• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Gambar pada Bacaan te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Pemberian Gambar pada Bacaan te"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN DAN STATISTIKA III

Pengaruh Pemberian Gambar pada

Bacaan terhadap Pemahaman

Membaca Siswa/i Kelas 5 Sekolah

Dasar

Oleh :

Ayu Rizky 1106081505

Fauziah Sandra 1106081316

Fira Rahmadina 1106057235

Meuthia Karina 1106017736

Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia

(2)

BAB I

1.1 Latar Belakang

Salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah membaca. Dewasa ini, banyak sekali meteri yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan, seperti ujuan tertulis di sekolah. Untuk itu, sangat diperlukan kemampuan membaca yang baik pada para siswa agar mereka memhami materi-materi yang diberikan. Pemahaman membaca merupakan salah satu komponen dari membaca dengan jelas dan juga digunakan pada proses belajar dan hasil siswa secara keseluruhan (Pecjak, Podlesek, & Pirc, 2011). Hanya mengetahui kata-kata yang tertulis saja tanpa memahami isi bacaan tersebut, pelajar akan mengalami kesulitan dalam penguasaan materi pelajaran. Selain itu, Sofiyatun (2009) dalam Jalilehvand (2012) menyatakan, “The success of learning any subject matter depends on the competence of reading comprehension”. Pecjak, Podlesek, & Pirc (2011), menyatakan dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi seseorang dalam membaca serta terukur dari pemahaman bacaan, adalah karakteristik lingkungan dan karakteristik psikologi pembaca. Karakteristik lingkungan terdiri dari lingkungan sekolah (instruksi, guru, metode mengajaran) dan lingkungan rumah (buku yang ada di rumah, frekuensi orang tua membacakan buku, kebiasaan membaca orang tua). Sedangkan karakteristik psikologis terdiri dari kognitif, metakognitif, dan motivasional-emosional. Dalam hal ini disebutkan bahwa orang tua memiliki andil besar dalam memberikan contoh untuk membangun minat baca anak. Minat mereka dapat ditumbuhkan dengan memberikan buku-buku bacaan yang disertai gambar-gambar dan warna-warna yang menarik, sesuai dengan minat dan usianya. Berdasarkan Nicholas (2007) dalam penelitian Jalilehvand (2012) menyatakan “Children’s picture books are not merely important because of the literary value they provide young readers, but they are also an essential element in the developmental reading process.” Dengan demikian, diperlukan adanya gambar untuk membangun minat baca anak sehingga anak dapat lebih memahami isi bacaan tersebut.

(3)

dan dapat disimpulkan bahwa gambar dapat meningkatkan pemahaman anak (Jalilehvand, 2012). Selain itu, banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa gambar lebih mudah di recall daripada kata-kata. Dalam penelitian Chun & Plass (1996), ditegaskan bahwa prinsip pembelajaran yang efektif adalah visual memory. Dan mereka percaya bahwa orang akan lebih mudah mengingat kata-kata jika diikuti dengan pemberian gambar. Dalam Brookshire et al., (2002 dalam Jalilehvand, 2012) mengukur pemahaman dengan memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai sebuah bacaan yang membutuhkan mereka untuk me-recall fakta-fakta tertentu mengenai cerita pada bacaan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang melihat bacaan dengan gambar, menjawab pertanyaan dengan benar dan juga dapat disimpulkan bahwa ilustrasi mempengaruhi pemahaman dalam membaca. Kemudian, hasil penelitian mengenai pengaruh penggunaan gambar dan bacaan pada pemahaman membaca siswa yang dilakukan oleh Captu (2009) mengindikasi bahwa metode pembelajaran Picture-to-Text dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif.

(4)

karena itu, kami menetapkan usia 10 tahun (kelas 5 SD) sebagai partisipan sebab semakin tinggi usia mereka, semakin tinggi pula pemahaman membaca mereka.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu:

“Apakah pemberian gambar pada bacaan mempengaruhi pemahaman membaca pada siswa kelas 5 SD?”

1.3. Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui dan membuktikan apakah terdapat pengaruh pemberian gambar pada bacaan dengan pemahaman membaca siswa kelas 5 Sekolah Dasar

 Untuk mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam meningkatkan kualitas pendidikan Sekolah Dasar, hal ini dilihat dari penggunaan dan pengaruh pemberian gambar pada tes yang diberikan kepada siswa kelas 5 Sekolah Dasar.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan di bidang psikologi yaitu mengenai pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman membaca siswa kelas 5 sekolah dasar

b. Memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman membaca siswa kelas 5 sekolah dasar sehingga dikemudian hari dapat memunculkan penelitian-penelitian serupa serta mengembangkannya agar dapat melengkapi penelitian ini.

(5)

Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai rujukan dan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh gambar dengan pemahaman membaca

b. Dapat dijadikan rujukan untuk membandingkan hasil penelitian pada konbacaan dan subjek penelitian yang berbeda

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan proposal penelitian dengan judul pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman membaca siswa kelas 5 SD ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang peneliti memilih tema dan topik penelitian, permasalahan penelitian (urgensi, dukungan data, penelitian terdahulu, relevansi dengan kelompok sasaran), serta tujuan dan manfaat diadakannya penelitian ini. Pendahuluan merupakan bab yang menjadi landasan dan dasar penulisan proposal penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti membahas teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Teori-teori ini menuntun kami dalam melakukan penelitian sehingga kami dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas dan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan kami jalankan secara menyeluruh, yang terdiri dari hipotesis penelitian yang terdiri dari hipotesis null dan hipotesis alternative, variabel penelitian, alat ukur yang dipilih, prosedur penelitian, populasi dan sample, serta teknik sampling dan kontrol.

BAB IV HASIL

Bab ini berisi tentang gambaran partisipan yang kami teliti serta hasil perhitungan data menggunakan SPSS. Bab ini merupakan penentu akan hasil keseluruhan data.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

(6)

ditambah dengan saran yang ditujukan baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk pembuat makalah ini sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi referensi teori dan materi yang kami sarikan ke dalam makalah penelitian ini LAMPIRAN

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Membaca

2.1.1. Definisi Pemahaman Membaca

Pemahaman membaca adalah proses memaknai ide-ide yang tertulis melalui interpretasi yang bermakna dan interaksi dengan bahasa, seperti yang diutarakan oleh Heilman, Blair, dan Rupley (1981) ;

Reading comprehension is a process of making sense of written ideas through meaningful interpretation and interaction with language” p. 242

Sementara Harris dan Sipay (dalam Utami, 1996) mendefinisikan pemahaman membaca sebagai; “Reading comprehension is a result of the interaction between the perception of graphic, symbols that represent language and the reader’s language skills, cognitive skills and knowledge of the world. In this process the readers try to recreate the meanings intended by the writer” p. 11

Dari dua definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman membaca adalah proses yang didalamnya terdapat informasi yang berada dalam bacaan dan proses memaknai informasi tersebut. Makna baru diperoleh sebagai hasil interaksi antara simbol-simbol tulisan dengan kemampuan bahasa, kemampuan kognitif, dan pengetahuan membaca.

2. 1. 2. Tingkatan Pemahaman Membaca

(8)

Menurut Heilman, Blair, dan Rupley terdapat beberapa aspek dasar dalam membaca, yaitu:

· Membaca adalah interaksi dengan bahasa yang telah dikodekan dalam suatu cetakan tertulis

· Hasil interaksi dengan bahasa tertulis harus dapat dipahami.

· Membaca adalah suatu proses aktif dan berkelanjutan yang dipengaruhi secara langsung oleh

interaksi individu dengan lingkungannya.

Adapun dalam proses pemahaman membaca terdapat tiga tingkatan (Heilman, Blair, dan Rupley, 1981), yaitu :

1. Pemahaman Literal.

Pemahaman literal adalah pemahaman mengenai ide-ide dan informasi yang eksplisit dalam bacaan. Seseorang yang dikatakan memiliki kemampuan dalam pemahaman literal dapat mengingat secara rinci pernyataan ataupun tulisan di dalam kata-kata sendiri, mengerti struktur kalimat yang digunakan dalam bacaan, seperti subjek, predikat, dan objek, dan lain-lain. Seseorang yang memiliki pemahaman literal juga mampu mengingat kembali ide utama yang dinyatakan secara eksplisit dalam bacaan bacaan dan adanya pengetahuan mengenai urutan informasi yang terdapat di dalam bacaan. Pembaca yang baik dapat mengetahui urutan informasi atau kejadian yang terdapat dalam bacaan seperti, dari mana awal cerita bermula, proses kejadiannya, dan bagaimana akhir ceritanya.

Proses yang terjadi dalam tahapan ini adalah seseorang mengetahui arti kata yang terlihat di dalam bacaan, maka dia akan membayangkan dan mengasosiasikan kata-kata tersebut sehingga mampu mengingat atau memahaminya. Dengan memahami kata yang ditampilkan, maka dia pun akan mampu menyusun kalimat dengan struktur kalimat yang baik yaitu berdasarkan S-P-O-K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Dia juga mampu mengingat ide-ide yang disampaikan secara eksplisit dalam bacaan sehingga ia memahami urutan informasi yang ada dalam bacaan dan mampu menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. intinya pada tahap ini adalah seseorang mampu menerima dan memahami informasi yang disampaikan secara eksplisit dalam bacaan. Setelah seseorang melewati proses tersebut, maka ia akan mampu memasuki tahap berikutnya yaitu pemahaman inferensial.

2. Pemahaman Inferensial

(9)

informasi yang disajikan, yaitu untuk dapat mengerti jalan pikiran dan tujuan penulis. Dia juga akan mampu menyimpulkan informasi faktual, ide utama, perbandingan, hubungan sebab-akibat yang tidak dinayatan secara eksplisit dalam bacaan. Di samping itu, dia juga mampu merangkum isi bacaan atau membuat ringkasan dari isi bacaan secara keseluruhan. Dalam tahapan inferensial, pemahaman membaca diperoleh dengan menggabungkan ide-ide dan informasi eksplisit dalam bacaan dengan pengetahuan sebelumnya.

3. Pemahaman Kritikal

Pemahaman kritikal adalah kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan bereaksi secara personal terhadap informasi yang disajikan dalam bacaan. Dengan pemahaman ini, seseorang akan mampu melakukan penilaian terhadap informasi yang dibaca berdasarkan pengetahuan terdahulu. Seseorang yang memiliki pemahaman kritikal akan memiliki kemampuan menganalisis dan mampu mengevaluasi keseluruhan dari bacaan bacaan yang disajikan, sesuai dengan maksud si penulis.

2. 1. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Membaca

Dalam memahami bacaan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang, faktor tersebut berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor-faktor tersebut juga berkaitan dengan proses kognitif seseorang. Berikut penjabaran dari kedua faktor tersebut :

A. Faktor Internal

a. Keadaan emosi

(10)

mempengaruhi, yaitu pada saat informasi disimpan maupun ketika informasi digunakan, sehingga akan berpengaruh pada bagaimana performa pada akhirnya (Matthews dkk., 2000; Goenther dalam Davies & Thomson, 1988).

b. Karakteristik individual

Karakteristik individual yang dimiliki oleh masing-masing individu, akan mempengaruhi bagaimana performanya. Misalnya tipe kepribadian pada orang-orang yang neurotis, pada kadar yang ekstrim akan membawa kepada performa yang buruk dalam pengerjaan tugas yang melibatkan aktivitas kognitif (Matthews dkk., 2000).

c. Kemahiran dalam proses decoding

Dalam studi yang dilakukan Saarnio, dkk (dalam Gunarsa, 2004) dikategorikan sebagai keterampilan kognitif dasar. Gersten, Fuchs, Williams, dan Baker (dalam Gunarsa, 2004) mengatakan bahwa kelancaran membaca mempengaruhi pemahaman membaca karena melibatkan kelancaran dalam dekoding (Triatri dalam Gunarsa, 2004).

d. Pengetahuan sebelumnya

Pengetahuan terdahulu adalah semua pengalaman dan pengetahuan yang sudah terakumulasi, yang dapat mendukung tahap-tahap dalam membaca dan merupakan dasar pengetahuan untuk jangka panjang (Harris & Sipay dalam Utami, 1996). Gersten dkk (dalam Gunarsa, 2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai kosa kata (vocabulary knowledge), pengetahuan sebelumnya yang mengetahui tentang materi bacaan (background knowledge), dan pengetahuan mengenai struktur bacaan. Dengan demikian, seseorang akan lebih sulit mempelajari pengetahuan baru yang belum pernah diketahui sebelumnya, daripada mempelajari pengetahuan yang sudah pernah dipelajari sebelumnya (Triatri dalam Gunarsa, 2004).

e. Motivasi

(11)

sehingga motivasinya untuk membacapun berkurang, Stanovich (dalam Gunarsa, 2004) menemukan bahwa kemampuan memahami bacaan ini mengikuti hukum Matthew Effect (“ yang sudah kaya bertambah kaya, yang miskin bertambah miskin”). Stanovich (dalam Gunarsa,2004) menjelaskan bahwa karena pengetahuan kosakata secara mendasar dapat meningkatkan pemahaman bacaan, dan membaca itu sendiri adalah mekanisme yang mengarahkan ke pengembangan kosa kata, maka pengembangan keterampilan membaca dipengaruhi oleh volume pengalaman membaca (Stanovich dalam Gunarsa, 2004). Dengan demikian, motivasi sebagai keadaan dalam diri individu yang mengarahkan tingkah lakunya menuju tujuan tertentu, akan turut mempengaruhi apakah individu berhasil pencapai pemahaman materi atau tidak (Triatri, dalm Gunarsa, 2004).

f. Keterampilan kognitif tingkat tinggi

(12)

mengevaluasi beberapa studi dan menemukan bahwa pembaca yang baik lebih efisien dalam mengabaikan pengertian (makna) yang kurang relevan dengan materi yang dibaca. g. Pemantauan terhadap pemahaman

Pembaca yang baik melakukan pemantauan terhadap pemahamannya. Mereka menggunakan strategi tertentu ketika membaca misalnya menyeleksi bacaan, merangkum, dan mengulang informasi yang perlu diingat (Persley dalam Gunarsa, 2004). Pembaca yang kurang baik kurang menggunakan strategi ini mungkin karena kurangnya kesadaran dan pengertian atas variabel-variabel yang mempengaruhi kegiatan membaca (Sarnio, dkk., dalam Gunarsa, 2004).

h. Intelegensi

Intelegensi merupakan kapasitas keseluruhan yang dimiliki individu untuk belajar dan memecahkan masalah. Kapasitas mental yang dimiliki individu sangat menentukan kecepatan melajar serta tingkat pemahaman yang dapat dicapai (Harris & Sipay dalam Utami, 1996). Dengan demikian individu dengan intelegensi tinggi akan lebih mudah menangkap isi bacaan bila dibandingkan dengan individu yang memiliki intelegensi rendah.

i. Minat membaca

(13)

j. Tujuan membaca

Tujuan membaca sangat penting dalam mengarahkan pemahaman membaca. Tujuan membaca yang berbeda akan menuntut tingkat pemahaman yang berbeda (Heilman, Blair, dan Rupley, 1981).

k. Strategi membaca

Pemahaman terhadap suatu bacaan dipengaruhi oleh strategi membaca. Strategi membaca ini berhubungan dengan sejumlah teknik atau proses yang dilakukan untuk memahami atau mempertahankan informasi (Heilman, Blair, dan Rupley, 1981).

l. Usia

Usia mempengaruhi pemahaman membaca seseorang karena berhubungan dengan perkembangan kognitif seseorang (Heilman, Blair, & Rupley, 1981; Earles dkk., 1997) B. Faktor Eksternal

a. Keadaan lingkungan belajar

Setting lingkungan dapat mempengaruhi performa kognitif. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial (Sukadji, 1996). Lingkungan fisik yaitu keadaan pada saat seseorang mempelajari materi, misalnya suhu, penerangan. Sedangkan lingkungan sosial adalah orang yang di sekitar secara langsung atau tidak langsung berkaitan, misalnya teman kelas, orang tua di rumah. Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, oleh karena itu tempat belajar hendaknya tenang, tidak diganggu oleh perangsang-perangsang di sekitarnya, seperti bunyi-bunyi gaduh ataupun bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran. Selain itu, ventilasi dan penerangan yang cukup juga diperlukan untuk dapat belajar dengan baik (Slamento dalam Sentari, 2002; Anastasi, 1989).

b. Materi bacaan

(14)

mempengaruhi pemahaman terhadap materi yang dibaca, yang akan berpengaruh terhadap penguasaan bacaan (dalam Sentari, 2000).

Kemenarikan materi bacaan mempengaruhi pemahaman membaca yaitu semakin menarik isi suatu bacaan maka akan semakin mudah bacaan dikuasai. Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung untuk merecall informasi dari bacaan yang menarik tetapi tidak penting, daripada merecall informasi yang tidak menarik tetapi penting (Sadoski dkk., dalam Sentari, 2000).

Tampilan latar (background), jenis huruf, ukuran huruf, warna huruf merupakan bagian dari material bacaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soetopo (2007) digunakan teknik mendesain tampilan bacaan atau textual display technique yang dikembangkan dari analisa berhubungan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengolah informasi pada bacaan bacaan.

Desain yang menyangkut pembubuhan warna pada layout akan memberikan kesan tampak menarik, tidak membosankan karena tampilan bacaan yang baik akan berdampak positif bagi pembaca dan dapat menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan serta tidak menimbulkan perasaan cemas atau ambigu (dalam Soetopo, 1997).

2.2 Gambar

2.2.1 Definisi Gambar

Menurut Sudjana (2007 dalam Aditya, 2012 ), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Sedangkan Azhar Arsyad (1995 dalam Aditya, 2012), mengatakan bahwa media gambar adalah berbagai peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, katakata, simbol-simbol, maupun gambaran.

2.2.2 Fungsi Gambar

(15)

digunakan secara efektif. Bila gambar-gambar disisipkan dalam buku pelajaran, maka gambar tersebut dapat membantu pembelajaran untuk mengorganisir informasi dan dapat memperjelas konsep-konsep yang rumit. Selain itu, gambar dapat memberikan kemudahan dalam kemampuan pemahaman, jika gambar diintegrasikan dengan kata-kata. Seperti yang dikemukakan oleh Helmi Hasan, dkk (2003:41) bahwa media grafis memiliki fungsi khusus untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak dibuat kedalam bentuk grafis. Alasannya adalah bahwa gambar membuat kata-kata yang tertera di bacaan menjadi lebih bermakna bagi pembelajar. Demi semakin mengefektifkan kualitas hasil si pembelajar pengggunaan gambar illustrasi dalam buku bacaan sebaiknya mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya adalah tujuan pembelajaran dalam tingkat kelas yang menggunakannya. Selain itu, penggunaan gambar dalam pengaitan dengan materi pelajaran akan membuat materi tersebut lebih mudah dimengerti dan dapat mengandung banyak arti atau makna.

2.2.3 Efek Psikologis Gambar

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Bentuk-bentuk stimulus yang bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, gambar bergerak atau tidak, tulisan, dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari bahasa. Namun demikian tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat.

(16)

memberikan rangsangan belajar baru. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media juga dapat memberikan efek psikologis terhadap anak.

2.3 Perkembangan Kognitif siswa kelas V Sekolah Dasar

Siswa kelas V SD berusia kisaran 10-11 tahun. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2009), umur 7 hingga 11 tahun masuk ke dalam tahap concrete operational. Dalam tahap ini anak mampu berpikir secara logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas (hierarki), dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur. Adapun beberapa karakteristik anak yang termasuk dalam tahap operasional konkret. Karakteristik tersebut diantaranya adalah memiliki kemampuan spasial (spatial thinking), pemahaman akan hubungan sebab akibat (cause and effect), kemampuan untuk melakukan pengklasifikasian (categorization), memahami penyerasian dan transitivity dengan baik (seriation and transitive inference), memiliki pemikiran secara induktif (inductive reasoning), dapat melakukan konservasi (conservation), serta memiliki pemahaman akan bilangan dengan baik (number and mathematics).

2.4 Dinamika Hubungan antara Gambar dan Pemahaman Bacaan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rumusan Masalah

3. 1. 1 Masalah Konseptual

Masalah konseptual dalam penelitian ini adalah apakah siswa-siswi yang diberi bacaan dengan gambar memiliki pemahaman membaca yang lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan saja?

3.1.2. Masalah Operasional

Masalah operasional dalam penelitian ini adalah apakah kelompok siswa-siswi yang diberi bacaan dengan gambar memiliki skor pemahaman membaca yang lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan saja?

3.2 Hipotesis

3.2.1 Hipotesis Alternatif (Ha)

Skor pemahaman membaca pada siswa-siswi yang diberikan bacaan dengan gambar secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan skor pemahaman membaca pada siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan.

3.2.2 Hipotesis Null (Ho)

Tidak terdapat perbedaan skor secara signifikan pada siswa-siswi yang diberikan bacaan dengan gambar dan siswa-siswi yang hanya diberikan bacaan.

3.3 Variabel Penelitian

(18)

variable terikat. Kemudian, variabel–variabel sekunder yang mungkin muncul dan mempengaruhi hubungan sebab-akibat IV dan DV (dalam Sinyaluri, 2009) pada penelitian ini antara lain panjang dan jenis bacaan, IQ, usia, status sosial-ekonomi, dan suhu.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian kelompok kami merupakan siswa kelas 5 SD Muhammadiyah 24 Jakarta Timur yakni 120 siswa. Partisipan yang dipilih untuk penelitian ini adalah murid-murid kelas 5 SD karena usia mereka rata-rata berkisar antara 10-11 tahun. Salah satu penelitian paling ekstensif tentang pemahaman membaca dari umur 7-8 tahun sampai 10-11 kemampuan pemahaman membaca memperlihatkan perkembangan yang paling cepat ketika kemampuan dasar decoding dicapai (Oakhill et al,. 2003, dalam Barnes dan Desrochers, 2008)

Sampel yang diambil pada penelitian eksperimental peneliti adalah 70 siswa. Peneliti membagi sampel menjadi 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol yang masing-masing terdiri dari 35 orang partisipan. Tipe samplingnya adalah non random sampling dengan teknik kontrol randomisasi dan konstansi. Hal tersebut ingin diberikan pada anak tingkat pendidikan sekolah dasar karena pemahaman bacaan dibentuk dari usia pada tingkat tersebut, sehingga mungkin ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3.5 Tipe/Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga jenis penelitian ini termasuk ke dalam between subject. Penelitian eksperimental ini menggunakan desain Randomized One Way Anova Design karena variasi IV yang digunakan dalam penelitian ini ada lebih dari atau sama dengan dua, dimana kelompok kontrol hanya diberikan bacaan, dan kelompok eksperimen diberikan bacaan dengan gambar. Selain itu, teknik kontrol yang digunakan untuk mengelompokan partisipan ke dalam kelompok kontrol maupun eksperimen dilakukan dengan randomisasi.

(19)

digunakan sebagai salah satu teknik kontrol dan adanya 2 variasi IV, yaitu pemberian bacaan dengan gambar dan hanya diberikan bacaan.

3.6 Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang dikembangkan dari soal-soal bahasa Indonesia yang peneliti dapat dari buku bank soal Bahasa Indonesia terbitan Pustaka Edukasia, berisi 3 wacana beserta pertanyaan. Bentuk soal berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal, masing-masing soal mempunyai 4 pilihan jawaban. Dari soal-soal tersebut, peneliti membagi variasinya dengan kelompok eksperimen mendapatkan kertas soal beserta gambar, sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan kertas soal. Skor pemahaman bacaan diukur dari jumlah banyaknya jawaban yang benar.

3.7 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 24, Rawamangun, Jakarta Timur. Sampel penelitian merupakan siswa kelas 5 SD di sekolah tersebut, dimana terdapat 2 kelas, yaitu 5A dan 5B. kelas 5A memiliki jumlah siswa sebanyak 39 orang, dan kelas 5B memiliki jumlah siswa sebanyak 36 orang. Penelitian eksperimental ini dilaksanakan pukul 07.00 pagi.

Penelitian pertama dilakukan di kelas 5A. Sebelum penelitian dimulai, semua partisipan diberi informed consent bahwa mereka akan diminta untuk mengerjakan soal Bahasa Indonesia sebanyak 15 soal, dimana soal tersebut terdiri dari 3 cerita pendek dan masing-masing cerita terdiri dari 5 soal. Mereka diberi waktu maksimal 30 menit dan siswa yang sudah selesai

(20)

3.8 Prosedur Eksperimen

Manipulasi yang dilakukan terdiri dari 2 jenis, yaitu soal bergambar dan soal tidak bergambar. Seluruh siswa kelas 5A diberi soal bergambar, sedangkan seluruh siswa kelas 5B diberi soal tidak bergambar. Pembagian tersebut dilakukan dengan randomisasi, dimana kami mendistribusikan soal tersebut tanpa berdasarkan alasan apapun.

Sebelum soal dibagikan, kami memberikan instruksi bahwa soal tersebut adalah soal Bahasa Indonesia yang terdiri dari 15 soal, dimana soal tersebut terdiri dari 3 cerita pendek dan masing-masing cerita terdiri dari 5 soal. Waktu pengerjaan soal ini maksimal 30 menit, dan jika ada yang sudah selesai mengerjakan sebelum batas waktunya habis, diminta untuk mengangkat tangan di tempat dan kami yang akan mengambil soal beserta jawaban tersebut. Setelah itu mereka diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada instruksi yang kurang jelas. Jika sudah tidak ada pertanyaan, soal pun dibagikan kepada setiap anak. Setelah soal dibagikan, mereka diminta untuk mengisi nama, kelas, usia, hari, dan tanggal terlebih dahulu, lalu mereka baru diperbolehkan mengerjakan soal secara bersamaan setelah instruksi yang kami berikan berikutnya. Setelah semua anak selesai mengerjakan dan semua soal telah dikumpulkan, kami pun mengucapkan terima kasih dan memberikan reward kepada mereka.

3.9 Teknik Analisis

Untuk mengetahui pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman membaca, peneliti menggunakan teknik analysis of variance (anova). Teknik analisis ini digunakan karena dalam penelitian ini terdapat beberapa variasi—diberikan dan tidaknya gambar —yang pengaruhnya terhadap pemahaman yang diukur dari jumlah banyaknya jawaban yang benar

3.10 Teknik Kontrol

(21)

 Panjang dan jenis bacaan : konstansi, diberikan kepada kedua kelompok dengan soal yang sama panjang, dan jenis bacaan yang sama pula.

 IQ : kelompok kami tidak melakukan tes administrasi untuk melihat hasil IQ, dengan demikian kami menggunakan teknik randomisasi.

 Usia : Blocking, dimana kami membatasi hanya untuk 10-11 tahun.

 Status sosial-ekonomi : Blocking, dimana kami memilih partisipan yang berasal dari keluarga menengah ke atas.

(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipilih oleh penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 5 SD dari salah satu sekolah dasar yang terletak di Jakarta Timur, yaitu SD Muhammadiyah 24 Rawamangun. Dari sekolah tersebut, kami mengambil data dari dua kelas yang ada, yaitu kelas 5A dan 5B, dimana dalam kelas 5A terdapat 35 siswa sedangkan di kelas 5B terdapat 35 siswa. Dengan demikian, besar sampel dalam penelitian ini adalah 70. Kisaran usia siswa-siswi yang menjadi subjek penelitian kami yaitu antara 10-11 tahun.

4.2 Hasil Penelitian

Dari hasil olah data menggunakan SPSS 13.0, hasil yang didapat terdiri dalam dua tabel yang terdiri dari tabel 1 yaitu skor test deskriptif untuk mengetahui mean dan standart deviation dari masing-masing kelompok dan tabel 2 yaitu skor test Anova. Notasi skor yang diperoleh adalah F(1,68)=8.740,p <0.05.

4.3 Interpretasi Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dicantumkan diatas, kami melakukan perhitungan dengan menggunakan teknik one-way analysis of variance karena terdapat dua variabel yang diteliti, dan pada variabel bebas terdapat 2 variasi. Adapula variabel-variabel dalam penelitian kami yaitu pemahaman membaca sebagai variabel terikat, dan pemberian gambar pada bacaan sebagai variabel bebas yang dibagi menjadi 2 variasi (dengan gambar dan tanpa gambar).

(23)

Setelah melihat tabel descriptives, tabel 2 berupa hasil dari pengolahan one-way Anova yang bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap skor pemahaman siswa siswi sekolah dasar secara signifikan.

Dalam hasil komputasi menggunakkan one-way Anova yang dijabarkan melalui tabel 2, diindikasikan terdapat pengaruh pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman bacaan secara signifikan, F(1,68)=8.740,p<0.05.

Berdasarkan hasil penghitungan data statistik pada tabel dapat dilihat bahwa hasil yang muncul adalah signifikan yang diartikan Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian gambar pada

bacaan terhadap pemahaman membaca, dimana skor pemahaman membaca pada siswa-siswi

(24)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian gambar pada bacaan mempengaruhi pemahaman membaca siswa kelas 5 SD. Setiap variasi pemberian gambar menghasilkan skor mean yang berbeda secara signifikan terhadap pemahaman membaca. Dimana kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang diberikan bacaan dengan gambar memiliki skor tertinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu kelompok yang hanya diberikan bacaan saja. Sehingga terdapat perbedaan skor test jika dilihat dari hasil mean dan didukung oleh hasil komputasi one way Anova yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dalam pemberian gambar pada bacaan terhadap pemahaman membaca siswa-siswi kelas 5 SD.

5.2 Diskusi

Setelah mengambil, mengolah dan menganalisis data, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian yang sudah dilakukan. Diantaranya, kurangnya ketelitian peneliti dalam membagi kelompok eksperimen. Disini peneliti tidak melakukan random assignment sehingga kontrol terhadap penelitian ini kurang ketat. Kontrol yang kurang ketat ini terjadi karena pembagian kelompok antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen hanya dilakukan berdasarkan pembagian kelas dimana pada tempat pengambilan data terdapat 2 kelas, yaitu 5A dan 5B.

(25)

wacana sehingga ketika menjawab, sampel dapat kembali membaca. Setelah melakukan penelitian ini peneliti berpikir sebaiknya wacana dan pertanyaan diberikan secara terpisah. Misalnya, peneliti akan memberikan bacaan yang bergambar maupun tidak bergambar, kemudian akan peneliti ambil terlebih dahulu, baru setelah itu mereka akan diberikan soal dan mengerjakannya tanpa wacana sebelumnya.

Peneliti tidak bisa mendapatkan data IQ karena sekolah tidak memiliki data IQ untuk anak kelas 5 SD sehingga tidak dapat melakukan konstansi matching. Di sebuah kelas di salah satu sekolah, setelah pengambilan data, wakil kepala sekolah mengatakan bahwa ada dua anak yang membutuhkan perhatian ekstra. Hal ini yang menurut peneliti diperlukan data IQ dari sampel.

5.3 Saran

Saran yang ingin peneliti sampaikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya antara lain:

1. Melakukan random assignment pada saat melakukan manipulasi terhadap partisipan.

2. Melakukan kontrol terhadap variabel sekunder lebih ketat.

(26)

REFERENSI

Aditya, Agustin (2012). Pengaruh Hasil Pengembangan Media Gambar terhadap Hasil Belajar matematika Siswa Kelas 1 SDN Se-Gugus Kemangkon Kecamatan Kemangkon Purbalingga. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Anastasi, A. (1989). Fields of Applied Psychology. Kogakusha: McGraw-Hill.

Cahyani, Isah. (2012). Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Davies, G.M. & Thomson, D.M. (1998). Memory in Context-Context in Memory (Chapter 4 – Mood & Memory). John Wiley & Sons.

Earles, J.L.K., Smith, A., Connor, L.T., & Park, D.C. (1997). Interrelations of age, self-reported health, speed, and memory. Journal Psychology and aging no. 4 volume 12, 675-683. Ena, O. T. (n.d.). Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi.

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Gunarsa, S.D. Prof, Dr. (2006). Dari Anak Sampai Usia Lanjut- Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Heilman, A. W., Blair, T.R., & Rupley, W.H. 1981. Principles and Practices of Teaching Reading (edisi lima). Colombus, Ohio: Charles E. Merril Publishing.

Hsiao, C.-H., Chen, R.-J., & Chang, W.-L. (2006). The Effects of Mood, Picture Image, and Repetition on Memory Recall. Journal of Accounting, Finance & Management Strategy, 2, 88-104.

Iriaji. 2006. Pengembangan Gambar Ilustrasi Berperspektif Jender pada Buku Bacaan Sekolah Dasar Kelas Awal. Dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Tahun 16, Nomor 2, Des 2006. Malang: UNM Press

Jalilehvand, M. (2012). The Effects of Text Length and Picture on Reading Comprehension of Iranian EFL Students. Asian Social Science Vol. 8 No. 3.

Matthews, G., Davis, D.Roy., Westerman, J.S., & Stammers, B. R. (2000). Human Performance Cognition, Stress and Individual Differences. Philadelphia: Taylor & Francis.

(27)

Pecjak, S., Podlesek, A., & T, P. (2011). Model of Reading Comprehension for 5th Grade Students. Studia Psychologica, I (53), 53-64.

Senkli, Hengky. (2010). Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Media Gambar Seri pada Siswa Kelas III SD Negeri Bangkle 05 Blora Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sentari. (2002). Pengaruh Strategi Belajar Mental Imagery terhadap Recall Bacaan. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Soetopo, V. A. T. (1997). Peran Kepadatan Tampilan Bacaan pada Layar Komputer terhadap Penggunaan Strategi Mendalam (In-Depth Strategy) pada Kegiatan Membaca Siswa-Siswi SMU. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sukadji, Soetarlinah. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

(28)

LAMPIRAN

SOAL TANPA GAMBAR

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di bawah ini!

Cerita 1

Pada suatu hari seekor anjing mencuri sepotong daging yang besar di warung. Ia berlari kencang sekali sehingga tidak terkejar si penjual daging di warung. Ia berlari ke ladang sambil membawa daging di moncongnya. Ia ingin makan semuanya sendirian.

Anjing itu melewati sebuah sungai kecil. Ada sebuah jembatan sempit di atasnya. Ia berjalan di jembatan itu sambil melihat ke air. Ia melihat bayangannya sendiri di dalam air. Ia berpikir ada anjing lain dengan daging di mulutnya. Anjing yang rakus itu berpikir daging yang di mulut anjing itu lebih besar dari pada yang ia bawa.

Ia meloncat ke air untuk merebut daging yang lebih besar dari anjing yang ia lihat tadi. Ia meloncat dengan sangat kuat sehingga daging di mulutnya terlepas. Ia mencari di air tetapi tidak menemukan anjing yang ia lihat tadi. Bayangan tadi telah hilang. Ia kehilangan daging yang ia curi karena terlalu rakus.

1. Judul yang tepat untuk bacaan di atas adalah...

a. Anjing yang Gemar Berenang

b. Anjing yang Rakus

c. Anjing yang Jujur

d. Anjing yang Kuat

2. Apa yang dicuri oleh si Anjing di warung?

a. Tulang

b. Ikan

c. Sayur

d. Daging

3. Mengapa si anjing melompat ke air?

a. Si anjing ingin mandi

(29)

c. Si anjing ingin minum

Di suatu desa hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan sangat miskin. Pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu. Musim dingin sudah tiba. Pak petani tidak mempunyai makanan, juga tidak mempunyai kayu bakar untuk menghangatkan diri. Jadi hari ini Pak Tani hendak pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak di atas tanah bersalju.

Dengan hati-hati, dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah. Pak Tani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar tetap hangat. Setelah itu, ia pergi ke pasar untuk bekerja.

Pak Tani membuat telur itu menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Saat menetas, ternyata telur itu adalah telur burung camar. Dan alangkah terkejutnya Pak Tani saat menemukan koin-koin emas dan bayi burung camar di dalam telur tersebut. Akhirnya, Pak Tani menjual koin emas tersebut dan hidup dengan bahagia bersama burung camar pembawa keberuntungan.

6. Judul yang tepat untuk bacaan di atas adalah...

a. Pak Tani dan Burung Camar Keberuntungan

b. Burung Camar Emas

(30)

d. Telur Burung camar

Sebelum adanya sistem pendingin yang modern, es krim adalah makanan yang mewah dan hanya dihidangkan pada acara-acara yang spesial.

(31)

Saat musim panas, es krim kemudian dibuat secara tradisional dengan mengolah adonan di dalam mangkuk besar yang ditaruh dalam sebuah tabung yang diisi dengan campuran es yang telah dihancurkan dengan garam, yang membuat adonan es krim itu membeku.

11. Judul yang tepat untuk bacaan di atas adalah...

a. Asal-usul Es Krim

b. Cara Membuat Es Krim

c. Adonan Es Krim

d. Es Krim Spesial

12. Kalimat utama paragraf kedua adalah...

a. Dahulu, membuat es krim adalah hal yang sangat merepotkan.

b. Untuk membuat es krim, es didapatkan dari danau atau kolam.

c. Tempat penyimpanan es yang terbuat dari kayu dan diberi jerami

d. Es disimpan untuk kemudian dipakai saat musim panas.

13. Di manakah es dapat diperoleh pada zaman dahulu?

a. Sungai atau laut yang membeku

b. Laut atau danau yang membeku

c. Danau atau kolam yang membeku

d. Kolam atau laut yang membeku

14. Bagaimanakah cara membuat es krim pada zaman dahulu?

a. Sangat mudah

b. Sangat murah

c. Sangat mahal

d. Sangat merepotkan

15. Kesimpulan bacaan di atas yang tepat adalah...

a. Pada zaman dahulu es krim dibuat dengan cara tradisional.

b. Pada zaman dahulu es krim adalah makanan yang mewah.

c. Es krim berasal dari air danau dan kolam yang membeku.

(32)

SOAL BERGAMBAR

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di bawah ini!

Cerita 1

Untuk soal nomor 1-5!

Pada suatu hari seekor anjing mencuri sepotong daging yang besar di warung. Ia berlari kencang sekali sehingga tidak terkejar si penjual daging di warung. Ia berlari ke ladang sambil membawa daging di moncongnya. Ia ingin makan semuanya sendirian.

Anjing itu melewati sebuah sungai kecil. Ada sebuah jembatan sempit di atasnya. Ia berjalan di jembatan itu sambil melihat ke air. Ia melihat bayangannya sendiri di dalam air. Ia berpikir ada anjing lain dengan daging di mulutnya. Anjing yang rakus itu berpikir daging yang di mulut anjing itu lebih besar dari pada yang ia bawa.

Ia meloncat ke air untuk merebut daging yang lebih besar dari anjing yang ia lihat tadi. Ia meloncat dengan sangat kuat sehingga daging di mulutnya terlepas. Ia mencari di air tetapi tidak menemukan anjing yang ia lihat tadi. Bayangan tadi telah hilang. Ia kehilangan daging yang ia curi karena terlalu rakus.

(33)

b. Anjing yang Rakus

4. Bagaimanakah cara si anjing mendapatkan daging? a. Meminta kepada majikan.

(34)

Dengan hati-hati, dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah. Pak Tani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar tetap hangat. Setelah itu, ia pergi ke pasar untuk bekerja.

Pak Tani membuat telur itu menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Saat menetas, ternyata telur itu adalah telur burung camar. Dan alangkah terkejutnya Pak Tani saat menemukan koin-koin emas dan bayi burung camar di dalam telur tersebut. Akhirnya, Pak Tani menjual koin emas tersebut dan hidup dengan bahagia bersama burung camar pembawa keberuntungan.

6. Judul yang tepat untuk bacaan di atas adalah...

a. Pak Tani dan Burung Camar Keberuntungan

b. Burung Camar Emas

c. Pak Tani yang Miskin

(35)

7. Musim yang dialami pak tani adalah musim...

a. Panas

b. Semi

c. Gugur

d. Salju

8. Di manakah Pak tani menemukan sebuah telur?

a. Di Pasar

b. Di gubuk tua

c. Di depan rumah

d. Di kolam salju

9. Apa yang dilakukan pak tani kepada telur tersebut?

a. Dijadikan telur goreng untuk makan

b. Dijual ke pasar

c. Dibiarkan tergelatak di salju

d. Dirawat dengan kasih sayang setiap hari

10. Mengapa Pak Tani terkejut saat telur menetas?

a. Telur tersebut berisi emas dan bayi burung camar.

b. Telur tersebut berisi bayi buaya.

c. Telur tersebut kosong.

(36)

Cerita 3

Untuk soal nomor 11-15!

Sebelum adanya sistem pendingin yang modern, es krim adalah makanan yang mewah dan hanya dihidangkan pada acara-acara yang spesial.

Dahulu, membuat es krim adalah hal yang sangat merepotkan. Untuk membuat es krim, es didapatkan dari danau atau kolam yang membeku saat musim dingin, kemudian dipotong dan disimpan dalam tumpukan jerami, lubang di dalam tanah, atau tempat penyimpanan es yang terbuat dari kayu dan diberi jerami. Es disimpan untuk kemudian dipakai saat musim panas.

(37)

11. Judul yang tepat untuk bacaan di atas adalah...

a. Asal-usul Es Krim

b. Cara Membuat Es Krim

c. Adonan Es Krim

d. Es Krim Spesial

12. Kalimat utama paragraf kedua adalah...

a. Dahulu, membuat es krim adalah hal yang sangat merepotkan.

b. Untuk membuat es krim, es didapatkan dari danau atau kolam.

c. Tempat penyimpanan es yang terbuat dari kayu dan diberi jerami

d. Es disimpan untuk kemudian dipakai saat musim panas.

13. Di manakah es dapat diperoleh pada zaman dahulu?

a. Sungai atau laut yang membeku

b. Laut atau danau yang membeku

c. Danau atau kolam yang membeku

d. Kolam atau laut yang membeku

14. Bagaimanakah cara membuat es krim pada zaman dahulu?

a. Sangat mudah

b. Sangat murah

c. Sangat mahal

(38)

15. Kesimpulan bacaan di atas yang tepat adalah...

a. Pada zaman dahulu es krim dibuat dengan cara tradisional.

b. Pada zaman dahulu es krim adalah makanan yang mewah.

c. Es krim berasal dari air danau dan kolam yang membeku.

(39)

OUTPUT SPSS

Oneway

Descriptives

skor

35 13.77 .843 .143 13.48 14.06 12 15

35 12.97 1.361 .230 12.50 13.44 10 15

70 13.37 1.194 .143 13.09 13.66 10 15

Bergambar Tidak Bergambar Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

12.749 .001 2.956 68 .004 .800 .271 .260 1.340

2.956 56.750 .005 .800 .271 .258 1.342

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian gosokan basah dan kering , diperoleh hasil terbaik dengan pewarna jambal, larutan fixer tawas, dan pada kondisi serbuk. Sedangkan pada skala

Hubungan Antara Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Kunjungan Ulang Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara mutu pelayanan kesehatan dengan kunjungan ulang pasien

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Kontua da gaur egun edozer txikikeriari izugarrizko garrant- zia ematen zaiola, eta hori azaldu nahi izan du.. Futbol partidu bateko jokaldi batek begira zer-nolako jarraipena

b) Actuating: tindakan pengorganisasian terhadapa anggota dari struktur organisasi yang bertujuan untuk memberikan motivasi serta arahan agar tercapainya kinerja

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2019. (Dalam Jutaan

Namun pada putusan bawaslu terhadap sengketa verifikasi Partai Bulan Bintang merupakan sengketa verifikasi partai politik peserta pemilu yang dilihat dari segi

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sosialisasi PP 46 Tahun 2013 terhadap pengetahuan wajib pajak pada wajib pajak orang pribadi pemilik