MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA MOZAIK
ISLAM DI TRANS TV
(Studi Deskr iptif Kuantitatif Motif Masyar akat Sur abaya
Menonton Acar a Mozaik Islam Di Tr ans TV)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai per syar atan memper oleh Gelar
Sar jana Ilmu Komunikasi pada FISIP-UPN “Veter an” J awa Timur
Oleh :
KHUSNUL KHOTIMAH
NPM. 0943010131
Yayasan Kesejahter aan Pendidikan dan Per umahan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pr ogam Studi Ilmu Komunikasi
MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA MOZAIK ISLAM DI
TRANS TV
(Studi Deskr iptif Kuantitatif Motif Masyar akat Sur abaya
Menonton Acar a Mozaik Islam Di Tr ans TV)
Oleh :
KHUSNUL KHOTIMAH NPM. 0943010131
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal 19 J uli 2013
PEMBIMBING
Dr a. Her lina Suksmawati, M.Si
NIP. 19641225 199309 2001
TIM PENGUJ I
1. Ketua
Ir . H. Didiek Tr anggono, M.Si
NIP. 1 9581 225199 001 1001
2. Sekr etaris
Dr a. Dyva Clar etta, M.Si
NPT. 3 6601 94 00251
3. Anggota
Mengetahui
NIP. 1 95507 181 983 022 001
NIP. 19641225 199309 2001
DEKAN
MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA MOZAIK ISLAM DI TRANS TV
(Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Masyarakat Sur abaya Menonton Acara Mozaik Islam Di Trans TV)
Disusun oleh :
Khusnul Khotimah 0943010131
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui Pembimbing Utama
Dra. Herlina Suksmawati, Msi NIP. 19641225 199309 2001
Mengetahui
NIP. 19550718 198302 2001 DEKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Mozaik Islam di Trans TV” (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Acara Mozaik Islam di Trans TV)”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini atas bimbingan dari Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. dan tidak terlepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S. Sos., Msi,. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Teman-temanku.... Nunung, Finna, Renni, dan masih banyak lainnya. Makasih supportnya.. kalian moodboosterku kalo aku lagi plonga-plongo habis kena revisi :D
5. Keluargaku di rumah biru a.k.a AK UPN Radio. Peluk cium untuk kalian semua. Makasih udah ngajarin aku banyak ilmu, kalianlah keluaga keduaku :’)
6. My best patner on EBS 105,9 FM. Aryo, Vicky, Jhagad, Dimas, Budi, Winda, Ijong, Brian, mas Niko, Mbak Olpie, Rudy Electric, Noni, Zeya, dan ga ketinggalan Kang Deni sebagai Program Director. Terimakasih, aku juga sangat sayang kalian semua. Makasih support dan ilmunya. :’)
7. Temen-temen komunitasku. Halal Corner Jatim, Komunitas SuksesMulia Surabaya, dan Peduli Jilbab. Terimakasih sudah jadi kingpin ku. Jazakallah Khairan Katsiir :’)
8. Dan semua respondenku, yang sudah mau meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner. Terimakasih, semoga ridho ya saya mintain tolong. Hehehe...
9. Tak lupa penulis haturkan rasa syukur dan terima kasih untuk Sang Maha yang telah memberikan saya kesempatan untuk menggapai tingkat sarjana. Ya Allah semoga engkau ridho atas skripsi hamba ini. Semoga kelak dapat memberi manfaat di akhirat. Aamiin. Dan juga rasa rindu saya haturkan untuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW, engkaulah suri tauladan hingga akhir zaman. Semoga kelak kita dipertemukan dalam jannah-Nya. Aamiin Yaa Robbal Alamin :’)
Penulis DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...vii
ABSTRAKSI ...ix
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Perumusan Masalah ...10
1.3 Tujuan Penelitian ...11
1.4 Kegunaan Penelitian ...11
BAB II LANDASAN TEORI ...12
2.1 Studi Pendahuluan ...12
2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama ...12
2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua ...13
2.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ...14
2.3 Masyarakat Sebagai Khalayak Aktif ...16
2.5 Motif ...18
2.6 Teori Kebutuhan ...20
2.7 Program Acara Mozaik Islam di Trans TV ...22
2.8 Teori Uses and Gratifications ...24
2.9 Kerangka Berfikir ...26
BAB III METODE PENELITIAN ...28
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...28
3.1.1 Definisi Operasional ...28
3.1.2 Pengukuran Variabel ...33
3.2Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...38
3.2.1 Populasi ...38
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...38
3.3Teknik Pengumpulan Data ...40
3.4Metode Analisis Data ...40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum obyek Penelitian ...42
4.1.1. Gambaran umum Trans TV ...42
4.1.2. Gambaran Umum Mozaik Islam ...43
4.2 Penyajian Data dan Analisa ...44
4.2.1. Identitas Responden ...44
4.2.2. Pertanyaan Tentang Media ...49
4.2.3.1. Motif Kognitif ...51
4.2.3.2. Motif Diversi ...64
4.2.3.3. Motif Identitas Personal ...70
4.2.4. Total Gabungan Ketiga Motif ...78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...80
5.1. Kesimpulan ...80
5.2. Saran ...82
DAFTAR PUSTAKA ...83
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Responden Berdasarkan Usia ...45
Tabel 2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...46
Tabel 3. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...47
Tabel 4. Resoponden Berdasarkan Pekerjaan ...48
Tabel 5. Frekuensi Menonton Dalam 1 Bulan ...49
Tabel 6. Topik Yang Paling Disukai ...50
Tabel 7. Memperoleh Pengetahuan Baru tentang Ilmu Fiqih ...52
Tabel 8. Mendapatkan Informasi tentang Sejarah Peradaban Islam ...53
Tabel 9. Menambah Pengetahuan tentang Kisah Para Nabi dan Rasul ...54
Tabel 10. Menambah Pengetahuan Tentang Hukum dan Syari’at Islam ...56
Tabel 11. Menambah Pengetahuan tentang IPTEK yang Sesuai dengan Koridor Islam ...57
Tabel 12. Mengetahui Fenomena Alam yang Terjadi di Seluruh Penjuru Dunia dan Terdapat di dalam Al Qur’an dan Hadits ...58
Tabel 13. Menambah Wawasan tentang Ilmu Akidah dan Akhlak ...59
Tabel 14. Menambah Pengetahuan tentang Dalil Al-Qur’an dan Hadist ...60
Tabel 15. Mendapatkah Pengetahuan tentang Fakta Unik dan Menarik yang Dihubungkan dengan Dalil Al-Qur’an dan Hadist...62
Tabel 16. Motif Kognitif Responden dalam Menonton Program Acara Mozaik Islam di Trans TV ...63
Tabel 17. Menjadi Teman Aktivitas di Pagi Hari ...64
yang Dibahas ...66
Tabel 20. Memperoleh Kenikmatan Jiwa dan Ketenangan Batin ...67
Tabel 21. Mengusir Rasa Bosan dan Jenuh pada Diri ...68
Tabel 22. Motif Diversi Responden dalam Menonton Program Acara Mozaik Islam di Trans TV ...69
Tabel 23. Menemukan Penunjang untuk Instropeksi Diri sebagai Seorang Muslim ...71
Tabel 24. Mengidentifikasikan Diri dengan Nilai-Nilai Islam ...72
Tabel 25. Meningkatkan Ketakwaan dalam Diri ...73
Tabel 26. Mempertebal Rasa Keimanan terhadap Islam ...74
Tabel 27. Menambah Rasa Kecintaan Terhadap Islam ...75
Tabel 28. Motif Identitas Personal Responden dalam Menonton Program Acara Mozaik Islam di Trans TV ...76
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner ...85 Lampiran 2. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Motif Kognitif ...92 Lampiran 3. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Motif Diversi ...95 Lampiran 4. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Motif Identitas
Personal...97
ABSTRAKSI
KHUSNUL KHOTIMAH, MOTIF MASYARAKAT MENONTON ACARA MOZAIK ISLAM DI TRANS TV (Studi Deskr iptif Kuantitatif Motif Masyarakat Sur abaya Menonton Acara Mozaik Islam di Trans TV).
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan, informasi, berita dari komunikator melalui komunikan melalui media massa. Media massa dapat berupa media cetak dan elektronik. Salah satu media elektronik yang saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang pesat adalah televisi. Perkembangan media televisi diwarnai dengan persaingan belomba-lomba untuk menyuguhkan program acara yang diminati oleh masyarakat. Pekerja televisi pun memutar otak agar mendapatkan perhatian dari masyarakat melalui program acara yang menarik. Mozaik Islam merupakan program acara pagi yang unik dan menarik, karena memberikan informasi dilihat dari kacamata agama.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Uses and Gratifications yang menyatakan bahwa khalayak memiliki sekumpulan kebutuhan yang dicari pemuasannya melalui media massa. Model Uses and Gratifications ini mengasumsikan khalayak setidaknya sama aktifnya dengan pengirim. Model ini pun secara tak langsung menyatakan bahwa pesan adalah apa yang dibutuhkan oleh khalayak, bukan yang dimaksudkan oleh pengirim. Di sinilah khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan akan media massa. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden 100 orang.
Dari hasil pengujian dengan menggunakan teknis analisis tabel frekuensi dapat diketahui bahwa motif kognitif, motif diversi dan motif identitas personal dalam menonton acara Mozaik Islam di Trans TV berada pada kategori tinggi.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dalam menonton acara Mozaik Islam di Trans TV sebagian besar responden ingin memperoleh informasi dan hiburan yang bernafas Islami sebagai usaha untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai Islam.
ABSTRACT
Khusnul Khotimah, WATCH COMMUNITY EVENTS MOTIF MOZAIK ISLAM IN TRANS TV (Quantitative Descriptive Study of Motive Events People Watching Surabaya Islamic Mosaics in Trans TV).
Mass communication is the process of delivering a message, information, news from the communicant communicator through mass media. The mass media can be printed and electronic media. One of the electronic media which is currently experiencing rapid growth is television. The development of television media tinged with belomba-race competition for presenting the programs that are in demand by the public. Television workers had racked my brain to get the attention of the public through an exciting program of events. Islam is a mosaic morning show program unique and interesting, because it specifies the information as perceived religion.
The foundation of the theory used in this study is the Uses and Gratification theory which states that the audience has a set of needs that sought gratification through mass media. Uses and Gratification model assumes the audience is at least as active as the sender. This model also seems to imply that the message is what is needed by the public, not intended by the sender. This is where the audience is actively using the media to meet the needs of the mass media. Methods of data analysis in this study using frequency tables analysis is used to describe the primary data obtained from interviews based on questionnaires filled out by the respondents and secondary data. The population in this study was the 17-year-old Surabaya upwards. Sampling technique in this study using purposive sampling with the number of respondents 100 people.
From the test results by using technical analysis can be seen that the frequency tables cognitive motives, motives and motives of personal identity diversion in watching the show on Trans TV Islamic Mosaics at the high category. Conclusion of this research is in watching a show on Trans TV Islamic Mosaics most respondents would like to obtain information and entertainment Islamic breathing in an effort to identify with the values of Islam.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin,2007:4). Macam-macam media massa yang berkembang saat ini adalah surat kabar, radio, internet dan televisi.
Perkembangan dunia pertelevisian saat ini, mau tidak mau membuat para pekerja televisi memutar otak untuk menyajikan program-program acara yang menarik bagi khalayak pemirsa. Dengan sedikit mengenyampingkan fungsi informasi dan mengedepankan fungsi hiburan, televisi Indonesia saat ini mengalami suatu keterpurukan.
Dibandingkan dengan acara-acara TV di Amerika, Belanda, Jerman, dan Inggris, TV kita dalam beberapa acaranya jauh lebih hedonistik dan lebih liberal. Amerika misalnya negara yang masyarakatnya memang gila hiburan, tetapi mereka tidak menyiarkan acara musik nyaris setiap hari, seperti yang dilakukan TV kita. Amerika juga gudangnya selebritis, tetapi tidak ada TV yang menyiarkan
infotainment tentang selebritis nyaris setiap hari. (Deddy Mulyana, 2008 : 18)
fungsi Informasi yang harusnya dikedepankan sudah mengalami kelunturan. Padahal TV mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun persepsi masyarakat.
Tanpa disadari, pers sesungguhnya mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk membangun suatu bangsa dengan memberikan arah kemana mereka harus melangkah dan prioritas-prioritas apa yang harus mereka lakukan. Pers dapat memberikan semangat, mendukung perubahan, dan memobilisasi masyarakat untuk suatu tujuan. Pers dapat memberikan pencerahan yang dibutuhkan oleh suatu bangsa untuk bangkit dari keterpurukan dan menunjukkan jalan serta memberikan semangat untuk membangun masyarakat. (Deddy Mulyana, 2008 : 19).
Jika pers kita tetap seperti sekarang ini, terlalu banyak hiburan, remeh-temeh, klenik, tanpa keinginan untuk memberdayakan masyarakat, bangsa kita akan tetap
loyo seperti ini juga hingga kapan pun. Keluaran (output) bergantung pada masukan (in put). Kalau masyarakat kita setiap hari dijejali dengan masukan berupa gambar porno, berita remeh-temeh tentang selebritis, laporan perkosaan atau pembunuhan dan perburuan hantu, sungguh naif jika kita mengharapkan mereka akan berubah, tiba-tiba menjadi berdisiplin, cerdas, kreatif, jujur, bertanggung jawab, berdedikasi, dsb. Padahal harus kita akui, justru masukan-masukan dari media massa yang cenderung negatif itulah yang lebih dominan daripada masukan dari keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan. (Deddy Mulyana, 2008 : 22)
Sebagai negara berpenduduk maroyitas Islam, nyatanya tak lantas membuat televisi menyuguhkan acara edukasi yang bernafas Islami. Yang hadir di tengah-tengah kita saat ini justru sinetron yang melenceng dari koridor-koridor Islam. Sehingga, menimbulkan ketimpangan persepsi di masyarakat tentang Islam. Bukan saja umat Muslim yang terpengaruh, tetapi umat Non-Muslim juga mempunyai persepsi tersendiri tentang Islam. Padahal, jika seseorang ingin mengetahui apa itu Islam, maka sumber yang dapat digunakan adalah Qur’an dan As Sunnah.
Seperti sahabat Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib ra, mengatakan, “Jika Anda ingin mengetahui Islam, maka pelajarilah Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Dari situ Anda akan mengetahui siapa yang mengikuti Islam, dan siapa yang tidak.” (Deddy Mulyana, 2008:132)
Dalam jurnal “Dakwah Islam Dan Inovasi Media: Peluang Dan Ancaman Media Global Atas Dakwah Islam” karya Moch. Fakhruroji, disebutkan bahwa sebagai ilmu yang terbilang baru dibanding ilmu-ilmu lain yang terbilang lebih mapan, dakwah sebagai sebuah disiplin sesungguhnya tidak terlalu menonjol dalam khazanah keilmuan. Namun demikian, di luar dugaan, perkembangan dakwah sebagai aktivitas ternyata melampaui perkembangan ilmunya. Memang, agak berbeda dengan beberapa disiplin lain, perkembangan ilmu dakwah—dalam bayang-bayang ilmu komunikasi—seolah masih malu-malu untuk menampakkan dirinya ke ruang publik yang lebih luas. Aktivitas dakwah Islam seperti mengalami evolusi besar-besaran dalam ruang publik, di mana dakwah—sebagai proses penawaran ajaran spiritual—muncul dalam bentuk yang beraneka ragam. Keanekaragaman aktivitas dakwah ini tentu saja didorong kuat oleh unsur lain, yakni media dakwah.
Dalam disiplin ilmu dakwah, media sendiri sesungguhnya lebih cenderung dipahami sebagai saluran (channel) yang digunakan oleh para pelaku dakwah—baik individu maupun komunal— untuk menghantarkan pesan. Dalam kondisi masyarakat seperti saat ini, yang notabene telah menjadi bagian dari masyarakat global, aktivitas dakwah ini dapat ditemui di ruang-ruang di dunia maya. Hari ini, akses seseorang untuk memperoleh informasi religius (baca: dakwah) semakin mudah saja, terlebih jika orang tersebut memiliki akses ke dunia maya. Di sisi lain, dakwah melihat kemunculan media sebagai sebuah inovasi yang sangat berharga dan dapat membantu perkembangan dakwah. Namun, pada saat yang sama, dakwah sedang berhadapan dengan hegemoni media yang sedang melakukan invasi atau penjajahan atas dakwah Islam.
media yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini. Dengan latar belakang umat Islam terbanyak di Indonesia, publik membutuhkan tayangan segar dan mendidik yang dikemas secara apik dalam balutan Islami. Tidak hanya menghibur, acara yang disuguhkan harus dapat merepresentasikan kepada masyarakat tentang ajaran Islam yang sesungguhnya berdasar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dari sekian banyaknya acara minim kualitas di TV, TransTV hadir menyuguhkan program terbaru bertajuk Islami. Ialah Mozaik Islam yang tayang setiap hari Sabtu dan Minggu, pukul 07.30 sampai 08.00 WIB. Bahkan terhitung sejak tanggal 21 Februari, acara ini ditambah jam tayang menjadi empat kali dalam seminggu. Acara yang berdurasi 30 menit ini, menyajikan tiga tema yang berhubungan dengan fiqih, fakta ilmiah, sejarah, dan sejumlah bahasan menarik lainnya di lihat dari kacamata Islam. Pemirsa juga dapat berinteraksi melalui media twitter Mozaik Islam di @MozaikIslam. Di situ, pemirsa sebagai follower @MozaikIslam dapat mendapatkan informasi tentang tema yang akan ditayangkan. Selain itu, admin twitter Mozaik Islam juga membuka line tanya jawab seputar Islam. Dilihat dari respon followers, Mozaik Islam ternyata mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat. Banyak yang akhirnya memberi masukan untuk menambah jam tayang acara ini. Karena dirasa membawa manfaat yang besar bagi masyarakat terutama umat Muslim. Di media twitter, Mozaik Islam juga terlihat aktif dalam update status seputar ayat-ayat Al Qur’an dan hadits.
selalu menyantumkan sumber yang shahih yaitu ayat Al Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, keabsahannya bisa dipertanggungjawabkan kepada khalayak.
Dari sekian banyak televisi swasta yang menyajikan berbagai ragam tayangan, baru kali ini terdapat acara yang berkualitas. Acara “Mozaik Islam” merupakan tayangan pioneer yang menyajikan bahasan Islami yang akurat. Dari semua televisi swasta di Indonesia, ini merupakan acara yang dengan berani membeberkan kebenaran sesuai koridor Islam. Selama ini, penulis belum pernah menemukan acara semacam ini. Inilah yang menjadi alasan penulis memilih acara “Mozaik Islam” untuk dijadikan bahan penelitian.
Menonton televisi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan tersebut bisa berupa informasi, pendidikan dan hiburan. Jika dikaitkan dengan motif, maka motif masyarakat dalam menonton televisi, menurut Blumer dalam Rakhmat (2005:66) didasari tiga motif.
Motif pertama adalah motif kognitif yang bisa diartikan sebagai keinginan untuk menambah pengetahuan baru seperti mencari informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi dalam lingkungan tersebut, memuaskan rasa ingin tahu dan minta umum, belajar, pendidikan diri sendiri serta memperoleh rasa aman melalui penambahan pengetahuan dan biasanya informasi yang disajikan dikaitkan dengan ayat dan hadits.
Motif ketiga adalah motif identitas personal yaitu keinginan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya seperti menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model perilaku, mengidentifikasikan diri dalam nilai-nilai Islam, serta meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri yang pada umumnya disajikan sesuai dengan ajaran Islam.
Sesuai dengan teori Uses and Gratifications, masyarakat bebas memilih media sesuai dengan kebutuhannya. Masyarakat dapat dengan bebas memilih saluran media massa, terutama media yang menayangkan program Islami. Tentunya hal ini didukung oleh motif-motif yang berbeda setiap individunya. Seperti yang penulis sebutkan di atas, bahwa menurut Blumer terdapat tiga motif yang mendasari seseorang dalam mengonsumsi media massa.
Dari ketiga motif tersebut, pemenuhan kebutuhan akan media massa dalam mendapatkan informasi dan hiburan bernafas Islam, dapat ditemukan pada acara Mozaik Islam Trans TV. Karena faktanya, banyak hal yang tidak diketahui oleh masyarakat Muslim tentang agama Islam. Dengan hadirnya acara ini seolah-olah membawa aroma baru di dunia pertelevisian Indonesia.
Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Uses and Gratifications. Pendekatan ini berlandaskan keyakinan bahwa khalayak memiliki sekumpulan kebutuhan yang dicari pemuasannya melalui media massa. Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan komunikasi massa, meski pendekatan ini pun sesuai juga dengan teori-teori komunikasi tatap muka yang postulatnya menyatakan bahwa kita menggunakan relasi sosial untuk memuaskan kebutuhan dan dorongan pribadi. Model komunikasi ini mengasumsikan khalayak setidaknya sama aktifnya dengan pengirim. Model ini pun secara tak langsung menyatakan bahwa pesan adalah apa yang dibutuhkan oleh khalayak, bukan yang dimaksudkan oleh pengirim. (Fiske, 1990 : 208).
Dilihat dari sisi hiburan, masyarakat Surabaya membutuhkan tayangan yang menghibur sekaligus dapat memerikan arahan yang benar. Karena hiruk pikuk dan gegap gempita dunia hiburan Surabaya sudah mulai bersemi di hampir seluruh kawasan. Hal ini menambah semakin sempitnya ruang masyarakat Surabaya untuk pemenuhan kebutuhan akan hiburan terutama yang berhubungan dengan media massa. Melalui acara Mozaik Islam, masyarakat Surabaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan media massa yang menghibur namun masih tetap dalam koridor-koridor Islam.
Pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik, misalnya lingkungan yang sering terjadi tindak penyimpangan seperti prostitusi, perjudian, mabuk-mabukan dan sebagainya bisa disebabkan karena tayangan televisi. Penyimpangan perilaku seperti ini banyak ditemukan di Surabaya. Acara berita di televisi-televisi lokal hampir semua yang diberitakan adalah kasus-kasus seperti ini. Pembunuhan, perjudian, perkosaan, perampokan, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi seseorang untuk memperbaiki kualitas diri untuk menjadi pribadi yang bermoral dan beragama. Melalui acara Mozaik Islam, diharapkan dapat membantu masyarakat Surabaya untuk menyesuaikan diri, sudahkah perilakunya sesuai dengan koridor sebagai seorang muslim. Dengan demikian, kondisi masyarakat Surabaya yang seperti ini membutuhkan acara Mozaik Islam berkaitan dengan motif identitas personal yang nantinya akan bermanfaat bagi pengembangan perilkau yang lebih Islami.
tinggi, membuat masyarakatnya tidak mempunyai banyak waktu untuk mendalami ilmu agama. Mereka lebih disibukkan dengan urusan duniawi, seperti pemenuhan kebutuhan hidup (materi), kesenagan, sosial, politik, ekonomi dsb. Fakta berkata bahwa Surabaya menjadi gudang maksiat. Seperti tempat lokalisasi dan prostitusi di Dolly, banyaknya komunitas homoseks dan lesbian yang sering mengadakan pertemuan di mall seperti Surabaya Town Square (Sutos). Belum lagi Kenjeran yang harusnya menjadi tempat wisata, malah dijadikan tempat bagi kaum muda-mudi untuk melampiaskan nafsunya. Perilaku masyarakat Surabaya yang sudah mulai jauh dari nilai-nilai keislaman, membuat penulis tertarik untuk menjadikan Surabaya sebagai lokasi penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana motif masyarakat Surabaya dalam menonoton program acara Mozaik Islam di Trans TV?”
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya dalam menonton program acara Mozaik Islam di TransTV.
1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
b. Memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan ilmu komunikasi khususunya bagi peniliti, umumnya bagi mahasiswa ilmu komunikasi.
c. Memberikan masukan bagi para mahasiswa untuk dijadikan bahan referensi skripsi selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Memberi himbauan kepada pembaca agar lebih selektif dalam memilih program acara televisi.
b. Memberikan masukan kepada para mahasiswa ilmu komunikasi, jika kelak berkecimpung di dunia pertelevisian agar bisa menghadirkan program acara televisi yang berkualitas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Studi Pendahuluan
2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama
Berdasarkan Jurnal Ilmiah ActAWS Vo.3, No.1 yang dilakukan oleh Mucholiel Herwanto dan Fitri Andriani, berjudul “Motif Pendengar Aktif Pada Program Talk Show di Radio Antariksa Surabaya”. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah motif pendengar aktif pada program talk show di Radio Antariksa?”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pengelola radio mengenai motif khalayak ketika mengakses sebuah program. Dengan demikian manajemen pengelola radio dapat memperoleh informasi mengenai program mata acara yang dibutuhkan oleh pendengar. Hal ini penting dalam mengembangkan program siaran yang menarik dan bermanfaat bagi pendengar, bukan semata-mata berfokus pada program hiburan seperti yang saat ini banyak dipilih oleh stasiun radio.
Teori yang digunakan peneliti dalam jurnal ini adalah teori uses and gratifications. Menggunakan empat kategori motif penggunaan media menurut McQuail : (1) motif informasi; (2) motif identitas pribadi; (3) motif integrasi dan interaksi sosial; (4) motif hiburan.
Teknik sampling yang digunakan adalah available sampling. Di mana peneliti bebas memilih siapa saja dari anggota populasi yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua
Berdasarkan Jurnal E-Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya Vol.1 No.1 Tahun 2013, yang berjudul “Motif Masyarakat Surabaya dalam Menggunakan iPhone”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana motif para pengguna ponsel pintar iPhone yang berada di Surabaya, karena iPhone memiliki pangsa pasar yang jelas sehingga menjadikan iPhone tetap stabil dalam penggunaannya.
Motif yang diteliti adalah motif masyarakat Surabaya dalam menggunakan iPhone dengan menggunakan teori Uses and Gratifications. Indikator pengukur yang dipakai meliputi: akses permanen, hiburan, interaksi sosial,daya tarik, koneksi, instrumentalis dan mode/status.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya, sedangkan sampel penelitian adalah masyarakat Surabaya yang juga merupakan pengguna iPhone. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive sampling.
2.2 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Media merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi sosial dengan yang lainnya. Salah satu industri tersebut adalah media televisi. Televisi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari (daily activities) masyarakat Indonesia, yang hadir di tengah-tengah keluarga mulai dari masyarakat miskin perkotaan, masyarakat desa yang bersahaja, hingga kaum menengah ke atas di kota-kota besar. (Kuswandi, 2008:87)
Menurut McQuail (1987), media massa merupakan sarana untuk pengembangankebudayaan dalam bermasyarakat, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media massa sangat berperan dalam perkembangan masyarakat. Dengan adanya media massa, masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat menjadi manusia yang beradab. Hal itu karena media massa mempunyai jaringan yang luas dna bersifat massal sehingga masyarakat yang membaca dan menonton tidak hanya orang-perorang tapi sudah mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan, sehingga pengaruh media massa sangat terlihat di permukaan masyarakat. (Kuswandi, 2008:61)
berulang-ulang diduga dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. (Kuswandi, 2008:56)
Televisi saat ini sudah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan mayoritas masyarakat di Indonesia. Melalui media ini masyarakat dapat memperoleh informasi sekaligus hiburan secara gratis. Hanya dengan bermodalkan pesawat televisi, antena dan listrik, berbagai informasi dan hiburan sudah dapat diperoleh masyarakat secara cuma-cuma. Memang sekarang banyak sekali media-media yang dapat diakses oleh masayrakat di Indonesia. Mulai dari koran, radio, televisi, internet dapat menjadi media informasi yang dapat diakses oleh berbagai kalangan. Tetapi saat ini televisi masih menjadi media yang paling banyak digunakan oleh semua kalangan masyarakat dalam hal mencari informasi dan memperoleh hiburan.
2.3 Masyarakat Sebagai Khalayak Aktif
Istilah ‘khlayak’ mengandung konotasi kepasifan, penerimaan, yang tidak didukung oleh bukti kebiasaan-kebiasaan pemirsaan. Demikian juga, gagasan tentang ‘orang yang suka bermalas-malasan di rumah (couch potato)’, selain tidak sepenuhnya keliru, juga telah mencapai proporsi yang tidak dibenarkan sebagai cara untuk menginterpretasikan orang di depan televisi. (Severin, 2005:356)
Pemirsa televisi bersifat aktif dalam pelbagai hal. Ini bertentangan dengan klise yang dipegang teguh mengenai khalayak yang berhenti berpikir. Terdapat perilaku interaktif-berkomentar dan berdiskusi mengenai program yang ditayangkan-yang bertentangan dengan klise lainnya bahwa televisi mempunyai efek mematikan bagi kehidupan keluarga. (Severin, 2005:356)
Sri Desti Purwatiningsih dalam jurnalnya “Motif Menonton Berita Kriminal di Televisi dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Audiens” menyebutkan bahwa, pada saat mengonsumsi media, khalayak mempunyai motif-motif tertentu yaitu mencari segala sesuatu yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Oleh karena itu, khalayak aktif dan selektif dalam memilih dan menggunakan media. Aktivitas dan selektifitas khalayak, biasanya dipengaruhi oleh predisposisi psikologis sosialnya, dengan memilih informasi yang cenderung memperkokoh keyakinannya dan menolak informasi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kebutuhan dirinya.
2.4 Efek Tayangan Televisi
walau sesibuk apapun individu yang bersangkutan. Bahkan belakangan ini berbagai tayangan acara TV swasta, sering menjadi bahan referensi dalam bersikap dan berperilaku di kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. (Kuswandi, 2008:62)
Demi mengejar rating yang tinggi dan menghasilkan keuntungan, sebuah tayangna di televisi tidak lagi memikirkan pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran yang telah tercantum di dalam peraturan komisi penyiaran Indonesia. Televisi saat ini merupakan media penyampai pesan yang sangat diminati oleh khalayak banyak, seiring berjalannya waktu semakin banyak pula kebutuhan untuk memperoleh informasi dan hiburan. Teleivisi menjadi salah satu alat pendukung favorit masyarakat untuk memperoleh suatu informasi, maka tidak heran jika televisi telah menjadi kebutuhan primer saat ini. Hal ini menguatkan teori Uses and Gratifications yang diutarakan oleh Rokeach dan Melvin DeFleur dimana, “khalayak tergantung pada informasi yang disampaikan oleh media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak yang bersangkutan, serta mencapai tujuan tertentu dari proses media massa, akan tetapi khalayak tidak mempunyai ketergantungan yang sama terhadap seluruh media massa.” (Junaedi, dkk., 2009)
Para sarjana berbeda pendapat tentang potensi efek televisi terhadap masyarakat, tetapi semuanya sepakat bahwa ada tingkatan pengaruh. Pengamat media George Comstock, dalam buku Television in America, menulis, “Televisi telah menjadi faktor tak terelakkan dan tak terpisahkan dalam membentuk diri kita dan akan seperti diri kita nanti.” (Vivian, 2008:226)
Pendekatan uses and gratifications mempersolakan apa yang dilakukan orang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Umumnya, kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media kepada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menggerakkan perilaku kita. Inilah yang disebut efek komunikasi massa. (Rahmat, 2007 : 215)
2.5 Motif
Untuk memahami tindakan seseorang dalam melakukan suatu hal, perlu dilihat faktor apa yang mendorongnya untuk melakukan. Sebab-sebab apa saja yang melatarbelakanginya dalam bertindak, serta motif apa yang mempengaruhinya.
saja. Sebab, motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak. (Shaleh, 2004:131)
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif dan daya penggerak menjadi aktif. Motif yang telah menjadi aktif inilah yang disebut motivasi. Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Menurut M. Ustman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. (Shaleh, 2004:132)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Motif adalah instansi terakhir bagi terjadinya perilaku. Meskipun ada kebutuhan misalnya, tetapi kebutuhan ini tidak menciptakan motif, maka tidak akan terjadi perilaku. Hal ini disebabkan karena motif tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor diri individu, seperti faktor-faktor-faktor-faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kebudayaan. (Sarwono, 2009:140)
Blumer dalam Rakhmat (2005:66) menyebutkan motif meliputi: a. Motif kognitif
1. kebutuhan mencari mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.
4. Memperoleh rasa aman melalui penambahan pengetahuan b. Motif identitas personal
1. menggunakan isi media untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.
2. Menemukan nilai-nilai penunjang pribadi 3. Mengidentifikasi diri dalam nilai-nilai lain
4. Meningkatkan pemahaman tentang pribadi diri sendiri
5. Menemukan model-model perilaku dalam kehidupan bermasyarakat c. Motif diversi
1. kebutuhan akan pelepasan dari tekanan 2. kebutuhan akan hiburan
3. mengisi waktu 4. penyaluran emosi 5. bersantai
6. memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis
2.6 Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.
Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu:
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security). Seperti perlindugan dari bahaya dan ancaman, penyakit, perang, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
c. Kebutuhan Sosial, yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama.
d. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, status, pangkat.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri. (Shaleh, 2004 : 135)
Khalayak menggunakan televisi dalam rangka memenuhi kebutuhan batin untuk berhubungan dengan diri sosial dan dengan citra-diri. Kebutuhan-kebutuhan itu bisa dirangkum sebagai berikut :
a. Kebutuhan akan informasi – untuk memelihara dan memperkuat gambaran kita mengenai dunia geografis dan sosial kita (misalnya melalui program berita atau drama).
b. Kebutuhan akan identitas – untuk memanfaatkan televisi, khususnya peran-peran tokoh dan peran-peran-peran-peran yang dimainkan, guna mengecek pemahaman kita akan diri dan perilaku sosial kita (misalnya lewat tokoh-tokoh dari televisi fiksi).
d. Kebutuhan akan pengalihan perhatian – untuk menggunakan televisi sebagai hiburan, sebagi bentuk permainan. (Burton, 2000 : 357)
2.7 Pr ogram Acara Mozaik Islam di Trans TV
Mozaik Islam adalah suatu program religi yang mengupas Islam dari segala sisi. Tayang setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 07.30 – 08.00 WIB. Namun karena banyaknya permintaan dari pemirsa Mozaik Islam untuk penambahan jam tayang, acara ini bertambah frekuensi tayangnya menjadi empat kali seminggu. Yaitu hari Kamis dan Jumat pukul 09.00-09.30 WIB serta Sabtu dan Minggu pukul 07.30-08.00 WIB. acara yang berdurasi 30 menit ini menampilkam tiga topik bahasan setiap tayangnya. Tema-tema yang disajikan pun bermacam-macam. Mulai dari ilmu Fiqh, hukum syari’at, sains dan sebagainya. Bahasa yang begitu lugas dan jelas membuat pemirsa merasa mudah untuk memahami isi tayangan ini.
Dalam meningkatkan interaksi dengan pemirsa setia Mozaik Islam, dibuatlah akun resmi @MozaikIslam via twitter. Saat ini jumlah followers akun @MozaikIslam mencapai jumlah 46.365. Jumlah ini pun diprediksi akan terus meningkat diakrenakan acara ini masih tayang hingga tulisan ini dibuat. Selain itu, Mozaik islam termasuk dalam kategori acara yang baru saja tayang di layar kaca. Dari sekian banyaknya acara bernafas Islami yang disuguhkan televisi, Mozaik Islam dapat dikatakan sebagai program pioneer yang mejadi pelopor acara berkualitas dan mendidik masyarakatnya agar kembali kepada tuntunan syari’at.
pemirsa yang meminta agar acara ini ditambah jam tayangnya. Acara ini dapat dikatakan suatu bentuk anti-meanstream media. Di saat program acara televisi lain berbondong-bondong menyuguhkan acara minim kualitas, Mozaik Islam hadir memberikan pencerahan bagi pemirsa televisi. Tidak hanya memberikan hiburan namun juga informasi sentuhan Islam yang berbobot. Acara ini seolah-olah menjawab keraguan masyarakat atas lumpuhnya media terutama media televisi. Karena, televisi dianggap tidak mendidik dan banyak memberikan tayangan yang kurang membawa manfaat bagi pemirsanya.
Tentunya, Mozaik Islam mendapat respon yang bagus di kalangan masyarakat Muslim. Karena dengan hadirnya acara ini, diharapkan dapat menjadikan inovasi dalam berdakwah. Bahwa dakhwah tidak hanya bersifat tatap muka. Namun, juga dapat melalui media massa.
2.8 Teori Uses and Gratifications
Pendekatan uses and gratifications dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Elihu Kartz (1959) sebagai reaksi atas pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa bidang penelitian komunikasi sudah mati. Katz berpendapat bahwa bidang yang sedang sekarat adalah kajian komunikasi massa sebagai persuasi. Dia mengemukakan bahwa penelitian komunikais pada masa itu kebanyakan bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan “Apa yang dilakukan media terhadap orang banyak?” (Severin, 2005:354)
ragam dalam medium polisemik ini. Tetap duduk tidak sama dengan tidak aktif. Teori kegunaan dan gratifikasi (uses and gratification theory) kerap dipakai untuk memahami jenis aktivitas terinternalisasi ini. Khalayak menggunakan televisi, bukan yang lainnya.
Pendekatan ini berlandaskan keyakinan bahwa khalayak memiliki sekumpulan kebutuhan yang dicari pemuasannya melalui media massa. Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan komunikasi massa, meski pendekatan ini pun sesuai juga dengan teori-teori komunikasi tatap muka yang postulatnya menyatakan bahwa kita menggunakan relasi sosial untuk memuaskan kebutuhan dan dorongan pribadi. Model komunikasi ini mengasumsikan khalayak setidaknya sama aktifnya dengan pengirim. Model ini pun secara tak langsung menyatakan bahwa pesan adalah apa yang dibutuhkan oleh khalayak, bukan yang dimaksudkan oleh pengirim (Fiske, 1990 : 208)
Menurut Katz, Blumer, Gurevitch dalam Rahmat (2007:205), asumsi-asumsi dasar dari teori uses and gratifications adalah sebagai berikut:
1. Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. (hlm. 205)
Menurut teori behaviorisme “law of effects” perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi; artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita. Jadi jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. (Rakhmat, 2007 : 207)
2.9 Kerangka Berpikir
Di era yang semakin berkembang saat ini, manusia mengikuti perkembangan teknologi dan informasi dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini disebabkan munculnya arus globalisasi media massa. Sehingga masyarakat secara tidak langsung dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Salah satu elemen yang terpenting dalam perkembangan teknologi dan informasi adalah komunikasi. Komunikasi pun terbagi luas, namun yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ranah komunikasi massa. Dalam kegiatan komunikasi diperlukan adanya media atau sarana guna tersampaikannya pesan kepada khlayak. Media yang berperan dalam komunikasi massa adalah media massa, yang terbagi atas bermacam-macam saluran. Bisa melalui koran, radio, majalah, televisi dan internet.
menimbulkan motif-motif tertentu. Antara lain, motif kognitif, motif identitas personal dan motif diversi (hiburan). Motif-motif tersebut berpengaruh terhadap keaktifan khalayak dalam menonton acara Mozaik Islam di Trans TV. Setelah diketahui motif yang timbul, maka peneliti akan melakukan analisis deskriptif tentang motif masyarakat dalam menonton acara Mozaik Islam di trans TV. Selanjutnya akan dibuat kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang dapat diamati atau dioperasionalkan. Definisi operasional juga dapat berarti sebagai pembatasan atau perincian kegiatan-kegiatan operasional yang dilakukan guna mengukur variabel serta indikatornya. Sehubungan dengan pernyatan tersebut, maka pada penelitian ini peneliti tidak membicarakan hubungan antar variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. Adapun definisi operasional yang akan dipaparkan dalam bab ini adalah :
1. Motif
Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan betindak guna mencapai tujuan tertentu. Motif dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. (Shaleh, 2004:131).
Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini menggunakan kategori motif menurut Blumer dalam Rakhmat (2001:66), motif-motif tersebut antara lain :
a. Motif Kognitif
Kebutuhan akan informasi yang berkaitan dengan Islam untuk menambah pengetahuan baru yang dapat diperoleh dari tayangan Mozaik Islam, terdiri dari :
1. Ingin memperoleh wawasan atau pengetahuan baru tentang ilmu fiqh. 2. Ingin mendapatkan informasi tentang sejarah peradaban Islam
4. Ingin menambah pengetahuan tentang hukum dan syari’at Islam 5. Ingin menambah pengetahuan tentang Ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang sesuai dengan koridor Islam
6. Ingin mengetahui fenomena alam yang terjadi di seluruh penjuru dunia yang ada di dalam Al-Qur’an dan Hadits
7. Ingin menambah wawasan tentang ilmu akidah dan akhlak
8. Ingin menambah pengetahuan tentang dalil Al-Qur’an dan Hadits. 9. Ingin mengetahui fakta menarik dan unik yang berkaitan dengan
Al-Qur’an dan Hadits. b. Motif Diversi
1. Untuk menemani aktifitas di pagi hari. 2. Untuk mendapat hiburan bernafas Islam.
3. Ingin melihat video yang diputar sesuai dengan topik yang dibahas Mozaik Islam.
4. Untuk memperoleh kenikmatan jiwa dan ketenangan batin. 5. Dapat mengusir rasa bosan dan jenuh
c. Motif Identitas Pribadi
1. Menemukan penunjang untuk instropeksi diri sebagai seorang Muslim 2. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai Islam.
3. Meningkatkan ketakwaan dalam diri 4. Untuk mempertebal rasa keimanan.
5. Dapat menambah rasa kecintaan terhadap Islam.
2. Klasifikasi Topik Program Acara Mozaik Islam
a.
Fikih (Bahasa Arab: ﻓ ﻘ ﻪ ; transliterasi: Fiqih) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.(http://id.wikipedia.org/wiki/Fikih). Ilmu Fiqih adalah Ilmu yang memepelajari
cara-cara ibadah bagaimana cara shalat, wudlu, dsb, beserta rinciannya seperti apa yang menjadi syarat dan rukun dan apa yang membatalkannya.
(http://amahrizal.wordpress.com/2013/02/15/diantara-cabang-ilmu-agama-islam/)
Contoh : Perceraian dalam Islam (Mozaik Islam edisi Minggu, 13 Januari 2013 b. Sejarah peradaban Islam. Sejarah Islam adalah bagian dari ilmu pengetahuan
Agama Islam dan tidak boleh dipandang terpisah dari ilmu pengetahuan agama Islam. Oleh karena itu dalam menulis sejarah Islam harus mempunyai pengetahuan tentang cabang-cabang ilmu pengetahuan agama Islam seperti Al-Qur’an, As-Sunnah, Fiqih, Tauhid, Tarikh Tasyri.
(http://tatangjm.wordpress.com/sejarah-peradaban-islam/)
Contoh : peninggalan-peninggalan Nabi Muhammad SAW. (Mozaik Islam edisi Sabtu, 19 Januari 2013)
Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap umatnya. (http://kisah25nabi.blogspot.com/)
Contoh : Fakta Nabi Isa dalam Al-Qur’an dan Hadits (Mozaik Islam edisi Minggu, 23 Desember 2012)
d. Hukum dan syari’at Islam. Syariat Islam (Arab: ﺔ ﻌ ﺮ ﺷ ﺔ ﻣ ﻼ Syariat ﺳ إ
Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Syariat_Islam)
Contoh : Batasan aurat pria dan wanita dalam Islam (Mozaik Islam edisi Sabtu, 12 Januari 2013)
e. IPTEK dan agama. paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu.
Contoh : Fakta penemuan ilmuan muslim dalam dunia modern. (Mozaik Islam edisi Sabtu, 5 Januari 2013)
(mis. bakteri, penuaan, bencana alam). Contoh umum dari fenomena alam termasuk letusan gunung berapi, cuaca, dan pembusukan. Sebagian besar fenomena alam tak berbahaya seperti hujan. Fenomena alam seperti letusan gunung berapi, tsunami dan tornado dianggap berbahaya dan dapat menimbulkan
kematian.Fenomena adalah hal yang luar biasa dalam kehidupan di dunia dan
dapat terjadi dengan tidak terduga dan tampak mustahil dalam pandangan manusia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Fenomena_alam). Dalam hal ini, fenomena alam yang terjadi berkaitan dengan dalil Al-Qur’an dan Hadits.
Contoh : Bumi Ambles tanda akhir zaman (Mozaik Islam edisi sabtu 19 Januari 2013)
g. Ilmu Akidah dan akhlak. Ilmu Aqidah adalah Ilmu yang mempelajari tentang keyakinan, bagaimana seorang muslim beraqidah yang benar, Ada berapa rukun iman, ada berapa jumlah Rasul dan malaikat yang wajib diketahui dsb. Sedangkan Ilmu Akhlaq adalah Ilmu yang mempelajari tentang cara perilaku yang baik, membahas adab2 dan sopan santun serta budi pekerti yang baik, bagaimana adab makan, berjalan, duduk, bagaimana adab kepada Allah, Rasul, orang tua , saudara , tetangga dan teman2 yang lain.
(http://amahrizal.wordpress.com/2013/02/15/diantara-cabang-ilmu-agama-islam/)
Contoh : Menggunakan perhiasan dalam Islam (Mozaik Islam edisi Sabtu, 26 Januari 2013)
i. Fakta menarik dan unik yang dihubungkan dengan Al-Qur’an dan hadits. Kumpulan fakta dan informasi yang menarik dilihat dari kacamata Islam dan disesuaikan dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Contoh : Fakta Menarik Seputar Marah (Mozaik Islam edisi Sabtu, 22 Desember 2012)
3.1.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran motif ini diukur dengan pemberian skor dengan menggunakan model skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang sesuatu objek sikap. Objek sikap ini biasanya telah ditentukan secara spesifik dan sistematik oleh peneliti. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap objek merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi responden. (Kriyantono, 2007 : 134).
Pilihan jawaban masing-masing pernyataan digolongkan menjadi empat macam kategori, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Dalam penelitian ini, tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided). Alasannya menurut Kriyantono (2007:134) adalah :
a. Kategori ragu-ragu (undecided) memiliki makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu.
b. Disediakannya jawaban di tengah-tengah juga mengakibatkan responden akan cenderung memilih jawaban di tengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-ragu akan memilih jawaban yang mana.
d. Disediakan jawaban di tengah-tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang. Jawaban ragu-ragu ini mencakup juga cukup sering, cukup puas, agak, sedang dan lainnya.
Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban di atas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4 jika responden sangat menyetujui dan sependapat dengan penyataan yang diajukan.
Setuju (S) : diberi skor 3 jika responden setuju akan tetapi ada keraguan dengan pernyataan yang diajukan.
Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 jika responden tidak setuju dengan penyataan yang diajukan
Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1 jika responden sangat tidak sependapat dengan pernyataan yang diajukan.
Motif masyarakat Surabaya terhadap acara Mozaik Islam di Trans TV akan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan untuk lebar interval tingkat rendah, sedang dan tinggi menggunakan rumus:
R (range) = Skor tertinggi – Skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :
Range : batasan dari tiap tingkatan
Jenjang yang diingikan : 3 (tinggi, sedang, rendah) Interval dari motif sebagai berikut :
Interval = (19x4)-(19x1) = 76-19 = 57 = 19 3 3 3
a. Dikategorikan Rendah, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada di interval 19 s/d 37.
b. Dikategorikan Sedang, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada di interval 38 s/d 56.
c. Dikategorikan Tinggi, bila total skor keseluruhan jawaban responden berada di interval 57 s/d 76.
Berdasarkan rumusan tersebut maka diperoleh interval untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya menonton acara Mozaik Islam di Trans TV, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pada motif kognitif terdapat 9 (sembilan) pernyataan tentang responden yang menonton acara Mozaik Islam di Trans TV, maka pengkategorian untuk motif kognitif adalah sebagai berikut :
Motif Kognitif = (9x4)-(9x1) = 36-9 = 27 = 9 3 3 3
a. Dikategorikan rendah bila total skor jawaban responden untuk motif kognitif berada di interval 9-17. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk memperoleh informasi berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV rendah.
c. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif kognitif berada di interval 27-36. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk memperoleh informasi berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV tinggi.
2. Pada motif Diversi terdapat 5 (lima) pernyataan tentang responden yang menonton acara Mozaik Islam di Trans TV, maka pengkategorian untuk motif diversi adalah sebagai berikut :
Motif Diversi = (5x4)-(5x1) = 20-5 = 15 = 5 3 3 3
a. Dikategorikan rendah bila total skor jawaban responden untuk motif diversi berada di interval 5-9. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk memperoleh hiburan yang berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV rendah.
b. Dikategorikan sedang bila total skor jawaban responden untuk motif diversi berada di interval 10-14. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk memperoleh hiburan yang berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV cukup atau sedang.
c. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif diversi berada di interval 15-20. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk mendapatkan hiburan yang berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV tinggi.
Motif Diversi = (5x4)-(5x1) = 20-5 = 15 = 5 3 3 3
a. Dikategorikan rendah bila total skor jawaban responden untuk motif identitas personal berada di interval 5-9. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV rendah. b. Dikategorikan sedang bila total skor jawaban responden untuk motif
identitas personal berada di interval 10-14. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV cukup atau sedang.
c. Dikategorikan tinggi, bila total skor jawaban responden untuk motif identitas personal berada di interval 15-20. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif masyarakat Surabaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan berkaitan dengan acara Mozaik Islam di Trans TV tinggi 3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang penulis pakai adalah Sampling Purposif (Purposive Sampling). Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. (Kriyantono, 2007:154)
Persoalan utama dalam teknik purposif adalah menentukan kriteria, di mana kriteria harus mendukung tujuan penelitian (Kriyantono, 2007:155). Untuk mendukung penelitian, sampel yang dipilih peneliti adalah :
a. Masyarakat Surabaya berjenis kelamin laki-laki atau perempuan b. Berusia 17 tahun ke atas
c. Pernah menonton acara Mozaik Islam minimal 4 kali dalam satu bulan d. Beragama Islam.
Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane, dimana jumlah sampel diperoleh berdasarkan ukuran n yang dicari terlebih dahulu. Sedangkan nilai sampel dan presisi ditetapkan antara ± 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Rumus yang sederhana untuk ini ialah sebagai berikut:
(Kriyantono, 2007 : 160)
N n =
Nd² + 1
Keterangan :
Maka dengan perhitungan responden sebagai berikut : N
n =
Nd² + 1
2.092.949 n =
2.092.949 (0,1)² + 1 2.092.949 n =
2.930,49 = 99,99 ≈ 100
Jadi jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada tempat penelitian yang berupa hasil jawaban responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder dilakukan melalui internet serta televisi (media elektronik). Data sekunder diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Bahan-bahan pustaka tersebut diperoleh dari buku-buku, literatur, atau informasi tertulis lainnya.
3.4 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan dalan tabel frekuensi. Berdasarkan table frekuensi tersebut, data kemudian dianalisi secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap :
a. Editing atau seleksi angket : yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dieprgunakan sehingga data yang diperoleh valid.
b. Coding : yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban c. Tabulating : yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada agar
dapat dihubungkan dengan pengukuran terhadap variabel-variabel yang ada. (Rakhmat, 2002 : 134)
Adapun rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : F
P = x 100% N
Keterangan :
P = Prosentase responden F = Frekuensi responden N = Jumlah Populasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar an Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Gambar an Umum Trans TV
Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi
swasta Indonesia mulai secara terrestrial area di Jakarta, yang dimiliki oleh
konglomerat Chairul Tanjung. Dengan motto "Milik Kita Bersama", konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corporation. Kantor Pusat stasiun ini berada di Studio TransTV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan. Direktur Utama Trans TV saat ini adalah Atiek Nur Wahyuni yang juga merupakan Direktur Utama Trans 7.
Trans TV memperoleh izin siaran pada tanggal 1 Agustus 1998. Trans TV mulai resmi disiarkan pada 10 November 2001 namun masih terhitung siaran percobaan, Trans TV sudah membangun Stasiun Relai TV-nya di Jakarta dan
Bandung. Siaran percobaan dimulai dari seorang presenter yang menyapa pemirsa
pukul 19.00 WIB. Trans TV kemudian pertama mengudara dan diresmikan Presiden
Megawati Soekarnoputri sejak tanggal 15 Desember 2001 sekitar pukul 19.00 WIB,
Trans TV memulai siaran secara resmi. (Sumber : wikipedia)
Trans TV berkedudukan di Jakarta, tepatnya di Jl. Kapten Tendean Kav. 12 – 14 A. Motto Trans TV adalah “Milik Kita Bersama”, yang agar senantiasa dekat dengan masyarakat melalui tayangan-tayangan programnya yang menarik.
dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Sedangkan misinya adalah sebagai wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
4.1.2 Gambar an Umum Mozaik Islam
Mozaik Islam adalah sebuah program documenter yang mengangkat seputar fenomena kehidupan masyarakat dengan menelaah dari sisi Hukum Islam. Mulai dari fenomena yang sering terjadi dikehidupan sehari-hari seperti halal dan haram sampai hal-hal terkini. (Sumber : www.transtv.co.id)
Program acara Mozaik Islam ditayangkan pertama kali pada 27 Oktober 2012. Program ini adalah program pengetahuan berbalut Islami yang ditayangkan melalui media televisi Trans TV. Awalnya acara ini ditayangkan pada hari sabtu dan minggu pukul 07.30 WIB. Namun seiring bertambahnya peminat acara ini, maka ditambahlah jam tayang pada hari jumat. Selang beberapa waktu, penikmat Mozaik Islam membludak dan meminta untuk ditambahkan jam tayangnya. Akhirnya bertambahnya jam tayang acara ini. Dan kini program Mozaik Islam tayang lima kali dalam seminggu. Yaitu hari rabu, kamis dan jum’at yang tayang pukul 09.00 WIB dan hari sabtu sampai minggu tayang pukul 07.30 WIB.
mencapai 43.365. Ini berarti jumlah peningkatan followers twitter Mozaik Islam bertambah hampir dua kali lipat.
Mozaik Islam Trans TV adalah sebuah program acara religi yang edukatif dan informatif. Mozaik Islam akan menguak beragam informasi penting dan menarik dari seluruh dunia yang berkaitan dengan agama Islam.
(http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/mozaik-islam-trans-tv)
Program acara Mozaik Islam terbagi atas tiga segmen yang setiap segmennya membahas tentang kajian-kajian Islam. Mulai dari ilmu fiqih, hukum dan syari’at Islam, kisah para Nabi dan Rasul, sejarah peradaban Islam, sampai info-info menarik yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.
Keunikan tayangan ini daripada tayangan religi lainnya adalah terletak pada sisi informasi yang disampaikan. Bahwa segala yang disampaikan tidak keluar dari jalur pedoman umat Islam. Menguak segala peristiwa dan menyajikannya dengan bahasa yang lugas dan jelas. Menggali segala hal yang selama ini terjadi di sekitar masyarakat yang terkadang masih dianggap tabu untuk diperbincangkan. Dengan adanya tayangan Mozaik Islam, setidaknya bisa menjadi pintu gerbang untuk menambah pengetahuan dilihat dari kacamata Islam.
4.2 Penyajian Data dan Analisa 4.2.1 Identitas Responden
1. Identitas Responden Berdasar kan Usia Tabel 1
Repsonden Berdasar kan Usia
Sumber : Kuesioner Responden
Responden dalam penelitian ini memiliki usia yang berbeda, secara rinci dapat dilihat pada tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah berusia 17 hingga 24 tahun sebanyak 72 orang atau 72 %, urutan kedua adalah responden yang berusia 25 hingga 32 tahun sebanyak 13 orang atau 13%, sedangkan responden yang berusia 33 hingga 39 tahun sebanyak 9 orang atau 9%, dan sisanya responden berusia 40-46 tahun berjumlah 6 orang atau 6%.
Banyak responden yang masih tergolong usia remaja tersebut menunjukkan bahwa program acara ini diminati oleh kalangan remaja Surabaya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kalangan dewasa dan orangtua mempunyai minat untuk menonton acara ini. Usia remaja merupakan saat di mana seseorang mempunyai intensitas yang cukup tinggi untuk menonton televisi. Berbeda dengan kalangan dewasa bahkan orang tua yang tidak banyak mempunyai waktu untuk menonton televisi dikarenakan kesibukan masing-masing. Seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Di lain sisi, acara Mozaik Islam dikenal di dunia twitter yang notabene user aktifnya kebanyakan dari kalangan remaja. Maka tidak mengherankan jika acara ini banyak diminati oleh kaum remaja.
2. Identitas Responden Berdasar kan J enis Kelamin
Tabel 2
Responden Berdasar kan J enis Kelamin
No J enis Kelamin F %
1 Laki-laki 30 30
2 Perempuan 70 70
Jumlah 100 100
Sumber : Kuesioner Responden
Penonton dari acara Mozaik Islam terdiri dari dua jenis kelamin yang berbeda. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian responden yang mendengarkan program acara Mozaik Islam yang paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 70 orang atau 70%, dan sisanya berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 30 orang atau 30%.