• Tidak ada hasil yang ditemukan

MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS

Telp: 08561109470, Fax: 0251-661549, E-mail: dimas@chemcareasia.com

Abstrak

Global Harmonized System (GHS) yang dimandatkan oleh PBB melalui ILO telah mewajibkan perubahan global dalam hal komunikasi bahaya termasuk Klasifikasi Bahaya, MSDS, beserta Penandaannya. Implementasi GHS menyangkut MSDS memerlukan pembahasan lintas sektoral terkait dengan amandemen dan revisi peraturan perundangan terkait. Makalah ini membahas mengenai implementasi MSDS berdasarkan mandat GHS dan perubahan apa saja yang diperlukan dalam menjawab tantangan global.

Kata kunci: MSDS, GHS, Implementasi, Global

1. Pendahuluan

Saat ini seperti kita ketahui bersama bahwa dunia telah memiliki jutaan jenis bahan kimia dan selalu bertambah setiap harinya. Banyaknya jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar di dunia saat ini tentu memiliki resiko bahaya yang memerlukan penanganan dan perlakuan khusus oleh penggunanya. Keberadaan MSDS di dunia tidak terlepas dari adanya unsur resiko dan kebahayaan dari bahan kimia yang digunakan baik terhadap manusia maupun bagi lingkungan sekitarnya. Banyaknya jenis bahan kimia yang juga memiliki jenis dan sifat bahaya yang berbeda-beda telah membuat dunia secara Internasional dan regional memandatkan untuk selalu menyediakan lembaran MSDS sebelum suatu bahan kimia diperjual-belikan. Hal ini menjadi esensial sifatnya karena MSDS adalah sumber informasi yang menjadi bahan untuk Komunikasi Bahaya baik

oleh Perusahaan atau oleh konsumen / end user yang akan

mempergunakan bahan tersebut. MSDS berisikan informasi penting dari unsur / senyawaaan / campuran bahan kimia yang digunakan.

(2)

Informasi yang disediakan oleh MSDS akan digunakan untuk mengembangkan perlindungan yang sesuai bagi pekerja / konsumen dan tindakan yang diperlukan untuk melindungi lingkungan hidup. Namun sejalan dengan berkembangnya sistem klasifikasi oleh beberapa negara dan terjadinya perbedaan yang mencolok antar sistem klasifikasi bahaya bahan kimia beserta MSDS dan penandaannya telah membuat berbagai masalah dalam jalur perdagangan dan keselamatan manusia, dan hal ini telah membuat dunia Internasional melalui PBB memandatkan sebuah perubahan Global dalam Komunikasi Bahaya di seluruh dunia yang meliputi klasifikasi bahaya, MSDS, dan penandaan / labellingnya. Sistem

harmonisasi global ini kemudian kita kenal dengan nama Global

Harmonized System (GHS). Perubahan dan adopsi sistem GHS di seluruh dunia diharapkan dapat diimplementasikan secara menyeluruh pada tahun 2008 oleh seluruh negara di seluruh dunia, sementara amandemen dan perubahan peraturan lokal di masing-masing negara diharapkan akan selesai pada tahun 2006.

2. Material Safety Data Sheet / MSDS (LDKB)

Mandat regional yang dikembangkan oleh masing-masing negara dalam

hal format MSDS beserta nilai cut off dalam penentuan bahaya bahan

kimia telah membuat pelbagai kesulitan yang dialami baik oleh pengusaha maupun penyalur bahan kimia. Beberapa negara di belahan dunia

memerlukan MSDS full dalam 16 bagian dan beberapa negara ada yang

hanya memandatkan 8 sampai 10 bagian MSDS. Penentuan klasifikasi

dan nilai cut off yang berbeda di masing-masing negara juga telah

menimbulkan konflik yang membingungkan dimana di satu negara dinyatakan bahan kimia tersebut tidak beracun sementara di negara lain dinyatakan beracun atau bahkan sangat beracun. Berbagai problematika yang muncul ini telah memicu dunia Internasional melalui PBB menyepakati untuk membuat suatu standar global dalam hal klasifikasi,

penentuan nilai cut off, format MSDS, beserta penandaan atau labelling

-nya yang kemudian kita kenal dengan nama Global Harmonized System

(GHS). Penerapan GHS dalam sektor industri kimia akan mempermudah

(3)

3. Global Harmonized System (GHS)

Sistem Harmonisasi Global yang diberi nama GHS bermula dari

pertemuan METI (Ministry of Economic Trade and Industry) di Jepang

yang kemudian berlanjut ke pertemuan tingkat Internasional di berbagai tempat seperti Rio de Janeiro dan Jenewa. Hasil pertemuan Internasional tersebut akhirnya menyepakati untuk membentuk satu sistem global dalam hal komunikasi bahaya yaitu: Klasifikasi Bahaya, MSDS, dan

Label / Penandaannya. Dalam hal ini, PBB menunjuk UNITAR (United

Nations Institute for Training and Research) dibawah payung ILO sebagai koordinator proyek GHS di seluruh negara di dunia dimana di tergetkan tahun 2006 untuk perubahan amandemen peraturan lokal yang terkait dengan GHS dan tahun 2008 untuk pelaksanaan sistem implementasi secara menyeluruh di seluruh negara di dunia. APEC sebagai organisasi regional Asia Pasifik telah menyepakati untuk menerapkan sistem GHS di seluruh negara anggotanya termasuk salah satunya adalah Indonesia.

Indonesia bahkan dipromosikan menjadi salah satu pilot country project

untuk pelaksanaan GHS di Asia Pasifik khususnya di tingkat ASEAN. Keberadaan GHS di Indonesia tentunya akan membawa berbagai keuntungan antara lain karena dengan adopsi sistem GHS, maka Indonesia akan memiliki standar penentuan klasifikasi bahaya bahan kimia yang selama ini ada di Indonesia namun terdapat beberapa klasifikasi yang berbeda antar Kementerian / Departemen. Selain itu juga Indonesia akan memiliki standar sistem penandaan / labelling bahan kimia yang seragam, dimana diharapkan tidak akan ada perbedaan lagi dalam hal penandaan bahan kimia antar sektoral maupun instansi. Terakhir adalah format MSDS akan diseragamkan di Indonesia yaitu menggunakan

format GHS yang terdiri dari 16 sections / bagian. Diharapkan dengan

adanya sistem ini, seluruh instansi dan sektoral terkait akan menggunakan satu sistem yang sama dan tidak akan ada lagi perbedaan sistem yang digunakan.

Selain keuntungan diatas, beberapa keuntungan lain dari adopsi GHS di Indonesia adalah mempermudah arus perdagangan bahan kimia secara global baik impor maupun ekspor, dan juga akan membantu dan mempermudah dalam menghambat perdagangan bahan kimia terlarang yang tidak boleh diperjual belikan. Selain itu, tujuan utama GHS adalah juga untuk melindungi pekerja, lingkungan hidup, dan umat manusia secara umum.

Kesulitan dan tantangan serta hambatan yang ada di Indonesia antara lain disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

• Terbatasnya tenaga ahli khususnya dalam ruang lingkup klasifikasi

(4)

• Kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kurangnya kewaspadaan terhadap resiko dan bahaya bahan kimia

• Kurangnya pemenuhan informasi saintifik untuk mengevaluasi bahaya

yang diakibatkan oleh penggunaan berbagai bahan kimia.

• Kurangnya sarana dan pra sarana dalam hal penentuan toksisitas

bahan kimia khususnya untuk campuran

• Kesulitan dalam menterjemahkan beberapa istilah teknis di Buku Ungu

/ GHSPurple Book kedalam bahasa lokal

Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk membantu menyelesaikan kesulitan diatas antara lain melalui:

• Revisi atau amendemen peraturan pemerintah yang terkait dengan

bahan kimia

• Memperkuat assosiasi industri, transportasi, perdagangan dan lain-lain

yang terkait dengan implementasi GHS

• Memperbanyak aktifitas training dan sosialisasi GHS baik dari segi

frekuensi, kuantitas maupun kualitas

• Menciptakan mekanisme jaringan dengan stakeholders yang terlibat

dengan implementasi GHS

• Pengembangan modul training implementasi GHS untuk berbagai

kelompok target yang berbeda

• Menghubungkan aktifitas dan kebijakan nasional dengan program

kerja pemerintahan propinsi atau daerah

• Bekerja sama dengan institusi non pemerintah dalam hal penyediaan

jasa layanan pembuatan MSDS dan Penandaan sesuai GHS khususnya untuk membantu SME agar dapat bertahan dengan implementasi GHS

4. MSDS dan Implementasi berdasarkan GHS

Implementasi GHS di Indonesia juga akan berdampak bagi perubahan klasifikasi bahaya, format MSDS beserta simbol bahaya / piktogram yang digunakan dimana Indonesia akan menggunakan format MSDS GHS dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya berdasarkan adopsi GHS. Sistem klasifikasi bahan kimia dalam MSDS juga akan menggunakan standar adopsi GHS.

Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label dikeluarkan, tentunya penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan yang akhirnya akan menentukan kriteria bahaya yang sesuai dan simbol yang cocok untuk digunakan.

(5)

seperti EU / UN / Japan / dll. Penyeragaman sistem klasifikasi bahaya GHS akan menghilangkan berbagai perbedaan mendasar yang selama ini terjadi di berbagai belahan dunia yang mengakibatkan perbedaan pandangan dalam hal klasifikai bahaya bahan kimia. Berikut adalah contoh perbedaan klasifikasi tersebut :

Sebelum harmonisasi ini dicanangkan, berdasarkan EU nilai cut-off toksisitas akut untuk Kategori 1 memiliki nilai LD 50 25 mg/kg (oral), sementara di USA menggunakan 50 mg/kg. Hasilnya semua bahan kimia antara 25 dan 50 mg/kg diklasifikasikan secara berbeda. Berikut grafik perbandingan antar klasifikasi:

(6)

Sementara untuk standar GHS, Toksisitas Akut Kategori 1 memiliki

nilai LD50 ≤ 5 seperti terlihat pada grafik berikut dibawah ini.

(7)

Grafik diatas menunjukkan perbedaan Klasifikasi Toksisitas Akut

Grafik 3. Perbandingan Kategori Flamabilitas Antar Sistem

Perubahan terhadap format MSDS sebenarnya tidak terlalu signifikan dikarenakan Indonesia sudah menerapkan sistem format MSDS

menggunakan 16 sections / bagian yang dimandatkan melalui

Kepmenaker No 187 tahun 1999. Perubahan signifikan akan terjadi pada sistem klasifikasi bahaya beserta simbol / piktogram yang akan digunakan dimana standar GHS akan diadopsi secara menyeluruh oleh berbagai

UNRTDG EU USA ANSI J PN

(8)

Tabel 1. Perbandingan Format MSDS Menakertrans vs GHS

Sections Format Kepmenaker Format GHS

1 Identitas Perusahaan Identitas Perusahaan

2 Komposisi Bahan * Identifikasi Bahaya *

3 Identifikasi Bahaya * Komposisi Bahan *

4 Tindakan P3K Tindakan P3K

9 Sifat Fisika dan Kimia Sifat Fisika dan Kimia

10 Stabilitas dan Reaktifitas

16 Informasi Lain Informasi Lain

Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan

dijabarkan sebagai berikut:

1. Identitas Bahan dan Perusahaan

Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga berisi nama perusahaan / supplier pembuat / penyalur bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap, nomor telepon beserta nomor telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada saat terjadi kecelakaan menyangkut bahan kimia terkait.

2. Identifikasi Bahaya

(9)

No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit perubahan menyangkut perubahan Format MSDS dan Simbol bahaya

yang digunakan. Sections 2 juga berisikan klasifikasi bahaya dari zat

atau campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini menyertakan

penampilan label / simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian dari bahan tersebut. Implementasi GHS juga akan memandatkan penggunaan simbol / piktogram sesuai standar GHS, artinya Indonesia juga akan menggunakan dan memiliki standar dalam hal simbol bahaya. Adapun simbol yang digunakan di Indonesia umumnya mengadopsi dari beberapa standar seperti EU. Berikut contoh simbol yang umum digunakan saat ini:

Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh maka Indonesia akan mengadopsi simbol / piktogram GHS. Simbol / piktogram GHS sangat mudah difahami dan memiliki standar pewarnaan yang sangat mudah dikenali. Hal ini akan membantu pekerja / konsumen dalam mengidentifikasi bahaya yang ada beserta perlindungan apa saja yang harus digunakan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait.

Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS adalah sbb:

Kelas Simbol Keterangan

1

Eksplosif

4

Gas Pengoksidasi

(10)

6

Cairan Mudah Menyala

7

Padatan Mudah Menyala

8 Bahan Yang Dapat Bereaksi

Sendiri

10 Padatan Piroporik

11 Bahan Yang Dapat

Menumbulkan Panas Sendiri

12 Bahan Yang Apabila Kontak

Dengan Air Menyebabkan Gas Mudah Menyala

13 Cairan Pengoksidasi

14 Padatan Pengoksidasi

(11)

16 Korosif Terhadap Logam

17 Toksisitas Akut

18 Korosifitas / Iritabilitas Pada Kulit

19 Kerusakan Parah / Iritasi Pada

Mata

20 Sensitasi Saluran Pernafasan /

Kulit

21 Mutagenitas Sel Induk

22 Karsinogenitas

23 Toksisitas Terhadap Reproduksi

24 Toksisitas Sistemik Pada Organ

(12)

25 Toksisitas Sistemik Pada Organ

sinonim, impurities dan konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif

penyetabil bahan kimia beserta identifikasi unik lainnya harus

dimasukkan dan ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.

4. Tindakan P3K

Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) harus dimasukkan di sections ini, hal ini termasuk

efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada saat terjadi kecelakaan, apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang dibutuhkan untuk menolong korban kecelakaan.

5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan

tindakan khusus dalam penanganannya. Dalam sections 5

dimasukkan informasi mengenai jenis media pemadam yang cocok untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang ditimbulkan oleh terbakarnya bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa yang harus dikenakan oleh petugas pemadam dan peringatan mengenai bahaya yang mungkin terjadi kemudian.

6. Tindakan Mengatasi Kebocoran dan Tumpahan

Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur tanggap darurat terkait dengan terjadinya tumpahan dan

kebocoran bahan kimia ditempatkan pada sections 6. Peringatan

bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari tumpahan dan

kebocoran tersebut juga disertakan pada sections ini. Metode dan

(13)

tumpahan dan kebocoran harus dijelaskan pada sections ini. Jarak

evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan kedalam sections ini.

7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan

Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan petunjuk peraturan. Informasi mengenai kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta petunjuk inkompatabilitas / ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan

harus dimasukkan dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa

mengacu kepada Tabel Chemical Reactivity Sheet.

8. Pengendalian Pemaparan dan Alat Pelindung Diri

Pemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan memerlukan pengendalian khusus dalam hal ini parameter apa saja

yang harus dikendalikan harus dimasukkan kedalam sections 8 dari

MSDS. Pengendalian engineering yang cocok untuk meminimalisasi pemaparan juga harus disertakan. Tindakan perlindungan terhadap individu juga harus dimasukkan yang antara lain berisikan petunjuk Alat Pelindung Diri yang sesuai dan yang paling cocok digunakan untuk mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya pemaparan. Sementara untuk Nilai Ambang Batas (NAB), saat ini masih dibicarakan mengenai NAB Global berdasarkan GHS, namun negara masih boleh memasukkan standar NAB berdasarkan standar yang ada pada negara masing-masing.

9. Sifat Fisika dan Kimia

Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial sifatnya dan dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan

penyimpanan bahan kimia terkait. Sections 9 menempatkan informasi

tersebut yang antara lain berisikan:

• Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan • Tekanan Uap

(14)

10.Stabilitas dan Reaktifitas Bahan

Pada sections ini, MSDS harus berisikan informasi mengenai

reaktifitas dan stabilitas dari bahan. Hal ini termasuk kemungkinan terjadinya reaksi berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Petunjuk mengenai bahan apa saja yang tidak cocok / inkompatibel untuk ditempatkan secara bersamaan dengan bahan tersebut harus

dijelaskan dan dimasukkan dalam sections ini. Bahaya dekomposisi

dari produk / bahan juga harus dimasukkan sebagai sumber informasi esensial tambahan.

11. Informasi Toksikologi

Menyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan yang tercakup oleh GHS termasuk dalam hal ini antara lain:

Rute Kontak Masuk yang mungkin terjadi

Gejala menyangkut bahaya fisika, kimiawi dan karakteristik racun.

Efek kronis, efek tertunda dan efek yang langsung terjadi dari

pemaparan jangka pendek atau panjang.

Nilai toksisitas (LD, LC), Iritasi, dll

Dan data-data informasi lain yang mendukung

Jika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya dituliskan di SDS dengan pernyataan bahwa data yang dimaksud tidak terdapat.

12.Informasi Ekologi

Berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan

Hidup seperti Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi

bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek samping lainnya.

13.Pembuangan Limbah

Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar.

Sections 13 dari MSDS GHS mewajibkan tersedianya informasi yang cukup mengenai metoda pengolahan limbah beserta tata caranya.

14.Informasi Untuk Pengangkutan Bahan

Antara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang sesuai peraturan UN, Kelas Bahaya Transportasi beserta Label dan Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan, Bahaya Lingkungan Hidup, Petunjuk peringatan khusus bagi pengguna.

15.Informasi Perundang-undangan

(15)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Lingkungan Hidup spesifik untuk bahan kimia yang masih dipertanyakan.

16.Informasi Lain Yang Diperlukan

Berisikan anatara lain:

 Tanggal pembuatan MSDS

 Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS sebelumnya

 Legenda atau Akronim / Singkatan yang digunakan di dalam MSDS

 Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDS

Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait, simbol tersebut berbentuk lingkaran berwarna dasar biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko terhadap bahaya pemaparan bahan kimia. Berikut adalah beberapa contoh Simbol APD versi GHS yang digunakan pada label / penandaan bahan kimia:

: Gunakan Alas Kaki atau Sepatu Bot

: Gunakan Pelindung Wajah / Face Shield

: Gunakan Masker / Respirator

: Gunakan Sarung Tangan

: Gunakan Kacamata / googles

3.3. Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal

(16)

MSDS dan Label terdapat dalam 2 bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa Internasional / Inggris. Penerapan ini sangat penting karena tujuan GHS adalah untuk melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting untuk memandatkan seluruh sistem agar terdapat dalam bahasa lokal, hal ini agar memudahkan dalam hal mengerti dan memahami isi dan kandungan dari MSDS dan Label yang terdapat pada bahan kimia. Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita

kenal dengan nama Purple Book sangatlah penting karena GHS

Purple Book akan menjadi acuan dalam penentuan klasifikasi bahaya beserta kategorinya, pembuatan MSDS, Label, dll. Diharapkan agar pemerintahan dapat segera merampungkan

penterjemahan Purple Book ke GHS ke dalam bahasa Indonesia

secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak terkait.

Oleh karena itu, sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS

dapat tersedia di berbagai situs pemerintahan seperti Depnaker,

Badan POM, dll untuk di download oleh pengguna lokal selain juga

disosialisasikan dalam bentuk hard cover.

3.4. Penting untuk diketahui bahwa penerapan GHS tidak akan

mempengaruhi sistem penandaan transportasi yang sudah terlebih

dahulu ada yaitu UN-RTDG, IATA, IMDG, dll. Sistem penandaan

transportasi sudah terlebih dahulu diseragamkan dan distandardisasi sebelum isu GHS diangkat sehingga GHS hanya akan mempengaruhi sistem penandaan pada produk atau kemasan dari produk tanpa mempengaruhi penandaan pada kendaraan / alat transportasi yang akan mengirimkan atau membawa bahan kimia.

Kedua sistem ini, baik GHS maupun DG Transport Standards akan

berdiri sendiri-sendiri namun tetap memiliki keterkaitan antar satu dengan yang lainnya.

4. Kesimpulan

Implementasi GHS akan memberikan perubahan yang mendasar dalam

hal komunikasi bahaya yang meliputi klasifikasi bahaya, MSDS / LDKB,

dan penandaan / labelling dari bahan kimia. Perubahan global ini

membutuhkan kerja sama lintas sektoral agar dapat memenuhi target

implementasi pada tahun 2008. Material Safety Data Sheet (MSDS)

(17)

payung hukum GHS di Indonesia menjadi jelas keberadaannya. Hasil

terjemahan Guide GHS Purple book perlu disosialisaikan baik secara

(18)

Daftar Pustaka

[1] Anonymous, (2004) “GHS – Purple Book”, United Nations.

[2] Anonymous, (2004) “Implementation and Maintenance of GHS

Chapter 29, United Nations.

[3] Anonymous, (2004) “How GHS Fits Into Chemical Safety” United

Nations.

[4] Anonymous, (2004) “Survey of Asia-Pacific Countries Regarding

GHS Implementation: Draft Report” Seventh Meeting of the UNITAR/ILO GHS Capacity Building Programme Advisory Group (PAG)

[5] Arai, K., (2001) “The Globally Harmonized System (GHS) for

Hazards Classification and Labelling”, www.jcia-net.or.jp

[6] Santoso, G., (2004) “Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja”,

Penerbit: Prestasi Pustaka.

[7] www.osha.gov/SLTC/hazardcommunications/global.html

[8] http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/presentation_e.html

[9] http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/pictograms.html

[10] http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/implementation_e.html

Gambar

Grafik 1. Perbandingan Klasifikasi Toksistas Akut (Oral)
Grafik 2. Perbandingan Toksisitas Akut Yang Ada vs GHS
Grafik diatas menunjukkan perbedaan Klasifikasi Toksisitas Akut(LD50  Oral  Rat ) antar  sistem  klasifikasi  yang  ada  saat  inidibandingkan dengan sistem GHS.Sementara untuk penentuan kategori flamabilitas, GHS memilikikriteria  sendiri  yang  berbeda
Tabel 1. Perbandingan Format MSDS Menakertrans vs GHS

Referensi

Dokumen terkait

Defence Mechanisme yang buruk akan membuat impian semu, dan mengangap dengan memakai Narkoba sebagai jalan pembenaran(Rasionalisasi) , pecandu Narkoba disebabkan adanya rasa

Supana, M.Hum., selaku Ketua Prodi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam menimba

Memberikan kuasa dan wewenang kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menetapkan Kantor Akuntan Publik yang akan mengaudit Laporan Keuangan Perseroan dan Laporan

c Kaki kiri ditekuk dan kaki kanan diluruskan, tangan kiri berada di pinggang kiri sedangkan tangan kanan bergerak ke arah kiri sejajar dengan wajah, mata menatap lurus

Dengan kegiatan mencoba menulis pantun dengan tema menjaga kesehatan tubuh, siswa dapat membaca pantun yang dibuatnya dengan lafal dan intonasi yang tepat serta penuh percaya

KostraTani menjadi center of excellent pembangunan pertanian nasional, sekaligus menjadi pusat pemantauan data pertanian menuju single data; peningkatan produktivitas;

Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri

Berdasarkan anatomi akar pasca tergenang, menunjukkan satu hubungan dimana kerusakan akar yang hanya terjadi pada sebagian silinder pembuluh masih memungkinkan akar tanaman