• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percepatan Pertumbuhan Permudaan Alami M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Percepatan Pertumbuhan Permudaan Alami M"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Percepatan Pertumbuhan Permudaan Alami Melalui Perapihan (Growth Acceleration of Natural Regeneration with Refinement)

Kiswanto

Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Jl. Ki Hajar Dewantara, Kampus Gn. Kelua Telp. (0541) 749074 Samarinda 75123

HP. 08125342125; Email : kiswantosardji@gmail.com

ABSTRACT

Refinement (perapihan) is the activity of weeding bush and weeds on selective cutting area of natural forest to give more space growth and sunlight for growth. Refinement is not be meant to lessen variety of plants, but lessen intruder plant for commercial seedling to grow up. Refinement aim to improve plants quality and security work.

This researchs aim to identify the growth of natural regeneration with refinement and untreated natural regeneration, which includes diameter and height increment. This researchs was conducted in PT Balikpapan Forest Industries. Objects of this research include natural regeneration was treated by refinement (perapihan) and untreated natural regeneration. Parameters observed consist of diameter and height increment. Data were analysed by statistical analysis.

As the result, natural regeneration was treated by refinement (perapihan) shows better initial growth than those untreated natural regeneration. It caused by refinement, that had given more space growth and sunlight for growth.

Keyword : refinement, growth, natural regeneration

PENDAHULUAN

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran dan berat kering tanaman yang tidak dapat kembali lagi ke asalnya (irreversible). Pertambahan ukuran dan berat kering suatu tanaman mencerminkan bertambahnya protoplasma serta jumlah dan ukuran selnya. Sementara pertambahan berat kering tanaman tergantung pada jumlah hasil proses fotosintesis dikurangi dengan bagian yang terpakai dalam proses respirasi (Bonner and Galston, 1952; Meyer, 1952;Harjadi, 1984; Dwidjoseputro, 1985; Kustiawan dan Sutisna, 1988).

Pertumbuhan permudaan sangat dipengaruhi oleh kerapatan tegakan. Salah satu upaya silvikultur untuk meningkatkan potensi kayu yang dipanen secara optimal adalah pengaturan kerapatan sedemikian rupa. Pengaturan kerapatan berakibat pula pada perubahan kondisi cahaya di dalam hutan. Salah satu kegiatan dalam pengaturan kerapatan adalah perapihan.

(2)

untuk mengurangi keragaman, melainkan mengurangi penyaing permudaan atau menghalangi jatuhnya biji. Perapihan dimaksudkan untuk memudahkan pekerjaan silvikultur selanjutnya, mempertahankan permudaan alami, dan menyiapkan lahan bersih untuk jatuhnya biji baru pada tempat kosong. Perapihan bertujuan meningkatkan mutu dan produktivitas tegakan, meningkatkan keamanan dan kenyamanan bekerja (Sutisna, 2006).

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di areal IUPHHK PT Balikpapan Forest Industries, Provinsi Kalimantan Timur. Plot untuk pengamatan pertumbuhan permudaan alami menggunakan plot ukur berukuran 20m x 20m yang letaknya di antara jalur tanam operasional dan masing-masing plot dibuat berdampingan di antara jalur tanam 30-35.

Penelitian dilaksanakan selama 18 bulan efektif di lapangan, mulai kegiatan persiapan (pra penelitian), pembuatan plot pengamatan, pemberian perlakuan perapihan, pengamatan pertumbuhan, pengolahan dan analisis data, serta penyusunan laporan.

B. Obyek Penelitian

Obyek pengamatan meliputi permudaan alami jenis niagawi yang ditemukan pada plot penelitian berukuran 20m x 20m, yang dibedakan atas permudaan alami yang mendapatkan perlakuan perapihan dan permudaan alami yang tidak diberikan perlakuan perapihan.

C. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati meliputi komposisi floristik, pertambahan diameter dan pertambahan tinggi pada tahun pertama setelah perlakuan perapihan.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji t, yang hanya membandingkan pertumbuhan permudaan alami berdasarkan 2 perbedaan perlakuan, yakni perapihan dan tanpa perlakuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Floristik

(3)

Tabel 1. Jenis Permudaan Alami di Plot Penelitian di PT Balikpapan Forest Industries.

No Jenis Permudaan Alami Suku N (bt/ha) F (%)

1 Artocarpus anisophyllus Lamk Moraceae 20.83 83.33

2 Artocarpus elasticus Rienw. Moraceae 16.67 50.00

3 Artocarpus odoratissimus Blanco Moraceae 8.33 33.33

4 Cotylelobium melanoxylon Pierre Dipterocarpaceae 4.17 16.67

5 Diospyros borneensis L Ebenaceae 16.67 16.67

6 Dipterocarpus borneensis V.Sl. Dipterocarpaceae 4.17 16.67

7 Durio dulcis Becc. Bombacaceae 8.33 33.33

8 Durio lanceolatus Masters Bombacaceae 4.17 16.67

9 Durio oxleyanus Griffith Bombacaceae 4.17 16.67

10 Gluta renghas L. Anacardiaceae 16.67 50.00

11 Hopea borneensis Heim Dipterocarpaceae 12.50 50.00

12 Hopea dryobalanoides Miq. Dipterocarpaceae 8.33 33.33

13 Hopea mengarawan Miq. Dipterocarpaceae 12.50 33.33

14 Hopea nervosa King Dipterocarpaceae 20.83 66.67

15 Litsea firma Hook.f. Lauraceae 4.17 16.67

16 Litsea garciae Hook.f. Lauraceae 20.83 33.33

17 Ochanostachys amentaceae Mast. Olacaceae 8.33 16.67

18 Palaquim rostratum Burck. Sapotaceae 4.17 16.67

19 Polyalthia glauca Mueller Annonaceae 8.33 33.33

20 Shorea acuminatissima Sym. Dipterocarpaceae 54.17 83.33

21 Shorea johorensis Foxw. Dipterocarpaceae 25.00 33.33

22 Shorea laevis Rild. Dipterocarpaceae 179.17 100.00

23 Shorea leprosula Miq. Dipterocarpaceae 283.33 100.00

24 Shorea ovalis Blume Dipterocarpaceae 79.17 83.33

25 Shorea parvifolia Dyer. Dipterocarpaceae 91.67 100.00

26 Shorea smithiana Sym. Dipterocarpaceae 12.50 50.00

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jenis permudaan alami dari suku Dipterocarpaceae cukup banyak dibandingkan jenis-jenis dari suku lainnya. Dari 26 jenis, permudaan alami niagawi yang termasuk dalam suku Dipterocarpaceae ditemukan sebanyak 13 jenis. Sementara jenis permudaan alami lainnya yang ditemukan di antara jalur tanam operasional di antaranya dari suku Bombacaceae dan Moraceae sebanyak 3 jenis, Lauraceae sebanyak 2 jenis, sedangkan dari suku-suku Anacardiaceae, Annonaceae, Ebenaceae, Olacaceae dan Sapotaceae masing-masing hanya ditemukan 1 jenis (Gambar 1).

(4)

dryobalanoides Miq, Hopea mengarawan Miq. dan Hopea nervosa King. Sedangkan jenis-jenis permudaan alami dari marga Cotylelobium dan Dipterocarpus ditemukan sebanyak 1 jenis, yaitu Cotylelobium melanoxylon Pierre dan Dipterocarpus borneensis V.Sl.

1 1

Gambar 1. Jumlah Jenis per Suku pada Plot Pengamatan di PT Balikpapan Forest Industries.

Dari Tabel 1 juga diketahui bahwa keberadaan permudaan alami suku Dipterocarpaceae paling banyak dibandingkan jenis-jenis permudaan alami dari suku lainnya. Lima jenis permudaan alami yang paling banyak ditemukan adalah marga Shorea, yaitu Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.) sebanyak 283.33 bt/ha, Bangkirai (Shorea laevis Rild.) sebanyak 179.17 bt/ha dan Meranti bubur (Shorea parvifolia Dyer.) sebanyak 91.67 bt/ha. Ketiga jenis tersebut ditemukan pada semua plot pengamatan (frekuensi kehadiran 100%). Selain itu, Meranti Kelungkung (Shorea ovalis Blume) ditemukan sebanyak 79.17 bt/ha dan Meranti Kuning (Shorea acuminatissima Sym.) sebanyak 54.17 bt/ha. Kedua jenis itu ditemukan pada 5 plot pengamatan (frekuensi kehadiran 83.33%).

B. Pertambahan Diameter

(5)

Tabel 2. Pertambahan Diameter Permudaan Alami Berdasarkan Perbedaan Perlakuan.

No Nama Ilmiah Pertambahan Diameter (cm/th)

Perapihan Tanpa Perlakuan

1 Artocarpus anisophyllus Lamk 1.90 1.59

2 Artocarpus elasticus Rienw. 1.93 1.41

3 Artocarpus odoratissimus Blanco 2.76 0.88

4 Cotylelobium melanoxylon Pierre 2.53 -

5 Diospyros borneensis L 1.95 -

6 Dipterocarpus borneensis V.Sl. - 2.70

7 Durio dulcis Becc. 1.88 -

8 Durio lanceolatus Masters - 1.66

9 Durio oxleyanus Griffith 1.30 -

10 Gluta renghas L. 1.86 2.01

11 Hopea borneensis Heim 2.37 1.71

12 Hopea dryobalanoides Miq. 1.99 1.83

13 Hopea mengarawan Miq. - 1.68

14 Hopea nervosa King 2.36 1.95

15 Litsea firma Hook.f. - 2.02

16 Litsea garciae Hook.f. 1.84 1.56

17 Ochanostachys amentaceae Mast. 1.90 -

18 Palaquim rostaratum Burck. - 1.18

19 Polyalthia glauca Mueller 1.61 -

20 Shorea acuminatissima Sym. 2.56 1.86

21 Shorea johorensis Foxw. - 1.96

22 Shorea laevis Rild. 2.57 1.69

23 Shorea leprosula Miq. 2.51 1.69

24 Shorea ovalis Blume 2.40 1.59

25 Shorea parvifolia Dyer. 2.48 1.80

26 Shorea smithiana Sym. 2.63 1.67

Sementara jumlah individu terbanyak yang ditemukan adalah Shorea leprosula

sebanyak 44 individu pada plot perapihan dan 24 individu pada plot tanpa perlakuan. Rata-rata pertambahan diameter Shorea leprosula adalah 2.51 cm/th pada plot perapihan dan 1.69 cm/th pada plot tanpa perlakuan. Secara umum diketahui bahwa beberapa jenis permudaan alami niagawi akan mengalami pertambahan diameter lebih besar jika mendapatkan perlakuan perapihan, terutama jenis-jenis intoleran terhadap naungan.

(6)

1.69

Gambar 2. Pertambahan Diameter Permudaan Alami Berdasarkan Perbedaan Perlakuan.

Pertambahan diameter berdasarkan perlakuan pembinaan hutan setiap bulan pengamatan disajikan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa permudaan alami yang mendapatkan perlakuan perapihan memiliki rata-rata pertambahan diameter yang lebih besar pada setiap bulannya dibandingkan dengan permudaan alami tanpa perlakuan.

0.00

Gambar 3. Pertambahan Diameter Permudaan Alami pada Setiap Bulan Pengamatan Berdasarkan Perbedaan Perlakuan.

(7)

Tabel 3. Hasil Uji t Pengaruh Perbedaan Perlakuan Terhadap Pertambahan Diameter.

Parameter yang Diuji Perapihan Tanpa Perlakuan

Jumlah Pertambahan Diameter 267.72 187.80

Jumlah Individu 112 111

Rata-Rata Pertambahan Diameter 2.39 1.69

Standar Deviasi (STDEV) 0.35 0.41

Ragam (S2) 0.1247 0.1688

Galat Baku (Sdm) 0.0513

t (0.05) 1.9827

t (0.01) 2.6211

t hitung 13.6100 **

Berdasarkan hasil uji t di atas diketahui bahwa t hitung > t (0.01) sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan perlakuan pembinaan hutan berupa perapihan memberikan pengaruh sangat signifikan hingga taraf 99% terhadap perbedaan pertambahan diameter permudaan alami.

Pertambahan diameter permudaan alami niagawi akan lebih besar jika diberikan perlakuan perapihan. Hal tersebut disebabkan pemeliharaan intensif berupa perapihan dapat mengurangi persaingan antar permudaan alami, termasuk dalam mendapatkan sinar matahari maupun unsur hara. Dengan kurangnya persaingan tersebut, maka permudaan alami niagawi yang mendapatkan pembinaan akan bertambah besar dengan cepat.

Pada plot yang diberikan perlakuan perapihan, permudaan alami tidak lagi ternaungi oleh tumbuhan-tumbuhan lainnya yang bukan niagawi sehingga permudaan alami niagawi itu mendapatkan sinar yang cukup untuk pertumbuhannya. Selain itu, perlakuan perapihan permudaan juga bertujuan untuk menyingkirkan tumbuhan-tumbuhan pengganggu yang bisa menimbulkan persaingan mendapatkan unsur hara.

C. Pertambahan Tinggi

Pertambahan tinggi berdasarkan jenis permudaan alami niagawi yang ditemukan pada plot pengamatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pertambahan Tinggi Permudaan Alami Berdasarkan Perbedaan Perlakuan.

No Nama Ilmiah Pertambahan Tinggi (m/th)

Perapihan Tanpa Perlakuan

1 Artocarpus anisophyllus Lamk 2.20 1.35

2 Artocarpus elasticus Rienw. 2.94 1.45

3 Artocarpus odoratissimus Blanco 1.07 2.61

4 Cotylelobium melanoxylon Pierre 1.79 -

5 Diospyros borneensis L 2.53 -

6 Dipterocarpus borneensis V.Sl. - 2.53

7 Durio dulcis Becc. 1.32 -

(8)

9 Durio oxleyanus Griffith 1.64 -

10 Gluta renghas L. 2.36 1.52

11 Hopea borneensis Heim 2.38 1.26

12 Hopea dryobalanoides Miq. 2.69 1.55

13 Hopea mengarawan Miq. - 1.81

14 Hopea nervosa King 1.90 1.94

15 Litsea firma Hook.f. - 1.83

16 Litsea garciae Hook.f. 2.00 1.85

17 Ochanostachys amentaceae Mast. 2.00 -

18 Palaquim rostaratum Burck. - 1.51

19 Polyalthia glauca Mueller 2.34 -

20 Shorea acuminatissima Sym. 2.60 1.88

21 Shorea johorensis Foxw. - 2.00

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pertambahan tinggi terbesar ditunjukkan jenis

Artocarpus elasticus yang diberikan perlakuan perapihan yakni 2.94 m/th, meskipun hanya ditemukan 1 batang saja dalam plot penelitian. Sementara pertambahan tinggi terkecil ditunjukkan oleh jenis Artocarpus anisophyllus yang tidak mendapatkan perlakuan perapihan yakni 1.35 m/th. Dari tabel itu juga diketahui bahwa ada beberapa permudaan alami yang memiliki pertambahan tinggi lebih besar jika mendapatkan perlakuan perapihan dibandingkan permudaan yang tidak mendapatkan perlakuan perapihan, namun ada juga beberapa jenis permudaan alami yang tidak menunjukkan hal tersebut. Namun secara keseluruhan, perlakuan pembinaan hutan berupa perapihan memberikan pengaruh positif terhadap pertambahan tinggi permudaan alami niagawi sebagaimana ditunjukkan secara ringkas pada Gambar 4.

2.10

(9)

Pada gambar tersebut diketahui bahwa permudaan alami yang diberikan perlakuan perapihan menunjukkan rata-rata pertambahan tinggi sebesar 2.10 m/th, sementara permudaan alami niagawi yang tidak mendapatkan perlakuan perapihan memiliki rata-rata pertambahan tinggi sebesar 1.74 m/th. Pertambahan tinggi berdasarkan perlakuan yang diamati pada setiap bulan pengamatan disajikan pada Gambar 5. Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa permudaan alami yang mendapatkan perlakuan pembinaan hutan berupa perapihan memiliki pertambahan tinggi yang lebih besar setiap bulannya dibandingkan permudaan alami yang tidak mendapatkan perlakuan pembinaan hutan.

0.00

Gambar 5. Pertambahan Tinggi Permudaan Alami pada Setiap Bulan Pengamatan Berdasarkan Perbedaan Perlakuan.

Pengaruh perbedaan perlakuan perapihan terhadap pertambahan tinggi permudaan alami dapat diketahui dengan melakukan uji t berdasarkan perbedaan nilai tengah pertambahan tinggi dari kedua (Steel dan Torrie, 1993; Hanafiah, 2005) seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji t Pengaruh Perbedaan Perlakuan Terhadap Pertambahan Tinggi.

Parameter yang Diuji Perapihan Tanpa Perlakuan

Jumlah Pertambahan Tinggi 234.71 192.77

Jumlah Individu 112 111

Rata-Rata Pertambahan Tinggi 2.10 1.74

Standar Deviasi (STDEV) 0.60 0.51

Ragam (S2) 0.3549 0.2587

Galat Baku (Sdm) 0.0742

t (0.05) 1.9817

t (0.01) 2.6210

(10)

Dari hasil-hasil perhitungan yang ditampilkan di atas diketahui bahwa pertambahan tinggi permudaan alami bisa menjadi lebih besar jika diberikan perlakuan pembinaan yang salah satunya berupa kegiatan perapihan. Hal tersebut dikarenakan pemeliharaan secara intensif berupa perapihan dapat mengurangi persaingan antar permudaan alami, termasuk dalam mendapatkan sinar matahari. Pada plot dengan perapihan, permudaan alami tidak lagi ternaungi oleh tumbuhan penyaing sehingga permudaan alami niagawi yang diberi perlakuan pembinaan tersebut akan mendapatkan sinar matahari yang cukup dalam proses pertumbuhan selanjutnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan permudaan alami selama setahun diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Permudaan alami yang diberikan perlakuan perapihan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan permudaan alami tanpa perlakuan.

2. Perlakuan perapihan telah memberikan ruang tumbuh bagi permudaan alami berupa cahaya untuk proses pertumbuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bonner and Galston, A. W. 1952. Principles of Plant Physiology. W. h. Freeman and Company. San Fransisco.

Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2005. Rancangan Percobaan; Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Harjadi, M. 1984. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.

Kustiawan, W. dan Sutisna, M. 1988. Beberapa Aspek Teknis Pemeliharaan Hutan Tanaman Industri. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.

Meyer, B. S. dan D. B. Anderson. 1952. Plant Physiology. D van Nostrand Company Inc. London.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik; Suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Jenis Permudaan Alami di Plot Penelitian di PT Balikpapan Forest Industries.
Gambar 1. Jumlah Jenis per Suku pada Plot Pengamatan di PT Balikpapan Forest Industries
Tabel 2. Pertambahan Diameter Permudaan Alami Berdasarkan Perbedaan Perlakuan.
Gambar 2. Pertambahan Diameter Permudaan Alami Berdasarkan Perbedaan Perlakuan.
+4

Referensi

Dokumen terkait

dalam fisika terhadap konsep abstrak (sebagai domain target) dari konsep konkrit (sebagai domain dasar), dengan analisis dan kajian yang mendalam, sehingga peta

Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku atau yang diterapkan dalam suatu

Sebaik apapun mutu sebuah produk, semenarik apapun bentuk rupanya atau sebesar apapun manfaatnya, jika tidak ada orang yang mengetahui tentang keberadaannya,

Selain itu, instansi pe- merintah dan dinas terkait melakukan tugas se- suai tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI) mas- ing-masing. Kompleksitas pada permasalahan anak

Karena konsumsi dalam negeri yang cukup besar dan dengan mempertimbangkan kapasitas produksi pabrik RBD Olein skala kecil dan menengah yang sudah ada, pra desain pabrik

Dan Sholawat serta salam penyusun panjatkan ke hadirat Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “ PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN MOTIVASI

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diartikan bahwa politik luar negeri adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses