• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN BIDAN

TERHADAP PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2010

JULITA

095102081

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

Nama Mahasiswa : JULITA NIM : 095102081

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Pembimbing Penguji

Penguji I (Dr. ZULKIFLI, Msi) (dr. M. Fachdy, SpOG)

Penguji II (dr Isti I Fujiati, Msc(CM-FM))

Penguji III (Dr. Zulkifli, Msi)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik

( Nur Asnah Sitohang, Skep, Ns, Mkep) (dr. Murniati Manik, MSc, SpKK)

NIP. NIP.19530719 198003 2 001

Koordinator Karya Ketua Pelaksana

(3)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Julita

Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

viii + 36 hal + 3 tabel + 1 skema + 11 lampiran

Abstrak

Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar kejadian KIPI tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan. Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, bahkan ada yang berfikir kalau semakin dingin maka vaksin semakin baik. Hasil studi kasus di Kota Semarang didapatkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk terdapat di 84 UPS (60.9%) yang merupakan faktor dari kurang baiknya pengetahuan dan sikap petugas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data primer diperoleh melalui kuesioner kepada tiga puluh bidan di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling Data dianalisis dengan cara analisa univariat. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin sebanyak 40,0% berada pada kategori kurang. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin masih kurang. Dari hasil penelitian disarankan agar bidan melakukan penyegaran terhadap pengetahuannya tentang penyimpanan dan transportasi vaksin misalnya melalui pelatihan, dan mengaplikasikan pengetahuannya tersebut dalam melaksanakan praktik di lapangan.

Kata kunci : Pengetahuan, bidan, penyimpanan dan transportasi, vaksin.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010”.

Penulisan karya tulis ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak.

Terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan juga kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Murniati Manik, Msc. Sp. KK, selaku ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Immanuel S. Sembiring, selaku Kepala Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

4. Dr. Zulkifli, M.si, selaku dosen pembimbing dalam mengerjakan KTI.

5. Seluruh dosen dan staf D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmunya serta tidak pernah bosan mendidik dan mengarahkan penulis.

(5)

agar dapat menyelesaikan program studi D-IV Bidan Pendidik dengan sebaik-baiknya.

7. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara T.A. 2009/2010 yang telah banyak memberikan dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya kepada Allah SWT sajalah penulis berserah diri. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT, Amin yaa rabbal ’alamin. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermamfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

1. Tujuan umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II Tinjauan Pustaka A. Konsep Pengetahuan ... 6

B. Sikap... 7

C. Konsep Dasar Imunisasi ... 9

1. Pengertian... 9

2. Jenis Vaksin ... 9

3. Penyimpanan dan transportasi vaksin ... 11

BAB III Kerangka Penelitian A. Kerangka Konsep ... 18

B. Defenisi Operasional ... 19

BAB IV Metode Penelitian A. Desain Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel... 20

C. Lokasi dan waktu Penelitian ... 20

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 21

F. Uji validitas dan reliabilitas ... 24

G. Pengumpulan Data ... 24

(7)

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian ... 27 1. Pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi

vaksin ... 29 2. Sikap bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin ... 30 B. Pembahasan ... 30

BAB VI Simpulan dan Saran

A. Kesimpulan ... 35 B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Perentase Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010...28 Tabel 5.2. Distribusi Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan Dan Transportasi

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuisioner Penelitian

Lampiran 3 : Master Tabel

Lampiran 4 : Lembar Content Validity Index

Lampiran 5 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 6 : Surat Izin Data Pendahuluan dari Pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Lampiran 7 : Surat Izin Pengambilan Data Pendahuluan dari Dinas Kesehatan

Kota Medan

Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian dari Pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

Lampiran 10 : Surat Balasan Penelitian dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

(11)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Julita

Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

viii + 36 hal + 3 tabel + 1 skema + 11 lampiran

Abstrak

Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar kejadian KIPI tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan. Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, bahkan ada yang berfikir kalau semakin dingin maka vaksin semakin baik. Hasil studi kasus di Kota Semarang didapatkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk terdapat di 84 UPS (60.9%) yang merupakan faktor dari kurang baiknya pengetahuan dan sikap petugas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data primer diperoleh melalui kuesioner kepada tiga puluh bidan di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling Data dianalisis dengan cara analisa univariat. Penyajian data dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin sebanyak 40,0% berada pada kategori kurang. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin masih kurang. Dari hasil penelitian disarankan agar bidan melakukan penyegaran terhadap pengetahuannya tentang penyimpanan dan transportasi vaksin misalnya melalui pelatihan, dan mengaplikasikan pengetahuannya tersebut dalam melaksanakan praktik di lapangan.

Kata kunci : Pengetahuan, bidan, penyimpanan dan transportasi, vaksin.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.

Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008: 37)

(13)

imunisasi yang telah ditetapkan oleh Program Imunisasi Nasional (sebesar 90%) (Jakarta, 2009,¶2, 2009). Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar kejadian KIPI tersering

adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (programmatic errors). KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT (Ranuh. et. all, 2008: 51).

Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, bahkan ada yang berpikir kalau semakin dingin maka vaksin semakin baik. Faktanya semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanent dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan vaksin yang terpapar panas (Dinas Kesehatan Kota Medan, dalam Waspada, 2009).

WHO report on tuberculosis epidemics tahun 1997 memperkirakan terdapat 7.433.000 kasus TB di dunia dan terbanyak di Asia Tenggara. Dalam data jumlah kasus TB, Indonesia merupakan tiga besar di dunia. WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB, dan terdapat 450.000 kasus TB baru setiap tahunnya. Untuk hepatitis B Indonesia termasuk daerah sedang-tinggi, saat ini terdapat 350 juta penderita kronis dengan empat juta kasus baru/tahun.

(14)

Dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik, cakupan imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan sebesar 46,2 %. Nilai pencapaian keberhasilan selama tiga bulan pertama tahun 2008 masih di bawah standar pelayanan mutu rata-rata Provinsi Jawa Timur yang mencapai 68,6%, tingkat keberhasilan di Kediri baru mencapai 40,12%. Rendahnya cakupan imunisasi di sejumlah provinsi mencerminkan lemahnya upaya penanggulangan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.

Hasil studi kasus di Kota Semarang didapatkan kualitas pengelolaan vaksin yang buruk terdapat di 84 UPS (60.9%), suhu lemari es >8°C terdapat di 72 UPS (52,2%), VVM C ditemukan di 31 UPS (22,5%), vaksin beku ditemukan di lima belas UPS (10,9%) dan vaksin kadaluwarsa ditemukan di enam UPS (4,5%), yang merupakan faktor dari kurang baiknya pengetahuan dan sikap petugas kesehatan (Tri Dewi kristini, http://www. digilib.undip.ac.id diperoleh tanggal 21 Januari 2010) .

Dalam sebuah media masa memberitakan telah meninggal bayi berusia dua bulan di Poso setelah tiga belas hari usai diimunisasi. Menurut Kepala Puskesmas Mapane, Piping Alifah menjelaskan munculnya efek samping setelah pemberian imunisasi dikarenakan vaksin hepatitis yang diberikan sudah rusak akibat lemari pendingin yang menjadi tempat penyimpanannya tidak berfungsi dengan baik (Darlis, 2009, dalam tempointeraktif, 2009).

(15)

Kesadaran akan peran penting penanganan dan pengelolaan yang benar terhadap vaksin untuk menunjang pencapain tujuan pemberian imunisasi serta mengurangi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan serta hilangnya kepercayaan masyarakat ini membuat peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tentang pengatahuan dan sikap bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a Untuk mengidentifikasi karakteristik bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin

(16)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat digunakan sebagai informasi untuk proses pembelajaran di pendidikan kesehatan khususnya terhadap vaksin

2. Bagi profesi bidan

Sebagai informasi untuk upaya promosi dan peningkatan mutu kesehatan. khususnya tentang vaksin

3. Bagi Institusi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif dan bermutu dalam penyimpanan dan transportasi vaksin

4. Bagi penelitian selanjutnya

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk sikap seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa sikap yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada sikap yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. a. Tahu (know).

Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension).

Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan.

c. Aplikasi/ penerapan (application).

(18)

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi nyata.

d. Analisis (analysis).

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

e. Sintesis (synthesis).

Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Sebagai contoh, dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.

C. Konsep Dasar Imunisasi

1. Pengertian imunisasi

(19)

Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002: 22).

Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen non virulen/non toksik (Wong. DL, 2008: 28).

2. Jenis Vaksin

Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan)

b Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).

Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini menentukan bagaimana vaksin ini digunakan.

a Vaksin hidup attenuated

Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan pembiakan berulang-ulang.

Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning (yellow fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.

b Vaksin inactivated

(20)

dimasukkan dalam vaksin (misalnya kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus). Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multipel, pada dasarnya dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.

c Vaksin polisakarida

Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia untuk tiga macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus, dan haemophillus influenzae type b.

d Vaksin rekombinan

Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :

1. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.

2. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.

3. Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi.

3. Penyimpanan dan transportasi vaksin

(21)

Syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin harus diperhatikan untuk menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak.

a. Rantai vaksin

Adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Rantai vaksin terdiri dari proses penyimpanan vaksin di kamar dingin atau kamar beku, di lemari pendingin, di dalam alat pembawa vaksin, pentingnya alat-alat untuk mengukur dan mempertahankan suhu. Dampak perubahan suhu pada vaksin hidup dan mati berbeda. Untuk itu harus diketahui suhu optimum untuk setiap vaksin sesuai petunjuk penyimpanan dari pabrik masing-masing.

b. Suhu optimum untuk vaksin hidup

Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2°C sampai dengan +8ºC, diatas suhu +8ºC vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan mati dalam tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu kurang dari 2ºC sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25ºC sampai dengan -15ºC, namun hanya bertahan enam bulan pada suhu +2°C sampai dengan +8ºC. Vaksin BCG dan campak berbeda, walaupun disimpan pada suhu 25ºC sampai dengan -15ºC, umur vaksin tidak lebih lama dari suhu +2°C sampai dengan +8ºC, yaitu BCG tetap satu tahun dan campak tetap dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan tidak perlu disimpan di suhu -25ºC sampai dengan -15ºC atau didalam freezer.

(22)

Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2°C sampai dengan +8ºC juga, pada suhu dibawah +2ºC (beku) vaksin mati (inaktif) akan cepat rusak. Bila beku dalam suhu -0.5ºC vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo) akan rusak dalam ½ jam, tetapi dalam suhu diatas 8ºC vaksin hepatitis B bias bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis B kombinasi sampai empat belas hari. Dibekukan dalam suhu -5ºC sampai dengan -10ºC vaksin DPT, DT dan TT akan rusak dalam 1,5 sampai dengan dua jam, tetapi bisa bertahan sampai empat belas hari dalam suhu di atas 8ºC.

d. Kamar dingin dan kamar beku

Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada dipabrik, distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang besar dengan kapasitas 5-100 m³, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah yang besar. Suhu kamar dingin berkisar +2°C sampai dengan +8ºC, terutama untuk menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu kamar beku berkisar antara -25ºC sampai dengan -15ºC, untuk menyimpan vaksin yang boleh beku, terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus menerus, menggunakan dua alat pendingin yang bekerja bergantian. Aliran listrik tidak boleh terputus sehingga harus dihubungkan dengan pembangkit listrik yang secara otomatis akan berfungsi bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol setiap hari dari data suhu yang tercatat secara otomatis. Pintu tidak boleh sering dibuka tutup.

e. Lemari es dan freezer

(23)

Suhu didalam lemari es harus berkisar +2°C sampai dengan +8ºC, digunakan untuk menyimpan vaksin-vaksin hidup maupun mati, dan untuk membuat cool pack (kotak dingin cair). Sedangkan suhu di dalam freezer berkisar antara -25ºC

sampai dengan -15ºC, khusus untuk menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold pack (kotak es beku). Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian

rupa sehingga suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8ºC dan suhu freezer berkisar -15ºC sampai dengan -25ºC. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi freeze watch atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah suhunya pernah mencapai di bawah 0 derajat. Sebaiknya pintu lemari es hanya dibuka dua kali sehari, yaitu ketika mengambil vaksin dan mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu lemari es.

Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk penyimpanan vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya, untuk menghindari keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es telah terdapat bunga es, atau di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus segera dilakukan pencairan (defrost). Sebelum melakukan pencairan, pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang lain. Cabut kontak listrik lemari es, biarkan pintu lemari es dan freezer terbuka selama 24 jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang kembali kontak listerik, tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya mencapai +8ºC dan suhu freezer-15ºC, masukkan vaksin sesuai tempatnya.

f. Susunan vaksin di dalam lemari es

(24)

sedangkan vaksin mati jauh dari bagian yang paling dingin. Di antara kotak-kotak vaksin beri jarak selebar jari tangan (sekitar 2 cm) agar udara dingin bias menyebar merata ke semua kotak vaksin.

Bagian paling bawah tidak untuk menyimpan vaksin tetapi khusus untuk meletakkan cool pack, untuk mempertahankan suhu bila listerik mati. Pelarut vaksin jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer, karena akan mengurangi ruang untuk vaksin, dan akan pecah bila beku. Penetes (dropper) vaksin polio juga tidak boleh di letakkan di lemari es atau freezer karena akan menjadi rapuh, mudah pecah.

Tidak boleh menyimpan makanan, minuman, obat-obatan atau benda-benda lain di dalam lemari es vaksin, karena mengganggu stabilitas suhu karena sering di buka.

g. Lemari es dengan pintu membuka ke depan

Bagian yang paling dingin lemari es ini adalah di bagian paling atas (freezer). Di dalam freezer disimpan cold pack, sedangkan rak tepat di bawah freezer untuk meletakkan vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati pada suhu rendah. Rak yang lebih jauh dari freezer (rak ke 2 dan 3) untuk meletakkan vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat freezer, untuk menghindari rusak karena beku. Thermometer Dial atau Muller diletakkan pada rak ke-2, freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3.

h. Lemari es dengan pintu membuka ke atas

(25)

hidup diletakkan di kanan-kiri bagian yang paling dingin (evaporator). Vaksin mati diletakkan dipinggir, jauh dari evaporator. Beri jarak antara kotak-kotak vaksin selebar jari tangan (sekitar 2 cm). Letakkan termometer Dial atau Muller atau freeze watch/freeze tag dekat vaksin mati.

i. Wadah pembawa vaksin

Untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dan jarak tidak terlalu jauh dapat menggunakan cold box (kotak dingin) atau vaccine carrier (termos). Cold box berukuran lebih besar, dengan ukuran 40-70 liter, dengan penyekat suhu dari

poliuretan, selain untuk transportasi dapat pula untuk menyimpan vaksin sementara. Untuk mempertahankan suhu vaksin di dalam kotak dingin atau termos dimasukkan cold pack atau cool pack.

j. Cold pack dan cool pack

Cold pack berisi air yang dibekukan dalam suhu -15ºC sampai dengan -25ºC

selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna putih. Cool pack berisi air dingin (tidak beku)yang didinginkan dalam suhu +2°C sampai dengan +8ºC selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna merah atau biru. Cold pack (beku) dimasukkan ke dalam termos untuk mempertahankan suhu

vaksin ketika membawa vaksin hidup sedangkan cool pack (cair) untuk membawa vaksin hidup dan vaksin mati (inaktif).

k. Menilai kualitas vaksin

(26)

1.) Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa

Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik, antara lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu tertentu, transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang tertutup rapat, tidak terendam air, terlindung dari sinar matahari langsung, belum melewati tanggal kadaluarsa, indikator suhu berupa VVM (vaccine vial monitor) atau freeze watch/tag belum melampaui batas suhu tertentu.

2.) VVM (vaccine vial monitor)

Untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar suhu di atas batas yang dibolehkan, dengan membandingkan warna kotak segi empat dengan warna lingkaran di sekitarnya. Bila waran kotak segi empat lebih muda daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM A atau B) maka vaksin belum terpapar suhu di atas batas yang diperkenankan. Vaksin dengan kondisi VVM B harus segera dipergunakan. Bila warna kotak segi empat sama atau lebih gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM C atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas yang diperkenankan, tidak boleh diberikan pada pasien.

3.) Freeze watch dan freeze tag

(27)

bawah 0°C yang dapat merusak vaksin mati. Vaksin-vaksin tersebut tidak boleh diberikan kepada pasien.

4.) Warna dan kejernihan vaksin

Warna dan kejernihan beberapa vaksin dapat menjadi indikator praktis untuk menilai stabilitas vaksin. Vaksin polio harus berwarna kuning oranye. Bila warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti pHnya telah berubah, sehingga tidak stabil dan tidak boleh diberikan kepada pasien.

Vaksin toksoid, rekombinan dan polisakarida umumnya berwarna putih jernih sedikit berkabut. Bila menggumpal atau banyak endapan berarti sudah pernah beku, tidak boleh digunakan karena sudah rusak. Untuk meyakinkan dapat dilakukan uji kocok seperti dibawah ini. Bila vaksin setelah dikocok tetap menggumpal atau mengendap maka vaksin tidak boleh digunakan karena sudah rusak.

5.) Pemilihan vaksin

Vaksin yang harus segera dipergunakan adalah : vaksin yang belum dibuka tetapi telah dibawa ke lapangan, sisa vaksin telah dibuka (dipergunakan), vaksin dengan VVM B, vaksin dengan tanggal kadaluarsa sudah dekat (EEFO = Early Expire First Out), vaksin yang sudah lama tersimpan dikeluarkan segera (FIFO =

(28)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Dari skema di bawah ini, kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Skema 1: Kerangka konsep penelitian

B. Defenisi Operasional

Pengetahuan Penyimpanan dan transportasi

(29)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Bidan Praktek Swasta di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010.

2. Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Keseluruhan populasi dijadikan objek penelitian yaitu sebanyak tiga puluh orang bidan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

(30)

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Januari - Mei 2010

D. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin Dinas Kesehatan Kota Medan kemudian izin dari Kepala Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. untuk mendapatkan mengetahui pengetahuan dan sikap responden di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan setelah mengisi kuesioner.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan penelitian adalah kuesioner

(31)

transportasi vaksin, dilakukan penilaian dengan kriteria menggunakan skala yang menyediakan tiga alternatif jawaban (baik,cukup,kurang).

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut : - Menentukan skor terbesar dan terkecil

Skor terbesar : 10 Skor terkecil : 0

- Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 10-0 = 10

- Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang kelas (i) = benar menjawab 0-3 pertanyaan)

Cukup = 3,4 + 3,3 = 6,7 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 4-6 pertanyaan)

Baik = 6,7 + 3,3 = 10 (Dari jumlah pertanyaan, responden hanya benar menjawab 7-10 pertanyaan).

(32)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Uji validitas akan dilakukan dengan content validity index oleh pakarnya yaitu kepala bagian imunisasi Dinas Kesehatan Kota Medan Bapak Suhadi, M.Kes dan dengan membandingkan nilai r table dan r hitung. Menentukan nilai r table pada jumlah responden 20 orang dengan tingkat kemaknaan 5% didapatkan nilai r tabel = 0,444. kemudian menentukan nilai r hasil perhitungan dan dibandingkan nilai r hasil dengan nilai r tabel, ketentuan : bila r hasil > r tabel maka pertanyaan tersebut valid. Sedangkan untuk pengujian validitas instrument penelitian yang berupa skor dikategorikan pada penelitian dengan menggunakan komputerisasi SPSS.

(33)

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah : mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota Medan kemudian permohonan diajukan ke kepala Puskesmas Terjun kecamatan Medan Marelan, setelah mendapat izin menyatakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela, setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent), menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh masing-masing bidan dengan waktu lima belas menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya, data yang terkumpul di analisis.

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara analisa univariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan diteliti. Kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Data yang telah terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(34)

2. Coding/ pemberian kode, data yang telah dikumpul dan hasil jawaban dari setiap pertanyaan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah ke komputer

3. Entry/ pemasukan data komputer, data yang diproses kemudian dimasukkan ke dalam program komputer untuk diolah

(35)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010 pada bulan Januari sampai Mei 2010 dengan jumlah sampel sebanyak tiga puluh orang.

1. Karakteristik Responden

(36)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Wilayah

Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

(37)

2. Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan bidan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin mayoritas menjawab ’benar’ adalah pertanyaan nomor 1 tentang pengertian vaksin, yaitu 23 orang (76,6%), sedangkan mayoritas menjawab ‘salah’ adalah pernyataan nomor 4 tentang vaksin yang dibuat dari virus liar yang dilemahkan yaitu 21 orang (70%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

No Pertanyaan

pada penyimpanan suhu -0,5°C adalah...

10 33,3 19 63,3 3. Manakah dibawah ini vaksin yang dihasilkan

dengan cara membiakkan bakteri dan dibuat tidak aktif adalah...

13 43,3 17 56,6

4. Dibawah ini vaksin yang dibuat dari virus liar yang dilemahkan adalah...

9 30 21 70

5. VVM (Vaccine Vial Monitor) akan berubah menjadi C apabila terpapar suhu ruang selama 2 hari adalah untuk vaksin...

17 56,6 13 43,3

6. Yang dapat digunakan untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dengan jarak tidak terlalu jauh menggunakan apa?

16 53,3 14 46,6

7. Pada suhu diatas +8°C vaksin polio mempunyai potensi berapa lama?

15 50 15 50

8. Salah satu syarat transportasi vaksin yang baik antara lain adalah?

13 43,3 17 56,6 9. Dalam transportasi vaksin suhu yang baik

adalah?

12 40 18 60

10. Jika membawa vaksin DPT dalam termos harus dimasukkan apa?

15 50 15 50

(38)

besar dalam kategori kurang dua belas orang (40,0%), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3.

Distribusi Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi

Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

Tahun 2010

No Tingkat Pengetahuan f Persentase (%)

1.

Dari hasil penelitian diatas telah diperoleh data yang merupakan keadaan nyata di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan, yang dilakukan dengan penyebaran kuisioner pada bidan sebanyak tiga puluh orang. Data tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan sebagai berikut:

1. Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin

Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas tingkat pengetahuan bidan kurang mengenai penyimpanan dan transportasi vaksin dua belas orang (40,0%), dan minoritas baik tujuh orang (23,3%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari sebagian responden mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin.

(39)

tahun sebanyak tiga belas orang (43.3%). Umur mempunyai peran dalam memperoleh pengetahuan, karena daya ingatan seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Semakin tua umur seseorang fungsi organ-organ tubuhnya juga menurun termasuk daya ingat.

Menurut Singgih 1998, mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pegetahuan akan berkurang. (Hendra, 2008: 24-34).

(40)

Pengetahuan responden yang masih kurang bisa saja karena yang bersangkutan jarang menerapkan pengetahuan yang dimiliki terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin dalam situasi nyata di lapangan. Pada dasarnya suatu pengetahuan akan menjadi sempurna dan akan selalu teringat apabila sering dipraktikkan.

(41)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data pada penelitian yang berjudul “Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan” maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan karakteristik responden yang terdiri dari umur, pendidikan, dan lama bekerja, diketahui dari tiga puluh responden mempunyai umur antara 36-45 tahun tiga belas orang ( 43,3% ), berdasarkan pendidikan sebagian besar responden mempunyai pendidikan D–III Kebidanan 23 orang ( 76,7% ), dan sebagian besar responden memiliki pengalaman kerja 6-10 tahun dua belas orang ( 40,0% ).

2. Dari segi pengetahuan terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin dua belas orang (40,0%) memiliki pengetahuan kurang

B. Saran

1. Bagi Bidan

(42)

2. Bagi Institusi Puskesmas

Diharapkan untuk meningkatkan sarana dan pra sarana serta menfasilitasi petugas terutama bidan untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap penyimpanan dan transportasi vaksin seperti melalui pelatihan, pendidikan berkelanjutan, dan lain sebagainya.

3. Kepada peneliti selanjutnya

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke-3, Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 82-170

, 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bindler. R, 2007. Pedoman Obat Pediatrik dan Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC Budiarto E, 2003. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC, 2003: 58-68

Darlis, 2009. Bayi Dua Tahun di Poso Meninggal 13 Hari Usai Diimunisasi.

Evi, 2009. Imunisasi Lengkap Rendah

Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Jakarta kompas, 2009,

http://www.antaranews.com/berita/2010-pemerintah-targetkan-90-persen-balita-terimunisasi

Henderion. C, 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Hendra, 2008. Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia Vol. 23, Nomor 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Hidayat. AA, 2008. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC

, 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika , 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

(44)

Indiarti. M.T, 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. Cetakan VI, Jogjakarta: Diglossia Media

Maramis. WF, 2006. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press

Nurusalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Notoadmodjo. S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Purwanto H, 2004. Pengantar prilaku manusia. Jakarta : EGC : 62-64.

Ranuh. I.G.N, 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia.jakara: IDAI

Wahab, A. Samik, 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika

(45)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Julita/095102081 adalah mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan ibu untuk mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Partisipasi ibu bersifat sukarela, sehingga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Febuari 2010 Responden,

(46)

KUISIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN

KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2010

Lembaran ini adalah instrumen untuk penelitian ”Pengetahuan Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi Vaksin di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan”.

Petunjuk pengisian Saudara diharapkan:

1. Menjawab setiap pertanyaan dan pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda cheklist ( √ ) pada tempat yang telah disediakan.

2. Semua pertanyaan dan pernyataan harus dijawab dengan Jujur 3. Tiap pertanyaan dan pernyataan harus diisi dengan satu jawaban 4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

A. Kuisioner Data Demografi

Umur : Tahun

Pendidikan terakhir :

Lama bekerja : Tahun

(47)

B. Pengetahuan

1. Apakah yang dimaksud dengan vaksin?

a. Produk biologis yang terbuat dari kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan

b. Bahan kimia

c. Zat dalam membantu pertumbuhan anak

d. Produk biologis yang terbuat dari unsur anorganik yang dilemahkan

2. Vaksin yang akan rusak dalam waktu ½ jam pada penyimpanan suhu -0,5°C adalah...

a. BCG b. Hepatitis B c. Polio d. Campak

3. Manakah dibawah ini vaksin yang dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri dan dibuat tidak aktif adalah...

a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak

4. Dibawah ini vaksin yang dibuat dari virus liar yang dilemahkan adalah... a. BCG

b. DPT c. TT

(48)

5. VVM (Vaccine Vial Monitor) akan berubah menjadi C apabila terpapar suhu ruang selama 2 hari adalah untuk vaksin...

a. DPT b. Hepatitis B c. Polio

d. BCG yang belum dilarutkan

6. Yang dapat digunakan untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dengan jarak tidak terlalu jauh menggunakan apa?

a. Plastik hitam

b. Vaccine carrier dengan cool pack c. Vaccine carrier dengan es beku d. Termos biasa

7. Pada suhu diatas +8°C vaksin polio mempunyai potensi berapa lama? a. 2 hari

b. 7 hari c. 30 hari a. 1 hari

8. Salah satu syarat transportasi vaksin yang baik adalah? a. Di dalam vaccine carrier dengan suhu 24°C b. Terendam air

c. Terlindung dari sinar matahari langsung d. Termos yang terbuka

9. Dalam transportasi vaksin suhu yang baik adalah? a. +2°C sampai dengan 8°C

(49)

c. +34°C sampai dengan 40°C d. 0°C sampai dengan +1°C

10. Jika membawa vaksin DPT dalam termos harus dimasukkan apa? a. Es batu

(50)

MASTER TABEL Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Penyimpanan dan Transportasi

Vaksin

Di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

(51)

23 23 47 D3 >15 TH 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7

24 24 26 D3 1-5 TH 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 5

25 25 37 D3 6-10 TH 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7

26 26 36 D3 6-10 TH 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6

27 27 25 D3 1-5 TH 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8

28 28 27 D3 1-5 TH 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2

29 29 36 D3 11-15 TH 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7

(52)

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.3.

Referensi

Dokumen terkait

Efisiensi radiasi matahari tertinggi yang diperoleh pada perlakuan 4500 ppm POC dipengaruhi oleh bobot kering tanaman perlakuan tersebut yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan

Saya merasa cemas dengan pemutusan kontrak kerja yang bisa kapanpun terjadi karena status karyawan outsourcing yang tidak jelas dan kinerja yang kurang

similar growth and survival in larvae reared from first feeding until day 43 with three different types of rotifer enrichment. Differences in growth of larvae were only due to the

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk.

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil

To enable persons with disabilities to live independently and participate fully in all aspects of life, States Parties shall take appropriate measures to ensure to persons

Bersama Ini diberitahukan kepada seluruh calon penerima bantuan Pendidikan Program Strata Satu ( S1 ) Kurang Mampu Dalam dan Luar Daerah Provinsi Riau

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mutasi Kerja berperan dalam peningkatan Prestasi Kerja Pegawai di PD.Pasar Kota Medan walaupun tidak signifikan.. Hal ini diperoleh