• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK

ORGANIK

OLEH:

Khoiriyyah Al-Adawiyyah

D1B014074

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ir. Hj. Rosyani, MS

NIP. 196208171988032003

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Organik” Makalah ini ditulis guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan tugas matakuliah Ekonomi Sumber Daya Alam & Lingkungan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Hj. Rosyani, M.S. selaku dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar proposal ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan proposal skripsi ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Jambi, 10 Maret 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB IPENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1-2

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1.Kelapa Sawit... 3-4

2.2. Limbah Pabrik Kelapa Sawit...4-6

2.2. Pupuk Organik...6-7

BAB III ISI... 8

3.1. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Organik... 8-12

BAB IV PENUTUP... 13

4.1. Kesimpulan... 13-14

4.2. Saran...14

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan perkebunan kelapa sawitpada masa pemerintahan Orde Baru diarahkan dalam rangka untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa negara. Pada saat itu pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan dan sampai tahun 1980, luas lahan perkebunan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO(Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Pemilihan komoditas sawit untuk menjadi komoditas andalan baru dari subsektor perkebunan disamping komoditas lain yang telah lama diusahakan seperti karet, lada, kelapa, kakao dan kopi adalah berdasarkan pertimbangan besarnya manfaat yang diharapkan dapat diperoleh daerah dari komoditas ini. Peluang pasar permintaan akan CPO di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data BPS (2016) menyebutkan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia tahun pada tahun 2008 hingga 2016 terus meningkat dari 19,2 juta ton hingga 27 juta ton pada tahun 2016.

(5)

proses klarifikasi dan buangan hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit ini berpotensi mencemari air tanah dan badan air. Namun, limbah ini masih banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan tanah. Limbah cair ini biasanya dapat digunakan sebagai alternatif pupuk organik di lahan perkebunan kelapa sawit yang bernilai ekonomi serta ramah lingkungan. Dengan melihat kondisi ini maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Organik”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemafaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik?

1.3 Tujuan

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura". Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. (Wikipedia)

(7)

minyak dan lemak, kelapa sawit adalah tanaman yang produktifitas menghasilkan minyak tertinggi, dimana tanaman kelapa hanya menghasilkan sepertiga (700-1000 kg daging buah kelapa/ha) dari produksi kelapa sawit (2000/3000 kg TBS/ha).Tanaman kelapa sawit dapat hidup dengan baik pada daerah 15"LU-15"LS, yaitu dekat daerah edar garis katulistiwa. Ketinggian lahan yang ideal adalah pada ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang sesuai adalah 2.000-2.0-500 mm/tahun. Suhu optimum adalah 29-30"C. Intensitas penyinaran adalah 5-7 jam/hari. Kelembaban yang ideal adalah 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podsolik, Latosil, Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH optimum adalah 5-5,5. Perkebunan kelapa sawit baik dibangun pada tanah yang gembur, subur, datar (tidak lebih dari 15", berdrainase yang baik, dengan lapisan solum yang dalam.

2.2 Limbah Kelapa Sawit

Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah.Secara umum limbah kelapa sawit terbagi atas dua jenis yaitu limbah padat dan limbah cair. Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping.

(8)

organik bebas dan campuran mineral-mineral.Limbah cair dari pabrik minyak kelapa sawit ini umumnya bersuhu tinggi 70-80oC, berwarna kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloiddan residu minyak dengan BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) yang tinggi. Apabila limbah cair ini langsung dibuang ke perairan dapat mencemari lingkungan. Jika limbah tersebut langsung dibuang ke perairan, maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak ekosistem perairan. Limbah cair kelapa sawit merupakan nutrien yang kaya akan senyawa organik dan karbon, dekomposisi dari senyawa-senyawa organik oleh bakteri anaerob dapat menghasilkan biogas. Jika gas-gas tersebut tidak dikelola dan dibiarkan lepas ke udara bebas maka dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global karena gas metan dan karbon dioksida yang dilepaskan. adalah termasuk gas rumah kaca yang disebut-sebut sebagai sumber pemanasan global saat ini. Emisi gas metan 21 kali lebih berbahaya dari CO2 dan metan merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca terbesar (Sumirat dan Solehudin, 2009).

(9)

unsur hara makro dan mikro yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, antara lain: 42,8% C, 2,9% K2O, 0,8% N, 0,22% P2O5, 0,30% MgO, 23 ppm Cu, dan 51 ppm Zn (Singh dkk., 1989). Cangkang sawit merupakan bagian paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit (Padil, 2010). Cangkang sawit merupakan limbah dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit yang belum termanfaatkan secara optimal (Yarman, 2006). Sabut kelapa sawit mengandung nutrient, fosfor (P), kalsium (ca), magnesium (Mg), dan karbon (C), sehingga limbah ini dapat menjadi sumber pertumbuhan bakteri, dimana bakteri dapat juga digunakan dalam proses pengolahan limbah (Wikipedia, 2011).

2.3 Pupuk Organik

(10)

Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan engalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahanberbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yangbanyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit. (Wikipedia, 2011)

(11)

BAB III ISI

3.1 Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Organik

Industri kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dilihat dari Harga minyak sawit di pasaran internasional juga cenderung membaik. Hal ini menyebabkan industri minyak sawit dapat menjadi andalan devisa di masa mendatang. Dengan adanya peningkatan pada industri kelapa sawit maka terjadi pula pada peningkatan produksi kelapa sawit itu sendiri. Dapat diketahui bahwa semakin tinggi produksi kelapa sawit maka semakin banyak limbah kelapa sawit yang dihasilkan, karena itu diperlukan suatu teknologi tepat guna yang dapat mengolah limbah kelapa sawit ini menjadi sesuatu yang berguna atau bermanfaat dan memiliki nilai komersil.

(12)

keberlanjutan (sustainable) penggunaan sumber daya alam dan penghematan (efisiensi) terutama bagi limbah yang mempunyai nilai ekonomi. Dengan menggunakan konsep zero emissions pada industri kelapa sawit maka dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi kelapa sawit itu sendiri karena sumber daya digunakan secara maksimal yaitu memproduksi lebih banyak dengan bahan baku yang lebih sedikit.Salah satu pemanfaatan limbah pada industri kelapa sawit adalah pemanfaatan limbah sebagai land application. Land application atau aplikasi lahan adalah pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk atau bahan penyubur tanah bagi tanaman kelapa sawit itu sendiri. Hal ini dikarenakan limbah cair tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat menyuburkan tanah seperti nitrogen, phosphor, dan kalium. Jumlah kalium dan nitrogen dalam limbah tersebut sangat besar sehingga dapat digunakan sebagai nutrisi bagi tanaman kelapa sawit.

Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon.Limbah cair dapat digunakan dalam land application.Limbah cair yang digunakan sebagai land application adalah limbah cair yang telah diproses sedemikian rupa sehingga kadar BODnya berkisar antara 3500 mg/l hingga 5000 mg/l. Limbah cair yang kaya akan unsur N, P dan K tersebut akan dapat menggantikan peran pupuk anorganik yang selama ini digunakan. Maka, secara tidak langsung akan menghemat pengeluaran perusahaan dalam proses pemupukan tanamansekaligusberfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengolahan limbah cair akan menurun sekitar 50-60%.

(13)

Sistem ini dibangun mengikuti kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah (kadar BOD 3.500-5.000 mg/l), dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi, berukuran 4m x 4m x 1m, ke parit sekunder (flatbed) berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m, yang dibuat setiap 2 baris tanaman.Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair yang akan diaplikasi dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak distribusi. Setelah penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing teras atau flatbed diisi sampai ke tempat yang paling rendah. Dosis pengaliran limbah cair adalah 12,6 mm ekuivalen curah hujan (ECH)/Ha/bulan atau 126 m3/Ha/bulan. Kandungan hara pada I m3 limbah cairsetara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg MOP, dan 1,2 kg kieserit. Pabrik kelapa sawitdengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan sekitar 480 m3 limbah cair per hari, sehingga areal yang dapat diaplikasi dengan limbah cair ini sekitar 100-120 Ha.

(14)

PBAn dengan WPH selama 75-80 hari diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit dengan penyemprotan/ sprinkler berputar atau dengan arah penyemprotan yang tetap. Sistem ini dipakai untuk lahan yang datar atau sedikit bergelombang, untuk mengurangi aliran permukaan dari limbah cair yang digunakan. Setelah penyaringan limbah kemudian dialirkan ke dalam bak air yang dilengkapi dengan pompa setrifugal yang dapat memompakan lumpur dan mengalirkannya ke areal melalui pipa PVC diameter 3”. Kelemahan sistem ini adalah sering tersumbatnya nozzle sprinkler oeh lumpur yang dikandung limbah cair tersebut.

Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif mahal. Namun investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS dan penghematan biaya pupuk sehingga penerimaan juga meningkat. Menurut Hidayanto (2003) Aplikasi limbah cair 12,6 mm ECH/Ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/Ha. Di samping itu, aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah. Limbah cair pabrik kelapa sawit telah banyakdigunakan di perkebunan kelapa sawit baik perkebunan negara maupun perkebunan swasta. Penggunaan limbah cair mampu meningkatkan produksi TBS 16-60%. Limbahcair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kapasitas air tanah di sekitar areal aplikasinya

(15)
(16)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Limbah yang ditimbulkan dari pengolahan kelapa sawit oleh pabrik kelapa sawit (PKS) dapat digunakan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik dan kompos, baik itu dari limbah cair maupun limbah padat kelapa sawit. Pemanfaatan kedua limbah kelapa sawit ini bertujuann untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan. Hal ini sesusai dengan konsep zero emsisions, dimana Konsep zero emissions merupakan konsep yang menerapkan sistem bahwa proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi industri lain maupun industri itu sendiri. Jika dilihat dari sudut lingkungan, pemanfaatan limbah kelapa sawit dengan konsep zero emissions merupakan solusi akhir dari permasalahan pencemaran yang mengancam ekosistem lingkungan disekitar industri sawit baikskala kecil maupun skala besar. Sedangkan dari sudut ekonomi, pemanfaatan limbah kelapa sawit ini mampu menekan biaya perusahaan dalam hal pemupukan kelapa sawit itu sendiri

(17)

memungkinkan PKS untuk menerapkan konsep zero emmisions yang berarti tidak ada lagi limbah padat dan cair yang dibuang.

4.2 Saran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Budidaya Kelapa Sawit” http://mencoba-tuk-berbuah.blogspot.co.id/2013/01/tentang-kelapa-sawit.html (Diakses: 9 Maret 2017)

Anonim. “Cara Pengolahan Limbah Kelapa Sawit”

http://www.mesinpks.com/cara-pengolahan-limbah-kelapa-sawit-menjadi-pupuk-organik-sebagai-pemanfaatan-limbah-secara-maksimal (Diakses: 10 Maret 2017)

Ardila, Yan “Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit” online-journal.ugm.ac.id/index.php/JES/article/download/1882/pd. (Diakses: 9 Maret 2017)

Haryanti, Andi. “Studi Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit”. Konversi, Volume 3 No. 2, Oktober 2014. http://konversijournal.net/journal/65naive.htm. (Diakses: 9 Maret 2017)

Hidayanto, “M. Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Organik dan Pakan Ternak” online-journal.ugm.ac.id/index.php/JES/article/download/1882/pd. (Diakses: 10 Maret 2017)

Kelapa sawit. https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit (Diakses: 9 Maret 2017)

Pupuk Organik https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik (Diakses: 9 Maret 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan air limbah industri minyak kelapa sawit ini tidak hanya menghasilkan produk berupa gas metan, tetapi juga air yang dapat digunakan sebagai air dan lumpur yang nantinya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kualitas papan komposit dari limbah batang kelapa sawit dan polypropylene (PP) untuk mengetahui pengaruh letak bagian batang

Sludge limbah kelapa sawit Arang cangkang kelapa sawit Perekat tapioka Pencampuran sesuai Perlakuan Pengadukan Pencetakan Pengeringan Uji parameter Analisis data

Setiap pengolahan limbah harus memenuhi baku mutu limbah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini limbah yang akan kami pakai adalah limbah cair industri

Pada Gambar 2 yang diamati adalah limbah yang berada pada kolam pengolahan pertama yang dicampur dengan limbah 2 atau limbah yang baru keluar dari pengolahan tandan kelapa sawit,

Berdasarkan masalah ini perlu dilakukan penelitian terhadap bakteri pendegradasi limbah cair industri minyak sawit, sehingga hasilnya dapat digunakan dalam teknologi

HASIL SAMPING INDUSTRI KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Selain menghasilkan CPO sebagai komoditas utama, industri kelapa sawit juga menghasilkan beberapa jenis hasil

Kesimpulan: Limbah ampas kelapa sawit dapat digunakan sebagai substrat fermentasi kapang Rhizopus oligosporus untuk menghasilkan lemak dengan penambahan sukrosa