumiati, 2008, hal. 30-31)

Antrian dapat dihasilkan jika kedatangan pelanggan yang diterima untuk

dilayani harus menunggu untuk mendapatkan pelayanan. Dalam antrian

kedatangan pelanggan dalam sistem dan waktu pelayanan yang diberikan dapat

mempunyai distribusi tertentu. Data yang kita perlukan untuk menganalisa model

terdiri atas waktu kedatangan dan waktu antar dua kedatangan secara berurutan

serta waktu pelayanan.

2.4. Faktor - Faktor Pokok Dalam Sistem Antrian

Sistem antrian mempunyai 6 (enam) faktor pokok (Sumiati, 2008, hal.

27-28), yaitu :

1. Distribusi Kedatangan

Sumber masukan dari suatu sistem antrian dapat terdiri atas suatu populasi

orang, barang, mobil, komponen atau kertas kerja yang datang pada sistem

untuk dilayani. Bila populasi relatif besar sering dianggap bahwa hal ini

(24)

bentuk kedatangan per satuan waktu atau dalam bentuk waktu antar

kedatangan.

2. Distribusi Waktu Pelayanan

Distribusi waktu pelayanan berkaitan dengan berapa banyak fasilitas

pelayanan yang dapat disediakan. Distribusi waktu pelayanan terbagi menjadi

2 (dua) komponen penting yaitu pelayanan secara individual (single service)

dan pelayanan secara kelompok (bulk service).

3. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas pelayanan berkaitan dengan baris antrian yang akan dibentuk. Desain

fasilitas pelayanan ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu :

a. Bentuk series, dalam satu garis lurusataupun garis melingkar.

b. Bentuk parallel, dalam beberapa garis lurus yang antara yang satudengan

yang lain paralel.

c. Bentuk network station, yang dapat di desain secara series dengan

pelayanan lebih dari satu pada setiap stasiun. Bentuk ini juga dapat

dilakukan secara parallel dengan stasiun yang berbeda-beda.

4. Disiplin Antrian

Disiplin antrian menunjukkan pedoman keputusan yang digunakan untuk

menyelesaikan individu – individu yang memasuki sistem antrian untuk

dilayani terlebih dahulu (prioritas). Beberapa disiplin antrian antara lain

adalah pedoman First Come First Served (FCFS), Last Come First Served

(25)

5. Ukuran Dalam Antrian

Besarnya antrian pelanggan yang akan memasuki fasilitas pelayananpun perlu

diperhatikan. Ada 2 (dua) desain yang dipilih untuk menentukan besarnya

antrian, yaitu ukuran kedatangan secara tidak terbatas (infite queue) dan

ukuran kedatangan secara terbatas (finite queue)

6. Sumber Pemnggilan

Dalam fasilitas pelayanan, yang berperan sebagai sumber pemanggilan dapat

berupa mesin maupun manusia. Bila ada sejumlah mesin yang rusak maka

sumber pemanggilannya akan berkurang dan tidak dapat melayani pelanggan.

Jadi masalahnya adalah apakah sumber panggilan terbatas (finite calling

source) dan sunber panggilan tak terbatas (infite calling source).

2.5. Mekanisme Pelayanan

Ada 3 (tiga) aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan,

(P. Siagian, 1987, hal. 392 - 393) yaitu :

1. Tersedianya Pelayanan

Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat. Misalnya dalam

pertunjukan bioskop, loket penjualan karcis masuk hanya dibuka pada waktu

tertentu antara satu pertunjukan berikutnya. Sehingga pada saat loket ditutup,

mekanisme pelayanan terhenti dan petugas pelayanan istirahat.

2. Kapasitas Pelayanan

Kapasitas dari mekanisme pelayanan diukur berdasarkan jumlah konsumen

(satuan) yang dapat dilayani secara bersama-sama. Kapasitas pelayanan tidak

(26)

berubah-ubah. Karena itu, fasilitas pelayanan dapat memiliki satu atau lebih saluran

tunggal atau sistem pelayanan tunggal disebut saluran ganda atau pelayanan

ganda.

3. Lamanya Pelayanan

Lamanya pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani seorang

konsumen. Oleh karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu

untuk semua konsumen atau boleh juga berupa variabel acak. Umumnya dan

untuk keperluan analisis, waktu pelayanan dianggap sebagai variabel acak

yang terpencar secara bebas dan sama dan tidak tegantung pada waktu

pertibaan.

2.6. Disiplin Pelayanan

Kebiasaan ataupun kebijakan dimana para konsumen dipilih dari antrian

untuk dilayani, disebut disiplin pelayanan.

Ada 4 (empat) bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan dalam praktek, (P.

Siagian, 1987, hal. 395 - 396), yaitu :

1. First-come first-served (FCFS) atau first-in first-out (FIFO)

Artinya, lebih dulu datang (sampai) lebih dulu dilayani. Misalnya, antri

beli tiket bioskop.

2. Last-come first-served (LCFS) atau last-in first-out (LIFO)

Artinya, yang tiba terakhir yang lebih dulu keluar. Misalnya, sistem

(27)

3. Service in random order (SIRO)

Artinya, panggilan didasarkan pada peluang secara random, tidak soal

siapa yang lebih dulu tiba.

4. Priority service (PS)

Artinya, prioritas pelayanan diberikan kepada mereka yang mempunyai

prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mempunyai

prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir ini kemungkinan sudah

lebih dahulu tiba dalam garis tunggu. Kejadian seperti ini kemungkinan

disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang yang keadaan

penyakitnya lebih berat dibandingkan dengan orang lain dalam suatu

tempat praktek dokter. Mungkin juga, karena kedudukan atau jabatan

seseorang menyebabkan dia dipanggil terlebih dahulu atau diberi prioritas

lebih tinggi. Demikian juga bagi seseorang yang menggunakan waktu

pelayanan yang lebih sedikit diberi prioritas dibanding dengan mereka

yang memerlukan pelayanan lebih lama, tidak soal siapa yang lebih dahulu

masuk dalalm garis tunggu. Contoh-contoh diatas merupakan sebagian

kecil dari priority service yang sering kita lihat dalam keadaan

sesungguhnya.

2.7. Pengertian Notasi dan Lambang Pada Model Antrian

D.G. Kendall memperkenalkan notasi untuk model antrian dengan

sistem pararel dan notasi ini memberikan gambaran tentang 3 karakteristik dasar,

yaitu : distribusi kedatangan, distribusi keberangkatan dan jumlah dari saluran.

(28)

dan jumlah maksimum yang diijinkan dalam sistem. Sehingga yang

mengidentifikasi beberapa tipe sistem antrian digunakan notasi Kendall dan Lee,

dan notasi yang lengkap ditunjukkan dalam simbol sebagai berikut (P. Siagian,

1987, hal. 408 - 409):

Format umum : ( a / b / c ) : ( d / e / f )

Keterangan :

a = Bentuk distribusi kedatangan / perkedatangan atau input

distribusi

b = Bentuk distribusi pelayanan / keberangkatan / output

distribusi

c = Jumlah jalur / fasilitas pelayanan dalam sistem / jumlah

channel

d = Disiplin pelayanan

e = Jumlah pelayanan maksimum yang diijinkan dalam sistem

f = Besarnya populasi masukan / sumber kedatangan

Pada penelitian ini digunakan multi channel multi phase. Multi channel

berarti bahwa ada dua atau lebih jalur pelayanan. multi phase menunjukkan bahwa

ada satu stasiun pelayanan

 Untuk simbol a dan b, digunakan kode berikut sebagai pengganti :

M = Distribusi kedatangan Poisson atau distribusi pelayanan

eksponensial, juga sama untuk kedatangan eksponensial dan

pelayanan Poisson.

(29)

EK = Menyatakan waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan

mengikuti distribusi Erlang dangan parameter K.

GI = Menyatakan distribusi antar kedatangan adalah umum yang

independent (general independent).

G = Distribusi waktu pelayanan secara umum.

 Untuk simbol c, digunakan kode berikut sebagai pengganti :

R = Menyatakan bilangan bulat positif yang lebih besar atau sama

dengan satu.

 Untuk simbol d, digunakan kode berikut sebagai pengganti :

FIFO atau FCFS = First–In First–Out atau First-Come First–Served

LIFO atau LCFS = Last–In First–Out atau Last–Come First–Served

SIRO = Service In Random Order

GD = General Service Discipline

PS = Priority Service

 Untuk simbol e dan f, digunakan kode berikut sebagai pengganti :

N = Menyatakan satuan yang terbatas.

∞ = Menyatakan satuan yang tidak terbatas.

Simbol e dan f melambangkan suatu keterbatasan jumlah pelanggan

dan sumber kedatangan didalam sistem.

Ada 2 (dua) aturan disiplin prioritas (Taha, 1976, hal. 632) :

1. Preemptive rule (PRP)

Pelayanan pelanggan dengan prioritas rendah / mungkin disela /

didahului kepentingan pelanggan yang baru tiba dengan prioritas

(30)

2. Non preemptive rule (NPRP)

Seorang pelanggan setelah mendapat pelayanan akan

meninggalkan fasilitas hanya setelah pelayanannya lengkap, tanpa

menghiraukan prioritas para pelanggan yang baru tiba.

2.8. Definisi Transient Dan Steady State

Analisa sistem antrian meliputi studi perilaku sepanjang waktu. Jika

suatu antrian telah mulai berjalan, keadaan sistem akan sangat dipengaruhi oleh

state (keadaan) awal dan waktu yang telah dilalui. Dalam keadaan seperti ini,

sistem dikatakan dalam keadaan transient. Tetapi bila berlangsung terus–menerus

keadaan sistem ini akan independent terhadap state awal tersebut dan juga

terhadap waktu yang dilaluinya. Keadaan sistem seperti ini akan dikatakan dalam

kondisi steady state. Teori antrian cenderung memusatkan pada kondisi steady

state, sebab kondisi transient lebih suka dianalisa..

Notasi – notasi dibawah ini digunakan untuk sistem dalam kondisi state :

ns = Rata – rata jumlah pelanggan dalam sistem

nq = Rata – rata jumlah pelanggan dalam antrian

tt = Rata – rata waktu tunggu dalam sistem (termasuk waktu pelayanan) bagi

setiap pelanggan

n = Jumlah pelanggan dalam sistem

Pn = Probabilitas bahwa ada pelanggan pada sistem antrian

Po = Probabilitas bahwa tidak ada pelanggan pada sistem antrian

S = Jumlah fasilitas pelayanan dalam sistem antrian (jumlah pelayan atau

(31)

λ = Rata – rata tingkat kedatangan (jumlah pelanggan yang datang per satuan

waktu)

µ = Rata – rata tingkat pelayanan (jumlah pelanggan yang dilayani per satuan

waktu)

1/λ = Waktu antar kedatangan rata –rata (satuan waktu per jumlah pelanggan)

1/µ = Waktu pelayanan rata – rata (satuan waktu per jumlah pelanggan)

P = Faktor penggunaan (utilitas) untuk fasilitas pelayanan

2.9. Model – Model Antrian

2.9.1. Model Antrian ( M / M / I ) : ( GD / ~ / ~ )

Arti dari notasi ini menunjukkan karakteristik dasar yang terkandung

dalam model antrian, yaitu :

M / M = Kedatangan dan pelayanan mengikuti proses poisson

/ I = Jumlah jalur atau jalur pelayanan

GD / = Disiplin pelayanan secara umum

/ ~ / = Jumlah maksimal langganan yang diijinkan dalam sistem

~ / = Sumber kedatangan

Dari solusi steady state diperoleh ( Taha, 1976, hal. 197 )

Po =

1

/ 1

1

  

 

Po = 1 – λ / µ

Untuk n > 0

Pn = Po ( λ / µ )n

(32)

Ls =        1

Jumlah pelanggan rata – rata dalam antrian :

Lq =    1 2

Waktu menunggu rata – rata dalam sistem :

Ws = ) 1 ( 1 1         Ls

Waktu menunggu rata – rata dalam antrian :

Wq = ) 1 ( 1 1         Lq Keterangan :

Po = Probabilitas tidak ada pelanggan dalam sistem

Pn = Probabilitas jumlah n pelanggan dalam sistem

λ = Tingkat kedatangan rata – rata

µ = Tingkat pelayanan rata – rata

ρ = Tingkat kegunaan fasilitas rata – rata

Ls = Jumlah pelanggan rata – rata dalam sistem

Lq = Jumlah pelanggan rata – rata dalam antrian

Ws = Waktu menunggu rata – rata dalam sistem

(33)

2.9.2. Model Antrian ( M / M / C ) : ( GD / ~ / ~ )

Karakteristik dari model ini adalah pelayanan atau saluran ganda,

masukan poisson, waktu pelayanan eksponensial dan antrian tak terhingga. Rumus

yang digunakan sebagai berikut (P. Siagian, 1987, hal. 417 - 422)

Po =

 

 

                         

  c c n c c n n       / 1 ! / ! / 1 1 0

 

Po,jika0 a c ! /   n n  

Pn =

 

Po,jikan c

! /  c n n c c  

Jumlah pelanggan rata – rata dalam antrian

Lq =

 

 

1! /

Po

/ 2        c  c

c

Jumlah pelanggan rata –rata dalam sistem

Ls = Lq +

 

Waktu menunggu rata – rata dalam antrian

Wq =

Lq

Waktu menunggu rata – rata dalam sistem

Ws = Wq +

1

Keterangan :

(34)

Pn = Probabilitas jumlah n pelanggan dalam sistem

q dalam antrian

2.9.3. M

lahnya dengan jumlah layanan lebih dari satu (P. Siagian,

isalnya :

um langganan yang muat dalam ruangan

Rumus – rumus yang digunakan :

Po =

Ls = Jumlah pelanggan rata – rata dalam sistem

Lq = Jumlah pelanggan rata – rata dalam antrian

Ws = Waktu menunggu rata – rata dalam sistem

W = Waktu menunggu rata – rata

c = Jumlah fasilitas pelayanan

odel Antrian ( M / M / c ) : ( GD / N / ~ )

Model ini memperlihatkan situasi dimana terdapat ruang tunggu buat

langganan terbatas jum

1987, hal. 430 – 431)

M c = Jumlah pelayanan

N = Jumlah maksim

 

 

N 0 

                N n C n n c n c

n ! c 1 c

1 ! 1 1    

Untuk n ≤ c maka :

 

nPo

Pn =

1

Untuk n > N maka Pn = 0, sedangkan untuk c < n ≤ N :

 

Po

Pn = c c! n-c 

1 n

Jumlah rata – rata pelanggan dalam antrian :

Lq =

                                c           c c c

c N c N c

(35)

Jumlah rata – rata pelanggan dalam sistem :

Ls = Lq + c -

Waktu m antrian :

Wq =

1 n Pn

c

c

0

n

enunggu rata – rata dalam



 0 eff eff n    

 1 Pn n dan Lq c c c  

Waktu m gu rat – rata dalam sistem

Ws = enung a eff Ls  Keteran dalam sistem ian

2.9.4. M

menunjukkan karakteristik dasar yang terkandung

odel

M uti proses poisson

elayanan

/ = gan :

Po = Probabilitas tidak ada pelanggan dalam sistem

Pn = Probabilitas jumlah n pelanggan

λ = Tingkat kedatangan rata – rata

µ = Tingkat pelayanan rata – rata

ρ = Tingkat kegunaan fasilitas rata – rata

Ls = Jumlah pelanggan rata – rata dalam sistem

Lq = Jumlah pelanggan rata – rata dalam antrian

Ws = Waktu menunggu rata – rata dalam sistem

Wq = Waktu menunggu rata – rata dalam antr

odel Antrian ( M / M / c ) : ( NPRP / ~ / ~ )

Arti dari notasi ini

dalam m antrian, yaitu :

M / = Kedatangan dan pelayanan mengik

/ c = Jumlah jalur atau jalur p

(36)

/ ~ / = Jumlah maksimal langganan yang diijinkan dalam sistem

~ /

i kelas

prioritas

ang anggota dari kelas prioritas ke – k

adalah (Dimyati, 1987, hal. 380 – 382) :

Wk =

= Sumber kedatangan

Model diatas adalah model disiplin prioritas, yaitu model antrian yang

disiplin pelayanannya didasarkan atas sistem prioritas. Dalam kenyataan sehari –

hari, banyak sekali situasi yang memenuhi model, misalnya pekerjaan yang

singkat akan dikerjakan lebih dahulu dibandingkan pekerjaan yang lama,

langganan–langganan lebih diutamakan daripada lainnya dan sebagainya. Model

ini mengasumsikan bahwa ada n sekelas prioritas (kelas I mempunyai prioritas

tertinggi dari kelas ke – n prioritas terendah) dan anggota – anggota d

tertinggi yang ada dalam antrian akan dipilih berdasarkan FCFS.

Dalam hal ini untuk masing-masing kelas prioritas diasumsikan

mengikuti prioritas proses Poisson dan waktu pelayanan Eksponensial. Dengan

menggunakan asumsi ini maka ekspektasi menunggu dalam keadaan steady state

(termasuk waktu pelayanan) untuk seor

.N 1,2,3,.... k untuk , 1 .B A.B 1 k k   

Di mana :

A =

        k 0 j j k S j! P P -S

S!   

B0 = 1

Bk = ,untuk k 1,2,3,...N

(37)

Dan :

λ =

1,2,3,...N dan ρ = λ / µ

Wk = a waktu tunggu dalam sistem untuk tiap – tiap kelas

Wq = u

Lk = a jumlah pelanggan dalam sistem di tiap – tiap kelas

Lq = a jumlah pelanggan dalam antrian di tiap – tiap kelas

as prioritas ke – k

dalam sis suk yang sedang dilayani) adalah :

tukan waktu menunggu diluar pelayanan untuk kelas

prioritas

iperoleh dengan cara :

Jika S = 1 maka didapat :

W =

S = Jumlah pelayanan

µ = Tingkat pelayanan rata – rata per pelayanan yang sibuk

Tingkat kedatangan rata – rata untuk prioritas ke – 1 untuk 1 =

N  

i 1 1

Rata – rat

prioritas

Rata – rata waktu tunggu dalam antrian (tidak termasuk wakt

pelayanan) bagi setiap pelanggan di tiap – tiap kelas prioritas.

Rata – rat

prioritas.

Rata – rat

prioritas.

Dalam kondisi steady state, jumlah anggota dari kel

tem antrian (terma

Lk = λk . Wk

Untuk menen

ke – k maka :

Wq = Wk – 1 / µ

Sehingga panjang antrian d

Lq = Wq . λk

k

k 1 -k .B

B 1

(38)

2.10. U

dan keseragaman data

elanggan dan waktu pelayanan.

1.

iasinya

a digunakan rumus, yaitu (Walpole, 1986, hal. 177 – 212) :

Rumusnya :

N’ =

ji Kecukupan Data dan Keseragaman Data

Untuk mengetahui apakah data yang diambil memiliki kecukupan dan

keseragaman data, maka perlu dilakukan uji kecukupan

untuk tingkat kedatangan p

Uji Kecukupan Data

Untuk mengetahui apakah data yang diambil sudah cukup atau belum, maka

harus dilakukan tes kecukupan data. Dalam menentukan sample yang diperlukan

dalam pengujian statistik, apabila populasinya berdistribusi normal dan var

diketahui, mak

 

2

2 2 X X X N 40          

Dim na a :

itian 5 %. Ukuran sampel yang

cukup jika N N’

m ini harus dibuang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan

selanjutnya.

N’ = Jumlah pengukuran yang diperlukan

N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan

Dengan tingkat kepercayaan 95 % dan ketel

telah diambil ( N ) dikatakan 

2. Uji Keseragaman Data

Selain kecukupan data harus dipenuhi, maka yang tidak kalah pentingnya

adalah bahwa ada data yang diperoleh haruslah juga seragam, dengan tujuan agar

data yang sudah terkumpul tersebut dapat diidentifikasikan mana data yang terlalu

besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata – ratanya. Data yang

(39)

Pengujian keseragaman data dilakukan dengan menggunakan batas kontrol

atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) dengan formulasi sebagai berikut :

BKA = X3 SD

BKB = X3 SD

SD = Standard deviasi dengan formulasi :

1 -n

X

X1 2

2.11. Pendugaan Pola Distribusi Data

2.11.1. Pendugaan Pola Distribusi Data Diskrit

Untuk menduga distribusi data diskrit, maka dicari Lexis Ratio ( Lr )

dengan rumus :

Lr(n) =

(n) 2

X S

Jika Lr(n) mendekati atau sama dengan 1, maka diduga data berdistribusi

Poisson, sedangkan jika Lr(n) > 1, maka data diduga berdistribusi Binomial, dan

bila Lr(n) < 1, maka data diduga berdistribusi Binomial Negatif.

2.11.2. Pendugaan Pola Distribusi Data Kontinyu

Untuk menduga distribusi data kontinyu, maka mula – mula dicari

koefisien variansinya ( cv ) dengan menggunakan rumus sebagai berikut berikut :

cv(n) =

 

 

n X

n S2

dimana S2(n) =

(40)

S2(n) dan X(n) adalah varian dan mean dari data yang terkumpul. Untuk beberapa

variabel random kontinyu, jika :

 cv(n) mendekati 1 atau cv < 1, maka distribusi data tersebut adalah

eksponensial.

 cv(n) < 1 dan α < 1, maka data dianggap berdistribusi weibull atau gamma

 cv(n) = 1 dan α = 1 atau α < 1, maka data juga dianggap berdistribusi weibull

atau gamma.

2.12. Uji Kecocokan Distribusi Data 2.12.1. Uji Kecocokan Distribusi Poisson

Distribusi Poisson dengan parameter rata – rata X mempunyai :

P ( x ) = ,dengan x 0,1,2,3,...n x!

. e

dan e = 2,71828, λ > 0 (Sudjana, 1992, hal. 289)

2.12.2. Uji Chi – Square

Uji didasarkan pada kesesuaian antara frekuensi terjadinya pengamatan

dalam sample yang diamati dengan frekuensi harapan yang diperoleh dari

distribusi yang dihipotesiskan :

Uji ini mempunyai formulasi :

X2 =

k

1

i 1

2 1 1

(41)

Dengan x2 merupakan nilai perubahan acak x2 yang berdistribusi sampelnya

sangat dekat dengan distribusi Chi – Square dan O1 dan E1 masing – masing

menyatakan frekuensi amatan dan frekuensi harapan dalam sel ke – i

Bila frekuensi amatan dekat dengan frekuensi harapan padanannya maka

nilai x2 akan kecil, yang berarti menunjukkan kesesuaian yang baik. Bila frekuensi

amatan berbeda dengan frekuensi harapan, maka nilai x2 akan besar dan

kesesuaian jelek (tidak mencerminkan penyimpangan yang wajar mengenai hasil

pengamatan yang teoritik). Untuk mengatasinya dilakukan penggabungan antara

kategori yang mempunyai E1 kecil dengan kategori yang berdekatan sehingga

hasil gabungan dianggap cukup besar.

Kesesuaian yang baik mendukung penerimaan H0, sedangkan kesesuaian

yang jelek mendukung penolakannya. Daerah kritis akan terjadi pada ujung kanan

distribusi chi – square. Untuk tingkat kepercayaan 95 %, digunakan nilai kritis

X20,95 sehingga X2 > X20,95 menyatakan daerah kritis. Untuk melakukan uji ini

akan dibandingkan dengan dengan frekuensi hasil yang sebenarnya diamati

dengan frekuensi yang diharapkan berdasarkan bentuk uji yang dimisalkan dengan

menggunakan rumus diatas. Untuk menguji kecocokan distribusi Poisson,

Distribusi Chi – Square yang digunakan akan mempunyai dk = ( k – 1 ). (Sudjana,

1992, hal. 273).

2.13. Konsep Dasar Simulasi

Pengertian umum tentang simulasi adalah suatu metodologi untuk

melaksanakan suatu percobaan dengan menggunakan model dari suatu sistem

(42)

meniru sistem nyata guna mempelajari serta memahami sifat-sifat, tingkah laku

(perangai) dari sistem nyata untuk maksud perancangan sistem atau perubahan

tingkah laku (perangai) sistem.

Telah lama metode simulasi digunakan dalam membantu memecahkan

persoalan-persoalan dalam berbagai bidang kehidupan. Pada ilmu murni, simulasi

sering digunakan dalam mengestimasikan luas area suatu kurva, studi perpindahan

partikel, invers matriks dan lain sebagainya. Selain itu simulasi juga digunakan

secara luas pada permasalahan-permasalahan dunia industri, pengembangan

pedesaan, sistem informasi pelabuhan udara, strategi militer, strategi pasar dan

masih banyak lagi yang lainnya

Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang

sebenarnya, mengadakan percobaan – percobaan terhadap model tersebut dan

mengevaluasi hasil percobaan tersebut. Jadi simulasi merupakan metode

penelitian yang eksperimental.

Beberapa tujuan simulasi adalah :

a. Untuk memahami perilaku sistem nyata

(43)

Dalam sistem, simulasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

SISTEM

Eksperimen Dengan sistem

Sebenarnya

Eksperimen dengan menggunakan model

sistem

Model Fisik Model Matematik

[image:43.595.86.547.101.376.2]

Solusi analistis Simulasi

Gambar 2.5. Klasifikasi model simulasi

(Sumiati, 2008, hal. 2)

Model simulasi biasanya dijalankan atau dicoba-coba untuk memperoleh

informasi yang diinginkan. Berdasarkan hasil tersebut, penganalisaan dapat

mempelajari kelakuan sistem. Maka simulasi bukanlah suatu teori melainkan

suatu metodologi untuk memecahkan masalah.

Telah didefinisikan bahwa simulasi adalah proses mengadakan

eksperimen terhadap model dari suatu sistem yang ada. Masalahnya seringkali

timbul kesulitan jika informasi – informasi yang dibutuhkan tidak tersedia.

Eksperimen langsung terhadap suatu sistem yang ada mengiliminasi kesulitan –

kesulitan dalam usaha memperoleh kecocokan antara model dengan kondisi

sebenarnya. Tetapi kerugian dari eksperimen langsung terhadap sistem cukup

(44)

1. Dapat mengganggu jalannya operasi

2. Objek yang diamati cenderung bertingkah laku lain dari biasanya

3. Sangat sulit membuat kondisi yang sama untuk percobaan yang berulang

4. Untuk memperoleh sampel yang sama perlu waktu dan biaya

5. Pada kenyataan sulit mengganti banyak alternatif.

2.13.1. Langkah – Langkah Dalam Proses Simulasi

Semua simulasi yang baik memerlukan perencanaan dan organisasi yang

baik. Pada umumnya terdapat 5 langkah pokok yang diperlukan dalam

menggunakan simulasi (P. Siagian, 1987 , hal. 449 – 450), yaitu :

1. Tentukan sistem atau persoalan yang hendak disimulasi .

Ini mencakup penentuan : - lingkungan

- tujuan

- karakteristik

2. Kembangkan model simulasi yang hendak digunakan.

3. Ujilah model dan bandingkan tingkah lakunya dengan tingkah laku dari sistem

nyata, kemudian berlakukanlah model simulasi ini.

4. Rancang percobaan – percobaan simulasi.

5. Jalankan simulasi dan analisis data.

2.13.2. Model – Model Simulasi

Model – model simulasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

(45)

1. Model Simulasi Stokhastik

Model ini kadang – kadang juga disebut sebagai model simulasi Monte Carlo.

Istilah Monte Carlo dalam simulasi mulai diperkenalkan oleh Compte de

Buffon pada tahun 1977 dan pemakaiannya pada sistem nyata dimulai selama

perang dunia II, dipakai untuk merancang pelindung nuklir yang ditembus

oleh neutron pada berbagai material. Masalah ini sulit dipecahkan dengan

analitik dan rumus pula untuk eksperimen langsung, sehingga dipakailah

bilangan random untuk memecahkannya. Teknik ini dinamakan Monte Carlo

karena dasarnya sama seperti permainan judi. Sedangkan Monte carlo adalah

kota judi terbesar di dunia.

Di dalam proses stokhastik sifat – sifat keluaran ( output ) dari proses

ditentukan berdasarkan dan merupakan hasil dari konsep random ( acak )

2. Model Simulasi Deterministik

Pada model ini tidak diperhatikan unsur random, sehingga pemecahan

masalahnya menjadi lebih sederhana. Contoh aplikasi dari model ini adalah

dalam dispatching, line balancing, sequence dan plant layaout.

3. Model Simulasi Dinamik dan Statik

Model simulasi yang dinamik adalah model yang memperhatikan perubahan –

perubahan nilai dari variabel – variabel yang ada kalau terjadi pada waktu

yang berbeda. Tetapi model statik tidak memperhatikan perubahan.

Perubahan ini, contoh dari model simulasi yang statik adalah line balancing

dan plant layout. Dalam perencanaan layout tentu saja diperlukan syarat –

syarat keadaan – keadaan lain bersifat statik sedang contoh dari model

(46)

4. Model Simulasi Heuristik

Model yang heuristik adalah model yang dilakukan dengan cara coba – coba,

kalau dilandasi suatu teori masih bersifat ringan, langkah perubahannya

dilakukan berulang – ulang dan pemilihan langkahnya bebas, sampai

diperoleh hasil yang lebih baik, tetapi belum tentu optimal.

Model stokhastik adalah kebalikan dari model deterministik, dan model statik

kebalikan dari model dinamik.

2.13.3. Motivasi Menggunakan Simulasi

Meskipun model analitik sangat kuat dan berguna, tetapi masih terdapat

beberapa keterbatasan (P. Siagian, 1987, hal. 448 – 449), antara lain :

1. Model analitik tidak mampu menelusuri perangai suatu sistem pada masa lalu

dan masa mendatang melalui pembagian waktu.

2. Model matematis yang konvensional sering tidak mampu menyajikan sistem

nyata yang lebih besar dan rumit (kompleks).

3. Model analitik terbatas pemakaiannya dalam hal – hal yang tidak pasti dan

aspek dinamis (faktor waktu) dari persoalan manajemen.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka konsep simulasi dan penggunaan

model simulasi merupakan jawaban dan ketidakmampuan dari model analitik.

Beberapa alasan yang dapat menunjang kesimpulan diatas :

1. Simulasi dapat memberikan jawaban kalau model analitik gagal

(47)

2. Model simulasi lebih realistis terhadap sistem nyata karena memerlukan

asumsi yang lebih sedikit, misalnya tenggang waktu dalam model persediaan

tidak perlu harus deterministik.

3. Perubahan konfigurasi dan struktur dapat dilaksanakan lebih mudah untuk

menjawab pertanyaan , ” Bagaimana jika... ”

4. Dalam banyak hal simulasi jauh lebih murah daripada percobaan langsung.

5. Simulasi dapat digunakan untuk maksud pendidikan.

6. Untuk sejumlah proses dimensi, simulasi memberikan penyelidikan yang

langsung dan terperinci dalam periode waktu khusus.

Pemecahan masalah dengan model simulasi biasanya dilakukan dengan

memakai komputer, sebab banyak hal – hal atau perhitungan – perhitungan yang

terlalu rumit bila dihitung secara manual. Selain itu dengan menggunakan

komputer waktu perhitungan sangat cepat dan cocok untuk percobaan trial and

error yang memerlukan percobaan berulang – ulang. Namun untuk masalah yang

sederhana bisa juga tanpa komputer.

2.13.4. Perbedaan Utama antara Simulasi dan Model Antrian

Perbedaan utama antara simulasi dan model antrian adalah :

1. Model antrian umumnya menganggap bahwa sistem beroperasi pada

keadaan “steady state” yang berarti bahwa tidak ada keadaan sibuk

pada saat berada dipuncak dan lembah. Model antrian dapat

menghitung rata-rata panjang antrian, rata-rata waktu pelayanan dan

(48)

2. Model antrian, pada keadaan terpaksa didasari atas sejumlah asumsi

tentang kedatangan, pola pelayanan dan sebagainya. Batasan ini

digunakan untuk menjaga keadaan tidak berubah ke keadaan yang

lebih kompleks. Simulasi memungkinkan lebih banyak kemungkinan

untuk lebih fleksibel (mudah disesuaikan) didalam menentukan

asumsi-asumsi.

3. Simulasi dapat digunakan untuk aplikasi lain dari analisa waithing

line atau antrian.

2.14. Bilangan Acak ( Random )

Secara umum bilangan acak dapat diartikan sebagai bilangan yang

ditemukan berupa sampel acak dari fungsi kepadatan peluang selaras seperti

terlihat pada gambar berikut :

f ( x ) =

1 x 0, 1 x 0 1, 0 x 0,     0

F ( x )

[image:48.595.125.471.451.577.2]

1

Gambar 2.6. Fungsi Kepadatan Peluang Untuk Distribusi Selaras

(P. Siagian, 1987, hal. 460 – 461)

Tiap bilangan acak yang bersesuaian dengan harga x akan terletak antara

0 dan 1, biasanya, kita tidak memperhatikan hanya satu bilangan acak tetapi

memperhatikan bilangan acak. Karena tiap bilangan dalam urutan ini didapat

(49)

statistik. Lebih besar, bila kita mengambil suatu urutan bilangan acak yang sangat

besar, maka fungsi kepadatan peluang ini akan menghampiri aslinya. Bilangan

baru yang kita tetapkan akan terpencar secara selaras sepanjang sama ialah

bilangan acak antara 0 dan 1 digandakan dengan 100, maka ia terpencar secara

selaras sepanjang antara 0 dan 100. Dan kalau tiap bilangan pecah dibulatkan

(kebawah), maka hasilnya ialah bilangan cacak antara 0 dan 99, semuanya dengan

peluang sama.

Urutan bilangan acak dapat dikembangkan dengan menggunakan cara

manual (seperti kotak dadu, roulette dan sebagainya) dan dengan menggunakan

komputer.

Proses pembentukan bilangan acak dengan komputer mencakup

penggunaan apa yang dinamakan hubungan rekursif, yakni aturan yang membawa

satu bilangan acak kepada yang lain didalam urutan. Hubungan rekursif secara

khusus bekerja dengan bilangan cacah dibagi oleh suatu konstanta yang besar

(dinamakan modul ) untuk menghasilkan bilangan acak dari 0 hingga 1.

2.14.1. Pembangkit Bilangan Random ( PBR )

Kualitas simulasi dipengaruhi kualitas bilangan random yang dihasilkan

dari pembangkit bilangan random. Pembangkit bilangan random terdistribusi

uniform yang sering digunakan :

1. Mixed Linier Congruential Generator (MLCG)

C ≠ 0

Zi = ( a . Zi – 1 + C ) MOD m

(50)

2. Prime Modulus Multiplicative Linier Congruential Generator

(PMMLCG)

C = 0

Zi = ( a . Zi – 1 ) mod m

Ui = Zi / m

Dimana :

a = faktor penggali

c = faktor penjumlah

m = modulus

Zo = nilai awal

Yang mana :

a,m dan Zo > 0

C ≥ 0 , m > a dan Zo

Untuk menghasilkan bilangan random yang baik diperlukan syarat

-syarat sebagai berikut :

1. m dan c habis dibagi bilangan bulat positif.

2. jika q bilangan prima habis membagi m, q juga habis membagi (m- 1)

3. jika 4 habis membagi m, maka 4 juga habis membagi (a – 1)

Bilangan random ( BR ) yang baik yaitu :

- berasal dari satu sumber distribusi uniform U ( 0,1 ) → Uji Chi – Square

- antar bilangan random tidak berkolerasi (uji independensi) → Uji serial

- periode panjang

2.14.2. Pembangkit Variabel Random ( PVR )

(51)

- Distribusi teoritis sesuai data

- Bilangan random U ( 0,1 )

Beberapa metode pembangkit variabel random :

1. Metode Transformasi Invers

- Diperoleh dengan menginvers fungsi komulatif F ( x ) = U

- Jika yang diketahui fungsi padat f ( x ) maka fungsi komulatif

F ( x ) =

 ( ∑ probabilitas = 1 )

x

0

1 dx ) x ( f

Prosedur umum :

1. Generate U ( 0,1 )

2. Return x = F-1 ( U )

2. Metode Penolakan

Syarat :

- Fungsi diketahui

- Mempunyai harga maksimum

Harga Maksimum

Y

a b X

Prosedur :

(52)

b. Hitung Xo = a + ( b – a )

c. Hitung Yo = C . U2

d. Bila Yo ≤ F ( Xo ) → terima Xo sebagai variable random bila tidak

ulangi dari a.

2.15. Simulation Tool 2.15.1. Program Simul8

Simul8 adalah salah satu software simulasi yang bersifat visual, yang artinya kita dapat membuat model simulasi hanya dengan mengklik dan

menggeser objek simulasi pada layar. Kita dapat mengatur objek simulasi pada

layar sesuai dengan keadaan yang diinginkan.

Program ini mampu menganalisis jumlah pekerjaan yang terbagi dalam

stasiun kerja. Program simulasi yang berbasis underwindows ini merupakan

pemahaman perdana untuk mampu membentuk situasi atau keadaan yang telah

dirancang dalam pembagian masing-masing stasiun kerja.

Jadi SIMUL8 adalah program penerapan yang digunakan untuk

mengidentifikasi permasalahan dalam kaitannya terhadap lintas produksi barang

yang mampu menciptakan keputusan optimal berkenaan dengan waktu, kuantitas,

biaya serta pengendalian bahan yang telah direncanakan.

Program SIMUL8 dengan penerapan Flow Shop Model adalah

perancangan sebuah lini lintas perakitan dalam suatu proses produksi dalam suatu

pabrik yang membagi prosesnya dalam beberapa stasiun kerja agar lebih

memudahkan dan meringankan beban kerja operator dan kapasitas mesin serta

(53)

mampu merangsang ide dari manager produksi untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualitas produk yang ada.

Menu ToolBox Utama yang tersedia dalam program SIMUL8 ini antara lain :

A. Work Entry

Adalah simbol input pekerjaan yang akan dilakukan sebelum pembagian kerja

pada masing-masing stasiun kerja dibagi menurut skill operator dan mesin

tertentu. Work Entry ini digambarkan dalam menu tollbox berupa

B. Storage

Biasa disebut gudang atau tempat penyimpanan sementara untuk meletakkan produk yang telah mengalami proses dengan alas an agar produk tersebut

aman dan tidak rusak dalam jangka waktu tertentu. Storage dilambangkan

dengan gambar

C. Work Centre

Adalah stasiun kerja yang terdapat dalam bagian proses secara langsung yang

mengakibatkan perpindahan aliran bahan dai mesin atau stasiun kerja satu

dengan stasiun kerja lainnya. Work Centre dilambangkan dengan gambar

D. Work Out

Adalah output hasil dan proses yang telah dikerjakan dalam masing-masing

stasiun kerja yang berpengaruh terhadap kapasitas mesin dan permintaan

terhadap produk yang diproduksi. Work Out dilambangkan dengan gambar

Sedangkan menu lainnya antara lain :

(54)

Anak panah berfungsi untuk menghilangkan dan menghubungkan tiap-tiap

stasiun kerja agar terjadi keseimbangan lintasan dalam proses produksi.

b. Clock

Clock atau jam berfungsi sebagai penunjuk waktu yang dapat

memperhitungkan seberapa lama kegiatan proses berlangsung dalam hal

memenuhi permintaan barang untuk diproduksi.

c. Run

Adalah perangkat yang digunakan untuk menjalankan/running model

setelah model yang dirancang benar-benar siap dalam hal kapasitas dan

permintaan yang telah direncanakan.

2.16. Validasi

Validasi simulasi mengandung elemen, rumus dan rangkaian logika

dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu walaupun komponen – komponen

individual menunjukkan kesesuaian yang cukup baik, namun seringkali berbagai

pengabaian atau pendekatan kecil tetap berakumulasi sehingga menyebabkan

distorsi pada output model secara keseluruhan. Konsekuensinya setelah program

dijalankan perlu dilakukan pengujian validitas model untuk memprediksi

kelakuan sistem secara terpadu.

Ada 3 cara yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mengevaluasi

validitas hasil simulasi yaitu :

1. Validasi Kotak putih ( White Box Validation )

Pada validasi ini, diasumsikan bahwa model dan sistem nyata merupakan

(55)

Sehingga pengujian validasi dilakukan pada cara kerja model simulasi yang

digunakan. Penekanan White Box Validation adalah detail internal yang

bekerja pada model.

2. Validasi Kotak Hitam ( Black Box Validation )

Pada validasi kotak hitam, diasumsikan bahwa model dari sistem nyata

merupakan suatu kotak hitam ( Black Box ). Strategi praktis yang dijalankan

adalah mengamati perilaku sistem nyata dan kemudian model dijalankan

dibawah kondisi yang sesuai dengan sistem nyata. Pengujian dilakukan

dengan membandingkan rata – rata waktu kedatangan yang dihasilkan oleh

simulasi dengan keadaan yang sebenarnya. Bila hasil dari simulasi masih

dalam batas toleransi sebesar 100 % dibandingkan dengan sistem yang

sebenarnya maka dapat disimpulkan bahwa simulasi valid.

2.17. Penelitian Terdahulu

1. Ferryanto, 2007, “Penentuan Jumlah Jumlah Petugas Sistem Pelayanan Parkir Di World Trade Center Surabaya Dengan Metode Simulasi”, UPN “Veteran” Jawa Timur.

Dari hasil penelitian dan pengolahan data menunjukkan bahwa pada bulan

september 2006 kondisi petugas loket parkir mengalami antrian dengan

rata-rata tingkat utilitas sebesar 91% untuk 2 petugas loket parkir, yang

dapat diartikan bahwa pelayanan tersebut sangat sibuk. Setelah dilakukan

simulasi usulan dengan cara penambahan petugas loket parkir dalam

keadaan distribusi yang sama sesuai dengan 2 petugas loket parkir pada

(56)

petugas loket parkir. Sedangkan untuk 4 petugas loket parkir didapatkan

tingkat utilitas sebesar 56% sehingga dari perhitungan tersebut dipilih

usulan dengan penambahan 1 petugas loket parkir sehingga menjadi 3

petugas loket parkir dengan rata-rata tingkat utilitas sebesar 72% dimanan

merpakan tingkat utilitas yang ideal atau tingkat kesibukan dari petugas

tidak terlalu tinggi, sesuai dengan standarisasi dari perusahaan. Dengan

penambahan jumlah loket parkir yang diusulkan maka tingkat antrian

menjadi berkurang, karena tercapai keseimbangan antara jumlah sepeda

motor yang dilayani dengan kecepatan pelayanan.

2. Lestari, Kanthi, 2007, “Penentuan Jumlah Loket Pembayaran Rekening Listrik Yang Optimal Dengan Metode Simulasi Di PT PLN (Persero) UP Madiun Kota”, UPN “Veteran” Jawa Timur.

Dari hasil penelitian dan pengolahan data kondisi antrian di PT PLN

(Persero) UP Madiun kota yang telah dilakukan pada tanggal 1-30 juni

2006 dapat diketahui bahwa tingkat utilitas dengan 3 orang petugas loket

adalah sebesar 98%. Sedangkan setelah dilakukan simulasi usulan 4 orang

petugas loket dengan cara trial dan eror didapatkan tingkat utilitas sebesar

51 %. Dengan demikian PT PLN (Persero) UP Madiun kota perlu

menambah jumlah loket pembayaran sebanyak 1 loket khususnya pada

hari-hari sibuk saja sehingga tingkat pelayanan pelanggan bisa lebih

memuaskan.

3. Isanto, Yanu, 2007, ”Penentuan Jumlah Loket Pelayanan Pelanggan

(57)

INDONESIA (Persero) Surabaya Selata 60400”, UPN “Veteran” Jawa Timur.

Dari hasil penelitian dan pengolahan data menunjukkan bahwa kondisi

antrian di PT. Pos Indonesia (Persero) Surabaya Selatan 60400 adalah

Tingkat utilitas dari 2 (dua) loket pelayanan sebesar 93%. Setelah

dilakukan simulasi usulan dengan cara trial and error untuk 3 (tiga) loket

pelayanan didapat tingkat utilitas sebesar 65%, yang sesuai dengan

standarisasi dari perusahaan. Sedangkan untuk 4 (empat) loket pelayanan

didapat tingkat utilitas sebesar 48%. Sehingga PT. Pos Indonesia (Persero)

Surabaya Selatan 60400 perlu melakukan penambahan jumlah loket

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada apotek pelayanan resep obat generik di RSUD Kertosono yang terletak di wilayah Pemerintah Kabupaten Nganjuk, dimana kawasan tersebut merupakan daerah permukiman penduduk dan berada di pusat kota Kertosono. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) minggu yaitu pada bulan Maret 2010.

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel – variabel model antrian Single Channel – Multi Phase yang digunakan untuk penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Variabel Terikat

 Tingkat Kegunaan (P)

Adalah tingkat kegunaan fasilitas pelayanan adalah perbandingan antara tingkat kedatangan pasien () dengan tingkat pelayanan ().

b. Variabel Bebas

 Tingkat Kedatangan Rata – rata ()

Adalah banyaknya pasien yang datang per satuan waktu.  Tingkat Pelayanan Rata – rata ()

(59)

 Fasilitas Pelayanan ( c )

Fasilitas pelayanan disini adalah personil pelayanan yang melayani pasien pada petugas pelayanan pasien

 Probabilitas dengan nol pasien dalam sistem (Po)

Adalah peluang atau kemungkinan bahwa tidak ada jumlah (n) pasien dalam sistem antrian.

 Probabilitas dengan n pasien dalam sistem (Pn)

Adalah peluang atau kemungkinan bahwa ada jumlah (n) pasien dalam sistem antrian.

 Waktu Rata – rata Pasien menunggu dalam antrian (Wq)

Adalah rata – rata waktu yang digunakan pasien untuk menunggu dalam suatu antrian.

 Waktu Rata – rata Pasien menunggu dalam sistem (Ws)

Adalah rata – rata waktu menunggu dalam seluruh sistem baik untuk yang antri maupun yang sedang dilayani.

 Jumlah Rata – rata Pasien Dalam Antrian (Lq)

Adalah rata – rata banyaknya pasien yang menunggu untuk dilayani.  Jumlah Rata – rata Pasien Dalam Sistem (Ls)

(60)

3.3 Langkah - Langkah Pemecahan Masalah

Mulai

Observasi Lapangan Studi Pustaka

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel

Pengambilan Data : - Waktu Kedatangan

- Waktu mulai dilayanan - Waktu selesai dilayani

- Memodelkan Sistem Sesuai Pada Saat Observasi

Menentukan Bentuk Distribusi

Perancangan Alternatif Model simulasi

Gambar 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

Selesai Distribusi Valid ?

Tidak

(61)

Keterangan : 1. Mulai

2. Perumusan Masalah

Pada penelitian dirumuskan suatu masalah, yaitu :

“Berapakah jumlah petugas sistem pelayanan apotek yang optimal dengan menggunakan metode simulasi di RSUD Kertosono?”

Disini mengandung arti bahwa berapakah jumlah petugas yang optimal atau yang dibutuhkan untuk mengurangi panjangnya antrian sehingga para pasien tidak terlalu jenuh untuk menunggu.

Sebelum meneruskan masalah, dilakukan studi pustaka dan studi lapangan terlebih dahulu.

3. Penetapan Tujuan Penelitian

Menentukan jumlah petugas pelayanan apotek yang optimal pada saat terjadinya antrian yang ada di RSUD Kertosono.

4. Identifikasi Variabel 5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari : a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan selama 2 (dua) minggu yaitu pada bulan Maret 2010.

Data tersebut adalah :

1. Waktu antar kedatangan pasien. 2. Waktu pelayanan pasien. 3.

(62)

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Rumah Sakit. Data sekunder tersebut adalah data dari RSUD Kertosono, berupa : 1. Kegiatan petugas pada petugas pelayanan pasien.

2. Proses pelayanan pasien. 6. Menentukan Bentuk Distribusi

Sebelum memodelkan sistem, langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan bentuk distribusi dari data yang diperoleh, yaitu waktu kedatangan para pasien dan waktu pelayanan pasien. Untuk memudahkan menentukan bentuk distribusi maka digunakan software simul8.

7. Perancangan Model usulan

Langkah selanjutnya adal

Gambar

Gambar 2.1. Struktur model antrian single channel single phase
Gambar 2.2. Struktur model antrian single channel Multi phase
Gambar 2.4. Struktur model antrian Multi channel Multi phase
Gambar 2.5. Klasifikasi model simulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait