• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Medan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP DAN TINDAKAN BIDAN TERHADAP PENANGANAN RETENSIO PLASENTA DI DESA TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2010

Oleh

ELVIRA HARMIA 095102080

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Elvira Harmia

Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan

Medan

viii + 44 hal + 5 tabel + 8 lampiran Abstrak

Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan yang sering terjadi pada kala tiga persalinan. Menurut WHO 25% kematian maternal disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, dari angka tersebut 16-17% disebabkan oleh retensio plasenta. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Apabila plasenta belum lahir melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir, maka bidan dapat memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan penanganan perdarahan sesuai dengan indikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, besar sampel sebanyak 30 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2010. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk penelitian sikap dan lembar observasi untuk penelitian tindakan, serta dilengkapi dengan data demografi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap positif terhadap penanganan retensio plasenta yakni sebanyak 28 orang (93,3%) sedangkan untuk tindakan, mayoritas responden memiliki tindakan cukup terhadap penanganan retensio plasenta yakni sebanyak 16 orang (15,3%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada peneliti lanjutan tentang retensio plasenta dengan menggunakan desain penelitian eksperimen, sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar objektif.

Kata Kunci : Sikap, tindakan, bidan, penanganan retensio plasenta

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun

Kecamatan Medan Merelan Tahun 2010”.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan,

akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini perkenankanlah

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dan arahan yang membantu penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D IV Bidan Pendidik

(4)

5. Bapak dr. Immanuel S. Sembiring selaku kepala Puskesmas Desa Terjun

Kecamatan Medan Marelan. yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti

dalam melakukan penelitian terhadap bidan di Desa Terjun Kecamatan Medan

Marelan.

6. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi yang

besar, baik berupa dukungan moril maupun material kepada penulis untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk ini penulis mengharapkan

saran dan bimbingan dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaatkan bagi pembaca dan bagi penulis

khususnya. Akhirkata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2010

(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Sikap ... 5

B. Tindakan ... 7

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Tindakan ... 8

D. Retensio Plasenta ... 10

1. Definisi ... 10

2. Etiologi ... 10

3. Mekanisme Pelepasan Plasenta ... 12

4. Diagnosis ... 14

5. Proses Penatalaksanaan Aktif Kala III ... 14

6. Prosedur Manual Plasenta ... 15

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 19

A. Kerangka Konsep ... 19

B. Definisi Operasional ... 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

1. Populasi ... 21

(6)

C. Lokasi dan Waktu ... 22

1. Lokasi Penelitian ... 22

2. Waktu Penelitian ... 22

D. Pertimbangan Etika Penelitan ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 23

1. Kuesioner Penelitian ... 23

2. Lembar observasi ... 25

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 27

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

G. Analisis Data ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian... 30

1. Karakteristik Responden ... 30

2. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di DesaTerjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 ... 32

3. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 ... 35

B. Pembahasan... ... 37

1. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 38

2. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 40

C. Keterbatasan Penelitian . ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran. ... 43

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 44

2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 44

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Desa Terjun

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 ... 31

Tabel 5.2. Sikap bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa Terjun

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 ... 32

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase sikap bidan terhadap penanganan retensio

plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

…..……….…... 34

Tabel 5.4. Tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa Terjun

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 ... 35

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan persentase tindakan bidan terhadap penanganan

retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin penelitian dari program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2 : Surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan

Lampiran 3 : Surat balasan selesai penelitian dari Puskesmas Desa Terjun

Kecamatan Medan Marelan

Lampiran 4 : Surat pernyataan content validity index (CVI)

Lampiran 5 : Surat persetujuan menjadi responden

Lampiran 6 : Kuesioner penelitian dan lembar observasi

Lampiran 7 : Master tabel penelitian Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan

Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2010

Lampiran 8 : Frequency table penelitian Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap

Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan

(10)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Elvira Harmia

Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan

Medan

viii + 44 hal + 5 tabel + 8 lampiran Abstrak

Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan yang sering terjadi pada kala tiga persalinan. Menurut WHO 25% kematian maternal disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, dari angka tersebut 16-17% disebabkan oleh retensio plasenta. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Apabila plasenta belum lahir melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir, maka bidan dapat memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan penanganan perdarahan sesuai dengan indikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, besar sampel sebanyak 30 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2010. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk penelitian sikap dan lembar observasi untuk penelitian tindakan, serta dilengkapi dengan data demografi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki sikap positif terhadap penanganan retensio plasenta yakni sebanyak 28 orang (93,3%) sedangkan untuk tindakan, mayoritas responden memiliki tindakan cukup terhadap penanganan retensio plasenta yakni sebanyak 16 orang (15,3%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada peneliti lanjutan tentang retensio plasenta dengan menggunakan desain penelitian eksperimen, sehingga hasil penelitian yang diperoleh benar-benar objektif.

Kata Kunci : Sikap, tindakan, bidan, penanganan retensio plasenta

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita

dari 100.000 kelahiran hidup dan data WHO menunjukkan bahwa 25% kematian

maternal disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan diperkirakan 100.000

kematian maternal terjadi tiap tahunnya. Dari seluruh persalinan, angka kejadian

perdarahan pascapersalinan berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut,

diperoleh etiologi antara lain: atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio

plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%) (Admin, 2009)

Angka kematian maternal di negara maju berkisar antara 5-10 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan di negara bekembang berkisar antara 750-1000 per 100.000

kelahiran hidup. Tingkat kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000

kelahiran hidup (Wiknojosastro,2002).

Angka kematian ibu dalam lima tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara,

menunjukkan kecenderungan penurunan secara berturut-turut. Pada tahun 2002 terdapat

360/100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 sebanyak 343/100.000 kelahiran hidup, tahun

2004 sebanyak 330/100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 sebanyak 315/100.000

(12)

lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata nasional yaitu 262/100.000 kelahiran

hidup (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007).

Retensio plasenta terjadi pada 3% kelahiran pervaginam dan 15% kasus retensio

plasenta dialami oleh ibu dengan riwayat retensio plasenta pada persalinan sebelumnya

(Chapman,2006). Dari penelitian Marhadia (2008), pada tahun 2005-2007 di RSUP

H.Adam Malik Medan terdapat 76 (11,5%) kasus retensio plasenta dari 661 persalinan

spontan, dan terdapat 82 (7,7%) kasus retensio plasenta dari 1056 persalinan spontan di

RSUP Pirngadi Medan.

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan

strategis terutama dalam menurunkan AKI dan AKB, berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan tanggal

27 Maret 2007 ditetapkan bahwa bidan mempunyai standar kompetensi dalam

menangani situasi kegawatdaruratan kebidanan yang salah satunya penanganan terhadap

retensio plasenta yaitu dengan melakukan pengeluaran plasenta secara manual

(Alhamsyah, 2009).

Profesi bidan mampu mengenali tanda-tanda retensio plasenta dan memberikan

pertolongan pertama, termasuk manual plasenta dan penanganan perdarahan sesuai

dengan indikasi. Sehingga telah didapati hasilnya berupa penurunan kejadian perdarahan

hebat akibat retensio plasenta, ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan

yang cepat dan tepat dan penyelamatan ibu dengan kasus retensio plasenta pun

(13)

Berdasarkan latar belakang tersebut, menunjukkan bahwa masih tingginya

kejadian retensio plasenta sebagai salah satu penyebab perdarahan pascapersalinan dan

pentingnya profesi bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi

penting dalam menangani masalah kegawatdaruratan kebidanan. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk meneliti Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan

Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan

masalah penelitian ini. bagaimanakah sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan

retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio

plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi sikap bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa

Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

b) Mengidentifikasi tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta di

(14)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek kebidanan

Sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan kebidanan terutama untuk

meningkatkan asuhan kebidanan pada manajemen aktif Kala III.

2. Bagi Penelitian

Sebagai sumber informasi dan data dasar bagi penelitian selanjutnya dalam ruang

lingkup yang sama.

3. Bagi Pendidikan

Sumbangan dalam pengembangan ilmu kebidanan yang berhubungan dengan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek . Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak.

Sikap mempunyai 3 komponen pokok :

1. Afektif

Merupakan aspek emosional dari faktor sosio psikologis atau evaluasi

terhadap suatu objek.

2. Kognitif

Merupakan aspek intelektual, kepercayaan, ide dan konsep yang berkaitan

dengan apa yang diketahui manusia.

3. Konatif

Merupakan aspek fungsional yang berhubungan dengan kebiasaan dan

(16)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap secara utuh. Dalam

penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang

peranan penting (Notoatmodjo, 2007).

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Pada tingkat menghargai, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab berarti menerima semua resiko terhadap sesuatu yang telah

dipilih.

Sikap memiliki beberapa ciri yaitu:

1. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman

dan latihan sepanjang perkembangan individu.

2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu,

sehingga dapat dipelajari.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.

(17)

5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan

dengan pengetahuan (Maulana, 2009).

B. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau

pendapat terhadap apa telah yang diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan

dukungan dari pihak lain.

Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:

1.Persepsi (perception)

Mekanisme (Mekanism) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

2.Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh.

3.Mekanisme (Mekanism)

Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan

(18)

4.Adopsi (adoption)

Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah di

modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut (Notoatmodjo,

2007).

C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Tindakan 1. Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai

dengan ulang tahunnya yang terakhir. Variabel umur merupakan sebuah konsep yang

masih abstrak, bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya (Zaluchu,

2006). Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, semakin

bertambah umur maka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,

2007). Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001). Menurut Hendra (2008), bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

diperolehnya. Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran, agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada

(19)

wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan

kemampuannya semakin meningkat pula. Pendidikan memiliki peranan yang penting

dalam kualitas, melalui pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah untuk menerima informasi

baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya, sebaliknya tingkat pendidikan

yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru

yang diperkenalkan (Nursalam, 2001). Menurut Notoatmodjo (2007), konsep dasar

pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti, didalam pendidikan terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih matang baik

pada individu, kelompok maupun masyarakat..

3. Lama Bekerja

Lama bekerja adalah masa responden memberikan pelayanan kebidanan, baik

pada instansi pemerintah maupun swasta. Seperti yang diungkapkan oleh Mapire,

pertumbuhan dalam pekerjaan dapat dilalui oleh seseorang apabila telah menjalani

proses belajar dan berpengalaman. Maka diharapkan yang bersangkutan memiliki

kecakapan kerja yang bertambah baik serta memiliki keterampilan kerja yang bertambah

dalam kualitas dan kuantitas. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa lamanya seseorang

bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh ditempat kerja, semakin

lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang akan

(20)

D. Retensio Plasenta 1. Definisi

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta melebihi waktu setengah jam

setelah bayi lahir (Manuaba, 2008).

Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta didalam uterus selama lebih dari

satu jam setelah bayi lahir (Jones, 2001).

2. Etiologi

a. Kelainan uterus

1) Kelainan kontraksi

Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesiva), ketidakefektifan kontraksi dapat menghambat pelepasan

plasenta yang terjadi pada inersia uteri, atonia uteri dan tetani uteri.

2) Uterus bicornus dan subseptus

Kelainan uterus ini, dapat menyebabkan retensio plasenta karena bentuk

uterus yang tidak sempurna. Pada keadaan ini miometrium tidak

berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan his

yang menghambat plasenta untuk keluar dari tempat implantasinya.

b. Kelainan plasenta

Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan

(21)

1) Plasenta akreta

Vili korialis plasenta menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim

tetapi belum menembus serosa.

2) Plasenta inkreta

Vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus lapisan desidua sampai

ke miometrium.

3) Plasenta perkreta

Vili korialis menembus lapisan miometrium dan menembus lapisan

serosa atau peritoneum dinding rahim.

c. Kesalahan manajemen aktif Kala III

1) Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan

plasenta.

2) Pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya.

3) Pemberian anestesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus.

d. Penyebab lain

1) Kandung kemih penuh

Kandung kemih akan memenuhi ruang panggul sehingga dapat

menghalangi terjadinya kontaksi uterus.

2) Persalinan preterm

Hal ini terjadi bila persalinan preterm dilakukan atas indikasi medis

(22)

3. Mekanisme Pelepasan Plasenta

Kontraksi uterus akan mengurangi area plasenta, karena uterus bertambah kecil

dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi tersebut menyebabkan

bagian plasenta menjadi longgar dan lemah pada dinding uterus, bagian ini akan terlepas

mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya. Namun, terkadang ada sebagian kecil

plasenta yang masih melekat pada dinding uterus. Proses pelepasan plasenta terjadi

setahap demi setahap, dengan adanya pengumpulan darah di belakang plasenta akan

dapat membantu dalam pelepasan plasenta. Bila pelepasan sudah lengkap, maka

kontraksi uterus akan mendorong plasenta yang sudah lepas ke segmen bawah rahim

untuk segera dilahirkan.

Kala III normal dibagi ke dalam 4 fase yaitu:

a. Fase laten

Fase laten ditandai dengan menebalnya dinding uterus yang bebas dari

tempat implantasi plasenta. Tetapi, dinding uterus tempat plasenta

berimplantasi masih tipis.

b. Fase kontraksi

Fase kontraksi ditandai dengan menebalnya dinding uterus tempat plasenta

berimplantasi, ketebalan awal kurang dari 1 cm menjadi lebih dari 2 cm.

c. Fase pelepasan plasenta

Fase pelepasan plasenta merupakan fase plasenta menyempurnakan

(23)

disebablan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang

aktif pada tempat implantasi plasenta (Pribakti, 2009).

Cara pelepasan plasenta ada 2 macam yaitu:

1) Secara Schultze

Pelepasan plasenta dimulai pada bagian tengah seperti menutup payung,

menurut cara ini perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir.

2) Secara Duncan

Pelepasan plasenta dimulai dari pinggir plasenta atau serempak dari

tengah ke pinggir plasenta, menurut cara ini ditandai oleh adanya

perdarahan pervaginam bila plasenta mulai lepas(Wiknjosastro, 2007).

d. Fase pengeluaran

Fase pengeluaran merupakan fase dimana plasenta bergerak turun, daerah

tempat pemisahan plasenta tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah

terkumpul di rongga uterus. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama

pemisahan plasenta merupakan akibat bukan sebab (Pribakti, 2009).

Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu:

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi , uterus

berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah

pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,

(24)

2) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan

vagina (tanda Alfeld).

3) Semburan darah tiba-tiba

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong

plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang

tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat

melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah

retroplasenter), keluar melalui tepi plasenta yang terlepas (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

4. Diagnosis

a. Fundus uteri tinggi

b. Perdarahan pascapersalinan

c. Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta (Liu,2007).

5. Proses penatalaksanaan aktif kala III

a. Penatalaksaan aktif Kala III pada semua ibu bersalin pervaginam

b. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta, apabila perdarahan yang

terjadi sebelum plasenta lahir lengkap sedangkan uterus tidak berkontraksi

biasanya disebabkan oleh retensio plasenta

c. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir, ulangi

penataksanaan aktif Kala III dengan memberikan oksitosin 10 IU IM dan

(25)

penatalaksanaan aktif Kala III selama 15 menit atau lebih, jika plasenta

masih belum lahir lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir

kalinya. Setelah melakukan langkah-langkah di atas dan plasenta belum juga

lahir, segera rujuk ke rumah sakit bila ibu tidak mengalami perdarahan hebat

d. Bila terjadi perdarahan hebat, maka plasenta harus dilahirkan secara manual

(IBI, 2003).

6. Prosedur manual plasenta

a. Infus sudah terpasang sebelum tindakan untuk memperbaiki keadaan umum

pasien

b. Informed consent kepada pasien atau keluarga pasien sebelum melakukan

tindakan

c. Siapkan alat, siapkan diri penolong dan siapkan pasien pada posisi litotomi

d. Pencegahan infeksi sebelum tindakan

1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun, air bersih yang mengalir

dan keringkan dangan handuk bersih

2) Gunakan sarung tangan panjang yang steril

e. Tindakan penetrasi ke kavum uteri

1) Memberikan obat sedatif dan analgetik melalui karet infus

2) Melakukan kateterisasi kandung kemih apabila pasien tidak dapat

berkemih sendiri

3) Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar

(26)

4) Secara obsetrik masukkan satu tangan (ujung-ujung jari tangan saling

merapat dan bertemu, punggung tangan berada dibawah) ke dalam vagina

dengan menelusuri tali pusat bagian bawah

5) Tangan kiri penolong menahan fundus uteri, kemudian masukkan tangan

kanan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi

plasenta

6) Buka tangan obstetrik menjadi seperti salam (ibu jari merapat ke pangkal

jari telunjuk)

f. Melepaskan plasenta dari dinding uterus

1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah

a) Bila berada di belakang, tali pusat tetap berada di atas. Bila di bagian

depan, pindahkan tangan di bagian depan tali pusat dengan punggung

tangan menghadap ke atas.

b) Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat

implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta

dan dinding uterus dengan punggung kanan menghadap ke dinding

dalam uterus.

c) Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung

tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada di bawah

telapak tangan kanan.

2) Kemudian gerakkan tangan tangan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke

(27)

g. Mengeluarkan plasenta

1) Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat

plasenta dikeluarkan

2) Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta

3) Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsal

kranial setelah plasenta lahir

4) Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan, periksa apakah

plasenta lengkap atau tidak

5) Lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta

yang masih melekat pada dinding uterus (Depkes, 2004).

6) Bila tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak

terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera (Ikatan Bidan

Indonesia, 2003).

h. Tindakan pascamanual plasenta

1) Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

2) Beri oksitosin 10 IU secara IV ke dalam cairan infus 60 tetes/menit, jika

masih terjadi perdarahan berikan metergin 0,2 mg secara IM

3) Periksa dan perbaiki robekan pada seviks, vagina dan episiotomi

4) Dekontaminasi alat pascatindakan

i. Perawatan pascatindakan

1) Observasi tanda vital pasien, kontraksi uterus dan perdarahan

(28)

2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan bila masih diperlukan

3) Beri tahu ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan

(29)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Adapun yang menjadi kerangka konsep dari penelitian Sikap dan Tindakan

Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2010 yaitu :

Variabel Independent Variabel Dependent

Penanganan Retensio Plasenta Tindakan Bidan

(30)

B. Definisi Operasional No Variabel Defenisi

operasional

(31)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross

sectional untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio

plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang pernah

menangani retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu

seluruh bidan yang pernah menangani retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan

(32)

C. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan

pertimbangan sebagai berikut :

a. Belum pernah dilakukan penelitian oleh siapa pun dengan judul yang sama di

lokasi ini.

b. Jumlah bidan yang ada di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan

mencukupi untuk dijadikan objek penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2010.

D. Pertimbangan Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat izin dari pihak Program Studi

D- IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian

peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota Medan.

Setelah mendapat izin penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kepala

Puskesmas Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan untuk meneliti bidan-bidan yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan. Peneliti akan

menjelaskan kepada responden maksud dan tujuan penelitian. Partisipasi responden

sebagai objek penelitian adalah bersifat sukarela, peneliti sepenuhnya menghormati hak

(33)

Apabila responden setuju maka responden terlebih dahulu menandatangani

lembar persetujuan (informed consent). Untuk menjaga kerahasiaan, maka nama

responden tidak akan dicantumkan pada lembar pengumpulan data dan hanya diberi

kode tertentu. Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian, yaitu untuk mengidentifikasi sikap dan

tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta.

E. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Penelitian

Instrumen yang dipakai untuk penelitian sikap yaitu dalam bentuk kuesioner

yang disusun peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Jenis kuesioner yang digunakan

pada penelitian ini berupa pernyataan tertutup, sehingga responden hanya perlu

memberikan jawaban berupa tanda check list ( √ ) pada satu jawaban yang sesuai dengan pendapat responden.

Kuesioner terdiri dari 10 penyataan dengan kriteria penyekoran menggunakan

skala Likert yang menyediakan empat alternative jawaban untuk pernyataan sebagai

berikut :

a. Bila bentuk pernyataan positif, alternatif jawaban : sangat setuju (SS)

skornya 4, setuju (S) skornya 3, tidak setuju (TS) skornya 2, sangat tidak

(34)

b. Bila bentuk pernyataan negatif, alternatif jawaban : sangat setuju (SS)

skornya 1, setuju (S) skornya 2, tidak setuju (TS) skornya 3, sangat tidak

setuju (STS) skornya 4.

Untuk mendapatkan kriteria penyekoran digunakan perhitungan yaitu sebagai

berikut :

1) Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 40

Skor terkecil : 10

2) Menentukan nilai rentang ( R)

Rentang = skor terbesar-skor terkecil

= 40-10

= 30

3) Menentukan nilai panjang kelas ( i )

Panjang kelas ( i ) = Rentang ( R Banyak kelas

)

= 30 2

= 15

4) Menentukan skor kategori

Sikap negatif : Apabila responden memperoleh jumlah skor 10-25

(35)

2. Lembar Observasi

Instrumen yang dipakai untuk penelitian tindakan yaitu dalam bentuk lembar

observasi yang telah disusun berdasarkan Standart Operational Prosedure (SOP).

Lembar observasi ini, diisi oleh peneliti saat responden sedang melakukan tindakan

penanganan retensio plasenta pada alat peraga (phantom). Peneliti memberikan tanda

check list ( √ ) pada kolom ”ya” apabila responden melakukan tindakan yang telah tercantum pada lembar observasi, namun sebaliknya peneliti memberikan tanda check

list ( √ ) pada kolom ”tidak” apabila responden tidak melakukan tindakan yang tercantum pada lembar observasi.

Lembar observasi terdiri terdiri dari 20 pernyataan tindakan, dengan kriteria

penyekoran menggunakan skala Guttman yang menyediakan dua alternatif jawaban

untuk pernyataan sebagai berikut :

a. Bila responden melakukan tindakan yang tercantum pada lembar observasi

dengan jawaban ”ya”, maka responden memperoleh skor 1 ( satu ).

b.Bila responden tidak melakukan tindakan yang tercantum pada lembar

observasi dengan jawaban ”tidak”, maka responden memperoleh skor 0 (nol).

Untuk mendapatkan kriteria penyekoran digunakan perhitungan yaitu sebagai

(36)

1) Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 20

Skor terkecil : 0

2) Menentukan nilai rentang ( R )

Rentang = skor terbesar – skor terkecil

= 20-0

= 20

3) Menentukan nilai panjang kelas ( i )

Panjang kelas (i) = Rentang ( R Banyak kelas

)

= 20 3

= 6,6

4) Menentukan skor kategori

Kurang : 0 + 6,6 = 6,6 ( Dari semua lembar observasi yang terlampir,

responden melakukan 0-6 tindakan )

Cukup : 6,7 + 6,6 = 13,3 ( Dari semua lembar observasi yang terlampir,

responden melakukan 7-13 tindakan )

Baik : 13,4 + 6,6 = 20 ( Dari semua lembar observasi yang terlampir,

(37)

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat dengan mengarah

pada validitas logik yaitu validitas yang bertitik tolak dari konstruksi teoritik

tentang faktor-faktor yang diukur oleh suatu alat pengukur. Uji validitas dalam

penelitian ini menggunakan content validity index yang dilakukan oleh

pakarnya yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi dr. M.Fahdhy, SpOG, MSc.

b.Uji Reliabilitas

Kehandalan suatu alat ukur meskipun pengukuran tersebut dilakukan

berulang-ulang ,oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda namun

hasil pengukurannya tetap sama.Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten

terhadap sasaran yang akan di ukur. Uji reliabilitas kuesioner sikap bidan

terhadap penanganan retensio plasenta dilakukan pada 20 bidan yang ada di

Kabupaten Kampar (Riau), yang mempunyai kriteria sama dengan sampel.

Data diolah menggunakan SPSS versi 17 dengan reliability cronbach's alpha,

diperoleh hasil sebesar 0,7. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel

apabila nilai reliability > 0,6, berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa kuesioner tersebut cukup akurat untuk dijadikan instrumen

(38)

F. Prosedur Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa

tahap yaitu sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Instansi Pendidikan Program

Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota

Medan.

3. Setelah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan, kemudian

mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala

Puskesmas Desa Terjun Kecamatan Medan Merelan.

4. Melaksanakan penelitian setelah mendapat izin dari dari Kepala Puskesmas

Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan.

5. Menentukan responden dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan

penelitian.

6. Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian diminta

menandatangani informed consent sebagai tanda persetujuan menjadi

responden.

7. Menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner sikap dan cara

(39)

8. Responden dipersilahkan mengisi lembar kuesioner dengan menjawab seluruh

pertanyaan dengan teliti dan cermat, setelah kuesioner diisi seluruhnya oleh

responden kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

9. Responden diminta untuk memperagakan tindakan dalam penanganan retensio

plasenta pada alat peraga (phantom) dan peneliti memberikan tanda check list

( √ ) pada lembar observasi.

G. Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Editing : Memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden,

dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai

petunjuk.

2. Coding : Memberi kode tertentu pada data yang telah terkumpul untuk

mempermudah analisis data.

3. Tabulating : Data yang telah lengkap dihitung sesuai dengan variabel yang

dibutuhkan, dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Setelah data terkumpul, analisis data dilakukan melalui pengolahan data secara

komputerisasi dengan menggunakan program SPSS versi 17. Hasil analisis data

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase, untuk melihat

(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian Sikap dan Tindakan Bidan

Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2010 pada bulan Februari sampai Mei 2010 dengan jumlah sampel sebanyak 30

orang.

1. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini hasil yang didapat dari 30 bidan yang menjadi responden,

mayoritas dijumpai pada umur 33-39 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Pada

pendidikan didapat hasil bahwa mayoritas dari responden berpendidikan D3 Kebidanan

yaitu sebanyak 28 orang (93,3%). Lama bekerja dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa mayoritas responden telah bekerja 6-10 tahun, yaitu sebanyak 11 orang ( 36,7%).

Dalam hal menghadapi kasus retensio plasenta, mayoritas berkisar antara 1-5 kali

sebanyak 15 orang (50%). Responden dalam penelitian ini mayoritas pernah mengikuti

pelatihan asuhan persalinan normal (APN) yaitu sebanyak 27 orang (90%). Untuk lebih

(41)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

No Data demografi Frekuensi ( orang ) Persentase ( % ) 4 Menghadapi kasus retensio

plasenta 5 Pelatihan asuhan persalinan

(42)

2. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

Berdasarkan hasil penelitian sikap bidan terhadap penanganan retensio plasenta

di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010, mayoritas responden menjawab

sangat setuju yaitu sebanyak 15 orang (50%) pada pernyataan no 3 tentang memasang

infus sebelum melakukan tindakan manual plasenta. Pada pernyataan no 10 tentang

tanggung jawab bidan dalam setiap pertolongan persalinan, mayoritas responden

menjawab setuju yaitu sebanyak 20 orang (66,7%). Sebanyak 23 orang (76,7%)

responden menjawab tidak setuju pada pernyataan no 2, tentang perasaan tidak cemas

apabila menghadapi kasus retensio plasenta dengan fasilitas yang terbatas. Pada

pernyataan no 1 tentang tidak perlunya memeriksa kelengkapan bagian-bagian plasenta

setelah plasenta lahir, mayoritas responden menjawab sangat tidak setuju yaitu sebanyak

14 orang (46,7%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta Di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

No Pernyataan

SS S TS STS

N % N % N % N %

1. Saya selalu yakin dan tidak

perlu memeriksa kelengkapan bagian-bagian

plasenta setelah plasenta lahir

0 0 0 0 16 53,3 14 46,7

(43)

banyak pengalaman klinik, sehingga saya tidak merasa cemas apabila menghadapi kasus retensio plasenta walaupun fasilitas yang saya miliki terbatas

3 Saya khawatir akan terjadi

banyak perdarahan,

4. Saya tidak perlu merasa cemas bila dalam 30 menit plasenta belum juga lahir, karena hal tersebut masih dalam batas yang normal

3 10 9 30 14 46,7 4 13,3

6. Saat saya menghadapi

kasus retensio plasenta

8. Saya khawatir bila terjadi

(44)

9. Kandung kemih yang penuh tidak akan menghambat kontraksi uterus, sehingga saya tidak perlu cemas bila tidak melakukan kateterisasi manajemen aktif Kala III

7 23,3 20 66,7 2 6,7 1 3,3

Dalam penelitian ini hasil yang didapat dari 30 bidan yang menjadi responden

tentang sikap bidan terhadap penanganan retensio plasenta tertinggi memiliki sikap

positif yaitu sebanyak 28 orang (93,3%), sedangkan yang terendah memiliki sikap

negatif yaitu sebanyak 2 orang (6,7%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3

berikut ini.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta Di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

(45)

3. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bidan terhadap penanganan retensio

plasenta di Desa Terjun kecamatan Medan Marelan tahun 2010, mayoritas responden

melakukan tindakan ”ya” yaitu sebanyak 30 orang (100%) pada pernyataan no 13

tentang cara menentukan implantasi plasenta. Pada lembar observasi no 5 tentang

pemberian antibiotik dosis tunggal, mayoritas responden melakukan tindakan “tidak”

yaitu sebanyak 24 orang (80%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut

ini.

Tabel 5.4 Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta Di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

No Pengetahuan Prosedur

Ya Tidak

N % N %

1. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir, ulangi pemberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penatalaksanaan aktif Kala III selama 15 menit

29 96,7 1 3,3

2. Setelah melakukan langkah-langkah diatas dan terjadi perdarahan hebat maka segera pasang infus

20 66,7 10 33,3

3. Informed consent kepada pasien atau keluarga pasien sebelum melakukan tindakan

28 93,3 2 6,7

4. Beri obat sedatif dan analgetik melalui karet infus

9 30 21 70

(46)

6. Pasang sarung tangan DTT setelah mencuci tangan

14 46,7 16 53,3

7. Lakukan kateterisasi kandung kemih 15 50 15 50

8. Tegangkan tali pusat yang telah dijepit dengan kocher sejajar dengan lantai

26 86,7 4 13,3

9. Masukkan tangan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat sampai masuk ke dalam cavum uteri

23 76,7 7 23,3

10. Tangan lain menahan fundus uteri untuk mencegah terjadinya inversio uteri

11 36,7 19 63,3

11. Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta

26 86,7 4 13,3

12. Buka tangan obstetrik menjadi seperti salam

13 43,3 17 56,7

13. Tentukan implantasi plasenta dengan menemukan tepi plasenta yang paling bawah, kemudian gerakkan tangan ke kiri dan kanan sampai bergeser ke arah cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan

30 100 0 0

14. Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus pada pada saat plasenta dikeluarkan

19 63,3 11 36,7

15. Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta

29 96,7 1 3,3

16. Lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus

19 63,3 11 36,7

17. Beri oksitosin 10 IU secara IV ke dalam cairan infus 60 tetes/menit. Bila masih terjadi perdarahan, berikan metergin 0,2 mg secara IM

27 90 3 10

18. Periksa apakah plasenta lengkap/tidak, bila tidak lengkap lakukan eksplorasi ke dalam cavum uteri

18 60 12 40

19. Perbaiki robekan pada serviks, vagina dan episiotomi

22 73,3 8 26,7

(47)

Dalam penelitian ini hasil yang didapat dari 30 bidan yang menjadi responden

tentang tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta tertinggi memiliki

tindakan cukup yaitu sebanyak 16 orang (53,3%), sedangkan yang terendah memiliki

tindakan kurang yaitu sebanyak 2 orang (6,7). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Bidan Terhadap Retensio Plasenta Di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

Tindakan Frekuensi ( orang ) Persentase ( % )

Kurang

Cukup

Baik

2

16

12

6,7

53,3

40

B. Pembahasan

Desain penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan

untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta

di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010 pada bulan Februari sampai Mei

2010 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pembahasan dari hasil penelitian akan

(48)

1. Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

Sikap bidan terhadap penanganan retensio plasenta yang telah dibahas

sebelumnya menunjukkan bahwa 28 orang (93,3%) memiliki sikap positif, sedangkan 2

orang (6,7%) memiliki sikap negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bidan,

mempunyai sikap positif terhadap penanganan retensio plasenta. Sikap positif yang

dimiliki oleh bidan, akan memberikan manfaat dalam meningkatkan asuhan kebidanan

yang berkompeten dan terstruktur terutama pada manajemen aktif Kala III. Respon

positif ini dapat menghindari proses persalinan dari komplikasi kegawatdaruratan

kebidanan seperti kasus retensio plasenta. Dari 10 pernyataan sikap, kuesioner no 6

memiliki nilai yang paling rendah diantara kuesioner lainnya yaitu pernyataan tentang

segera melakukan persiapan manual plasenta saat menghadapi kasus retensio plasenta

dengan perdarahan. Sikap negatif tersebut harus diubah yaitu dengan menyediakan

peralatan medis maupun obat-obatan yang diperlukan dalam tindakan penanganan

retensio plasenta dalam satu bak instrumen emergency, agar bidan dapat mempersingkat

waktu dalam menghentikan perdarahan akibat retensio plasenta dan menghindari

komplikasi lain yang kemungkinan dapat terjadi.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Maulana (2009), sikap merupakan

kecenderungan merespon secara positif atau negatif terhadap orang, situasi, atau objek

tertentu, artinya bahwa sikap dapat terbentuk dari stimulus yang berikan oleh

lingkungan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007)

(49)

kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap tidak dapat langsung

dilihat tapi merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Widayatun (2010), sikap adalah

keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua

obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Umur dapat mempengaruhi sikap seseorang, berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan mayoritas responden dijumpai pada usia 33-39 tahun yaitu sebanyak 14 orang

(46,7%). Menurut Nursalam (2001) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Jadi, dengan umur

yang matang maka akan semakin baik pula kecenderungan seseorang untuk merespon

terhadap objek, orang dan peristiwa tertentu sesuai dengan pengetahuan yang

diperolehnya.

Pendidikan juga berkaitan dengan sikap seseorang, berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan mayoritas responden berpendidikan D3 Kebidanan yaitu sebanyak 28

orang (93,3%). Menurut Nursalam (2001) Dengan pendidikan yang tinggi maka

seseorang akan mudah untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari

media informasi lainnya, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Jadi,

dengan pendidikan seseorang dapat mengembangkan sikap positif yang ada didalam

(50)

Lama bekerja akan berpengaruh pada pengetahuan dan sikap seseorang,

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mayoritas responden telah bekerja 6-10

tahun yaitu sebanyak 11 orang (36,7%). Bekerja adalah melakukan sesuatu yang akan

menghasilkan hal yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Menurut Notoatmodjo

(2003), bahwa lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang

diperoleh ditempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan

dan keterampilan yang didapat.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, mayoritas responden 1-5 kali melakukan

penanganan retensio plasenta yaitu sebanyak 15 orang (50%). Hal ini karena (90%)

bidan telah mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal (APN) dan melakukan

manajemen aktif Kala III sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga kasus

retensio plasenta ini dapat dihindari.

2. Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

Tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta yang telah dibahas

sebelumnya menunjukkan bahwa 16 orang (53,3%) memiliki tindakan yang masih

cukup, hal ini disebabkan karena sebanyak 15 orang (50%) hanya pernah menghadapi

kasus retensio plasenta sebanyak 1-5 kali. Sedangkan 2 orang (6,7%) memiliki tindakan

kurang, terlihat dari lembar observasi no 5 yang merupakan tindakan yang paling sering

terlupakan oleh bidan yaitu tentang pemberikan antibiotik dosis tunggal sebelum

(51)

ubah, karena antibiotik akan menambah kekebalan tubuh pasien terhadap infeksi

terutama ketika bidan melakukan tindakan manual plasenta.

Menurut Notoatmodjo (2003) setelah mengetahui stimulus, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk

dilaksanakan atau dipraktekkan, inilah yang disebut tindakan. Secara teori, perubahan

perilaku dalam mengadopsi perilaku baru akan mengikuti beberapa tahap yakni melalui

proses perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan. Beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa dalam proses tersebut tidak selalu sama dengan teori, kenyataannya

dalam praktek sehari-hari banyak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktek.

Seperti pada penelitian yang telah dilakukan, ditemukan sebanyak 11 orang (36,7%)

responden telah bekerja 6-10 tahun. Akan tetapi para responden tersebut masih kurang

menguasai teori penanganan retensio plasenta secara terstruktur.

Notoatmodjo juga mengungkapkan bahwa makin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang, semakin tinggi tingkat pemahamannya. Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan sangat berperan dalam penyerapan dan pemahaman terhadap informasi.

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan bidan yang ada di Desa Terjun Kecamatan

Medan Marelan sebanyak 28 orang (93,3%) berpendidikan D3 Kebidanan, akan tetapi

masih banyak bidan memiliki tindakan yang cukup dalam penanganan retensio plasenta.

Kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan timbul dari pengalaman yang

didapat, tidak dibawa sejak lahir tapi merupakan hasil dari proses belajar. Berdasarkan

penelitian, bahwa bidan yang berada di Desa Terjun Kecamatan Medan mayoritas

(52)

masih memiliki tindakan cukup dalam penanganan retensio plasenta, salah satunya

disebabkan oleh kecenderungan dan kebiasaan dari diri mereka sendiri (faktor internal)

yaitu tidak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi dan kondisi

yang sebenarnya Rakhmat (2009). Jadi, Semakin banyak pengalaman yang diperoleh

seseorang selama bekerja maka akan bertambah pula pengetahuannya dalam

menghadapi komplikasi kegawatdaruratan yang dapat terjadi dalam proses persalinan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2010, menemukan

sejumlah 36 bidan yang mempunyai klinik bersalin di Desa Terjun Kecamatan Medan

Marelan, 2 orang diantaranya tidak pernah menangani kasus retensio plasenta sehingga

tidak dijadikan sampel dalam penelitian ini. 4 orang lainnya dengan alasan

(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa mayoritas responden ditemukan

pada kelompok umur 33-39 tahun (n=14, 46,7%), pada tingkat pendidikan mayoritas

berpendidikan D3 kebidanan (n=28, 93,3). Mayoritas lama bekerja 6-10 tahun (n=11,

36,7), dalam hal menghadapi kasus retensio plasenta mayoritas 1-5 kali (n=15, 50%) dan

mayoritas responden yang pernah mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal (n=27,

90%).

Pada sikap bidan terhadap penanganan retensio plasenta responden tertinggi

memiliki sikap positif yakni 28 orang (93,3%), sedangkan yang terendah memiliki sikap

negatif yakni 2 orang (6,7%). Pada tindakan bidan terhadap penanganan retensio

plasenta responden tertinggi memiliki tindakan cukup yakni 16 orang (53,3%),

(54)

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini mengidentifikasikan sikap dan tindakan bidan terhadap

penanganan retensio plasenta, oleh sebab itu diharapkan bidan praktek swasta dapat

memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan standart operational procedure

khususnya pada menajemen aktif Kala III agar perdarahan akibat retensio plasenta dapat

dihindari.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memperluas penelitian tentang

penanganan retensio plasenta pada Kala III persalinan, dengan menggunakan desain

penelitian secara langsung (eksperimen) tentang sikap dan tindakan bidan terhadap

penanganan retensio plasenta. Peneliti sebaiknya melampirkan surat pernyataan dari

Ikatan Bidan Indonesia yang menyatakan bahwa peneliti telah kompeten dalam

melakukan tindakan penanganan retensio plasenta, sehingga hasil penelitian yang

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2009, Alhamsyah, 2009, http://www.Bidan Comsindo.com

Arikunto, S.(2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

diperoleh tanggal 22-10-2009.

Budiharto.(2008) Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Chapman, V.(2006). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC Hidayat, A.(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis data. Jakarta:

Selemba Medika.

IBI. (2003). Standar Pelayanan Kebidanan: Jakarta. IBI. (2005). Bidan Menyongsong Masa Depan: Jakarta. Liu.D. (2007). Manual Persalinan. Jakarta : EGC.

Manuaba, I.A.C.(2008). Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Maulana, D.J.Heri.(2004). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penerapan Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta. Saifuddin, A.B.(2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogyakarta : Mitra Medika. Sastrawinata, S. (2004). Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Sastroasmoro, S.(2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

Suyanto. (2008). Riset Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendikia. Widayatun. (2010).http://www.hanstoe.wordpress.com

Wiknojosastro. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(56)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Ibu responden

Di Desa terjun Kecamatan Medan Marelan

Nama saya Elvira Harmia, mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap penanganan Retensio plasenta, yang mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika ibu bersedia, saya akan memberikan lembar kuesioner berupa pernyataan yang telah disediakan untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang Ibu berikan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2010

Responden Peneliti

(57)

KUESIONER PENELITIAN

SIKAP DAN TINDAKAN BIDAN TERHADAP PENANGANAN RETENSIO PLASENTA

DI DESA TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2010

No. Responden : ...

Tanggal : ...

I. DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian :

Pilihlah jawaban yang menurut anda tepat dengan memberikan tanda ( √ ) pada jawaban.

1. Umur : ... tahun

2. Pendidikan : ( ) D I Kebidanan

( ) D III Kebidanan

( ) D IV Kebidanan

( ) S1 Kebidanan

( ) S2 Kebidanan

3. Lama Bekerja : ( ) 1-5 tahun

( ) 6-10 tahun

( ) 11-15 tahun

( ) > 15 tahun

4. Berapa kali menghadapi kasus retensio plasenta : ( ) 1-5 Kali

( ) 6-10 Kali

( ) >10 Kali

5. Pelatihan Asuhan Persalainan Normal (APN) : ( ) Belum pernah

(58)

II. SIKAP

1 Saya selalu yakin dan tidak perlu memeriksa kelengkapan bagian-bagian plasenta setelah plasenta lahir

2 Saya telah memiliki banyak pengalaman klinik, sehingga saya tidak merasa cemas apabila menghadapi kasus retensio plasenta walaupun fasilitas yang saya miliki terbatas

3 Saya khawatir akan terjadi banyak perdarahan, sehingga sebelum saya melakukan manual plasenta saya memasang infus terlebih dahulu 4 Saya tidak perlu merasa cemas bila dalam 30

menit plasenta belum juga lahir, karena hal tersebut masih dalam batas yang normal 5 Saya yakin bahwa ketidakefektifan kontraksi

dapat menghambat pelepasan plasenta pada kala III persalinan

(59)

melakukan persiapan untuk tindakan manual plasenta

7 Saya tidak pernah lupa untuk memberikan obat sedatif dan analgetik sebelum melakukan tindakan manual plasenta

8 Saya khawatir bila terjadi banyak perdarahan, sehingga untuk mempersingkat waktu saya melakukan manual plasenta tanpa perlu memperhatikan pencegahan infeksi 9 Kandung kemih yang penuh tidak akan

menghambat kontraksi uterus, sehingga saya tidak perlu cemas bila tidak melakukan kateterisasi

10 Saya akan bertanggung jawab dalam setiap tindakan pertolongan persalinan yang saya lakukan terutama pada manajemen aktif kala III

III. TINDAKAN

Petunjuk pengisian :

Peragakan tindakan penanganan retensio plasenta pada phatom yang telah disediakan dan peneliti akan memberikan tanda ( √ ) pada lembar observasi

Keterangan :

 Ya : Melakukan  Tidak : Tidak melakukan

No Pernyataan Ya Tidak

(60)

2 Setelah melakukan langkah-langkah diatas dan terjadi perdarahan hebat maka segera pasang infus

3 Informed consent kepada pasien atau keluarga pasien sebelum melakukan tindakan

4 Beri obat sedatif dan analgetik melalui karet infus 5 Beri antibiotik dosis tunggal

6 Pasang sarung tangan DTT setelah mencuci tangan 7 Lakukan kateterisasi kandung kemih

8 Tegangkan tali pusat yang telah dijepit dengan kokher sejajar dengan lantai

9 Masukkan tangan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat sampai masuk ke dalam kavum uteri

10 Tangan lain menahan fundus uteri untuk mencegah terjadinya inversio uteri

11 Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta

12 Buka tangan obstetrik menjadi seperti salam

13 Tentukan implantasi plasenta dengan menemukan tepi plasenta yang paling bawah, kemudian gerakkan tangan ke kiri dan kanan sampai bergeser ke arah cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan 14 Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan

uterus pada pada saat plasenta dikeluarkan

15 Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta 16 Lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada

bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus 17 Beri oksitosin 10 IU secara IV ke dalam cairan infus 60

(61)

0,2 mg secara IM

18 Periksa apakah plasenta lengkap/tidak, bila tidak lengkap lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri

(62)

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Berapa Kali Menghadapi Kasus Retensio Plasenta

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-5 15 50.0 50.0 50.0

(63)

>10 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pelatihan Asuhan Persalinan Normal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Belum pernah 3 10.0 10.0 10.0

Sudah pernah 27 90.0 90.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Skor Sikap Yang Benar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25 2 6.7 6.7 6.7

28 3 10.0 10.0 16.7

29 4 13.3 13.3 30.0

30 5 16.7 16.7 46.7

31 6 20.0 20.0 66.7

32 3 10.0 10.0 76.7

33 3 10.0 10.0 86.7

34 2 6.7 6.7 93.3

35 1 3.3 3.3 96.7

36 1 3.3 3.3 100.0

(64)

Skor Tindakan Yang Benar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(65)

Data Demografi Responden

Umur Pendidikan Lama Bekerja Mghdpi R.P

(66)
(67)

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Di Desa
Tabel 5.2 Sikap Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta Di Desa Terjun
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Sikap Bidan Terhadap Penanganan
Tabel 5.4 Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta Di Desa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan

Berbagai faktor penyebab musnahnya pekarangan etnis Melayu di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan seperti tanah yang berharga tinggi, bertambahnya penduduk

tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan. dan

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu sentra penghasil sayuran terbesar di Kota Medan.Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terdapat

Taman Baca Masyarakat Istiqomah yang berada di kelurahan terjun kecamatan Medan Marelan kota Medan merupakan sarana atau tempat yang menyediakan bahan bacaan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan peran dinas kebersihan dalam pengelolaan sampah rumah tangga di TPA Terjun Kecamatan medan marelan belum maksimal

Putri Dian Sari Damanik (130304012/Agribisnis) dengan judul Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.. Penelitian

Peningkatan pendapatan petani sawi di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan berada pada posisi yang sangat menguntungkan bagi usahatani sawi karena