Bab 5
| 1
SAFEGUARD SOSIAL DAN
LINGKUNGAN
5.1.
PETUNJUK UMUM
Safeguard dan lingkungan bersifat umum dan fleksibel atau dapat disesuaikan dengan
kondisi riel yang dihadapi. Materi yang diuraikan dapat menjelaskan kondisi saat ini dan
permasalahannya serta rencana pencapaian yang akan dilaksanakan, termasuk berbagai program
dan kebutuhan investasi dalam memenuhi tujuan pembangunan Kabupaten Purbalingga dalam
jangka menengah.
Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan
kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam
lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah
air limbah permukiman (
municipal waste water
) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah
tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman
serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
Air limbah permukiman perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak, seperti: mencemari air
permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit, antara lain: diare,
thypus, kolera dan lain-lain.
5.1.1 Prinsip Dasar Safeguard
Prinsip dasar Safeguard Sosial dan Lingkungan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten
Purbalingga meliputi:
a.
Semua pihak terkait di Kabupaten Purbalingga wajib memahami, menyepakati, dan
melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial. Bupati
Purbalingga secara formal perlu menyepakati isi kerangka Safeguard Lingkungan dan Sosial
yang disusun. Kerangka safeguard perlu disepakati dan dilaksanakan bersama oleh
stakeholder Kabupaten Purbalingga yang bersangkutan, tidak hanya dari pemerintah daerah,
namun dari DPRD, LSM, perguruan tinggi dan masyarakat.
BAB
Bab 5
| 2
b.
Pelaksanaan kerangka safeguard dapat dilakukan secara lebih efektif, diperlukan penguatan
kapasitas lembaga pelaksana. Fokus penguatan kapasitas mencakup kemampuan fasilitasi,
penciptaan wadah multi stakeholder dan pengetahuan teknis dari pihak-pihak terkait.
c.
Rancangan kerangka safeguard disusun secara sederhana agar mudah dimengerti dan jelas
kaitannya dengan tahap-tahap investasi dan dapat dilaksanakan sesuai prinsip dalam
kerangka pekerjaan.
d.
Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi infrastruktur
tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius
yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Apabila terjadi dampak negatif maka perlu
dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif, baik pada
tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya.
e.
RPIJM diharapkan tidak membiayai kegiatan investasi karena kondisi lokal tertentu yang
tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan masyarakat yang potensial
dipengaruhi dampak lingkungan atau warga terasing dan rentan atau warga yang terkena
dampak pemindahan secara memadai.
f.
Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan
tahap-tahap sebagai berikut:
-
Identifikasi, penyaringan dan pengelompokan (kategorisasi) dampak.
-
Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada saat yang
sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak dan alternatif rencana
tindak penanganannya.
-
Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak
-
Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses safeguard
-
Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (
complaints
) yang cepat
dan efektif.
g.
Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan dengan kerangka
safeguard harus clikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas, terutama kepada warga
yang berpotensi terkena dampak. Sasaran yang perlu diprioritaskan adalah warga yang
terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan
menyampaikan aspirasi dan keberatannya atas rencana investasi yang berpotensi dapat
Bab 5
| 3
5.1.2 Kerangka Safeguard
Karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka
safeguard RPIJM Infrastruktur Bidang PU/ Cipta Karya terdiri dari :
a.
Safeguard Lingkungan
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Kabupaten Purbalingga untuk dapat melakukan
evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko
lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan
keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP;
b.
Safeguard Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali.
Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Kabupaten Purbalingga untuk dapat melakukan
evaluasi secara sistematik dalam pananganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial
yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta
konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pemindahan atau DP;
5.2.
SAFEGUARD LINGKUNGAN
5.2.1.
Prinsip Dasar
Seluruh program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh
Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip berikut:
1.
Penilaian lingkungan (
environtment assessment
) dan rencana mitigasi dampak sub proyek,
dirumuskan dalam bentuk :
Analisis Mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan
–
ANDAL dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan-RKL dan Rencana
Pemantauan Lingkungan-RPL);
Upaya pengelolaan lingkungan
–
UKL dan upaya pemantauan lingkungan-UPL; atau
Standar Operasi Baku-SOP
Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.
2.
AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan Format AMDAL atau UKL/UPL
merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan
keuangan sub proyek;
3.
Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negative terhadap
lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan
dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan
Bab 5
| 4
ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan
AMDAL;
4.
Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta karya tidak dapat dipergunakan
mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negative terhadap habitat alamiah,
warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional atau kawasan
sengketa. Di samping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau
pengunaan:
Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;
Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsure asbes;
Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Rencana
investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau
mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang
termasuk dalam kategori b3 menurut hokum yang berlaku di Indonesia;
Pestisida, herbisida dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukan mambiayai kegiatan yang
melakukan pengadaan pestisida, herbisida dan insektisida.
Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai
pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan
pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun.
Kekayaan budaya RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang
dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya
maupun lokasi yang dianggap sacral atau memiliki nilai spiritual, dan
Penebangan kayu. RPIJM bidang infrastruktur Pu/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang
terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.
5.2.2.
Landasan Hukum
Panduan kerangka safeguard lingkungan dan sosial dalam USDRP dirumuskan berdasarkan
sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain:
1.
Undang-undang (UU) No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan, pasal 5 (1) mengenai
rencana kegiatan atau pekerjaan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak lingkungan
besar dan signifikan harus dilengkapi dengan AMDAL.
2.
Peraturan Pemerintah (PP) No.27/1997 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
pasal 5 (1), AMDAL diperlukan jika proyek tersebut : (i) mempengaruhi sejumlah besar orang,
wilayah dan komponen lingkungan; (ii) menimbulkan dampak yang berlangsung kuat, lama,
Bab 5
| 5
3.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 Pasal 5 (1) kriteria mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain jumlah manusia yang
terkena dampak, luas wilayah persebaran dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung,
banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan
berbalik (
revesible)
atau tidak berbaliknya dampak. Pasal 11 (1) tentang AMDAL menyatakan
bahwa Komisi AMDAL Pusat berwenang menilai hasil AMDAL bagi jenis usaha dan/atau kegiatan
yang memenuhi unsure-unsur strategis nasional dan/atau berkaitan dengan ketahanan nasional
dengan dampak mencakup lebih dari propinsi, terletak di wilayah konflik dengan negara lain,
terletak di perairan laut, dan/atau lokasinya mencakup wilayah hokum Negara lain. Pasal 11 (2)
menyatakan Komisi AMDAL daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota) berwenang menilai AMDAL
bagi jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan yang berada di luar criteria di atas;
4.
Sesuai PP 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3), dalam waktu 30 hari setelah pengumuman
proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM
setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada
Pemrakarsa kegiatan;
5.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17/2001, tanggal 22 Mei 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup;
6.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang
pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);
7.
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.17/KPTS/2003, tanggal 3 Februari
2003, tentang penetapan jenis Usaha dan/atau kegiatan bidang permukiman dan Prasarana
Wilayah yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL); dan
8.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.86/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
UKL/UPL.
5.2.3.
Prosedur Safeguard Lingkungan
Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari beberapa kegiatan utama, yakni: pentapisan awal
sub proyek sesuai dengan kriteria sesuai dengan persyaratan
safeguard
, evaluasi dampak
lingkungan; pengklasifikasian /kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan
perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan
Bab 5
| 6
Tabel 5.1
Kategori Sub proyek menurut Dampak Lingkungan
Kategori Dampak Persyaratan pemerintah
A Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan
ANDAL dan RKL/RPL
B Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil,
mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan
UKL/UPL
C Sub proyek yang tidak memilii komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.
Tidak diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Catatan:
ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Recana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan
UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan
5.2.4.
Kerangka Kelembagaan Safeguard Lingkungan
Pemrakarsa kegiatan
Pemrakarsa kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPIJM di Kabupaten Purbalingga.
Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk melaksanakan:
1.
Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL, melaksanakan serta
melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan Bappeda dapat membantu
pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan pemantauan;
2.
Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau PAP
dalam forum
stakeholder
, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL.
Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan perlu menyediakan semua
bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3(tiga) hari sebelum kegiatan dilakukan yang
setidaknya mencakup ringkasan tujuan kegiatan, rincian kegiatan, dan gambaran
menyeluruh potensi dampaknya. Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harus
dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL. Di samping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP
bila perlu juga dilakukan selama pelaksanaan sub proyek;
3.
Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bappedalda, Bupati/Walikota;
4.
Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada publikdalam
waktu yang tidak terbatas; dan
5.
Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur penyampaian
keluhan publik yang trasparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan kegiatan
Bab 5
| 7
kegiatan perlu diselesaikan secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan
pihak-pihak yang mengajukan keluhan.
Badan Lingkungan Hidup
1.
Menurut SK Menteri Negara Lingkungan hidup no. 86/2009, BLH atau Dinas/Instansi yang
berkecimpung dalam masalah lingkungan hidup, bertanggung jawab untuk mnegkaji dan
memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;
2.
Dalam pelaksanaan RPIJM, BLH juga bertanggung jawab untuk melakukan supervise
pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap lingkungan secara umum
3.
BLH juga merupakan anggota tetap Komisi AMDAL.
Komisi AMDAL
Komisi AMDAL adalah badan yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan;
1.
Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan oleh
pemrakarsa kegiatan;
2.
Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota yang bersangkutan
(sesuai dengan PP No. 27/1999 mengenai AMDAL, pasal 8, dalam RPIJM yang dimaksudkan
sebagai Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat Kota)
5.3.
SAFEGUARD PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI
5.3.1.
Prinsip Dasar Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di
atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/ masyarakat selama lebih
dari satu tahun.
Prinsip utama dalam pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus
dilakukan untuk meningkatkan atau sedikitnya memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan
masyarakat yang terkena dampak akibat pengadaan tanah.
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau
land acquaisition and resettlement
(LARAP)
untuk kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Purbalingga mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1.
Transparan,
Kegiatan investasi di bidang keciptakaryaan diinformasikan secara transparan kepada semua
pihak yang terkena dampak.
2.
Partisipatif,
Warga yang berpotensi terkena dampak (WTD) harus terlibat dalam seluruh tahapan
Bab 5
| 8
3.
Adil,
Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan WTD dan masyarakat memiliki
hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai sesuai kesepakatan. Warga yang terkena
dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan secara sukarela
menghibahkan sebagian tanahnya untuk kegiatan.
Gambar 5.1
Mekanisme Pelaksanaan Proses Keterlibatan Masyarakat dalam AMDAL
Di Kabupaten Purbalingga pengadaan tanah untuk pemukiman kembali masyarakat pernah
dilakukan, untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan WTD telah dilakukan studi LARAP,
sehingga masyarakat yang terkena dampak tersebut dapat diketahui partipasinya untuk dilakukan
relokasi pada lokasi yang lebih baik dan aman. Pengadaan tanah untuk kasus ini dilakukan segera
dan cepat karena warga/masyarakat harus segera dimukimkan kembali. Untuk mempercepat
relokasi yang menjadi pertimbagan adalah relokasi di tanah milik Pemkot yang merupakan aset
kota/pemerintah kota sehingga proses relokasi dapat lebih cepat dengan mempertimbangkan
MULAIProses AMDAL
PENAPISAN
PELINGKUPAN
Kesepakatan KA-ANDAL
Penyusunan ANDAL, RKL & RPL
Keputusan Kelayakan Atas ANDAL, RKL &
RPL
SELESAI
PENGUMUMAN
KONSULTASI MASYARAKAT
Bab 5
| 9
aksesibilitas mendekati sama dengan keadaan sebelumnya, dengan harapan WTD tidak mengalami
kerugian fisik maupun non fisik yang berkepanjangan.
Kompensasi atas tanah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam merelokasi
masyarakat yang terkena dampak proses kompensasi tanah dilakukan seiring dalam pelaksanaan
relokasi warga setelah ada kesepakatan awal. Proses pengadaan tanah ini dilakukan sesuai prosedur
administrasi pertanahan serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi rencana
proyek dengan memperhatikan aspirasi yang disampaikan baik melalui kuesioner maupun
pertemuan-pertemuan dengan warga dengan didamping kelurahan setempat.
Selain dilakukan kompensasi dalam pengadaan tanah, tidak menutup kemungkinan
masyarakat juga ikut berperan dalam pengadaan tanah berupa hibah atau mengizinkan lokasi
tanahnya dilewati sarana dan prasarana investasi bidang keciptakaryaan, seperti: rela tanahnya
dilewati jaringan perpipaan, saluran dan lain-lain. Tetapi pada prinsipnya tidak saling merugikan
bahkan saling menguntungkan, seperti: ada peningkatan nilai jual obyek pajak (NJOP) pada lokasi
yang sebelumnya tidak dilewati akses jalan, kawasan tergenang/ banjir menjadi berkurang luas
areanya.
5.3.2.
Prosedur Safeguard Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali
Panduan kerangka
safeguard
pembebasan tanah dan permukiman kembali dirumuskan
berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lin sesuai dengan Keputusan Presiden
No.55/1993 tentang pembebasan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum
Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari
beberapa kegiatan utama yang meliputi : pentapisan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah
kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali
atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari
sub proyek yang diusulkan sesuai tabel; perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan
hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan
Permukiman Kembali atau (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK
Gubernur/Bupati.
Pembebasan tanah (dan permukiman kembali) yang telah selesai dilaksanakan sebelum
usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali (
recheck
) dengan
tracer study
.
Tracer study
ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar
yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP mejadi lebih buruk, dan mekanisme
Bab 5
| 10
Tabel 5.2.
Kategori Sub proyek Menurut Dampak kegiatan Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali
Kategori Dampak Persyaratan
A Sub proyek tidak melibatkan kegiatan
pembebasan tanah
1 Sub proyek seluruhnya menempati tanah negara
Surat pernyataan dari pemrakarsa kegiatan
2 Sub proyek seluruhnya atau sebagian meempati tanah yang telah dihibahkan secara sukarela
Laporan yang disusun oleh pemrakarsa kegiatan
B Pembebasan tanah secara sukarela:
Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang dihibahkan ≤ 10% dan memotong < bidang lahn sejarak 1,5 m dari batas kavling atau < garis sepadan bangunan, dan bangunan atau sset tidak bergetak lainnya yang dihibahkan senilai ≤ Rp. 1 Juta.
Surat Persetujuan yang disepakati dan
ditandatangai bersama antara
pemrakarsa kegiatna dan warga yang
menghibahkan tanahnya dengan
sukarela
C Pembebasan tanah berdampak pada < 200 orang atau 40 KK atau ≤ 10% dari sset produktif atau melibatkan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi
RTPTPK sederhana
D Pembebasan tanah berdampak pada ≥ 200
orang atau memindahkan warga > 100 orang
RTPTPK menyeluruh
Sumber : Dinas PU/Cipta Karya, 2007
5.4.
JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DENGAN AMDAL
1.
Bidang Pertahanan dan Keamanan
Tabel 5.3
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Pertahanan dan Keamanan No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Pembangunan
Gudang Munisi Pusat dan Daerah
Semua Besaran Beresiko terjadinya ledakan saat perjalanan dan saat penyimpanan yang membahayakan penduduk walaupun sudah memiliki standar operating procedur (SOP) penanganan bahan peledak
2 Pembangunan
Pangkalan TNI AL
Kelas A dan B Kegiatan pengerukan dan reklamasi
berpotensi mengubah ekosistem laut dan pantai
Kegiatan pangkalan berpotensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, dan sampah padat,
3 Pembangunan
Pangkalan TNI AU
Kelas A dan B Kegiatan pangkalan berpotensi menyebabkan dampak akibat limbah cair, sampah padat, dan kebisingan pesawat.
4 Pembanguanan
Pusat Latihan
Tempur
Luas >= 10.000 ha
Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung, termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat.
Bab 5
| 11
5 Pembangunan
Lapangan Tembak TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Polri
Luas >= 10.000 ha
Bangunan pangkalan dan fasilitas pendukung, termasuk daerah penyangga, tertutup bagi masyarakat.
Kegiatan penyiapan lahan (land clearing) di area yang cukup luas untuk pangkalan, landasan pacuan, dn bangunan penyangga menyebabkan perubahan ekosistem
Kegiatan latian berpotensi menyebabkan kebisingan
2.
Bidang Pertanian
Tabel 5.4
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Pertanian
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Budidaya tanaman pangan dan hortikultura semusim dengan atau danpa unit pengolahannya
Luas >=2.000 ha Lihat penjelasan diatas
2 Budidaya tanaman pangan dan holtikultura tahunan dengan atau tanpa unit pengelolaannya
Luas >=5.000 ha Lihat penjelasan diatas
3 Budidaya tanaman perkebunan semusim dengan atau tanpa unit pengolahannya :
-Dalam kawasan budidaya non kehutanan
-Dalam kawasan budidaya kehutanan
Luas >=3.000 ha semua besaran
Lihat penjelasan diatas
4 Budidaya tanaman perkebunan tahunan dengan atau tanpa unit pengolahannya:
-Dalam kawasan budidaya non kehutanan
-Dalam kawasan budidaya kehutanan
Luas >= 3.000 ha semua besaran
Lihat penjelasan diatas
3.
Bidang Perikanan
Tabel 5.5
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Perikanan
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Budaya tambak udang / ikan dengan atau tanpa unit pengolahannya
Luas >=50 ha Rusaknyaekosistem mangrove yang menjadi tempat pemijahan dan pertumbuhan ikan (nursery areas)
akan mempengaruhi tingkat
produktifitas daerah setempat.
Bab 5
| 12
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
Berpotensi menimbulkan konflik sosial.
Perudahan kualitas perairan
Pengaruh perubahan arus dan penggunaan ruang perairan.
Pengaruh terhadap estetika perairan
3 Rencana pembangunan
prasarana perikanan yang
berbentuk pelabuhan
perikanan yang berbentuk pelabuhan perikanan yang terletak di luar daerah lingkungan kerja pelabuhan
umum dan memenuhi
criteria sebagai berikut: - Panjang dermaga
- Atau mempunyai
kaawasan industri perikanan dengan luas
Berpotensi menimbulkan dampak berupa:
Penurunan kualitas air, penurunan stabilitas garis pantai, potensi konflik sosial, pergeseran pola penyakit, dan dampak potensi limbah cair dan padat yang dihasilkan.
4.
Bidang Kesehatan
Tabel 5.6
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Kesehatan
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Pembangunan Rumah Sakit Kelas A dan B
atau yang setara
Berpotensi menimbulkan dampak penting dalam bentuk limbah B3/ radioaktif dan potensi penularan penyakit
5.
Bidang Perhubungan
Tabel 5.7
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Perhubungan
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Pembangunan jaringan jalan kereta api
- Panjang
>=25 km Berpotensi menimbulkan dampak
berupa emisi, gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, ekologi dan dampak sosial.
2 Pembangunan Stasiun Kereta Api
Stasiun kelas besar dan / atau kelas 1
Bab 5
| 13
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
getaran, gangguan pandangan, ekologi, dampak sosial dan keamanan disekitar kegiatan serta area yang sangat luas.
3 Kontruksi bangunan jalan rel di bawah permukaan tanah
Semua besaran Berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan kestabilan lahan (land subsidence), air tanah serta gangguan berupa dampak terhadap emisi, lalu lintas, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, gangguan jaringan prasarana sosial (gas, listrik, air minum, telekomunikasi) dan dampak sosial di sekitar kegiatan tersebut.
4 Pembangunan Bandar udara baru beserta fasilitasnya
Semua bessaran ( kelas I s.d V) beserta hasil studi rencana induk yang telah disetujui.
Termasuk kegiatan yang berteknologi tinggi, harus memperhatikan ketentuan-keselamatan penerbangan dan terikat dengan konvensi internasional.
Berpotensi menimbulkan dampak berupa kebisingan , getaran, dampak sosial, keamanan Negara, emisi dan kemungkinan bangkitan transportasi baik dara dan udara.
5 Pengembangan Bandar udara beserta fasilitasnya
Klas I, II, III berdasarkan rencana pengembangan (rencana induk,
rencana tata
letak, dll)
Termasuk kegiatan teknologi tinggi, harus memenuhi aturan keselamatan penerbangan dan terikat dengan konvensi internasional.
Brpotensi menimbulkan dampak kebisingan, getaran , dampak sosial,
keamnan Negara emisi dan
kemungkinan bangkitan transpirtasi baik darat dan udara.
6 Perluasan Bandar udara
beserta / atau fasilitasnya:
- Pemindahan
- Atau volume urugan
Pemotongan bukit dan
pengurugan lahan volume
>= 200 KK >=100 ha
>= 25 ha >=100.000 m³ >= 500.000 m³
Termasuk kegiatan yang berteknologi tinggi, hingga harus mematuhi aturan keselamat penerbangan dan
terikat dengan konvensi
internasional.
Berpotensi menimbulkan dampak kebisingan, getaran dampak sosial,
kemanan Negara, emisi dan
Bab 5
| 14
6.
Bidang perindustrian
Tabel 5.8
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Perindustrian
No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus
1 Industri semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
Semua besaran Industri semen dengan proses kliner
adalah industri semen yang
kegiatannnya bersatu dengan kegiatan pembangan, dimana terdapat proses penyiapan bahan baku, penggilingan bahan baku (raw mill process), penggilingan batubara(coal mill) serta proses pembakaran dan pendinginan kliner (Rotary Kiln and Clinker Coller). Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh:
Penggunaan lahan yang luas
Kebutuhan air cukup besar (3,5 ton semen membutuhkan 1 ton air).
Kebutuhan energy yang cukup besar baik tenaga listrik (110 – 140 Kwh/ton) dan tenaga panas (800 – 900 Kcal/ton).
Tenaga kerja besar (± 1 -2 TK/3000 ton produk).
Potensi berbagai jenis limbah: padat (tailing), debu (CaO, Sio2, Al2O3, FeO2) dengan radius 2-3 km, limbah cair (sisa cooling mengandung minyak lubrikasi/lumas), limbah gas (CO2, Sox, NOx) dari pembakaran energy batubara, minyak, dan gas.
2 Industri pulp atau industri kertas yang terintegrasi dengan industri pulp (tidak termasuk pulp dari kertas bekas dan pulp dari industri kertas budaya).
Semua besaran Proses pembuatan pulp meliputi kegiatan penyiapan bahan baku, pemasakan serpihan kayu, pencucian pulp, pemutihan pulp (bleacing) dan pembentukan lembaran pulp yang dalam prosesnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga berpotensi menghasilkan limbah cair (BOD, COD, TSS), limbah gas (H2S, SO2, NOx, Cl2) dan limbah padat (ampas kayu, serat pulp, lumpur kering).
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Penggunaan lahan yang luas (0,2 ha/ 1000 ton produk).
Tenaga kerja besar.
Kebutuhan energy besar (0,2 Mw/1000 ton produk).
Tenaga kerja besar.
Kebutuhan energy besar (0,2 Mw/1000 ton produk).
Bab 5
| 15
No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus
(kondesat) terdiri dari pusat Olefin yang menghasilkan benzene, tolulena, Xylena, dan Etil Benzena.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Kebutuhan lahan yang luas.
Kebutuhan air cukup besar (untuk pendingin 1 liter /detik/1000 ton produks).
Tenaga kerja besar.
Kebutuhan energy relative besara (6 – 7 Kw/ton produk) disamping bersumber dari listrik juga energy gas.
4 Industri pembuatan besi dasar atau baja dasar (iron and steel making) meliputi usaha pembuatan besi dan baja dalambentuk dasar seperti pellet bijih besi, besi spons, besi kasar/pigiron, paduan besi/alloy, ingot baja, pellet baja, baja bloom dan baja slab)
Semua besaran Industri pembuatan besi dasar baja dan baja dasar adalah merupakan industri yang mengolah besi bekas (steel scrap) atau konsentrat biji besi yang
menggunakan tungku-tungku
pembakaran baik menggunakan energy listri, batubara ataupun bahan bakar dengan proses pembakaran baik menggunakan energy listrik, batubara ataupun bahan bakar dengan proses
pembakaran sampai dengan
temperature 1600 derajat celcius.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Kebutuhan lahan yang cukup luas.
Kebutuhan energy relative besar (1 Kwh/0,5 ton produk)
Tenaga kerja cukup besar (1000 ton produk/TK).
Kebutuhan air untuk pendingin relative besar (> 1000 m³/hari).
Potensi berbagai limbah (termasuk B3); limbah padat (basic slag), limbah cair( minyak dan scale), gas ( NOx, H2S, SO2) debu berupa scale (2 -3 % dari total produk per hari).
5 Industri pembuatan timah hitam (Pb) dasar (termasuk industri daur ulang)
Bab 5
| 16
No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus
6 Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar/katoda tembaga
(bahan baku dari Cu
konsentrat)
Semua besaran Industri pembuatan tembaga (Cu) dasar adalah industri yang mengolah konsentrat bahan tambang, proses
pembutannya melalui pemisahan
konsentrat, peleburan dengan tungku-tungku bertemparatur tinggi dan elektrolisa.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Pengguanaan lahan yang cukup luas.
Kebutuhan energy relative besar (264 ribu Mwh/tahun).
Tenaga kerja cukup besar.
Kebutuhan air untuk proses
pendinginan dan elektronika relative besar (air bersih 5000 m³/hari dan air laut 3,3 juta, m³/hari).
Potensi berbagai limbah; gas (SO2, Sox, N2, O2 dan tail gas dengan parameter Zn, Pb, Sn, As, Ni, Se, F, Cd, Cr, TDS & TSS), limbah padat gypsum dan slag (Fe, Cu, Zn, Ni, Pb, As, Hg, Se, Cd).
7 Industri pembuatan
aluminium dasar ( bahan baku dari aluminium)
Semua besaran Industri pembuatan aluminium dasar merukana industri pembuatan batangan altuminium yang menggunakan bahan baku biji aluminia yang dilakukan melalui proses peleburan, elektroltisa dan pencetakan.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh :
Pengguna lahan yang luas untuk bangunan pabrik dan fasilitas penunjang.
Kebutuhan energy relative besar (± 295 ribu Mwh/hari).
Tenaga kerja sangat besar.
Kebutuhan air yang sagat besar unuk proses pendinginan (± 17.000 m³/hari).
Potensi limbah yang dihasilkan (termasuk B3):
Padat (dross, pelapis bekas), cair (air spray dengan kadar flour tinggi dan air pendingin mengandung minyak), gas (H2S, NH3, NO2, SO2 & HF) dan debu.
8 Semua besaran Kawasan industri (industri estate)
Bab 5
| 17
No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus
Kegiatan grading (pembentukan muka tanah) dan runoff (air larian).
Pengadaan dan pengoperasian alat-alat berat.
Mobilisasi tenaga kerja (90-110 TK/ha).
Kebutuhan energy listrik cukup besar baik dalam kaitan dengan jenis pembangkit ataupun trace jaringan (0,1 Mw/Ha).
Potrnsi berbagai jenis limbah dan cemaran yang masih prediktif
terutama dalam hal cara
pengelolaannya.
Bangkitan lalulintas.
9 Industri galangan kapal
dengan system graving dock
>=4000 DWT System graving dock adalah galangan kapal yang dilengkapi dengan kolam perbaikan dengan ukuran panjang 100 m, lebar 40 m, dan kedalaman 15 m dengan system sirkulasi.
Pembuatan kolam graving ini dilakukan
dengan mengeruk laut yang
dikhawatirkan akan menyebabkan longsoran ataupun abrasi pantai
perbaikan kapal berpotensi
menghasilkan limbah cair (air ballast, pengecatan lambung kapal dan bahan kimia B3) maupun limbah gas dan debu dari sand blasting dan pengecatan. 10 Industri pesawat terbang Semua besaran Industri pesawat terbang merupakan
industri strategis berteknologi tinggi
yang membutuhkan tingkat
pengamanan (security) yang tinggi.
Dampak penting yang ditimbulkan berasal dari :
Pengadaan lahan untuk bangunan pabrik dan landasan pacu.
Gangguan kebisingan dan getaran. 11 Industri senjata, munisi dan
bahan peledak
Semua besaran Industri senjata, munisi dan bahan peledak merupakan industri yang
dalam proses produksinya
menggunakan bahan baku yang bersifat B3 disamping kegiatannya membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.
12 Industri baterai kering (yang menggunakan bahan baku merkuri/Hg)
Semua besaran Industri baterai kering yang diperkirakan menimbulkan dampak penting adalah yang menggunakan bahan baku merkuri (Hg), mengingat merkuri ini bersifat B3 yang
mempunyai efek mutagenic,
tertogenik dan kesinogenik terhadap manusia.
Bab 5
| 18
No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus
disebabkan oleh;
Kebutuhan tenaga kerja relative besar.
Kebutuhan air relative besar baik untuk proses (pembuatan pasta dan
pemasakan baterai). Maupun
domestic (170 m³/ hari).
Potensi berbagai jenis limbah :padat sludge B3 bekas kemasan), limbah cair (Zn, Hg, Cr, COD, TSS, Mn dan NH3), limbah debu dan gas (H2S, SO, NH3, ZN, CO, NH3, Zn, Pb, dan Cd).
13 Industri baterai basah
(akumulator listri)
Semua besaran Pada umumnya proses produksi lengkap dimulai dari grid casting (persiapan, pelebur an, dan pencetakan timah hitam sebagai bahan aktif sel), lead port (pencetakan bagian-bagian aki dari
timah hitam), leadr (proses
pembentukan bubuk Pb), pasting (pembuatan pasta dengan H2SO4 pekat), formation (merupakan proses elektrolisa )dan assembling.
Umumnya dampak yang ditimbulkan disebabkan oleh ;
Umumnya tenaga kerja relative besar.
Kebutuhan air relative besar (± 270 m³/hari) baik untuk proses maupun domestik.
Kebutuhan energy listrik cukup besar
Potensi limbah dari proses produksi seperti limbah cair (pH, TDS, sulfat, &Pb), has (proses finishing dengan parameter Pb dan dan formation
parameter sulfat, sedangkan
pembakaran Cox, NOx dan SO2), dan limbah padat (sludge dari IPA, dan bekas kemasan bahan penolong). 14 Industri bahan kimia organik
dan anorganik yang
memproduksi
Semua besaran Kegiatan produksi, penyimpanan,
pengemasan, pengangkutan,
perdagangan dan pembuangannya memerlukan persyaratan khusus.
Berpotensi menimbulkan pencemaran udara, air dan tanah.
15 Kegiatan industri yang tidak termasuk angka 1 s/d 14 penggunaan areal :
a. Urban :
- Metropolitan; luas - Kota besar; luas - Kota kecil;luas b. Rural/pedesaan ;luas
>= 5 ha >= 10 ha >= 15 ha >= 20 ha >= 30 ha
Besaran untuk masing-masing tipologi kota diperhitungkan berdasarkan :
Tingkat pembebasan lahan.
Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar, dll
Umumnya dampak yang ditimbulkan berupa :
Bangkitan lalulintas.
Bab 5
| 19
No. Jenis Kegiatan Skala/Besar Alasan ilmiah Khusus
Penurunan kualitas lingkungan.
7.
Bidang Prasarana Wilayah
Tabel 5.9
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Prasarana Wilayah
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan ilmiah Khusus
1 Pembangunan Bendungan /
Waduk atau jenis tampungan air lainnya
- Tinggi
- Atau luas genangan
>=15 m >= 200 ha
Termsuk dalam kategori “large dam” (bendungan besar).
Pada skala ini diperlukan
quarry/burrw area yang besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak.
Dampak pada hidrologi.
Kegagalan bandungan pada luas genangan sebesar ini berpotensi mengakibatkan genangan yang cukup besar dibagian hilirnya.
Akan mempengaruhi pola iklim mikro pada kawasan sekitarnya pola iklim mikro pada kawasan sekitarnya dan ekosistem daerah hulu dan hilir bendungan/waduk.
Dampak pada hidrologi. 2 Daerah irigrasi
a. Pembangunan baru dengan luas
b. Peningkatan dengan luas tambahan
c. Pencetakan sawah, luas (perkelompok)
>=2.000 ha
>=1.000 ha
>=500 ha
Mengakibatkan perubahan pola iklim mikro dan ekosistem kawasan.
Selalu memerlukan bangunan utama (headworks) dan bangunan pelengkap (oppurttenants structures)yang besar
dan sangat banyak sehingga
berpotensi untuk mengubah
ekosistem yang ada.
Mengakibatkan mobilisasi tenaga kerja yang signifikan pada daerah sekitarnya , baik pada saat
oelaksanaan maupun setelah
pelaksanaan.
Membutuhkan pembebasan lahan yang besar sehingga berpotensi menimbulkan dampak sosial.
Berpotensi menimbulkan dampak negative akibat perubahan ekosistem pada kawasan tersebut.
Memerlukan bangunan tambahan yang berpotensi untuk mengubah ekosistem yang ada.
Bab 5
| 20
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan ilmiah Khusus
Memerlukan alat berat dalam jumlah yang cukup banyak.
Perubahan tata air.
3 Pengembangan Rawa:
Reklamasi rawa untuk
kepentingan irigasi
>=1.000 ha Berpotensi mengubah ekosistem dan iklim mikro pada kawasan tersebut dan berpengaruh pada kawasan disekitarnya.
Berpotensi mengubah system tata air yang ada pada kawasan yang luas secara drastis.
4 Pembangunan pengaman
pantai dan perbaikan muara sungai:
- Jarak dihitung tegak lurus pantai
>=500 m Pembangunan pada rentang kawasan pantai selebar >= 500 m berpotensi mengubah ekologi kawasan panai dan muara sungai sehingga berdampak terhadap keseimbangan ekosistem yang ada
Gelombang pasang laut (tsunami)si Indonesia berpotensi menjangkau kawasan sebesar 500 m, sehingga diperlukan kajian khusus untuk pengembangan kawasan pantai yang mencakup rentang lebih dari 500 m dari garis pantai.
5 Nomalisasi sungai dan
pembuatan Kanal banjir a. Kota kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.
Mobilitas alat besar dapat
menimbulkan gangguan dan dampak.
Terjadinya timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.
Mobilitas alat besar dapat
menimbulkan gangguan dan dampak.
Terjadinya timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.
Mobilitas alat besar dapat
menimbulkan gangguan dan dampak. 6 a. Pembangunan jalan tol
b. Pembangunan jalan
laying dan Subway
Semua besaran
>=2km
Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.
7 Pembangunan dan atau
peningkatan jalan dengan pelebaran diluar daerah milik jalan.
Bab 5
| 21
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan ilmiah Khusus
b. Kota sedang
gangguan visual dan dampak sosial. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial.
8 Persampahan
a. Pembuangan
dengan system
control
landfill/sanitary landfill (diluar B3)
- Luas
- Kapasitas total
b. TPA di daerah
pasang surut - Luas landfill - Kapasitas total c. Pembangunan
Dampak potensial berupa pencemaran dari leahate (lindi), udara, bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan.
Dampak potensial adalah bahaya banjir dan perubahan pola air.
Dampak potensial berupa bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan.
Dampak potensial berupa pencemaran dan leachate (lindi), udara, bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan.
9 Pembangunan
perumahan/permukiman a. Kota metropolitan,
luas
Besaran untuk masing-masing tipologi kota diperhitungkan berdasarkan :
Tingkat pembebasan lahan.
Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah. Tingkat kepadatan bangunan per hektar, dll.
Tingkat kebutuhan air sehari-hari.
Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan pemukiman.
Efek pembangunan terhadap
lingkungan sekitar (mobilitas materildan manusia)
KDB (koefisien dasar bngunan)dan KLB (koefisien luas bangunan).
10 a. Pembangunan
instansi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya. b. Pembangunan
instansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya. c. Pembangunan
sistem perpipaan air limbah, luas layanan
>= 2 ha
Setara dengan 17.000 sambungan.
Bab 5
| 22
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan ilmiah Khusus
11 Drainase permukiman a. Pembangunan saluran di
kota besar /
metropolitan
Panjang
b. Pembangunan saluran di kota sedang
panjang
>= 5 km
>= 10 km
Berpotensi menimbulkan dampak
meningkatnya kepadatan lalulintas , kebisingan, getaran, perubahan tata air.
Setara dengan kota kecil – sedang/
Berpotensi menimbulkan dampak
hidrologi dan persoalan keterbatasan air.
13 Pengambilan air dari danau, sungai, mata air permukaan atau sumber air permukaan lainnya
- Debit pengambilan >= 250 l/detik
Setara kebutuhan air bersih 200.000 orang.
Setara kebutuhan kota sedang.
14 Pembangunan pusat
perkantoran, pendidikan, olahraga, kesenian, tempat ibadah, pusat perdagangan /
perbelanjaan relative
terkonsentrasi - Luas lahan - Atau bangunan
>=5 ha >= 10.000 m³
Besaran diperhitungkan berdasarkan :
Pembebasan lahan.
Daya dukung lahan.
Tingkat kebutuhan air sehari-hari
Limbah yang dihasilkan
efek pembangunan terhadap
lingkungan sekitar (getaran,
kebisingan, polusi udara, dll)
KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB (koefisien luas bangunan)
Jumlah dan jenis pohon yang mungkin hilang
Khusus bagi pusat perdagangan / perbelanjaan relative konsentrasi dengan luas tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak penting:
Konflik sosial akibat pembbebasan lahan (umumnya berlokasi dekat pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi)
Struktur bangunan bertingkat tinggi dan baseman menyebabkan masalah dewatering dan gangguan tiang-tiang pancang terhadap akuifer sumber air sekitar
Bangkitan pergerakan (traffic) dan kebutuhan pemukiman dari tenaga kerja yang besar.
Bangkitan pergerakan dan kebutuhan parker pengunjung.
Bab 5
| 23
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan ilmiah Khusus
15 Pembangunan kawasan
pemukiman untuk
pemindahan
penduduk/transmigrasi :
- Jumlah penduduk
yang dipindahkan - Atau luas lahan
>= 200 KK >= 100 ha
Berpotensi menimbulkan dampak yang disebabkan oleh:
Pembebasan lahan
Tingkat keebutuhan air
Daya dukung lahan ; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per hektar, dll
8.
Bidang Pariwisata
Tabel 5.10
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Pariwisata
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
1 Taman Rekreasi >=100 ha Berpotensi menimbulkan dampak berupa
gangguan lalu lintas, aksesbilitas lalu lintas, pembebasan lahan, dan sampah.
2 Kawasan Pariwisata Semua besaran Berpotensi menimbulkan dampak berupa
perubahan fungsi lahan/ kawasan, gangguan lalu lintas, pembebasan lahan, dan sampah.
3 Hotel :
- Jumlah kamar - Atau Luas bangunan
>= 200 unit >= 5 ha
Berpotensi menimbulkan dampak dari kegiatan laundry, kebutuhan air yang besar, bangkitan lalu lintas dan sampah.
4 Lapangan Golf (tidak termasuk driving range)
Semua besaran Berpotensi menimbulkan dampak dari penggunaan pestisida/herbisida, limpasan air permukaan (run off), serta kebutuhan air yang relative besar.
9.
Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Tabel 5.3
Kegiatan yang wajib DiLengkapi Pada bidang Berbahaya dan Beracun
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus 1 Pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan dan / atau penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagai kegiatan utama
Semua kegiatan yang bersifat jasa pelayanan, komersial,
menetap dan mengelola
berbagai jenis dan sifat limbah B3 (tidak termasuk kegiatan skala kecil seperti pengumpulan minyak pelumas bekas, minyak kotor dan “stop oil” , pemanfaatan timah dan “flux solder”)
Lihat penjelasan diatas