• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PADA LQ-45 YANG TERDAFTAR DI PT. BEI (BURSA EFEK INDONESIA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PADA LQ-45 YANG TERDAFTAR DI PT. BEI (BURSA EFEK INDONESIA)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

DIMAS FATCHURROHMAN RIJALI WICAKSONO 0713010166/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Disusun Oleh :

DIMAS FATCHURROHMAN RIJALI WICAKSONO 0713010166 / FE / EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh

Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal : 09 Desember 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto. MM. AK Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto. MM. AK

Sekretaris

Dra. Ec. Sari Andayani, MAks

Anggota

Rina Mustika, SE. MM

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul : “PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN LABA

AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PADA LQ 45 YANG TERDAFTAR DI PT. BEI (BURSA EFEK INDONESIA) “.

Penyususun skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak

terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran – saran dari

berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof. Dr H. R. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi

Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa

(4)

6. Ibu Anik Yuliati selaku dosen wali yang telah memberi nasihat selama

ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur, khususnya program

studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat selama ini.

8. Bapak dan ibu, kakak-kakak, keponakan saya dan seluruh keluarga

besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril

maupun materiil selama ini.

9. Yustiadi dan Citra Shinta Anggraini selaku teman dan orang terdekat

saya yang telah memberikan dukungan selama ini

10. Seluruh pihak atau pribadi yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik

dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan, semoga skripsi

ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Desember 2011

(5)

Dimas Fatchurrohman Rijali Wicaksono 0713010166

Abstraksi

Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi perekonomian negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi investor untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, akan dikaji pengaruh dari arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi pada LQ 45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan pada indeks LQ 45 yang terdaftar di BEI per 31 Desember yang telah

diaudit selama tahun 2006-2010 dan data harga saham penutupan (closing price)

tiap-tiap perusahaan per 31 Desember. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada LQ 45 yang terdaftar pada BEI.

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Laporan Keuangan ... 11

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 11

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 14

(7)

2.2.3.3. Klasifikasi Arus Kas... 22

2.2.3.3.1. Arus Kas Aktivitas Operasi ... 24

2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi ... 25

2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan ... 26

2.2.4. Harga Saham ... 27

2.2.5. Kerangka Pikir ... 29

2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham ... 29

2.2.5.2. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham ... 30

2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham ... 32

2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham 33 2.3.Hipotesis ... 36

BAB III : METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 39

3.2.1. Populasi ... 39

(8)

3.4. Uji Kualitas Data ... 44

3.4.1. Uji Normalitas ... 44

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 45

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

3.5.1. Teknik Analisis ... 48

3.5.2. Pengujian Hipotesis... 49

3.5.2.1. Uji F... 49

3.5.2.2. Uji t ... 50

BAB IV : METODE PENELITIAN ... 51

4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 51

4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 51

4.1.2. PT. Bumi Resources (BUMI) ... 53

4.1.3. PT. United Tractors Tbk (UNTR) ... 54

4.1.4. PT. Indosat Tbk (ISAT)... 55

4.1.5. PT. Astra International Tbk (ASII)... 56

4.1.6. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) ... 57

4.1.7. PT. Unilever Indonesia, Tbk (UNVR)... 58

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 59

(9)

4.2.5. Variabel Harga Saham (Y) ... 65

4.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 66

4.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 66

4.3.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69

4.3.2.1. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

4.3.2.2. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 69

4.3.2.3. Hasil Uji Autokorelasi... 70

4.3.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

4.3.4. Uji F dan Nilai Koefisien Determinasi ... 73

4.3.5. Uji t ... 74

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian... 76

4.4.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu... 79

4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1. Kesimpulan ... 82

(10)

4.1. Data Arus Kas Operasi tahun 2006-2010... 59

4.2. Data Arus Kas Investasi tahun 2006-2010 ... 61

4.3. Data Arus Kas Pendanaan tahun 2006-2010... 62

4.4. Data Laba Akuntansi tahun 2006-2010 ... 64

4.5. Data Harga Saham tahun 2006-2010 ... 65

4.6. Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier ... 66

4.7. Hasil Uji Outlier ... 63

4.8. Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier ... 68

4.9. Hasil Uji Multikolinieritas ... 69

4.10. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 70

4.11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

4.12. Hasil Uji F ... 73

4.13. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 74

4.14. Hasil Uji t ... 74

(11)
(12)

Lampiran 2. : Output Normalitas dan Uji Outlier

Lampiran 3. : Nilai Zscore

Lampiran 4. : Input Regresi Linier Berganda

Lampiran 5. : Output Regresi Linier Berganda

Lampiran 5.A : Regression

Lampiran 5.B : Nonparametric Correlation

(13)

Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat

merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu

melakukan penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat

menjawab tantangan dan peluang tersebut, salah satu kebijakan tersebut yaitu

berkaitan dengan masalah pendanaan. Pendanaan digunakan oleh perusahaan

untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non

operasional, pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal dari dalam

perusahaan (modal sendiri) maupun luar perusahaan (modal asing) (Tarigan dan

Siregar: 2009).

Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber

pendanaan adalah pasar modal, bagi investor pasar modal merupakan sarana

untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya, tujuan investasi tersebut adalah

untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang akan

berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau

setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang

ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang.

Indikator penting dalam mempelajari tingkah laku pasar bagi investor

(14)

indikator keberhasilan pengelola perusahaan dimana kekuatan pasar ditunjukkan

dengan transaksi perdagangan pada hasil pengamatan para investor terhadap

prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan yang

prestasinya semakin baik dalam menghasilkan keuntungan akan meningkatkan

permintaan saham sehingga harganya akan mengalami peningkatan. Perusahaan

yang prestasinya semakin buruk maka akan menurunkan harga saham yang

bersangkutan, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga pasar saham merupakan

ukuran indeks prestasi perusahaan, yang seberapa jauh manajemen telah berhasil

mengelola perusahaan.

Mengelola perusahaan yang baik dapat dibuktikan dengan bukti empiris

mengenai pengaruh arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus

kas aktivitas pendanaan dan Laba Akuntansi seperti yang telah tercantum dalam

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2 tentang laporan aliran

kas dan laba akuntansi dengan harga saham. Bentuk tindakan lain dalam

pengungkapan laporan keuangan adalah dengan melaporkan aliran kas. Ikatan

Akuntansi Indonesia (IAI 1994) mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No.2 tentang perusahaan yang harus memasukkan laporan

aliran kas sebagai bagian tidak terpisahkan dari pelaporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang yang

paling murah dan mudah didapat dibandingkan informasi lainnya. Informasi

laporan keuangan sudah cukup menggambarkan perkembangan perusahaan dan

(15)

Tujuan laporan keuangan di Indonesia dalam Pernyataan Standart

Akuntansi Indonesia (PSAK) paragraf 12 (IAI,2009) yaitu menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar penggunaan

dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu kualitas informasi keuangan

adalah predict value, yaitu kemampuan informasi keuangan untuk meningkatkan

keyakinan atas prediksi masa depan (SFAC No.2) jadi kemampuan prediktif

sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi yang ada dan untuk memenuhi

syarat informasi yang relevan informasi haruslah memiliki predict value.

Beberapa laporan keuangan yang penting bagi calon investor dapat

mengetahui bagaimana kondisi perusahaan, laporan keuangan yang penting bagi

calon investor diantaranya adalah laporan keuangan laba rugi dan laporan arus

kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Laporan

laba rugi calon investor memperoleh gambaran mengenai kemampuan

perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh

investor sejak jumlah dana yang sudah digunakannya (Swardjono, 2005:459).

Laporan arus kas operasi memberikan informasi pada calon invetor mengenai

apakah dari kegiatan bisnisnya perusahaan dapat mengucurkan arus kas yang

ukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,

membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber

(16)

Pelaporan keuangan arus kas merupakan salah satu sumber informasi

keuangan yang lebih lengkap dan berguna bagi pemakai untuk melakukan

analisis secara mendalam sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan

menghasilkan kas dan setara kas, memprediksi kegagalan, pemberian pinjaman,

penaksiran resiko, manfaat investasi dan informasi tambahan relevan lainnya

(Soesetio: 2005)

Laporan arus kas juga menyediakan informasi mengenai penerimaan dan

pembayaran selama periode tertentu, untuk mengetahui informasi tersebut,

laporan arus kas melaporkan: (1) kas yang mempengaruh operasi selama satu

periode, (2) transaksi investasi perusahaan, (3) transaksi pembiayaan dan (4)

kenaikan atau penurunan bersih dalam kas selama satu periode, dalam

penyajianya, laporan arus kas terbagi menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas

operasi, arus kas dari aktivitas investasi arus kas dari aktivitas pendanaan. Sala

satu dari aktivitas pendanaan berguna untuk penerimaan kas dari emisi saham

atau instrument modal lainnya (Weygant, 1995 :237).

(17)

(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2 mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap return sekuritas. Baridwan (1997), yang menguji hubungan informasi dalam laporan rugi laba dengan jumlah aliran kas yang diukur dengan pendekatan tidak langsung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara laba dengan aliran kas dan pengungkapan informasi aliran kas memberikan nilai tambah bagi pemakai laporan keuangan.

Peneliti dalam penelitian ingin memilih perusahaan LQ45 yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian, pemilihan perusahaan LQ45

dikarenakan perusahaan ini mempunyai kinerja keuangan dan prospek

perusahaan yang bagus serta saham-saham yang menjadi anggota indeks LQ45

adalah saham pilihan, selain memiliki kapitalisasi pasar besar yang masuk 45

saham tertinggi saham-saham tersebut merupakan saham yang paling liquid dan

merupakan sorotan bagi para investor (www.kontanonline.com) 10/02/2011.

Berikut ini adalah grafik data untuk nilai harga saham salah satu

perusahaan yang terdaftar dari indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode

(18)

Gambar 1.1.

Grafik BUMI selama periode 2007 - 2011

Bedasarkan data grafik perusahaan PT.BUMI RESOURCES Tbk di atas

dapat kita simpulkan bahwa saham mengalami fluktuasi yang cukup signifikan

dan akhirnya pada tahun 2011 saham cenderung meningkat

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan suatu

penelitian yang berjudul ” Pengaruh Komponen Arus Kas dan Laba

Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada LQ45 Yang Terdaftar di PT. BEI (Bursa Efek Indonesia) ”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis

(19)

”Apakah komponen laporan arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas

pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh secara positif terhadap harga saham

pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah

diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

” Untuk menguji dan membuktikan pengaruh kandungan informasi arus kas

operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh

secara positif terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4. Manfaat Penelitian

Peneliti ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan sumbangan

kepada perusahaan yang bersangkutan, dunia keilmuan dan pengetahuan maupun

informasi bagi individu sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan perusahaan untuk lebih memperhatikan komponen arus kas

dan laba akuntansi dalam menduga harga saham terhadap perusahaan

(20)

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam

melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh

komponen arus kas dan laba akuntansi dalam menduga harga saham pada

perusahaan yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi Peneliti

Peneliti lebih memahami dan dapat memberikan manfaat tambahan

khususnya mengenai analisis pengaruh kandungan informasi arus kas dan

laba akuntansi dalam menduga harga saham pada perusahaan yang

terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia serta mengaplikasikan

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terdahulu yang

sejenis, landasan teori tentang arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas

investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi terhadap harga

saham pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Untuk mendukung penelitian ini, telah dipelajari penelitian terdahulu yang

sejenis dan masih ada kaitan dengan penelitian ini. Berikut ini akan dijelaskan

secara singkat mengenai hasil penelitian terdahulu tersebut antara lain :

Penelitian lainya dilakukan oleh Soesetio (2005) dengan judul Analisis

Tambahan Kandungan Informasi Laporan Arus Kas. Penelitian ini mengambil

sampel perusahaan yang tergabung dalam LQ45 yang tidak mengalami

pergeseran selama tahun 1997-2000. Model analisis menggunakan regresi linier,

uji t dan uji F. Penelitian ini berkesimpulan bahwa komponen total arus kas dari

aktivitas investasi, total arus kas dari aktivitas pendanaan serta perubahan total

arus kas secara signifikan memiliki kandungan informasi, dengan kata lain

informasi tersebut menjadi referensi investor untuk memutuskan membeli,

(22)

Suwito (2008) denga judul Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas dan

Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go

Publik Di BEI. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan otomotif yang

terdaftar di BEI periode 2000-2005. Model analisis ini menggunakan analisis

regresi linier, Uji F dan Uji t. Penelitian ini berkesimpulan bahwa variabel yang

mempengaruhi harga saham pada perusahaan otomotif hanya arus kas investasi

dan laba akuntansi karena kedua variabel tersebut lebih mencerminkan besarnya

pengeluaran perusahaan untuk kepentingan investasi baik jangka pendek

maupun jangka panjang, serta nilai laba akuntansi yang merupakan laba

sebelum pajak lebih menunjukan baik tidaknya pertumbuhan perusahaan dimasa

yang akan datang khususnya perusahaan otomotif.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, terdapat persamaan dengan

penelitian yang dilakukan sekarang ini. persamaan penelitian terdahulu dengan

penelitian sekarang sama-sama menggunakan harga saham sebagai variabel

terikat, alat uji hipotesis yang digunakan (uji F) dan (uji t) serta menggunakan

sampel penelitian perusahaan yang masih aktif dalam perdagangan saham di

(23)

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut SFAC No.1 (FASB, 1978), laporan keuangan merupakan

central feature of financial reporting” yang berfungsi untuk “communicating

accounting information yo yhose outside an enterprise”. Item-item yang diakui

dalam laporan keuangan merupakan representasi dari sumber daya atau aset

suatu entitas, klaim terhadap sumber daya atau aset-aset tersebut (kewajiban dan

ekuitas pemilik), dan pengaruh transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain

serta kejadian yang mengakibatkan perubahan dalam sumber daya atau klaim

terhadap sumber daya tersebut (Lako, 2006:49).

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

paragraf 07 (IAI, 2004) adalah :

”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,

misalnya sebagai laporan arus kas atau lapoan arus dana), catatan dan laporan

lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang

berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen

(24)

Laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan

(IAI, 2004) terdiri dari beberapa unsur berikut ini :

1. Neraca

Neraca adalah daftar seluruh aktiva, kewajiban, ekuitas pemilik dari suatu

entitas pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada saat akhir bulan dan

akhir tahun

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran atas

beban dari suatu entitas dalam suatu jangka waktu tertentu, misalnya

dalam satu bulan atau satu tahun.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan ikhtisar dari perubahan ekutias

yangterjadi dalam ekuitas pemilik dari entitas dalam jangka waktu

tertentu, misalnya satu tahun atau satu bulan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas memperlihatkan arus kas masuk, yaitu penerimaan, dan

arus kas keluar dari sebuah entitas pada periode tertentu, sehingga laporan

arus kas harus menyajikan informasi tentang dampak kas dari aktivitas

operasi, investasi, pendanaan perusahaan selama masa periode akuntansi.

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap

(25)

berkaitan dengan informasi yang terdapat didalam catatan atas laporan

keuangan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept No.1, laporan

keuangan merupakan sosok kunci dalam suatu pelaporan keuangan.

Laporan keuangan ini merupakan sarana utama untuk

mengkomunikasikan informasi-informasi akuntansi kepada orang-orang

yang berada di luar perusahaan. Laporan keuangan bukanlah akhir atau

tujuan dari pelaporan keuangan itu sendiri namun laporan keuangan

dimaksudkan menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi

keputusan ekonomi dan bisnis.

Penggunaan informasi keuangan melalui laporan keuangan oleh pihak luar

(outsiders) yaitu untuk membuat keputusan investasi dalam menempatkan

sumber daya yang akan diinvestasikan, dan juga upaya untuk memutuskan

pemberian kredit oleh kreditur. Untuk kepentingan tersebut, laporan

keuangan dirancang guna mengetahui kemampuan atas solvency dan

provitability perusahaan (Parawiyati, dkk., 2000).

Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi memang

dirancang untuk menyediakan kebutuhan informasi bagi calon investor,

kreditur, dan pemakai eksternal lainnya untuk pengambilan keputusan

investasi, kredit, dan pengambilan keputusan lainnya (Hastuti dan

Bambang S, 1998).

(26)

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Financial Accounting Standards Beard (FASB) menyatakan bahwa tujuan

laporan keuangan perusahaan bisnis adalah menyediakan informasi keuangan

bagi para investor, kreditur, dan lainnya serta untuk menaksir jumlah, waktu,

dan ketidakpastian prospektif net cash inflows pada perusahaan-perusahaan lain

yang berhubungan (Syarif, 2002).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (IAI, 2004), tujuan

laporan keuangan yaitu untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka. Tujuan tersebut bisa tercapai jika suatu

laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi :

aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban termasuk keuntungan dan

kerugian, dan arus kas.

Tujuan laporan keuangan menurut Belkouli (2006:212) adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan

sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum, posisi keuangan, hasil

operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

(27)

a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya

ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk:

i. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.

ii. Menunjukkan pendanaan dan investasi.

iii. Mengevaluasi kemampuan perusahaan melalui komitmen.

iv. Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.

b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan

sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan

yang menghasilkan profit dengan tujuan untuk :

i. Menunjukkan tingkat kembalian deviden harapan bagi

investor.

ii. Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar

kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi

karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk

ekspansi.

iii. Menyediakan informasi bagi manajemen untuk

perencanaan dan pengendalian.

iv. Menunjukkan profitabilitas jangka panjang.

c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk

mengestimasi earnings potensial perusahaan.

d. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan

(28)

e. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan

pemakai.

3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu

pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.

b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih, juga

harus dapat dipahami pemakai.

c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh

ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran

yang sama

d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum

pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu.

e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan infromasi seawal

mungkin untuk menghondari keterlambatan pembuatan keputusan

ekonomi.

f. Dapat diperbandingkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak

mengakibatkan akuntansi yang berbeda.

g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan

(29)

2.2.2. Laba Akuntansi

Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara

realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung

dan biaya-biaya historis yang berhubungan (Belkaoui, 2000:388). Berdasarkan

definisi tersebut, Belkaoui (2000:388-389) menyatakan bahwa laba akuntansi

memiliki lima karakteristik, yaitu :

1. Didasarkan pada actual trasaction terutama yang berasal dari penjualan

barang dan jasa

2. Didasarkan pada period postulate dan mengacu pada kinerja perusahaan

selama satu periode tertentu

3. Didasarkan pada revenue principle yang perlu pemahaman khusus tentang

definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan (realization priciple)

4. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran beban-beban dari segi biaya

historisnya

5 Diperlukan juga konsep penandingan (matching principle) antara

pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan

tersebut.

Laba akuntansi merupakan salah satu indikator kinerja perusahaan yang

mendapat perhatian lebih dari pihal-pihak yang berkepentingan SFAC No. 1

menyatakan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk mengukur

(30)

aliran kas perusahaan (Hendriksen dan Van Breda dalam Febrianto dan

Widiastuty, 2005).

Dapat dikatakan bahwa laba akuntansi relevan untuk membantu dalam

pengambilan keputusan yang dibuat oleh investor. Namun, Bedford (dalam

Febrianto dan Widiastuty, 2005) menyatakan bahwa pembaca laporan keuangan

harus menyadari bahwa makna laba akuntansi hanya bisa dimengerti dengan

jalan memahami bagaimana angka laba tersebut bisa dihasilkan atau diukur.

2.2.3. Arus Kas

Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2), arus kas adalah arus masuk dan

arus keluar kas atau setara kas. Informasi mengenai arus kas dapat ditemukan

dalam laporan arus kas. SFAC No. 1 (FASB, 1978) menyatakan bahwa

information about cash flows or other funds flows may be useful in

understanding the operation of an enterprise, evaluating its financing activities,

assessing its liquidity or solvency, or interpreting earning information

provided”. Arus kas yang sehat begitu vital karena perusahaan dalam

menjalankan aktivitasnya membutuhkan kas, dengan demikian, informasi arus

kas memiliki peran yang sangat penting.

Laporan arus kas mulai diwajibkan pelaporannya pada tahun 1987 melalui

SFAS No.95 (Dahler dan Febrianto, 2006). Di Indonesia, kewajiban untuk

melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan

(31)

perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode

penyajian laporan keuangan.

Perkembangan mengenai aliran kas di Indonesia ditandai dengan

dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal 7 September

1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berlaku efektif mulai tanggal 1

Januari 1995. PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.3) tentang laporan aliran kas paragraf

10, yaitu perusahaan menyajikan aliran kas dari aktivitas oeprasi, investasi, dan

pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut.

Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang

memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan

investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam

suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal ke akhir kas (Simamora, 2000:488).

Melalui laporan arus kas, pengguna laporan keuangan perlu melakukan evaluasi

terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas serta

kepastian diperolehnya dalam rangka proses pengambilan keputusan ekonomi.

Informasi laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan yang

sangat bermanfaat terutama untuk membantu para investor dalam mengambil

keputusan. Secara teoritis, setelah IAI pada PSAK No. 2 mengenai laporan arus

kas diberlakukan, maka seluruh informasi keuangan di perusahaan semakin

mudah diketahui oleh investor, oleh sebab itu hal ini akan berdampak pada

(32)

2.2.3.1. Tujuan Laporan Arus Kas

Menurut Simamora (2000:488) tujuan utama laporan arus kas adalah

menyediakan informasi tentang penerimaan-penerimaan kas (cash receipts) dan

pembayaran-pembayaran (cash payments) dari suatu entitas selama suatu

periode tertentu. Selain tujuan utama, Simamora (2000:448) juga menyatakan

bahwa laporan arus kas bertujuan untuk memaparkan informasi tentang

kegiatan-kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan dari suatu entitas selama

periode tertentu.

Selain itu, PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.1) mengemukakan bahwa laporan

arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk

mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan

(likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta

waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahaan keadaan dan peluang.

2.2.3.2. Manfaat Laporan Arus Kas

Laporan arus kas bermanfaat bagi dua pihak. Pertama, pihak internal yaitu

bagi manajemen. Kedua, pihak eksternal yaitu investor. Informasi tentang arus

kas bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai

kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.

Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro (1999) menyatakan bahwa manfaat

(33)

kas yang mungkin didistribusikan dalam bentuk dividen di masa datang atau

bunga serta dalam bentuk distribusi likuidasi atau pembayaran kembali kepada

prinsipal. Kedua, membantu penilaian risiko variabilitas return masa datang,

oleh karena itu, data arus kas memberikan informasi dasar dalam penilaian

harga pasar sekuritas.

Informasi dalam laporan arus kas menurut Simamora (2000:489) akan

membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai aspek dari posisi

keuangan perusahaan yaitu kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di

masa depan, kemampuan entitas untuk membagikan dividen dan memenuhi

kewajibannya, sebab-sebab perbedaan antara pendapatan bersih dan akas bersih

yang dipakai oleh kegiatan-kegiatan operasi, serta transaksi-transaksi pendanaan

dan investasi kas selama periode tertentu.

Manfaat laporan arus kas ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah

satunya Bowen et al (1986). Penelitian Bowen et al (1986) menyatakan bahwa

data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti :

1. Memprediksi kesulitan keuangan.

2. Menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman.

3. Memprediksi peringkat (rating) kredit.

4. Menilai perusahaan.

5. Memberikan informasi tambahan pada pasar modal

Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator

(34)

arus kas relatif lebih mudah diintrepretasikan dan relatif lebih sulit untuk

dimanipulasi (Meythi, 2006)

2.2.3.3. Klasifikasi Arus Kas

The Statement of Financial Accounting Standards No. 95 (SFAS No. 95)

menginginkan informasi arus kas diklasifikasikan ke dalam tiga kegiatan, yaitu

arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan (Syarif, 2002).

Klasifikasi menurut aktivitas tersebut akan memberikan informasi yang

memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh

aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah

kas dan setara kas (Simamora, 2000:490). Informasi tersebut dapat digunakan

untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut (IAI,

2004:2.3), dengan demikian, komponen arus kas dapat memberikan informasi

yang berarti bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan.

Menurut Kieso et al. (2004:1206), klasifikasi tipe cash inflows dan cash

outflows berdasarkan tiga aktivitas yaitu aktivitas operasi, investasi, dan

pendanaan seperti diilustrasikan pada tabel 2.1. Aktivitas operasi berhubungan

dengan Income statement items, aktivitas investasi berhubungan dengan

generally long-term asset items, dan aktivitas pendanaan berhubungan dengan

(35)

Tabel 2.1.

Klasifikasi Tipe Cash Inflows dan Cash Outflows

Operating

Cash Inflows From sales of goods or services

From retruns on loans (intereset) and on equity securities

(dividends)

Cash Outflows To Suppliers for inventory

To employees for services

To Government for taxes

To others for expenses

Investing

Cash Inflows From sale of property, plant, and equipment

From sale of debt or equity securities of other entities

From collection of principal loans to other entities

Cash Outflows To purchase property, plant, and equipment

To purchase debt or equity securities of other entities

To make loans to other entities

Financing

Cash Inflows From sale of equity securities

From issuance of debt (bonds and notes)

Cash Outflows To stockholders as dividends

To redeem long-term debt or reacquire capital stock

Sumber : Kieso, Weygandt and Warfield. 2004. Intermediate Accounting. Eleventh

(36)

2.2.3.3.1 Arus Kas Aktivitas Operasi

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan

(principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas

investasi dan pendanaan (IAI, 2004:2.2). Umumnya arus kas aktivitas operasi

berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba

atau rugi bersih (Daniati dan Suhairi, 2006).

Menurut Parawiyatim Hastuti, dan Subiantoro (1999), arus kas dari

aktivitas operasi menjadi perhatian, karena dalam jangka panjang unutk

kelangsungan hidupnya suatu bisnis harus menghasilkan arus kas bersih yang

positif dari aktivitas operasi. Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan

indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas

cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,

membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada

sumber pendanaan dari luar (Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro, 1999)

Menurut PSAK No.2 (IAI, 2004:2.4), beberapa contoh arus kas yang

berasal dari aktivitas operasi adalah a) penerimaan kas dari penjualan barang

dan jasa; b) penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain; c)

pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d) pembayaran kas kepada

karyawan; e) penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi

sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya, f)

pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat

(37)

investasi; g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk

tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi adalah aktivitas ayng menyangkut perolehan dan

pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang

tidak termasuk dalam setara kas ( IAI, 2004:2.2). Arus kas ini mencakup

aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta

memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif (Daniati

dan Subairi, 2006).

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu

dilakukan, sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran

kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan

pendapatan dan arus kas di masa depan (IAI, 2004:2.4). Informasi dalam

aktivitas investasi membantu para pengambil keputusan untuk memahami apa

yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Secara umum, kenaikan investasi

memungkinkan timbulnya aliran kas masa depan yang lebih tinggi apabila

kinerja perusahaan baik. Namun, apabila kinerja perusahaan rendah, investasi

mengangkat menyebabkan kenaikan risiko investasi yang berakibat pada

penurunan aliran kas masa depan.

Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang

(38)

tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain; b) penerimaan kas

dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva

jangka panjang lain; c) perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan

lain; d) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta

pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan); e) pembayaran

kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts,

dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan

perdagangan atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas

pendanaan.

2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan

PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2) menyatakan bahwa aktivitas pendanaan

(financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta

komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas aktivitas pendanaan

berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para

pemasok modal perusahaan (Daniati dan Subairi, 2006). Dengan demikian,

pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu

dilakukan (IAI, 2004:2.5).

Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang

berasal dari aktivitas pendanaan adalah a) penerimaan kas dari emisi saham atau

instrumen modal lainnya; b) pembayaran kas kepada para pemegang saham

(39)

obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya; d) pelunasan

pinjaman; e) pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (leasing) untuk

mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha

pembiayaan.

2.2.4. Harga Saham

Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan

(pemilikan) modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas (Widoatmodjo, 2007:54). Saham (stock) merupakan salah

satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Keuntungan (return) atas

saham merupakan hal yang menyebabkan mengapa para investor

menginvestasikan dana pada saham di pasar modal, pada prinsipnya investor

membeli saham untuk mendapatkan dividen serta menjual saham tersebut pada

harga yang lebih tinggi (capital gain).

Aktivitas perdagangan saham, harga saham mengalami fluktuasi, baik

berupa kenaikan maupun penurunan. Naik-turunnya harga saham pada

umumnya ditentukan oleh hukum ekonomi klasik, yaitu hukum permintaan dan

penawaran (supply and demand theory) (Tambunan, 2007:10). Pembentukan

harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham

tersebut, dengan demikian, harga saham di pasar modal ditentukan pencerminan

dari ekspektasi pemodal terhadap kinerja saham di masa yang akan datang

(40)

Supply and demand atas saham terjadi karena adanya dua faktor

(www.idx.co.id). Pertama, faktor yang sifatnya spesifik atas saham tersebut

seperti kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak.

Kedua, faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai

tukar, dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan

faktor lainnya, dapat dikatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik makroekonomi maupun mikroekonomi (Samsul, 2006:210).

Di dalam melakukan penawaran dan permintaan atas saham ada faktor

fundamental perusahaan yang selalu diperhatikan oleh para investor dalam

melakukan pembelian ataupun penjualan atas saham. Faktor fundamental

tersebut adalah kinerja keuangan perusahaan (Taufik, 2001). Informasi tentang

kinerja keuangan dapat berperan dalam mempengaruhi harga saham. Secara

fundamental harga suatu jenis saham dipengaurhi oleh kinerja perusahaan

(Samsul, 2006:200).

Pergerakan harga saham pada waktu tertentu memberikan indikasi

terjadinya perubahan kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan

perusahaan baik, maka akan memberikan efek positif terhadap harga saham

(Taufik, 2001). Dengan demikian, harga saham dapat dikatakan sebagai

indikator perusahaan dan merupakan pencerminan informasi yang relevan

(Kharisma dan Maskie, 2003).

Pada dasarnya, harga saham adalah harga yang telah disepakati bersama

(41)

merupakan harga konsensus di antara para investor (Samsul, 2006:269).

Pergerakan harga timbul melalui mekanisme perdagangan bursa saham. Dalam

mengambil keputusan, investor membutuhkan informasi yang jelas, wajar dan

tepat waktu agar dapat mengambil keputusan beli atau jual yang tepat pada

harga yang tepat.

2.2.5. Kerangka Pikir

2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009), jumlah arus kas yang berasal dari

aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan

dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara

kegiatan operasional perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi

baru yang tidak mengandalkan dana dari pihak luar perusahaan.

Arus kas dari aktivitas operasi dapat menjadi perhatian penting karena

dalam jangka panjang untuk kelangsungan hidup perusahaan, suatu bisnis harus

menghasilkan arus kas bersih yang poitif dari aktivitas operasi. Jika suatu bisnis

harus menghasilkan arus kas bersih yang positif dari aktiitas operasi, maka tiak

akan meningkatkan kas dari sumber lain dalam jangka waktu yang tidak

terbatas (Parawiyati, dkk., 2000).

Arus kas operasi bernilai negatif, karena perusahaan masih mencari

pangsa pasar dan belum mampu menghasilkan arus kas masuk dari aktiitas

(42)

operasi bernilai negatif, perusahaan masih memiliki prospek dan kesempatan

tumbuh yang lebih besar dimasa yang akan datang untuk menghasilkan arus kas

positif sehingga harga saham tinggi, yang mengindikasikan bahwa arus kas

operasi berpengaruh negatif dengan harga saham. Sedangkan arus kas operasi

yang positif karena pangsa pasar perusahaan relatif sangat tinggi dan

mencerminkan realitas ekonomi perusahaan yang baik sehingga harga saham

tinggi, mengindikasikan arus kas operasi berpengaruh poitifdengan harga saham

(Susanto dan Ekawati, 2006).

Penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari

aktivitas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham.

Berbeda dengan Ferry dan Wati (2004) yang menemukan bahwa aliran kas dari

aktiviats operasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Penelitian Meythi

(2006) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh arus kas aktivitas operasi

terhadap harga saham dengan persistensi laba dengan variabel Intervening.

2.2.5.2 Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009) arus kas dari aktivitas investasi

mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber

daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

Secara umum, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya aliran kas masa

(43)

perusahaan rendah, investasi meningkat menyebabkan kenaikan resiko investasi

yang berakibat penurunan aliran kas masa depan.

Arus kas investasi perusahaan bernilai negatif karena perusahaan

melakukan pengeluaran investasi yang sangat besar terutama dalam

mengembangkan pangsa pasarnya maupun dalam penguasaan teknologi. Nilai

arus kas negatif mencerminkan perusahaan masih memiliki peluang bertumbu

dan prosek di masa yang akan datang, sehingga diharapkan harga sahamnya

tinggi, sehingga dapat dikatakan arus kas investasi berpengaruh negatif terhadap

harga saham. Sedangkan arus kas investasi bernilai positif karena perusahaan

lebih banyak menjual aktiva yang tidak produktif, daripada membeli aktiva.

Tindakan manajer menjual aktiva yang tidak produktif ini dipandang oleh

investor sebagai tindakan menyelamatkan kelangsungan hidup perusahaan

sehingga diharapkan harga saham cukup tinggi, sehingga dikatakan bahwa arus

kas investasi berpengaruh positif terhadap harga saham (Susanto dan Ekawati,

2006). Sedangkan berdasarkan Miller dan Rock (1985) ada tambahan

kemampuan prediksi hubungan arus kas ivestasi dengan harga saham. Seara

gerneral, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan

yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Namun apabila kinerja

perusahaan rendah kenaikan investasi menyebabkan kenaikan resiko inevstasi

yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Hal ini memberikan

konsekuensi adanya hubungan positif atau negatif antara arus kas investasi

(44)

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh arus kas

dari aktivitas investasi ini memberikan hasil yang berbeda- beda. Hasil

penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari

aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan hubungan yang signifikan

dengan harga saham. Penelitian lain oleh Ferry dan Wati (2004) memberikan

hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus kas dari aktivitas inestasi tidak

berhubungan dengan harga saham.

2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI,2009) arus kas dari aktivitas pendanaan

berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para

pemasok modal perusahaan. Keputusan pendanaan tidak dapat mereflreksikan

kinerja perusahaan yang dianggap sebagai tolok ukur nilai perusahaan. Oleh

karena itu, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh keputusan untuk mendanai

kebutuhan kasnya melalui penerbitan obligasi/ surat hutang, penerbitan saham

biasa maupun prefern.

Hubungan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham

umumnya dijelaskan pada peneltian Triyono dan Hartono (2000) dengan

menggunakan signaling theory. Dalam signaling theory terdapat hubungan

antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham. Penerbitan hutang

merupakan sinyal kurang baik untuk menaksir arus kas karena pemilik dapat

(45)

teori ini dapat dijelaskan bahwa pasar akan bereaksi positif terhadap terhadap

pengumuman penerbitan hutang. Miller dan Rock (1985) menjelaskan bahwa

pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena

akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa

yang akan datang, selain itu juga diidentifikasi adanya sinyal lain yang

berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan yaitu perubahan dividen yang

sangat erat hubungannya dengan harga saham.

Penelitian mengenai pengaruh arus kas pendaan oleh Triyono dan Hartono

(2000) memberikan kesimpulan bahwa arus kas aktivitas pendanaan

mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Penelitian Ferry

dan Wati (2004) memberikan hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus

kas dari aktivitas pendanaan tidak berhubungan dengan harga saham.

2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham

Hasil riset empiris yang menguji reaksi pasar terhadap pengumuman laba

telah mendokumentasikan bahwa pengumuman laba akuntansi membawa

informasi ke pasar saham dan memiliki kandungan informasi (Lako, 2006:24).

Hal ini tercermin dari perubahan harga saham pada tanggal publikasi

pengumuman laba. Laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila

pengumuman laba akan menyebabkan perubahan harga saham.

Menurut Watt dan Zimmerman (dalam Nasrizal dan Jogiyanto, 2001),

(46)

mempengaruhi harga saham, hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan

harga saham pada saat pengumuman earnings oleh perusahaan. Beaver et al.;

Foster et al.; Bernard dan Thomas; Easton et al.; dan Kothari dan Sloan (dalam

Tryono dan Jogiyanto, 2000) menunjukkan bahwa adanya hubungan

pengumuman laba dengan harga saham. Sloan (dalam Meythi, 2006) juga

menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor “fixate” (percaya) pada

earnings.

Brown dan Hancock (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) menemukan

bahwa publikasi laba akuntansi mempunyai pengaruh pada perubahan harga

saham. Kemudian, Brown et al. (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) juga

menemukan adanya hubungan positif antara pengumuman laba akuntansi

dengan harga saham.

Berdasarkan penelitian Finger (1994) menyimpulkan bahwa laba

memberikan isi informasi incremental dibandingkan aliran kas. Hal yang sama

dikemukakan oleh Parawiyati dan Baridwan (1998) yang menyimpulkan bahwa

prediktor laba mempunyai kandungan informasi yang lebih besar dibanding

aliran kas. Hal ini juga didukung oleh Ball dan Brown (1968) dan Dechow

(1994).

Hasil penelitian Triyono dan Jobgiyanto (2000) menunjukkan bahwa laba

akuntansi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut juga

diperkuat oleh hasil penelitian Ferry dan Ekawati (2004) yang menemukan

(47)

terhadap harga saham. Indra dan Syam (2004) juga membuktikan bahwa

informasi laba akuntansi berhubungan dengan harga saham. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa secara teoritis laba akuntansi dapat mempengaruhi

harga saham ketika kandungan informasi yang terdapat dalam laba akuntansi

dapat digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan beli, tahan, atau

jual suatu saham. Hal ini tercermin dalam perubahan harga saham pada saat

investor merespon informasi laba akuntansi.

Dari penjelasan kerangka pikir diatas, maka dapat digambarkan bagan

kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Arus Kas Aktivitas Operasi

Laba Akuntansi

Harga Saham Arus Kas Aktivitas Investasi

Arus Kas Aktivitas Pendanaan

(48)

2.3. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

” Diduga bahwa kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi,

arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh secara positif terhadap

harga saham pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(49)

37

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu variabel yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).

Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari empat variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y)

antara lain sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

perubahanya variabel terikat. Variabel bebas yang berupa arus kas terdiri

dari 3 (tiga) komponen, yaitu :

a. Arus kas dari aktivitas operasi (X1)

Adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas

lainnya yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas

pendanaan. Aktivitas-aktivitas operasi melibatkan transaksi-transaksi

pembelian atau produksi barang dan jasa serta penjualan dan distribusi

(50)

 

variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran

rupiah (Rp).

b. Arus kas dari aktivitas Investasi (X2)

Adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi

lainnya yang tidak termasuk setara kas. Skala pengukuran variabel

operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

c. Arus kas dari aktivitas pendanaan (X3)

Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi

modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas dari aktivitas-aktivitas pendanaan

lazimnya muncul dari penerbitan utang atau surat berharga ekuitas. Skala

pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan

pengukuran rupiah (Rp).

d. Laba Akuntansi (X4) :

Laba akuntansi adalah laba bersih atau rugi bersih selama periode

tertentu sebelum perusahaan berhenti beroperasi (discontinued

operations). Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio

dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

2. Variabel Terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat dari variabel bebas. Variabel terikat(Y) dalam penelitian ini adalah

(51)

 

Harga Saham (Y)

Harga Saham adalah harga saham yang terbentuk dari mekanisme

antara penjual dan pembeli atau harga yang berlaku dalam pasar bursa

saat terjadi transakasi saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang

digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) rata-rata

bulanan.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan dalam

satuan rupiah. Rumus yang digunakan:

(Rachmawati, 2009)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan

keuangan perusahaan indeks LQ45 yang telah terdaftar pada PT. Bursa Efek

Indonesia pada periode 2006-2010 sebanyak 45 perusahaan. Berikut ini

adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini

yaitu :

1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO).

(52)

 

4. PT Astra International Tbk (ASII).

5. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).

6. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

7. PT Bank Bukopin Tbk (BBKP)

8. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

9. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

10. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

11. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).

12. PT BPD Jawa Barat Tbk (BJBR)

13. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

14. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)

15. PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

16. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

17. PT Bakrie Telecom (BTEL).

18. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

19. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

20. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

21. PT Elnusa Tbk (ELSA).

22. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).

23. PT Energi Mega Persada Tbk (ENGR).

(53)

 

25. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).

26. PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO).

27. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

28. PT Indika Energy Tbk (INDY).

29. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

30. PT Indosat Tbk (ISAT).

31. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

32. PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

33. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

34. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).

35. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)

36. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

37. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

38. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).

39. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).

40. PT Semen Gresik Tbk (SMGR).

41. PT Timah Tbk (TINS).

42. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

43. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).

44. PT United Tractors Tbk (UNTR).

(54)

 

3.2.2. Sampel

Menurut Soemarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari

populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi

tersebut. Kriteria sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah

populasi.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang digunakan

non probabilitas untuk menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri

atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut (Soemarsono, 2004: 54).

Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini :

1. Perusahaan yang sahamnya selalu terdaftar indeks LQ45 di Bursa Efek

Indonesia dari tahun 2006-2010.

2. Perusahaan yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham di

Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2010.

3. Perusahaan yang masuk dalam daftar deviden payment company pada

tahun 2010.

4. Perusahaan yang telah menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan

per 31 Desember 2010 ke BEI. Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan dari 45

(55)

 

Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini:

1. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

2. PT United Tractors Tbk (UNTR)

3. PT Indosat Tbk (ISAT).

4. PT Astra International Tbk (ASII).

5. PT Gudang Garam Tbk (GGRM).

6. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Adapun perusahaan yang diambil untuk dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah laporan keuangan 6 perusahaan selama 5 tahun

berturut-turut yaitu tahun 2006-2010, sehingga terdapat 30 sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010, yaitu

berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun perusahaan yang

telah diaudit dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2006 sampai

2010. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca

(56)

 

3.3.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan

dikumpulkan melalui situs resmi BEI di (www.idx.co.id) serta laporan

keuangan perusahaan yang didapat dari situs IDX. Pengumpulan data adalah

prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang

diperlukan, metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah pengumpulan data dengan menggunakan komputer dengan

menggunakan sarana internet dari situs www. Idx.co.id dan

www.financing-yahoo.com

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk memastikan bahwa sebaran data

yang digunakan bersifat normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut

mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode

diantaranya adalah Metode Kolmogorov merupakan pedoman dalam

mengambil keputusan apakah sebuah distibusi data mengikuti distribusi

normal, berikut ini adalah pedomannya :

a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%

(57)

 

b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari

5% maka distibusi adalah normal (Soemarsono, 2004 : 43).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2009: 159) menyatakan bahwa teknik estimasi variabel

dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Square

(OLS) atau pangkat terkecil biasa. Regresi dengan model estimasi OLS akan

memberikan hasil yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) jika

memenuhi semua asumsi klasik. Hasil asumsi klasik tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Multikolinearitas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas

(independen). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat

besarnya nilai variance inflation factor (VIF).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai variance

inflation factor (VIF) < 10, dan mempunyai angka tolerance

mendekati 1 maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak

ditentukan adanya kolerasi antar variabel bebas atau bebas

(58)

 

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain, jika variance dari residual

suatu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah model yang bersifat

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2009: 125).

Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya heteroskedastisitas :

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedasitas.

b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi

Rank Spearman (Gujarati, 1995 : 188)

rs = 1 – 6

Keterangan :

d1 = Perbedaan dalam rank spearman antara residual dengan

variabel bebas

N = Banyaknya data

(59)

 

3. Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

suatu model linier ada korelasi antara korelasi pengganggu periode

t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji

apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji

Durbin-Watson (DW-Test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi

autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas

atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2009: 99).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu:

a. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan (4-du), maka

koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah (dl), maka koefisien

autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.

c. Bila nilai DW lebih besar dari batas atas (4-dl), maka koefisien

autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah

(4-du) atau terletak di antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya

(60)

 

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah diuraikan dimuka, maka model

regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :

Y =

α

+

β

1X1 +

β

2 X2 +

β

3 X3 +

β

4 X4 +

ε

(Hasan, 2002: 117)

Dimana:

Y = Harga Saham

X1 = Arus Kas Operasi

X2 = Arus Kas Investasi

X3 = Arus Kas Pendanaan

X4 = Laba Akuntansi

α

= Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi X1,X2,X3,X4

(61)

 

3.5.2 Uji Hipotesis

3.5.2.1 Uji F

Suatu persamaan regresi pada dasarnya dapat diuji dengan

menggunakan statistik uji F yang digunakan untuk menguji kecocokan

pengaruh X1, X2, X3, X4 terhadap Y. prosedur Uji F dengan kriteria sebagai

berikut:

a. H0 : β1=β2 = β3 = 0 (model tidak cocok)

H1 : β1=β2 = β3 ≠ 0 (model cocok)

b. Level signifikan (βo) = 0,05 atau 5%

c. Kriteria pengujian :

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak.

 Jika nilai probabilitas (P value ) / signifikan < 0,05 maka H0 di

(62)

 

3.5.2.2 Uji t

Uji t dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen, digunakan uji t dengan prosedur

sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : βi = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat).

H1 : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas

terhadap variabel terikat)

Dimana i = 1, 2, 3, 4

b. Level of signifikan (βo) = 0,05 atau 5%

c. Ketentuan pengujian:

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak.

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 1.1.
Tabel 2.1.
Gambar 2.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

TARI SEPEN DI SANGGAR KEMBANG KUNDOR DESA BATU PENYU KABUPATEN BELITUNG TIMUR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 88

Abstract: This study was aimed atdeterminingthe contribution of Papuan women merchants to the family’s income development and pursue the role of government and financial institu-

Intellectual capital pada perusahaan jenis industri jasa menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan ATO dan

Office address : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali Island, Indonesia,

39 tahun 1998, (Economic Development in Batam East ASEAN Growth Area), Jurnal Ekonomi, Faculty of Economics, University of Tarumanagara,..

Dalam penelitian ini, seleksi mikroba dilakukan menggunakan irradiasi gamma dengan dosis yang bervariasi, hal ini didasarkan bahwa perbedaan resistensi

[r]

1) An agent-based model of Kuhn’s Structure of Scientific Revolutions , where I show how possibly the interactions of individually rational scientists can result in an