Di bidang pendidikan, Rasyid Ridha berpendapat bahwa umat Islam akan maju jika menguasai bidang ini. Oleh karenanya, dia banyak mengimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan. Dalam bidang ini, Ridha pun berupaya memajukan ide pengembangan kurikulum dengan muatan ilmu agama dan umum. Dan sebagai bentuk kepeduliannya, ia mendirikan sekolah di Kairo pada 1912 yang diberi nama Madrasah Ad-Da'wah wa Al-Irsyad.
Menurut Rasyid Ridha, membangun sarana pendidikan adalah lebih baik dibandingkan membangun masjid. Menurutnya, masjid tidak besar nilainya apabila mereka yang shalat di dalamnya hanyalah orang-orang bodoh. Akan tetapi dengan membangun sarana dan prasarana pendidikan, akan dapat menghapuskan kebodohan. Dengan begitu, pekerjaan duniawi dan ukhrawi akan menjadi baik dan teratasi.[17]
Ia juga mengadakan berubahan kurikulum dengan melakukan penambahan materi-materi seperti Teologi, Pendidikan Moral, Sosiologi, Ilmu Bumi, Sejarah, Ekonomi, Ilmu Hitung, Ilmu Kesehatan, Bahasa-Bahasa Asing dan Ilmu Mengatur Rumah Tangga (kesejahteraan keluarga) yaitu di samping ilmu-ilmu seperti Fiqh, Tafsir, Hadits, dan lain-lainnya yang biasa diberikan di madrasah-madrasah tradisional.[18]
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, berpandangan bahwasanya untuk mengarahkan dan membawa umat Islam pada kemajuan, kuncinya terletak pada upaya memperbarui pendidikan dengan segenap komponen yang ada di dalamya. Serta, diarahkan kepada upaya melahirkan manusia yang memiliki keunggulan dalam bidang ilmu agama dan umum.
Pemikiran Fazlur Rahman
Pendidikan Islam menurut Fazlur Rahman dapat dipahami sebagai proses untuk menghasilkan manusia (ilmuwan) integrative, yang padanya terkumpul sifat-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif, progresif, adil, jujur, dan sebagainya.
Menurut pemikiran Fazlur Rahman pendidikan Islam dapat mencakup dua pengertian, yaitu: 1. Pendidikan Islam dalam pendidikan praktis
Pendidikan Islam dalam pendidikan praktis yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dunia Islam seperti yang di selenggarakan di Pakistan, Sudan, Saudi, Iran, Maroko dan sebagainya, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Untuk Indonesia, meliputi pendidikan di pesantren, di madrasah, dan di perguruan tinggi islam, bahkan bisa juga pendidikan agama islam di sekolah dan pendidikan agama islam di perguruan tinggi umum.
2. Pendidikan islam yang di sebut dengan intelektual islam
pendidikan islam menurut Fazlur Rahman dapat juga di pahami sebagai proses untuk
Tanggung jawab pendidik yang pertama adalah menanamkan pada pikiran-pikiran peserta didik dengan nilai moral. Pendidikan islam didasarkan pada ideology islam karena Al-qur’an menyuruh manusia mempelajari bumi seisinya dengan cermat dan mendalam serta mengambil pelajaran darinya agar dapat menggunakan pengetahuanya dengan tepat dan tidak berbuat kerusakan.[8]
Materi pendidikan menurut Fazlur Rahman meliputi membaca dan menulis, berhitung, Al-Qur’an, al-hadits, komentar dan superkomentar, fiqih, Illahiyah, adab, thobi’iyah, dan astronomi. Metode pembelajaran abad pertengahan: membaca dan mengulang-ulang sampai hafal. Sekolah tidak perlu melaksanakan ujian akhir tahun tetapi peserta didik bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi dengan rekomendasi guru-gurunya. Pendidikan Islam paling lazim adalah menghafal Al-Qur;an dan Al-hadits, namun ada juga sekolah yang berusaha mengembangkan kemampuan intelektual.[9] Dalam proses rekontrusi Islam ini Fazlur Rahman merumuskan sebuah konsep pendidikan, maka yang perlu di perbaharui adalah:
a. Tujuan pendidikan
Dengan mendasarkan pada al-Qur’an, tujuan pendidikan islam menurut Fazlur Rahman adalah untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang diperoleh akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif, yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan, dan keteraturan dunia.[10]
Menurut Fazlur Rahman, untuk melakukan perubahan maka yang harus dilakukan adalah
1. Membangkitkan ideologi umat Islam tentang pentingnya belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Berusaha mengikis dualisme system pendidikan tradisional (agama), dan pada sisi lain ada pendidikan modern (sekuler). Kedua sistem ini sama-sama tidak beres. Karena itu perlu ada upaya mengintegrasikan keduanya.
3. Menyadari betapa pentingnya bahasa dalam pendidikan dan sebgai alat untuk mengeluarkan pendapat-pendapat yang orisinil. Menurut Rahman umat Islam adalah masyarakat tanpa bahasa karena lemah di bidang bahasa.
4. Pembaharuan di bidang metode pendidikan Islam yaitu dari metode mengulang-ulang dan menghafal pelajaran ke metode memahami dan menganalisis.[11]
b. Sistem pendidikan
Sistem pendidikan Islam yang memisahkan antara ilmu-ilmu agama dengan umum sangat tidak menguntungkan, bahkan berakibat pada kemunduran Islam. Fazlur Rahman memberikan solusi untuk keluar dari kemelut sistem pendidikan Islam yang disebutkan diatas, dengan cara