• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP DAN TINDAKAN BIDAN TERHADAP PENANGANAN POSTPARTUM BLUES DI KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2008

ISOM NASRIYAH NIM : 085102074

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTARAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

SUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009

Isom Nasriyah

Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan

Medan Marelan

Xi + 36 hal + 3 tabel + 6 lampiran

Abstrak

Postpartum blues merupakan hal yang umum terjadi selama masa pasca-persalinan

dengan angka paparan 10%-15%. Postpartum blues tergolong gangguan mental ringan

sehingga tidak terdiagnosa dan tidak ditangani dengan baik. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan postpartum blues

di Kecamatan Medan Marelan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 34 bidan dengan metode pengambilan

sampel yaitu sampel jenuh. Penelitian dilakukan pada tanggal 12 Maret sampai 30 April

2009. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi kuesioner sikap

dan kuesioner tindakan bidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas seluruh

bidan mempunyai sikap yang positif terhadap penanganan postpartum blues yaitu 34

(100,0%) dan mayoritas bidan mempunyai tindakan cukup terhadap penanganan

postpartum blues yaitu sebanyak 19 bidan (55,9%). Dari hasil penelitian ini diharapkan

bidan lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap postpartum

blues sehingga postpartum blues dapat ditangani dengan lebih baik.

Kata Kunci : Sikap Bidan, Tindakan Bidan, Penanganan Postpartum Blues.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT karena

atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul ”Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008” yang disusun untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah Ini penulis mendapat bimbingan dari

berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh

karena itu pada kesempatan ini peneliti menhucapkan terima lasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTMH Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp.KK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Nur Asnah Sihotang, S.Kep.Ns,.M.Kep selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah.

5. Diah Lestari Nasution, SST., M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran dan masukan dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. dr. Zulkifli, Msi selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan saran

(4)

7. Seluruh dosen dan staf pegawai program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Sembah sujud ananda kepada ayahanda, ibunda, adinda serta seluruh keluarga

besar tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan selama dalam

pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-teman seperjuangan yang saling memberikan dukungan dalam proses

belajar mengajar sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan Pendidikan D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasa dan pengetikkannya, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini dimasa yang akan datang.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi

penulis pada khususnya. Amin.

Medan, 13 Juni 2008

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap ... 6

1. Pengertian Sikap ... 6

2. Komponen Sikap ... 6

3. Tingkatan Sikap ... 7

4. Kategori Sikap ... 9

5. Pengukuran Sikap ... 9

B. Tindakan ... 10

1. Pengertian Tindakan. ... 10

2. Tingkatan Tindakan ... 11

3. Pengukuran Tindakan ... 12

C. Bidan ... 12

D. Postpartum Blues... 13

1. Defenisi Postpartum Blues ... 13

2. Penyebab Postpartum Blues ... 14

3. Gejala Klinis Postpartum Blues ... 15

4. Pemeriksaan Penunjang Postpartum Blues ... 17

5. Cara Mengatasi ... 17

(6)

BAB III KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ... 20

B. Defenisi Operasional ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 22

B. Populasi dan Sampel... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel ... 22

C. Lokasi dan Waktu ... 23

D. Etika Penelitian ... 23

E. Instrumen Penelitian ... 24

1. Kuesioner Penelitian ... 24

2. Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 26

F. Pengumpula Data ... 27

G. Analisis Data ... 28

BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 30

1. Karakteristik Responden ... 30

2. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues ... 31

3. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues ... 32

BAB VI PEMBAHASAN A. Interprestasi dan Diskusi Hasil ... 33

1. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues ... 33

2. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues ... 34

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 36

(7)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN

SUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009

Isom Nasriyah

Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan

Medan Marelan

Xi + 36 hal + 3 tabel + 6 lampiran

Abstrak

Postpartum blues merupakan hal yang umum terjadi selama masa pasca-persalinan

dengan angka paparan 10%-15%. Postpartum blues tergolong gangguan mental ringan

sehingga tidak terdiagnosa dan tidak ditangani dengan baik. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan postpartum blues

di Kecamatan Medan Marelan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 34 bidan dengan metode pengambilan

sampel yaitu sampel jenuh. Penelitian dilakukan pada tanggal 12 Maret sampai 30 April

2009. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang meliputi kuesioner sikap

dan kuesioner tindakan bidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas seluruh

bidan mempunyai sikap yang positif terhadap penanganan postpartum blues yaitu 34

(100,0%) dan mayoritas bidan mempunyai tindakan cukup terhadap penanganan

postpartum blues yaitu sebanyak 19 bidan (55,9%). Dari hasil penelitian ini diharapkan

bidan lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap postpartum

blues sehingga postpartum blues dapat ditangani dengan lebih baik.

Kata Kunci : Sikap Bidan, Tindakan Bidan, Penanganan Postpartum Blues.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan

psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian

besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang

harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang

sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang

kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses

kehamilan yang terjadi. Beberapa penyesuaian tersebut dibutuhkan oleh wanita

dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu

atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi

psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian

lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan

psikologis dengan berbagai gejala (Danuatmaja, 2003).

Kondisi psikososial berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Kondisi ini dapat

mempengaruhi integrasi keluarga dan menghambat ikatan emosional dengan bayi.

Beberapa kondisi dapat mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya.

Masalah kesehatan jiwa dapat mengakibatkan komplikasi selama periode kehamilan,

(9)

biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau masa remaja. Hal ini biasanya

berlangsung sampai dewasa (Stuart, Sunden, 1991). Retardasi mental, autisme, dan

gangguan perilaku yang merusak merupakan beberapa contoh gangguan tidur dan

bangun, gangguan skizofrenik, gangguan waham (paranoid), dan gangguan

kecemasan merupakan beberapa kategori perilaku.

Di Indonesia semula diperkirakan bahwa angka kejadiannya rendah atau

setidaknya lebih rendah dari negara-negara lain, ternyata ditemukan bahwa angka

kejadiannya 11-30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit yang tidak mungkin dibiarkan

begitu saja, terlebih bila mengingat berbagai dampak negatif yang menyertainya.

Postspartum blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan

memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Suasana hati yang

paling utama adalah kebahagiaan, namun emosi penderita menjadi labil. Depresi ini

timbul dua minggu hingga setahun setelah melahirkan. Gejalanya bisa berupa merasa

tak berdaya, gelisah, khawatir, kecapaian, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan,

berat badan menurun, merasa bersalah dan lainnya (Wheeler, 2007).

Delapan puluh lima persen wanita mengalami gangguan mood atau suasana hati

setelah melahirkan. Postpartum blues merupakan hal yang umum terjadi selama

masa pasca-persalinan dengan angka paparan 10%-15%. Ini merupakan bentuk

depresi yang lebih serius (Reiss, 2008).

Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian

khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca bersalin, dan

telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga

mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai

(10)

bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan

populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan. Postpartum blues atau gangguan

mental pasca bersalin seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak

ibu yang ‘berjuang‘ sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka

merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar

mengetahui apa yang sedang terjadi. Akan tetapi jika mereka datang untuk

konsultasi pada dokter atau tenaga medis lain para ibu tersebut seringkali hanya

mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum

obat dan mulai merasa gembira menyambut bayinya. Padahal para ibu tesebut sangat

membutuhkan dukungan psikologis seperti kebutuhan fisik lainnya yang harus

dipenuhi (Mirza, 2008).

Postpartum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang

ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosa dan tidak

ditangani dengan baik sehingga dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak

menyenangkan dan dapat membuat perasaan tidak nyaman bagi wanita yang

mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi

keadaan yang lebih berat. Sehingga perlu pengenalan dan penanganan gangguan

secara dini adalah sangat esensial (Komalasari, 2007).

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita

untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental setelah melahirkan dan segera

memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, atau bahkan

merujuk pada ahli psikologi atau konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang

memadai dari para petugas obstetri yaitu : dokter dan bidan atau perawat sangat

(11)

proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul

dalam masa-masa tersebut dan bagaimana penanganannya. Dalam penanganan

postpartum blues ini dibutuhkan penanganan yang holistik atau menyeluruh

(Danuatmaja, 2003).

Oleh sebab itu bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan bertanggung jawab

dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Berdasarkan

uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan

Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan tahun 2008. Sehingga bidan

mampu mengambil penatalaksanaan yang tepat serta membantu penanganannya.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Sikap dan Tindakan

Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun

2008.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap penanganan postpartum

blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana Sikap Bidan Terhadap Penanganan Postpartum

(12)

b. Untuk mengetahui bagaimana Tindakan Bidan Terhadap Penanganan

Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya bidan agar dapat

memperhatikan dan meningkatkan dalam memberikan pelayanan kesehatan

terutama pada ibu postpartum.

b. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak ke arah atau menolak suatu

faktor lingkungan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Bogardus 1931, dikutip

dari Mueller, 1992).

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan sikap yang objektif (Purwanto, 1999)

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi

sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus dalam kehidupan sehari-hari.

2. Komponen sikap

Sikap mempunyai tiga komponen pokok yang saling menunjang dan

membentuk stuktur sikap, yaitu:

(14)

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benat bagi objek sikap. Dengan

demikian, interaksi kita dengan pengalaman di masa yang akan datang serta

prediksi kita mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti.

Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat.

Terkadang kepercayaan itu terbentuk dikarenakan kurang atau tiadanya

informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan masalah

emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum,

komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu,

baik yang positif maupun yang negatif.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku menunjukkan bagaimana

perilaku yang ada di dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan

perasaan banyak mempengaruhi perilaku seseorang. Maksudnya, bagaimana

orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan

banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap

stimulus tersebut (Azwar, 2007)

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) komponen sikap meliputi

kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek;

kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek dan

(15)

membentuk sikap yang utuh (Allport 1935, dikutip dari Taylor, 2000). Dalam

penentuan sikap yang utuh pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting.

3. Tingkatan sikap

Potter (1993), menyatakan sikap mempunyai lima tingkatan, yaitu:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan sebagai kesediaan untuk menerima perkataan orang lain.

b. Merespon (Responding)

Merespon menunjukkan partisipasi aktif dengan mendengarkan dan memberi

reaksi secara verbal maupun non verbal serta memberikan kepuasan dalam

merespon.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai berarti memberikan penghargaan pada suatu objek atau tingkah

laku dimana seseorang termotivasi untuk menunjukkan sikapnya.

d. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian mengacu pada pembentukan suatu sistem nilai dengan

mengidentifikasi dan menyusun nilai serta menyelesaikan masalah.

e. Karakteristik (Characterizing)

Menunjukkan tindakan dan respon yang sesuai dengan sistem nilai yang

konsisten. Seseorang bertingkah laku dengan konsisten bila nilai-nilai

(16)

4. Kategori sikap

Menurut Purwanto (1999), sikap terdiri dari :

a. Sikap positif

Sikap positif yaitu kecenderungan tindakan mendekati, menyenangi, terhadap

objek tertentu

b. Sikap negatif

Sikap negatif yaitu adanya kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci dan tidak menyukai objek tertentu.

5. Pengukuran sikap

Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara yaitu :

a. Pengukuran sikap secara langsung

Pengukuran sikap secara langsung dengan menyatakan bagaimana pendapat

responden terhadap suatu objek

b. Pengukuran sikap langsung berstuktur

Pengukuran sikap langsung berstruktur yaitu dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat

yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek yang diteliti.

c. Pengukuran sikap tidak langsung berstruktur

Pengukuran sikap tidak langsung berstruktur dapat dilakukan dengan cara

(17)

6. Pengukuran sikap model Likert

Pengukuran sikap model Likert juga dikenal dengan pengukuran sikap skala

Likert. Skala Likert juga dikenal sebagai Summated Rating Method (Hidayat,

2007).

Didalam skala Likert subjek yang akan diteliti disuruh memilih salah satu

jawaban yang terdiri dari 4 pilihan jawaban yang disedikan oleh Likert. Adapun

alternatif jawaban yang disediakan oleh Likert adalah :

1) Sangat Setuju (Strongly approve)

2) Setuju (Approve)

3) Tidak Setuju (Disapprove)

4) Sangat Tidak Setuju (Strongly Disapprove)

Dalam skala Likert, item jawaban ada yang bersifat favourable

(baik/positif/tidak mendukung) terhadap masalah yang akan diteliti, sebaliknya

ada pula yang bersifat unfavourable (tidak baik/negatif dan mendukung)

terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item soal yang favourable maupun yang

unfavourable sebaiknya harus seimbang atau sama (Machroedz, 2007).

Ciri khas dari skala Likert ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh

seseorang maka hal itu merupakan indikasi bahwa orang tersebut memiliki sikap

yang makin positif terhadap objek sikap, demikian sebaliknya (Zuriah, 2003).

B. Tindakan

1. Pengertian Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

(18)

selanjutnya diharapkan ia akan melaksakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)

kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour).

Menurut Notoatmodjo (2007) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan bahwa sikap

merupakan pandangan atau kecenderungan untuk bertindak.

2. Tingkatan Tindakan

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (Guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah tingkat dua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka sudah mencapai

(19)

d. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

3. Pengukuran Tindakan

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari

atau beberapa bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

C. Bidan

Bidan merupakan profesi yang diakui secara internasional dengan sejumlah

praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan menurut FIGO dan WHO adalah:

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan

yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk

menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan

supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama

masa hamil, persalinan dan masa pasca persalianan (post partum period), memimpin

persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada ibu dan bayi, dan

mengupayakan bantuan medis serta melakukan lainnya. Dia mempunyai tugas

penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita

tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk

(20)

dari ginekologi, keluarga berencana serta asuhan anak. Dia biasa berpraktek di

rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan

lainnya.

Sedangkan menurut Kepmenkes Nomor 900/Menkes/SK/VII/200, bidan adalah

seorang wanita yang telah mengikuti program dan lulus sesuai persyaratan yang

berlaku.

Demikian luas dan dalamnya profesi bidan, maka dapat dikatakan bahwa bidan

Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan

yang berlaku.

D. Postpartum Blues

a. Defenisi Postpartum Blues

Postpartum blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai

dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Suasana

hati yang paling utama adalah kebahagiaan, namun emosi penderita menjadi

labil.

Postpartum blues adalah gejala depresi yang biasanya dialami oleh

perempuan pasca persalinan pada antara hari ke tujuh hingga empatbelas, yang

terjadi untuk sementara waktu dan akan hilang dengan sendirinya tanpa

pengobatan Postpartum blues juga dikategorikan sebagai kondisi stress yang

(21)

b. Penyebab Postpartum Blues

Menurut Reiss (2008) perubahan hormonal adalah penyebab utama seseorang

mengalami depresi. Tetapi lingkungan dan kondisi sekitar juga berperan dalam

menciptakan situasi tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya:

a. Perubahan hormonal

b. Kurang tidur/susah tidur

c. Kelebihan stimulasi hormon adrenalin

d. Berlebihan dalam merespon tanggung jawab urusan rumah tangga

e. Terlalu banyak beban karena kurang mendapatkan dukungan dari orang

terdekat

f. Merasa sendiri dan terisolasi.

Sedangkan menurut Goldbord (2008), faktor yang diduga berperan pada

sindroma ini, antara lain adalah:

a. Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin

dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun

secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi

aktifitas enzim monoamine oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja

menginaktifasi baik non adrenalin maupun serotonin yang berperan dalam

suasana hati dan kejadian depresi.

b. Faktor demografik yaitu umur dan paritas.

c. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

d. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti; tingkat

(22)

gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan

sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami

menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman

memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah

tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama

ibu menjalani masa kehamilannya.

c. Gejala klinis postpartum blues

Gejala-gejala postpartum blues bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu.

Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke tiga atau hari ke enam setelah

melahirkan. Postpartum blues dikategorikan sebagai kondisi stress ringan akibat

perubahan suasana hati ibu setelah melahirkan. Gejala ini seringkali terjadi

tiba-tiba begitu saja, dan membuat orang mengalami hal-hal seperti:

a. Malas bangun untuk mengerjakan sesuatu

b. Tidak dapat atau susah tidur

c. Merasa gemetar dan panik

d. Berfikiran obsesif seperti putus asa dan menagis tanpa sebab yang jelas.

Menurut Indarti (2004) Postpartum blues merupakan kesedihan atau

kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni

sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan

gejala-gejala sebagai berikut:

a. Cemas tanpa sebab

b. Menangis tanpa sebab

(23)

d. Tidak percaya diri

e. Sensitif

f. Mudah tersinggung

g. Merasa kurang menyayangi bayinya

Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua

minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Postpartum Sindrome.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya postpartum blues antara lain:

a. Kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur, dan kurangnya istirahat

seringkali menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum kembali ke kondisi

normal meskipun setelah berminggu-minggu dari saat melahirkan.

b. Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, perasaan tidak

percaya diri dengan kemampuan diri untuk dapat merawat bayi yang baru

sementara masih merasa bertanggung jawab dengan semua pekerjaan yang

ada.

c. Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam

rumah tangga. Sementara banyak perempuan yang merasa berkewajiban

untuk menjadi wanita tangguh yang tidak realistis dan sulit dicapai, malahan

akan menambah stress yang ada.

d. Perasaan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri, akan figur

tubuh sebelum kehamilan, akan perasaan dapat mengontrol diri sebelum

kehamilan, akan perasaan menjadi kurang menarik.

e. Kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak dapatnya mengontrol waktu

(24)

tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu lama, juga kekurangan waktu

pribadi dengan orang yang dicintai selain dari bayi yang baru lahir.

d. Pemeriksaan Penunjang Postpartum Blues

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood atau depresi sudah merupakan

acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini

dipergunakan beberapa kuesioner sebagai alat bantu. Endinburgh Postnatal

Depression Scale (EPDS), merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji

yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca

salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan,

kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada

postpartum blues. EPDS (Endinburgh Postnatal Depression Scale) juga telah

teruji validitasnya di beberapa Negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia

dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan

bila hasilnya maragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian

e. Cara Mengatasi

Postpartum blues kadang-kadang hilang tanpa perlu diobati. Namun pada

banyak kasus, pengobatan diperlukan untuk mengatasi depresi yang sangat

mengganggu.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum blues ada

dua cara yaitu :

(25)

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara

bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.

b. Dapat memahami dirinya

c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.

d. Dengan cara peningkatan support mental/ dukungan keluarga.

2. Peningkatan support mental atau dukungan keluarga dalam mengatasi

gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas (Indarti, 2004).

f. Jenis-Jenis Postpartum Blues

Terdapat dua golongan besar pada gangguan depresi pasca melahirkan.

1. Simptom Postpartum Depression

Ciri-Ciri:

a) Dialami sekitar 10-15 persen wanita

b) Berlangsung tiga - enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan

c) Terjadi secara konstan dan terus-menerus

d) Sekalipun mendapat bantuan tenaga yang bisa dipercaya untuk merawat

bayinya, wanita tadi tetap saja tidak bisa tidur

e) Hiburan apa pun tak bisa mengembalikan kegembiraannya.

2. Baby Blues

Simptom ini mirip postpartum depression namun dalam kadar yang lebih

ringan.

Ciri-Ciri :

(26)

b. Berlangsung paling lama enam minggu.

c. Intensitas lebih ringan

d. Ibu masih bisa menikmati tidur nyenyak jika dijauhkan dari kewajiban

(27)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian yang berjudul Sikap dan Tindakan Bidan

terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan.

Bagan kerangka konsep

Sikap Bidan

Penanganan Postpartum Blues

(28)

B. Defenisi operasional

No Variabel Defenisi operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Sikap

Bagaimana perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan

Kuesioner Negatif = 15-30

Positif = 31-45

Nominal

2. Tindakan Terwujudnya

sikap bidan menjadi suatu perbuatan yang nyata dalam menangani postpartum blues

Kuesioner Baik = 8-10

Cukup = 4-7

Kurang = 0-3

(29)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sesuai tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran sikap dan tindakan bidan

terhadap penanganan postpartum blues di Kecamatan Medan Marelan tahun 2008.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di Kecamatan Medan

Marelan Medan Tahun 2008. Jumlah populasi yang ada di Kecamatan Medan

Marelan yaitu sebanyak 34 bidan.

2. Sampel

Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan total sampling

(Hidayat, 2007) yaitu dengan mengambil semua anggota populasi dijadikan

(30)

C. Lokasi dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Medan Marelan pada tanggal 12 Maret

sampai 30 April 2009.

D. Etika penelitian

Karena objek penelitian ini adalah manusia maka pertimbangan etik sangat

penting. Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan

program D-IV bidan pendidik, kemudian mengajukan permohonan izin kepada

Balitbang Kota Medan, yang kemudian diajukan kepada Camat Medan Marelan.

Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau

ketidaksediaan untuk dijadikan objek penelitian. Lembar persetujuan (informed

concent) merupakan bentuk persetujuan untuk menjadi responden. Informed

concent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed concent adalah agar subjek,

mengerti maksud, tujuan penelitian dan dampaknya jika subjek bersedia maka harus

menanda tangani lembar persetujuan, jika subjek tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak subjek tersebut beberapa informasi yang harus ada di dalam

informed concent adalah partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data

yang dibutuhkan, komitmen dan prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan

(31)

E. Instrumen penelitian

1. Kuesioner penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu

pertama data demografi, kedua kuesioner sikap bidan terhadap penanganan

postpartum blues dan ketiga kuesioner tindakan bidan terhadap penanganan

postpartum blues.

a. Data demografi

Kuesioner data demografi responden meliputi nama (inisial), umur

responden, pendidikan responden dan lama bekerja responden. Data

demografi responden tidak akan dianalisis tetapi hanya untuk mengetahui

karakteristik responden.

b. Sikap bidan

Kuesioner sikap bidan terdiri dari pertanyaan dengan pilihan jawaban Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan positif dan

pertanyaan negatif. Pertanyaan positif terdiri dari 7 pertanyaan yaitu

(32)

pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 1, 3 dan 9. Bila pertanyaan positif

jawaban SS diberi nilai 4, S diberi nilai 3, TS diberi nilai 2 dan STS diberi

nilai 1, sebaliknya bila pertanyaan negatif SS diberi nilai 1, S diberi nilai 2,

TS diberi nilai 3 dan STS diberi nilai 4. nilai tertinggi yang diperoleh adalah

40 dan terendah adalah 10. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana

(1992) sebagai berikut :

kelas Banyak

kelas Rentang

= p

dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 30 (selisih nilai

tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 2 kelas (sikap positif

dan negatif) maka didapatkan panjang kelas sebesar 15. dengan p = 15 dan

10 sebagai batas interval pertama maka sikap bidan terhadap penanganan

postpartum blues di kategorikan atas interval sebagai berikut :

Sikap Negatif = 15 – 30

Sikap Positif = 31 - 45

c. Tindakan bidan

Kuesioner tindakan terdiri dari 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban

(33)

postpartum blues. Dalam penelitian ini tindakan diukur berdasarkan

kategori baik, cukup dan kurang. Bila jawaban benar diberi skor 1 dan jika

jawaban salah diberi skor 0. Untuk mengukur tindakan terlebih dahulu

menentukan rentang kelas, berdasarkan rumus Sudjana (1992) sebagai

berikut :

Kelas Rentang

Kelas Banyak

= p

= 10-0/3

= 10/3

= 3,33--.> 3

Jadi berdasarkan rentang kelas diatas maka diperoleh skor sebagai berikut :

a) Baik = Jika responden menjawab dengan benar 8 - 10 butir pertanyaan

b) Cukup = Jika responden menjawab dengan benar 4 – 7 butir pertanyaan

c) Kurang = Jika responden menjawab dengan benar 0 – 3 butir pertanyaan

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ketiga instrument dibuat oleh peneliti, sehingga perlu dilakukan uji validitas

dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur

(34)

Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil relatif sama bila

digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (azwar, 2003). Uji

validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

content validity yaitu dengan memberikan kuesioner terhadap orang yang lebih

ahli di bidang kebidanan atau pada pakar.

F. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan antara lain :

a. Mengajukan permohonan izin kepada ketua program studi D-IV Bidan Pendidik

Universitas Sumatera Utara.

b. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Balitbang Kota Medan.

c. Kemudian dari Balitban mengajukan izin kepada Bapak Camat Medan Marelan.

d. Setelah mendapatkan izin dari Camat, maka peneliti melaksanakan pengumpulan

data penelitian.

e. Peneliti akan mengadakan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan

tujuan penelitian serta menanyakan kesediaan calon responden.

f. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani surat persetujuan

(35)

g. Responden dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan

peneliti dalam kuesioner dan diberikan waktu untuk mengisi kuesioner. Data

yang dikumpulkan berupa data primer yaitu data yang diambil secara langsung

dari responden dengan menggunakan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data

dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responde untuk di isi.

Dalam penelitian ini diambil kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan telah

disediakan pilihan jawaban, sehingga responden tinggal memilih salah satu

jawaban yang telah di sediakan.

G. Analisis data

Setelah data terkumpul maka peneliti mengadakan analisa data melalui beberapa

tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian

memberi kode (coding) untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya

memasukkan (entry) data ke dalam komputer data dan dilakukan pengolahan data,

kemudian data di analisis. Pada penelitian deskriptif statistik menggambarkan

cara-cara ringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar

mudah dimengerti dan mempunyai makna, hasil analisa disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Data yang dikumpulkan diolah secara manual dan dianalisa serta disajikan dalam

(36)

komponen pertanyaan. Dari komponen ada sikap ada 10 pertanyaan (soal) dan

tindakan ada 10 perttanyaan (soal). Dari setiap item pertanyaan dengan jawaban

yang benar dan salah setiap responden. Dalam beberapa item soal ada jawaban

memiliki skor yang sama setiap butir jawaban dan ada juga yang benar salah. Untuk

mencari persentasi dari masing-masing komponen sikap dan tindakan yaitu :

1. Kategori Sikap

a. Negatif : Bila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden nilainya

15 - 30

b. Positif : Bila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden nilainya

31 - 45

2. Kategori Tindakan

a. Baik : Bila responden menjawab dengan benar 8 – 10 butir pertanyaan

b. Cukup : Bila responden menjawab dengan benar 4 - 7 butir pertanyaan

(37)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Sikap dan

Tindakan Bidan terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2008.

A. Hasil penelitian

Hasil penelitian dibagi atas tiga bagian, yaitu karakteristik responden, Sikap

Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues dan Tindakan Bidan Terhadap

Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dilakukan untuk memberikan gambaran data demografi

[image:37.612.109.538.463.707.2]

responden yang terdiri dari umur, pendidikan dan lama bekerja.

Tabel.5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

No Karakteristik responden N %

1. Usia

20-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 10 19 5 29,4 55,9 14,7

2. Tingkat Pendidikan

D I D III D IV 12 16 6 35,29 47,05 17,6

3. Lama bekerja

1-5 tahun 6-10 tahun

> 10 tahun

(38)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, mayoritas bidan berumur 31-40 tahun yaitu

sebanyak 19 bidan (55,9%), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas bidan

berpendidikan D III yaitu sebanyak 16 bidan (47,05%) dan berdasarkan lama bekerja

mayoritas bidan bekerja selama 6-10 tahun yaitu sebanyak 15 bidan (44,11%)

[image:38.612.109.537.319.432.2]

2. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues Tabel 5.2

Distribusi frekwensi dan persentase sikap responden dalam menangani postpartum blues Di Kecamatam Medan Marelan

Maret – April 2009

Sikap Frekwensi Persentase (%)

Negatif

Positif

0

34

0

100

Total 34 100

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, dapat digambarkan bahwa seluruh bidan

mempunyai sikap yang positif terhadap penanganan postpartum blues yaitu sebanyak 34

(39)

3. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues Tabel 5.3

Distribusi frekwensi dan persentase tindakan responden dalam menangani postpartum blues Di Kecamatam Medan Marelan

Maret – April 2009

Tindakan Frekwensi Persentase (%)

Baik

Cukup

Kurang

9

19

6

26,4

55,9

17,7

Total 34 100

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, dapat digambarkan bahwa mayoritas responden

mempunyai tindakan cukup dalam menangani postpartum blues yaitu sebanyak 19 bidan

(55,9%) dan minoritas bidan yang memiliki tindakan kurang terhadap penanganan

[image:39.612.108.536.185.331.2]
(40)

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interprestasi Dan Diskusi Hasil

1. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues

Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk

mengidentifikasi bagaimana sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan

postpartum blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sikap bidan dalam

penanganan postpartum blues di Kecamatan Medan Marelan, bila dilihat secara

keseluruhan maka didapatkan hasil bahwa bidan memiliki sikap yang positif

(100%).

Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003), bahwa sikap adalah penilaian

seseorang terhadap stimulus atau objek. Dalam hal ini sikap bidan terhadap

penanganan postpartum blues. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi,

pikiran keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Sikap bidan ini perlu dikembangkan dalam memberikan asuhan kepada klien.

Karena sikap positif ini akan berpengaruh pada perubahan sikap terhadap klien ke

arah yang lebih baik melalui pengamatan dan penilaian peran sikap bidan yang

(41)

melalui terbinanya hubungan saling percaya antara bidan dan klien. Sehingga

akhirnya akan mempermudah dalam menerapkan asuhan kepada klien terutama

tentang asuhan dalam penanganan postpartum blues.

2. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues

Berdasarkan hasil penelitian tentang penanganan postpartum blues didapatkan

bahwa dari 34 bidan, mayoritas bidan memiliki tindakan yang cukup dalam

menangani postpartum blues yaitu sebanyak 19 bidan (55,9%) dan minoritas

bidan yang memiliki tindakan kurang terhadap penanganan postpartum blues

yaitu sebanyak 6 bidan (17,7%).

Menurut Notoatmodjo (2003), setelah seseorang mengetahui stimulus atau

objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa

yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau

mempraktekkan apa yang dikehui atau disikapinya (dinilai baik) inilah yang

disebut dengan tindakan. Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi

perilaku baru itu mengikuti tahap yakni melalui proses perubahan pengetahuan,

sikap, tindakan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa proses tersebut

tidak selalu seperti teori bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi sebaliknya.

Dalam hal ini peneliti telah membuktikan bahwa seseorang berperilaku positif

dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa mayoritas respoden memilki

tindakan yang cukup sebanyak 19 bidan (55,9%) dan minoritas bidan yang

memiliki tindakan kurang terhadap penanganan postpartum blues yaitu sebanyak

(42)

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Sikap dan Tindakan Bidan

terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan dengan jumlah

responden sebanyak 34 responden, maka dapat diambil simpulan bahwa :

1. Mayoritas responden berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 19 responden (55,9%),

umumnya berpendidikan D III yaitu sebanyak 16 responden (47,05%) dan

berdasarkan lama bekerja mayoritas responden bekerja selama 6-10 tahun yaitu

sebanyak 15 responden (44,11%).

2. Seluruh respoden mempunyai sikap positif dalam menangani postpartum blues

yaitu sebanyak 34 responden (100,0%).

3. Tindakan bidan terhadap penanganan postpartum blues mayoritas responden

memiliki tindakan cukup yaitu sebanyak 19 responden (55,9%) dan minoritas

responden yang memiliki tindakan kurang terhadap penanganan postpartum blues

yaitu sebanyak 6 responden (17,7%).

B. Saran

1. Diharapkan agar bidan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya

dalam memberikan asuhan kepada ibu postpartum serta dapat mempertahankan

(43)

2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang

postpartum blues dengan menggunakan metode observasi dan variabel yang lebih

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah (2006). Pengetahuan dan Sikap Bidan Puskesmas Terhadap pemberian

asuhan Kebidanan Pada klien di wilayah kerja puskesmas kecamatan Stabat. Medan: Karya Tulis Ilmiah.

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi, Rineka Cipta : Jakarta

Azwar, S (2003). Teori Sikap Manusia dan Pengukurannya. Edisi Kedua, Pustaka

Pelajar : Jakarta

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Danuatmaja, Bonny (2003). 40 Hari Pasca Persalinan. Puspa Swara : Jakarta

Elvira, Sylvia. 2006. Depresi Pasca Persalinan. Jakarta : FKUI

Goldbort, J (2006). Transculture Analysis of Postpartum Depression. American

Journal of Maternal Child Nursing

Jones, Liewellyn (2005). Setiap Wanita. Delapratasa : Publishing : Jakarta

Hidayat, A.A.A (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Terbaik Analisis Data.

Salemba Medika : Jakarta

Indarti, Junita (2004). Panduan Kesehatan Wanita. Puspa Swara : Jakarta

Maulana, Mirza (2008). Panduan Lengkap Kehamilan : Memahami Kesehatan

Reproduksi, Cara Menghadapi Kehamilan, dan Kiat Mengasuh Anak.

Katahati : Jogjakarta

Marshall, Fiona. 2004. Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta : Arcan

Nazir, Moh (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia : Bogor

Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta :

Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta :

Yayasan Sarwono Prawirohardjo.

Reiss, Uzzi (2008). Menjadi Ibu Bahagia Pasca Persalinan. Sleman : Jogjakarta

Sofyan, Mustika., et all (2006). 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan

Menyongsong Masa Depan. PP IBI : Jakarta

(45)

Wheeler, Linda (2003). Buku Saku Perawatan Prenatal dan Pascapartum. EGC :

Jakarta

http:www.postpartum blues.com. diperoleh 14 oktober 2008

http;//idahodur.isu.edu/leaflets/2008/treatment of postpartum depression.pdf, diperoleh

tanggal 16 oktober 2008

http;//www.stacommunications.com/journal/diagnosis/2007/5_may_2007/071/may. pdf.

Gambar

Tabel.5.1
Tabel 5.2
    Tabel 5.3 Distribusi frekwensi dan persentase tindakan responden dalam menangani

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas,penulis merumuskan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana pengetahuan dan sikap bidan dalam mendeteksi atonia uteri di kecamatan delitua tahun 2008”..

dengan sikap (p=0,036) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi. permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan

dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak. di Kecamatan Medan Baru dan

Personal Hygiene Dan Indeks Massa Tubuh (Imt) Terhadap Keluhan Kesehatan Pada Pemulung Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012.. Keterpaparan Pemulung

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap perilaku pencegahan TB Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan.. Metode Penelitian :

Distribusi frekuensi hubungan tingkat stres terhadap siklus menstruasi pada remaja di Kecamatan Medan Marelan periode Maret- Mei tahun 2016 yang berjumlah 40

Hal ini disebabkan kurangnya keingintahuan ibu postpartum tentang sindrom baby blues, kurangnya informasi pada responden sehingga dapat mempengaruhi ilmu pengetahuan

PARTISIPASI MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN MARELAN PADA PEMILIHAN WALIKOTA MEDAN TAHUN 2020 Oleh Rizal Arifin Lubis Koordinator Divisi Pendidikan dan Penelitian Politik NETFID Sumatera