• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKRUTMEN CALON ANGGOTA DPRD OLEH PARTAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REKRUTMEN CALON ANGGOTA DPRD OLEH PARTAI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

REKRUTMEN CALON ANGGOTA DPRD OLEH PARTAI POLITIK DI KOTA MALANG (Studi Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan Cabang Kota Malang Periode 2014-2019)

Galih Azizkhan, S. IP1

Maratul Makhmudah, S.IP, M.Si2 dan Tri Hendra Wahyudi, S.IP., M.IP 2 1) Alumni Jurusan Ilmu Politik

2) Staff Pengajar Jurusan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Brawijaya

ABSTRACTION

The research appears in line with the legislative recruitment problems due to the proportional electoral system and provide open space for political parties to perform pragmatic recruitment, closed recruitment and participative, as well as the legislative recruitment based on the number of votes by recruiting people outside party that has a lot of funds and mass base. Based from those problems, this research tries to uncover problems by focusing recruitment phase which includes certification, nomination and election phase as explained by Cross and Bottomore, as well as to find the type of political party recruitment according to Barbara Geddes the recruitment typology of political parties are partisan type, compartmentalization type, immediate survival type and civil service reform type, with it the process done by the political parties in recruitment and the dominant type of recruitment used in the political parties to recruit candidates for members of parliament in Malang on 2014 – 2019 period by Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra Party) and Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) will be known. This research method itself using qualitative descriptive method with a case study approach and do a little comparison between the two parties in general recruitment.

The research results showed that Gerindra party done more open recruitment and participatory than PDIP, but on the other hand, the internal consolidation of PDIP stronger and started earlier than Gerindra. Exactly, regarding to the typology of recruitment done, the differences that occurs lie in the source of recruitment of each party. Gerindra party more dominant on the compartmentalization type and civil service reform type, while PDIP more inclined to the partisan type and civil service reform. By the result of this research, is expected in the future that will be a starting point in a more open in the recruitment of legislatives and utilize the existing resources properly and effectively.

KEYWORDS: Political Recruitment, Political Party

I. Pendahuluan

(2)

sebagaimana dikutip didalam Soenyono dan Ahmad Sofiani yaitu "Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jadi sebuah pemerintahan dikatakan demokratis apabila kekuasaan ada ditangan rakyat segala tindakan negara ditentukan oleh rakyat."1 Melihat definisi diatas, rakyat adalah kekuatan utama dalam pembentukan sebuah negara, dan aspirasi masyarakat tersebut dihimpun oleh partai politik yang mempunyai fungsi sebagai sarana penyerap aspirasi rakyat. Jadi peran partai politik dalam kehidupan dinegara demokrasi sangatlah penting untuk memperkuat sendi-sendi kenegaraan. Partai politik dianggap memainkan peranan menyeluruh sebelum selama dan sesudah pemilu."2

Partai politik dalam perjalanannya memerlukan dukungan yang nyata dari masyarakat agar tetap memiliki tujuan perjuangan untuk membangun negara agar lebih baik. Partai politik mempunyai banyak langkah untuk bertahan dalam percaturan politik, salah satu cara untuk bertahan adalah penguatan internal partai, perekrutan kader dan perekrutan calon legislatif.3 Kehadiran kader hasil rekrutan salah satu partai politik untuk bertarung didalam percaturan politik di suatu daerah dalam pemilihan umum sangatlah penting bagi kelangsungan partai politik tersebut, posisi dan peran partai politik harus menjadi peran yang utama dalam mengajukan calon-calon pemimpin yang akan dipilih melalui Pemilu.

Dalam sistem demokrasi, Kekuasaan dipisah menjadi tiga yaitu Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Kekuasaan Legislatif yang dikhususkan membuat hukum, Eksekutif yang berfungsi menjalankan administrasi pemerintahan dan Yudikatif memiliki tugas diperadilan.4 Jika merujuk kepada pendapat tersebut maka legislatif yang direpresentasikan sebagai parlemen adalah poin yang penting dalam sistem politik demokrasi yang dianut suatu negara. Anggota legislatif sendiri didalamnya diisi oleh orang-orang partai politik yang mewakili masyarakat dari masing-masing partai politik itu sendiri.5

Pentingnya fungsi legislastif yang didalamnya diisi oleh orang-orang partai politik menyebabkan partai politik dituntut untuk merekrut kader-kader yang berkompeten dan dipersiapkan mengisi parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Rekrutmen kader adalah salah satu hal utama bagi partai politik, pola rekrutmen kader yang bagus dan memiliki cara-cara yang elegan akan memberikan dampak yang positif bagi partai

1 Soenyono dan Ahmad Sofiani. 2008. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Agritek Pembangunan. hlm 155 2

Hans-Diter Klingemann et al. 1999. Partai, Kebijakan dan Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 392-393

3 Schattschneider dikutip Sigit Pamungkas.2012. Partai Politik: Teori dan Pra ktek di Indonesia, Edisi Revisi.

Yogyakarta: Institute Democracy and Welfarism. hlm 90

4

Mostesquie dikutip Ali Abdul Mu’ti. diterjemahkan oleh Rosihon Anwar. 2010. Filsafat Politik Antara Barat dan Islam. Bandung: Pustaka Setia. hlm 145

(3)

politik itu sendiri, kader-kader tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi keberlangsungan partai politik itu sendiri.

Fungsi rekrutmen politik menurut Ramlan Surbakti adalah “seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya."6 Jika melihat pendapat tersebut maka sudah seharusnya partai politik melakukan cara yang baik dalam proses penjaringan kader khusunya kader-kader yang dipersiapkan untuk menduduki kursi anggota legislatif atau anggota DPR ini.

Adapun beberapa permasalahan yang timbul dari rekrutmen politik setelah adanya sistem pemilu proporsional ini, pertama sistem pemilihan umum proporsional telah menguatkan dominasi oligarki dalam proses rekrutmen, elit partai berkuasa penuh dalam proses penentuan nomor urut yang dilakukan,. Elit partai memiliki kewenangan yang lebih dengan menempatkan seseorang dalam nomor urut kecil hanya karena memandang calon tersebut unggul di dalam pendanaan.7 Kedua proses rekrutmen tidak berlangsung secara terbuka dan partisipatif. Pihak kandidat sama sekali tidak mempunyai kedekatan terhadap konstituen yang menjadi basisnya karena dia hanya “mewakili” daerah administratif (bukan konstituen yang sebenarnya). Ketiga, dalam proses rekrutmen, partai politik sering merekrut terhadap calon yang dipandang sebagai penopang suara dan meninggalkan kader partai yang mempunyai kemampuan lebih. Terlihat dengannya banyaknya calon legisaltif yang berlatar belakang populer dan memiliki dana yang besar dijadikan calon legislatif tanpa melalui proses kaderisasi. 8

Permasalahan yang muncul yang dihadapi oleh partai politik ini menarik untuk dijadikan sebuah kajian dengan mencoba mengetahui rekrutmen yang dilakukan, karena seperti yang diungkapkan oleh Cross dan Bottomore bahwa dengan mengetahui rekrutmen politik kita mengetahui pertama, rekrutmen politik dapat menunjukkan lokus dari kekuasaan partai politik yang sesungguhnya. Apakah partai politik tersebut bersifat oligarkis atau

bersifat menyebar. Selain itu, Rekrutmen politik dapat menunjukkan bagaimana sirkulasi elit terjadi. Pasca rekrutmen politik, rekrutmen politik menjadi penentu wajah partai di ruang

publik. Siapa mereka, darimana asalnya, apa ideologinya, bagaimana pengalaman politiknya, dan bagaimana kapasitas politiknya akan menjadi petunjuk awal wajah politik partai politik

6 Ramlan Surbakti. 2010, Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. hlm 150-151

7 Sri Yanuarti Dalam Syamsuddin Harris. 2005. Pemilu Langsung Di Tengah Oligarki Partai. Jakarta:

Gramedia. hlm 78

8 Sutoro Eko dikutip Ainur Rofieq. Fungsi Rekrtumen Politik pada Calon Legislatif Partai Kebangkitan bangsa

(4)

di ruang publik, dan rekrutmen politik berada pada posisi sentral dalam mendefinisikan tipe kepartaian.9 Dengan mengetahui tipe rekrutmen politik suatu prtai politik, maka dapat diketahui seperti apa cara rekrutmen partai tersebut dan mampu menjelaskan problem yang terjadi dalam rekrutmen ini.

Kajian tentang rekrutmen politik ini dilakukan kepada 2 (dua) partai, yaitu Partai Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kedua partai tersebut dapat menjadi representasi partai yang relatif masih baru dan partai lama. Selain itu, kedua partai tersebut berhaluan Nasionalis yang tergolong memiliki kekuatan politik cukup besar. Di kota Malang,

prestasi Partai Gerindra mengalami kenaikan. Perolehan suara di Pemilu legislatif 2009-2014 yang hanya memperoleh 2 kursi legislatif, di Pemilu legislatif 2014-2019 perolehan kursi legislatif naik menjadi 4 kursi dengan perolehan 10,26% suara dan menduduki peringkat keempat. Sementara itu peningkatan perolehan suara PDIP yang terjadi ditingkat nasional juga terjadi di kota Malang, PDIP meraih peringkat pertama dengan perolehan suara sebanyak dengan 23.77% dari total suara dan mendapatkan 12 kursi DPRD Kota Malang, terjadi penigkatan suara jika dibandingkan di Pemilu Legislatif 2009-2014.10 Maka dari itu, penting kiranya untuk melihat proses Tahapan rekrutmen dan Tipologi Rekrutmen calon anggota DPRD yang dilakukan oleh Partai Gerakan indonesia raya (Partai Gerindra) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Cabang Kota Malang.

II. Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dengan pendekatan ini penelitian memiliki kekhasan obyek dalam sebuah kasus yang terjadi disuatu tempat, selain itu karena obyek yang diteliti adalah dengan mengeksplorasi suatu kejadian yang telah terjadi dan sedang aktual muncul di tengah publik, tema tentang rekrutmen politik dirasa lebih efektif jika menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena dengan metode ini dapat langsung dilakukan ekplorasi obyek penelitian

secara mendalam dan terjun langsung masuk kepada situasi yang terjadi, dalam konteks rekrutmen calon anggota DPRD ini. Juga dilakukan sedikit perbandingan dalam tahapan

rekrutmen dan juga tipologi yang dilakukan oleh kedua partai politik dalam melakukan rekrutmen calon anggota legislatif.

(5)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di kota Malang, dan khususnya di Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Malang dan Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai instansi pelaku yang telah menjalankan proses rekrutmen calon anggota DPRD Kota Malang Periode 2014-2019.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah pertama dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) yang diharapkan mampu menjelaskan pendapat,

keyakinan, serta sikap para informan terhadap proses rekrutmen ini.11 Kedua adalah observasi yang dianggap sebagai upaya untuk menunjang pemahaman penelitian mengenai kondisi lapangan serta mengungkapkan keadaan atau kejadian kejadian yang dijelaskan atau terletak dari hasil wawancara dengan informan. Ketiga, studi dokumentasi dengan melakukan penelusuran dan identifikasi untuk melengkapi dan mempertajam data dari wawancara dan observasi.

Pengumpulan data yang utama dilakukan adalah berupa hasil wawancara yang sudah dilakukan, pedoman wawancara dijadikan acuan untuk memperoleh data yang ditujukan kepada narasumber, adapun wawancara dilakukan kepada narasumber yang sudah ditentukan dalam penelitian ini. Narasumber penelitian ini didapat dengan menggunakan pedoman

Purposive. Metode pemilihan narasumber secara purposive dilakukan dengan sengaja mengambil informan kunci (key informan) yang sesuai dengan tujuan penelitian.12

Ketua tim penyeleksi masing-masing Internal Partai ditetapkan sebagai informan utama, Ketua Umum DPC Partai Gerindra Widya Farid Iskandar, Sekretaris DPC Partai Gerindra Taufik Bambang Sekretaris dan Wakil Ketua Tim Seleksi Hardi Prajitno, serta narasumber dari PDIP yaitu Priyatmoko Oetomo sebagai Pelaksana Tugas DPC PDIP Kota Malang dijadikan narasumber pertama beserta panitia penjaringan, Sementara itu para pengurus harian yang sudah terjaring menjadi konstituen sebagai narasumber pendukung.

Dan data yang diperoleh dari teknik dokumentasi yang diperoleh sebagai penguat dari penelitian ini adalah seperti bentuk surat SK dari DPP, form pendaftaran, jumlah peserta

pendaftar, dan surat administratif yang lain.

11

Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. hlm 44

12Bagong Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.

(6)

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Idrus yang terdiri dari tiga alur kegiatan Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan.13 Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain beberapa data yang digali dari hasil wawancara yang keluar dari topik penelitian, contonya seperti penjelasan mengenai strategi politik dan komunikasi politik yang sempat dijelaskan oleh narasumber dalam penelitian ini. Kemudian penyajian data dilakukan dengan pengelempokan data-data yang masuk dalam penelitian kemudian dibuatkan tabel

yang ditujukan untuk memudahkan dalam pengelompokan data-data yang berkait, seperti tahapan dan tipologi yang ditemukan dalam proses pengumpulan data. Dan setelah itu, data-data yang berkaitan dengan Tahapan dan Tipologi rekrutmen yang diperoleh dilapangan tersebut kemudian dikumpulkan serta dianalisa untuk dapat ditarik kesimpulannya sesuai dengan permasalahn yang ada.

E. Triangulasi Data

Triagulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.14 Pemilihan teknik triangulasi data dalam penelitian ini sendiri dengan menggunakan teknik berdasarkan sumber, yaitu dimana dilakukan pengencekan kepada narasumber dan dibandingkan dengan obeservasi yang sudah dilakukan. selain itu dilakukan wawancara dengan narasumber yang kedua dan ketiga agar ditemukan kesamaan pendapat, dalam pentlitian ini dilakukan pengecekan dengan melakukan pertanyaan yang sama kepoada narasumber yang berbeda, ditemukan kesamaan pendapat yang cenderung menguatkan pendapat dari narasumber pertama, selain itu juga dilakukan pengeceakan melalui data sekunder, dan data yang muncul dari narasumber memang sinkron dengan apa yang sudah tertera di data sekunder.

III. Kerangka Berpikir

Kerangka dan alur pikir dalam melakukan penelitian pertimbangan rekrutmen anggota

DPRD Kota Malang periode 2014-2019 ini adalah pertama akan dilihat seperti apa tahapan yang dilakukan oleh partai politik dalam melakukan rekrutmen calon anggota DPRD ini,

pembagian tahapan rekrutmen calon anggota DPRD dengan berlandaskan kepada teori yang diungkapkan oleh Norris yang sudah dikutip dalam sub bab landasan teoritis, tahapan tersebut antara lain adalah tahap sertifikasi, tahap penominasian, setelah itu adalah tahap

13

Miles dan Huberman dikutip Muhammad Idrus. 2013. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: P.T Bumi Aksara. hlm. 62

(7)

pemilu. Juga dilakukan perbandingan secara umum yaitu mengenai perbedaan dan kesamaan tentang tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh kedua partai poltiik tersebut,

Setelah itu penelitian dilanjutkan meneliti dan menganalisis pertimbangan partai politik dalam melakukan rekrutmen calon anggota DPRD, pembahasan secara mendalam mengenai tipologi rekrutmen atau tipe rekrutmen dalam menyiapkan calon anggota DPRD oleh partai politik. Permasalah yang terjadi tentang rekrutmen calon legislatif dalam penelitian ini dengan mengentahui tipe rekrutmen suatu partai politik maka akan memberikan diketahui kenapa permasalahan teresebut muncul. Supaya mudah untuk dipahami maka

diberikan alur pemikiran yang terdapat di Gambar 2.2 tentang kerangka berfikir dalam penelitian ini.

Penelitian ini secara khusus menjadikan teori dari Barbara Geddes tentang tipologi rekrutmen yaitu Partisan, Compartmentalization, Immediate Survival, dan Civil Service Reform sebagai landasan berfikir. Pemilihan landasan teori sebagai landasan berfikir penelitian menimbang bahwa dengan memakai teori tipe ini memudahkan proses pemaparan data primer dan sekunder yang sudah diolah dan juga memudahkan untuk mengaitkan dengan kejadian dilapangan, bahwa kedua partai ini dominan dalam pemakaian tipe rekrutmen, setelah itu juga dilakukan perbandingan secara umum mengenai tipologi rekrutmen yang dilakukan sehingga dengan begitu memudahkan menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan rekrutmen yang terjadi.

IV. Pembahasan

A. Perbandingan Tahapan Rekrutmen Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Cabang Kota Malang

Tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh partai poltiik secara umum seperti yang diungkapkan Norris dikutip Sigit pamungkas bahwa tahapan rekrutmen calon legislatif pada umumnya berkisar kepada tiga tahapan utama, yaitu tahap sertifikasi, tahapan ini adalah tahap pendefinisian kriteria yang dapat masuk dalam kandidatisasi. Berbagai hal yang

mempengaruhi tahap sertifikasi meliputi aturan-aturan pemilihan, aturan-aturan partai, dan norma-norma sosial informal. Kedua, yaitu tahap penominasian yaitu meliputi ketersediaan

calon yang memenuhi syarat dan permintaan dari penyeleksi ketika memutuskan siapa yang dinominasikan. Sementara itu tahap pemilu adalah tahap terakhir yang menentukan siapa yang memenangkan pemilu.15 Melihat secara umum tahapan yang dilakukan oleh partai

15

(8)

politik maka diberikan penjelasan mengenai tahapan yang dilakukan oleh Partai Gerindra maupun PDIP.

Perbedaan dan kesamaan yang terjadi dalam tahapan rekrutmen calon

legislatif merupakan kejadian yang wajar dalam setiap partai politik, termasuk juga ada

beberapa perbedaan dan kesamaan yang terjadi dalam tahapan rekrutmen calon legislatif

yang dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) dan Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDIP). Widya Farid selaku Ketua DPC Partai Gerindra

mengungkapkan bahwa tahapan rekrutmen calon legislatif secara garis besar sebagai

berikut:16

“Kita menyesuaikan jadwal dari KPU, jadi kita tidak membuat jadwal

sendiri, kita menyesuaikan dari jadwal KPU, kita awalnya membuat tim seleksi sesuai instruksi DPP, setelah itu kita mengumumkan pendaftaran secara terbuka, melakukan penjaringan, sampai munculnya Daftar Calon Tetap, lah disaat melakukan penjaringan ini terdapat banyak dinamika politik yang dapt diambil pelajaran, lah dalam proses tahapan rekrutmen ini terdapat berbagai hal yang terjadi disetiap tahapan rekrutmen, proses awal kita yang melakukan dan membentuk panitia seleksi setelah turunnya surat keputusan tentang pembetukan panitia seleksi, ya kita membentuk, kebetulan ketua seleksinya adalah bapak Suhardi, proses sosialasi yang dilakukan kita juga tertata dengan rapi, kita melakukan sosialasi lewat media koran, yaitu jawa pos dan malang pos di tingkat kota, selain itu media sosial, serta juga sosialisasi yang dilakukan, setelah dilakukannya seleksi dengan tahapan seleksi administrasi yaitu pengumpulan berkas-berkas yang mendukung nilai setiap bakal calon itu,ya seperti itulah, kita lakukan dengan terbuka, setelah itu baru dilakukannya seleksi tes psikologi, kita bekerjasama dengan fakultas psikologi UMM, jadi disini yang berwenang melakukan seleksi ya pihak fakultas sesuai dengan standar psiologi yang ada, baru setelah dilakukannya itu, baru dilakukan tes wawancara ya seputar wawasan kebangsaan, setelah menjadi 45 orang berkas kita kirimkan ke DPD yang diteruskan ke DPP,ini sudah proses penentuan nomor urut, sebenarnya penentuan nomor urut itu tidak masalah, cuman disini kita banyak diprotes mengenai penentua n nomor, padahal straktat kita sudah jelas bahwa nomor urut diuturkan berdasarkan nilai yang tertinggi dalam proses seleksi, setelah adanya pengesahan oleh DPP, kita ajukan Daftar Calon Sementara (DCS)setelah masa perbaikan, baru mucullah Daftar Calon Tetap (DCT).”

16 Wawancara dengan Narasumber Widya Farid Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Malang

(9)

Sedangkan Priyatmoko Oetomo selaku Ketua Tim Seleksi Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Malang. Tahapan yang sudah dijelaskan tersebut yaitu: 17

“Proses rekrutmen yang dilakukan sama seperti yang lain, Cuma yang

membedakan bahwa PDIP sudah mulai dari tahun 2012 melakukan konsolidasi, ditahun tersebut, struktur pimpinan yang terbawah mengajukan kader internal, PAC mengajukan calon kepada DPC pada tahun 2012, setelah itu proses pembetukan panitia, kita juga melakukan pendaftaran secara terbuka kepada masyarakat umum mengingat aturan undang-undang, lalu proses selekesi yang dilakukan beberapa tahap tersebut anatara lain pengumpulan berkas administrasi oleh panitia berkas tersebut seperti kelengkapan yang sudah dicantumkan oleh KPU serta juga berkas-berkas tambahan sayrat dari PDIP yang sudah ditentukan, setelah itu barulah diketahui mana calon yang mempunyai nilai tinggi, setelah melakuan wanwacara juga dengan bakal calon,. Tes Psikooigi sudah menjadi ranah DPD, barulah calon menjadi yang 120% yang lalu dirimkan ke DPP, DPP disini berposisi sebagai pengesah, setelah itu berkas dikembalikan lagi ke kita, kita daftar ke DPU lalu barulah turun DCT dari KPU.”

Terdapat beberapa perbedaan yang terjadi dalam tahapan rekrutmen calon legislatif dari kedua partai tersebut. Yang pertama adalah perbedaan mengenai permulaan proses rekrtumen yang terjadi. Partai Gerindra memulai proses rekrutmen dengan diawali dari turunnya Surat Keputusan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) mengenai pembentukan panitia seleksi calon legislatif. Pihak DPC berangkat dari surat keputusan dan melakukan rapat internal partai yang dihadiri jajaran pengurus partai di Kota Malang. Sementara PDIP memulai tahapan rekrutmen diawali pada tahun 2012 dengan pengajuan nama-nama calon yang dilakukan oleh struktur bawah yaitu Pengurus Anak Cabang (PAC) pada masing-masing daerah pemilihan. Ini menunjukkan perbedaan langkah awal yang dilakukan oleh kedua partai dan tentu saja secara kesiapan rekrutmen PDIP lebih matang karena bergerak lebih awal dalam melakukan konsolidasi rekrutmen calon legislatif ini.

Perbedaan yang kedua yaitu proses sosialisasi pendaftaran calon legislatif oleh kedua partai ini. Partai Gerindra melakukan proses sosialisasi dengan memanfaatkan beberapa media, diantaranya media masa lokal serta media sosial. Selain itu segenap pihak pengurus

partai di Kota Malang juga melakukan proses sosialisasi kepada masyarakat umum. Berbeda dengan PDIP yang hanya memanfaatkan struktur pengurus dari ranting dan juga anak cabang

partai dalam prsoes sosialisasi ini. Partai Gerindra terlihat lebih terbuka daripada PDIP dalam proses rekrutmen jika melihat sosialisasi yang dilakukan oleh kedua partai tersebut. Dengan memanfaatkan berbagai media, Partai Gerindra memperlihatkan model keterbukaan proses

17 Wawancara Dengan Narasumber Priyatmoko Oetomo Ketua Seleksi DPC PDIP Kota Malang. Tanggal

(10)

rekrutmen yang dilakukan. Selain itu proses rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Gerindra lebih terbuka dan partisipatif jika melihat pemanfaatan media dalam proses sosialisasi yang dilakukan. Dengan melihat perbedaan mengenai keterbukaan informasi pendaftaran yang dilakukan kedua partai, maka tidak heran jika muncul berbagai kecenderungan masalah yang muncul dalam rekrutmen yang sudah diangkat di Bab 1 yaitu mengenai masalah rekrutmen seperti kurangnya partisitipatif masyarakat dan kurangnya keterbukaan informasi.

Ketiga perbedeaan tahapan rekrutmen juga terletak pada seleksi yang dilakukan. Proses seleksi tes psikologi yang dilakukan oleh DPC Partai Gerindra dengan kerjasama

dengan pihak Universitas Muhammadiyah Malang menjadikan perbedaan dengan PDIP. PDIP melakukan tes psikologi yang dilangsungkan oleh pihak DPD PDIP Jawa Timur secara serentak di Kota Surabaya. Pihak DPC PDIP sendiri tidak berwenang dalam tes psikologi ini. Terlihat bahwa peran DPC Partai Gerindra lebih banyak dalam tahapan seleksi daripada peran yang dilakukan DPC PDIP.

Tahapan rekrutmen yang dilakukan partai Gerindra dan PDIP ini memiliki beberapa perbedaan seperti yang sudah dijelaskan, yaitu terletak pada permulaan, sosialisasi dan juga seleksi rekrutmen calon legisaltif. Namun juga terdapat beberapa kesamaan yang ditemukan dalam tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh kedua partai politik ini, yang pertama yaitu kedua partai memiliki persamaan dalam proses pendaftaran yang dilakukan oleh masing-masing panitia seleksi calon legislatif. Kedua yaitu pada proses pengesahan calon legislatif yang dilakukan oleh DPP kedua partai. Ketiga, kesamaan terlihat dalam tahapan pemberdayaan dan strategi pemenangan pemilu. Kedua partai sama-sama melakukan pemberdayaan dengan adanya sosialisasi peraturan KPU dan juga diadakan kaderisasi internal dengan pembinaan. Persamaan yang ditemukan dalam tahapan rekrutmen calon legislatif ini disebabkan karena memang secara aturan, KPU sudah menentukan jadwal-jadwal yang harus dilalui seperti kapan dilakukannya pendaftaran bakal calon legislatif, kapan dilakukan masa Daftar Calon Sementara (DCS), dan kapan waktu ditentukannya

Daftar Calon Tetap (DCT). Jadi tidak heran jika terdapat kesaman yang ditemukan dalam tahapan rekrutmen yang dilakukan oleh Partai Gerindra dan PDIP.

(11)

kedua partai ditemukan perbedaan dan kesamaan yang sudah dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya.

B. Perbandingan Tipologi Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Gerindra dan Partai Indonesia Demokrasi Perjuangan

Tipologi rekrutmen adalah tipe rekrutmen yang dilakukan untuk merekrut anggota legisaltif. Sebagaimana diungkapan Barbara Geddes, bahwa tipe rekrutmen politik terbagi menjadi empat macam, yang pertama yaitu tipe Partisan. Tipe Partisan adalah pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan

strategis. Yang kedua adalah Compartmentalization, merupakan proses rekrutmen yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan sosial politik seseorang, misalnya aktivis LSM. Ketiga adalah tipe Immediate survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-orang yang akan direkrut. Dan yang keempat adalah tipe Civil service reform, merupakan proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan kedudukan lebih penting atau lebih tinggi.18 Keempat tipe rekrutmen ini dapat dijadikan standar orientasi partai politik dalam melakukan rekrutmen calon anggota legislatif.

Partai Gerindra dan PDIP sendiri lebih dominan kepada tipe rekrutmen yang mana dapat diketahui dari indikator sebagai berikut, pertama, yaitu syarat dan penunjang yang ditentukan untuk menjadi calon legislatif. Kedua yaitu komposisi kader dan non-kader yang menjadi calong legislatif. Ketiga yaitu siapa yang terlibat dan mempunyai legimitasi yang kuat dalam penentuan calon legislatif. Keempat yaitu tentang penentuan nomor urut calon legislatif yang dilakukan. Berangkat dari indikator seperti itu maka disusun pertanyaan yang mengarah kepada indikator tersebut supaya diketahui tipe apa yang dipakai dan dominan dalam rekrutmen anggota legislatif oleh Partai Gerindra dan PDIP Cabang Kota Malang ini.

Perbandingan tipologi rekrutmen yang sudah dilakukan oleh Partai Gerindra maupun

PDIP, Partai Gerindra membuat standar secara internal dalam pengajuan persyaratan menjadi calon anggota DPRD dari partai Gerindra. Selain persyaratan secara administrasi yang sudah

ditentukan oleh KPU, Partai Gerindra mengajukan persyaratan tersendiri yaitu berupa hal yang berkisar kepada nilai penunjang seperti tingkat pendidikan, tingkat loyalistas seorang pendaftar, dan bagaimana dia dimata masyarakat. Syarat-syarat seperti itu juga sama seperti yang diajukan oleh PDIP. Perbedaannya PDIP lebih menyoroti nilai-nilai tambahan tersebut,

(12)

dan lebih detail memberikan pengajuan, seperti sudah berapa lama seorang pendaftar yang mengabdi kepada partai dan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan di partai dan keaktifan di masyarakat dalam berorganisasi. Persyaratan seperti itulah yang lebih dikaji oleh tim seleksi PDIP. Itulah mengapa rekrutmen PDIP lebih condong kepada tipe Partisan, karena dengan persyaratan seperti itu, otomatis nilai yang tertinggi adalah pendaftar yang sudah lama menjadi bagian dari partai. Sebaliknya, walaupun PDIP melakukan rekrutmen secara terbuka, orang luar yang mendaftar dari luar secara otomatis akan kalah bersaing dengan kader-kader internal yang mendaftar.

Perbedaan tipologi rekrutmen dari kedua partai ini, Jika melihat di tipe Partisan, PDIP lebih dominan memakai tipe ini ketimbang Partai Gerindra. Hal ini terlihat bahwa tingkat loyalitas kader yang diutamakan, dari kader-kader yang loyal tersebut untuk menyaringnya lagi baru dengan nilai poin tambahan seperti tingkat pendidikan, riwayat di partai sebagai penunjang untuk lolos seleksi. Berbeda dengan Partai Gerindra yang memakai tipe Partisan hanya untuk memberikan penghargaan terhadap kader internal namun tetap dalam koridor kompetisi yang seimbang terhadap orang luar yang mendaftar. Tipe Compartmentalization, Partai Gerindra lebih dominan dalam pemakaian tipe ini, ini diwujudkan dengan partai tidak melihat kader ataupun luar kader kalaupun nilai akhir adalah yang tertinggi ternyata orang luar kader, otomatis orang luar kader tersebut yang lolos seleksi. PDIP sendiri memakai tipe ini hanya sebatas nilai tambahan untuk kader-kader yang sudah mendaftar. Dalam tipe Immediate Survival, Partai Gerindra lebih menonjol menggunakan tipe ini jika dibandingkan PDIP. Pemakaian tipe Immediate Survival yang dipakai oleh Partai Gerindra itupun tidak sampai mendominasi terhadap tipe yang lain dengan artian bahwa memberikan indikasi bahwa Partai Gerindra memakai tipe Immediate Survival secara keseluruhan dalam rekrutmen. Pemakaian tipe ini hanya sebatas umum ini dengan diperlihatkan bahawa ada titipan kader dari DPP dalam proses rekrutmen. PDIP sendiri sama sekali tidak memakai tipe immediate survival, pihak DPC yang bertugas secara keseluruhan

dalam penentuan calon legisaltif, pihak DPP hanya bertugas untuk melakukan pengesahan terhadap berkas yang sudah diajukan oleh DPC.

(13)

tersebut, bisa diharapkan dengan dominannya pemakaian tipe ini maka akan memberikan yang baik bagi masyarakat maupun partai politik itu sendiri. Selain itu dengan pemakaian tipe ini akan menghapus permasalah yang terjadi dalam rekrutmen calon anggota legisaltif seperti, oligarki elit partai dalam penentuan calon, kurangnya pemahaman terhadap partai dan calon, serta adanya kader karbitan yang menjadi calon legisalitf.

V. Kesimpulan dan Saran

Setelah dilakukan penelitian yang menyeluruh tentang tahapan dan tipologi yang

dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra) dan Partai Demorkasi

Indonesia Perjuangan (PDIP) ditemukan beberapa kesimpulan.

 Tahapan Rekrutmen yang dilakukan Partai Gerindra dan PDIP memiliki kesamaan

yaitu tentang seleksi, verifikasi, dan pendaftaran rekrutmen, selain itu terdapat

perbedaan pada tahapan internal dimana PDIP memulai konsolidasi internal lebih

awal dari pada Partai Gerindra, kedaan tersebut memberikan implikasi bahwa terdapat

kesiapan yang lebih awal yang dilakukan PDIP. Selain terdapat perbedaan mengenai

sosialisasi yang dilakukan, Partai Gerindra terlihat lebih terbuka dan partisipatif

daripada PDIP yang kurang partisipasi sehingga memberikan implikasi tidak tahunya

masyarakat terhadap proses rekrutmen. Penentuan nomor yang dilakukan kedua partai

sama-sama transparan dan berdasarkan aturan baku partai yang menempatkan kader

terbaik di nomor urut atas.

 Tipologi rekrutmen yang dilakukan Partai Gerindra lebih dominan kepada tipe

Compartmentalization, dan tipe Civil Service Reform, tipe ini menjadi pertimbangan

utama dalam rekrutmen calon anggota legislatif, sehingga ada beberapa kader luar

yang masuk menjadi calon legislaitf Partai Gerindra. Sementara PDIP lebih dominan

mekai tipe Partisan dan Civil Service Reform, sehingga terlihat begitu kuatnya

konsolidasi partai dari proses rekrutmen calon legisalitf ini. Sehingga terlihat jika

kurang adanya partisipasi masyarakat luar dalam prose rekrutmen calon anggota

(14)

Maka dari itu, Partai Politik dalam melakukan rekrutmen sebaiknya mempunyai

standar baku yang lebih terperinci dan ditetapkan oleh undang-undang yang mengikuti

perkembangan zaman, seperti diharuskan calon yang mendaftar harus dari Daerah

Pemilihannya sendiri, agar masalah tidak kenal antara calon dengan konstituen tidak terjadi.

Perlu untuk dilakukan seleksi yang lebih transparan dengan mempublikasikan tahapan setiap

tahapan rekrutmen kepada masyarakat umum. Selain itu, Partai Politik dalam melakukan

rekrutmen sebaiknya dominan dalam tipologi Civil Service Reform agar memberikan

implikasi yang baik kedepannya, anggota legisaltif yang terpilih hasil dari tipologi ini akan

memiliki kemampuan yang cakap dan dapat bersinergi dengan kepentingan partai politik dan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Harris, Syamsuddin. 2005. Pemilu Langsung Di Tengah Oligarki Partai. Jakarta: Gramedia. Idrus, Muhammad. 2013. Metode Penelitian Ilmu Sosial.Jakarta, Erlangga

Klingemann, et al. 1999.Partai, kebijakan dan demokrasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Malaka, Tan. 2012. Parlemen atau Soviet.Jakarta: LPPM Tan Malaka

Moleong, Lexy J.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya. Mu’ti, Ali Abdul. 2010. Filsafat Politik Antara Barat dan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Pamungkas, Sigit. 2012. Partai Politik: Teori dan Praktik Di Indonesia. Yogyakarta: Institute

For Democracy and Wellfarism.

Sofwani, Ahmad dan Soenyono. 2008. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Agritek Pembangunan Nasional.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.

Jurnal

Ainur Rofieq. Fungsi Rekrtumen Politik pada Calon Legislatif Partai Kebangkitan bangsa 2009. Governance. Vol 1. No 2. Mei 2011

Website

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan sumber stres eksternal adalah jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah yang terlampau besar (12,3%.) Berkenaan dengan itu, responden tidak hanya

Hasil rerata kadar kolesterol total sebelum dilakukan terapi bekam, setelah terapi bekam pertama dan setelah terapi bekam kedua dibuat dalam bentuk grafik untuk mengetahui

Uji t dilakaukan untuk menguji ada tidaknya perbedaan nilai dengan perlakuan yang berbeda, dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau menggunakan

Dari delapan ketrampilan di atas, yang paling penting bagi seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan keterampilan tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan

banten otonan ini mememiliki bagian-bagian yang harus dilengkapin menjadi banten otonan, banten detail ini tidak dapat terinput apabila data input banten belum di isikan

Penandatanganan pemberian izin cuti bagi pejabat struktural eselon IV dan jabatan fungsional umum di lingkup Sekretariat Daerah untuk semua jenis cuti meliputi cuti tahunan, cuti

Investasi jangka panjang dalam saham adalah penanaman kelebihan dana yang dimiliki perusahaan dalam bentuk saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain yang dimiliki