Menguak Potensi Pengembangan
Agribisnis Perkebunan di KTI
Oleh : Herman
Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan merupakan dua provinsi potensi bagi pengembangan agribisnis perkebunan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Namun, hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, letaknya sangat strategjs dan isolasi daerah tidak lagi menjadi kendala utama karena kondisi infrastruktur sudah cukup memadai.
Terletak menghadap jalur pelayaran potensial (Laut dan Selat Makassar), sekaligus sebagai pintu (gerbang utama untuk wilayah Asia Pasifik, ternyata belum memberikan nilai tambah bagi pengembangan agribisnis perkebunan, khususnya bagi daerah Kalimantan 'I'imur.
Hal ini terungkap dalam Seminar Pengembangan Agribisnis Perkebunan pada 28 Juli 2003 di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Potensi dan kendala
Sebagai Provinsi terbesar kedua dan terkaya di Kawasan Timur Indonesia, Kaltim memiliki lebih dari lima juta ha lahan potensial untuk pengembangan agribisnis perkebunan, tetapi hanya sekitar 316.000 ha (6%) yang dimanfaatkan. Sementara itu, Sulawesi Selatan memiliki sekitar 2,5 juta ha lahan potensial dan hanya sekitar sejuta ha (40%) yang dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan.
Walaupun pemanfaatan lahan belum optimal, tetapi areal perkebunan yang berhasil dikembangkan di kedua daerah tersebut sangat potensial bagi pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan.
Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi utama dengan total produksi lebih dari 260.000 ton biji kakao atau sekitar 60% produksi nasional merupakan sumber baku potensial bagj pengembangan industri lemak kakao, pasta kakao, bubuk cokelat dan makanan cokelat.
Sementara itu Kaltim yang memiliki areal perkebunan kelapa sawit lebih dari 100.000 ha dan pemerintahnya mencanangkan pengembangan sejuta hektar kelapa sawit merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan industri hulu crude palm oil
Selain itu, pada kedua daerah itu terbuka peluang untuk pengembangan industri hilir komoditas kelapa sawit dan kopi di Sulsel serta kelapa, kakao dan kopi di Kaltim. Pengembangan agribisnis perkebunan di Kaltim berjalan lambat karena berbagai kendala sebagaimana dikemukakan oleh Gubenur Kaltim dalam sambutan tertulisnya.
Rendahnya kemampuan teknis, wirausaha dan manajemen, belum tersedianya kredit yang layak untuk usaha perkebunan, dan masih terbatasnya kemampuan kelembagaan pendukung serta belum kondusifnya iklirn usaha merupakan faktor utama yang menghambat laju pengembangan perkebunan di daerah ini.
Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dan berharap seminar itu dapat merumuskan berbagai upaya untuk melanjutkan pengembangan agribisnis perkebunan di daerah ini.
Sementara itu untuk daerah SuIsel, kendala dan permasalahan yang terungkap baru mencakup aspek investasi yang dikemukakan oleh Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Sulsel.
Permasalahan tersebut antara lain kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya belum memadai, insentif yang diberikan belum menyentuh tujuan pemberian insentif dan masih terbatasnya ketersediaan dana investasi.
Melalui Kimbun
Untuk mengatasi kendala dan perrnasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis perkebunan tersebut, Direktur Pengembangan Usaha Ditjen Bina Produksi Perkebunan, Departemen menawarkan pengembangan agribisnis perkebunan ke depan melalui pendekatan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun).
Inti dari pendekatan Kimbun pada dasarnya adalah upaya mengintegrasikan secara fungsional dan inovatif struktur produksi, pengolahan, dan distribusi yang berorientasi kepada keunggulan spesifik dari wilayah yang bersangkutan, sehingga biaya desain wilayah, produksi pengolahan, distribusi dan biaya transaksi dapat ditekan seminimal mungkin, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan daya saing dari produk .yang bersangkutan.
Implementasi pengembangan Kimbun dilakukan melalui beberapa pola meliputi pola Koperasi Unit Perkebunan, patungan koperasi dengan investor, patungan investor koperasi, pola BOT (Build, Operate and Transfer), pola BTN, dan pola-pola pengembangan lainnya yang saling menguntungkan, memperkuat, membutuhkan antara petani dengan perusahaan perkebunan.
Di Kaltim, lembaga keuangan khususnya Bank Pembangunan Daerah terus berupaya untuk meningkatkan perannya dalam pengembangan perekonomian daerah. Namun, karena keterbatasan dana jangka menengah dan panjang menyebabkan penyaluran dana untuk investasi perkebunan relatif kecil.
Beberapa kegiatan kerja sama yang sedang dijajaki oleh BPD Kaltim antara lain dengan PTPN XIII untuk melanjutkan pola KKPA yang telah berjalan dengan dana tersalur Rp 2,5 miliar dari Rp 8 miliar yang direncanakan, dan dengan Pemkab Kutai Kartanegara untuk membantu pola kemitraan PT REA Kaltim Plantation di Kembang Janggut, Kutai Kartanegara.
Dukungan LRPI
Pusat-pusat penelitian perkebunan lingkup Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) yang telah tumbuh berkembang bersama dengan pengembangan perkebunan di Indonesia telah menyediakan paket-paket teknologi unggul untuk mendorong peningkatan produktivitas kebun, peningkatan mutu dan diversifikasi produk.
Paket-paket teknologi yang tersedia di Puslit Ke1apa Sawit antara lain bahan tanam dengan potensi produksi CPO hingga 7,9 ton/ha/tahun, teknologi pengeloIaan air pada musim kering, teknologi budi daya kalapa sawit pada lahan bertopografi terjal dan lahan gambut, teknologi pengendalian ganoderma dengan biofungsida MARFU teknologi pengendalian hama terpadu, pengembangan dan diversifikasi produk berbasis minyak sawit, serta teknologi pengolahan dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit.
Paket-paket teknologi yang tersedia di Puslit Karet antara lain: bahan tanaman produktivitas tinggi (klon-klon unggul Generasi IV) teknologi untuk mempertahankan kerapatan tanaman proaktif (penanaman kerapatan tinggi, pengendalian jamur akar putih secara hayati, pengendalian kekeringan alur sadap, pemenggalan tajuk untuk mengurangi kerusakan karena angin dan penerapan usaha tani terpadu; penanaman karet dan tanaman sela, serta model peremajaan partisipatif.
Selain itu tersedia paket-paket teknologi pascapanen berupa zat pengumpal lateks; bahan penggumpal untuk pembuatan karet remah dan RSS (asap cair/Deorub), bahan jok kursi (teknologi serat kelapa berkaret), media tanaman (gabus kelapa berkaret).
Paket-paket teknologi yang tersedia di Puslit Kopi dan Kakao antara lain bahan tanam unggul di antaranya, alat dan mesin pengolah produk primer meliputi pemecah buah kakao, pengering kakao skala kelompok, alat sortasi, kakao terster. dan pemeras lender, alat dan mesin pengolah produk sekunder meliputi mesin sangrai, alat press lemak kakao, pemasta cokelat, penghasil pasti dan pembubuk cokelat.
Dalam pidato penutupan seminar, Direktur Eksekutif KRPI menyatakan bahwa Puslit-Puslit dan Balit Perkebunan lingkup LRPI siap membantu dan 'bekerjasama dengan pemerintah daerah, pengusaha perkebunan dan petani pekebun untuk mengembangkan agribisnis perkebunan di daerah Kaltim khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Dengan bantuan teknis tersebut diharapkan petani dan pengusaha perkebunan tidak menderita kerugian yang berkepanjangan karena kesalahan penerapan teknologi.