LANDASAN TEORI
2.1Kriptografi
2.1.1 Definisi Kriptografi
Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana supaya pesan atau dokumen
aman, tidak bisa dibaca oleh pihak yang tidak berhak. Dalam perkembangannya,
kriptografi juga digunakan untuk identifikasi pengirim pesan dengan sidik jari
digital (fingerprint). Kriptografi mempunyai sejarah yang sangat panjang. Sejak
jaman Romawi, Yulius Caesar telah menggunakan teknik kriptografi yang
sekarang dianggap kuno dan dan sangat mudah dibobol untuk keperluan
militernya. Pada perang dunia kedua, Jepang dan Jerman menggunakan
kriptografi untuk keperluan komunikasi[1].
Kriptografi ( cryptography ) berasa dari Bahasa Yunani yaitu “cryptos”
yang artinya “secret” (rahasia) dan “graphein” yang artinya “writing”. Jadi
kriptografi berarti “secret writing” (tulisan rahasia). Kriptografi adalah ilmu dan
seni untuk menjaga kerahasiaan pesan dengan cara menyandikan ke dalam bentuk
yang tidak dapat dimengerti maknanya
Kriptografi memiliki proses utama dalam menjaga dan menyandikan
sebuah pesan. proses enkripsi merupakan pengoperasian fungsi enkripsi
menggunakan kunci enkripsi pada plaintext sehingga dihasilkan
ciphertext .Sedangkan untuk proses dekripsi merupakan pengoperasian fungsi
dekripsi menggunakan kunci dekripsi pada ciphertext sehingga dihasilkan
plaintext. Proses enkripsi dan dekripsi dalam kriptografi merupakan proses yang
Plaintext (*.txt) Ciphertext(*.txt) Plaintext(*.txt)
Kunci enkripsi Kunci dekripsi
Gambar 2.1 Diagram Proses Enkripsi Dan Dekripsi[2]
Salah satu hal yang penting dalam komunikasi untuk menjamin
kerahasiaan data adalah enkripsi. Enkripsi adalah sebuah proses yang melakukan
perubahan kode dari bisa dimengerti menjadi sebuah kode yang tidak bisa
dimengerti(tidak terbaca). Dalam hal ini terdapat 3 kategori enkripsi, yaitu:
1.Kunci enkripsi pribadi. Dalam hal ini, terdapat sebuah kunci yang digunakan
untuk mengenkripsi dan juga sekaligus mendekripsikan informasi.
2.Kunci enkripsi publik. Dalam hal ini, dua kunci digunakan, satu untuk proses
enkripsi dan yang lain untuk proses dekripsi.
3.Fungsi one-way, atau fungsi satu arah adalah suatu fungsi dimana informasi
dienkripsi untuk menciptakan "signature" dari informasi asli yang bisa
digunakan untuk keperluan autentikasi.
Enkripsi mempunyai 2 hal yang penting mengenai model-model enkripsi
beserta algoritma yang di pakai yaitu enkripsi dengan kunci pribadi dan enkripsi
dengan kunci publik. Enkripsi dengan kunci pribadi, dimana si pengirim dan si
penerima telah sepakat untuk menggunakan metode enkripsi atau kunci enkripsi
tertentu. Sehingga pembuat pesan dan penerima harus memiliki kunci yang sama.
Beberapa model enkripsi dengan kunci pribadi, diantaranya adalah : Simple
Substitution Cipher, DES, Triple DES, Rivest Code 2 (RC2), dan Rivest Code 4
(RC4), IDEA, Skipjack, Caesar Cipher, Gost Block Cipher, Letter Map,
Transposition Cipher, Blowfish, Vigenere Cipher dan Tiny Encryption
Algorithm[3]. Sedangkan enkripsi dengan kunci publik , setiap orang yang
menggunakan enkripsi ini harus mempunyai dua buah kunci, satu disebut kunci
rahasia yang hanya boleh diketahui oleh dirinya sendiri dan yang lain disebut
kunci publik yang disebarkan ke orang lain. Metode enkripsi ini harus dijaga ketat
supaya tidak ada pihak luar mengetahuinya. Beberapa model enkripsi dengan
kunci publik, diantaranya adalah : Knapsack, Rivert Shamir Adelman,
Diffie-Helman, Tree Past Protocol, Elgamal[3].
2.1.2 Tiny Encryption Algorithm
Tiny Encription Algorithm (TEA) merupakan suatu algoritma sandi yang
diciptakan oleh David Wheeler dan Roger Needham dari Computer Laboratory,
Cambridge University, England pada bulan November 1994. Algoritma ini
merupakan algoritma mengenkripsi suatu blok plaintext dengan jumlah bit
tertentu dan menghasilkan blok ciphertext yang dirancang untuk penggunaan
memory yang seminimal mungkin dengan kecepatan proses yang maksimal.
Sistem penyandian TEA menggunakan proses feistel network dengan
menambahkan fungsi matematik berupa penambahan dan pengurangan sebagai
operator pembalik selain XOR. Proses feistel network adalah membagi plaintext
ke dalam beberapa blok dan melakukan penukaran letak blok dalam setiap round,
yang akan memberikan efek konsep konfusi dan difusi. Konfusi adalah
mengaburkan hubungan plaintext dan ciphertext yang menimbulkan kesulitan
dalam usaha untuk mencari keteraturan plaintext dan ciphertext, sedangkan difusi
adalah menyebarkan redudansi plaintext dengan menyebarkan masukan ke
seluruh ciphertext. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan Pergeseran dua arah
(ke kiri dan ke kanan) menyebabkan semua bit kunci dan data bercampur secara
Gambar 2.2 Satu Putaran Enkripsi Dalam Jaringan Feistel[9]
Bilangan delta berasal dari golden number, digunakan delta=(√5-1)231 Suatu bilangan delta ganda yang berbeda digunakan dalam setiap roundnya
sehingga tidak ada bit dari perkalian yang tidak berubah secara teratur. Berbeda
dengan sruktur feistel yang semula hanya mengoperasikan satu sisi yaitu sisi
sebelah kanan dengan sebuah fungsi F, pada algoritma TEA kedua sisi
dioperasikan dengan sebuah fungsi yang sama. Proses diawali dengan input-bit
plaintext sebanyak 64-bit[5]. Kemudian 64-bit plaintext tersebut dibagi menjadi
dua bagian, yaitu sisi kiri (L0) sebanyak bit dan sisi kanan (R0) sebanyak
32-bit. Setiap bagian plaintext akan dioperasikan sendiri-sendiri. R0 (z) akan digeser
kekiri sebanyak empat kali dan ditambahkan dengan kunci k(0). Sementara itu z
ditambah dengan sum (delta) yang merupakan konstanta. Hasil penambahan ini
di-XOR-kan dengan penambahan sebelumnya. Kemudian di-XOR-kan dengan
hasil penambahan antara z yang digeser kekanan sebanyak lima kali dengan kunci
k(1). Hasil tersebut kemudian ditambahkan dengan L0 (y) yang akan menjadi R1.
Sisi sebelah kiri akan mengalami proses yang sama dengan sisi sebelah kanan. L0
(y) akan digeser kekiri sebanyak empat kali lalu ditambahkan dengan kunci k(2).
di-XOR-kan dengan penambahan sebelumnya. Kemudian di-XOR-di-XOR-kan dengan hasil
penambahan antara Y yang digeser ke kanan sebanyak lima kali dengan kunci
k(3). Hasil tersebut kemudian ditambahkan dengan R0 (Z) yang akan menjadi L1.
Struktur dari penyandian dengan algoritma untuk satu cycle (dua round).
Berikut adalah langkah langkah penyandian dengan algoritma TEA dalam satu
cycle (dua round):
1. Pergeseran (shift)
Blok plaintext pada kedua sisi yang masing masing sebanyak 32-bit akan digeser
kekiri sebanyak empat (4) kali dan digeser ke kanan sebanyak lima (5) kali.
2. Penambahan
Setelah digeser kekiri dan kekanan, maka Y dan Z yang telah digeser akan
ditambahkan dengan kunci k(0)-k(3). Sedangkan Y dan Z awal akan ditambahkan
dengan sum (delta).
3. Peng-XOR-an
Setelah dioperasikan dengan penambahan pada masing-masing register maka
akan dilakukan peng-XOR-an dengan rumus untuk satu round.
rumus untuk satu round :
y = y + (((z<<4)+k(0))^z + sum^((z>>5)+k(1))) ...
(1)
z = z + (((y<<4)+k(2)^y + sum^((y>>5)+k(3))) ... (2),
dalam hal ini sum = sum + delta.
Rumus (1) dan (2) merupakan hasil penyandian dalam satu cycle satu blok
plaintext 64-bit menjadi 64-bit teks sandi adalah dengan menggabungkan y dan z.
menjadi z1 dan z1 menjadi y1 lalu dilanjutkan proses seperti langkah-langkah
diatas sampai dengan 16 cycle (32 round)[7].
4. Key Schedule
Pada algoritma TEA, key schedule-nya sangat sederhana. Yaitu kunci k(0) dan
k(1) konstan digunakan untuk round ganjil sedangkan kunci k(2) dan k(3)
konstan digunakan untuk round genap.
5. Dekripsi
Dalam proses dekripsi sama halnya seperti pada proses penyandian yang berbasis
feiste cipher lainnya. Yaitu pada prinsipnya adalah sama pada saat proses enkripsi.
Namun hal yang berbeda adalah penggunaan teks sandi sebagai input dan kunci
yang digunakan urutannya dibalik. Pada proses dekripsi semua round ganjil
menggunakan k(1) terlebih dahulu kemudian k(0), demikian juga dengan semua
round genap digunakan k(3) terlebih dahulu kemudian k(2)[7].
Hasil Enkripsi sampel dalam heksadesimal
Tabel 2.1 Tabel enkripsi TEA [7]
Plaintext Key Ciphertext
Berdasarkan tabel 2.1 terlihat bahwa TEA mengimplementasikan prinsip diffusion
milik Shanon dengan baik karena perbedaan 1 bit pada plaintext mengakibatkan
Rumus proses dekripsi :
L0 = L0 + f ( R0 , k(1), k(0), sum ) dan R0 = R0 + f ( L0, k(3), k(2), sum )... (3)
Rumus (3) merupakan proses dekripsi semua round ganjil menggunakan k(1)
terlebih dahulu kemudian k(0), demikian juga dengan semua round genap
digunakan k(3) terlebih dahulu kemudian k(2)[7].
2.1.3 Citra Digital
Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu
objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik
berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video, sedangkan digital adalah
Digital merupakan penggambaran dari suatu keada
angka 0 dan 1 atau off dan on (bilanga
adalah gambar dua dimensi yang dapat ditampilkan pada layar monitor komputer
sebagai himpunan berhingga (diskrit) nilai digital yang disebut pixel (picture
elements). Didalam komputer, citra digital disimpan sebagai suatu file dengan
format tertentu. Format citra tersebut menunjukkan sebuah citra digital disimpan.
Contoh format citra digital adalah .bmp, .gif, .img, .tif dan sebagainya. Berikut
merupakan tabel 2.2 format file citra untuk melihat fungsi dari format citra secara
detail[4].
Tabel 2.2 Format File Citra
Nama Format Ekstensi Kegunaan
Microsfot Windows
Bitmap Format
BMP Format umum untuk menyimpan citra bitmap
yang dikembangkan microsoft
Compuserve Graphics
interchange Format
GIF Format umum citra yang dirancang untuk
keperluan transmisi melalui modern
Aldus Tagged Image File
Format
TIF Format kompleks dan multiguna yang
GEM Image Format IMG Format bitmap yang dikembangkan untuk
riset digital lingkungan GEM
2.1.4 Bitmap
Bitmap adalah representasi dari citra grafis yang terdiri dari susunan titik yang
tersimpan di memori komputer. Dikembangkan oleh Microsoft dan nilai setiap
titik diawali oleh satu bit data untuk gambar hitam putih, atau lebih bagi gambar
berwarna. Citra digital memiliki kelebihan dan manipulasi warna, tetapi untuk
mengubah obyek yang lebih sulit, Citra bitmap diperoleh dengan cara scanner,
Camera Digital,video capture [4].
2.1.5 Steganography
Steganography merupakan seni untuk menyembunyikan pesan didalam media
digital sedemikian rupa sehingga orang lain tidak menyadari ada sesuatu pesan
didalam media tersebut. Kata steganografi(steganography) berasal dari bahasa
Yunani steganos yang artinya "tersembunyi/terselubung" dan graphein "menulis"
sehingga kurang lebih artinya "menulis(tulisan) terselubung".
Dalam bidang keamanan komputer, Steganography digunakan untuk
menyembunyikan data rahasia, saat enkripsi tidak dapat dilakukan atau bersamaan
dengan enkripsi. Walaupun enkripsi berhasil dipecahkan(decipher), pesan atau
data rahasia tetap tidak terlihat. Pada cryptography, pesan disembunyikan dengan
"diacak" sehingga pada kasus-kasus tertentu dapat dengan mudah mengundang
kecurigaan, sedangkan pada steganografi pesan "disamarkan" dalam bentuk yang
relatif lebih "aman" sehingga tidak terjadi kecurigaan itu[4].
+ =
Gambar 2.4 Proses Penyimpanan Data Rahasia Kedalam Media Digital
Steganography berbeda dengan cryptography, letak perbedaannya adalah
pada hasil keluarannya. Hasil dari cryptography biasanya berupa data yang
berbeda dari bentuk aslinya dan biasanya data seolah-olah berantakan sehingga
tidak dapat diketahui informasi apa yang terkandung didalamnya (namun
sesungguhnya dapat dikembalikan ke bentuk semula lewat proses dekripsi),
sedangkan hasil keluaran dari steganography memiliki bentuk persepsi yang
sama dengan bentuk aslinya. Menurut Suhono, kesamaan persepsi tersebut adalah
oleh indera manusia (khususnya visual), namun bila digunakan komputer atau
perangkat pengolah digital lainnya dapat dengan jelas dibedakan antara sebelum
proses dan setelah proses. Gambar 2.5 menunjukkan ilustrasi perbedaan antara
Steganography dan kriptografi[10].
Gambar 2.5 Perbedaan Steganography dan Cryptography
Wadah Penampung (Citra BMP)
Data Rahasia
Penyembunyian data rahasia ke dalam citra digital akan mengubah kualitas citra
tersebut. Kriteria yang harus diperhatikan dalam penyembunyian data adalah:
1. Fidelity. Mutu citra penampung tidak jauh berubah. Setelah penambahan data
rahasia, citra hasil steganografi masih terlihat dengan baik. Pengamat tidak
mengetahui kalau di dalam citra tersebut terdapat data rahasia.
2. Robustness. Data yang disembunyikan harus tahan terhadap manipulasi yang
dilakukan pada citra penampung (seperti pengubahan kontras, penajaman,
pemampatan, rotasi, perbesaran gambar, pemotongan (cropping), enkripsi, dan
sebagainya). Bila pada citra dilakukan operasi pengolahan citra, maka data yang
disembunyikan tidak rusak.
10. Recovery. Data yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali
(recovery). Karena tujuan Steganography adalah data hiding, maka
sewaktu-waktu data rahasia di dalam citra penampung harus dapat diambil kembali untuk
digunakan lebih lanjut.
Gambar 2.6 Steganographic System[8]
Keterangan :
fE = fungsi steganografi “embedding”
fE-1 = fungsi steganografi “extracting”
cover = cover data pada emb akan di sembunyikan
emb = pesan yang akan disisipakan
key = parameter fE
stego = cover data dengan pesan yang telah disisipkan
Gambar 2.6 menunjukkan sebuah sistem steganografi umum dimana di bagian
pengirim pesan(sender) dilakukan proses embedding(fE) pesan yang hendak
dikirim secara rahasia(emb) ke dalam data cover sebagai tempat
menyimpannya(cover), dengan menggunakan kunci tertentu(key), sehingga
dihasilkan data dengan pesan tersembunyi di dalamnya(stego). Dibagian penerima
pesan(recipient), dilakukan proses extracting(fE-1) pada stego untuk memisahkan pesan rahasia(emb*) dan data penyimpan(cover*) tadi menggunakan kunci(key)
yang sama seperti pada proses embedding[8].
Steganografi lebih banyak dilakukan dari pada kriptografi. Hal ini
dikarenakan pada kriptografi pengacakan/penyandian pesan akan mengakibatkan
pesan berubah bentuk menjadi karakter-karakter samar, yang justru menimbulkan
kecurigaan terhadap orang yang membacanya. Namun jika pada steganografi,
tidak akan terlihat sama sekali bahwa ada pesan yang terkandung dalam gambar
tersebut. Salah satu media yang sering dipakai untuk menyisipkan pesan/data
adalah file image. Pada citra grayscale, akan didapat sebuah matrik yang
menunjukkan tingkat derajat keabuan dari masing-masing piksel. Sedangkan
untuk citra RGB, akan didapat tiga buah matrik yakni matrik R, matrik G dan
matrik B, tingkat R, G dan B dari citra.
Ada beberapa metode penyisipan pesan ke dalam citra, diantaranya adalah
: Metode EOF (End Of File).
2.2End Of File
Metode EOF merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam Steganografi .
Metode ini menggunakan cara dengan menyisipkan data pada akhir file. Sehingga,
tidak akan mengganggu kualitas data awal yang akan disisipkan pesan. Namun,
ukuran file setelah disisipkan pesan rahasia akan bertambah. Sebab, ukuran file
yang telah disisipkan pesan rahasia sama dengan ukuran file sebelum disisipkan
file, diperlukan suatu tanda pengenal atau simbol pada awal dan akhir data yang
akan disisipkan[6].
Proses penyisipan pesan dengan metode EOF dapat dituliskan dalam
algoritma sebagai berikut:
1.Inputkan ciphertext yang akan disisipkan.
2.Inputkan citra yang akan menjadi media penyisipan ciphertext (cover image).
3.Baca nilai setiap pixel citra.
4.Tambahkan ciphertext sebagai nilai akhir pixel citra dengan diberi karakter
penanda sebagai penanda akhir ciphertext.
5.Petakan menjadi citra baru.
Sedangkan ekstraksi pesan yang sudah disisipkan dengan metode EOF
dapat dilakukan dengan algoritma berikut:
1. Inputkan citra yang telah disisipkan ciphertext (stego image).
2. Baca nilai pixelstego image yang terdapat pada baris terakhir matriks pixel
citra.
3. Ambil ciphertext yang terdapat pada stego image, yaitu nilai pixel awal yang
terdapat pada baris terakhir matriks pixel citra sampai nilai desimal karakter
penanda.
Contoh penyisipan pesan dan ekstraksi pesan dengan metode End Of File (EOF)
Pada sebuah citra 8 x 8 piksel disisipkan pesan yang berbunyi "fian" dengan key
yang berada didalam sistem: "saya".
Kode ASCII dari pesan diberikan sebagai berikut:
102 105 97 110
Dan kode ASCII dari key sebagai berikut :
Misalkan matrik tingkat derajat keabuan citra sebagai berikut :
250 255 255 248 247 246 249 253
248 250 249 255 229 244 252 255
194 221 249 249 157 192 243 251
152 190 244 254 171 207 235 255
201 227 243 250 217 245 244 246
244 252 255 194 221 249 249 152
255 229 244 252 255 250 255 255
201 227 243 250 152 190 244 254
Jika diterapkan dengan piksel 100 x 128
Gambar 2.7 Citra Sebelum Disisipkan Pesan
Kode biner pesan disisipkan diakhir citra sehingga citra menjadi :
250 255 255 248 247 246 249 253 102
248 250 249 255 229 244 252 255 105
194 221 249 249 157 192 243 251 97
152 190 244 254 171 207 235 255 110
201 227 243 250 217 245 244 246 115
244 252 255 194 221 249 249 152 97
255 229 244 252 255 250 255 255 121
Gambar 2.8 Citra Setelah Disisipkan Pesan
Pesan yang disisipkan dianggap sebagai nilai derajat keabuan citra dan akan
ditempatkan pada citra mulai baris terakhir, oleh karena itu metode EOF tidak
mensyaratkan maksimal panjang pesan yang dapat disisipkan. Hal ini akan
menyebabkan ukuran citra menjadi semakin besar. Agar tidak menimbulkan
kecurigaan, tetap harus dipertimbangkan agar pesan yang disisipkan tidak terlalu
mengubah ukuran dan bentuk fisik citra pada saat ditampilkan. Metode EOF akan
meletakkan pesan di akhir citra sehingga ukuran file akan bertambah besar, oleh