• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN DENGAN BANTUAN MEDIA FOTO PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN DENGAN BANTUAN MEDIA FOTO PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE,

EXPLAIN DENGAN BANTUAN MEDIA FOTO PADA MATERI

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Nila Ayu Yulinar Firdos 4401406587

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

ABSTRAK

Firdos, Nila Ayu Yulinar. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe, Explain dengan Bantuan Media Foto pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si dan Dra. Lina Herlina, M.Si.

SMPN 14 Semarang telah menerapkan pembelajaran ceramah, tanya-jawab, diskusi, dan eksperimen. SMP ini belum pernah menerapkan model pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE). Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan membutuhkan pengamatan tumbuhan asli, preparat awetan, atau foto. Kelebihan POE yaitu siswa tidak hanya diajak mengamati, tetapi juga dituntut aktif mencari pengetahuan dan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bahwa hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran POE dengan bantuan media foto lebih baik dari pembelajaran diskusi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di SMPN 14 Semarang.

Desain rancangan penelitian ini yaitu pretest-postest group. Dilaksanakan di kelas VIII B dan VIII C SMPN 14 Semarang. Sampel ditentukan dengan

cluster random sampling. Variabel bebas berupa model pembelajaran POE

dengan bantuan media foto dan variabel terikat berupa hasil belajar siswa (nilai delta posttest-pretest dan nilai akhir). Data dianalisis dengan uji t.

Hasil uji t nilai delta posttest-pretest diperoleh thitung > ttabel, yaitu 2,001 >

2,000 dan uji t nilai akhir siswa thitung > ttabel, yaitu 5,275 > 2,000.

Simpulan penelitian ini yaitu hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran diskusi.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe, Explain dengan Bantuan Media Foto pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan” disusun sebagai salah satu syarat mengikuti ujian Tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kelancaran administrasi dalam meyelesaikan Tugas akhir/ skripsi.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang, atas kebijaksanaan yang telah diberikan selama menyelesaikan studi di Jurusan Biologi.

4. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang tulus dan sabar membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Dra. Lina Herlina, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang tulus dan sabar

membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Prof. Dr. Sri Mulyani E.S, M.Pd, selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Teguh Waluyo, S.Pd.MM, selaku Kepala SMP Negeri 14 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Dra. Sulistyowati, selaku guru SMP Negeri 14 Semarang yang telah memberi arahan dan bimbingannya selama penelitian.

9. Orang tua khususnya Alm. Mamah Amiroh tersayang (Okaa~san), Abah Darmo (Otou~san), Ibu Tri, Mas Fani Bagus Imaniar Firdos (Onii~chan),

(6)

vi

Robbi Bagus Amar Firdos (Ibo~chan), dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik spiritual maupun materil.

10. Sahabat dan rekan-rekan yang telah membantu dan memberi semangat, khususnya Putri, Ayu, Mba Rachma, Gina, Umi, Dwi, dan Lala. Itsumo arigatou, Minna~san.

11. Mas Hyde (hyde~san), musisi yang telah memberi semangat, inspirasi, hari-hari yang menyenangkan, pengalaman, pengetahuan tentang musik, dan kehidupan. The love to you is alive in me, everyday.

12. Semua pihak dan instansi terkait yang telah membantu selama dilaksanakannya penelitian sampai selesai penulisan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini.

Semarang, Juli 2012

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Penegasan Istilah ... 3 D. Tujuan Penelitian ... 4 E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Hipotesis ... 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 14

C. Variabel Penelitian ... 14

D. Rancangan Penelitian ... 14

E. Prosedur Penelitian ... 15

F. Data dan Cara Pengumpulan Data ... 19

G. Metode Analisis Data ... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Tahapan Pembelajaran POE ... 7

2 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba ... 16

3 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ... 17

4 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 18

5 Uji Normalitas Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 23

6 Uji T Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 23

7 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol pada Pertemuan I dan II ... 23

8 Kinerja Siswa Kelas Eksperimen pada Pertemuan I dan II ... 25

9 Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I pada Setiap Aspek ... 25

10 Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II pada Setiap Aspek .... 26

11 Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 27

12 Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen terhadap Pembelajaran POE dengan Bantuan Media Foto pada Setiap Aspek ... 28

13 Tanggapan Siswa Kelas Kontrol terhadap Pembelajaran Diskusi pada Setiap Aspek ... 29

14 Uji T Nilai Delta Posttest-Pretest, dan Nilai Akhir Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 30

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Peta Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan ... 11

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus ... 39

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 40

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 45

4 Media Foto Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan pada Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 49

5 LKS I dan Kunci Jawaban LKS I Kelas Eksperimen ... 54

6 LKS II dan Kunci Jawaban LKS II Kelas Eksperimen ... 68

7 LKS I dan Kunci Jawaban LKS I Kelas Kontrol ... 80

8 LKS I dan Kunci Jawaban LKS II Kelas Kontrol ... 92

9 Kisi-kisi Soal ... 99

10 Soal dan Kunci Jawaban ... 100

11 Analisis Soal Uji Coba ... 105

12 Nilai Pretest, Contoh, dan Uji T Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 109

13 Lembar Observasi, Analisis, dan Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 113

14 Lembar Observasi, Rubrik Penilaian, dan Analisis Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I ... 122

15 Lembar Observasi, Rubrik Penilaian, dan Analisis Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II ... 125

16 Kisi-kisi, Rubrik, Contoh, Analisis, dan Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen terhadap Pembelajaran ... 129

17 Kisi-kisi, Rubrik, Contoh, Analisis, dan Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen terhadap Pembelajaran ... 134

18 Delta Posttest-Pretest dan Uji T Delta Posttest-Pretest antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 139

19 Nilai Siswa dan Uji T Nilai Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 141

20 Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Model POE dengan Bantuan Media Foto ... 143

21 Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Pembelajaran Diskusi ... 145

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan seorang siswa dalam suatu pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Salah satunya adalah mutu pengajaran guru dengan menggunakan beragam metode, model, pendekatan, atau strategi pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan tetap tertarik untuk belajar sehingga hasil belajar yang dicapai dapat maksimal. Menurut Mahamod dan Mustapha (2007), antara dua orang siswa yang memiliki kecerdasan sama dan diajar oleh guru yang sama, siswa yang diajar menggunakan berbagai macam pembelajaran tentu akan mendapatkan nilai yang baik dan pengalaman yang lebih. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA SMPN 14 Semarang, pembelajaran IPA di sekolah tersebut sudah beragam. Pembelajaran yang selama ini diterapkan adalah ceramah, tanya-jawab, diskusi, dan eksperimen. Salah satu pembelajaran yang belum pernah diterapkan adalah model pembelajaran Predict,

Observe, Explain (POE). Sekolah tersebut memiliki fasilitas berupa ruangan

laboratorium IPA yang dilengkapi dengan mikroskop dan alat peraga lainnya, sehingga POE dapat menjadi salah satu model alternatif dalam pembelajaran IPA. Menurut pendapat Indrawati dan Setiawan (2009), model pembelajaran POE didasarkan atas teori pembelajaran konstruktivisme yang memberi kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan pengetahuan awal mereka. Tugas guru dalam pembelajaran menggunakan model POE adalah membimbing siswa melaksanakan tiga tugas, yaitu Predict (memprediksi), Observe (mengamati), dan Explain (menjelaskan) dengan tujuan untuk menggali pemahaman mereka tentang materi yang diajarkan.

Kelebihan model pembelajaran POE adalah siswa tidak hanya diajak untuk mengamati objek pembelajaran saja tetapi siswa juga dituntut aktif mencari pengetahuan dan berpikir kritis. Siswa diajak untuk berpikir kritis dengan cara memprediksi kemungkinan apa yang akan mereka temui pada saat mereka

(12)

2

mengamati objek pembelajaran dan mendiskusikan antara hasil prediksi dengan pengamatan yang telah mereka lakukan. Mthembu (2000) berpendapat bahwa tugas POE dapat digunakan guru untuk merancang kegiatan pembelajaran yang dimulai dengan titik pandang siswa, bukan guru atau ilmuan serta dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan merupakan salah satu materi yang diajarkan pada jenjang SMP dengan kompetensi dasar mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, pembelajaran yang diterapkan oleh guru sebaiknya adalah kegiatan pengamatan struktur dan jaringan tumbuhan. Siswa dapat mengamati tumbuhan untuk mengetahui struktur tubuh tumbuhan dan preparat awetan untuk mengetahui jaringan tumbuhan (BSNP 2006).

Pengamatan terhadap tumbuhan dapat menimbulkan persepsi atau gambaran yang berbeda pada siswa karena tumbuhan yang diamati siswa dapat berbeda kondisi fisiknya. Hal yang sama juga dapat terjadi pada pengamatan preparat awetan, setiap siswa dapat melihat dari sisi yang berbeda. Perbedaan persepsi pada siswa dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran berupa foto. Julianto (2008) berpendapat bahwa foto dapat menghilangkan miskonsepsi, menimbulkan persepsi yang sama, dan menyamakan pengalaman. Penerapan model pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan diharapkan dapat membuat siswa tertarik untuk belajar sehingga hasil belajar yang dicapai dapat maksimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan: “Apakah hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) dengan bantuan media foto pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran diskusi?”

(13)

C. Penegasan Istilah

1. Model pembelajaran predict, observe, explain (POE)

Model pembelajaran POE dikembangkan atas dasar teori pembelajaran konstruktivisme yang memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan apa yang menjadi pengetahuan awal mereka. Model ini mengajak dan melatih siswa untuk berpikir kritis siswa. POE adalah model pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk melaksanakan tiga tugas, yaitu Predict (memprediksi), Observe (mengamati), dan Explain (menjelaskan).

Pertama, siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota. Siswa memprediksi dengan cara menjawab pertanyaan pada Lembar Kerja Siswa (LKS) bagian Predict, siswa mengamati tumbuhan, preparat awetan, dan foto kemudian mencatat hasil pengamatan pada LKS. Siswa mendiskusikan tentang hasil prediksi dan hasil pengamatan, mana yang benar, menjelaskan alasannya, dan menyimpulkan hasilnya. Guru menunjuk perwakilan kelompok yang memiliki hasil prediksi dan hasil pengamatan yang sama dan berbeda untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru meluruskan konsep-konsep yang muncul dari siswa, memberi informasi tambahan, dan menjawab pertanyaan dari siswa. 2. Media foto

Foto adalah gambar potret (Yani 2009). Yang dimaksud foto dalam penelitian ini adalah foto organ tumbuhan dan preparat awetan yang dipotret dengan menggunakan kamera.

3. Materi struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan

Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan sesuai dengan KTSP merupakan materi pada SMP kelas VIII semester 2. Materi ini terdapat pada standar kompetensi nomor 2: memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan dan pada kompetensi dasar nomor 2.1: mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Dalam penelitian ini, materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan mencakup tentang organ tumbuhan, morfologi akar, batang, daun, dan bunga, serta struktur anatomi akar, batang, dan daun beserta fungsinya. Morfologi akar, batang, dan daun yang dipelajari oleh siswa dalam penelitian ini meliputi tumbuhan dikotil dan monokotil. Struktur anatomi meliputi akar dan batang

(14)

4

tumbuhan dikotil dan monokotil. Sedangkan struktur anatomi daun yang dipelajari siswa hanya struktur anatomi daun tumbuhan dikotil. Tumbuhan dikotil yang digunakan pada pengamatan struktur anatomi yaitu Kacang tanah (Arachis

hypogaea) dan tumbuhan monokotil yang digunakan yaitu Jagung (Zea mays).

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji bahwa hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran diskusi.

E. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, antara lain:

1. Bagi siswa

a. Membantu siswa memahami materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. b. Meningkatkan keterampilan proses siswa, terutama mengamati dan

menafsirkan pengamatan, memprediksi, menginterpretasikan atau membuat kesimpulan, serta berkomunikasi.

c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Bagi guru

a. Meningkatkan kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran.

b. Membantu guru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan model pembelajaran dan media yang sesuai sehingga dapat memperjelas materi yang akan disampaikan.

3. Bagi sekolah

Sebagai alternatif pilihan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA.

(15)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Biologi

Pembelajaran merupakan interaksi timbal balik antara guru dengan siswa yang mencakup penanaman sikap dan nilai pada diri pada situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman 2005). Menurut Gita (2007), guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menumbuhkan minat siswa untuk meraih keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mereka tidak merasa bosan dan tetap tertarik untuk belajar dengan sendirinya dan tanpa paksaan. Belajar dengan cara tersebut dapat menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dan dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki tanpa mereka sadari.

Strategi alternatif yang digunakan guru harus sesuai dengan karakteristik dari mata pelajaran yang diampunya agar terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien. Biologi misalnya, untuk dapat mengadakan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru harus memahami karakteristik mata pelajaran Biologi sehingga mampu memberikan fasilitas dan kesempatan kepada siswa agar dapat mempelajari konsep-konsep Biologi. Menurut BPPPK (2001), Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berhubungan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis. Biologi bukan hanya penguasaan fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pembelajaran Biologi diharapkan dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaran Biologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Pendidikan Biologi diarahkan untuk inkuiri dan berbuat lebih mendalam tentang alam sekitar.

(16)

6

2. Hasil belajar

Belajar merupakan proses interaksi seseorang dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang relatif menetap. Perubahan perilaku yang harus dicapai setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Perubahan perilaku seseorang secara nyata setelah melaksanakan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran disebut hasil belajar (Jihad & Haris 2008).

Rumusan tujuan pembelajaran dalam sistem pendidikan nasional, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif, berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, sedangkan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif, berhubungan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik, berhubungan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerak refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana 2009).

Benyamin Bloom dalam Jihad dan Haris (2008) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu pengetahuan tentang fakta, prosedural, konsep, dan prinsip. Keterampilan terdiri dari empat kategori, yaitu keterampilan untuk berpikir (keterampilan kognitif), bertindak (keterampilan motorik), bereaksi atau bersikap, dan berinteraksi.

3. Aktivitas siswa

Proses belajar terjadi ditandai oleh adanya aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam belajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi mencakup aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani). Kegiatan siswa dalam

(17)

pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam golongan yaitu Visual, Oral,

Listening, Writing, Drawing, Motor, Mental, dan Emosional activities.

Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar,

demonstrasi maupun percobaan. Oral activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara diskusi dan interupsi. Listening activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, dan interupsi. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, dan beternak.

Mental activities, misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat

hubungan, dan mengambil keputusan. Emosional activities, misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, berani, dan tenang (Sardiman 2007).

Aktivitas siswa yang dimaksud disini yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Model pembelajaran predict, observe, explain (POE)

Model pembelajaran POE dikembangkan pada tahun 1992 oleh White dan Gunstone. Model pembelajaran POE dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran konstruktivisme yang memberi kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan apa yang menjadi pengetahuan awal mereka. POE adalah model pembelajaran yang mengharuskan siswa melaksanakan tiga tugas, yaitu memprediksi (Predict), mengamati (Observe), dan menjelaskan (Explain), yang merupakan tiga tahap utama dari POE (Küçüközer & Kocakülah 2008).

Tahapan-tahapan pembelajaran POE dapat dilihat pada tabel di berikut. Tabel 1 Tahapan pembelajaran POE

No Tahapan POE Aktivitas Siswa Aktivitas Guru 1 Predict Menuliskan prediksi apa yang

akan terjadi, sebelum mereka melaksanakan kegiatan observasi.

Memotivasi dengan cara memberi pertanyaan.

2 Observe Mengamati untuk menguji prediksi dan mencatat hasil pengamatan.

Memantau kegiatan siswa, memberi pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari siswa. 3 Explain Menuliskan penjelasan berdasar

hasil prediksi dan obervasi, kemudian mendiskusikan bersama kelompoknya.

Memantau kegiatan siswa dan memberi pengarahan pada siswa yang belum paham.

(18)

8

Siswa diminta untuk mengemukakan pengetahuan awal mereka dengan memprediksi peristiwa atau gambaran apa yang akan ditemui ketika observasi pada tahap Predict. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi untuk mengetahui jawaban yang sebenarnya sehingga dalam kegiatan pengamatan nantinya siswa lebih bersungguh-sungguh. Berbeda jika siswa tidak diberi tugas untuk membuat prediksi, siswa cenderung tidak melakukan observasi dengan sungguh-sungguh (Millar 2004). Dalam penelitian ini siswa menuliskan prediksinya pada LKS yang dilengkapi dengan pertanyaan untuk menuntun siswa dalam mengemukakan prediksi.

Observe, siswa melakukan pengamatan sesuai petunjuk dan mencatat

apapun yang ditemui dalam pengamatan pada LKS yang telah disediakan. Pembelajaran akan lebih efektif jika siswa berinteraksi atau melakukan pengamatan sendiri dibanding dengan hanya mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Explain, siswa mendiskusikan dengan kelompoknya tentang hasil prediksi dan hasil observasi, mana yang benar atau melengkapi pengetahuan yang mereka peroleh dari hasil pengamatan, menjelaskan dan menyimpulkan hasilnya. Menjelaskan dan mendengarkan pendapat temannya dapat membantu siswa dalam membangun konstruksi dan pemahaman mereka sendiri. Model POE memiliki beberapa keuntungan, yaitu memberi gambaran yang konkrit terhadap suatu peristiwa, siswa dapat mengamati suatu proses, mengembangkan keterampilan inkuiri, dan mengembangkan sikap ilmiah, sehingga guru dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Joyce 2006).

Kelemahan dari model POE adalah proses belajar mengajar yang lambat, hal ini dikarenakan siswa harus mengerjakan tugas POE yang membutuhkan waktu lebih bagi siswa untuk dapat menemukan konsep sendiri. Hasil penelitian Mthembu (2000), tugas POE dapat digunakan guru untuk merancang kegiatan pembelajaran dan strategi yang dimulai dengan titik pandang siswa, bukan guru atau ilmuan. Penggunaan POE memiliki implikasi pada pengembangan kurikulum dan sisipan perencaan untuk membuat materi tersedia sehingga guru dapat terus menggunakan POE dalam mengajar. Menggunakan POE memang cara mengajar

(19)

yang membutuhjkan waktu yang lebih banyak, tetapi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Model POE dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi reproduksi. Tugas POE memberi kesempatan lebih bagi siswa untuk membangun pemahaman awal mereka, bertukar pikiran dan bernegosiasi dengan teman-temannya serta membangun pemahaman mereka sendiri tentang ilmu Biologi (Wu & Tsai 2005). Penerapan model POE efektif dalam mengubah pengetahuan alternatif siswa dan memfasilitasi pemahaman konsep tentang evaporasi yang lebih baik sehingga memungkinkan siswa untuk menyimpan konsep baru di memori jangka panjang (Coştu, Ayasb, & Niazc 2009). Model POE dapat membantu siswa untuk dapat mencapai pemahaman konsep yang lebih baik tentang kondensasi (Coştu 2008).

5. Media pembelajaran

Media adalah sesuatu yang berfungsi menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Menurut Sadiman dalam Susarno (2010), media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang perhatian dan minat siswa sehingga dapat terjadi proses belajar.

Media pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang punya peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki fungsi memperjelas informasi verbal, meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan efektivitas penyampaian materi, menambah variasi penyajian materi, pemilihan media yang tepat menimbulkan mencegah kebosanan siswa untuk belajar, memberikan pengalaman yang konkrit, meningkatkan rasa keingintahuan siswa, memberikan stimulus, dan mendorong respon siswa (Rustaman et al 2003).

6. Media foto

Media grafis yaitu penyajian media secara visual yang menggunakan simbol atau unsur visual dengan maksud untuk menggambarkan suatu ide (Santyasa 2007). Foto merupakan salah satu contoh media grafis, foto adalah

(20)

10

gambar potret (Yani 2009). Yang dimaksud foto dalam penelitian ini adalah foto organ tumbuhan dan preparat awetan organ tumbuhan yang dipotret dengan menggunakan kamera.

Kelebihan foto sebagai media pembelajaran yaitu, memberikan tampilan yang sifatnya konkrit, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, memperjelas suatu masalah, murah harganya, dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus (Muchtar & Siregar 2007). Julianto (2008) juga berpendapat bahwa foto dapat menghilangkan miskonsepsi, menimbulkan persepsi yang sama, dan menyamakan pengalaman. Menurut Mujiyanto (2008), kekurangan media foto yaitu dua dimensi, hanya menekankan persepsi pada indera mata, objek belajar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, dan ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

7. Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan

Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan materi pada SMP kelas VIII semester genap. Materi ini terdapat pada standar kompetensi nomor 2: memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan dan pada kompetensi dasar nomor 2.1: mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan (BSNP 2006). Peta konsep materi Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan disajikan pada gambar 1 :

(21)

Gambar 1 Peta konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan Organ pada Tumbuhan

Akar Bunga Biji Buah Batang Daun

Morfologi Anatomi • Akar pokok • Cabang akar • Rambut akar • Ujung akar • Epidermis • Korteks • Endodermis • Silinder pusat: xylem, floem, dan empulur • Batang pokok

• Cabang • Epidermis • Korteks

• Silinder pusat: xylem, floem, dan empulur

• Pelepah daun • Tangkai daun • Helaian daun

• Epidermis atas

• Jaringan tiang (Palisade) • Jaringan bunga karang (Spons) • Berkas pembuluh angkut :

xylem dan floem • Epidermis bawah Morfologi • Kelopak • Mahkota • Benang sari • Putik Meliputi Struktur Terdiri dari Fungsi Menyerap air dan mineral dari

tanah

Tempat transport air, mineral, serta bahan

makanan Struktur Cadangan makanan Morfologi Anatomi Struktur Terdiri dari Fungsi Alat reproduksi Fotosintesis dan pertukaran udara Morfologi Anatomi Struktur Terdiri dari Fungsi Fungsi Fungsi

(22)

12

8. Kerangka pikir

Kerangka pikir penelitian ini disajikan pada gambar 2:

Gambar 2 Kerangka pikir Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

Kelas Kontrol

Model POE

Media LKS POE dan Foto

• Siswa aktif dan tertarik untuk belajar • Mengajak siswa untuk berfikir kritis • Mengkonkritkan materi sehingga

mudah diingat

• Mengatasi keterbatasan pengamatan • Menimbulkan persepsi yang sama

Media LKS

• Siswa kurang aktif dan kurang tertarik untuk belajar • Siswa sukar mengingat

materi

Hasil belajar dan aktivitas siswa

Diskusi Kelas Eksperimen • Siswa mendengarkan penjelasan guru • Siswa diskusi dengan kelompok • Siswa memprediksi

apa yang akan ditemukan sebelum melakukan observasi

• Siswa mengamati untuk menguji prediksi

• Siswa menulis penjelasan berdasarkan

hasil prediksi dan observasi, kemudian mendiskusikan dengan kelompoknya

(23)

B. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran diskusi.

(24)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 14 Semarang, jalan Panda Raya No. 2 Semarang pada bulan April-Mei semester genap tahun ajaran 2010/2011.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 14 Semarang yang berjumlah tujuh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel penelitian diambil dua kelas, satu kelas untuk kelas kontrol, yaitu kelas VIII B dan satu kelas untuk kelas eksperimen, yaitu kelas VIII C.

C. Variabel Peneitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas yaitu model pembelajaran POE dengan bantuan media foto. 2. Variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.

3. Variabel kendali yaitu kurikulum, jam pelajaran, guru, dan materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Experiment yaitu desain

“Pretest-Posttes Control Group Design”.

Keterangan :

E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol

X1 = pembelajaran menggunakan model POE dengan bantuan media

foto

E O1 X1 O2

(25)

X2 = pembelajaran diskusi

O1 – O2 = perbedaan pencapaian kelompok eksperimen

O3 – O4 = perbedaan pencapaian kelompok kontrol

(Arikunto 2006b)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini ada 3 tahap: 1. Tahap persiapan

a. Observasi awal tentang metode pembelajaran yang sudah pernah diterapkan, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan oleh guru.

b. Merancang perangkat pembelajaran berupa silabus (Lampiran 1), RPP (Lampiran 2 dan 3), LKS (Lampiran 5, 6, 7, dan 8), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran 13), lembar observasi kinerja siswa (Lampiran 14 dan 15), preparat awetan, dan foto sebagai media pembelajaran (Lampiran 4). Menyusun angket tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran POE dengan bantuan media foto (Lampiran 16 dan 17).

c. Membuat kisi-kisi soal dan soal untuk test sebanyak 40 soal yang berupa tes pilihan ganda dengan 4 option.

d. Melakukan tes uji coba soal pada siswa kelas VIII D. e. Menganalisis hasil uji coba soal.

1) Validitas butir soal

Validitas butir soal ditentukan dengan menggunakan korelasi product moment dengan rumus simpangan.

Keterangan:

= koefisien korelasi biserial

= rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

= rerata skor total

= standar deviasi dari skor total

(26)

16

q = proporsi siswa yang menjawab salah

γhitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan γtabel product moment

dengan taraf signifikan 5%. Jika harga γhitung > γtabel, maka item soal yang

diuji bersifat valid (Arikunto 2006a). Soal yang digunakan adalah soal yang valid. Hasil analisis validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Hasil analisis validitas butir soal uji coba

Kriteria Jumlah Nomor Soal

Valid (V) 20 1, 3, 4, 5, 6, 16, 17, 19, 20, 24, 25, 27, 29, 31, 32, 33, 37, 38, 39, 40

Tidak valid (T) 20 2, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 21, 22, 23, 26, 28, 30, 34, 35, 36

* Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 11 (hal 105-108) 2) Reliabilitas

Reliabilitas dihitung dengan rumus K – R 20.

Keterangan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

= jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari varians) Rhitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel product

mement, bila rhitung > rtabel maka tes bersifat reliabel (Arikunto 2006a). Hasil

analisis diperoleh rhitung sebesar 0,668 > rtabel sebesar 0,361. Jadi soal tersebut

reliabel sehingga dapat digunakan semua (Lampiran 11). 3) Indeks kesukaran

Indeks kesukaran ditentukan dengan rumus:

Keterangan:

(27)

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran:

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar (Skr) Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang (Sdg) Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah (Mdh) (Arikunto 2006a)

Soal yang baik memiliki indeks kesukaran sedang, tetapi soal yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soal memiliki indeks kesukaran sukar, sedang, maupun mudah. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil perhitungan taraf kesukaran sebagai berikut.

Tabel 3 Hasil perhitungan indeks kesukaran soal uji coba Kriteria Jumlah Soal Nomor Soal

Mudah 24 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 19, 21, 23, 24, 26, 30, 31, 33, 35, 37, 39

Sedang 9 8, 12, 14, 25, 27, 28, 36, 38, 40 Sukar 7 3, 17, 20, 22, 29, 32, 34 * Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 11 (hal 105-108) 4) Daya pembeda

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Daya pembeda soal dihitung dengan rumus:

Keterangan:

D = daya pembeda J = jumlah peserta

= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda:

(28)

18

D = 0,20 – 0,40 = cukup/satisfactory (C) D = 0,40 – 0,70 = baik/good (B)

D = 0,70 – 1,00 = baik sekali/excellent (BS) D = negative (N), semuanya tidak baik (Arikunto 2006a)

Soal yang digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda soal dengan kategori cukup, baik, dan baik sekali. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil perhitungan daya pembeda soal sebagai berikut.

Tabel 4 Hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba

Kriteria Jumlah Soal Nomor Soal

Negatif 10 8, 11, 15, 18, 21, 23, 28, 30, 34, 35 Jelek 8 7, 9, 10, 13, 14, 22, 26, 36 Cukup 8 2, 4, 16, 17, 19, 31, 33, 40

Baik 13 1, 3, 5, 6, 12, 20, 24, 25, 27, 29, 32, 37, 39

Baik sekali 1 38

* Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 11 (hal 105-108)

f. Memilih soal-soal yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, yaitu soal yang valid, reliabel, memiliki indeks kesukaran kategori sukar, sedang maupun mudah, dan memiliki daya pembeda soal kategori cukup, baik, maupun baik sekali. Berdasarkan hasil analisis di atas, soal yang digunakan adalah soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 16, 17, 19, 20, 24, 25, 27, 29, 31, 32, 33, 37, 38, 39, 40.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pretest untuk mengetahui kondisi awal siswa.

b. Pelaksanaan pembelajaran selama dua kali pertemuan sesuai dengan RPP. c. Menilai aktivitas dan kinerja siswa pada saat pembelajaran dengan bantuan

tiga observer.

d. Mengadakan postest untuk menilai hasil belajar siswa.

e. Membagikan dan mengumpulkan angket tanggapan kepada siswa setelah proses pembelajaran.

3. Tahap analisis data penelitian

Menganalisis data hasil belajar, aktivitas, dan kinerja siswa saat pembelajaran, serta tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran POE dengan bantuan media foto.

(29)

F. Data dan Cara Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa sedangkan data yang diperoleh adalah:

1. Hasil belajar siswa.

2. Aktivitas dan kinerja siswa saat proses pembelajaran.

3. Tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran POE dengan bantuan media foto.

Cara pengambilan data-data tersebut di atas yaitu:

1. Data hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tugas berupa LKS (Lampiran 5, 6, 7, dan 8) dan posttest berupa soal pilihan ganda dengan 4 option (Lampiran 10).

2. Data aktivitas siswa saat proses pembelajaran diambil menggunakan lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung berupa

check list (Lampiran 13).

3. Data kinerja siswa saat proses pembelajaran diambil menggunakan lembar observasi kinerja siswa selama proses pembelajaran berlangsung berupa

rating scale (Lampiran 14 dan 15).

4. Data tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran POE dengan bantuan media foto diambil dengan lembar angket tanggapan siswa berupa

check list (Lampiran 16 dan 17).

G. Metode Analisis Data

1. Menghitung nilai pretest menggunakan rumus berikut ini:

2. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sampel pada kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan menggunakan uji chi-khuadrat. Rumus yang digunakan yaitu:

(30)

20

Keterangan:

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

k = banyak kelas interval

χ2hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan χ2tabel dan taraf signifikan

5%. Jika χ2hitung ≤ χ2tabel, maka data berdistribusi normal (Sudjana 2006).

3. Uji kesamaan dua varians

Uji kesamaan dua varians dilakukan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Rumusnya adalah:

Fhitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan Ftabel dan taraf signifikan

5%. Jika harga Fhitung ≤ Ftabel, maka kedua kelas memiliki varians yang sama

(Sudjana 2006). 4. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini, yang diuji menggunakan uji t yaitu nilai

pretest dan hasil belajar siswa. Uji t dilakukan menggunakan rumus sebagai

berikut:

dengan Keterangan:

= varians kelas eksperimen dan kelas kontrol = varians kelas eksperimen

= varians kelas kontrol

= rata-rata nilai kelas eksperimen = rata-rata nilai kelas kontrol = jumlah siswa kelas eksperimen = jumlah siswa kelas kontrol

Thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan ttabel dan taraf signifikan

5%. Jika thitung ≥ ttabel, maka terdapat perbedaan yang signifikan (Sudjana 2006).

5. Aktivitas siswa

Aktivitas siswa yang diperoleh melalui lembar observasi, diolah dengan menggunakan rumus:

(31)

Aktivitas selanjutnya dikonfirmasikan pada kriteria sebagai berikut: 85 – 100% : sangat aktif 70 – 84% : aktif 60 – 69% : cukup aktif 50 – 59% : kurang aktif <50% : tidak aktif (Ridlo 2005) 6. Kinerja siswa

Kinerja siswa yang diperoleh melalui lembar observasi, diolah dengan menggunakan rumus:

Angka kinerja dikonfirmasikan pada kriteria sebagai berikut: 85 – 100% : sangat terampil 70 – 84% : terampil 60 – 69% : cukup terampil 50 – 59% : kurang terampil <50% : tidak terampil (Ridlo 2005) 7. Tanggapan siswa

Tanggapan siswa dihitung dengan rumus:

Angka tanggapan dikonfirmasikan pada kriteria sebagai berikut: 85 – 100% : sangat baik 70 – 84% : baik 60 – 69% : cukup baik 50 – 59% : kurang baik <50% : jelek (Ridlo 2005) 8. Hasil belajar

Menghitung nilai posttest, peningkatan hasil belajar siswa (delta

(32)

22

Nilai akhir diperoleh dari nilai tugas berupa nilai LKS dan posttest: a. Menghitung nilai tugas dengan rumus berikut:

b. Menghitung nilai akhir (NA) dengan rumus:

Keterangan:

NA = nilai akhir T = nilai tugas X = nilai posttest

(33)

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil uji normalitas nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Uji normalitas nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol

Kelas dk χ2

hitung χ2tabel Kriteria

Eksperimen 3 6,25 7,81 Normal

Kontrol 1,69 Normal

* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12 (hal 111)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa χ2hitung nilai pretest siswa

kelas eksperimen dan kontrol lebih kecil dari χ2tabel. Hal ini dapat diartikan bahwa

nilai pretest siswa berdistribusi normal. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan nilai pretest antara siswa kelas eksperimen dengan kontrol perlu dilakukan uji t. Hasil uji t nilai pretest siswa disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Uji t nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kontrol

Kelas Rata-rata dk ttabel thitung Kriteria

Eksperimen 42,7 62 1,317 2,00 Tidak berbeda

signifikan Kontrol 39,8

* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12 (hal 112)

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa rerata nilai pretest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kontrol yaitu 42,7 > 39,8. Setelah dilakukan uji t, ternyata thitung < ttabel yaitu 1,317 < 2,00. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai pretest siswa kelas eksperimen tidak berbeda signifikan dengan kontrol. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum penelitian adalah sama.

Aktivitas siswa kelas eksperimen dan kontrol pada pertemuan I dan II disajikan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Aktivitas siswa kelas eksperimen dan kontrol pada pertemuan I dan II Kriteria Aktivitas Pertemuan I Pertemuan II

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Sangat aktif 10 31,2 10 31,2 11 34,4 12 37,5 Aktif 18 56,2 17 53,1 20 62,5 18 56,2 Cukup aktif 2 6,3 2 6,3 0 0 2 6,3 Kurang aktif 1 3,1 2 6,3 1 3,1 0 0 Tidak aktif 1 3,1 1 3,1 0 0 0 0

Jumlah siswa aktif dan sangat aktif 28 87,4 27 84,3 31 96,9 30 93,7 * Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 (hal 113-121)

(34)

24

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa pada pertemuan I, persentase siswa kelas eksperimen yang sudah aktif lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu 87,5% > 84,4%. Kondisi yang sama terjadi pada pertemuan II, yaitu 96,9% > 93,8%. Lebih tingginya persentase aktivitas siswa kelas eksperimen dikarenakan dalam pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) dengan bantuan media foto siswa dituntut melaksanakan tiga tugas yaitu Predict (memprediksi), Observe (mengamati), dan Explain (menjelaskan). Ketiga tugas tersebut ditujukan agar siswa aktif mencari pengetahuan tentang struktur tubuh tumbuhan secara mandiri. Adanya tugas tersebut membuat siswa lebih tertarik dan aktif mencari pengetahuan sendiri. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Ikraam dalam Shah (2008) bahwa dalam belajar IPA siswa tidak akan tertarik untuk belajar jika mereka tidak melakukan suatu aktivitas. Karena IPA adalah melihat (seeing) dan melakukan (doing), sehingga untuk memahami IPA siswa harus melihat dan melakukan pengamatan terhadap fenomena alam.

Perbedaan aktivitas siswa antara kelas eksperimen dan kontrol memang tidak terlalu jauh karena dalam kedua pembelajaran tersebut siswa sama-sama dituntut aktif mencari pengetahuan tentang materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan melalui diskusi kelompok. Pembelajaran kedua kelas tersebut berpusat pada siswa dan berorientasi pada belajar aktif. Menurut pendapat Jihad dan Haris (2008), dalam pembelajaran siswa perlu terlibat pada proses belajar secara aktif. Rasa ingintahu siswa akan hal-hal yang belum diketahui dapat mendorong keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar.

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah kelompok siswa kelas eksperimen yang terampil dan sangat terampil mengamati morfologi tumbuhan pada pertemuan I yaitu 5 kelompok. 7 kelompok terampil dan sangat terampil mengamati jaringan tumbuhan menggunakan mikroskop pada pertemuan II. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok terampil mengamati tumbuhan secara makroskopis dan mikroskopis. Kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan I dan II disajikan pada Tabel 8 berikut.

(35)

Tabel 8 Kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan I dan II

Kriteria Kinerja ∑ Kelompok

Pertemuan I Pertemuan II Sangat terampil 2 2 Terampil 3 5 Cukup terampil 2 1 Kurang terampil 1 0 Tidak terampil 0 0

Jumlah kelompok terampil dan sangat terampil 5 7 * Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15 (hal 122-128)

Kinerja siswa setiap aspek pada pertemuan I dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Kinerja siswa kelas eksperimen pertemuan I pada setiap aspek

No Aspek ∑ Kelompok yang Mendapat

Skor

0 1 2 3

1 Membawa tumbuhan yang akan digunakan 0 2 6 0

2 Mengamati tumbuhan yang dibawa 0 0 2 6

3 Menggambar obyek yang diamati 0 0 6 2

4 Memberi keterangan pada gambar 0 1 1 6

5 Mengamati foto tumbuhan 0 0 3 5

6 Menulis hasil pengamatan pada LKS 0 2 4 2

7 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 4 0 0 4 8 Mengembalikan foto tumbuhan yang telah digunakan 0 0 3 5

9 Membersihkan tempat pengamatan 0 0 4 4

10 Merapikan tempat pengamatan 0 0 5 3

* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14 (hal 122-124)

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa 6 kelompok menulis keterangan gambar dengan lengkap dan benar. 5 kelompok serius dan teliti dalam mengamati semua bagian tumbuhan pada foto. 4 kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan suara jelas, lancar, dan dapat didengar oleh semua siswa.

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa 8 kelompok serius dan teliti mengamati semua bagian jaringan tumbuhan pada foto. 6 kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan suara jelas, lancar, dan dapat didengar oleh semua siswa. 5 kelompok mengambil mikroskop dengan kedua tangan dan posisi yang benar, tangan kanan memegang mikroskop sedangkan tangan kiri menyangga mikroskop atau sebaliknya. 4 kelompok meletakkan mikroskop di bagian tengah meja dan terdapat cahaya. 1 kelompok menemukan obyek pengamatan dalam waktu < 3 menit; memfokuskan bayangan obyek di dalam mikroskop dengan memenuhi 3 aspek, yaitu struktur terlihat, cahaya cukup, dan

(36)

26

fokus; serta menulis keterangan gambar dengan lengkap dan benar. Kinerja siswa setiap aspek pada pertemuan II disajikan pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10 Kinerja siswa kelas eksperimen pertemuan II pada setiap aspek

No Aspek ∑ Kelompok yang Mendapat

Skor

0 1 2 3

1 Mengambil mikroskop dengan benar 0 1 2 5

2 Meletakkan mikroskop dengan benar 0 2 2 4

3 Mencari obyek pengamatan dengan tepat 0 5 2 1

4 Bayangan di dalam mikroskop jelas 0 3 4 1

5 Menggambar obyek yang diamati 0 0 8 0

6 Memberi keterangan pada gambar 0 0 7 1

7 Mengamati foto preparat mikroskopis 0 0 0 8

8 Menulis hasil pengamatan pada LKS 0 0 5 3

9 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 2 0 0 6 10 Mengembalikan foto tumbuhan yang telah digunakan 0 0 0 8 11 Mengembalikan preparat awetan yang telah digunakan 0 0 0 8

12 Mengembalikan mikroskop 0 0 6 2

13 Merapikan tempat pengamatan 0 0 0 8

* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 (hal 125-128)

Kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan I dan pertemuan II memang berbeda, tetapi terdapat beberapa aspek yang sama. Aspek tersebut yaitu memberi keterangan pada gambar, mengamati foto, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok (Tabel 9 dan 10). Jumlah kelompok yang terampil mengamati foto dan mempresentasikan hasil diskusi pada pertemuan II > pertemuan I. Jumlah kelompok yang serius dan teliti mengamati semua bagian tumbuhan pada foto pertemuan I yaitu 5 kelompok, sedangkan pada pertemuan II meningkat menjadi 8 kelompok. 4 kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan suara jelas, lancar, dan dapat didengar oleh semua siswa pada pertemuan I, sedangkan pada pertemuan II meningkat menjadi 6 kelompok. Adapun kinerja yang mengalami penurunan dari pertemuan I ke II, yaitu memberi keterangan pada gambar. Jumlah kelompok yang memberi keterangan gambar dengan lengkap dan benar pada pertemuan I yaitu 6 kelompok, sedangkan pada pertemuan II hanya 1 kelompok. Menurunnya presentase ini dikarenakan pada pertemuan II siswa menggambar jaringan akar, batang, daun di bawah mikroskop dan mereka baru pertama kali melihat jaringan tersebut. Siswa merasa kesulitan menggambar dan memberi keterangan jaringan tumbuhan yang secara struktur lebih rumit dari morfologi tumbuhan.

(37)

Berdasarkan analisis kinerja siswa pada setiap aspek dapat diketahui bahwa 5 kelompok terampil mengambil mikroskop dengan benar dan 4 kelompok terampil meletakkan mikroskop dengan benar (Tabel 10). Siswa mengambil mikroskop dengan kedua tangan, posisi tangan kanan memegang mikroskop sedangkan tangan kiri menyangga mikroskop atau sebaliknya. Siswa meletakkan mikroskop di bagian tengah meja yang terdapat cahaya. Meskipun demikian, jumlah kelompok yang terampil mencari obyek pengamatan dengan tepat dan memfokuskan bayangan obyek di dalam mikroskop dengan jelas hanya 1 kelompok. Hal ini dikarenakan dalam mencari obyek pengamatan dan memfokuskan bayangan membutuhkan ketelitian dan keterampilan untuk mengatur perbesaran lensa sehingga perlu latihan yang lebih banyak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mengetahui bagaimana cara menggunakan mikroskop dengan baik dan aman. Menurut pendapat Martini, Purwani, dan Ponijan (2006), siswa perlu mengetahui keterampilan menggunakan alat laboratorium, supaya dalam melaksanakan kegiatan praktikum mereka dapat menggunakan alat dengan baik dan menjaga agar alat tersebut tidak rusak.

Berdasarkan analisis hasil tanggapan siswa dapat diketahui bahwa persentase siswa kelas eksperimen yang memberikan tanggapan baik dan sangat baik lebih tinggi dari kelas kontrol. Tanggapan siswa kelas eksperimen dan kontrol terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11 Tanggapan siswa kelas eksperimen dan kontrol terhadap pelaksanaan

pembelajaran

Kategori Eksperimen Kontrol

∑ % ∑ % Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Jelek 4 18 6 4 0 12,5 56,3 18,6 12,5 0 4 5 8 10 5 12,5 15,6 25 31,3 15,6 Jumlah tanggapan baik dan sangat baik 22 68,8 9 28,1 * Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17 (hal 131-133 dan hal 136-138)

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa 68,8% siswa kelas eksperimen memberikan tanggapan baik dan sangat baik terhadap pembelajaran POE dengan bantuan media foto. 28,1% siswa kelas kontrol memberikan

(38)

28

tanggapan baik dan sangat baik terhadap pembelajaran diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran POE dengan bantuan media foto lebih disukai oleh siswa daripada pembelajaran diskusi. Hal ini diperkuat oleh tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada setiap aspek. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada setiap aspek disajikan pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12 Tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada setiap aspek

No Aspek %

1 Pengamatan langsung dapat menimbulkan pengalaman baru 32 100 2 Pembelajaran yang diberikan guru menarik 28 87,5 3 Pembelajaran yang diberikan guru membosankan 5 15,6 4 Pembelajaran yang diberikan guru dapat meningkatkan intensitas

membaca buku 25 78,1

5 Kegiatan pengamatan langsung hanya membuang waktu saja 0 0 6 Soal postest yang diberikan sulit dikerjakan 25 78,1 7 Kegiatan Predict pada LKS dapat menimbulkan rasa keingintahuan 29 90,6 8 Suasana kelas lebih menyenangkan saat pembelajaran berlangsung 24 75 9 Kegiatan-kegiatan yang termuat dalam LKS mudah dipahami 16 50 10 Memilih diam daripada bertanya kepada guru jika belum paham 4 12,5 11 Masih merasa kesulitan dalam memahami materi 20 62,5 12 Kegiatan-kegiatan yang termuat dalam LKS mudah dikerjakan 11 34,4 13 Soal pada LKS yang diberikan sulit dikerjakan 20 62,5 14 Suasana kelas menjadi menegangkan saat pembelajaran berlangsung 10 31,3 15 Pengamatan foto tumbuhan dapat mempercepat pemahaman materi dan

memperlancar mengerjakan LKS 29 90,6

16 Pembelajaran yang diberikan guru menyenangkan 29 90,6 17 Pembelajaran yang diberikan guru dapat meningkatkan semangat belajar 27 84,4 18 Pengamatan mikroskopis dapat meningkatkan pemahaman materi 32 100 19 Pengamatan tumbuhan asli dapat membatu memahami materi 28 87,5 20 Keberatan dan repot jika harus menyiapkan bahan untuk pengamatan 7 21,9 21 Senang mengamati anatomi jaringan akar, batang, dan daun dengan

mikroskop 30 93,8

22 Ingin setiap pembelajaran Biologi dilakukan pengamatan langsung dan diskusi

29 90,6 23 Dapat dengan mudah mengerjakan soal posttest 11 34,4

24 Lebih aktif dalam diskusi kelompok 27 84,4

* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16 (hal 131-133)

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa 87,5% siswa merasa pembelajaran yang disampaikan guru menarik. 93,8% merasa senang mengamati anatomi penampang lintang akar, batang, dan daun di bawah mikroskop. Dengan mengamati tumbuhan asli dapat membantu 87,5% siswa memahami materi. 100% siswa berpendapat bahwa pengamatan langsung dapat menambah pengalaman baru dan setelah melakukan pengamatan mikroskopis mereka dapat memahami

(39)

materi. 90,6% ingin selalu melakukan pengamatan langsung dan diskusi dalam pembelajaran Biologi. Pendapat ini tidak hanya disetujui oleh siswa kelas eksperimen saja, tetapi kelas kontrol juga menghendaki adanya pengamatan langsung dalam pembelajaran Biologi. Tanggapan siswa kelas kontrol terhadap pembelajaran diskusi pada setiap aspek disajikan pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13 Tanggapan siswa kelas konrol terhadap pembelajaran diskusi pada setiap aspek

No Aspek %

1 Pembelajaran yang diberikan guru menimbulkan pengalaman baru 31 96,9 2 Pembelajaran yang diberikan guru menarik 22 68,8 3 Pembelajaran yang diberikan guru membosankan 9 28,1 4 Pembelajaran yang diberikan guru dapat meningkatkan intensitas

membaca buku 26 81,3

5 Soal postest yang diberikan sulit dikerjakan 23 71,9 6 Pembelajaran yang diberikan guru menimbulkan rasa keingintahuan 24 75 7 Suasana kelas lebih menyenangkan saat pembelajaran berlangsung 19 59,4 8 Kegiatan-kegiatan yang termuat dalam LKS mudah dipahami 21 65,6 9 Memilih diam daripada bertanya kepada guru jika belum paham 6 18,8 10 Masih merasa kesulitan dalam memahami materi 17 53,1 11 Kegiatan-kegiatan yang termuat dalam LKS mudah dikerjakan 18 56,3 12 Soal pada LKS yang diberikan sulit dikerjakan 17 53,1 13 Suasana kelas menjadi menegangkan saat pembelajaran berlangsung 8 25 14 Foto tumbuhan pada LKS dapat mempercepat pemahaman materi 26 81,3 15 Dalam pembelajaran Biologi sebaiknya diadakan pengamatan langsung 30 93,8 16 Foto tumbuhan pada LKS sudah mewakili pengamatan langsung 20 62,5 17 Ingin setiap pembelajaran Biologi dilakukan pengamatan langsung dan

diskusi 27 84,4

18 Pembelajaran yang diberikan guru dapat meningkatkan semangat belajar 26 81,3 19 Pembelajaran yang diberikan guru menyenangkan 24 75 20 Dapat dengan mudah mengerjakan soal posttest 14 43,8

21 Lebih aktif dalam diskusi kelompok 25 78,1

* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17 (hal 136-138)

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa 93,8% siswa kelas kontrol menghendaki adanya pengamatan langsung dalam pembelajaran Biologi. 84,4% menghendaki dalam setiap pembelajaran dilakukan pengamatan langsung dan diskusi. Hasil penelitian ini senada dengan pendapat Jailani (2008) bahwa dalam proses pembelajaran IPA sebaiknya siswa diberikan berbagai pengalaman belajar berupa kegiatan nyata yang dapat dimengerti oleh siswa dan memungkinkan terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain, saat pembelajaran siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata.

90,6% siswa kelas eksperimen berpendapat bahwa rasa ingin tahu mereka muncul setelah melakukan Predict (Tabel 12). Dengan melakukan

(40)

30

pengamatan foto tumbuhan, siswa dapat dengan cepat memahami materi dan mengerjakan LKS. Menurut pendapat Muchtar dan Siregar (2007), media foto sama dengan media gambar. Gambar mempunyai kelebihan yaitu memberikan tampilan yang sifatnya konkrit, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Berdasarkan hasil penelitian Listiyowati (2010), media gambar dapat memudahkan siswa memahami materi dan meningkatkan rasa keingintahuan siswa akan materi organisasi kehidupan sehingga mampu memperkuat daya ingat siswa.

Berdasarkan hasil analisis nilai delta posttest-pretest dan nilai akhir siswa dapat diketahui bahwa rerata nilai delta posttest-pretest dan nilai akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kontrol. Uji t nilai delta posttest-pretest dan nilai akhir siswa kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14 Uji t nilai delta posttest-pretest dan nilai akhir siswa kelas eksperimen dan kontrol

Hasil Delta posttest-pretest Nilai akhir

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Rata-rata dk thitung ttabel 32,2 27,2 76,9 70,6 62 2,001 2,000 62 5,275 2,000 Kriteria Berbeda signifikan Berbeda signifikan * Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19 (hal 139-142)

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa thitung nilai delta posttest-pretest siswa lebih besar dari ttabel, yaitu 2,001 > 2,000. Hal ini menunjukkan ada

perbedaan yang signifikan antara nilai delta posttest-pretest siswa kelas eksperimen dengan kontrol. Dengan demikian dapat diartikan bahwa nilai delta

posttest-pretest siswa kelas eksperimen lebih baik dari kontrol. Hasil yang sama

juga ditunjukkan pada uji t nilai akhir siswa, thitung > ttabel yaitu 5,275 > 2,000. Hal

ini menunjukkan bahwa nilai akhir siswa kelas eksperimen berbeda signifikan dengan kontrol. Sehingga dapat diartikan bahwa nilai akhir siswa kelas eksperimen lebih baik dari kontrol. Tingginya nilai siswa kelas eksperimen dikarenakan dalam penerapan model pembelajaran POE dengan bantuan media foto, siswa diberi kesempatan untuk memprediksi, mengamati, dan menjelaskan struktur tubuh tumbuhan. Tahap Predict memberi kesempatan siswa untuk memprediksi morfologi dan anatomi akar, batang, daun tumbuhan Kacang tanah

(41)

(Arachis hypogaea) dan Jagung (Zea mays) sebelum mereka melihatnya pada pengamatan melalui pertanyaan di LKS. Kacang tanah mewakili contoh tumbuhan dikotil, sedangkan Jagung mewakili contoh tumbuhan monokotil. Tahap Predict tersebut merupakan cerminan dari pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Menurut pendapat Wirtha dan Rapi (2008), mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun pemahaman berdasarkan pengetahuan awal yang mereka miliki.

Tahap Observe memberi kesempatan siswa untuk mengamati langsung morfologi dan anatomi akar, batang, daun Kacang tanah dan Jagung melalui media pembelajaran berupa tumbuhan asli, preparat awetan, dan foto. Pengamatan terhadap tumbuhan asli dan preparat awetan tersebut dapat memberi gambaran struktur morfologi dan anatomi yang nyata. Siswa juga ditugaskan menulis hasil pengamatannya pada tabel pengamatan yang tersedia. Siswa mengisi kesimpulan tentang golongan tumbuhan yang diamati. Dengan demikian mereka dapat membedakan morfologi dan anatomi akar, batang, daun tumbuhan dikotil dan monokotil. Kegiatan pengamatan langsung ini dapat memfasilitasi siswa untuk memahami konsep materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Hal tersebut dikukung oleh pendapat Hodson dalam Shah (2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan sesuatu yang diterima dari pengamatan langsung dengan mengonsentrasikan perhatian pada melakukan aktivitas.

Jenis tumbuhan yang ditugaskan untuk dibawa siswa, tidak semuanya terpenuhi. Hal ini dikarenakan jenis tumbuhan tersebut di lingkungan tempat tinggal siswa sulit untuk didapatkan. 6 kelompok siswa hanya membawa 5-7 tumbuhan, sedangkan 2 kelompok hanya membawa kurang dari 5 tumbuhan dari 10 tumbuhan yang harus dibawa (Tabel 9). Media foto yang sudah dipersiapkan guru dapat mengatasi hal tersebut, segingga siswa dapat mengamati semua tumbuhan dengan bagian-bagian yang lengkap. Media foto yang digunakan mencakup foto tumbuhan dan preparat awetan yang diamati siswa, sehingga siswa juga mendapat gambaran yang sama tentang jaringan tumbuhan. Sesuai dengan pendapat Julianto (2008), bahwa foto dapat menghilangkan miskonsepsi,

(42)

32

menimbulkan persepsi yang sama, dan menyamakan pengalaman. Muchtar dan Siregar (2007) juga berpendapat bahwa foto mampu mengatasi keterbatasan pengamatan.

Tahap Explain memberi kesempatan siswa untuk menulis penjelasan berdasarkan hasil Predict dan Observe, kemudian mendiskusikan dengan kelompoknya. Siswa mendiskusikan apakah hasil Predict sesuai dengan hasil

Observe mereka. Dalam kegiatan ini, siswa juga berkesempatan melengkapi

pengetahuan awal mereka dengan pengetahuan yang diperoleh dari Observe. Menjelaskan dan mendengarkan pendapat temannya dalam diskusi kelompok dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan membangun konstruksi pemahaman yang mereka miliki. Hal ini senada dengan pendapat Suprijono (2010), bahwa berdiskusi dengan kelompok dapat membuka kesempatan siswa untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman.

Pembelajaran dengan model POE menyebabkan siswa memahami materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan secara konstruktivistik, sehingga mereka dapat mengingat lebih lama konsep yang telah diperoleh. Sesuai dengan hasil penelitian Coştu, Ayasb, dan Niazc (2009), bahwa model POE memungkinkan siswa untuk menyimpan konsep baru tentang evaporasi di memori jangka panjang. Mthembu (2000) juga berpendapat bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran POE memang cara mengajar yang membutuhkan waktu lebih banyak, tetapi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol adalah pembelajaran diskusi, dimana siswa dituntut aktif mencari pengetahuan tentang materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan melalui diskusi kelompok. Selama pembelajaran, siswa hanya dapat mengamati gambar tumbuhan pada LKS yang mirip dengan bentuk dan struktur aslinya, berbeda dengan media yang digunakan kelas eksperimen yang beragam. Hal ini nampaknya membuat siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk belajar meskipun siswa dituntut untuk mencari pengetahuan sendiri, sehingga nilai kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Media pembelajaran yang digunakan oleh kelas eksperimen dalam pembelajarannya diberikan secara bertingkat, dari media yang konkrit ke abstrak, yaitu dari

(43)

tumbuhan asli dan preparat awetan ke foto. Hal ini sesuai dengan pendapat Edgar Dale dalam Yani (2009), bahwa penggunaan media pembelajaran sebaiknya dimulai dari tingkatan media konkrit menuju media abstrak yang berupa simbol verbal. Karena hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung, kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari melalui benda tiruan, sampai ke lambang verbal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa persentase siswa kelas eksperimen yang sudah aktif lebih tinggi dari kontrol, yaitu 87,5% > 84,4% pada pertemuan I dan pertemuan II 96,9% > 93,8%. 6 kelompok siswa kelas eksperimen memiliki kinerja yang terampil dan sangat terampil mengamati morfologi tumbuhan pada pertemuan I. 7 kelompok terampil dan sangat terampil mengamati jaringan tumbuhan menggunakan mikroskop pada pertemuan II. 68,8% siswa kelas eksperimen memberi tanggapan baik dan sangat baik terhadap model pembelajaran POE dengan bantuan media foto. 28,1% siswa kelas kontrol memberikan tanggapan baik dan sangat baik terhadap pembelajaran diskusi. Nilai delta posttest-pretest dan nilai akhir siswa kelas eksperimen lebih baik dari kontrol. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kontrol.

(44)

34

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) dengan bantuan media foto pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran diskusi.

B. Saran

Kepada guru IPA SMP disarankan untuk menerapkan model pembelajaran POE dengan bantuan media foto pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Guru diharapkan lebih memotivasi siswa agar aktif berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompok untuk menyelesaikan tugas POE.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2006a. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. _______. 2006b. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

[BPPPK] Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2001.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Tingkat Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

[BSNP] Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan

Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Coştu B. 2007. Learning science through the PDEODE teaching strategy: helping students make sense of everyday situations. Eurasia Journal of Mathematics,

Science & Technology Education 4 (1):3-9.

Coştu B, A Ayasb, & M Niazc. 2009. Promoting conceptual change in first year students’ understanding of evaporation. Chemistry Education Research and

Practice 2010 (11):5-16.

Indrawati & W Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Gita IN. 2007. Implementasi pendekatan kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di sekolah dasar. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan 1 (1):26-34.

Jihad A & A Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Joyce C 2006. Predict, Observe, Explain (POE). New Zealand. On line at

http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php [diakses tanggal 16 April 2010].

Jailani. 2008. Model pembelajaran sains menurut pandangan konstruktivisme.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu 6 (1):19-24.

Julianto T. 2008. Peningkatan kualitas pembelajaran : antara profesionalitas guru, media pembelajaran dan kualitas pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kependidikan 1 (1):32-38.

Kali Y & M Linn. 2008. Curriculum design – as subject matter: science.

International Encyclopedia of Education 3 (1):1-15.

Küçüközer H & S Kocakülah. 2008. Effect of simple electric circuits teaching on conceptual change in grade 9 physics course. Journal of Turkish Science

Gambar

Gambar 1  Peta konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan Organ pada Tumbuhan
Gambar 2  Kerangka pikir   Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
Tabel  2  Hasil analisis validitas butir soal uji coba
Tabel 8  Kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan I dan II   Kriteria Kinerja   ∑ Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran pencapain konsep (concept attainment) dengan bantuan media foto berpengaruh terhadap hasil belajar kimia

Pemilihan metode dan desain ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui efektivitas strategi POE bermuatan nilai dalam meningkatkan pemahaman konsep dan

Pada tahap ini siswa dapat menemukan jawaban pasti dari jawaban prediksi me- reka, sesuai dengan pendapat Nurjanah (2011) tentang kelebihan dari model pembelajaran

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa modul bilingual bergambar berbasis POE layak untuk digunakan sebagai sumber belajar

Hasil penelitian ini adalah kualitas modul fisika berbasis POE menurut ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa memiliki kriteria kelayakan sangat layak dengan

Keterlaksanaan model pembelajaran Predict Observe Explain (POE) pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dikelas X MIA SMAN 9 Kota Jambi terlaksana dengan baik, yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh model pembelajaran POE terhadap keterampilan proses sains siswa SMA Negeri 1 Balaesang pada materi kalor

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui kelayakan media e-Book interaktif pada materi struktur dan fungsi jaringan organ tumbuhan ditinjau dari ahli media dan