• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 3f3bef787d BAB IVBAB IV RENCANA PROGRAM INVESTASI INF #REV3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 3f3bef787d BAB IVBAB IV RENCANA PROGRAM INVESTASI INF #REV3"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Kabupaten labuhanbatu TA. 2010 - 2015 RPIJM

1 | b a b 4

4.1. PETUNJUK UMUM

Dalam menyusun RPIJM Kabupaten Labuhanbatu , sesuai dengan Arahan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, pada lima tahun awal ini, diusahakan perencanaan program ke Cipta Karya-an secara terpadu pada satu kawasan tertentu dimana diusahakan semua sektor ke Cipta Karyaa-an dapat diprogramkan pada kawasan tersebut, agar semua dana dapat terhimpun jadi satu pada kawasan tertentu dengan beberapa sektor kegiatan ( multi sektor, dan multi dana).

4.1.1 MULTI SEKTOR

Multi sektor dimaksudkan adalah sektor ke Cipta Karyaa-an yaitu :

1. Sektor Air Minum dengan beberapa sub sektornya :

 Pengadaan SPAM

1. Daerah yang mendapat dana bantuan 2. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) 3. Desa Rawan Air/Desa Terpencil

 Penyehatan PDAM

2. Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) dengan beberapa

sub sektor nya:

 Air Limbah  Drainase  Persampahan

3. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dengan beberapa

sub sektor nya :

 Penataan Lingkungan Permukiman Revitalisasi Kawasan

− Kawasan Wisata − Kawasan Bersejarah

(2)

2 | b a b 4  Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan ( RTBL )

 Program Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

4. Sektor Pengembangan Permukiman dengan beberapa sub sektor nya :

 Perkotaan  Perdesaan

− Pulau – pulau terpencil − Kumuh Perdesaan

 Perbaikan Infrastruktur Perdesaan (PIP)  Agropolitan/Agrominapolitan

 Kawasan Perbatasan

4.1.2 MULTI DANA

Untuk merealisasikan kegiatan ini dilapangan dengan keterpaduan program, maka keterpaduan dana harus juga di himpun. Untuk ini setiap program disusun berdasarkan kriteria kemampuan masing – masing Pemerintah dan posisi pendanaannya ( Pusat, Propinsi dan Daerah) kalau memungkinkan dana dari masyarakat /swasta.

Dengan keterpaduan ini, pelaksanaan pembangunan di daerah dapat di tuntaskan untuk satu kawasan. Walaupun demikian dari uraian diatas tidak tertutup kemungkinan kawasan lain di Kabupaten Labuhanbatu untuk dibuat RPIJM nya.

Bila kegiatan tersebut dilihat urgen untuk di programkan maka program tersebut harus masuk dalam RPIJM sehingga pembangunan dapat terlaksana.

4.2. RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

12 | b a b 4 4.2.1 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

4.2.1.1 Petunjuk Umum

Pengembangan perumahan permukiman di Kota Rantauprapat pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi yang layak huni (liveable),aman, nyaman, damai, sejahtera, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat setempat khususnya bagi desa tertinggal dan terisolir di daerah yang perlu melalui pembangunan prasarana dan sarana dasar dan penyehatan lingkungan perumahan terutama untuk wilayah strategis, cepat tumbuh potensial berkembang optimal untuk menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja di lingkungan yang sehat.

4.2.1.2 Kondisi Umum

1. Gambaran Umum

Dalam merencanakan pengembangan permukiman, terlebih dahulu harus ditinjau mengenai Kasiba yang akan dipilih beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya. Kasiba yang akan dipilih terutama harus meninjau RTRW ataupun RUTR wilayah studi.

Sejak ditetapkannya Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Rantauprapat sebagai pedoman utama bagi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten labuhanbatu, telah terjadi banyak perubahan penggunaan lahan. Ada yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang, ada yang tidak sesuai.

2. Parameter Teknis Wilayah

Hal-hal yang menjadi parameter teknis wilayah pada sektor pengembangan permukiman di Kabuapaten Labuahanbatu menurut RTRW Kabupaten Labuhanbatu adalah:

− Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada; − Ketersediaan air terjamin;

− Jumlah penduduk;

(13)

13 | b a b 4 − Ketersediaan. jaringan prasarana dan sarana dasar seperti air minum dan

listrik;

− Kelengkapan prasarana dan sarana pendukung;

− Lapangan pekerjaan yang mungkin dapat diperoleh di sekitar lokasi pengembangan permukiman.

− Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang. − Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah.

− Dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung sesuai kebutuhan

Kawasan permukiman dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu berada di ibu kota kabupaten dan ibukota kecamatan. Sedangkan untuk kawasan permukiman perdesaan berada di seluruh wilayah kabupaten di luar kawasan permukiman perkotaan.

3. Aspek Pendanaan

Pendanaan untuk segala jenis kegiatan dalam sektor pengembangan permukiman di Kabupaten Labuhanbatu selama ini berasal dari dana APBD Kabupaten Labuhanbatu dan APBD Kota Rantauprapat untuk penanganan biaya di Kota Rantauprapat.

Namun kemampuan masyarakat setempat sendiri dalam mendukung sarana dan prasarana permukiman hingga saat ini sudah mulai membaik. Hal ini dibuktikan dengan terbangunnya dua buah PERUMNAS di Kabupaten Labuhanbatu khususnya di wilayah studi Kota Rantauprapat, yaitu di Kelurahan Urung Kompas dan di Kelurahan Ujung Bandar.

4. Aspek Kelembagaan

(14)

14 | b a b 4 4.2.1.3 Sasaran

Dalam perencanaan RPIJM Kabupaten Labuhanbatu sasaran untuk sektor pengembangan permukiman adalah diharapkannya suatu Kasiba baru dengan memperhatikan prasarana dan sarana yang memadai baik dari segi SANIMAS maupun akses jalan, sehingga berkurangnya kawasan kumuh yang berada di daerah Kabupaten Labuhanbatu dan meningkatnya standar ekonomi masyarakat setempat serta mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

4.2.1.4 Permasalahan Pembangunan Permukiman

Dalam merealisasikan pengurangan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu juga dihadapkan dengan beberapa masalah antara lain:

 Sudah padatnya kawasan sekitar kota sehingga menyulitkan Pemerintah untuk memilih suatu kawasan siap bangun yang baru;

 Masayarakat menganggap bahwa setiap pembangunan dilingkungannya dilakukan oleh pemerintah ;

 Sulitnya mensosialisasikan hidup sehat, nyaman dan bersih kepada masyarakat dengan masyarakat yang bermukim di daerah kumuh yang sebagian besar memiliki sumber daya manusia yang buruk dan tingkat pemikiran serta pendidikan yang rendah;

 Rendahnya daya beli masyarakat;

 Perumahan dan permukiman tumbuh secara tidak terencana dan berdampak pada rendahnya efisiensi kawasan.

Gambar

(15)

15 | b a b 4 4.2.1.5 Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

1. Adanya Kawasan Kumuh

Adapun Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu terkait masalah permukiman yakni tumbuhnya kawasan kumuh legal maupun illegal ditiap kecamatan, dengan kondisi rumah yag tidak layak huni terutama minimnya prasarana dan sarana dasar infrastrukturnya.

2. Bertambahnya Jumlah Penduduk

Dalam merealisasikan pengurangan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu juga dihadapkan dengan beberapa masalah antara lain sudah padatnya kawasan sekitar kota sehingga menyulitkan Pemerintah untuk memilih suatu kawasan siap bangun yang baru. Untuk itu pemerintah merencanakan akan membangun Rusunawa di kawasan padat penduduk.

3. Adanya Kawasan Starategis Sumber Daya Alam (SDA)

Selain itu Kabupaten Labuhanbatu memiliki beberapa kecamatan yang sangat berpotensi sebagai kawasan agromarine yaitu pada Kecamatan Panai Tengah, Panai Hilir, dan Panai Hulu namun belum didukung dengan prasarananya. Oleh sebab itu untuk perlu memperhatikan banyak faktor untuk kemajuan kawasan agromarine ini, antara lain potensi ekonomi kawasan, jumlah penduduk, prasarana dan sarana dasar serta potensi-potensi lain yang belum tergali yang diperkirakan akan mampu meningkatkan kawasan menjadi lebih mandiri dan berkembang.

Gambar

(16)

16 | b a b 4 4. Potensi Bencana Alam

Berdasarkan karateristik fisik wilayah Kabupaten Labuhanbatu, potensi bencana alam yang banyak terjadi adalah banjir. Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan upaya pencegahan terjadinya banjir yaitu dengan memperbaiki saluran drainase pada kawasan perumahan, memperbaiki tanggul-tanggul sungai serta menjaga kebersihan lingkungan permukiman dan sungai.

Tabel 4.1

Desa/Kelurahan Yang Rawan Terjadi Bencana Alam Banjir di Kabupaten Labuhanbatu

No Kecamatan Desa / Kelurahan Ket

1. Bilah Hulu Desa Perbangunan Desa P. Batu Desa Emplasten

Desa Pematang Seleng 2. Pangkatan Desa Tanjung harapan

Desa KP. Padang Desa Pangkatan Desa Sennah

3. Bilah Barat Desa Tanjung Medan Desa Tebing Linggga Hara Desa Tebing Linggga Hara Baru 4. Bilah Hilir Desa Perkebunan Sennah

(17)

17 | b a b 4

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Kecamatan Desa / Kelurahan Ket

Desa Teluk Sentosa Desa Meranti

6. Panai Tengah Pinggiran Sei Barumun Desa Pasar Tiga

Kel. Bina Raga (Lk. Sei Tawar)

Musiman Musiman

4.2.1.6 Usulan dan Prioritas Program

Untuk mewujudkan pembangunan prasarana dan sarana permukiman maka pemeritah Kabupaten Labuhanbatu yang menjadi prioritas dalam sector pengembanga dan permukiman ini adalah :

1. Penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana 2. (RSH) ;

3. Penataan dan Peremajaan Kawasan Kumuh di Perdesaan maupun di Perkotaan; 4. Peningkatan Kualitas Permukiman;

5. Pembangunan Rusunawa ;

6. Penyediaan prasarana dan sarana dalam Rangka Penanganan Pasca Bencana Alam (banjir).

4.2.2 Rencana Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

4.2.2.1 Petunjuk Umum

(18)

18 | b a b 4 Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun dipedesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Sesuai dengan tujuan program yaitu Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Dalam perencanaan investasi penataan bangunan lingkungan, harus selaras dengan RTRW Kabupaten Labuhanbatu sebagai acuan tata ruang yang sudah berkekuatan hukum.

Rencana investasi ini terdiri dari:

 Penyeragaman bentuk bangunan baik dari segi KDB dan KLB;

 Penataan bangunan sesuai dengan pusat pengembangan masing-masing wilayah kota;

 Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri;

 Penyelenggaraan penataan lingkungan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;

 Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan dan melestarikan arsitektur dan ciri khas budaya lokal.

4.2.2.2 Kondisi Umum Penataan Bangunan dan Lingkungan

A. Gambaran Umum Penataan Bangunan dan Gedung

(19)

19 | b a b 4 Pembangunan bangunan gedung juga banyak yang tidak memperhatikan nilai-nilai GSB, KDB maupun KLB. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya ketinggian bangunan di suatu lingkup kelurahan dimana wilayah tersebut merupakan wilayah pusat perdagangan kota.

Begitu juga dengan terlalu rapatnya garis rumah dengan pinggir jalan yang hanya dibatasi oleh drainase. Tentunya hal ini akan berdampak susahnya pembebasan lahan bagi Pemerintah setempat apabila ingin mengadakan pelebaran jalan.

Didalam penentuan besaran GSB, pemilahan terjadi untuk daerah terbuka dan tertutup. Maksud daerah tertutup adalah kawasan seperti pusat kota dimana sisi bangunan berdiri sampai batas tanah tanpa adanya garis sempadan samping bangunan. Sedangkan daerah terbuka adalah kawasan dimana bangunan yang didirikan selain memiliki garis sempadan muka bangunan juga garis sempadan samping bangunan dan garis sempadan belakang bangunan.

(20)

20 | b a b 4 B. Penataan Lingkungan

Dalam perencanaan penataan lingkungan diharapkan tersedianya panduan rancang bangun suatu kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable), berjatidiri (imageable), dan produktif (enduring).

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu merencanakan mengenai pemberdayaan dan partisipasi masyarakat sehingga bernilai ekonomis dan berpotensi wisata dan tetap menyediakan kawasan hijau sebagai daearah resapan air dan daerah tangkapan gas karbon dioksida di udara (catchment area).

4.2.2.3 Permasalahan Yang Dihadapi

Pada saat ini permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dalam merealisasikan penataan bangunan dan lingkungan adalah:

 Banyaknya Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) yang dikeluarkan tidak sesuai dengan RTRW dan semakin menggusur lahan hijau;

 Kondisi masyarakat yang masih banyak yang tertinggal dari segi ekonomi dan pendidikan, sehingga masyarakat tidak bersedia ikut program penataan dan revatilisasi mengingat nilai sejarah kekerabatan yang masih tinggi yang diwariskan turun-temurun.

 Keterbatasan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk menyelenggarakan suatu program penataan bangunan dan lingkungan.

 Dan Semakin banyaknya jumlah penduduk yang memiliki penghasilan di bawah UMR juga menyulitkan pemerintah untuk mengatur kepadatan bangunan, dimana masyarakat yang berpenghasilan rendah tersebut berpotensi untuk menimbulkan suatu kawasan kumuh yang baru.

 Perda pendukung dalam penataan tentang Bangunan Gedung sebagian landasan hukum untuk menilai dan menata bangunan yang tidak layak dan tidak memenuhi syarat belum ada.

(21)

21 | b a b 4 4.2.2.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

A. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Merujuk pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (pasal 9 dan 26) dan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 6), kota (lingkungan permukiman) seharusnya dirancang menjadi kota yang waspada terhadap bencana. Hal itu bertujuan guna mengantisipasi dan memitigasi berbagai bencana alam seperti banjir, rob, gempa bumi, tsunami, dll., maka dari itu sebuah kota dalam perencanaan ruangnya harus dibangun dengan mengalokasikan lebih banyak ruang terbuka hijau. Hal ini berarti taman atau ruang terbuka hijau harus dapat difungsikan sebagai ruang evakuasi bencana, sekaligus sebagai tempat resapan air dan paru-paru kota. Tidak teraturnya bangunan di Kabupaten Labuhanbatu membuat tidak menariknya kawasan tersebut dan tidak meratanya tata lingkungan dan bangunan sehingga menyebabkan semakin besarnya ketidaknyamanan masyarakat dan semakin bertambahnya kesenjangan sosial.

Hal ini disebabkan tidak adanya sebuah peraturan yang secara detail mengatur dan mengikat masyarakat maupun pemerintah pengguna bangunan dan lingkungan tersebut untuk mendesain serta membangun suatu bangunan dengan berbagai fungsi.

Hal ini akan bertambah buruk dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Labuhanbatu dalam kurun waktu lima tahun yang akan datang. Yang berarti kebutuhan akan bangunan dan lingkungan yang juga bertambah.

B. Pencapaian Penataan Gedung dan Bangunan

(22)

22 | b a b 4 1. Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di

Kabupaten Labuhanbatu

RPJMD Kabupaten Labuhanbatu Periode 2006-2010, Misi 5 Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Aparatur dan Pelayanan Publik. Yaitu dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur dikawasan permukiman di pedesaan, meningkatnya pemenuhan kebutuhan hunian yang layak terutama bagi masyarakat miskin, serta terkendalinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu, Kebijakan meningkatkan penataan dan penyehatan lingkungan pemukiman serta penyediaan prasarana dan sarana permukiman, dilaksanakan dengan strategi perbaikan dan peningkatan prasarana kesehatan lingkungan permukiman dan pembinaan lingkungan sehat, dengan program pengembangan sarana dan prasarana permukiman. Kebijakan melaksanakan pembangunan di kawasan tertinggal, dilaksanakan dengan strategi peningkatan aksesibilitas kekawasan tertinggal dan meningkatkan sarana dan prasarana kebutuhan dasar, dengan program pengembangan sarana dan prasarana transportasi, program pembangunan perkotaan dan pedesaan, dan program pembangunan kawasan tertinggal.

2. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Sasaran (output) dari penataan gedung dan lingkungan adalah:

 Terbentuknya suatu Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Dibuatnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), berupa taman kota, hutan kota,

jalur hijau bantaran jalan dan sungai, dan padang atau bukit rumput;  Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional

dan efisien;

 Menyelenggarakan penataan lingkungan agar produktif dan berjati diri;  Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan

agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;

(23)

23 | b a b 4 4.2.2.5 Rekomendasi

Dalam perencanaan RPIJM, maka untuk lima tahun yang akan datang, yang dibutuhkan oleh Kabupaten Labuhanbatu terutama wilayah studi Kota Rantauprapat adalah sebuah peraturan yang berkekuatan hukum guna mengatur seluruh tipe bangunan yang akan dibuat berdasarkan fungsinya masing-masing, sehingga para masyarakat maupun pemerintah itu sendiri sudah memiliki acuan tata cara maupun persyaratan dalam membangun sebuah bangunan.

4.2.2.6 Program Yang Diusulkan

A. Usulan Dan Prioritas Program

Dalam penataan bangunan kota Rantauprapat, program yang diusulkan berupa: − Pengaturan KDB dan KLB bangunan terutama untuk KLB bangunan diatas 2

tingkat;

− Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; − Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

− Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung;

− Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB);

− Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); − Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH).

4.2.3 RENCANA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (PLP)

4.2.3.1 Sub – Bidang Air Limbah

4.2.3.1.1 Kondisi Umum

(24)

24 | b a b 4 Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya.

Kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dalam pengelolaan sistem penyaluran air limbah kota, adalah sebagai berikut :

1. Secara bertahap sistem pembuangan air limbah baik limbah rumah tangga, maupun limbah industri akan di arahkan pada sistem saluran tertutup. 2. Pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi akan diprioritaskan

untuk mendapatkan jaringan pelayanan terlebih dahulu.

3. Pembangunan kawasan perumahan baru, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta harus disertai dengan pembangunan saluran pembuangan air limbah.

4. Industri – industri yang telah ada maupun yang akan dibangun harus memiliki Waste Water Treatment pada skala tertentu sesuai jenis industrinya.

4.2.3.1.2 Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

Di Kabupaten Labuhanbatu sebagian besar pembuangan air limbah tinja manusia penduduk sudah menggunakan jamban dari semi permanen sampai permanen untuk pembuangannya, sebagian sudah menggunakan dengan resapan septik tank yang terletak di belakang bangunan rumah.

Pembangunan dan pengelolaan air limbah terpadu (komunal) di Kabupaten Labuhanbatu diperlukan khususnya untuk lingkungan permukiman padat dengan kondisi kumuh.

Dari hasil survey ditinjau dari jenis sanitasi di peroleh data bahwa 70% penduduk menggunakan jamban dengan septik tank, 20% jamban dengan riol langsung kesaluran drainase tanpa pengolahan, 10% menggunakan jamban dengan cubluk yang terdapat dipermukiman kumuh.

(25)

25 | b a b 4 1. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Pembuangan air limbah rumah tangga yang berasal dari air sabun, cucian, industri rumah tangga dan kotoran manusia yang pembuangannya langsung ke saluran drainase dapat menimbulkan bau tidak sedap, masyarakat yang menggunakan sumur bor dan sumur gali sebaiknya septik tank berjarak 10 m dari sumur, hal ini dikarenakan apabila sumur berdekatan dengan septik tank maka air meresap dari septi tank akan bercampur dengan air sumur.

Pembuangan limbah pabrik ke sungai yang tidak dikelola yang mengandung bahan kimia berbahaya dapat mencemari air sungai, sementara sebahagian penduduk yang bermukim di daerah pinggir sungai menggunakan air sungai sebagai kebutuhan sehari-hari.

Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.

2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

Sistem pembuangan air limbah di Labuahanbatu pada umumnya menggunakan jamban dengan septik tank, dari data yang diperoleh dari Puskesmas Kota dari jumlah IKK 4665, 90 % sudah mempunyai jamban sementara untuk pengolahannya bahwa 70 % penduduk menggunakan jamban dengan septik tank, 20 % jamban dengan riol langsung ke saluran drainase tanpa pengolahan, 10 % menggunakan cubluk pembuangannya langsung ke sungai. Untuk kawasan perumahan pembangunan septik tank 2 : 1, artinya untuk setiap 2 rumah dibangun 1 septik tank dengan kapasitas 4 m3 .

Septik Tank Sumur

(26)

26 | b a b 4 Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai masih ada yang melakukan buang air besar (BAB) di sembarang tempat hal ini dikarenakan belum mempunyai jamban, pendapatan masyarakat kategori rendah sehingga tidak mempunyai dana untuk membuat jamban. Untuk itu diperlukan MCK dengan sanitasi air limbah berbasis masyarakat untuk permukiman padat katergori kumuh dan masyarakat yang berada di pinggir sungai.

4.2.3.1.3 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolan Air Limbah

Di Labuhanbatu sarana pengangkutan truk tinja sebanyak 2 unit mobill truk tinja tetapi hanya 1 yang berfungsi dengan kapasitas 2000 liter dengan pembuatan tahun 1991 kondisi mobil truk tinja ini sendiri masih layak.

Truk tinja ini melayani air limbah RSU, pertokoan, perkantoran, permukiman penduduk yang berada di perkotaan. Untuk pembuangan limbah tinja berada di Parlayuan Kecamatan Padang Matinggi, ini juga merupakan tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Bak pembuangan air limbah terbuat dari beton dengan kapasitas 12 m3 yang dikelola oleh Dinas Pasar dan Kebersihan dengan biaya retribusi 210.000/lobang. Kabupaten Labuhanbatu belum memiliki pengelolaan lumpur tinja dikarenakan biaya yang ada terbatas dan lahan yang tersedia juga terbatas. Dikota Kabupaten Labuhan terdapat 4 rumah sakit yaitu:

Gambar IV.7

Mobil Truk Tinja Kapasitas 2000 L

(27)

27 | b a b 4 − RS. Harapan Bunda terletak di Jl. Siringo-ringo, dengan sistem sanitasi septik

tank, produksi air limbah 2,65 m3 / hari.

− RS. Ibu dan Anak ”Dokter takdir” terletak di Jl. Siringo-ringo, dengan sistem sanitasi septik tank, produksi air limbah 3,05 m3 / hari.

− RS. Kasih Ibu terletak di JL. Torpisangmata, dengan sistem sanitasi septik tank, produksi air limbah 2,85 m3 / hari.

− RS. Umum di Jl. Dewi Sartika, dengan sistem sanitasi septik tank, produksi air limbah 7,2 m3 / hari.

Kecamatan Rantau Utara dari jumlah rumah tangga yang mencapai 4.665 jumlah rumah tangga yang jamban dengan septik tank berjumlah 3965 KK yang terdiri dari Kelurahan Rantauprapat, Sirandorung, Siringo-ringo, Kartini, Cendana, Binaraga, Padangbulan, Aek Paing, padang Matinggi, Pulo Padang. Untuk Kecamatan Rantau Selatan dari jumlah rumah tangga yang mencapai 11.177 jumlah rumah tangga yang memiliki jamban dengan septik tank sebanyak 6346 KK yang terdiri dari Kelurahan Urung Kompas, Sioldengan, Bakaran batu, ujung Bandar, Labusona, Perdamean, Sigambal, Dano Bale dan Siderejo. Dari data diatas diperoleh bahwa Kelurahan Sigambal masih banyak yang belum menggunakan septik tank sebagai resapan.

4.2.3.1.4 Permasalahan yang dihadapi

(28)

28 | b a b 4 A. Sasaran pengelolaan Prasarana dan Sarana Air limbah

Sasaran pengembangan sistem air limbah adalah untuk mencegah menurunnya kualitas air tanah dangkal, kualitas air permukaan (saluran drainase, anak sungai, sungai) dan gangguan kesehatan masyarakat.

Penanganan air limbah rumah tangga masih dapat dilakukan secara setempat dengan sarana seperti septic tank dan cubluk yang dibangun secara swadaya/swakelola masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Pembangunan dan pengelolaan air limbah belum terarah dan terpadu, masih adanya pembuangan limbah ke saluran drainase dan menyatu dengan air limpasan drainase. Apabila saluran drainase meluap diakibatkan karena curah hujan yang tinggi dan buangan air limbah sementara dimensi saluran tidak bisa menampung volume air maka aka menimbulkan bau karena menyatunya atar air limbah dan air limpasan dan menjadikan lingkungan tidak sehat.

4.2.3.1.5 Analisa Permasalahan Sub – Bidang air Limbah

A. Analisa Permasalahan

Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka akan semakin besar pula jumlah limbah yang dihasilkan. Apabila masalah pengelolaan tidak diarahkan maka akan menjadi hal serius di masa yang akan datang. Semakin banyaknya jumlah air limbah yang dihasilkan dilihat lagi sistem pembuangan air limbah menyatu ke saluran drainase diperlukan pembangunan sistem pengelolaan air limbah terpadu. Sistem pembuangan limbah yang perlu ditingkatkan yaitu jamban dan cubluk dengan resapan septik tank dan pembuangan tanah kosong dan sungai.

B. Alternatif Pemecahan Persoalan

Penanganan air limbah industri wajib menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang pengawasannya dilakukan oleh Bappedalda Kabupaten Labuhanbatu.

(29)

29 | b a b 4 lumpur septic tank berupa truck tinja perlu disiapkan Pemerintah Kabupaten disertai dengan prasaran Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), jalan masuk, dan infrastruktur pendukung lainnya pembangunan IPLT dapat satu lokasi dengan TPA Sampah.

Berdasarkan Revisi RUTR Kota Rantauprapat sistem penanganan air limbah di Kota Rantauprapat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Sistem Penanganan Air Limbah Untuk kabupaten labuhanbatu

No. Penggunaan Lahan Sistem Air Limbah Pembuangan Akhir

1. Permukiman Septic tank Saluran Drainase, IPLT

2. Industri Septic tank dan IPAL Saluran Drainase, IPLT

Sungai

3. Niaga/Perkantoran Septic tank Saluran Drainase, IPLT

4. Permukiman Miskin

Penanganan air limbah terkait juga dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat oleh karena itu analisis kebutuhan juga harus mempertimbangkan faktor ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka analisis kebutuhan yang diperlukan adalah :

Jaringan air limbah

Perbaikan jaringan air limbah terutama untuk pembuangan air limbah pada kawasan perkotaan, ini juga menghindari terjadinya buangan air limbah pada saluran drainase.

Kendaraan pengangkut tinja

(30)

30 | b a b 4

Pembanguna IPLT

Semakin meningkatnya jumlah penduduk serta jumlah limbah yang di buang untuk menghindari terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh limbah maka tersedianya instalasi pengolahan limbah terpadu yang dapat dimanfaatkan secara optimal menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan.

4.2.3.1.7 Sistem Prasarana Yang Diusulkan

A. Usulan dan Perioritas Program

Usulan dan prioritas program pengolahan air limbah antara lain: 1. Pengolahan air limbah disusun berdasarkan masterplan;

2. Pembangunan prasarana dan sarana berbasis masyarakat terutama untuk kawasan kumuh dan berpendapatan rendah (miskin);

3. Peningkatan pelayanan air limbah untuk kawasan RSH dan masyarakat berpenghasilan rendah;

4. Pembangunan IPLT yang baru yang terletak di Kelurahan Aek Paing.

B. Pembiayaan Pengelolaan

Untuk mendukung pengembangan sanitasi limbah pemerintah Kabupaten Labuhanbatu pendanaannya berasal dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat.

4.2.3.2 SUB – BIDANG PERSAMPAHAN

4.2.3.2.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

A. Umum

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no.18 Tahun 2008 Tentang Persampahan, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

(31)

31 | b a b 4 1. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan

Kabupaten Labuhanbatu

Berdasarkan RTRW Strategi pengembangan sistem infrastruktur pengendali banjir, drainase, irigasi dan persampahan, yaitu:

 Pengembangan jaringan infrastruktur pendukung di pusat-pusat sekunder dan tersier di seluruh wilayah Sumatera Utara dalam upaya untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah dan di wilayah- wilayah rawan banjir;

 Memperluas skala pelayanan infrastruktur dalam upaya untuk mendesentralisasi perkembangan wilayah dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan Renstra Kabupaten Labuhanbatu dalam arah kebijakan, strategi dan program dalam bidang lingkungan hidup, yaitu:

Kebijakan meningkatkan pencegahan, pengendalian kerusakan maupun pencemaranlingkungan hidup, dilaksanakan dengan strategi meningkatkan pengetahuan masyarakat dan meningkatkan pengawasan terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Berdasarkan Keputusan Dirjen PU Cipta Karya tentang Program Pengurangan Timbulan Sampah, yaitu:

a. Target :

− Pengurangan volume sampah sejak dari sumber melalui peningkatan upaya pemilahan, pemanfaatan, daur ulang sampah dan pembuatan kompos dengan skala individu, kawasan/lingkungan dan skala kota,

− Target disesuaikan dengan kondisi daerah namun tetap mengacu pada target nasional (tahun 2010 sebesar 20 %). b. Strategi Pendekatan: Kampanye dan gerakan moral, uji coba dan

replikasi,

(32)

32 | b a b 4 d. Kontribusi Daerah: dukungan penyediaan prasarana dan sarana pengolahan sampah serta pemberian insentif bagi pihak-pihak yang berhasil melakukan pengurangan sampah.

4.2.3.2.2 Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Sampah Saat Ini

Pada saat ini penanganan sampah di Kabupaten Labuhanbatu ditangani oleh Dinas Pasar dan Kebersihan untuk penanganan di Kabupaten Labuhanbatu. Instansi tersebut mengumpulkan sampah dengan pola door to door, yaitu mengangkat sampah dari pintu ke pintu rumah tangga yang terlebih dahulu sudah dikumpulkan di dalam tong sampah maupun bin sampah dan bak-bak sampah yang kemudian di masukkan ke dalam dump truk yang selanjutnya diangkut ke TPA di Parlayuan Kelurahan Padang Matinggi. Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan setiap harinya. Truk yang beroperasi mulai dari jam 08.00 WIB – 14.00 WIB.

TPA itu sendiri masih menggunakan pola pengolahan dengan sistem open dumping. Dampak negative yang timbul dari system pengolahan sampah yang ada pada saat ini adalah tidak tertanganinya timbunan sampah dalam jangka panjang apabila pengolahan masih menggunakan system open dumping.

Gambar

(33)

33 | b a b 4 A. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan

Yang Ada (Aspek Teknis)

Sistem pengelolaan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu saat ini meliputi:

1. Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Sumber sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga per hari adalah 4-6 Liter, angka tersebut dihitung dari kapasitas tong sampah yang disediakan. Cakupan pelayanan yang terlayani oleh Dinas Pasar dan Kebersihan sudah mencakup seluruh pasar yang ada di Kabupaten Labuhanbatu, sedangkan untuk cakupan pelayanan Badan Pengelola Kawasan Kota Rantauprapat sudah melayani seluruh wilayah pusat kota dan 50 % wilayah pinggiran kota.

2. Sistem Prasarana Persampahan

Prasarana yang ada untuk sistem persampahan Kabupaten Labuhanbatu berupa TPS berjumlah 14 untuk daerah pusat kota tidak termasuk beberapa TPS liar. 8 (delapan) buah TPS adalah berupa tanah terbuka, 2 (dua) TPS berupa bin, dan 2 (dua) TPS berupa bak pasangan batu bata. Untuk TPS daerah pasar terdapat 4 (empat) buah bin yang 2 (dua) bin terdapat di pasar lama dan pasar baru Rantauprapat.

Untuk pembuangan akhir (TPA) berlokasi di Parlayuan, TPA ini menampung sampah dari wilayah Kota Rantauprapat termasuk pasar lama dan pasar baru, juga menampung sampah yang berasal dari Pekan Merbau, Pasar Aek Nabara dan ruko di sekitarnya, Pasar Negeri Lama, Pekan Ajamu dan Pekan Tanjung Halaban. TPA ini menampung sampah 18 – 24 m3/hari.

(34)

34 | b a b 4 Tabel. 4.3

Prasarana dan Sarana Persampahan Kabupaten Labuhanbatu

No

Pengadaan Kondisi Ket.

1. Pewadahan

3. Penampungan Sementara

a. Transfer depo - - - -

Sumber : Hasil Analisa Konsultan

3. Pola Penanganan Sampah

Pola penanganan sampah bervariasi untuk rumah tangga dan pasar.

Untuk penanganan sampah rumah tangga dimulai dari pewadahan melalui tong sampah kemudian pengumpulan ke dalam dump truck lalu pengangkutan ke TPA.

(35)

35 | b a b 4 Gambar Bagan 1.1

Diagram Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten Labuhanbatu

4.2.3.2.3 Permasalahan Yang Dihadapi

A. Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah

Dalam penyediaan prasarana sampah terutama untuk penyediaan TPA diharapkan dapat disediakan lahan baru, khususnya untuk lahan pengganti TPA Parlayuan. Hal ini mengingat umur TPA yang sudah lebih dari 10 tahun menyebabkan daya tampung sudah tidak memungkinkan lagi untuk 5 (lima) tahun yang akan datang. Dan juga diharapkan agar dibuatnya sistem pengolahan komposter di lahan TPA baru tersebut.

PLAZA, HOTEL RUMAH PENDUDUK PASAR

TONG SAMPAH

T P S

(Bin, Amroll, Pas, Bata)

TRUCK SAMPAH

T P A

Diolah dengan Sistem open dumping

menggunakan loader

Diangkut oleh

Diangkut ke

Pewadahan

Pengangkutan

=

(36)

36 | b a b 4 Untuk sasaran sarana persampahan, diharapkan penyediaan loader untuk TPA yang lebih baik, mengingat pada saat ini loader sudah dalam keadaan rusak.

Juga diharapkan agar pelayanan pengangkutan sampah di Kabupaten Labuhanbatu lebih merata dan menjangkau daerah pinggiran kota termasuk daerah yang belum terlayani oleh pengangkutan sampah.

Dari hasil proyeksi produksi sampah berdasarkan jenis fasilitas di Kota Rantauprapat, diketahui bahwa pada tahun 2010 adalah jumlah sampah dengan produksi terendah yaitu sebesar 63 m3/l/hari, sedangkan sampah produksi sampah terbesar berada di tahun 2012 yaitu sebesa 33.722 m3/l/hari.

B. Masalah

Pengelolaan sampah dengan penggunan dump truck langsung ke sumber sampah seperti yang dikembangkan saat ini memiliki kendala sebagai berikut:

 Sulit melayani permukiman padat pada jalan-jalan lingkungan yang relatif sempit untuk dilalui truck sampah.

 Pengumpulan sampah menggunakan truck akan cenderung mengurangi efektifitas pengangkutan sampah sampah sehingga ritasi perhari ke TPA berkurang.

Dalam penentuan lahan TPA baru, belum dapat direalisasikan karena tidak tersedianya lahan yang memenuhi persyaratan suatu lahan TPA di sekitar Kota Rantauprapat. Hanya ada tersedia lahan di luar Kota Rantauprapat, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak baik dari segi transportasi pengangkutan maupun dari segi jumlah personel dan armada.

(37)

37 | b a b 4 4.2.3.2.4 Permasalahan Sub – Bidang Persampahan

A. Analisa Permasalahan

Permasalahan yang ada saat ini adalah kurangnya biaya yang diterima oleh daerah dalam APBD, sehingga menyulitkan Dinas Pasar dan Kebersihan serta Badan Pengelola Kawasan Kota Rantauprapat untuk merealisasikan program-program kebersihan dan persampahan, serta pada saat ini akan diadakannya pemekaran Badan Pengelola Kawasan Kota Rantauprapat bagian kebersihan, sehingga belum adanya program-program khusus yang diusulkan.

Dari masyarakat sendiri, belum adanya kemauan untuk mengurangi pemakaian sampah non organik, terutama dari makanan instan, hal ini akan menyebabkan semakin besarnya timbunan sampah yang berdampak pada sulitnya usaha reduce. Serta belum adanya pemisahan antara sampah organik dan organik pada sistem pewadahan menyebabkan sulitnya usaha recycle.

Tidak meratanya pengangkutan sampah di Kabupaten Labuhanbatu juga menyebabkan tidak teraturnya timbulan sampah di TPS-TPS yang tersedia, bahkan hal ini juga menyebabkan banyaknya TPS liar.

B. Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif yang dapat digunakan dalam masalah persampahan di Kabupaten Labuhanbatu adalah dengan mensosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat untuk memisahkan sampah organik dan non organik dalam suatu wadah pembuangan yang berbeda (reduce), kemudian pemerintah dan bekerjasama dengan stakeholders melaksanakan integrasi dan koordinasi mengenai suatu peraturan yang mengatur mengenai hal tersebut. Serta penggunaan sampah yang masih dapat dimanfaatkan seperti penggunaan kertas timbal-balik dan penggunaan kembali botol minuman air mineral (reuse).

(38)

38 | b a b 4 Sedangkan alternatif untuk Pengembangan sistem sampah secara “ Off Site System “ kemungkinan akan lebih efisien dilakukan dengan pengembangan sebagai berikut:

 Pengumpulan sampah menggunakan becak sampah atau gerobak sampah pada wilayah yang sulit dilalui oleh truck sampah.

 Penyediaan lokasi transfer sampah dari becak/gerobak ke truck sampah untuk lokasi permukiman padat yang tidak dapat dilalui truck sampah.

4.2.3.2.5 Rekomendasi

Mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan pengelolaan persampahan maka perlu diupayakan penambahan dana kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi untuk membantu pendanaan penyediaan Pembuangan Sementara persampahan di Kabupaten Labuhanbatu.

Peran serta masyarakat juga perlu dalam menangani masalah persampahan ini yaitu dengan dimulai dari sakla individual rumag tangga. Teknik reduksi sampah ini dikenal dengan nama metoda 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Penerapan metoda 3R ini anytara lain :

1. Reduce

− Untuk pembelian produk-produk, tidak perlu meminta bungkusan ganda, sudah masuk kardus tidak perlu dibungkus lagi dengan kertas, kemudian masuk ke dalam kantong plastik.

− Memilih produk yang kemasannya cenderung menimbulkan sampah paling kecil/sedikit.

2. Reuse

− Menghindari pemakaian produk sekali pakai, misal dengan baterai yang dapat diisi kembali (recharge), penggunaan pena/ballpoint yang dapat diisi lagi (refill).

− Menggunakan kembali botol-botol tempat minyak atau bahan makanan. − Menggunakan wadah yang dapat dipakai berulang kali.

3. Recycle

(39)

39 | b a b 4 − Menjual atau menyumbangkan barang-barang yang tidak dipakai, kepada

orang yang memerlukan.

− Pinjam meminjam atau sewa-menyewa barang-barang yang jarang pemakaiannya, seperti meja kursi pesta.

Secara berkelompok (komunal), masyarakat dapat ikut berperan dalam pengelolaan sampah skala lingkungan, misalnya :

1. Reduce

− Memberi kemasan hanya untuk produk yang benar-benar memerlukan bungkus atau kemasan, dan menghindari pemberian bungkus sebagai penghias.

− Menyediakan jaringan informasi dengan komputer, tanpa terlalu banyak kertas yang setelah dibaca akan dibuang.

2. Reuse

− Memakai halaman belakang kertas untuk surat-surat di kantor.

− Membudayakan pemakaian kantong belanja yang dapat digunakan berulang-ulang.

3. Recycle

Pendirian UDPK ( Usaha Daur Ulang dan Pembuatan Kompos ), yang sangat tinggi manfaatnya dalam mereduksi timbulan sampah.

4.2.3.2.6 Sistem Prasarana yang di Usulkan

Dalam sektor persampahan, untuk lima tahun yang akan datang hendaknya dilakukan:

1. Pembuatan TPA baru dengan penerapan teknologi sanitary Lanfill; 2. Peningkatan kinerja TPA Perlayuan menjadi TPA sisitem sanitari landfill; 3. Penambahan titik-titik lokasi TPS baru, terutama untuk menampung sampah

dari kawasan kumuh, dan kawasan padat penduduk.

4. Perbaikan loader, dimana pada saat ini loader yang sudah ada dalam keadaan rusak;

(40)

40 | b a b 4 7. Penambahan personil pengangkut sampah terutama untuk mengangkut sampah di daerah pinggiran kota seperti Kelurahan Siringo-Ringo, Kelurahan Sioldengan, Kelurahan Sirandorung, dan Kelurahan Bakaran Batu;

8. Inventaris peralatan pengangkut sampah.

4.2.3.3 Sub – Bidang Drainase

4.3.3.3.1 Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan

A. Umum

Pertumbuhan penduduk dan penduduk yang cepat menimbulkan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahterbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.

Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai.

Hal-hal tersebut di atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun, dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, polder-polder, pompa-pompa, pintupintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut. Jadi dampak pembangunan perkotaan, yang dasarkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk dapat pula menimbulkan masalah misalnya di bidang drainase.

(41)

41 | b a b 4 Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Pada saat ini banyak terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran secara keseluruhan, kurang menyadari bahwa pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan) saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar sistem pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik. Masalah-masalah tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu sistem drainase yang baik, membuat perencanaan terinci (DED), melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sub-bidang drainase adalah:

1. Sebagai program pedoman/panduan dalam penyusunan program penanganan drainase.

2. Penyiapan program penanganan drainase dengan sasaran individu/kelompok/institusi terlibat langsung dalam penyelenggaraan pembangunan drainase.

C. Arah Kebijakan Penanganan Drainase

(42)

42 | b a b 4 Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi sehingga dimensi saluran lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah sumbersumber air baku. Penanganan drainase juga harus memakai pendekatan sistem, tidak secara parsial, parameter-parameter teknis ditentukan faktor alam setempat. Berdasarkan isu permasalahan strategis dibidang drainase, maka dirumuskan suatu sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan dicapai dan diwujudkan dalam pengembangan bidang drainase di masa yang akan datang.

Sasaran kebijakan pengembangan drainase adalah sbb:

1. Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir, efisien, efektif dan terpadu.

2. Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

3. Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat genangan dan bencana banjir.

D. Isu-isu Strategis dan Permasalahan

Isu-isu kemungkinan mencakup: 1. Kecenderungan perubahan iklim

Kecenderungan perubahan iklim yang terjadi menyebabkan daerah dataran rendah ataupun kawasan pinggir sungai yang dilalui sungai besar dan terpengaruh pasang surut. Perubahan iklim tersebut antara lain curah hujan yang relative tinggi dan dalam jangka waktu yang cepat muka air laut pasang cenderung lebih tinggi.

2. Perubahan Fungsi Lahan Basah.

Akibat kebutuhan lahan yang sangat besar untuk pengembangan permukiman, industri kurang terkendali dan tidak sesuai dengan RTRK yang berdampak rendahnya kemampuan drainase untuk mengeringkan kawasan.

(43)

43 | b a b 4 Pengendalian debit puncak terutama pada daerah-daerah yang padat bangunan dan relatif rendah sehingga mengurangi daerah peresapan. Pertambahan penduduk yang semakin meningkat serta tuntutan akan kawasan yang bersih dan sehat menyebabkan pelayanan dan sarana drainase perlu ditingkatkan.

E. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase

Dalam rangka pengelolaan drainase maka Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu mengambil kebijakan:

1. Peningkatan sistem drainase untuk mengurangi wilayah genangan di perkotaan seperti normalisasi dan pembangunan saluran drainase beton. 2. Peningkatan kualitas kawasan permukiman dalam rangka menjada kesehatan lingkungan permukiman dan kuantitas air tanah melalui pengembangan sumur resapan.

3. Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan saluran drainase.

4.2.3.3.2 Profil Drainase

A. Gambaran Umum kondisi Sistem Drainase

Dilihat dari kondisi topografisnya bergelombang daerah selalu tergenang pada saat musim hujan terutama daerah dataran rendah.

Di Labuhanbatu di sebelah timur kota, kemiringan lereng rata-rata adalah sekitar 20º, bagian utara serta sebagian bagian timur rata-rata mempunyai kemiringan 10º sering terjadi genangan yaitu Kelurahan Sioldengan, Kelurahan Padang Bulan dan Kelurahan Binaraga yang dipengaruhi oleh meluapnya sungai Bilah, sungai ini meluap apabila curah hujan yang tinggi terus menerus.

(44)

44 | b a b 4 Saluran primer Jl. A. Yani yang terbangun tidak dapat berfungsi menyalurkan genangan di lingkungan permukiman maupun jalan. Hal ini disebabkan antara lain:

1. Saluran banyak difungsikan penduduk untuk buangan tinja serta sampah rumah tangga, akibatnya saluran tersumbat.

2. Bangunan saluran primer masih ada yang berkondisi tanah dan dangkal masih perlu normalisasi.

3. Konstruksi bangunan primer lebih tinggi dari permukaan tanah, sehingga air tergenang di permukiman tidak dapat di tampung dan disalurkankan oleh saluran primer tersebut

Gambar

Contoh Saluran Drainase di Kota Rantauprapat

 Gambar atas merupakan salah satu contoh saluran drainase yang ada di Kota Rantauprapat, saluran ini banyak terdapat sampah dan sedimentasi. Pada saat musim hujan saluran ini tergenang.  Untuk gambar bawah merupakan saluran

drainase di ruas Jl. Ahmad Yani perlu pembangunan saluran drainase beton

Gambar

(45)

45 | b a b 4 Berdasarkan kondisi dan permasalahan tersebut, maka masa mendatang dalam kurun waktu 5 tahun mendatang (berdasarkan RPIJM) rencana pembangunan diarahkan sebagai berikut:

1. Normalisasi sungai aek tapa dan sirandorung 2. Normalisasi dan peningkatan saluran yang ada

3. Membangun baru saluran kiri dan kanan drainase di setiap lingkungan yang belum ada.

B. Aspek Kelembagaan

Pembangunan saluran drainase perkotaan di Kota Rantauprapat di tangani oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang. Melihat dari luasnya wilayah Kabupaten Labuhanbatu maka untuk masalah pengelolaan drainase ditangani oleh setiap kecamatan dari hasil musrenbang.

C. Aspek Pendanaan

Dalam sektor drainase di Kota Rantauprapat dana berasa dari APBD dan APBN mengingat keterbatasan dana maka Pemerintah Kabupaten labuhanbatu mengusulkan bantuan dana dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi.

D. Aspek Peran Serta Masyarakat

Untuk memelihara fungsi saluran drainase partisipasi masyarakat dibutuhkan dalam mengelola prasarana drainase seperti:

− Tidak membuang sampah di saluran drainase;

− Ikut serta gotong royong dalam pengerukan saluran drainase; − Memberikan lahan untuk pelebaran saluran drainase, dsb.

Gambar

(46)

46 | b a b 4 4.2.3.3.3 Permasalahan Yang Dihadapi

A. Permasalahan Sistem Drainase Yang Ada

Dari hasil pengamatan dilapangan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab permasalahan drainase di Kota Rantauprapat yaitu:

1. Sebahagian saluran primer yang ada di Kota Rantauprapat terjadi longsoran, banyak sampah dan pengendapan sehingga aliran tersumbat yang menyebabkan air melimpah ke jalan permukiman.

2. Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana drainase yang ada, termasuk partisipasi masyarakat yang rendah hal ini terbukti dengan banyaknya sampah di saluran drainase.

3. Beberapa ruas jalan belum memiliki saluran drainase beton/saluran drainase masih alami.

4. Persiapan atau perencanaan sistem drainase kota belum ada sehingga tidak didukung suatu perencanaan yang menyeluruh.

Untuk wilayah genangan yang terjadi di Kota Rantauprapat akibat permasalahan diatas berdasarkan hasil survey di dapat beberapa titik genangan yang ada antara lain:

Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan masyarakat setempat untuk kelurahan Padang Bulan yang menjadi titik rawan banjir yaitu sekita Jl. Balai Desa yang disebabkan rendahnya wilayah dibandingkan saluran drainase dan saluran drainase tersebut tidak mampu lagi menampung limpasan air apabla curah hujan tinggi yang berkepanjangan.

Kelurahan Cendana

(47)

47 | b a b 4 Kelurahan Binaraga

Daerah banjir/genangan terjadi di sekitar Jl. Gajah Mada yang merupakan saluran primer tidak mampu menampung limpasan air, hal ini diakibatnya menyatunya air limpasan dari Pajak Baru dan masyarakat sekitar pembuangan limbah tinja dan cair langsung ke saluran drainase.

Gambar

Saluran Drainase Jl. Gajah Mada

Gambar di atas merupakan kondisi saluran drainase Jl. Gajah Mada, kalau di lihat secara visual saluran drainase tersebut tidak ada masalah (baik), tetapi berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar apabila curah hujan tinggi maka saluran tersebut akan meluap dan menggenangi daerah sekitar mencapai 30 cm.

B. Sasaran Drainase

Sasaran yang harus dicapai yaitu:

− Terciptanya lingkungan aman baik terhadap genangan maupun luapan sungai, banjir kiriman. Sesuai dengan RPIJM sasaran kedepan yaitu terbebasnya saluran drainase dari sampah sehingga mampu meningkatkan fungsi saluran drainase dan bekurangnya daerah genangan hingga 80 % dari kondisi saat ini.

− Memenuhi kebutuhan pelayanan drainase minimal bagi kawasan kota dan kawasan permukiman padat kumuh dengan pembangunan dan pengembangan saluran drainase (primer, sekunder dan tersier) serta normalisas saluran drainasei sesuai dengan persoalan yang dihadapi setiap daerah.

(48)

48 | b a b 4 4.2.3.3.4 Rumusan Masalah

Dari pengamatan di lapangan penyebab permasalahan yaitu:

1. Sistem drainase di beberapa ruas jalan tidak berfungsi sebagaimana msetinya.

2. Partisipasi masyarakat sangat rendah terhadap pemeliharaan saluran drainase sehinnga banyak terdapat sampah dan endapan di saluran drainase.

3. Kapasitas saluran tidak mencukupi

4. Dibeberapa ruas jalan saluran drainase masih ada konstruksi tanah. 5. Kurangnya dana untuk membangun saluran drainase.

4.2.3.3.5 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi

A. Analisa Kebutuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem drainase kota yakni: 1. Jumlah penduduk

2. Tingkat pertumbuhan penduduk 3. Kemiringan tanah

4. Perubahan lahan dari tahun ke tahun 5. Daya serap air

6. Curah hujan

Besarnya kebutuhan akan penanganan drainase baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun untuk pengembangan kota, ada beberapa alternatif penanganan masalah drainase yaitu:

1. Normalisasi Drainase

Normalisasi digunakan untuk saluran drainase yang tidak berfungsi akibat sedimentasi dan dimensi sauran tidak mampu menampung limpasan air. dalam hal ini diperlukan peningkatan kapasitas saluran yang ada tanpa merubah konstruksi saluran yang bersangkutan.

2. Peningkatan Saluran Drainase

(49)

49 | b a b 4 3. Pembangunan Saluran Drainase yang Baru

Pembangunan saluran drainase baru untuk wilayah

permukiman/perumahan yang baru yang belum mempunyai saluran drainase.

4. Penanganan terhadap permasalahan daerah genangan dengan melakukan perawatan, peningkatan kapasitas saluran drainase serta pembuatan saluran baru bagi daerah yang belum memiliki saluran drainase maupun saluran dari tanah.

B. Analisa Sistem jaringan Drainase

Belum adanya sistem jaringan terpadu dan terpola dengan baik membuat banyaknya sistem drainase yang tidak teratur di Kabupaten Labuhanbatu. Sehingga perlu pembuatan masterplan untuk penataan ulang sistem pengelolaan drainase.

Perlu dibangunnya sistem jaringan drainase yang baru untuk daerah pengembangan permukiman untuk mengantisipasi penyaluran limpasan air ke saluran drainase.

Bagan 1.2

Sistem Jaringan Drainase Saat Ini

C. Analisa ekonomi

Analisa ekonomi ini dilakukan untuk menilai prioritas dan dampak ekonomi yang dapat terjadi jika ada peningkatan dan pembangunan sistem drainase yaitu:

1. Pengaliran air drainase lebih terarah

2. Berkurangnya daerah genangan yang bermanfaat mengurangi kerugian yang diterima masyarakat.

3. Terlaksananya pergerakan ekonomi masyarakat. 4. Lalu lintas menjadi lancar.

5. Prasarana dan sarana jalan lebih terawat. Dll

(50)

50 | b a b 4 D. Alternatif Penyelesaian masalah

Beberapa alternatif penyelesaian masalah drainase di Kota Rantauprapat yaitu:

1. Pembuatan master plan sistem jaringan drainase kota

2. Pembangunan sistem jaringan drainase dengan mengabaikan sistem jaringan yang lama

3. Pembangunan jaringan drainase yang baru dengan memafaatkan jaringan drainase yang lama.

4. Pembangunan jaringan drainase yang baru dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Kota Rantauprapat.

E. Rekomendasi

Pembuatan Mater Plan sistem jaringan drainase dan menata ulang sistem jaringan drainase yang sudah ada terutama untuk daerah yang sering terjadi genangan. Pembangunan jaringan drainase yang baru berdasarkan pengembangan permukiman/perumahan secara bertahap.

Proses penataan dan pembangunan jaringan drainase dilakukan secara bertahap karena dana yang diperlukan sangat besar.

4.2.3.3.6 Sistem Drainase Yang Diusulkan

Usulan dan prioritas program yang diajukan harus dapat mencerminkan besaranan dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan pendanaanya.

Program yang diajukan berdasarkan struktur tataan ruang, penanganan drainase meliputi:

1. Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada 2. Pembangunan saluran yang baru

3. Program pengendalian banjir

(51)

51 | b a b 4 4.2.3.4 Rencana Investasi Pengembangan Air Minum

4.2.3.4.1 Kondisi Umum

Air bersih merupakan kebutuhan sehari-hari, dapat berasal dari sumur bor, sumur gali maupun dari air permukaan (sungai). Air bersih yang layak menjadi air minum yaitu tidak berasa, berbau ataupun mangandung zat yang dapat merubah rasa air tersebut dalam penyusunan RPIJM pengembangan air minum merupakan perioritas paling utama dikarenakan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka makin besar pula kebutuhan akan air minum. Penyediaan air minum sistem perpipaan penting bagi perkembangan Kabupaten Labuhanbatu khususnya didaerah pedesaan. Bukan saja untuk mengurangi bahaya penyakit yang ada akibat air tersebut tidak layak (kotor).

Kurangnya pelayanan air bersih didaerah pedesaan maupun kawasan perkotaan yang memiliki kawasan padat dan kumuh mempengaruhi kesehatan, gizi dan sanitasi. Selain menggunakan air yang diambil dari sumur gali atau mata air, dan ada di beberapa kecamatan yaitu Kec. Panai Tengah, Panai Hulu dan Panai Hilir memperoleh air bersihnya dengan cara membeli dari pihak swasta sebagai pengelolanya dengan harga yang relatif mahal bagi masyarakat sekitarnya. Kecamatan tersebut merupakan kawasan nelayan dimana hasil ikan berasal dari sungai yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk setempat, namun air sungai tidak dapat digunakan untuk air minum karena air sungai sangat keruh dan berbau amis tetapi penduduk menggunakan air sungai tersebut sebagai tempat aktifitas sehari-hari seperti menyuci, mandi bahkan di pakai sebagai tempat pembuangan karena masyarakat masih menggunakan jamban disekitar sungai.

(52)

52 | b a b 4 4.2.3.4.2 Gambaran Kondisi Pelayanan Air Minum

Sistem penyediaan air bersik di Kota Rantauprapat terdapat diterapkan dengan dua cara yaitu:

1. Dengan sistem perpipaan yaitu dengan menggunakan jaringan pipa distribusi dan sambungan rumah serta hidran umum.

2. Dengan sistem non-perpipaan yaitu berupa sumur gali, sumur pompa dengan sumber air baku dari air tanah dangkal.

Untuk sistem penyediaan dengan sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Tirta Bina yang berada di JL. WR. Supratman yang mempunyai 2 IPA yang melayani wilayah Kota Rantauprapat. IPA 1 berada di Jl. WR. Supratman, IPA 2 di Jl. Tirta Bina. IPA 1 memiliki 2 mesin pompa kapasitas 20 liter/detik sumber air berasal dari sungai bilah dan sumur bor, sedangkan IPA 2 memiliki 6 mesin pompa dengan kapasita 60 liter/detik.

(53)

53 | b a b 4 Tabel 4.4

Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan

No Uraian Satuan Sistem

Non-5 Jumlah Peamakaian domestic

dan Non domestic m³

Sistem non perpipaan merupakan penyediaan air minum yang dikelola oleh masyarakat. Di Kota Rantauprapat 40 % masyarakat menggunakan sumur bor dan sumur gali untuk mendapatkan air bersih. Kualitas air yang baik dan beberapa daerah yang tidak terlayani oleh PDAM merupakan faktor mengapa masyarakat menggunakan sumur bor dan sumur gali.

a. Aspek Teknis

Dari 19 kelurahan yang ada di Kota Rantauprapat 40 % menggunakan sumur gali dan sumur bor. Secara teknis untuk membuat sumur gali harus menggali dengan kedalaman 8 – 10 m, juga muka air tanah tinggi maka cepat mendapatkan air. Untuk sumur bor menggunakan pompa listrik dengan kedalaman 15 – 20 m.

b. Aspek Pendanaan

(54)

54 | b a b 4 c. Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Secara struktural tidak ada lembaga khusus yang menangani pengelolaan air bersih non perpipaan.

2. Sistem Perpipaan

Sistem perpipaan di kelola oleh PDAM Tirta Bina. Sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin besar pula kebutuhan akan air bersih. untuk itu PDAM Tirta Bina akan menambah tingkat pelayanan dengan sambungan langsung baik domestik maupun non domestik.

a. Aspek Teknis

Sumber air baku terdiri dari:

1. Air tanah dalam dengan pembuatan sumur bor. Sumur bor yang ada pada PDAM Tirta Bina mempunyai kapasita 5 liter/detik yang berada di beberapa kelurahan secara teknis pembuatannya disambungkan dengan pipa transmisi PDAM Tirta Bina.

2. Air permukaan yang disadap dari sungai Bilah yang mempunyai debit aliran 30 m3/detik. dibangun pada tahun 1983 dengan kapasitas 5 liter/detik dengan penyadapan air menggunakan pipa diameter 3 inci dengan perpompaan.

Untuk sumber air yang berasal dari sumur bor yang terdapat di beberapa kelurahan seperti Kelurahan Urung Kompas, Kelurahan Ujung Bandar, Kelurahan Sigambal, Kelurahan Bakaran Batu, belum memiliki pengelolaan air (reservoir dan filter), air yang disadap langsung dialirkan ke konsumen. Sementara untuk sumber air baku yang berasal dari air permukaan sungai Bilah, air disadap kemudian di beri larutan tawas guna memisahkan air dengan lumpur kemudian diolah hingga akhirnya air tersebut dikategorikan aman (tidak mengandung zat berbahaya) dan didistribusikan ke Konsumen.

(55)

55 | b a b 4 Tabel 4.5

Dafter Panjang Pipa Transmisi/Distribusi PDAM Tirta Bina

No Tahun

Sumber : PDAM Tirta Bina Rantau prapat

b. Aspek Pendanaan

Sistem pengelolaan dan pengembangan air minum yang dikelola oleh PDAM Tirta Bina sistem pendanaan berasal dari APBN yang berupa pembangunan reservoir, bangunan intake (penyadap), untuk distribusi seperti jaringan pipa pendistribusian ke penduduk berasal dari APBD, dan dana retribusi dari PDAM.

(56)

56 | b a b 4 Berikut ini merupakan tarif distribusi PDAM Tirta Bina berlaku tahun 2007.

Tabel 4.5

Tarif Air Minum PDAM Tirta Bina Labuhanbatu Tahun 2007

No. Jenis Sambungan Pemakaian (m3) Tarif Air/m3 (Rp)

Instansi Pemerintah 0 s/d 10 1.960

11 s/d dst 2.840

4 Biaya pemeliharaan meter

- Kelompok I - 2,500/bulan

4.2.3.4.3 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang terjadi di Kota Rantaupratat antara lain:

1. Kapasitas instalasi pengolahan yang ada terlalu kecil tidak mencukupi akan kebutuhan yang ada

2. Tingkat pelayanan masih rendah 3. Tingkat kebocoran mencapai 34,28 %

4. Jam pelayanan di beberapa daerah tidak 24 jam.

(57)

57 | b a b 4 6. Masalah-masalah teknis dalam kaitannya dengan produksi, seperti kondisi konstruksi dan peralatan dengan kualitas rendah dan relative sudah tua yang mengakibatkan kebocoran atau rembesan dari luar pipa sehinga membuat kualitas air terganggu kadang hitam berlumpur dan tekanan yang sangat rendah sehinga masyarakat harus memakai pompa langsung ke pipa.

7. Air yang didistribusikan kepada masyarakat tidak kontinu mengingat pompa distribusi dari WTP head lossnya sudah menurun karena pompanya sudah kadaluarsa.

4.2.3.4.4 Analisa

A. Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum

1. Analisis Kondisi Pelayanan

Kota Rantauprapat yang terlayani oleh PDAM Tirta Bina berkisar 60 % dari jumlah IKK yang ada. Hal ini dikarenakan terbatasnya jaringan distribusi dan kapasitas air baku sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan sumur bor dan sumur gali untuk memenuhi kebutukan akan air bersih.

2. Analisis Kebutuhan Air

Analisa ini dilakukan untuk memperlihatkan kebutuhan dasar serta kebutuhan pengembangan dengan memperhatikan teknologi serta standart yang ada, serta berdasarkan dari data jumlah penduduk dan kebutuhan air bersih rata-rata perliter/hari/orang sehingga didapat jumlah kebutuhan air domestik dan nondomestik.

(58)

58 | b a b 4 TABEL. 4.7

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH TAHUN 2009-2013

No Uraian

II Kec. Rantau Selatan

Lobusona 3.274 393 79 7.037 844 169 20.812 2497 499

(59)

59 | b a b 4 3. Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum

Untuk pusat kota sebagai pusat kegiatan pemerintahan, niaga dan permukiman dengan kepadatan tinggi direncanakan sistem penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dengan sumber air baku dari Sungai Bilah.

Untuk wilayah permukiman pada topografi tinggi dan dengan kemiringan tinggi, wilayah dengan air tanah dangkal kurang baik (tinggi kadar Fe), direncanakan sistem penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dengan sumber air baku dari Sungai Bilah.

Untuk wilayah permukiman yang relatif jauh dari sumber air baku Sungai Bilah tetapi membutuhkan pelayanan PDAM Tirta Bina direncanakan sistem penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dengan sistem air baku dari sumur bor air tanah dalam.

Untuk wilayah permukiman dengan kepadatan rendah dimana jarak sumur gali dengan septic tank masih dapat > 15 m dapat menggunakan air tanah dangkal.

4.2.3.4.5 Rekomendasi

Rekomendasi yang ingin dilakukan untuk meningkatkan pelayanan air minum baik yang berada di pedesaan maupun perkotaan antara lain:

1. Menambah jaringan perpipaan PDAM ke permukiman 2. Mengurangi kehilangan air pada jaringan air minum 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas air minum.

4. Memanfaatkan sumber air yang ada untuk meningkatkan pelayanan air minum khususnya untuk daerah dengan kualitas air buruk.

4.2.3.4.6 Sistem Prasarana Yang Di Usulkan

A. Usulan dan Prioritas Program

Untuk mewujudkan Pembangunan dan Sarana Air Minum maka Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu telah memprogramkan pengadaan air minum bagi masyarakat yang meliputi :

1. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Air Minum 3. Program Pengembangan Kinerja Air Minum

(60)

60 | b a b 4 B. Aspek Pendanaan

Gambar

Gambar  Kawasan Kumuh Kampung Tempel Kelurahan Rantauprapat
Gambar Kawasan Kumuh di Perdesaan
Gambar IV.7
Tabel 4.2 Sistem Penanganan Air Limbah Untuk kabupaten labuhanbatu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan tersebut, terdapat dorongan penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas denga n judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Usia, Pengalaman Kerja, dan Pendidikan Etika Bisnis terhadap Persepsi Etis Mahasiswa dengan Program Studi sebagai..

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Samhan Yanis, dalam penelitian yang berjudul, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan

Dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari keempat saluran yang ada di Kabupaten Karanganyar maka saluran III adalah saluran pemasaran beras hitam yang

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keberhasilan pelatihan kerja da- pat di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti : reaksi karyawan, bahan pembelaja- ran,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tipe kepribadian berdasarkan Big Five Personality dengan kecenderungan Nomophobia pada mahasiswa

Prestasi belajar yang dicapai seorang murid tergantung dari tingkat potensinya (kemampuan) baik yang berupa bakat amaupun kecerdsan. Anak yang mempunyai potensi tinggi