A. Latar Belakang
Budaya Korea sudah terkenal secara global di dunia mulai dari drama,
boyband (grup musik pria), baju khas, hingga makanan-makanan yang biasa dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena “Korean wave” juga menjadi
fenomena yang luar biasa dimulai dari penayangan drama Korea pada tahun 2003.
Merebaknya Hallyu atau budaya Korea di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia telah menunjukkan
adanya aliran budaya dari Korea ke negara-negara tetangganya.(Huybrects, 2008)
Hal tersebut juga berdampak di Indonesia, drama sudah mulai beredar di
stasiun televisi swasta setiap hari dari jam 14.00 hingga 18.00 WIB. Beberapa
bulan belakangan ini mulai ada penayangan acara musik setiap hari minggu jam
12.00 WIB di stasiun televisi swasta Indonesia dimana dahulu hanya bisa ditonton
oleh rumah yang mempunyai televisi kabel atau secara online, restoran-restoran sudah banyak yang berlandaskan masakan Korea seperti Zingdo di Medan dan beberapa restoran Korea di daerah Jakarta dan Bandung, toko-toko baju online menjual pernak-pernik cantik yang ada di drama Korea, hingga beberapa acara
dilakukan untuk mengenalkan budaya Korea. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dikatakan bahwa kedatangan budaya Korea ini disambut baik oleh masyarakat
pemerintah Korea dalam menciptakan dan memperluas Korean wave ke negara lain di Asia. (Potipan & Nantaphorn, 2010)
Korean wave ini juga membawa istilah fandom dimana fandom Menurut Sandvoss adalah cara hidup. Hal tersebut sama seperti kegiatan sehari-hari seperti
makan, berjalan menonton televisi, membaca buku dan sejenisnya. Fandom
adalah aktivitas kebiasaan untuk fans. Ada emosi yang diinvestasikan ke fans seperti kekaguman, dan perasaan ekstrim lain dari kegemaran (Alanzalon, 2011).
Fans K-Pop didominasi oleh kawula muda atau para remaja. Sejarah K-Pop dimulai dengan munculnya boyband yang beranggotakan tiga orang seperti: Seo Taiji dan Boys pada tahun 1992, dan beberapa nama boyband maupun girlband yang sedang naik daun saat ini adalah TVXQ, Se7en, Lee Hyori, Shinhwa, Wonder Girls, Epik High, Super Junior, Big Bang, SS501, Girls
'Generation (SNSD). Mereka saat ini sibuk menghibur para fans dengan konser, penampilan TV, konfrensi pers, dan festival baik di luar maupun dalam
negeri. Sedangkan di Indonesia sendiri, K-Pop sudah menjadi pilihan musik bagi kalangan remaja. Setiap boyband ataupun girlband memiliki panggilan tersendiri untuk para fans yang menyukai mereka misalnya ELF (Ever Lasting Friend) untuk fans boyband Super Junior, SONE untuk fans girlband Girl‟s Generation, dan Cassiopeia untuk fans TVXQ/DBSK. (Alanzalon, 2011)
Kalau beberapa waktu yang silam, media dipenuhi dengan boyband dari Negara-negara barat maka saat ini giliran musik populer Korea yang mengisi
beberapa tangga lagu di acara-acara musik remaja. Pada awalnya, sebagian besar
yang ditayangkan di televisi, dari soundtrack-soundtrack ini mereka mulai mencari siapa yang menyanyikannya dan segala informasi tentang lagu tersebut.
Fans remaja Filipina yang sangat terkena Kpop konsumen musik dan video popular Korea yang sangat aktif. Fans Filipina dapat mengidentifikasi aspek-aspek visual dan cerita yang membuat mereka untuk mengkonsumsi musik
dan video konten (aspek visual dan melodi yang menarik) Kpop secara berulang
(Alanzalon, 2011). Anggota boyband adalah para pria yang fashionable, peduli penampilan, merawat baik-baik tubuh mereka, dan pria yang pesolek. Hal ini juga
memberi pengaruh terhadap kaum remaja pria Indonesia yang saat ini
menggandrungi musik dan penampilan ala K-POP hingga turut mengikuti tren
gaya berbusana dan penampilan seperti idolanya (Sukma, 2011).
Walaupun terciptanya Hallyu berpusat di drama seri Korea, musik populer
Korea juga merupakan bagian yang penting untuk membuat gelombang yang
lebih dashyat lagi. Daya tarik terbesar dari K-Pop ini dapat ditemukan dalam lagu,
penari, dan efek panggung yang besar, serta musik tempo cepat ala pop Korea
dicampur dengan irama Asia yang sangat menarik untuk remaja muda di Cina,
Jepang, Taiwan, Hong Kong dan bagian lain di Asia Tenggara termasuk di
dalamnya adalah Indonesia (Sukma, 2011).
Ketika salah satu boyband Korea 2PM datang untuk menggelar konser di Jakarta Indonesia, Hottest panggilan untuk fans 2PM yang berdomisili di Medan datang ke Jakarta padahal tepat sehari setelah konser sang hottest ini akan
menjalani ujian di tempat dia kuliah. Sukacita sangat dirasakan oleh Hottest yang
sedih karena mereka tidak bisa hadir untuk menyaksikan konser tersebut. Perasaan
yang mereka rasakan karena tidak bisa hadir tersebut tetap terasa hingga sudah 2
bulan sejak konser tersebut digelar.
“Saya itu rasanya sedih kali, coba saya punya uang. Coba saya udah kerja, pasti saya bisa nonton waktu 2PM datang kemarin. Saya berpikir masa‟ gara-gara uang saya gak bisa nonton. Sedih kalilah pokoknya. Semoga waktu mereka datang lagi nanti yang entah kapan saya udah kerja dan bisa nonton mereka. ”
Komunikasi interpersonal, 15 januari 2012
Fans menghubungi dan mendekatkan diri pada selebriti dengan pendekatan yang relatif umum dan diterima oleh lingkungan sosial (Roberts,
2007). Beberapa anggota komunitas Korea tidak hanya berumuran remaja
melainkan dewasa awal. Seorang individu yang sudah memasuki cakupan usia
dewasa dini tetapi merupakan penggerak dari suatu komunitas fans girlband SNSD.
“Saya ngumpulin temen-temen untuk ngerayain ultahnya taeyon sama sooyoung dan kami juga bakal ngadain proyek di taman hiburan brastagi make lipstick di wahana mirip roller coasternya gitu terus video sama foto-fotonya bakal kita kirim ke SONE Indonesia.”
Komunikasi interpersonal, 12 Januari 2012
Individu dewasa tersebut masih melakukan pemujaan terhadap sosok selebriti
tertentu. Peneliti yang berada di rentang usia dewasa dini juga masih melakukan
pemujaan terhadap sosok selebriti dimana peneliti melakukan pembelian album
yang dikeluarkan oleh idola peneliti, pengumpulan foto melalui internet, fansclub,
majalah serta foto dalam bentuk poster disimpan secara rapi oleh peneliti. Alasan
peneliti menyimpan poster-poster tersebut secara rapi karena menurut peneliti
sudut-sudut poster, warna poster berubah, kemungkinan untuk basah lebih tinggi,
ataupun rusak sedemikian rupa sehingga ada rasa cukup cemas ketika poster
tersebut keluar dari tempat penyimpanan tersebut. Ketika idola yang peneliti sukai
mengeluarkan goodies atau barang-barang Kpop berupa photobook official limited
edition, peneliti merasa sedih dan menyayangkan bahwa teman peneliti sesama penggemar dapat membelinya sedangkan peneliti tidak bisa bahkan untuk edisi
yang biasa.
Selain itu juga peneliti mengikuti konser yang idola peneliti gelar di
Jakarta untuk pertama kali. Walaupun domisili peneliti di Medan, tetapi peneliti
tetap memperjuangkan dan berhasil untuk menonton konser idola peneliti
tersebut. Idola peneliti juga kembali berkesempatan untuk menggelar konser di
tahun berikutnya, namun sangat disayangkan peneliti tidak dapat menontonnya
kembali dikarenakan peneliti belum menyelesaikan tugas akhir sehingga tidak
diberikan izin serta uang untuk membeli tiket konser dan pesawat.
Bertepatan dengan jadwal ujian tugas akhir peneliti, salah satu girlband kesukaan peneliti berkesempatan menggelar konser tunggal untuk pertama kali di
Jakarta sehingga peneliti sedih karena tidak dapat menonton konser tersebut.
Ditambah lagi ternyata jadwal ujian tugas akhir tersebut ditunda, peneliti merasa
kecewa karena seharusnya dapat menonton konser apabila jadwal ujian tugas
akhir peneliti tersebut tepat waktu.
Peneliti hampir tiap minggu memesan secara online (pre-order) untuk
yang sama adalah tiga buah untuk kedua adik peneliti yang juga menyukai
boyband dari Korea tersebut. Hal itu membuat orang tua dari peneliti menyarankan untuk tidak membeli setiap minggu sekali.
Untuk memori penyimpanan lagu di telepon genggam, laptop, ataupun
harddisk yang dimiliki oleh peneliti hampir semua lagu berbahasa Korea atau berbahasa Jepang mengingat idola peneliti juga mengeluarkan album atau single Jepang. Kalaupun dalam penyimpanan lagu tersebut terdapat lagu selain
berbahasa Korea, pasti lagu tersebut pernah dinyanyikan ulang oleh idola yang
disukai oleh peneliti.
Realita tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa intensitas pengidolaan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia
(Raviv, A., Bar-Tal, D., Raviv, A., & Ben-Horin, A., 1996). Semakin tinggi
tingkat pemujaan seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat keterlibatan dengan
sosok yang diidolakan (celebrity involvement) sehingga tingkatan ini sering juga
disebut sebagai tingkatan celebrity worship. Menurut tingkatan ini, semakin seseorang memuja atau terlibat dengan sosok selebriti tertentu maka semakin
besar pula hubungan parasosial (hubungan satu arah) yang diimajinasikan
terhadap sosok selebriti yang diidolakan (Maltby J; David, G; Louis, B; Lynn,M.,
2005).
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti ingin melakukan penelitian
karakteristik partisipan dimana individu yang telah memasuki usia dewasa yang
mengikuti setiap kegiatan-kegiatan komunitas fans Boyband / Girlband Korea.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans
boyband Korea?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan dalam pelitian ini, maka yang menjadi tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dinamika tahapan
celebrity worship pada fans boyband Korea.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberi gambaran
mengenai bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea.
2. Manfaat Praktis
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi
penelitian selanjutnya khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan