• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENAM ERGONOMIK MENINGKATKAN SENSITIVITAS KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SENAM ERGONOMIK MENINGKATKAN SENSITIVITAS KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 71 SENAM ERGONOMIK MENINGKATKAN SENSITIVITAS KAKI PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

Ergonomic Gymnastics Increase Foot Sensitivty In Patients With Diabetes Mellitus In The Village Purwosari Districts Laweyan Of Surakarta City

Tri Susilowati, Fitri Windawati

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease in which the body of the syfferer can not automatically control the glucose in their blood. Complications that often occur in the lower limbs called diabetic foot. In these conditions occur abnormalities in the blood vessels and innervations disorders that cause neuropathic diabetic patients decreased sensitivity of the legs, loss of sensation is one of the major risk factors of diabetic ulcers. Loss of sensitivity of the foot can be prevented by doing gymnastics ergonomics. Purpose: determine the of gymnastics ergonomics on the level of foot sensitivity in patients with diabetes mellitus in the village Purwosari districts Laweyan of the Surakarta city.

This research uses a method Quasy Experiment with two group Pretest – posttest. Accidental sampling using a sample with the number of respondents 20 people per group, research instrument using observation sheet before and after treatment. Data were analyzed using the wilcoxon test and Mann Whitney test with significance level of 5%.

The result of testing with Wilcoxon test with the sign < 0,05 is 0,000 in group A and 0,003 in group B, while the Mann Whitney test obtained Z 2.305 to 0,042 sign. Conclusion there is any influence of gymnastics ergonomics on the level of foot sensitivity in patients with diabetes mellitus in the village Purwosari districts Laweyan of the Surakarta city.

Keywords : Gymnastics Ergonomics, Foot Sensitivity, Diabetes Mellitus

ABSTRAK

(2)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 72 hilangnya sensasi merupakan salah satu faktor utama risiko terjadinya ulkus diabetikum. Hilangnya sensitivitsa kaki dapat dicegah dengan melakukan senam ergonomik. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimental dengan rancanagan Pretest- Postest Two Group. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental Sample dengan jumlah reponden 20 orang tiap grup, instrument penelitian menggunakan lembar observasi sebelum dan sesudah perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitnney Test dengan taraf signifikan 5%.

Sebagian responden memiliki tingkat sensitivitas kaki baik. Hasil pengujian dengan Uji Wilcoxon dengan sign <0,05 yaitu 0,000 pada kelompok A dan 0,003 pada kelompok B sedang Uji Mann Whitnney Test didapatkan Z 2.035 dengan sign 0,042. Kesimpulan ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Kata kunci : Senam ergonomik, Sensitivitas kaki, Diabetes melitus

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar (glukosa) darah akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya (Subiyanto, 2010). Kadar glukosa darah tinggi ini disebabkan jumlah hormon insulin kurang efektif (resistensi insulin) (Waspadji, 2006).

Menurut data World Health Organisation (WHO), di dunia kini didiami oleh 171 juta penderita DM

(2000) dan akan meningkat 2 kali atau 366 juta pada tahun 2030 (Bustan, 2007). Berdasarkan data dari Riskesda tahun 2013 kecenderungan prevelensi DM di Indonesia pada tahun 2013 (2,1%) mengalami kenaikan dibanding tahun 2007 (1,1%). 31 provinsi menunjukkan kenaikan prevelensi DM yang cukup berarti seperti Maluku (0,5% menjadi 2,1%), Sulawesi Selatan (0,8 % menjadi 3,4%), Nusa Tenggara Timur(1,2% menjadi 3,3%) dan Jawa Tengah (1,1% menjadi 2,0%).

(3)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 73 prevalensi penyakit DM untuk Jawa

Tengah menurut diagnosis tenaga kesehatan sebesar 1,3% secara keseluruhan adalah 1,9%, prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap (3,9%), diikuti Tegal (3,1%), Surakarta (2,8%), Pemalang (2,1%) dan yang terendah adalah Kota Salatiga (0,8%) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2013, Jumlah penderita DM di Surakarta sebanyak 23.433 orang, sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan jumlah penderita DM sebanyak 31.002 orang.

Komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik atau diabetik foot. Dalam kondisi tersebut keadaan kaki diabetik yang terjadi adalah perubahan struktural, tonjolan kulit, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi, kelainanan pada pembuluh darah, dan kelainan persarafan neuropatik yang dapat menyebabkan pasien diabetes

mengalami penurunan sensitivitas, hilangnya sensasi merupakan salah satu faktor utama risiko terjadinya ulkus diabetikum (Subiyanto, 2010).

(4)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 74 Berdasarkan studi pendahuluan di

Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta pada bulan Desember 2015 diperoleh penderita Diabetes Melitus sebanyak 2.215 kunjungan dalam setahun dan terdapat 174 penderita. Diabetes Melitus terbanyak adalah di Kelurahan Purwosari, yaitu sebanyak 76 penderita yang tersebar di 11 posyandu. Kebanyakan penderita diabetes melitus datang ke Puskesmas hanya sebatas memeriksakan kadar gula darah selanjutnya hanya meminum obat saja, tidak ada upaya yang lain selain minum obat. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada ketua kader posyandu kelurahan Purwosari, mengatakan bahwa penderita diabetes belum pernah mendapatkan latihan fisik senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki guna untuk menangganan dini mencegahan ulkus diabetikum yaitu sensitivitas kaki. Dari Uraian diatas, Peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimental dengan rancanagan Pretest- Postest Two Group. Lokasi penelitian di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dengan populasi 76 penderita diabetes melitus. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental Sample dengan jumlah reponden 20 orang tiap grup. Instrument penelitian menggunakan lembar observasi sebelum dan sesudah perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitnney Test dengan taraf signifikan 5% denga skala ordinal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Karateristik Responden Umur

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelompok A

No. Umur F %

1 31-40 1 5

2 41-50 2 10

3 51-60 6 30

4 61-70 10 50

5 71-80 1 5

(5)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 75 Distribusi frekuensi pada

kelompok A berdasarkan umur responden menunjukkan distribusi umur tertinggi adalah umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 10 responden (50%) dan distribusi umur terendah adalah umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 1 responden (5%).

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Kelompok B

No. Umur F %

1 31-40 0 0

2 41-50 1 5

3 51-60 5 25

4 61-70 11 55

5 71-80 3 15

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi pada kelompok B berdasarkan umur responden menunjukkan distribusi umur tertinggi adalah umur 61-70 tahun yaitu sebanyak 11 responden (55%) dan distribusi umur terendah adalah umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 0 responden (0%).

Jenis Kelamin

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kelompok A No Jenis

Kelamin

F %

1 Laki-laki 8 40 2 Perempuan 12 60

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi pada kelompok A berdasarkan jenis kelamin responden menujukkan distribusi jenis kelamin tertinggi adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (60%) dan distribusi terendah adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 8 responden (40%).

Tabel 4.Distribusi Frekuensi Kelompok B

No Jenis Kelamin

F %

1 Laki-laki 7 35 2 Perempuan 13 65

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi pada kelompok B berdasarkan jenis kelamin responden menujukkan distribusi jenis kelamin tertinggi adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (60%) dan distribusi terendah adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 8 responden (40%).

Pekerjaan

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kelompok A No Pekerjaan F %

1 IRT 7 35

2 Swasta 4 20

3 Wiraswasta 7 35 4 Pensiunan 2 10

(6)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 76 Distribusi frekuensi pada

kelompok A berdasarkan jenis pekerjaan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah wiraswasta sebanyak 7 responden (35%) dan distribusi terendah adalah pensiunan sebanyak 2 responden (10%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kelompok B No Pekerjaan F %

1 IRT 6 30

2 Swasta 3 15

3 Wiraswasta 8 40 4 Pensiunan 3 15

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi pada kelompok B berdasarkan jenis pekerjaan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah wiraswasta sebanyak 8 responden (40%) dan distribusi terendah adalah pensiunan sebanyak 3 responden (15%).

Pendidikan

Tabel 7. Distribusi Frekuensi kelompok A

No Pendidikan F %

1 SD 5 25

2 SMP 2 10

3 SMA 10 50

4 DIPLOMA/SARJANA 3 15

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi pada Kelompok A berdasarkan pendidikan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah SMA sebanyak 10 responden (50%) dan distribusi terendah adalah Diploma/Sarjana sebanyak 2 responden (10%).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi kelompok B

No Pendidikan F %

1 SD 5 25

2 SMP 5 20

3 SMA 8 40

4 DIPLOMA/SARJANA 2 15

Jumlah 20 100

Distribusi frekuensi pada Kelompok B berdasarkan pendidikan responden menujukkan distribusi tertinggi adalah SMA sebanyak 8 responden (40%) dan distribusi terendah adalah Diploma/Sarjana sebanyak 2 responden (15%).

Tingkat Sensitivitas Kaki

Identifikasi tingkat sensitivitas kaki sebelum di lakukan senam ergonomik Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kelompok A

No. Tingkat Sensitivitas Kaki

F %

1 Baik 0 0

2 Sedang 11 55

3 Kurang 9 45

4 Tidak Ada 0 0

(7)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 77 Distribusi sensitivitas kaki

sebelum dilakukan senam ergonomik pada kelompok A yang memiliki tingkat sensitivitas kaki paling tinggi adalah sedang sebanyak 11 responden (55 %) dan yang paling rendah adalah baik sebanyak 0 responden (0%).

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kelompok B No. Tingkat

Sensitivitas Kaki

F %

1 Baik 2 10

2 Sedang 13 65

3 Kurang 5 25

4 Tidak Ada 0 0

Jumlah 20 100

Distribusi sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam ergonomik pada kelompok B yang memiliki tingkat sensitivitas kaki paling tinggi adalah sedang sebanyak 11 responden (55 %) dan yang paling rendah adalah baik sebanyak 0 responden (0%).

Identifikasi tingkat sensitivitas kaki sesudah dilakukan senam ergonomic Tabel 11. Distribusi Frekuensi kelompok A

No. Tingkat Sensitiviitas Kaki

F %

1 Baik 14 70

2 Sedang 6 30

3 Kurang 0 0

4 Tidak Ada 0 0

Jumlah 20 100

Distribusi sensitivitas kaki sebelum dilakuakan senam ergonomik pada kelompok A yang memiliki tingkat sensitivitas kaki tinggi adalah baik sebanyak 14 responden (70%) dan yang paling rendah adalah kurang sebanyak 6 responden (30%).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi kelompok A No. Tingkat

Sensitiviitas Kaki

F %

1 Baik 8 40

2 Sedang 10 50

3 Kurang 2 10

4 Tidak Ada 0 0

Jumlah 20 100

Distribusi sensitivitas kaki sebelum dilakuakan senam ergonomik pada kelompok A yang memiliki tingkat sensitivitas kaki tinggi adalah baik sebanyak 10 responden (50%) dan yang paling rendah adalah kurang sebanyak 2 responden (10%).

Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus pada Kelompok A

Tabel 13. Hasil Analisis Sumber

Data

Mean Selisih Mean

Z Hitung

Z Tabel

P Value

Pre Test 1,55 1,15 4,065 1,96 0,000

Post Test

(8)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 78 Berdasarkan uji statistik

menggunakan Uji Wilcoxon Macth Pairs Test dapat diketahui bahwa Z hitung 4,065 > Z tabel 1,96 atau ρ (0,000) < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan nilai p value < 0,05 maka hipotesa nol (Ho) ditolak artinya ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus.

Pengaruh Senam Ergonomik terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus pada Kelompok B

Tabel 14. Hasil Analisis Sumber

Data

Mean Selisih Mean

Z Hitung

Z Tabel

P Value

Pre Test 1,85 0,45 3,000 1,96 0,003

Post Test

2,30

Berdasarkan uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon Macth Pairs Test dapat diketahui bahwa Z hitung

3,000 > Z tabel 1,96 atau ρ (0,003) < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan nilai p value < 0,05 maka hipotesa nol (Ho) ditolak artinya ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes mellitus.

Perbedaan Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus Pada Kelompok A dan Kelompok B

Tabel 14. Hasil Analisis

Mann-Whitney

Selisih Mean

Z P

Value Kelompok A 1,15 2,035 0,042 Kelompok B 0,45

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Mann Whitney U-test yang digunakan untuk mengetahui adanya perbeaan antara Kelompok A dan Kelompok B. Didapatkan hasil nilai Z hitung kelompok A dan kelompok B sebesar 2,035 > Z tabel 1,96 dan p value 0,042 < 0,05 sehingga ada perbedaan yang bermakna pada kelompok A yang dilakukan senam ergonomik 3x seminggu dalam 3 minggu dan kelompok B yang dilakukan senam ergonomik 2x seminggu dalam 3 minggu.

Bahasan

Sensitivitas Kaki pada Penderita Diabetes Melitus Sebelum dan Sesudah Diberi Senam Ergonomik

(9)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 79 Laweyan Kota Surakarta pada bulan Mei

2016 dapat diketahui tingkat sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam ergonomik pada kelompok A maupun kelompok B sebagian besar adalah sedang, sesudah diberikan senam ergonomik tingkat sensitivitas kaki pada Kelompok A maupun B mengalami peningkatan dari sebagian besar adalah tingkat sensitivitas sedang menjadi baik.

Hasil penelitian menunjukka usia termuda didapatkan adalah 40 tahun dan tertua adalah 68 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang maka sirkulasi darah pun akan menurun, sehingga akan lebih berisiko untuk mengalami perubahan pada sensitivitas kaki seseorang (Tandra, 2008). Usia juga mempengaruhi kulit terhadap rangsang dimana semakin tua usia seseorang maka semakin rendah tingkat sensitivitasnya hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviah (2015) dimana peningkatan sensitivitas terjadi lebih besar pada kelompok umur lansia daripada dewasa muda.

Disamping itu, menurut Endriyanto (2012) bahwa sensitivitas

kaki seseorang dipengaruhi oleh keadaan sendiri orang tersebut, dimana sensitivitas kaki akan mengalami peningkatan menjadi baik apabila mereka melakukan aktivitas fisik, salah satunya dengan senam.

Aktivitas senam ergonomik mempunyai manfaat meningkatkan sensitivitas kaki dibandingkan pada orang yang tidak melakukan aktivitas apapun karena aktivitas fisik dapat berpengaruh memperbaiki keadaan kaki dan menstimulus saraf- saraf.

Analisis Pengaruh Senam Ergoomik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Antara Kelompok A Dengan Kelompok B

Hasil penelitian yang dilakukan pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta didapatkan hasil bahwa ada pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus.

(10)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 80 berkepanjangan yang berakibat

terganggunya sirkulasi darah yang kemudian dapat menghancurkan serat saraf. Terutama pada saraf perifer yang dimulai dari jempol kaki serta berlanjut ketelapak kaki dan seluruh kaki yang menimbulkan rasa baal.

Priyanto dan Junaiti (2014) mengatakan aktivitas fisik khususnya senam kaki akan membantu meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehingga akan membantu menstimuli syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang. Hal ini akan meningkatkan sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes melitus. Kondisi tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan di Magelang yang menunjukkan peningkatan rata-rata sensitivitas kaki pada kelompok intervensi yang dilakukan senam kaki dibanding kelompok yang tidak dilakukan senam kaki. Lansia yang melakukan senam kaki mempunyai sensitivitas lebih baik dibandingkan lansia yang tidak melakukan senam kaki.Senam ergonomik sendiri adalah senam yang dimodifikasi dari gerakan

sholat dan bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, dan menstimulasi saraf. Menurut Wratsongko (2008) senam ergonomik mampu mengembalikan posisi dan kelenturan system saraf dan aliran darah.

Aktivitas fisik mampu meningkatkan sensitivitas kaki seperti senam ergonomik, karena dapat memperbanyak sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi, dan meningkatkan kebugaran klien DM. Oleh karena itu, melakukan senam ergonomik efektif untuk membantu meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus.

Analisis Perbedaan Pengaruh Senam Ergoomik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Antara Kelompok A Dengan Kelompok B

(11)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 81 aktivitas fisik salah satunya adalah

senam yang proposinya minimal dilakukan 3X seminggu dengan waktu kurang dari 30 menit dapat meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula darah seseorang dan menurunkan resiko adanya ulkus diabetes. Dari hasil yang diperoleh bahwa senam ergonomik yang dilakukan 3X seminggu lebih efektif daripada 2X dalam seminggu.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyogoro (2013) yaitu semakin rendah tingkat kesibukan yang timbul dari pekerjaan seseorang semakin tinggi pula tingkat istirahat seseorang hal tersebut memberikan kesempatan dalam penumpukan lemak dan gula darah dalam tubuh dan akan mengakibatkan tubuh kurang maksimal dalam pembakaran lemak dan penggunaan glukosa dalam darah yang seharusnya digunakan untuk aktivitas maka gula darah akan terjadi peningkatan.

Joko, et Al (2015) mengemukakan sensitivitas yang kurang juga menyebabkan pembengkakan dan kekeringan pada kaki. Pencegahan komplikasi pada penderita diabetes melitus merupakan hal yang sangat penting karena sensitivitas yang kurang dapat menyebabkan ulkus, infeksi dan masalah yang menimpa pada kaki, proporsi olahraga yang cukup sangatlah membantu. Proporsi kurangnya aktivitas fisik yaitu kebiasaan olahraga atau senam 3 kali dalam seminggu selama 30 menit dapat memperbaiki sensitivitas darah, memperbaiki kinerja insulin sehingga kadar gula darah menjadi baik.

(12)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 82 luka yang terjadi karena tidak

dirasakannya. Kedua, sensitivitas kaki dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah yang dapat mengakibatkan luka terutama pada tungkai. Ketiga, daya tahan tubuh terhadap infeksi

Pencegahan kaki diabetes melitus tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit secara umum mencakup pengendalian kadar gula darah, status gizi, tekanan darah, kadar kolesterol, pola hidup sehat. Bila sensitivitas kaki yang kurang baik terjadi secara terus menerus, maka besar kemungkinan penderita diabetes melitusakan mengalami gangguan kaki diabetik. Olahraga dan senam ergonomik dapat meningkatkan sensitivitas dan sirkulasi darah ke kaki. Beberapa olahraga yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dan sensitivitas pada diabetes seperti yang diungkapkan oleh Waspadji (2006) adalah senam, peregangan dan rotasi pergelangan kaki.

Nilai sensitivitas akan menjadi lebih baik apabila dilakukannya secara

rutin hal tersebut terbukti dengan pemberian senam ergonomik 3x seminggu selama 3 minggu pada kelompok A lebih efektif dibandingkan pemberian senam ergonomik 2x seminggu selama 3 minggu pada kelompok B.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Tingkat sensitivitas kaki kelompok A pada penderita diabetes melitus sebelum dilakukan senam ergonomik sebagaian besar responden mengalami sensitivitas kaki sedang. 2. Tingkat sensitivitas kaki kelompok B

pada penderita diabetes melitus sebelum dilakukan senam ergonomik sebagaian besar responden mengalami sensitivitas kaki sedang. 3. Tingkat sensitivitas kaki kelompok A

pada penderita diabetes melitus setelah dilakukan senam ergonomik sebagaian besar responden mengalami sensitivitas kaki baik. 4. Tingkat sensitivitas kaki kelompok B

(13)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 83 sebagaian besar responden

mengalami sensitivitas kaki baik. 5. Ada pengaruh senam ergonomik

terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus pada masing masing kelompok.

6. Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok A dan kelompok B terhadap pengaruh senam ergonomik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada penderita diabetes melitus di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan responden dapat melakukan senam ergonomik secara mandiri dirumah untuk mengurangi komplikasi diabetikum terutama tingkat sensitivitas kaki pada penderita Diabetes Melitus, setelah mengetahui manfaat dan gerakkan senam ergonomik.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang penanganan penurunan sensitivitas kaki pada penderita Diabetes Melitus

untuk deteksi dini ulkus diabetikum serta sebagai acuan penelitian yang akan datang yang membahas tentang Penatalaksanaan pada Pasien Diabetes Melitus dalam upaya peningkatan sensitivitas kaki.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan agar dilakukan penelitian yang lain untuk menambah variabel atau menambah durasi senam dari penelitian yang sudah dilakukan ini atau dengam metode perlakuan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bustan. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Putra. Jakarta.

Endriyanto, E. 2012. “ Efektivitas Senam Kaki Diabetes Melitus Dengan Koran Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki pada Pasien DM

Tipe 2”. Skripsi UNRI Tahun 2012.

Joko, DP, Lelik ,A & Nur IP, 2015. Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Perubahan Kadar Gula Darah pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Karangdadap

(14)

Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 84 Oktaviah D, Yesi H, Agrina. 2015.

Efektifitas Senam Kaki Diabetik Dengan Bola Plastik Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 . Skripsi ,Pekan Baru

Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 87, Jakarta.

Sangiran. 2012. Mukjizat Gerakan Sholat. Qultum Media. Jakarta .

Priyanto, S & Junaiti . 2014. Pengaruh Senam Kaki Terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada agregat lansia diabetes melitus di magelang 2012. Tesis. FKI UI JAKARTA

Subiyanto.2010. Self Hypnosis Bagi Diabetes. Gosyen Publihing. Jakarta.

Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Gramedia. Jakarta.

Trisnawati, SK, Setyorogo, S. 2013. “ Faktor Resiko Diabetes Melitus di

Puskesmas Kecamatan

Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012”, Jurnal

Waspaji, S. 2006. Hidup Sehat dengan Diabetes Melitus. FKUI. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelompok A

Referensi

Dokumen terkait

Pada variabel kepuasan pelanggan memiliki bahwa indikator yang paling dominan adalah pelanggan merasa puas terhadap penanganan keluhan yang dilakukan oleh petugas

Pembangunan nasional yang diiringi dengan pembangunan kesehatan demi mewujudakan kualitas manusia Indonesia yang tinggi, maju, sejahtera serta menjadi bangsa berdaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian skrining fitokimia infusa daun belimbing wuluh dengan suhu 55 0 C, 60 0 C, 65 0 C, senyawa yang terkandung

Analisis regresi merupakan suatu analisis yang menjelaskan tentang akibat dan besarnya akibatnya yang ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas terhadap

keterampilan proses yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti bersama observers melakukan evaluasi terhadap kegiatan siswa dan guru selama

a) Peragaan langsung yaitu bentuk demonstrasi dengan menunjukkan benda aslinya akan mengadakan percobaan-percobaan yang dapat langsung diamati oleh siswa. b) Peragaan

(1) Bank Tanah dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menyelenggarakan kegiatan perencanaan, perolehan, pengadaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pendistribusian tanah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis