SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
DIMAS FATCHURROHMAN RIJALI WICAKSONO 0713010166/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Disusun Oleh :
DIMAS FATCHURROHMAN RIJALI WICAKSONO 0713010166 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh
Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal : 09 Desember 2011
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto. MM. AK Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto. MM. AK
Sekretaris
Dra. Ec. Sari Andayani, MAks
Anggota
Rina Mustika, SE. MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul : “PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN LABA
AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PADA LQ 45 YANG TERDAFTAR DI PT. BEI (BURSA EFEK INDONESIA) “.
Penyususun skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak
terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran – saran dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr H. R. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa
6. Ibu Anik Yuliati selaku dosen wali yang telah memberi nasihat selama
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur, khususnya program
studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat selama ini.
8. Bapak dan ibu, kakak-kakak, keponakan saya dan seluruh keluarga
besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril
maupun materiil selama ini.
9. Yustiadi dan Citra Shinta Anggraini selaku teman dan orang terdekat
saya yang telah memberikan dukungan selama ini
10. Seluruh pihak atau pribadi yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik
dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan, semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Desember 2011
Dimas Fatchurrohman Rijali Wicaksono 0713010166
Abstraksi
Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi perekonomian negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi investor untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, akan dikaji pengaruh dari arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi pada LQ 45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan pada indeks LQ 45 yang terdaftar di BEI per 31 Desember yang telah
diaudit selama tahun 2006-2010 dan data harga saham penutupan (closing price)
tiap-tiap perusahaan per 31 Desember. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada LQ 45 yang terdaftar pada BEI.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Laporan Keuangan ... 11
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 11
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 14
2.2.3.3. Klasifikasi Arus Kas... 22
2.2.3.3.1. Arus Kas Aktivitas Operasi ... 24
2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi ... 25
2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan ... 26
2.2.4. Harga Saham ... 27
2.2.5. Kerangka Pikir ... 29
2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham ... 29
2.2.5.2. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham ... 30
2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham ... 32
2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham 33 2.3.Hipotesis ... 36
BAB III : METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 39
3.2.1. Populasi ... 39
3.4. Uji Kualitas Data ... 44
3.4.1. Uji Normalitas ... 44
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 45
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48
3.5.1. Teknik Analisis ... 48
3.5.2. Pengujian Hipotesis... 49
3.5.2.1. Uji F... 49
3.5.2.2. Uji t ... 50
BAB IV : METODE PENELITIAN ... 51
4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 51
4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 51
4.1.2. PT. Bumi Resources (BUMI) ... 53
4.1.3. PT. United Tractors Tbk (UNTR) ... 54
4.1.4. PT. Indosat Tbk (ISAT)... 55
4.1.5. PT. Astra International Tbk (ASII)... 56
4.1.6. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) ... 57
4.1.7. PT. Unilever Indonesia, Tbk (UNVR)... 58
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 59
4.2.5. Variabel Harga Saham (Y) ... 65
4.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 66
4.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 66
4.3.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69
4.3.2.1. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69
4.3.2.2. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 69
4.3.2.3. Hasil Uji Autokorelasi... 70
4.3.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
4.3.4. Uji F dan Nilai Koefisien Determinasi ... 73
4.3.5. Uji t ... 74
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian... 76
4.4.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu... 79
4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 80
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
5.1. Kesimpulan ... 82
4.1. Data Arus Kas Operasi tahun 2006-2010... 59
4.2. Data Arus Kas Investasi tahun 2006-2010 ... 61
4.3. Data Arus Kas Pendanaan tahun 2006-2010... 62
4.4. Data Laba Akuntansi tahun 2006-2010 ... 64
4.5. Data Harga Saham tahun 2006-2010 ... 65
4.6. Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier ... 66
4.7. Hasil Uji Outlier ... 63
4.8. Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier ... 68
4.9. Hasil Uji Multikolinieritas ... 69
4.10. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 70
4.11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
4.12. Hasil Uji F ... 73
4.13. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 74
4.14. Hasil Uji t ... 74
Lampiran 2. : Output Normalitas dan Uji Outlier
Lampiran 3. : Nilai Zscore
Lampiran 4. : Input Regresi Linier Berganda
Lampiran 5. : Output Regresi Linier Berganda
Lampiran 5.A : Regression
Lampiran 5.B : Nonparametric Correlation
Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat
merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu
melakukan penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat
menjawab tantangan dan peluang tersebut, salah satu kebijakan tersebut yaitu
berkaitan dengan masalah pendanaan. Pendanaan digunakan oleh perusahaan
untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non
operasional, pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal dari dalam
perusahaan (modal sendiri) maupun luar perusahaan (modal asing) (Tarigan dan
Siregar: 2009).
Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber
pendanaan adalah pasar modal, bagi investor pasar modal merupakan sarana
untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya, tujuan investasi tersebut adalah
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang akan
berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau
setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang
ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang.
Indikator penting dalam mempelajari tingkah laku pasar bagi investor
indikator keberhasilan pengelola perusahaan dimana kekuatan pasar ditunjukkan
dengan transaksi perdagangan pada hasil pengamatan para investor terhadap
prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan yang
prestasinya semakin baik dalam menghasilkan keuntungan akan meningkatkan
permintaan saham sehingga harganya akan mengalami peningkatan. Perusahaan
yang prestasinya semakin buruk maka akan menurunkan harga saham yang
bersangkutan, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga pasar saham merupakan
ukuran indeks prestasi perusahaan, yang seberapa jauh manajemen telah berhasil
mengelola perusahaan.
Mengelola perusahaan yang baik dapat dibuktikan dengan bukti empiris
mengenai pengaruh arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus
kas aktivitas pendanaan dan Laba Akuntansi seperti yang telah tercantum dalam
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2 tentang laporan aliran
kas dan laba akuntansi dengan harga saham. Bentuk tindakan lain dalam
pengungkapan laporan keuangan adalah dengan melaporkan aliran kas. Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI 1994) mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.2 tentang perusahaan yang harus memasukkan laporan
aliran kas sebagai bagian tidak terpisahkan dari pelaporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang yang
paling murah dan mudah didapat dibandingkan informasi lainnya. Informasi
laporan keuangan sudah cukup menggambarkan perkembangan perusahaan dan
Tujuan laporan keuangan di Indonesia dalam Pernyataan Standart
Akuntansi Indonesia (PSAK) paragraf 12 (IAI,2009) yaitu menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar penggunaan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu kualitas informasi keuangan
adalah predict value, yaitu kemampuan informasi keuangan untuk meningkatkan
keyakinan atas prediksi masa depan (SFAC No.2) jadi kemampuan prediktif
sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi yang ada dan untuk memenuhi
syarat informasi yang relevan informasi haruslah memiliki predict value.
Beberapa laporan keuangan yang penting bagi calon investor dapat
mengetahui bagaimana kondisi perusahaan, laporan keuangan yang penting bagi
calon investor diantaranya adalah laporan keuangan laba rugi dan laporan arus
kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Laporan
laba rugi calon investor memperoleh gambaran mengenai kemampuan
perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh
investor sejak jumlah dana yang sudah digunakannya (Swardjono, 2005:459).
Laporan arus kas operasi memberikan informasi pada calon invetor mengenai
apakah dari kegiatan bisnisnya perusahaan dapat mengucurkan arus kas yang
ukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber
Pelaporan keuangan arus kas merupakan salah satu sumber informasi
keuangan yang lebih lengkap dan berguna bagi pemakai untuk melakukan
analisis secara mendalam sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan
menghasilkan kas dan setara kas, memprediksi kegagalan, pemberian pinjaman,
penaksiran resiko, manfaat investasi dan informasi tambahan relevan lainnya
(Soesetio: 2005)
Laporan arus kas juga menyediakan informasi mengenai penerimaan dan
pembayaran selama periode tertentu, untuk mengetahui informasi tersebut,
laporan arus kas melaporkan: (1) kas yang mempengaruh operasi selama satu
periode, (2) transaksi investasi perusahaan, (3) transaksi pembiayaan dan (4)
kenaikan atau penurunan bersih dalam kas selama satu periode, dalam
penyajianya, laporan arus kas terbagi menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas
operasi, arus kas dari aktivitas investasi arus kas dari aktivitas pendanaan. Sala
satu dari aktivitas pendanaan berguna untuk penerimaan kas dari emisi saham
atau instrument modal lainnya (Weygant, 1995 :237).
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2 mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap return sekuritas. Baridwan (1997), yang menguji hubungan informasi dalam laporan rugi laba dengan jumlah aliran kas yang diukur dengan pendekatan tidak langsung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara laba dengan aliran kas dan pengungkapan informasi aliran kas memberikan nilai tambah bagi pemakai laporan keuangan.
Peneliti dalam penelitian ingin memilih perusahaan LQ45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian, pemilihan perusahaan LQ45
dikarenakan perusahaan ini mempunyai kinerja keuangan dan prospek
perusahaan yang bagus serta saham-saham yang menjadi anggota indeks LQ45
adalah saham pilihan, selain memiliki kapitalisasi pasar besar yang masuk 45
saham tertinggi saham-saham tersebut merupakan saham yang paling liquid dan
merupakan sorotan bagi para investor (www.kontanonline.com) 10/02/2011.
Berikut ini adalah grafik data untuk nilai harga saham salah satu
perusahaan yang terdaftar dari indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode
Gambar 1.1.
Grafik BUMI selama periode 2007 - 2011
Bedasarkan data grafik perusahaan PT.BUMI RESOURCES Tbk di atas
dapat kita simpulkan bahwa saham mengalami fluktuasi yang cukup signifikan
dan akhirnya pada tahun 2011 saham cenderung meningkat
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan suatu
penelitian yang berjudul ” Pengaruh Komponen Arus Kas dan Laba
Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada LQ45 Yang Terdaftar di PT. BEI (Bursa Efek Indonesia) ”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
”Apakah komponen laporan arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas
pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh secara positif terhadap harga saham
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? ”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
” Untuk menguji dan membuktikan pengaruh kandungan informasi arus kas
operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh
secara positif terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4. Manfaat Penelitian
Peneliti ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan sumbangan
kepada perusahaan yang bersangkutan, dunia keilmuan dan pengetahuan maupun
informasi bagi individu sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan perusahaan untuk lebih memperhatikan komponen arus kas
dan laba akuntansi dalam menduga harga saham terhadap perusahaan
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh
komponen arus kas dan laba akuntansi dalam menduga harga saham pada
perusahaan yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi Peneliti
Peneliti lebih memahami dan dapat memberikan manfaat tambahan
khususnya mengenai analisis pengaruh kandungan informasi arus kas dan
laba akuntansi dalam menduga harga saham pada perusahaan yang
terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia serta mengaplikasikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terdahulu yang
sejenis, landasan teori tentang arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas
investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi terhadap harga
saham pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk mendukung penelitian ini, telah dipelajari penelitian terdahulu yang
sejenis dan masih ada kaitan dengan penelitian ini. Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat mengenai hasil penelitian terdahulu tersebut antara lain :
Penelitian lainya dilakukan oleh Soesetio (2005) dengan judul Analisis
Tambahan Kandungan Informasi Laporan Arus Kas. Penelitian ini mengambil
sampel perusahaan yang tergabung dalam LQ45 yang tidak mengalami
pergeseran selama tahun 1997-2000. Model analisis menggunakan regresi linier,
uji t dan uji F. Penelitian ini berkesimpulan bahwa komponen total arus kas dari
aktivitas investasi, total arus kas dari aktivitas pendanaan serta perubahan total
arus kas secara signifikan memiliki kandungan informasi, dengan kata lain
informasi tersebut menjadi referensi investor untuk memutuskan membeli,
Suwito (2008) denga judul Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas dan
Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go
Publik Di BEI. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan otomotif yang
terdaftar di BEI periode 2000-2005. Model analisis ini menggunakan analisis
regresi linier, Uji F dan Uji t. Penelitian ini berkesimpulan bahwa variabel yang
mempengaruhi harga saham pada perusahaan otomotif hanya arus kas investasi
dan laba akuntansi karena kedua variabel tersebut lebih mencerminkan besarnya
pengeluaran perusahaan untuk kepentingan investasi baik jangka pendek
maupun jangka panjang, serta nilai laba akuntansi yang merupakan laba
sebelum pajak lebih menunjukan baik tidaknya pertumbuhan perusahaan dimasa
yang akan datang khususnya perusahaan otomotif.
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, terdapat persamaan dengan
penelitian yang dilakukan sekarang ini. persamaan penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang sama-sama menggunakan harga saham sebagai variabel
terikat, alat uji hipotesis yang digunakan (uji F) dan (uji t) serta menggunakan
sampel penelitian perusahaan yang masih aktif dalam perdagangan saham di
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut SFAC No.1 (FASB, 1978), laporan keuangan merupakan
”central feature of financial reporting” yang berfungsi untuk “communicating
accounting information yo yhose outside an enterprise”. Item-item yang diakui
dalam laporan keuangan merupakan representasi dari sumber daya atau aset
suatu entitas, klaim terhadap sumber daya atau aset-aset tersebut (kewajiban dan
ekuitas pemilik), dan pengaruh transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain
serta kejadian yang mengakibatkan perubahan dalam sumber daya atau klaim
terhadap sumber daya tersebut (Lako, 2006:49).
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragraf 07 (IAI, 2004) adalah :
”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,
misalnya sebagai laporan arus kas atau lapoan arus dana), catatan dan laporan
lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen
Laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan
(IAI, 2004) terdiri dari beberapa unsur berikut ini :
1. Neraca
Neraca adalah daftar seluruh aktiva, kewajiban, ekuitas pemilik dari suatu
entitas pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada saat akhir bulan dan
akhir tahun
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran atas
beban dari suatu entitas dalam suatu jangka waktu tertentu, misalnya
dalam satu bulan atau satu tahun.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan ikhtisar dari perubahan ekutias
yangterjadi dalam ekuitas pemilik dari entitas dalam jangka waktu
tertentu, misalnya satu tahun atau satu bulan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas memperlihatkan arus kas masuk, yaitu penerimaan, dan
arus kas keluar dari sebuah entitas pada periode tertentu, sehingga laporan
arus kas harus menyajikan informasi tentang dampak kas dari aktivitas
operasi, investasi, pendanaan perusahaan selama masa periode akuntansi.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
berkaitan dengan informasi yang terdapat didalam catatan atas laporan
keuangan.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept No.1, laporan
keuangan merupakan sosok kunci dalam suatu pelaporan keuangan.
Laporan keuangan ini merupakan sarana utama untuk
mengkomunikasikan informasi-informasi akuntansi kepada orang-orang
yang berada di luar perusahaan. Laporan keuangan bukanlah akhir atau
tujuan dari pelaporan keuangan itu sendiri namun laporan keuangan
dimaksudkan menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
keputusan ekonomi dan bisnis.
Penggunaan informasi keuangan melalui laporan keuangan oleh pihak luar
(outsiders) yaitu untuk membuat keputusan investasi dalam menempatkan
sumber daya yang akan diinvestasikan, dan juga upaya untuk memutuskan
pemberian kredit oleh kreditur. Untuk kepentingan tersebut, laporan
keuangan dirancang guna mengetahui kemampuan atas solvency dan
provitability perusahaan (Parawiyati, dkk., 2000).
Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi memang
dirancang untuk menyediakan kebutuhan informasi bagi calon investor,
kreditur, dan pemakai eksternal lainnya untuk pengambilan keputusan
investasi, kredit, dan pengambilan keputusan lainnya (Hastuti dan
Bambang S, 1998).
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Financial Accounting Standards Beard (FASB) menyatakan bahwa tujuan
laporan keuangan perusahaan bisnis adalah menyediakan informasi keuangan
bagi para investor, kreditur, dan lainnya serta untuk menaksir jumlah, waktu,
dan ketidakpastian prospektif net cash inflows pada perusahaan-perusahaan lain
yang berhubungan (Syarif, 2002).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (IAI, 2004), tujuan
laporan keuangan yaitu untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Tujuan tersebut bisa tercapai jika suatu
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi :
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban termasuk keuntungan dan
kerugian, dan arus kas.
Tujuan laporan keuangan menurut Belkouli (2006:212) adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum, posisi keuangan, hasil
operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya
ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk:
i. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
ii. Menunjukkan pendanaan dan investasi.
iii. Mengevaluasi kemampuan perusahaan melalui komitmen.
iv. Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.
b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan
sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan
yang menghasilkan profit dengan tujuan untuk :
i. Menunjukkan tingkat kembalian deviden harapan bagi
investor.
ii. Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar
kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi
karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk
ekspansi.
iii. Menyediakan informasi bagi manajemen untuk
perencanaan dan pengendalian.
iv. Menunjukkan profitabilitas jangka panjang.
c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
mengestimasi earnings potensial perusahaan.
d. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan
e. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan
pemakai.
3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu
pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.
b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih, juga
harus dapat dipahami pemakai.
c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh
ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran
yang sama
d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum
pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu.
e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan infromasi seawal
mungkin untuk menghondari keterlambatan pembuatan keputusan
ekonomi.
f. Dapat diperbandingkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak
mengakibatkan akuntansi yang berbeda.
g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan
2.2.2. Laba Akuntansi
Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara
realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung
dan biaya-biaya historis yang berhubungan (Belkaoui, 2000:388). Berdasarkan
definisi tersebut, Belkaoui (2000:388-389) menyatakan bahwa laba akuntansi
memiliki lima karakteristik, yaitu :
1. Didasarkan pada actual trasaction terutama yang berasal dari penjualan
barang dan jasa
2. Didasarkan pada period postulate dan mengacu pada kinerja perusahaan
selama satu periode tertentu
3. Didasarkan pada revenue principle yang perlu pemahaman khusus tentang
definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan (realization priciple)
4. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran beban-beban dari segi biaya
historisnya
5 Diperlukan juga konsep penandingan (matching principle) antara
pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
Laba akuntansi merupakan salah satu indikator kinerja perusahaan yang
mendapat perhatian lebih dari pihal-pihak yang berkepentingan SFAC No. 1
menyatakan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk mengukur
aliran kas perusahaan (Hendriksen dan Van Breda dalam Febrianto dan
Widiastuty, 2005).
Dapat dikatakan bahwa laba akuntansi relevan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan yang dibuat oleh investor. Namun, Bedford (dalam
Febrianto dan Widiastuty, 2005) menyatakan bahwa pembaca laporan keuangan
harus menyadari bahwa makna laba akuntansi hanya bisa dimengerti dengan
jalan memahami bagaimana angka laba tersebut bisa dihasilkan atau diukur.
2.2.3. Arus Kas
Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2), arus kas adalah arus masuk dan
arus keluar kas atau setara kas. Informasi mengenai arus kas dapat ditemukan
dalam laporan arus kas. SFAC No. 1 (FASB, 1978) menyatakan bahwa
“information about cash flows or other funds flows may be useful in
understanding the operation of an enterprise, evaluating its financing activities,
assessing its liquidity or solvency, or interpreting earning information
provided”. Arus kas yang sehat begitu vital karena perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya membutuhkan kas, dengan demikian, informasi arus
kas memiliki peran yang sangat penting.
Laporan arus kas mulai diwajibkan pelaporannya pada tahun 1987 melalui
SFAS No.95 (Dahler dan Febrianto, 2006). Di Indonesia, kewajiban untuk
melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan
perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan.
Perkembangan mengenai aliran kas di Indonesia ditandai dengan
dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal 7 September
1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berlaku efektif mulai tanggal 1
Januari 1995. PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.3) tentang laporan aliran kas paragraf
10, yaitu perusahaan menyajikan aliran kas dari aktivitas oeprasi, investasi, dan
pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut.
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang
memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan
investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam
suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal ke akhir kas (Simamora, 2000:488).
Melalui laporan arus kas, pengguna laporan keuangan perlu melakukan evaluasi
terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas serta
kepastian diperolehnya dalam rangka proses pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan yang
sangat bermanfaat terutama untuk membantu para investor dalam mengambil
keputusan. Secara teoritis, setelah IAI pada PSAK No. 2 mengenai laporan arus
kas diberlakukan, maka seluruh informasi keuangan di perusahaan semakin
mudah diketahui oleh investor, oleh sebab itu hal ini akan berdampak pada
2.2.3.1. Tujuan Laporan Arus Kas
Menurut Simamora (2000:488) tujuan utama laporan arus kas adalah
menyediakan informasi tentang penerimaan-penerimaan kas (cash receipts) dan
pembayaran-pembayaran (cash payments) dari suatu entitas selama suatu
periode tertentu. Selain tujuan utama, Simamora (2000:448) juga menyatakan
bahwa laporan arus kas bertujuan untuk memaparkan informasi tentang
kegiatan-kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan dari suatu entitas selama
periode tertentu.
Selain itu, PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.1) mengemukakan bahwa laporan
arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta
waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahaan keadaan dan peluang.
2.2.3.2. Manfaat Laporan Arus Kas
Laporan arus kas bermanfaat bagi dua pihak. Pertama, pihak internal yaitu
bagi manajemen. Kedua, pihak eksternal yaitu investor. Informasi tentang arus
kas bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro (1999) menyatakan bahwa manfaat
kas yang mungkin didistribusikan dalam bentuk dividen di masa datang atau
bunga serta dalam bentuk distribusi likuidasi atau pembayaran kembali kepada
prinsipal. Kedua, membantu penilaian risiko variabilitas return masa datang,
oleh karena itu, data arus kas memberikan informasi dasar dalam penilaian
harga pasar sekuritas.
Informasi dalam laporan arus kas menurut Simamora (2000:489) akan
membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai aspek dari posisi
keuangan perusahaan yaitu kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di
masa depan, kemampuan entitas untuk membagikan dividen dan memenuhi
kewajibannya, sebab-sebab perbedaan antara pendapatan bersih dan akas bersih
yang dipakai oleh kegiatan-kegiatan operasi, serta transaksi-transaksi pendanaan
dan investasi kas selama periode tertentu.
Manfaat laporan arus kas ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah
satunya Bowen et al (1986). Penelitian Bowen et al (1986) menyatakan bahwa
data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti :
1. Memprediksi kesulitan keuangan.
2. Menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman.
3. Memprediksi peringkat (rating) kredit.
4. Menilai perusahaan.
5. Memberikan informasi tambahan pada pasar modal
Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator
arus kas relatif lebih mudah diintrepretasikan dan relatif lebih sulit untuk
dimanipulasi (Meythi, 2006)
2.2.3.3. Klasifikasi Arus Kas
The Statement of Financial Accounting Standards No. 95 (SFAS No. 95)
menginginkan informasi arus kas diklasifikasikan ke dalam tiga kegiatan, yaitu
arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan (Syarif, 2002).
Klasifikasi menurut aktivitas tersebut akan memberikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh
aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah
kas dan setara kas (Simamora, 2000:490). Informasi tersebut dapat digunakan
untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut (IAI,
2004:2.3), dengan demikian, komponen arus kas dapat memberikan informasi
yang berarti bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan.
Menurut Kieso et al. (2004:1206), klasifikasi tipe cash inflows dan cash
outflows berdasarkan tiga aktivitas yaitu aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan seperti diilustrasikan pada tabel 2.1. Aktivitas operasi berhubungan
dengan Income statement items, aktivitas investasi berhubungan dengan
generally long-term asset items, dan aktivitas pendanaan berhubungan dengan
Tabel 2.1.
Klasifikasi Tipe Cash Inflows dan Cash Outflows
Operating
Cash Inflows From sales of goods or services
From retruns on loans (intereset) and on equity securities
(dividends)
Cash Outflows To Suppliers for inventory
To employees for services
To Government for taxes
To others for expenses
Investing
Cash Inflows From sale of property, plant, and equipment
From sale of debt or equity securities of other entities
From collection of principal loans to other entities
Cash Outflows To purchase property, plant, and equipment
To purchase debt or equity securities of other entities
To make loans to other entities
Financing
Cash Inflows From sale of equity securities
From issuance of debt (bonds and notes)
Cash Outflows To stockholders as dividends
To redeem long-term debt or reacquire capital stock
Sumber : Kieso, Weygandt and Warfield. 2004. Intermediate Accounting. Eleventh
2.2.3.3.1 Arus Kas Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
(principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan pendanaan (IAI, 2004:2.2). Umumnya arus kas aktivitas operasi
berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba
atau rugi bersih (Daniati dan Suhairi, 2006).
Menurut Parawiyatim Hastuti, dan Subiantoro (1999), arus kas dari
aktivitas operasi menjadi perhatian, karena dalam jangka panjang unutk
kelangsungan hidupnya suatu bisnis harus menghasilkan arus kas bersih yang
positif dari aktivitas operasi. Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan
indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada
sumber pendanaan dari luar (Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro, 1999)
Menurut PSAK No.2 (IAI, 2004:2.4), beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi adalah a) penerimaan kas dari penjualan barang
dan jasa; b) penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain; c)
pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d) pembayaran kas kepada
karyawan; e) penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya, f)
pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat
investasi; g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk
tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas ayng menyangkut perolehan dan
pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang
tidak termasuk dalam setara kas ( IAI, 2004:2.2). Arus kas ini mencakup
aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta
memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif (Daniati
dan Subairi, 2006).
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan, sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas di masa depan (IAI, 2004:2.4). Informasi dalam
aktivitas investasi membantu para pengambil keputusan untuk memahami apa
yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Secara umum, kenaikan investasi
memungkinkan timbulnya aliran kas masa depan yang lebih tinggi apabila
kinerja perusahaan baik. Namun, apabila kinerja perusahaan rendah, investasi
mengangkat menyebabkan kenaikan risiko investasi yang berakibat pada
penurunan aliran kas masa depan.
Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang
tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain; b) penerimaan kas
dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva
jangka panjang lain; c) perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan
lain; d) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta
pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan); e) pembayaran
kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts,
dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan
perdagangan atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas
pendanaan.
2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan
PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2) menyatakan bahwa aktivitas pendanaan
(financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas aktivitas pendanaan
berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para
pemasok modal perusahaan (Daniati dan Subairi, 2006). Dengan demikian,
pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu
dilakukan (IAI, 2004:2.5).
Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas pendanaan adalah a) penerimaan kas dari emisi saham atau
instrumen modal lainnya; b) pembayaran kas kepada para pemegang saham
obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya; d) pelunasan
pinjaman; e) pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (leasing) untuk
mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha
pembiayaan.
2.2.4. Harga Saham
Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
(pemilikan) modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas (Widoatmodjo, 2007:54). Saham (stock) merupakan salah
satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Keuntungan (return) atas
saham merupakan hal yang menyebabkan mengapa para investor
menginvestasikan dana pada saham di pasar modal, pada prinsipnya investor
membeli saham untuk mendapatkan dividen serta menjual saham tersebut pada
harga yang lebih tinggi (capital gain).
Aktivitas perdagangan saham, harga saham mengalami fluktuasi, baik
berupa kenaikan maupun penurunan. Naik-turunnya harga saham pada
umumnya ditentukan oleh hukum ekonomi klasik, yaitu hukum permintaan dan
penawaran (supply and demand theory) (Tambunan, 2007:10). Pembentukan
harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham
tersebut, dengan demikian, harga saham di pasar modal ditentukan pencerminan
dari ekspektasi pemodal terhadap kinerja saham di masa yang akan datang
Supply and demand atas saham terjadi karena adanya dua faktor
(www.idx.co.id). Pertama, faktor yang sifatnya spesifik atas saham tersebut
seperti kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak.
Kedua, faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai
tukar, dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan
faktor lainnya, dapat dikatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik makroekonomi maupun mikroekonomi (Samsul, 2006:210).
Di dalam melakukan penawaran dan permintaan atas saham ada faktor
fundamental perusahaan yang selalu diperhatikan oleh para investor dalam
melakukan pembelian ataupun penjualan atas saham. Faktor fundamental
tersebut adalah kinerja keuangan perusahaan (Taufik, 2001). Informasi tentang
kinerja keuangan dapat berperan dalam mempengaruhi harga saham. Secara
fundamental harga suatu jenis saham dipengaurhi oleh kinerja perusahaan
(Samsul, 2006:200).
Pergerakan harga saham pada waktu tertentu memberikan indikasi
terjadinya perubahan kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan
perusahaan baik, maka akan memberikan efek positif terhadap harga saham
(Taufik, 2001). Dengan demikian, harga saham dapat dikatakan sebagai
indikator perusahaan dan merupakan pencerminan informasi yang relevan
(Kharisma dan Maskie, 2003).
Pada dasarnya, harga saham adalah harga yang telah disepakati bersama
merupakan harga konsensus di antara para investor (Samsul, 2006:269).
Pergerakan harga timbul melalui mekanisme perdagangan bursa saham. Dalam
mengambil keputusan, investor membutuhkan informasi yang jelas, wajar dan
tepat waktu agar dapat mengambil keputusan beli atau jual yang tepat pada
harga yang tepat.
2.2.5. Kerangka Pikir
2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009), jumlah arus kas yang berasal dari
aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan
dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kegiatan operasional perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi
baru yang tidak mengandalkan dana dari pihak luar perusahaan.
Arus kas dari aktivitas operasi dapat menjadi perhatian penting karena
dalam jangka panjang untuk kelangsungan hidup perusahaan, suatu bisnis harus
menghasilkan arus kas bersih yang poitif dari aktivitas operasi. Jika suatu bisnis
harus menghasilkan arus kas bersih yang positif dari aktiitas operasi, maka tiak
akan meningkatkan kas dari sumber lain dalam jangka waktu yang tidak
terbatas (Parawiyati, dkk., 2000).
Arus kas operasi bernilai negatif, karena perusahaan masih mencari
pangsa pasar dan belum mampu menghasilkan arus kas masuk dari aktiitas
operasi bernilai negatif, perusahaan masih memiliki prospek dan kesempatan
tumbuh yang lebih besar dimasa yang akan datang untuk menghasilkan arus kas
positif sehingga harga saham tinggi, yang mengindikasikan bahwa arus kas
operasi berpengaruh negatif dengan harga saham. Sedangkan arus kas operasi
yang positif karena pangsa pasar perusahaan relatif sangat tinggi dan
mencerminkan realitas ekonomi perusahaan yang baik sehingga harga saham
tinggi, mengindikasikan arus kas operasi berpengaruh poitifdengan harga saham
(Susanto dan Ekawati, 2006).
Penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari
aktivitas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham.
Berbeda dengan Ferry dan Wati (2004) yang menemukan bahwa aliran kas dari
aktiviats operasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Penelitian Meythi
(2006) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh arus kas aktivitas operasi
terhadap harga saham dengan persistensi laba dengan variabel Intervening.
2.2.5.2 Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009) arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber
daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Secara umum, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya aliran kas masa
perusahaan rendah, investasi meningkat menyebabkan kenaikan resiko investasi
yang berakibat penurunan aliran kas masa depan.
Arus kas investasi perusahaan bernilai negatif karena perusahaan
melakukan pengeluaran investasi yang sangat besar terutama dalam
mengembangkan pangsa pasarnya maupun dalam penguasaan teknologi. Nilai
arus kas negatif mencerminkan perusahaan masih memiliki peluang bertumbu
dan prosek di masa yang akan datang, sehingga diharapkan harga sahamnya
tinggi, sehingga dapat dikatakan arus kas investasi berpengaruh negatif terhadap
harga saham. Sedangkan arus kas investasi bernilai positif karena perusahaan
lebih banyak menjual aktiva yang tidak produktif, daripada membeli aktiva.
Tindakan manajer menjual aktiva yang tidak produktif ini dipandang oleh
investor sebagai tindakan menyelamatkan kelangsungan hidup perusahaan
sehingga diharapkan harga saham cukup tinggi, sehingga dikatakan bahwa arus
kas investasi berpengaruh positif terhadap harga saham (Susanto dan Ekawati,
2006). Sedangkan berdasarkan Miller dan Rock (1985) ada tambahan
kemampuan prediksi hubungan arus kas ivestasi dengan harga saham. Seara
gerneral, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan
yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Namun apabila kinerja
perusahaan rendah kenaikan investasi menyebabkan kenaikan resiko inevstasi
yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Hal ini memberikan
konsekuensi adanya hubungan positif atau negatif antara arus kas investasi
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh arus kas
dari aktivitas investasi ini memberikan hasil yang berbeda- beda. Hasil
penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari
aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan hubungan yang signifikan
dengan harga saham. Penelitian lain oleh Ferry dan Wati (2004) memberikan
hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus kas dari aktivitas inestasi tidak
berhubungan dengan harga saham.
2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI,2009) arus kas dari aktivitas pendanaan
berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para
pemasok modal perusahaan. Keputusan pendanaan tidak dapat mereflreksikan
kinerja perusahaan yang dianggap sebagai tolok ukur nilai perusahaan. Oleh
karena itu, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh keputusan untuk mendanai
kebutuhan kasnya melalui penerbitan obligasi/ surat hutang, penerbitan saham
biasa maupun prefern.
Hubungan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham
umumnya dijelaskan pada peneltian Triyono dan Hartono (2000) dengan
menggunakan signaling theory. Dalam signaling theory terdapat hubungan
antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham. Penerbitan hutang
merupakan sinyal kurang baik untuk menaksir arus kas karena pemilik dapat
teori ini dapat dijelaskan bahwa pasar akan bereaksi positif terhadap terhadap
pengumuman penerbitan hutang. Miller dan Rock (1985) menjelaskan bahwa
pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena
akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa
yang akan datang, selain itu juga diidentifikasi adanya sinyal lain yang
berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan yaitu perubahan dividen yang
sangat erat hubungannya dengan harga saham.
Penelitian mengenai pengaruh arus kas pendaan oleh Triyono dan Hartono
(2000) memberikan kesimpulan bahwa arus kas aktivitas pendanaan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Penelitian Ferry
dan Wati (2004) memberikan hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus
kas dari aktivitas pendanaan tidak berhubungan dengan harga saham.
2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham
Hasil riset empiris yang menguji reaksi pasar terhadap pengumuman laba
telah mendokumentasikan bahwa pengumuman laba akuntansi membawa
informasi ke pasar saham dan memiliki kandungan informasi (Lako, 2006:24).
Hal ini tercermin dari perubahan harga saham pada tanggal publikasi
pengumuman laba. Laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila
pengumuman laba akan menyebabkan perubahan harga saham.
Menurut Watt dan Zimmerman (dalam Nasrizal dan Jogiyanto, 2001),
mempengaruhi harga saham, hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga saham pada saat pengumuman earnings oleh perusahaan. Beaver et al.;
Foster et al.; Bernard dan Thomas; Easton et al.; dan Kothari dan Sloan (dalam
Tryono dan Jogiyanto, 2000) menunjukkan bahwa adanya hubungan
pengumuman laba dengan harga saham. Sloan (dalam Meythi, 2006) juga
menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor “fixate” (percaya) pada
earnings.
Brown dan Hancock (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) menemukan
bahwa publikasi laba akuntansi mempunyai pengaruh pada perubahan harga
saham. Kemudian, Brown et al. (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) juga
menemukan adanya hubungan positif antara pengumuman laba akuntansi
dengan harga saham.
Berdasarkan penelitian Finger (1994) menyimpulkan bahwa laba
memberikan isi informasi incremental dibandingkan aliran kas. Hal yang sama
dikemukakan oleh Parawiyati dan Baridwan (1998) yang menyimpulkan bahwa
prediktor laba mempunyai kandungan informasi yang lebih besar dibanding
aliran kas. Hal ini juga didukung oleh Ball dan Brown (1968) dan Dechow
(1994).
Hasil penelitian Triyono dan Jobgiyanto (2000) menunjukkan bahwa laba
akuntansi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut juga
diperkuat oleh hasil penelitian Ferry dan Ekawati (2004) yang menemukan
terhadap harga saham. Indra dan Syam (2004) juga membuktikan bahwa
informasi laba akuntansi berhubungan dengan harga saham. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa secara teoritis laba akuntansi dapat mempengaruhi
harga saham ketika kandungan informasi yang terdapat dalam laba akuntansi
dapat digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan beli, tahan, atau
jual suatu saham. Hal ini tercermin dalam perubahan harga saham pada saat
investor merespon informasi laba akuntansi.
Dari penjelasan kerangka pikir diatas, maka dapat digambarkan bagan
kerangka pikir sebagai berikut :
Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Arus Kas Aktivitas Operasi
Laba Akuntansi
Harga Saham Arus Kas Aktivitas Investasi
Arus Kas Aktivitas Pendanaan
2.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
” Diduga bahwa kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi,
arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh secara positif terhadap
harga saham pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
37
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu variabel yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).
Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari empat variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y)
antara lain sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
perubahanya variabel terikat. Variabel bebas yang berupa arus kas terdiri
dari 3 (tiga) komponen, yaitu :
a. Arus kas dari aktivitas operasi (X1)
Adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas
lainnya yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan. Aktivitas-aktivitas operasi melibatkan transaksi-transaksi
pembelian atau produksi barang dan jasa serta penjualan dan distribusi
variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran
rupiah (Rp).
b. Arus kas dari aktivitas Investasi (X2)
Adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi
lainnya yang tidak termasuk setara kas. Skala pengukuran variabel
operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan (X3)
Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi
modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas dari aktivitas-aktivitas pendanaan
lazimnya muncul dari penerbitan utang atau surat berharga ekuitas. Skala
pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan
pengukuran rupiah (Rp).
d. Laba Akuntansi (X4) :
Laba akuntansi adalah laba bersih atau rugi bersih selama periode
tertentu sebelum perusahaan berhenti beroperasi (discontinued
operations). Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio
dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).
2. Variabel Terikat (dependent variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat dari variabel bebas. Variabel terikat(Y) dalam penelitian ini adalah
Harga Saham (Y)
Harga Saham adalah harga saham yang terbentuk dari mekanisme
antara penjual dan pembeli atau harga yang berlaku dalam pasar bursa
saat terjadi transakasi saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang
digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) rata-rata
bulanan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan dalam
satuan rupiah. Rumus yang digunakan:
(Rachmawati, 2009)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan perusahaan indeks LQ45 yang telah terdaftar pada PT. Bursa Efek
Indonesia pada periode 2006-2010 sebanyak 45 perusahaan. Berikut ini
adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini
yaitu :
1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
4. PT Astra International Tbk (ASII).
5. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).
6. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
7. PT Bank Bukopin Tbk (BBKP)
8. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
9. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
10. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
11. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
12. PT BPD Jawa Barat Tbk (BJBR)
13. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
14. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
15. PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)
16. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
17. PT Bakrie Telecom (BTEL).
18. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
19. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)
20. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).
21. PT Elnusa Tbk (ELSA).
22. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).
23. PT Energi Mega Persada Tbk (ENGR).
25. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).
26. PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO).
27. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
28. PT Indika Energy Tbk (INDY).
29. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
30. PT Indosat Tbk (ISAT).
31. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
32. PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
33. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
34. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
35. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
36. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
37. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
38. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).
39. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
40. PT Semen Gresik Tbk (SMGR).
41. PT Timah Tbk (TINS).
42. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
43. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).
44. PT United Tractors Tbk (UNTR).
3.2.2. Sampel
Menurut Soemarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari
populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi
tersebut. Kriteria sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah
populasi.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang digunakan
non probabilitas untuk menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri
atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut (Soemarsono, 2004: 54).
Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini :
1. Perusahaan yang sahamnya selalu terdaftar indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2006-2010.
2. Perusahaan yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2010.
3. Perusahaan yang masuk dalam daftar deviden payment company pada
tahun 2010.
4. Perusahaan yang telah menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan
per 31 Desember 2010 ke BEI. Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan dari 45
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini:
1. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
2. PT United Tractors Tbk (UNTR)
3. PT Indosat Tbk (ISAT).
4. PT Astra International Tbk (ASII).
5. PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
6. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Adapun perusahaan yang diambil untuk dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan 6 perusahaan selama 5 tahun
berturut-turut yaitu tahun 2006-2010, sehingga terdapat 30 sampel.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010, yaitu
berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun perusahaan yang
telah diaudit dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2006 sampai
2010. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca
3.3.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan
dikumpulkan melalui situs resmi BEI di (www.idx.co.id) serta laporan
keuangan perusahaan yang didapat dari situs IDX. Pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan, metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah pengumpulan data dengan menggunakan komputer dengan
menggunakan sarana internet dari situs www. Idx.co.id dan
www.financing-yahoo.com
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk memastikan bahwa sebaran data
yang digunakan bersifat normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah Metode Kolmogorov merupakan pedoman dalam
mengambil keputusan apakah sebuah distibusi data mengikuti distribusi
normal, berikut ini adalah pedomannya :
a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%
b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari
5% maka distibusi adalah normal (Soemarsono, 2004 : 43).
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Ghozali (2009: 159) menyatakan bahwa teknik estimasi variabel
dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Square
(OLS) atau pangkat terkecil biasa. Regresi dengan model estimasi OLS akan
memberikan hasil yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) jika
memenuhi semua asumsi klasik. Hasil asumsi klasik tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Multikolinearitas
Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas
(independen). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat
besarnya nilai variance inflation factor (VIF).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai variance
inflation factor (VIF) < 10, dan mempunyai angka tolerance
mendekati 1 maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak
ditentukan adanya kolerasi antar variabel bebas atau bebas
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain, jika variance dari residual
suatu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah model yang bersifat
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2009: 125).
Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya heteroskedastisitas :
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedasitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi
Rank Spearman (Gujarati, 1995 : 188)
rs = 1 – 6
Keterangan :
d1 = Perbedaan dalam rank spearman antara residual dengan
variabel bebas
N = Banyaknya data
3. Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model linier ada korelasi antara korelasi pengganggu periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji
apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji
Durbin-Watson (DW-Test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi
autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas
atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2009: 99).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu:
a. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada
autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah (dl), maka koefisien
autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar dari batas atas (4-dl), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah
(4-du) atau terletak di antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Teknik Analisis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah diuraikan dimuka, maka model
regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y =
α
+
β
1X1 +β
2 X2 +β
3 X3 +β
4 X4 +ε
(Hasan, 2002: 117)
Dimana:
Y = Harga Saham
X1 = Arus Kas Operasi
X2 = Arus Kas Investasi
X3 = Arus Kas Pendanaan
X4 = Laba Akuntansi
α
= Konstantaβ1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi X1,X2,X3,X4
3.5.2 Uji Hipotesis
3.5.2.1 Uji F
Suatu persamaan regresi pada dasarnya dapat diuji dengan
menggunakan statistik uji F yang digunakan untuk menguji kecocokan
pengaruh X1, X2, X3, X4 terhadap Y. prosedur Uji F dengan kriteria sebagai
berikut:
a. H0 : β1=β2 = β3 = 0 (model tidak cocok)
H1 : β1=β2 = β3 ≠ 0 (model cocok)
b. Level signifikan (βo) = 0,05 atau 5%
c. Kriteria pengujian :
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai probabilitas (P value ) / signifikan < 0,05 maka H0 di
3.5.2.2 Uji t
Uji t dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen, digunakan uji t dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : βi = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat).
H1 : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas
terhadap variabel terikat)
Dimana i = 1, 2, 3, 4
b. Level of signifikan (βo) = 0,05 atau 5%
c. Ketentuan pengujian:
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak