BAB 2 DASAR TEORI
2.1 ALAT UKUR INDUKSI
Alat ukur induksi adalah alat ukur yang bekerja berdasarkan prinsip induksi medan magnet yang ditimbulkan oleh interaksi fluksi dan arus induksi yang digunakan untuk mengukur besar arus, tegangan maupun energi. Alat ukur induksi terdiri dari bagian-bagian yang bergerak yaitu berupa piringan alumunium yang diikatkan pada suatu sumbu putar. Bagian yang tetap terdiri dari dua buah kumparan untuk membangkitkan fluksi magnit. Prinsip kerja alat ukur induksi didasarkan pada reaksi antara fluksi magnit dengan arus yang diinduksikan pada alumunium [1]. Berikut adalah gambar dari Konstruksi alat ukur induksi.
Gambar 2.1 Konstruksi Alat Ukur Induksi [1]
Momen putar:
Apabila arus bolak-balik I1 dan I2 dialirkan melalui kumparan A dan B maka akan dibangkitkan fluksi magnet Ø1 dan Ø2. fluksi-fluksi ini akan memotong piringan alumunium sehingga didalam piringan terinduksi tegangan induksi yaitu [1]:
Karena arus I1 dan I2 berbentuk sinus, maka fluksi yang dibangkitkan juga akan berbentuk sinus, yaitu:
t
Tegangan induksi ini akan menghasilkan arus induks dalam piringan, yaitu
Diagram phasor tegangan dan arus dari rangkaian alat ukur induksi ditunjukan pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Diagram Phasor Tegangan dan Arus Alat Ukur Induksi [1] Interaksi antara fluksi 1 dan arus induksi i2menghasilkan momen defleksi T1dan interaksi antara fluksi 2dengan arus induksi i1menghasilkan momen T2yaitu:
...(2.9)Momen total yang memutar piringan adalah [1]:
2.2 WATT METER INDUKSI
Alat ukur induksi dapat dibuat menjadi alat ukur daya listrik atau disebut wattmeter induksi, yaitu dengan cara membuat kumparan A dihubungkan paralel dengan beban (kumparan tegangan) dan kumparan B dihubungkan seri dengan beban (kumparan arus)[1]. Rangkaian dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.3 Rangkain Wattmeter Induksi [1]
Prinsip kerjanya:
1. Momen Putar ( momen Defleksi)
V
I IV
ᶲ
Gambar 2.4 Diagram Phasor Wattmeter Induksi [1]
Momen defleksi alat ukur induksi adalah seperti pada persamaan (2.11) yaitu:
Dari diagram phasor diketahui bahwa: - 1m sebanding dengan arus beban I - 2m sebanding dengan tegangan beban V - 900
Maka momen defleksi wattmeter dapat ditulis sebagai berikut [1]:
2. Momen Lawan
Momen lawan diperoleh dari pegas yang diikatkan pada sumbu putar, basarnya momen lawan sebanding dengan sudut defleksi, yaitu [1]:
f C k
T ...(2.13) Bila kedua momen mencapai keseimbangan maka diperoleh
Dari Persamaan (2.14) dapat dilihat bahwa sudut defleksi atau penunjukan jarum
penunjuk dari wattmeter induksi sebanding dengan daya pada beban.
2.3 WATT HOUR METER
Watt hour meter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur
besar energi listrik yang digunakan oleh konsumen seperti perumahan,
perkantoran dan industri. Energi adalah sama dengan kerja yang mampu
dilakukan oleh sistem sedangkan daya adalah berapa jumlah waktu yang
digunakan untuk melakukan suatu kerja. Dalam satuan SI energi satuanya adalah
joule, tetapi energi listrik diukur dala satuan watthour atau kilowatthour. Satu
kilowatthour (kWh) adalah sama dengan3.6 MJ (Megajoule). Meter yang
digunakan untuk mengukur energi pada perumahan dan industri disebut dengan
watthourmeter dan kilowatthourmeter. Tagihan rekening listrik adalah biasanya
berdasarkan kepada jumlah kilowatthour yang dipakai selama sebulan [1].
Jumlah energi listrik yang mengalir ke dalam suatu sistem selama selang
waktu antara i1 dan i2 adalah [1]:
Sedangkan daya rata-ratanya:
Jika daya yang mengalir itu besarnya diketahu dan konstan selama selang
waktu tertentu, maka jumlah energi dapat dihitung dengan mengalirkan besarnya
daya dengan waktu selama daya itu mengalir [1].
2.3.1 KESALAHAN WATTHOURMETER
Kwh meter menghitung jumlah energi yang mengalir tidak saja
pembebanan daya konstan, tetapi juga pada pembebanan yang berubah. Untuk
menentukan benar tidaknya penunjukan watthourmeter ada dua cara yang berbeda
pada prinsipnya. Cara pertama adalah membandingkan watthourmeter yang ditest
dengan meter standart yang diketahui dapat melakukan pekerjaan integritas secara
betul, jika kedua meter tersebut beroperasi pada pembebanan ang identik dan
dalam waktu yang sama. Cara cara ini tidak mengharuskan adanya pembebanan
yang konstan selama waktu pengetesan, asal kedua meter itu benar-benar
beroperasi pada pembebanan yang sama. Cara yang kedua adalah mengoperasikan
watthourmeter pada pembebanan yang tertentu dan mengukur besarnya daya yang
mengalir serta mengamati watthourmeter yang ditest itu. Jika daya dijaga konstan
dalam selang waktu tertentu maka jumlah energi yang mengalir dapat dihitung.
Dari pengamatan kerja watthourmeter dapat dihitung juga berapa penunjukan
watthourmeter. Kedua hasil ini kita bandingkan dan dapat kita tentukan kesalahan
watthourmeter tersebut [1].
2.3.2 WATTHOUR PADA PEMBEBANAN KONSTAN
Jika daya yang mengalir konstan, maka energi yang diukur oleh
watthourmeter dapat dilihat sebagai berikut [1]:
C N Pt
Dimana:
N = Jumlah putaran piringan (put)
C = Konstanta Kwh meter (put/kwh)
P = Daya (KW)
t = Waktu (det)
Dari hubungan tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk suatu harga daya tertentu
kecepatan piringan watthourmeter e tertentu pula [1]:
CP t N
...(2.18)
Atau untuk suatu jumlah putaran tertentu dibutuhkan waktu [1]:
CP N
t ...(2.19)
Kita dapat mengukur waktu untuk jumlah perputaran tertentu dengan
menggunakan stopwatch dna kita bandingkan hasil pencatatan ini dengan harga
yang sebenarnya. Disini kita harus memilih waktu pengukuran yang cukup agar
ketelitian pengukuran cukup baik. Perlu diingat bahwa kecepatan reaksi pengamat
dalam menggunakan stopwatch, ketajaman menghitung jumlah putaran dan
ketelitian stopwatch sendiri sangat menentukan ketelitian pengukuran [1].
2.3.3 MENGHITUNG KESALAHAN WATTHOURMETER
Kesalahan dalam persen dapat digunakan [1]:
% 100 x E
E E kesalahan
S s
...(2.20)
Dimana E adalah jumlah Energi yang ditunjukan oleh watthourmeter:
C N
Dan ESadalah jumlah energi sebenarnya. Jika untuk membuat N putaran / impuls
diperlukan waktu t detik, sedangkan daya pada beban sebesar P watt, maka jumlah
energi sebenarnya adalah [1]:
1000 3600x
Pt
ES (Kwh)...(2.22)
Maka kesalahan dalam persen adalah:
%
Kita dapat juga menghitung kesalahan tersebut dengan membandingkan kecepatan
perputaran/impuls atau membandingkan waktu, seperti yang telah dijelaskan
diatas. Kalau daya yang mengalir adalah P watt kecepatan perputaran piringan /
impuls sebenarnya adalah [1]:
1000
P x C s
(putaran / impulsper jam)...(2.24)
Kecepatan perputaran piringan atau kecepatan kedip impuls yang diukur adalah:
t Nx3600
( putaran/impuls per jam)...(2.25)
Maka sesalahan dalam persen dapat dinyatakan:
%
Kalau dihitung waktu yang sebenarnya diperlukan untuk membuat N
putaran/impuls pada daya P watt adalah [1]:
CxP
Dan waktu yang diukur adalah t, maka kesalahan dalam persen dapat dinyatakan
% 100 1 x t t
F s
...(2.28)
Kesalahan pada alat ukur umumnya dinyatakan dalam klas ketelitian yang dinyatakan dengan kelas 0.1; 0.5 ; 1,0 dst. alat ukur dinyatakan mempunyai ketelitian klas 0,1 bila kesalahan maksimum ialah ± 1 % dari skala penuh efektif. Tergantung dari besar kecilnya ketelitian tersebut alat-alat ukur dibagi menjadi [2]:
Alat cermat atau alat presisi, alat ukur dengan
ketelitian tinggi (< 0,5%).
Alat kerja, alat ukur dengan ketelitian
menengah (± 1 ÷ 2 %).
Alat ukur kasar, alat ukur dengan ketelitian
rendah (≥ 3 %).
Tabel 2.1 Kelas ketelitian alat ukur dan penggunaannya.
kelas Kesalahan yang Penggunaan Keterangan
diijinkan (%)
0,1 ± 0,1 Laboratorium Presisi
0,2 ± 0,2 Laboratorium Presisi
0,5 ± 0,5 Laboratorium Menengah
1,0 ± 1,0 Industri Menengah
1,5 ± 1,5 Industri Menengah
2,0 ± 2,0 Industri Menengah
2,5 ± 2,5 Industri Menengah
3,0 ± 3,0 Hanya untuk cek Rendah
Alat cermat / alat persisi :
Alat ukur yang mempunyai salah ukur dibawah 0,5% termasuk golongan alat
cermat / alat persisi. Alat ukur ini sangat mahal harganya dan hanya dipakai untuk
pekerjaan yang memerlukan kecermatan yang tinggi, umpamanya dilaboraturium
[2].
Alat ukur cermat / alat persisi dibuat dalam bentuk transfortable dan untuk
menjaga terhadap perlakuan-perlakuan yang kasar, maka alat tesebut dimasukan
dalam peti/kotak dan dibuat dalam bentuk dan rupa yang bagus sekali, yang
tujuannya untuk memperingatkan sipemakai bahwa alat yang tersimpan dalam
kotak yang bagus tersebut adalah alat berharga dan harus diperlakukan secara
hati-hati [2].
Alat kerja :
Alat ukur dengan kesalahan ukur diatas 0,5% termasuk golongan alat kerja. Untuk
alat ukur kerja yang mempunyai kesalahan ukur ± 1 – ± 2 % juga dibuat dalam
bentuk transportable dan dipakai dibengkel-bengkel, pabrik-pabrik dan lain-lain.
Untuk alat kerja dengan kesalahan ukur ± 2 -3 % dipakai untuk pengukuran pada
papan penghubung baik dipusat-pusat tenaga listrik, pabrik-pabrik dan lain-lain
[2].
Alat Ukur Kasar :
Alat ukur yang mempunyai kesalahan ukur > 3% termasuk golongan alat kasar
dan hanya digunakan sebgai petunjuk umpama arah aliran untuk melihat apakah
accumulator dari sebuah mobil yang sedang diisi atau dikosongkan [2]
Kwh meter analog merupakan suatu alat pengukur energi listrik yang
bekerja berdasarkan sinyal analog dengan mengunakan prinsip induksi medan
magnet dimana medan magnet tersebut yang akan menggerakkan piringan yang
terbuat dari alumunium. Putaran dari piringan alumunium tersebut yang akan
menggerakkan counter digit sebagai tampilan jumlah energi yang dipakai oleh
konsumen. Alat ukur ini dibangun oleh tiga bagian utama yaitu dua kumpara yang
tetap dan bagian yang berputar berupa piringan. Kumparan tegangan dan
kumparan arus untuk menghasilkan medan magnet. Piringan yang berputar
umumnya terbuat dari alumunium diikatkan pada suatu sumbu putar. Register
merupakan alat pencatat yang berfungsi menunjukan jumlah energi. Magnet
permanen digunakan untuk menghasilkan momen lawan atau untuk pengereman
piringan.
2.4.1 PRINSIP KERJA DARI KILOWATTHOUR METER ANALOG
Berikut ini adalah Gambar 2.5 merupakan prinsip kerja dari kwh meter analog
Gambar 2.5 Prinsip kWh Meter Analog [1]
Sistem yang bergerak terdiri dari sebuah piringan alumunium yang
dipasang pada sebuah poros dan ditempatkan dalam celah udara antara magnet
seri dan magnet shunt. Perpotongan antara kedua flux magnet tersebut akan
menghasilkan fluksi pada masing-masing magnet. Fluksi yang berasal dari kedua
magnet tersebut akan menimbulkan induksi sehingga menghasilkan arus eddy
yang memaksa piringan berputar. Ini merupakan pembelokan torsi.
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa momen putar yang memutar piringan
adalah sesuai dengan Persamaan (2.11) adalah [1]:
1 2 sin
3 m m
k T
Sedangkan fluksi 1m sebanding dengan arus beban I yang juga mengalir pada
kumparan arus dan 2m sebanding dengan tegangan beban V, jika jumlah lilitan
kumparan tegangan dibuat besar sehingga mempunyai reaktansi yang besar maka
arus Iv sebanding dengan tegangan V yang berbeda phasa 90 langging [1]. 0
Diagram phasor tegangan dan arus watthourmeter dapat dilhat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Diagram phasor tegangan dan arus [1]
Berdasarkan diagram phasor Gambar 2.6 maka momen putar dari Persamaan
(2.11) dapat ditulis sebagai berikut [1]:
cos
90 sin
3 3
VI k
VI k T
P k
3
...(2.29)
Dimana:
cos VI
P = daya pada beban
Dari Persamaan 2.29 dapat dilihat bahwa momen putar yang memutar piringan
sebanding dengan daya pada beban.
2. Braking Torque (Momen Lawan)
Sistem pengereman terdiri dari magnet permanen yang disebut rem
magnet. Bagian ini ditempatka didekat tepi piringan sebagai pengereman putaran
piringan dengan mengurangi arus eddy di dalam proses induksi. Arus eddy
berasal dari fluksi dan menghasilkan torsi. Torsi ini begerak melawan arah dari
gerak piringan. Torsi pengereman sebanding dengan kecepatan dari piringan.
Sepeti yang diketahui bahwa magnet permanen akan menghasilkan fluksi
. Dimana fluksi ini memotong piringan alumenium, maka dalam piring akan
diinduksikan tegangan yang sebanding dengan kecepatan putar piring, yaitu [1]:
e ...(2.30)
Arus induksi dalam piring adalah sebagai berikut
R R
e
i ...(2.31)
Momen lawan (braking torque) adalah sebanding dengan fluksi dikali arus
induksi sebagai berikut [1]:
i
TB ...(2.32)
Kemudian subtitusikan persamaan (2.18) kedalam persamaan (2.19) sehingga
R TB
2
...(2.33)
Bila kecepatan piring mencapai kecepatan konstan maka kedua momen putar dan
momen lawan akan sama besar, sehingga persamaan menjadi [1]:
T
Jika diambil suatu periode waktu tertentu akan diperoleh jumlah putaran yang
besarnya sebanding dengan jumlah energi pada beban, yaitu [1]:
CE
Jadi energi yang diukur dapat ditulis:
C N
E ...(2.39)
Dimana : N = φt = Jumlah putaran piringan ( putaran)
Φ= Jumlah putaran piring per jam (rph = put/h)
t = Waktu ( hour = h)
C = Konstanta alat ukur (put/kWh)
Poros dari piringan terhubung ke mekanisme penghitungan. Mekanisme
ini mencatat jumlah yang sebanding dengan jumlah putaran piringan yang
dikalibrasikan dengan penunjukan pemakaian energi listrik dalam kilo meter
hours(kWh).
2.4.2 BAGIAN-BAGIAN KILOWATTHOUR METER ANALOG
Berikut ini adalah Gambar 2.7 yang menunjukkan bagian-bagian yang terdapat
dalam kWh meter analog
Gambar 2.7 Bagian-bagian kWh Meter Analog [3]
Keterangan Gambar:
1. Kumparan Tegangan
Kumparan tegangan merupakan kumparan yang terdiri dari kawat-kawat
tipis yang dihubungkan kepada sebuah magnet shunt. Dimana hubungan tersebut
akan menghasilkan fluksi
Kumparan arus merupakan kumparan yang terdiri dari beberapa kawat
tebal yang dihubungkan kepada sebuah magnet seri. Dimana hubungan tersebut
akan menghasilkan fluksi.
3. Elemen Penggerak/piringan
Elemen penggerak/piringan merupakan bagian pada kwh meter yang
bergerak dikarenakan oleh perpotongan fluksi pada kedua medan magnet sehingga
menghasilkan induksi, dimana induksi tersebut menimbulkan arus eddy yang
memaksa piringan berputar
4. Rem Magnit
Rem magnit merupakan sebuah magnet permanen yang diletakkan pada
piringan yang berputar pada kwh meter. Magnet tersebut berfungsi untuk
melakukan pengereman dengan cara mengurangi arus eddy yang timbul saat
proses induksi.
5. Register
Register merupakan bagian yang dapat kita lihat berupa angka pada kwh
meter. Bagian ini berfungsi mencatat setiap pergerakan piringan dimana
perputaranya sebanding dengan putaran piringan yang telah dikalibrasikan sesuai
standard kwh meter tersebut.
6. Name Plate
Name plate merupakan bagian dimana terdapat data-data mengenai kwh
meter. Baik merek kwh meter maupun data-data seperti arus, tegangan, konstanta
dan frekuensi.
Terminal klem merupakan suatu bagian terminal dimana kita dapat
memasukkan energi listrik dan mengeluarkan energi listrik tersebut.
2.4.3 KESALAHAN-KESALAHAN KWH METER ANALOG
1. Kesalahan akibat perbedaan rangkaian.
Ada 2 kemungkinan untuk merangkai wattmeter pada rangkaian AC fase tunggal:
a. Kumparan arus tidak dilalui arus
b. Arus Melalui Kumparan Arus
Sebuah wattmeter sebenarnya diharapkan dapat menunjukkan daya yang
dipakai oleh beban, tetapi pembacaannya sebenarnya sedikit kelebihan yang
disebabkan oleh rugi-rugi daya pada rangkaian instrument. Besarnya kesalahan
tergantung dari banyaknya rangkaian.
2. Kesalahan akibat induktansi kumparan tegangan
3. Kesalahan akibat medan STRAY (Pengganggu)
Karena medan yang bekerja pada instrument ini adalah kecil, maka mudah
dipengaruhi oleh kesalahan akibat medan pengganggu dari luar. Oleh karena itu
harus dijaga agar sejauh mungkin berada dari medan STRAY tadi. Tetapi ,
kesalahan akibat medan ini pada umumnya dapat diabaikan.
4. Kesalahan akibat kapasitansi dalam kumparan tegangan
Pada bagian rangkaian kumparan tegangan , terutama pada bagian tahanan
serinya akan selalu muncul kapasitansi walaupun kecil. Akibatnya akan
mengurangi besarnya sudut, dengan demikian mengurangi kesalahan yang
diakibatkan induktansi pada rangkaian kumparan tegangan. Pada kenyataannya
pada beberapa wattmeter, sebuah kapasitor dihubungkan paralel terhadap tahanan
Jelas bahwa kompensasi yang berlebihan akan membuat resultante
reaktansi kapasitif, dengan demikian akan menyebabkan sudut negatif.
5. Kesalahan akibat EDDY-Current (Arus pusar)
Eddy-current adalah medan arus bolak-balik pada bagian-bagian logam yang
padat dari instrument. Ini dihasilkan oleh medan bolak-balik pada kumparan arus
akan mengubah besar dan kuat medan kerja, dengan demikian menimbulkan
kesalahan bagi pembacaan wattmeter. Kesalahan ini tidak mudah dihitung
meskipun dapat menjadi sangat besar jika tidak berhati-hati dalam memindahkan
bagian padat dari dekat kumparan arus tadi.
2.4.4 CARA PENYAMBUNGAN KILOWATTHOUR METER ANALOG
1. kWh Meter Analog 1 Fasa
Berikut ini adalah cara-cara penyambungan kWh meter 1 fasa seperti
Gambar 2.8;
1. Kumparan arus diseri dengan beban, ujung awal mendapat fase dan ujung
akhir dihubungkan ke beban.
2. Kumparan tegangan awal digabung dengan ujung awal kumparans arus
dan ujung akhir dihubungkan dengan netral sumber bersama - sama
dengan ujung lain dari beban.
3. Jika rangkaian sudah benar kemudian sumber kita masukkan pada
Gambar 2.8 Pengawatan Kwh Meter 1 fasa [3]
2. kWh Meter Analog 3 Fasa
Berikut ini adalah cara-cara penyambungan dari kWh 3 fasa seperti
Gambar 2.9:
1. kWh meter 3 Fase pada dasarnya adalah kWh meter 1 Fase yang disusun
sedemikian rupa sehingga menjadi kWh meter3 Fase dengan prinsip kerja
seperti kWh meter 1 Fase.
2. Line R, kita masukkan pada ujung awal kumparan arus fase satu dan ujung
akhirnya kita hubungkan ke ujung beban untuk fase pertama, demikian
pula untuk Y, B dipasangkan pada ujung awal kumparan fase 2 dan 3 dan
ujung lainnya ke beban.
3. Netral sumber kita masukkan ke terminal Netral alat ukur dan kita gabung
dengan ujung lain dari beban.
4. Jika rangkaian sudah benar, sumber kita hidupkan, maka piringan akan
berputar sesuai dengan besarnya beban, Jika beban besar piring akan
berputar cepat dan sebaliknya.
5. Gerak putar roda-roda pencatat ( Register ) ini ditentukan oleh merupakan
transfer dari gerak piringan berjumlah 2 ( ada yang 3 ) yang kesemuanya
Gambar 2.9 Pengawatan kWh Meter 3 fasa [4]
2.5 KILOWATTHOUR METER DIGITAL/ELEKTRONIK
Meter Digital/elektronik merupakan suatu alat ukur besaran listrik yang
bekerja berdasarkan prinsip elektronik (pulsa) untuk memantau pasokan energi
(kWh) ke pelanggan baik yang secara langsung (instantaneous) atau yang sudah
tersimpan dalam memori meter. kWh meter digital/elektronik memiliki berbagai
macam fungsi atau dapat dikatakan kWh meter yang memiliki multifungsi.
Dimana kwh meter tersebut memiliki kemampuan untuk mengukur energi aktif
(kWh), energi reaktif ( Kvarh), memiliki tingkat ketelitian yang baik, memiliki
sistem keamanan dimana dari pencurian energi dan mempermudah dalam
pengontrolan energi listrik.
2.5.1 PRINSIP KERJA DARI KILOWATTHOUR METER DIGITAL
Gambar 2.10 Diagram Skematik kWh Meter Digital/Elektronik [5]
Pengukuran pemakaian energi listrik dengan menggunakan kilowatthour
elektronik atau digital adalah dengan cara mendeteksi besarnya sinyal arus dan
tegangan pada line. Energi listrik dihitung berdasarkan perkalian arus dan
tegangan. sedangkan konsumsi energi listrik dihitung berdasarkan proses
akumulasi energi listrik setiap selang waktu ( sampling- time). Gambar 2.11
adalah diagram block dari proses pengukuran energi listrik dalam sistem digital
[6].
Gambar 2.11 Diagram block dari sistem kWh digital [6]
Arus dan tegangan bolak-balik dikonversikan oleh tranducer r.m.s menjadi
tegangan dc, tegangan dc diubah menjadi bilangan biner oleh analog to digital
converter. Energi listrik rata-rata dihitung dengan proses multiplikasi bilangan
proses akumulasi energi listrik setiap selang waktu (TS). Proses perhitungan
konsumsi energi listrik ditunjukkan pada blok diagram Gambar 2.12 [7]:
Irms
Gambar 2.12 Proses Perhitungan Energi Listrik [7]
Proses aritmatika bagan diatas adalah sebagai berikut
Konversi arus r.m.s ke tegangan dc:
rms i dci k I
v ...(2.40)
Dengan: Vdci = tegangan dc dari arus
Ki = Konstanta kWh meter
Irms = arus rms
Konversi tegangan r.m.s ke teganga dc
rms v
dcv kV
v ...(2.41)
Dengan kidan kv berturut-turut adalah konstanta konversi linear arus rms dan
tegangan rms ke tegangan dc. Konversi tegangan dc ke bilangan biner [7]
konverter A/D b bit dengan tegangan referensi adalah sebesar Vref
Subtitusi persamaan (2.40),(2.41),(2.42) dan (2.43) kedalam persamaan daya
listrik dengan time-sampling sebesar TS detik, maka didapatkan [7]:
v i Ts Khexhex
P (watthours)...(2.44)
Dengan
adalah konstanta watthour
Perhitungan watthours untuk 3-line adalah dengan cara menjumlahkan pemakaian
daya listrik yang terdapat pada masing-masing line untuk setiap sampling-time
[7]:
.5.2 BAGIAN-BAGIAN KILOWATTHOUR METER
DIGITAL/ELE-KTONIK
Gambar 2.13 Bagian-bagian kWh meter Digital
1. Bagian-bagian dari kWh meter Digital
Berikut ini adalah bagian-bagian dari kWh meter digital/elekronik.
1. Display
Merupakan tempat untuk melihat besar energi yang kita gunakan dan
konsatanta-konstanta lainnya seperti arus, tegangan, daya aktif dan daya
reaktif.
2. Button Scroll Display
Tombol yang digunakan untuk melakukan pengecekan terhadap tampilan
dari kwh meter dimana untuk melihat tampilan arus, tegangan, daya aktif,
daya reaktif, LWBP dan WBP
3. Button Program (segel PLN)
Merupakan tempat untuk melakukan pemograman kwh meter.
4. LED Indikator on/off
Merupakan sebagai indikator untuk memastikan kwh meter dalam keadaan
5. LED Indikator Tamper/ Overload
Merupakan sebagai indikator bahwasanya terjadi gangguan pada kwh
6. Impuls
Merupakan indikator pemakaian energi listrik sebagai pengganti piringan
pada kwh meter analog.
7. LED Indikator terima program
Merupakan sebagai indikator menandakan bahwa kwh meter menerima
program yang dibuat kepada kwh meter tersebut.
8. LED Indikator kirim Program
Merupakan indikator yang menandakan bahwasnya program telah diterima
dan telah dikirim kepada server penerima di PLN
9. Segel PLN
Merupakan sebuah tanda dimana bagian tersebut tidak boleh dibongkar
oleh konsumen selain PLN
10. Terminal masukan dan keluaran
Merupakan tempat untuk masukan dan keluaran tegangan.
2. Peralatan pendukung dari kWh meter Digital
1. Konsentrator
Merupakan peralatan untuk mengontrol dan mengumpulkan daya kwh
meter secara up to date.
2. Modem
Merupakan sebagai suatu alat komunikasi dari pusat kontrol ( server) ke
3. Remote Control (HHU = HAND HOLD UNIT)
Merupakan suatu alat yang digunakan dilapangan untuk mengotrol dan
membaca data stand pada kWh meter
4. Repeater
Merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai penguat sinyal PLC (Power
Line Carrir) untuk pengiriman data dari kwh meter ke konsentrator.
2.5.3 SISTEM KILOWATTHOUR METER DIGITAL
Sistem kWh meter digital menggunakan single board computer dimana
MCS 80C52 sebagai prosessor base, prosessor beroperasi pada 12 Mhz clock.
Fasilitas terdapat pada single board difungsikan sebagai berikut [7]:
- 6 kanal12-bit analog to digital converter dengan tegangan input 0 s/d 10
vdc dan resolusi 2444 mV per-bit, untuk memonitor tegangan output
current dan voltage tranducer.
- 256 x 8 bit SRAM internal dan 65k x 8 bit external SRAM untuk
menyimpan data watthour, parameter watthour (K), preset-timer (Ts), dan
stack-memory.
- 8K x 8 bits ROM internal dan 64K x 8 bits external ROM untuk
menyimpan instruksi fungsi-fungsi watthour, data konversi bilangan biner
ke format peraga 7 segment.
- RAM battere back-up untuk mencatu chip memori pada saat catu daya
rangkaian hilang.
- 3 x 8 bits digital I/O untuk mengedalikan peragaan data watthour pada
- 1-kanal port serial untuk remote access memori data watthour, konstanta K
dan Ts dari/ ke computer
- 2 x 8 bits timer untuk sampling-time pengukuran dan untuk timing peraga
8 digit.
-. Saluran INTO dan RESET untuk mendeteksi catu-daya turun
(power-down) dan transisi naik (power-up)
- Timer 0 dan timer 1 untuk penggerak program watthour meter dan
penggerak program peragaan data ke 8x7 segment.
Gambar 2.14 Konfigurasi Hubungan watthours meter [7]
Integritas modul diatas dengan devace penunjang lain untuk sistem alat watthour
meter digital adalah seperti Gambar 2.14:
Linear Current Tranducer: CT1, CT2, dan CT3digunakan untuk mengukur
besarnya arus r.m.s yang mengalir pada tiap line antara panel distribusi dan beban,
range arus r.m.s input adalah 0 s/d 400 Ampere dan tegangan dc output adalah 0
s/d 10 volt [7].
Linear voltage Tranducer: 1,2 dan 3 digunakan untuk mengukur besarnya
adalah 0 s/d 250 Volt dan tegangan dc output adalah 0 s/d 10 volt. Voltage
transducer mempunyai karakteristik linear dengan konstanta linear 0.025 vdc/vac.
Peraga digital: 8x7 segment berfungsi untuk menayangkan konsumsi
energi listrik rata-rata dalam satuan watthour. Input detektor-sekuriti digunakan
mendeteksi keamanan kemasan alat kWh meter. Power DC untuk mencatu seluruh
rangkaian diperoleh dengan mengubah tegangan line AC menjadi tegangan DC.
2.5.4 CARA KERJA KILOWATTHOUR METER DIGITAL
Cara kerja sistem alat kWh meter digital ini adalah sebagai berikut arus
dan tegangan r.m.s tiap line dikonversi linear oleh tiga current tranducer dan
voltage tranducer menjadi tagangan dc. Setiap interupt-timer (Ts detik), keenam
tegangan dc dimultiplek, kemudian dirubah menjadi bilangan biner 12 bit.
Selanjutnya dilakukan proses multiplikasi dari pasangan bilangan biner, arus,
tegangan dan konstanta watthour line bersangkutan. Hasil multiplikasi pasangan
tersebut dijumlahkan, hasil penjumlahan dalam bilangan biner dikonversi ke
format peraga 8x7 segment, tayangan pada peraga-digital adalah sama dengan
energi listrik yang digunakan selama Ts. Akumulasi energi listrik tiap perioda
interupt-timer adalah sama dengan lama pemakaian energi listrik [7].
2.6 ENERGI LISTRIK
Energi listrik dapat diperoleh dari hasil pengubahan berbagai macam
energi lain, seperti energi air terjun, energi angin, energi pasang surut, energi
panas bumi, energi matahari, dan energi nuklir. Sebaliknya, energi listrik juga
Energi listrik merupakan hasil perkalian antara daya listrik dengan satuan
waktu. Dimana daya listrik dikalikan dengan waktu sehingga dihasilkan energi
listrik. Perkalian antara daya tersebut dapat dilihat pada persamaan berikut ini:
t
Dari persamaan diatas diketahui bahwa V x I x Cos φ merupakan daya listrik
sehingga diperoleh persamaan energi listrik dalam satuan kwh sebagai berikut
1000
Dimana: E = Energi Litrik (kwh)
P = Daya Listrik (Watt)
t = Waktu (jam)
2.7 DAYA LISTRIK
Daya listrik merupakan jumlah dari energi listrik yang ditransfer oleh
suatu rangkaian listrik tertutup. Pada dasarnya daya yang disalurkan rangkaian
tiga fasa sama dengan jumlah daya pada ketiga fasanya. Dengan kata lain,
perhitungan daya tiga fasa merupakan penjumlahan dari daya satu fasa, yaitu :
3 2 1 P P
P
Ptotal ...(2.48)
Dimana nilai dari masing-masing fasa yaitu:
Fasa R: P1VICos...(2.49)
Fasa S: P2VICos...(2.50)
Fasa T: P3VICos...(2.51)
Jadi jika beban seimbang, maka:
ILN = Arus fasa ke netral (Amper)
VLL = Tegangan fasa ke fasa (Volt)
VLN = Tegangan fasa ke netral (Volt)
P1ø = Daya 1 fasa (Watt)
P3Ø = Daya 3 fasa (Watt)
Ptotal= Daya total (watt)
Rangkaian tiga fasa memiliki 2 hubungan yaitu hubungan delta dan hunbungan
bintang. Kedua hubungan tersebut dapat dilihat seperti Gambar 2.15 sebagai
berikut:
1 hubungan Bintang
Ujung-ujung kumparan dihubungkan seperti dalam bentuk bintang
(biasanya disimbolkan dalam bentuk wye atau Y)
Gambar 2.15 Hubungan Bintang [8]
Dimana:
phasa L
LN LL
I
I
V
V
3
Dari persamaan diatas diperoleh nilai daya:
V I Cos
Cos I
V
2. Hubungan Delta
Hubungan delta atau segitiga seperti Gambar 2.16 tidak memiliki tegangan
fasa-netral yang ada hanya tegangan fasa-fasa:
Gambar 2.16 Hubungan Delta [8]
Dimana :
phasa L
LN LL
I
I
V
V
3
Dari persamaan diatas diperoleh nilai daya:
V I Cos
Cos I
V
P3 phasa phasa 3 LL L
2.8 FAKTOR DAYA
Faktor daya dapat dijelaskan dengan menggunakan segitiga daya Gambar
2.17:
Cos I
V Cos I V S P Daya
Faktor ... (2.53)
Dengan :
S = Daya semu (satuan VA)
P = Daya nyata (satuan Watt)
Q = Daya reaktif (satuan VAR)
Pada dasarnya sistem energi listrik memiliki 3 jenis faktor daya yaitu:
1. Faktor daya unity
Faktor daya unity merupakan suatu keadaan dimana cos φ sama dengan 1.
hal ini disebabkan oleh karena tegangan sefasa dengan arus dan beban
yang digunakan biasanya beban resistif murni. Diagram Fasor faktor daya
unity ditunjukan seperti Gambar 2.18:
Gambar 2.18 faktor daya unity [10]
2. Faktor daya terbelakang (lagging)
Faktor daya terbelakang atau biasa disebut lagging merupakan suatu
keadaan dimana arus tertinggal oleh tegangan sebesar sudut φ. Biasanya
hal ini terjadi pada beban Induktif. Diagram Fasor faktor daya terbelakang
(lagging) ditunjukkan seperti Gambar 2.19:
3. Faktor daya mendahului (Leading)
Faktor daya mendahului atau biasa disebut juga dengan leading merupakan
suatu keadaaan dimana arus mendahului tegangan sebesar sudut φ. Hal ini
biasa terjadi pada beban yang bersifat kapasitif. Diagram fasor faktor daya
mendahului (Leading) ditunjukkan seperti Gambar 2.20:
I
V φ