• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai sumber informasi dan data dasar bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.

3. Bagi Pendidikan

Sumbangan dalam pengembangan ilmu kebidanan yang berhubungan dengan sikap dan tindakan bidan dalam penanganan retensio plasenta.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek . Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.

Sikap mempunyai 3 komponen pokok : 1. Afektif

Merupakan aspek emosional dari faktor sosio psikologis atau evaluasi terhadap suatu objek.

2. Kognitif

Merupakan aspek intelektual, kepercayaan, ide dan konsep yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

3. Konatif

Merupakan aspek fungsional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap secara utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007).

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving)

Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon (responding)

Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Pada tingkat menghargai, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab berarti menerima semua resiko terhadap sesuatu yang telah dipilih.

Sikap memiliki beberapa ciri yaitu:

1. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu.

2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu, sehingga dapat dipelajari.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. 4. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek.

5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan dengan pengetahuan (Maulana, 2009).

B. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa telah yang diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.

Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1.Persepsi (perception)

Mekanisme (Mekanism) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2.Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3.Mekanisme (Mekanism)

Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4.Adopsi (adoption)

Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Tindakan 1. Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Variabel umur merupakan sebuah konsep yang masih abstrak, bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya (Zaluchu, 2006). Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, semakin bertambah umur maka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001). Menurut Hendra (2008), bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya ( UU No.20 tahun 2003). Pendidikan dapat menentukan pola pikir dan

wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan kemampuannya semakin meningkat pula. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas, melalui pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam, 2001). Menurut Notoatmodjo (2007), konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti, didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih matang baik pada individu, kelompok maupun masyarakat..

3. Lama Bekerja

Lama bekerja adalah masa responden memberikan pelayanan kebidanan, baik pada instansi pemerintah maupun swasta. Seperti yang diungkapkan oleh Mapire, pertumbuhan dalam pekerjaan dapat dilalui oleh seseorang apabila telah menjalani proses belajar dan berpengalaman. Maka diharapkan yang bersangkutan memiliki kecakapan kerja yang bertambah baik serta memiliki keterampilan kerja yang bertambah dalam kualitas dan kuantitas. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh ditempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang akan didapat.

D. Retensio Plasenta 1. Definisi

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta melebihi waktu setengah jam setelah bayi lahir (Manuaba, 2008).

Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta didalam uterus selama lebih dari satu jam setelah bayi lahir (Jones, 2001).

2. Etiologi

a. Kelainan uterus

1) Kelainan kontraksi

Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), ketidakefektifan kontraksi dapat menghambat pelepasan plasenta yang terjadi pada inersia uteri, atonia uteri dan tetani uteri. 2) Uterus bicornus dan subseptus

Kelainan uterus ini, dapat menyebabkan retensio plasenta karena bentuk uterus yang tidak sempurna. Pada keadaan ini miometrium tidak berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan his yang menghambat plasenta untuk keluar dari tempat implantasinya. b. Kelainan plasenta

Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium, kelainan plasenta yang dimaksud yaitu :

1) Plasenta akreta

Vili korialis plasenta menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim tetapi belum menembus serosa.

2) Plasenta inkreta

Vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus lapisan desidua sampai ke miometrium.

3) Plasenta perkreta

Vili korialis menembus lapisan miometrium dan menembus lapisan serosa atau peritoneum dinding rahim.

c. Kesalahan manajemen aktif Kala III

1) Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta.

2) Pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya.

3) Pemberian anestesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus. d. Penyebab lain

1) Kandung kemih penuh

Kandung kemih akan memenuhi ruang panggul sehingga dapat menghalangi terjadinya kontaksi uterus.

2) Persalinan preterm

Hal ini terjadi bila persalinan preterm dilakukan atas indikasi medis bukan karena kelainan dari uterus.

3. Mekanisme Pelepasan Plasenta

Kontraksi uterus akan mengurangi area plasenta, karena uterus bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi tersebut menyebabkan bagian plasenta menjadi longgar dan lemah pada dinding uterus, bagian ini akan terlepas mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya. Namun, terkadang ada sebagian kecil plasenta yang masih melekat pada dinding uterus. Proses pelepasan plasenta terjadi setahap demi setahap, dengan adanya pengumpulan darah di belakang plasenta akan dapat membantu dalam pelepasan plasenta. Bila pelepasan sudah lengkap, maka kontraksi uterus akan mendorong plasenta yang sudah lepas ke segmen bawah rahim untuk segera dilahirkan.

Kala III normal dibagi ke dalam 4 fase yaitu: a. Fase laten

Fase laten ditandai dengan menebalnya dinding uterus yang bebas dari tempat implantasi plasenta. Tetapi, dinding uterus tempat plasenta berimplantasi masih tipis.

b. Fase kontraksi

Fase kontraksi ditandai dengan menebalnya dinding uterus tempat plasenta berimplantasi, ketebalan awal kurang dari 1 cm menjadi lebih dari 2 cm. c. Fase pelepasan plasenta

Fase pelepasan plasenta merupakan fase plasenta menyempurnakan pemisahan dan kemudian lepas dari dinding uterus. Terpisahnya plasenta

disebablan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat implantasi plasenta (Pribakti, 2009).

Cara pelepasan plasenta ada 2 macam yaitu: 1) Secara Schultze

Pelepasan plasenta dimulai pada bagian tengah seperti menutup payung, menurut cara ini perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir.

2) Secara Duncan

Pelepasan plasenta dimulai dari pinggir plasenta atau serempak dari tengah ke pinggir plasenta, menurut cara ini ditandai oleh adanya perdarahan pervaginam bila plasenta mulai lepas(Wiknjosastro, 2007). d. Fase pengeluaran

Fase pengeluaran merupakan fase dimana plasenta bergerak turun, daerah tempat pemisahan plasenta tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di rongga uterus. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta merupakan akibat bukan sebab (Pribakti, 2009).

Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu: 1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi , uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas pusat.

2) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda Alfeld).

3) Semburan darah tiba-tiba

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter), keluar melalui tepi plasenta yang terlepas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

4. Diagnosis

a. Fundus uteri tinggi

b. Perdarahan pascapersalinan

c. Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta (Liu,2007).

5. Proses penatalaksanaan aktif kala III

a. Penatalaksaan aktif Kala III pada semua ibu bersalin pervaginam

b. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta, apabila perdarahan yang terjadi sebelum plasenta lahir lengkap sedangkan uterus tidak berkontraksi biasanya disebabkan oleh retensio plasenta

c. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir, ulangi penataksanaan aktif Kala III dengan memberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali. Teruskan melakukan

penatalaksanaan aktif Kala III selama 15 menit atau lebih, jika plasenta masih belum lahir lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Setelah melakukan langkah-langkah di atas dan plasenta belum juga lahir, segera rujuk ke rumah sakit bila ibu tidak mengalami perdarahan hebat d. Bila terjadi perdarahan hebat, maka plasenta harus dilahirkan secara manual

(IBI, 2003).

6. Prosedur manual plasenta

a. Infus sudah terpasang sebelum tindakan untuk memperbaiki keadaan umum pasien

b. Informed consent kepada pasien atau keluarga pasien sebelum melakukan tindakan

c. Siapkan alat, siapkan diri penolong dan siapkan pasien pada posisi litotomi d. Pencegahan infeksi sebelum tindakan

1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun, air bersih yang mengalir dan keringkan dangan handuk bersih

2) Gunakan sarung tangan panjang yang steril e. Tindakan penetrasi ke kavum uteri

1) Memberikan obat sedatif dan analgetik melalui karet infus

2) Melakukan kateterisasi kandung kemih apabila pasien tidak dapat berkemih sendiri

3) Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar dengan lantai

4) Secara obsetrik masukkan satu tangan (ujung-ujung jari tangan saling merapat dan bertemu, punggung tangan berada dibawah) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah

5) Tangan kiri penolong menahan fundus uteri, kemudian masukkan tangan kanan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta

6) Buka tangan obstetrik menjadi seperti salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk)

f. Melepaskan plasenta dari dinding uterus

1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah a) Bila berada di belakang, tali pusat tetap berada di atas. Bila di bagian

depan, pindahkan tangan di bagian depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas.

b) Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus dengan punggung kanan menghadap ke dinding dalam uterus.

c) Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.

2) Kemudian gerakkan tangan tangan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan

g. Mengeluarkan plasenta

1) Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan

2) Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta

3) Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsal kranial setelah plasenta lahir

4) Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan, periksa apakah plasenta lengkap atau tidak

5) Lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus (Depkes, 2004).

6) Bila tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera (Ikatan Bidan Indonesia, 2003).

h. Tindakan pascamanual plasenta

1) Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

2) Beri oksitosin 10 IU secara IV ke dalam cairan infus 60 tetes/menit, jika masih terjadi perdarahan berikan metergin 0,2 mg secara IM

3) Periksa dan perbaiki robekan pada seviks, vagina dan episiotomi 4) Dekontaminasi alat pascatindakan

i. Perawatan pascatindakan

1) Observasi tanda vital pasien, kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam. Segera lakukan tindakan bila masih diperlukan

2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan bila masih diperlukan 3) Beri tahu ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan tetapi ibu masih memerlukan perawatan (Pribakti, 2009).

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Adapun yang menjadi kerangka konsep dari penelitian Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 yaitu :

Variabel Independent Variabel Dependent

Penanganan Retensio Plasenta Tindakan Bidan

B. Definisi Operasional No Variabel Defenisi

operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil Skala

1. Sikap Bidan Kesiapan bidan untuk bertindak terhadap suatu stimulasi atau objek dalam penanganan retensio plasenta

Kuesioner Skala Likert, terdiri dari: sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju Negatif : apabila responden memperoleh jumlah skor 10-25 Positif : apabila responden memperoleh jumlah skor 26-40 Ordinal 2. . Tindakan Bidan Keputusan yang diambil oleh bidan dalam menangani retensio plasenta Lembar Observasi Skala Guttman, terdiri dari : ya apabila melakukan tindakan dan tidak, apabila tidak melakukan tindakan Kurang : apabila responden memperoleh jumlah skor 0-6 Cukup : apabila responden memperoleh jumlah skor 7-13 Baik : apabila responden memperoleh jumlah skor 14-20 Ordinal

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang pernah menangani retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh bidan yang pernah menangani retensio plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010, yaitu sebanyak 30 orang.

C. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Belum pernah dilakukan penelitian oleh siapa pun dengan judul yang sama di lokasi ini.

b. Jumlah bidan yang ada di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan mencukupi untuk dijadikan objek penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2010.

D. Pertimbangan Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat izin dari pihak Program Studi D- IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kepala Puskesmas Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan untuk meneliti bidan-bidan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan. Peneliti akan menjelaskan kepada responden maksud dan tujuan penelitian. Partisipasi responden sebagai objek penelitian adalah bersifat sukarela, peneliti sepenuhnya menghormati hak sebagai responden apabila responden mengundurkan diri dari penelitian..

Apabila responden setuju maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Untuk menjaga kerahasiaan, maka nama responden tidak akan dicantumkan pada lembar pengumpulan data dan hanya diberi kode tertentu. Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, yaitu untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan bidan terhadap penanganan retensio plasenta.

E. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Penelitian

Instrumen yang dipakai untuk penelitian sikap yaitu dalam bentuk kuesioner yang disusun peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Jenis kuesioner yang digunakan pada penelitian ini berupa pernyataan tertutup, sehingga responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda check list ( √ ) pada satu jawaban yang sesuai dengan pendapat responden.

Kuesioner terdiri dari 10 penyataan dengan kriteria penyekoran menggunakan skala Likert yang menyediakan empat alternative jawaban untuk pernyataan sebagai berikut :

a. Bila bentuk pernyataan positif, alternatif jawaban : sangat setuju (SS) skornya 4, setuju (S) skornya 3, tidak setuju (TS) skornya 2, sangat tidak setuju (STS) skornya 1.

b. Bila bentuk pernyataan negatif, alternatif jawaban : sangat setuju (SS) skornya 1, setuju (S) skornya 2, tidak setuju (TS) skornya 3, sangat tidak setuju (STS) skornya 4.

Untuk mendapatkan kriteria penyekoran digunakan perhitungan yaitu sebagai berikut :

1) Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 40

Skor terkecil : 10

2) Menentukan nilai rentang ( R) Rentang = skor terbesar-skor terkecil

= 40-10

= 30

3) Menentukan nilai panjang kelas ( i ) Panjang kelas ( i ) = Rentang ( R

Banyak kelas )

= 30 2

= 15

4) Menentukan skor kategori

Sikap negatif : Apabila responden memperoleh jumlah skor 10-25 Sikap positif : Apabila responden memperoleh jumlah skor 26-40

2. Lembar Observasi

Instrumen yang dipakai untuk penelitian tindakan yaitu dalam bentuk lembar observasi yang telah disusun berdasarkan Standart Operational Prosedure (SOP). Lembar observasi ini, diisi oleh peneliti saat responden sedang melakukan tindakan penanganan retensio plasenta pada alat peraga (phantom). Peneliti memberikan tanda check list ( √ ) pada kolom ”ya” apabila responden melakukan tindakan yang telah tercantum pada lembar observasi, namun sebaliknya peneliti memberikan tanda check list ( √ ) pada kolom ”tidak” apabila responden tidak melakukan tindakan yang tercantum pada lembar observasi.

Lembar observasi terdiri terdiri dari 20 pernyataan tindakan, dengan kriteria penyekoran menggunakan skala Guttman yang menyediakan dua alternatif jawaban untuk pernyataan sebagai berikut :

a. Bila responden melakukan tindakan yang tercantum pada lembar observasi dengan jawaban ”ya”, maka responden memperoleh skor 1 ( satu ).

b.Bila responden tidak melakukan tindakan yang tercantum pada lembar observasi dengan jawaban ”tidak”, maka responden memperoleh skor 0 (nol). Untuk mendapatkan kriteria penyekoran digunakan perhitungan yaitu sebagai berikut :

1) Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 20

Skor terkecil : 0

2) Menentukan nilai rentang ( R )

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 20-0

= 20

3) Menentukan nilai panjang kelas ( i ) Panjang kelas (i) = Rentang ( R

Banyak kelas ) = 20 3 = 6,6 4) Menentukan skor kategori

Kurang : 0 + 6,6 = 6,6 ( Dari semua lembar observasi yang terlampir, responden melakukan 0-6 tindakan )

Cukup : 6,7 + 6,6 = 13,3 ( Dari semua lembar observasi yang terlampir, responden melakukan 7-13 tindakan )

Baik : 13,4 + 6,6 = 20 ( Dari semua lembar observasi yang terlampir, responden melakukan 14-20 tindakan )

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat dengan mengarah pada validitas logik yaitu validitas yang bertitik tolak dari konstruksi teoritik tentang faktor-faktor yang diukur oleh suatu alat pengukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan content validity index yang dilakukan oleh pakarnya yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi dr. M.Fahdhy, SpOG, MSc. b.Uji Reliabilitas

Kehandalan suatu alat ukur meskipun pengukuran tersebut dilakukan berulang-ulang ,oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda namun hasil pengukurannya tetap sama.Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten terhadap sasaran yang akan di ukur. Uji reliabilitas kuesioner sikap bidan terhadap penanganan retensio plasenta dilakukan pada 20 bidan yang ada di Kabupaten Kampar (Riau), yang mempunyai kriteria sama dengan sampel. Data diolah menggunakan SPSS versi 17 dengan reliability cronbach's alpha, diperoleh hasil sebesar 0,7. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai reliability > 0,6, berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kuesioner tersebut cukup akurat untuk dijadikan instrumen dalam penelitian ini.

F. Prosedur Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Instansi Pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota Medan.

3. Setelah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Puskesmas Desa Terjun Kecamatan Medan Merelan.

4. Melaksanakan penelitian setelah mendapat izin dari dari Kepala Puskesmas Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan.

5. Menentukan responden dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian.

6. Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian diminta menandatangani informed consent sebagai tanda persetujuan menjadi responden.

7. Menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner sikap dan cara penilaian pada lembar observasi.

8. Responden dipersilahkan mengisi lembar kuesioner dengan menjawab seluruh pertanyaan dengan teliti dan cermat, setelah kuesioner diisi seluruhnya oleh responden kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

9. Responden diminta untuk memperagakan tindakan dalam penanganan retensio plasenta pada alat peraga (phantom) dan peneliti memberikan tanda check list ( √ ) pada lembar observasi.

G. Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing : Memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai

Dokumen terkait