OBJEK KAJIAN FILSAFAT
MATEMATIKA, TIGA PAHAM
BESAR, RASIONALISME
Filsafat Matematika adalah suatu cabang matematika yang memusatkan pengkajiannya pada dua pertanyaan pokok : 1. Memusatkan kajian terhadap arti dari kalimat matematika 2. Memusatkan kajian bertolak dari pertanyaan apakah objek
abstrak matematika itu ada.
Terkait dengan yang pertama, akan muncul pertanyaan2:
Sebenarnya apa arti kalimat-kalimat matematika “3 merupakan bilangan prima”, “2+2=4” atau “Terdapat tak hingga bilangan prima”
semantik=mempelajari makna kata
Kalimat “Kapuas merupakan nama gunung di Jawa” secara semantik adalah salah, tetapi “Semeru merupakan nama gunung di Jawa” secara semantik benar.
Lalu secara semantik, bagaimana dengan kalimat
matematika “3 merupakan bilangan prima”, “2+2=4” atau
“Terdapat tak hingga bilangan prima”
Alasan para filosof terkait dengan hal ini adalah:
1. Tentang kebenaran yang tidak dapat serta merta dijelaskan 2. Jawaban yang berbeda akan membawa implikasi filosofis
Misalnya tentang kalimat “3 merupakan bilangan prima”, apakah 3? 3 itu apa?
Antirealis mengatakan bahwa bilangan itu tidak ada, bagaimana kita menilai secara semantik?
Realis mengatakan bahwa bilangan itu ada.
Dalam kelompok realis sendiri ada yang menyebut
bilangan sebagai objek mental(something like ideas in
people’s head) tetapi adapula yang menganggap bilangan ada di luar pikiran ( numbers exist outside of people’s
head), seperti pada dunia nyata.
Jadi menurut platonis ojek abstrak itu ada tetapi bukan sesuatu pada dunia nyata atau dalam pikiran manusia.
Karena kenyataannya bilangan (dan objek matematika yang lain) tidak ada pada ruang dan waktu manapun.
Mathematical Platonism
Platonisme pada matematika, memandang bahwa
a. Terdapat objek abstrak yang secara keseluruhan non spatial-temporal, non physical, dan non mental
b. Terdapat kebenaran kalimat secara matematik yang melengkapi gambaran suatu objek
Diantara Platonist kontemporer, akhirnya tersepakati bahwa yang dimaksud objek abstrak adalah objek yang nonspatialtemporal.
Versi Platonisme nontradisional
Dikembangkan pada tahun 1980-an dan 1990-an oleh: 1. Penelope Maddy
2. Mark Balaguer dan Edward Zaita
3. Michael Resnik dan Stewart Shapiro
Konsen atas bagaimana orang mendapatkan pengetahuan dari objek abstrak
Tiga Paham Besar dalam
Filsafat Matematika
Realisme memandang bahwa entitas matematika ada terbebas dari pikiran.
Logisisme memandang bahwa matematika merupakan bagian dari logika.
Empirisme memandang bahwa matematika harus dikembangkan secara empiris.
Paham logisisme dipelopori oleh filosof Inggris
Bertrand Arthur William Russel
Russel (1930) menulis buku “The Principles of Mathematics” yang berpegang pada pendapat bahwa matematika semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prinsip-prinsip logika dari prinsip-prinsip logika.
Menurut Russel matematika dan logika merupakan bidang
yang sama karena seluruh konsep dan dalil matematika dapat diturunkan secara logika.
Logika dan matematika berkembang pada zaman modern. Logika telah menjadi lebih bersifat matematis dan matematika menjadi lebih logis.
Bertrand Russell
“
Do not fear to be eccentric in opinion, for every opinion now accepted was once eccentric.
”
Pada tahun 1910-1913 Russel bekerja sama dengan Alfred North Whitehead menulis “karya besar” berjudul Principia Mathematica untuk membuktikan bahwa logika merupakan masa muda matematika dan matematika merupakan masa tua logika.
Pembuktian diawali dengan pangkal-pangkal pendapat dari logika dan kemudian dengan deduksi-deduksi sampailah pada hasil-hasil yang nyata-nyata termasuk dalam bidang matematika.
Aliran logisisme adalah aliran yang berpandangan bahwa matematika murni
merupakan bagian dari logika. Pengagas utama dari pandangan ini adalah
Leibniz, Frege (1983), Russel (1919), Whitehead dan Carnap (1931).
Ada dua hal pokok dalam aliran ini, yaitu
(1). Semua konsep dalam matematika pada akhirnya dapat
diturunkan dari konsep-konsep logika, penyajian dari penurunan tersebut meliputi konsep-konsep teori bilangan maupun
beberapa sistim yang terdapat pada teori Russsel.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa hakekat dari aliran ini adalah bahwa jika semua matematika dapat diekspresikan dalam bentuk-bentuk logika secara murni dan dibuktikan dari prinsip-prinsip logika itu sendiri, maka kepastian dari pengetahuan matematika dapat direduksi menjadi logika.
Ternyata tujuan ini tidak dapat tercapai karena memang matematika tidak
hanya merupakan logika. Sebagai contoh aksioma ketakhinggan dapat
Manfaat dari aliran logisisme diantaranya adalah pembuktian induksi
matematika, penggunaan implikasi dan pembuktian matematika baik dengan
cara bukti langsung maupun bukti tidak langsung yang sangat bermanfaat
dalam perkembangan matematika. Aliran logicisme merupakan dasar untuk
pembentukan pola pikir deduktif yang merupakan ciri atau karakteristik dari
Paham formalisme dipelopori oleh matematikawan
Jerman, David Hilbert
Menurut paham formalisme, sifat alami dari matematika adalah sistem lambang yang formal. Matematika terkait dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap lambang-lambang tersebut.
Simbol-simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi objek matematika.
Bilangan-bilangan dipandang sebagai sifat-sifatstruktural yang paling sederhana dari benda-benda
DAVID
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa hakekat dari aliran ini adalah bahwa jika semua matematika dapat diekspresikan dalam bentuk-bentuk logika secara murni dan dibuktikan dari prinsip-prinsip logika itu sendiri, maka kepastian dari pengetahuan matematika dapat direduksi menjadi logika.
Ternyata tujuan ini tidak dapat tercapai karena memang matematika tidak
hanya merupakan logika. Sebagai contoh aksioma ketakhinggan dapat
Paham intuitionisme dipelopori oleh matematikawan
Belanda, Luizen Egbertus Jan Brouwer
Brouwer berpendapat bahwa matematika adalah bagian yang sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia.
Ketepatan dalil-dalil matematika terletak dalam akal
manusia (human intellect) dan bukan pada simbol-simbol di atas kertas sebagaimana diyakini oleh paham formalisme. Dalam pemikiran para intuitionist, matematika berlandaskan pada suatu ilham dasar (basic intuition) mengenai
kemungkinan untuk membangun sebuah seri bilangan yang tidak terbatas. Ilham ini pada hakekatnya merupakan suatu aktivitas berpikir yang tak tergantung pada pegalaman,
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 23
SOCRATES
PLATO
ARISTOTELES
PERBANDINGAN FILSAFAT
PLATO DAN ARISTOTELES
SOCRATES (71th)
PLATO (80th)
ARISTOTELES(62 thn)
322 SM 399
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 24
SOCRATES
Socrates dilahirkan di Athena, Yunani
tahun 470 SM.
Setiap hari Socrates terus berpikir untuk
mencari kebenaran.
Socrates selalu bertanya tanpa
memberikan jawaban karena ia ingin
orang lain berpikir dan memahami
jawaban pertanyaan tersebut.
Menurut Plato dan Aristoteles, Socrates
adalah orang pertama yang
memperkenalkan cara berpikir induktif
dan membuat defnisi universal.
Cara berpikir tersebut kemudian dikenal
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 25
SOCRATES
Ia juga orang pertama di dunia yang
mengemukakan bahwa di dalam diri
manusia terdapat jiwa/rohani.
“Socrates menyadari bahwa jiwa jauh
lebih penting daripada tubuh fsik dan
jiwa tidak akan mati”
sebagai
bapak
psikologi rasional
.
Socrates adalah ahli flsafat Yunani yang
diakui sebagai guru moral terbesar di
dunia hingga saat ini.
Ia adalah salah satu dari ketiga orang
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 26
Socrates juga menemukan bahwa Tuhan hanya
satu dan memiliki kekuasaan terhadap segala sesuatu.
Ia menemukan hal ini melalui pemikirannya sendiri, bukan dari Al-quran dan Injil.
Dengan penemuannya ini, ia sangat ingin
mendidik moral masyarakat Athena menjadi lebih baik.
Namun, penemuannya ini malah dianggap
sebagai ajaran sesat yang hanya akan
meracuni pikiran dan jiwa anak-anak muda. Ia dianggap melanggar ajaran keyakinan
masyarakat Yunani yang pada saat itu menyembah banyak dewa.
Pada tahun 399 SM, saat Socrates berusia 71
tahun melaksanakan hukuman mati dengan minum racun.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 27
Plato adalah murid Socrates, yang datang dari
keluarga terpandang dan terpelajar.
Karena Socrates tidak meninggalkan tulisan
dan Plato adalah murid yang paling
memahami pemikiran Socrates, maka Plato
merasa bahwa dirinya adalah juru bicara yang paling sah dari Socrates.
Walaupun demikian tetap dapat dibedakan
pemikiran asli Socrates dengan Plato.
Kesaksian Aristoteles dalam Metaphysics
menyebutkan, “Socrates tidak memandang defnisi-defnisi universal sebagai eksistensi terpisah. Plato-lah yang membuat pemisahan tersebut dan jenis entitas ini disebutnya
sebagai ‘Idea-Idea’ (Forms).
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 28
Forms yang diungkapkan Plato dalam
dialog-dialognya didominasi oleh
pengertian-pengertian etis, misalnya kebaikan, keindahan, keadilan atau keberanian.
Ketika hendak menjelaskan pengertian “Form”
sebagai substansi obyektif yang berdiri sendiri,
Plato mengambil contohnya dengan pengertian-pengertian etis.
Plato mengatakan, “Keindahan (beauty) tidak
dimanifestasikan sebagai sebuah muka atau sebagai tangan atau benda-benda jasmani lainnya, tidak juga sebagai wacana atau ilmu pengetahuan, tidak juga sebagai pengada
yang terdapat pada makhluk hidup atau bumi atau langit atau dalam apapun lainnya; tetapi sebagai “existing itself by itself with itself”
(keberadaan diri oleh dan dengan dirinya sendiri), selalu unik dalam ‘form’.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 29
Dengan melalui Forms yang obyektif, tetap, dan
universal, maka Plato telah memberikan landasan ontologis dan epistemologis akan keuniversalan nilai-nilai moral yang
diperjuangkan Socrates sepanjang hidupnya.
Melalui ajaran itu, Plato mencoba
membuktikan bahwa “Kebaikan”, “Keadilan”, “Keberanian” dan lainnya real dan obyektif.
Menurut Plato, kebenaran ada pada dunia ide
(the Forms). Bentuk yang paling sempurna hanya ada pada ide, konsep yang terbentuk dari hal
nyata, tidak pernah sempurna.
Plato dikenal sebagai seorang dualist, yang memisahkan antara dunia ide dan materi.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 30
Plato mengembangkan pendekatan yang
sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem flsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia ke dalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being") dan
mengada (menjadi, "becoming").
Menurut Plato, bentuk pengetahuan yang
berfungsi sebagai pedoman yang paling andal di sepanjang jalan ini adalah matematika,
sedangkan bentuk pengetahuan yang terandal di dalam matematika adalah geometri.
Sumbangan flsafat Plato bagi psikologi/sains
adalah penekanan pada rasionalitas dan
objektivitas dari pengetahuan/ilmu yang dapat dikatakan sebagai peletakan dasar
pengetahuan alam (sains) yang sampai sekarang masih dianut.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 31
Lahir pada tahun 384 SM di Stageira, Yunani
Utara.
Meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM.
Belajar selama 20 tahun dalam Akademia Plato.
Ayahnya adalah seorang dokter, dan atas
bimbingan ayahnya Aristoteles sejak kecil telah banyak menaruh perhatian kepada ilmu-ilmu alam. Pengalaman ini berpengaruh terhadap pandangan ilmiah dan flosofsnya di kemudian hari.
Menurut Plato, realitas tertinggi adalah apa
yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah apa yang kita lihat dengan indera-mata kita.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 32
Aristoteles
tidak menyangkal bahwa
manusia memiliki akal yang sifatnya
bawaan
, dan bukan sekedar akal yang
masuk dalam kesadarannya oleh
pendengaran dan penglihatannya.
Namun justru akal itulah yang
merupakan ciri khas yang
membedakan manusia dari
makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran
manusia kosong sampai ia mengalami
sesuatu. Karena itu, menurut
Aristoteles
, pada manusia tidak ada
idea-bawaan.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 33
Aristoteles adalah seorang ahli biologis, seorang
yang sangat empiris, percaya pada hal-hal natural dan riil.
Tidak seperti Plato yang senang bergerak di
bidang-bidang ideal, Aristoteles adalah seorang yang down to earth.
Bagi Aristoteles, psikologi adalah ilmu tentang
jiwa (soul). Jiwa menjadi bagian vital dari individu, menggerakkan, mengarahkan perkembangan organisma, dan
mengaktualisasikan organisma menjadi eksistensinya yang sekarang.
Dalam hal ini Aristoteles berbeda pandangan
dengan gurunya yang memisahkan idea (yang dalam konsepsi Aristoteles dapat disamakan dengan soul) dan materi.
Bagi Aristoteles, soul dan materi tidak dapat
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 34
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara
untuk mendapatkan kesimpulan demi
memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode
empiris-induktif.
Dalam metode rasional-deduktif dari premis
dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang
mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang flsafat yang secara khusus menguji keabsahan cara berfkir.
Metode empiris-induktif,
pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular dipakai sebagai basis untuk berabstraksi
menyusun pernyataan yang berlaku universal.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 35
Pemikiran Aristoteles merupakan harta karun
umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini. Hal tersebut karena
kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi flsafatinya dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data.
Berhasil menggabungkan (melakukan
sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut di atas.
Aristoteles menempatkan flsafat dalam suatu
skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai "alat" untuk
sampai kepada pengetahuan yang lebih
mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam teori yang dibawa kepada praktek.
Aristoteles mengawali serta mendorong,
kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani,
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 36
PERBANDINGAN FILSAFAT PLATO DAN ARISTOTELES
Perlu diketahui bahwa
Plato
dapat
dikatakan sebagai flsuf pertama yang
secara jelas mengemukakan
epistemologi dalam flsafat, meskipun ia
belum menggunakan secara resmi
istilah epistemologi ini.
Filsuf Yunani berikutnya yang berbicara
tentang epistemologi adalah
Aristoteles
.
Plato
dan
Aristoteles
adalah guru dan
murid yang merupakan dua tokoh besar
dalam sejarah, yang telah berhasil
membentuk dan meletakkan dasar yang
paling kokoh bagi pembangunan
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 37
Perbedaan yang paling mendasar antara
flsafat
Plato
dan
Aristoteles
sebenarnya
terletak pada pandangan mereka tentang
ada dan kebenaran ada.
Apabila
Plato
mengatakan bahwa ada yang
sebenarnya berada di dunia ide, maka
Aristoteles
tidak mengenal ada yang
berada di dunia ide itu.
Bagi
Aristoteles
tidak ada dunia lain selain
dunia indrawi ini. Oleh sebab itu ada yang
sebenarnya harus ditemukan pada
kebenaran ada itu sendiri. Sehingga flsafat
Plato
disebut flsafat idealisme dan flsafat
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 38
Tabel Perbandingan Epistemologi Plato dan Aristoteles.
TOPIK PEMIKIRAN PLATO ARISTOTELES
Pandangan tentang
dunia Ada 2 dunia, yaitu dunia ide dan dunia materi Hanya 1 dunia, yaitu dunia nyata yang sedang dijalani Kenyataan yang
sejati Ide-ide yang berasal dari dunia ide Segala sesuatu di alam yang dapat ditangkap indra Pandangan tentang
manusia Terdiri dari badan & jiwa. Jiwa abadi; badan fana (tidak abadi).
Jiwa terpenjara badan.
Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan. Asal pengetahuan Dunia ide. Namun
tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia.
Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata.
Cara mendapatkan
pengetahuan Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan.
Observasi dan abstraksi, diolah dengan logika. Aliran filsafat Idealis Realis dan analitis Metode mencari
kebenaran Apriori, yaitu dari universal ke partikular Aposteriori, yaitu dari partikular ke universal Realitas tertinggi Apa yang kita dipikirkan
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 39
Perbedaan epistemologi
Plato
dan
Aristoteles
ini memiliki pengaruh
besar terhadap para flsuf modern.
Idealisme
Plato
mempengaruhi
flsuf-flsuf Rasionalis seperti Spinoza,
Leibniz, dan Whitehead.
Sedangkan pandangan
Aristoteles
tentang asal dan cara memperoleh
pengetahuan mempengaruhi
flsuf-flsuf Empiris seperti Locke, Hume,
dan Berkeley.
RASIONALISME PLATO
DAN ARISTOTELES
Mat & filsafat dilahirkan di Yunani kuno.
Sebelum Yunani, Mat. berisi teknik
kalkulasi & sistem numerasi, yg berhub.
dgn agama atau hal-hal praktis.
Suatu legenda yg berisi ttg ramalan
Apollo menyatakan bhw suatu bencana
akan berakhir jika altar tertentu
diduakalikan ukurannya, dgn bentuk
yang tetap.
Isu `praktis' ttg mencegah bencana
Dua permasalahan yg serupa, yaitu:
(1) membagi sudut menjadi tiga
bagian yang sama
(2) menentukan panjang sisi persegi
yang luasnya sama dengan suatu
lingkaran tertentu.
Permasalahan ini menjadi pemikiran
para ahli mat. selama berabad-abad.
Akhirnya, lebih dari 2000 th kemudian
para ahli mat. tdk menemukan
solusi-nya shg permasalahan tsb dianggap
mustahil utk diselesaikan
.
1
. The world of Being
Plato termotivasi oleh kesenjangan antara ide yg dpt kita mengerti dgn dunia fisik di sekitar kita.
Sebagai contoh, meski kita memp. gambaran mental ttg keadilan (justice) yg jelas, namun
segala hal yang kita lihat dan kita dengar ternyata tak ada yg memenuhi keadilan sempurna.
keindahan (beauty)
alim (pious)
baik (virtuous)
Segala sesuatu yg ada di dunia memp.kekurangan.
Kita punya pemahaman ttg harapan yg sempurna, namun kita tdk pernah
menemukannya. Mengapa ?
Jwbn Plato: ada realitas ttg Forms yg berisi
hal-hal yg sempurna seperti “Keindahan”,
“Keadilan”, & “Kealiman”.
Plato menyebut dunia fisik sbg The world of
Becoming, krn objek fisik tunduk pd
perubahan & kecurangan.
Objek-objek tsb mendptkan sesuatu yg lebih
baik & juga yg lebih buruk.
Apa yang indah dapat menjadi buruk.
Apa yg baik dpt menjadi jahat.
Sebaliknya, Form 'Keindahan’ bersifat kekal &
tidak berubah keindahannya & akan selalu
tetap sama.
Dalam buku The Meno dijelaskan bahwa
Plato diminta Socrates utk mengajarkan
seorang budak menemukan suatu teorema:
persegi yg sisinya merup diagonal persegi
tertentu memp. luas 2x luas persegi semula.
Socrates menekankan bahwa baik Plato
maupun siapapun orangnya tidak boleh
menunjukkan teorema tsb. kepada budak.
Dgn menanyakan secara hati-hati &
menunjuk aspek dari suatu diagram yg
digambar, ternyata Socrates mendapati
budak tsb menemukan sendiri teorema itu.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 46
Plato
menggunakan eksperimen tsb utk
mendukung suatu doktrin bhw ketika eksperimen
menggunakan geometri atau
the world of Being
pd
umumnya, maka apa yang disebut 'belajar' adalah
mengingat-ingat secara nyata dari kehidupan
2. Pandangan
Plato
ttg Matematika
Mat. atau paling tidak geometri, merup suatu contoh
langsung kesenjangan antara dunia materi di sekitar kita dgn dunia pikiran yg tenang, ideal, sempurna.
Dari sebelum zaman Plato sampai hari ini kita telah
memiliki definisi-definisi ttg garis lurus, lingkaran, dsb.
Tetapi dunia fisik memuat grs lurus tanpa lebar yg tdk sempurna, tdk ada lingkaran yg sempurna, atau tidak ada yang sempurna yang dapat kita lihat.
Barangkali grs lurus & lingkaran sempurna dsb., menjadi bagian dari ruang fisik yg kita tempati, tetapi meskipun demikian, kita tidak akan
menemukannya dalam dunia fisik manapun.
Utk mendptkan kejelasan, Plato percaya bhw proposisi geometri scr obyektif adl benar atau
salah, serta bebas dari pikiran, bahasa, dan juga bebas dari para ahli matematika.
Plato percaya bahwa objek geometris bukanlah obyek fisik, dan bahwa obyek geometri bersifat tidak berubah dan kekal.
Dalam hal ini, paling tidak objek geometris adalah seperti Forms dan berada dalam the world of Being.
Ia akan menolak pernyataan bahwa objek geometris ada dalam ruang fisik.
THE GOOD
FORMS BEING
Objek
Matematis
Objek Fisik
BECOMING
Refleksi
Perhatikan, teorema ttg grs singgung lingk. yang
memotong lingk. pd sebuah titik.
Meskipun jika seseorang secara hati-hati
menggambar suatu lingk. & grs singgungnya,
menggunakan peralatan yg mahal atau pensil yg sangat tajam (atau printer yg canggih), seseorang masih melihat bhw garis singgung tsb memotong lingk. di suatu daerah kecil, bukan pada suatu titik.
50 Rasionalisme Plato dan Aristoteles
51 Rasionalisme Plato dan Aristoteles
Jika seseorang menggunakan sebatang
kapur atau sebuah tongkat dalam pasir
utk latihan, titik potongnya akan lebih
besar.
Pandangan
Plato
tersebut meninggalkan
suatu permasalahan tentang penjelasan
mengapa geometri diterapkan pada dunia
fsik, meskipun secara pendekatan saja
Pada masa
Plato
diberikan suatu kisah
yang terperinci, tetapi spekulatif tentang
bagaimana dunia fsik dibangun secara
geometris dari lima benda ruang yang
disebut
Platonic solids
, yaitu
bidang empat (
pyramid/tetrahedron
),
bidang delapan (
octahedron
)
bidang enam/kubus (
hexahedron
)
bidang duapuluh (
icosahedron
)
bidang duabelas (
dodecahedron
)
Scr tdk langsung pandangan
Plato
juga
memperhatikan aritmetika & aljabar,
seperti karyanya tentang geometri.
Ia adalah seorang realis yg terus terang
pd kedua nilai kebenaran & ontologi.
Ia menyatakan bhw proposisi dr
aritmeti-ka & aljabar adl benar atau
salah, tdk ter-gantung dari ahli mat,
dunia fsik, & bahkan juga dari pikiran.
Ia juga menyatakan bhw proposisi
aritme-tika adalah ttg objek abstrak yg
disebut `bilangan'
3. Pengaruh mat terhadap perkemb.
Filsafat
Plato
Beberapa sarjana terbaru sudah
memfo-kuskan perhatiannya pada
pengaruh per-kembangan mat thdp
filsafat Plato.
Dengan cara dramatis, terdapat
cahaya yg dapat mengungkap
beberapa perbedaan yg tajam antara
Plato & gurunya Socrates.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 55
4.
Aristoteles
, Musuh yang
Berjasa
Kebanyakan dari apa yang dikatakan
Aristoteles
tentang matematika
merupakan polemik melawan
pandangan
Plato
.
Filsafat matematika
Aristoteles
berkaitan dengan
penolakannya
terhadap world of Being yang
terpisah. Filsafat matematika
Plato berkaitan dengan Forms sebagai wujud yang kekal dalam realitas dari
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 56
PEMIKIRAN ARISTOTELES
Menerima keberadaan Forms, tetapi ia
menganggap bahwa Forms tidak terpisah dari objek individu yang termasuk dalam Forms.
Contoh:
Beauty merupakan sesuatu yang indah secara umum. Jika seseorang berencana
menghancurkan semua benda yang indah, maka ia akan menghancurkan Beauty itu sendiri.
Hal yang sama juga digunakan untuk keadilan (Justice), Kejujuran (Virtue), Manusia, dan
Forms yang lain.
Benda-benda dalam dunia fsik mempunyai
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 57
Aristoteles menganggap bahwa objek
matematika itu ada dalam objek yang jelas dan tidak terpisah dari objek yang dapat dimengerti.
Menurut geometri, objek matematika
nampak seperti objek fsik, misalnya
permukaan, garis, dan titik.
Ahli geometri tidak menganggap
permukaan sebagai permukaan dari
objek fsik.
Objek
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 58
Dalam pemikiran, seseorang dapat
memisahkan permukaan, garis, dan titik
dari objek fsik yang memuatnya.
Pemisahan tersebut bersifat psikologis,
atau mungkin bersifat logis.
Pemisahan ini memperhatikan bagaimana
kita berpikir tentang objek fsik.
Bagi
Aristoteles
, kekeliruan
Plato
adalah menyimpulkan bahwa objek
geometris bersifat metafsis yang
terpisah dari contoh-contoh benda
fsik hanya karena para ahli
matematika mengatur untuk
mengabaikan aspek fsik tertentu.
Objek
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 59
Abstraksi Geometri
Misalkan, sebuah bola kuningan.
Jika kita mengabaikan kuningan secara
selektif dan hanya memfokuskan pada bentuk
bola, maka kita akan memperoleh bola saja.
permukaan salah satu sisi kubus pejal sebuah bidang
salah satu sisi bidang sebuah ruas garis
Jadi objek geometri banyak yang menyerupai
Forms
.
Dalam sebuah pemikiran, objek geometri
adalah bentuk dari objek fsik. Tetapi, tentu
objek geometri merupakan
Forms
dari
Aristoteles
dan bukan merupakan
Forms
dari
Plato
.
Objek matematika diperoleh dari proses
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 60
Bilangan asli diperoleh melalui abstraksi
dari kumpulan objek fsik.
Kita mulai dengan suatu kelompok yang
terdiri lima domba dan dengan
mengabaikan perbedaan antara domba.
Kita hanya memfokuskan pada
kenyataan bahwa domba tersebut
merupakan objek
yang berbeda dan
bilangan 5 menunjukkan suatu jenis
kelompok.
Sehingga bilangan ada sebagai
Forms
dari
Aristoteles
, dalam kelompok objek
yang merupakan bilangan.
Abstraksi
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 61
Objek
geometri
itu merupakan fksi
(khayalan) yang berguna.
Misalkan,
Ahli geometri menyatakan
jika A adalah segitiga samakaki
ia memberikan atribut pada A berupa
sifat-sifat yang menyebabkan A
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 62
Perhitungan aritmetika diperoleh dengan
memper-lakukan suatu obyek tertentu di
suatu kumpulan 'sebagai yang tak
terpisahkan' atau 'suatu unit'.
Contoh kumpulan lima domba.
kita anggap setiap domba sebagai sesuatu yang tak dapat dibagi, tetapi menurut
penjagal setiap domba pasti dapat dibagi.
Oleh karena itu asumsi ahli matematika salah.
Ide ahli matematika tersebut mengabaikan sebarang sifat dari kumpulan domba yang
muncul dan keterbagian setiap domba secara individu.
Kita menganggap bahwa setiap domba tidak
dapat dibagi dan oleh karena itu kita
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 63
Aristoteles & Plato
Aristoteles setuju dengan pendapat Plato
bahwa bilangan selalu merupakan banyaknya sesuatu benda, tetapi menurut Aristoteles,
bilangan adalah banyaknya kumpulan objek.
Bilangannya Aristoteles adalah bilangan fsiknya Plato.
Sesuai dengan kedua interpretasi flsafat
matematika Aristoteles, penerapan matematika kepada dunia fsik adalah langsung.
Ahli matematika mempelajari sifat-sifat nyata
dari objek fsik nyata. Tidak perlu membuat
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 64
Aristoteles & Plato
Tidak seperti Plato, kedua interpretasi
Aristoteles bermakna bagi bahasa dinamik yang khusus berlaku dalam geometri. Karena geometri memperhatikan objek fsik atau
abstraksi langsung dari objek fsik, yang
membahas tentang pengkuadratan, penerapan dan penjumlahan dan sejenisnya.
Perhatikan prinsip Euclid, yaitu antara melalui
sebarang dua titik dapat digambar sebuah garis lurus.
Bagi Plato, hal ini merupakan suatu
pernyataan yang disembunyikan tentang keberadaan garis.
Aristoteles dapat memperlakukan prinsip tersebut secara harfah sebagai suatu
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 65
Lingkaran dan garis ideal tidak akan
ada `dalam' objek yang kita lihat.
Aristoteles &
Plato
Aristoteles
berpendapat bahwa
geometri dapat diterapkan pada dunia
materi dalam hal objek yang
merupakan aproksimasi dari objek
sempurna,
Plato
juga merespon
demikian.
Seseorang mungkin memikirkan
tentang objek geometri (dan
aritmetika) yang sempurna sebagai
bagian dari ruang fsik, tetapi hal ini
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 66 Aristoteles menjelaskan secara empiris keterkaitan yang erat antara materi pelajaran matematika dan dunia fsik.
Aristoteles berpendapat bahwa bilangan
rasional itu bukan bilangan, tetapi bilangan rasional tersebut berhubungan dengan
bilangan asli sebagai ratio.
Barangkali analisis rasional dan analisis real
dapat muncul dari pemahaman Aristoteles
tentang geometri.
Dengan mengikuti pendapat Euclid, seseorang
dapat mengembangkan teori ratio ruas garis dan juga menguasai kembali bilangan real melalui ruas garis, dengan mengambil
sebarang ruas garis sebagai satuan.
Bagaimana Aristotelian memahami analisis
kompleks, atau analisis fungsional, atau
topologi himpunan titik, atau teori himpunan aksiomatik? Tentu saja, itu tidak adil untuk
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 67
SOCRATES
PLATO
ARISTOTELES
PERBANDINGAN FILSAFAT
PLATO DAN ARISTOTELES
SOCRATES (71th)
PLATO (80th)
ARISTOTELES(62 thn)
322 SM 399
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 68
SOCRATES
Socrates dilahirkan di Athena, Yunani
tahun 470 SM.
Setiap hari Socrates terus berpikir untuk
mencari kebenaran.
Socrates selalu bertanya tanpa
memberikan jawaban karena ia ingin
orang lain berpikir dan memahami
jawaban pertanyaan tersebut.
Menurut Plato dan Aristoteles, Socrates
adalah orang pertama yang
memperkenalkan cara berpikir induktif
dan membuat defnisi universal.
Cara berpikir tersebut kemudian dikenal
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 69
SOCRATES
Ia juga orang pertama di dunia yang
mengemukakan bahwa di dalam diri
manusia terdapat jiwa/rohani.
“Socrates menyadari bahwa jiwa jauh
lebih penting daripada tubuh fsik dan
jiwa tidak akan mati”
sebagai
bapak
psikologi rasional
.
Socrates adalah ahli flsafat Yunani yang
diakui sebagai guru moral terbesar di
dunia hingga saat ini.
Ia adalah salah satu dari ketiga orang
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 70
Socrates juga menemukan bahwa Tuhan hanya
satu dan memiliki kekuasaan terhadap segala sesuatu.
Ia menemukan hal ini melalui pemikirannya sendiri, bukan dari Al-quran dan Injil.
Dengan penemuannya ini, ia sangat ingin
mendidik moral masyarakat Athena menjadi lebih baik.
Namun, penemuannya ini malah dianggap
sebagai ajaran sesat yang hanya akan
meracuni pikiran dan jiwa anak-anak muda. Ia dianggap melanggar ajaran keyakinan
masyarakat Yunani yang pada saat itu menyembah banyak dewa.
Pada tahun 399 SM, saat Socrates berusia 71
tahun melaksanakan hukuman mati dengan minum racun.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 71
PLATO
Plato adalah murid Socrates, yang datang dari
keluarga terpandang dan terpelajar.
Karena Socrates tidak meninggalkan tulisan
dan Plato adalah murid yang paling
memahami pemikiran Socrates, maka Plato
merasa bahwa dirinya adalah juru bicara yang paling sah dari Socrates.
Walaupun demikian tetap dapat dibedakan
pemikiran asli Socrates dengan Plato.
Kesaksian Aristoteles dalam Metaphysics
menyebutkan, “Socrates tidak memandang defnisi-defnisi universal sebagai eksistensi terpisah. Plato-lah yang membuat pemisahan tersebut dan jenis entitas ini disebutnya
sebagai ‘Idea-Idea’ (Forms).
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 72
PLATO
Forms yang diungkapkan Plato dalam
dialog-dialognya didominasi oleh
pengertian-pengertian etis, misalnya kebaikan, keindahan, keadilan atau keberanian.
Ketika hendak menjelaskan pengertian “Form”
sebagai substansi obyektif yang berdiri sendiri,
Plato mengambil contohnya dengan pengertian-pengertian etis.
Plato mengatakan, “Keindahan (beauty) tidak
dimanifestasikan sebagai sebuah muka atau sebagai tangan atau benda-benda jasmani lainnya, tidak juga sebagai wacana atau ilmu pengetahuan, tidak juga sebagai pengada
yang terdapat pada makhluk hidup atau bumi atau langit atau dalam apapun lainnya; tetapi sebagai “existing itself by itself with itself”
(keberadaan diri oleh dan dengan dirinya sendiri), selalu unik dalam ‘form’.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 73
Dengan melalui Forms yang obyektif, tetap, dan
universal, maka Plato telah memberikan landasan ontologis dan epistemologis akan keuniversalan nilai-nilai moral yang
diperjuangkan Socrates sepanjang hidupnya.
Melalui ajaran itu, Plato mencoba
membuktikan bahwa “Kebaikan”, “Keadilan”, “Keberanian” dan lainnya real dan obyektif.
Menurut Plato, kebenaran ada pada dunia ide
(the Forms). Bentuk yang paling sempurna hanya ada pada ide, konsep yang terbentuk dari hal
nyata, tidak pernah sempurna.
Plato dikenal sebagai seorang dualist, yang memisahkan antara dunia ide dan materi.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 74
Plato mengembangkan pendekatan yang
sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem flsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia ke dalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being") dan
mengada (menjadi, "becoming").
Menurut Plato, bentuk pengetahuan yang
berfungsi sebagai pedoman yang paling andal di sepanjang jalan ini adalah matematika,
sedangkan bentuk pengetahuan yang terandal di dalam matematika adalah geometri.
Sumbangan flsafat Plato bagi psikologi/sains
adalah penekanan pada rasionalitas dan
objektivitas dari pengetahuan/ilmu yang dapat dikatakan sebagai peletakan dasar
pengetahuan alam (sains) yang sampai sekarang masih dianut.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 75
Lahir pada tahun 384 SM di Stageira, Yunani
Utara.
Meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM.
Belajar selama 20 tahun dalam Akademia Plato.
Ayahnya adalah seorang dokter, dan atas
bimbingan ayahnya Aristoteles sejak kecil telah banyak menaruh perhatian kepada ilmu-ilmu alam. Pengalaman ini berpengaruh terhadap pandangan ilmiah dan flosofsnya di kemudian hari.
Menurut Plato, realitas tertinggi adalah apa
yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah apa yang kita lihat dengan indera-mata kita.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 76
Aristoteles
tidak menyangkal bahwa
manusia memiliki akal yang sifatnya
bawaan
, dan bukan sekedar akal yang
masuk dalam kesadarannya oleh
pendengaran dan penglihatannya.
Namun justru akal itulah yang
merupakan ciri khas yang
membedakan manusia dari
makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran
manusia kosong sampai ia mengalami
sesuatu. Karena itu, menurut
Aristoteles
, pada manusia tidak ada
idea-bawaan.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 77
Aristoteles adalah seorang ahli biologis, seorang
yang sangat empiris, percaya pada hal-hal natural dan riil.
Tidak seperti Plato yang senang bergerak di
bidang-bidang ideal, Aristoteles adalah seorang yang down to earth.
Bagi Aristoteles, psikologi adalah ilmu tentang
jiwa (soul). Jiwa menjadi bagian vital dari individu, menggerakkan, mengarahkan perkembangan organisma, dan
mengaktualisasikan organisma menjadi eksistensinya yang sekarang.
Dalam hal ini Aristoteles berbeda pandangan
dengan gurunya yang memisahkan idea (yang dalam konsepsi Aristoteles dapat disamakan dengan soul) dan materi.
Bagi Aristoteles, soul dan materi tidak dapat
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 78
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara
untuk mendapatkan kesimpulan demi
memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode
empiris-induktif.
Dalam metode rasional-deduktif dari premis
dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang
mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang flsafat yang secara khusus menguji keabsahan cara berfkir.
Metode empiris-induktif,
pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular dipakai sebagai basis untuk berabstraksi
menyusun pernyataan yang berlaku universal.
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 79
Pemikiran Aristoteles merupakan harta karun
umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini. Hal tersebut karena
kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi flsafatinya dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data.
Berhasil menggabungkan (melakukan
sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut di atas.
Aristoteles menempatkan flsafat dalam suatu
skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai "alat" untuk
sampai kepada pengetahuan yang lebih
mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam teori yang dibawa kepada praktek.
Aristoteles mengawali serta mendorong,
kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani,
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 80
PERBANDINGAN FILSAFAT PLATO DAN ARISTOTELES
Perlu diketahui bahwa
Plato
dapat
dikatakan sebagai flsuf pertama yang
secara jelas mengemukakan
epistemologi dalam flsafat, meskipun ia
belum menggunakan secara resmi
istilah epistemologi ini.
Filsuf Yunani berikutnya yang berbicara
tentang epistemologi adalah
Aristoteles
.
Plato
dan
Aristoteles
adalah guru dan
murid yang merupakan dua tokoh besar
dalam sejarah, yang telah berhasil
membentuk dan meletakkan dasar yang
paling kokoh bagi pembangunan
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 81
Perbedaan yang paling mendasar antara
flsafat
Plato
dan
Aristoteles
sebenarnya
terletak pada pandangan mereka tentang
ada dan kebenaran ada.
Apabila
Plato
mengatakan bahwa ada yang
sebenarnya berada di dunia ide, maka
Aristoteles
tidak mengenal ada yang
berada di dunia ide itu.
Bagi
Aristoteles
tidak ada dunia lain selain
dunia indrawi ini. Oleh sebab itu ada yang
sebenarnya harus ditemukan pada
kebenaran ada itu sendiri. Sehingga flsafat
Plato
disebut flsafat idealisme dan flsafat
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 82
Tabel Perbandingan Epistemologi Plato dan Aristoteles.
TOPIK PEMIKIRAN PLATO ARISTOTELES
Pandangan tentang
dunia Ada 2 dunia, yaitu dunia ide dan dunia materi Hanya 1 dunia, yaitu dunia nyata yang sedang dijalani Kenyataan yang
sejati Ide-ide yang berasal dari dunia ide Segala sesuatu di alam yang dapat ditangkap indra Pandangan tentang
manusia Terdiri dari badan & jiwa. Jiwa abadi; badan fana (tidak abadi).
Jiwa terpenjara badan.
Badan dan jiwa sebagai satu kesatuan tak terpisahkan. Asal pengetahuan Dunia ide. Namun
tertanam dalam jiwa yang ada dalam diri manusia.
Kehidupan sehari-hari dan alam dunia nyata.
Cara mendapatkan
pengetahuan Mengeluarkan dari dalam diri (Anamnesis) dengan metoda bidan.
Observasi dan abstraksi, diolah dengan logika. Aliran filsafat Idealis Realis dan analitis Metode mencari
kebenaran Apriori, yaitu dari universal ke partikular Aposteriori, yaitu dari partikular ke universal Realitas tertinggi Apa yang kita dipikirkan
Rasionalisme Plato dan Aristoteles 83
Perbedaan epistemologi
Plato
dan
Aristoteles
ini memiliki pengaruh
besar terhadap para flsuf modern.
Idealisme
Plato
mempengaruhi
flsuf-flsuf Rasionalis seperti Spinoza,
Leibniz, dan Whitehead.
Sedangkan pandangan
Aristoteles
tentang asal dan cara memperoleh
pengetahuan mempengaruhi
flsuf-flsuf Empiris seperti Locke, Hume,
dan Berkeley.
Platonism
Platonism is the form of realism that suggests that mathematical entities are abstract, have no
spatiotemporal or causal properties, and are eternal and unchanging. This is often claimed to be the view most people have of numbers.
The term Platonism is used because such a view is seen to parallel Plato's belief in a "World of Ideas" (typified by Plato's cave): the everyday world can only imperfectly approximate of an unchanging, ultimate reality. Both Plato's cave and Platonism have meaningful, not just a superficial
connections, because Plato's ideas were preceded and probably influenced by the hugely popular Pythagoreans of ancient Greece, who believed that the world was, quite literally, generated by numbers.
The major problem of mathematical platonism is this: precisely where and how do the mathematical entities exist, and how do we know about them? Is there a world, completely separate from our physical one, which is
In philosophy, empiricism is a theory of knowledge which asserts that knowledge arises from experience. Empiricism is one of several competing views about how we know "things," part of the branch of philosophy called epistemology, or "the Theory of Knowledge". Empiricism emphasizes the role of experience and evidence, especially sensory perception, in the formation of ideas, while discounting the notion of innate ideas (except in so far as these might be inferred from empirical reasoning, as in the case of genetic predisposition).
Empiricism is a form of realism that denies that mathematics can be known a priori at all.
It says that we discover mathematical facts by empirical research, just like facts in any of the other sciences. It is not one of the classical three positions advocated in the early 20th century, but primarily arose in the middle of the century.
Contemporary mathematical empiricism, formulated by Quine and Putnam, is primarily supported by the indispensability argument: mathematics is indispensable to all empirical sciences, and if we want to believe in the reality of the phenomena described by the sciences, we ought also believe in the reality of those entities required for this description.
Logicism
Logicism is the thesis that mathematics is reducible to logic, and hence nothing but a part of logic (Carnap 1931/1883, 41). Logicists hold that mathematics can be known a priori, but suggest that our knowledge of mathematics is just part of our knowledge of logic in general, and is thus analytic, not requiring any special faculty of mathematical intuition. In this view, logic is the proper foundation of mathematics, and all mathematical statements are necessary logical truths.
Rudolf Carnap (1931) presents the logicist thesis in two parts:
1.The concepts of mathematics can be derived from logical concepts through explicit definitions.
Gottlob Frege was the founder of logicism.
In his seminal Die Grundgesetze der Arithmetik (Basic Laws of Arithmetic) he built up arithmetic from a acceptable as part of logic.
Formalism
Formalism holds that mathematical statements may be thought of as statements about the consequences of certain string manipulation rules.
For example, in the "game" of Euclidean geometry (which is seen as consisting of some strings called "axioms", and some "rules of inference" to generate new strings from given ones), one can prove that the Pythagorean theorem holds (that is, you can generate the string corresponding to the Pythagorean theorem).
Since any such axiom system would contain the fnitary arithmetic as a subsystem, Gödel's theorem implied that it would be
impossible
Intuitionism
In mathematics, intuitionism is a program of methodological reform whose motto is that "there are no non-experienced mathematical truths" (L.E.J. Brouwer).
Fictionalism
Fictionalism in mathematics was brought to fame in 1980 when Hartry Field published Science Without Numbers, which rejected and in fact reversed Quine's indispensability argument.
Where Quine suggested that mathematics was indispensable for our best scientifc theories, and therefore should be accepted as a body of truths talking about independently existing entities, Field suggested that mathematics was dispensable, and therefore should be considered as a body of falsehoods not talking about anything real.
Two sets are said to have the same cardinality or cardinal number if there exists a bijection (a one-to-one correspondence) between them. Intuitively, for two sets S and T to have the same cardinalty means that it is possible to "pair of" elements of S with elements of T in such a fashion that every element of S is paired of with exactly one element of T and vice versa. Hence, the set {banana, apple, pear} has the same cardinality as {yellow, red, green}.
Continuum hypothesis
In mathematics, the continuum hypothesis (abbreviated CH) is a hypothesis, advanced by Georg Cantor in 1877, about the possible sizes of infinite sets. It states:
There is no set whose cardinality is strictly between that of the integers and that of the real numbers.
Establishing the truth or falsehood of the continuum hypothesis is the first of Hilbert's twenty-three problems presented in the year 1900. The contributions of Kurt Gödel in 1940 and Paul Cohen in 1963 show that the hypothesis can neither be disproved nor be proved using the axioms of Zermelo–Fraenkel set theory, the standard foundation of modern mathematics, provided set theory is consistent.
Cantor gave two proofs that the cardinality of the set of integers is strictly smaller than that of the set of real numbers; the second of these is his diagonal argument. His proofs, however, give no indication of the extent to which the cardinality of the natural numbers is less than that of the real numbers. Cantor proposed the continuum hypothesis as a possible solution to this question.
Impossibility of proof and disproof in ZFC
Cantor believed the continuum hypothesis to be true and tried for many years to prove it, in vain. It became the first on David Hilbert's list of important open questions that was presented at the International Congress of Mathematicians in the year 1900 in Paris. Axiomatic set theory was at that point not yet formulated.