• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Minuman Kopi Instan terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efektivitas Minuman Kopi Instan terhadap"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Efektivitas Minuman Kopi Instan terhadap Penurunan Kantuk

Mahasiswa Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya

oleh

Dicky Kurniawan - 1400810003 Program Studi Biologi, Fakultas Ilmu Hayati

(Universitas Surya)

Abstrak

Minuman kopi terkenal akan kandungan kafeinnya. Manfaatnya yang baik bagi tubuh

membuat kafein banyak dikonsumsi, salah satunya dari minuman kopi instan.Tulisan ini

membicarakan efektivitas minuman kopi instan terhadap khasiatnya dalam menurunkan

kantuk mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya. Tujuannya

adalah menjelaskan mekanisme dan efektivitas minuman kopi instan dalam penurunan kantuk mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya. Untuk mencapai hal itu, peneliti menggunakan metode studi pustaka dan survei untuk mengumpulkan data. Hasil yang didapatkan menunjukkan 46% mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya memberikan respon positif terhadap efektivitas konsumsi minuman kopi instan terhadap penurunan kantuk.

Kata kunci: kopi, kopi instan, minuman kopi instan, kantuk, kafein.

PENDAHULUAN

Meminum kopi merupakan kegiatan yang banyak digemari berbagai

kalangan. Rasa nikmat dan aroma yang khas membuat minuman kopi memiliki

karakteristik yang menjadikannya lebih istimewa dibanding minuman jenis lainnya.

Keistimewaan kopi membuatnya banyak disukai, bahkan menyebabkan ketagihan

bagi sebagian orang.

Minuman kopi tidak lagi harus dibuat dengan cara menumbuknya terlebih

dahulu. Kopi telah diproduksi dalam berbagai kemasan yang instan, seperti kaleng,

botol, dan dalam kemasan bungkus yang mudah diseduh. Rasa minuman kopi instan

yang diproduksi tidak hanya pahit seperti rasa kopi aslinya, namun telah disajikan

dengan berbagai variasi rasa. Zat-zat tambahan dalam minuman kopi instan juga

menyebabkan aroma yang dihasilkan menjadi lebih bervariasi.

Selain rasa dan aroma yang khas, minuman kopi juga banyak dikonsumsi

(2)

2 semangat, dan meningkatkan konsentrasi bagi orang yang mengonsumsinya.1 Mengonsumsi kopi juga memiliki efek mengurangi kantuk. Efek mengurangi

kantuk inilah yang menjadi salah satu pemicu bagi banyak orang untuk

mengonsumsi minuman kopi instan, salah satunya kalangan mahasiswa.

Mahasiswa memiliki banyak aktivitas yang menuntut performa yang baik.

Banyaknya aktivitas akan memicu rasa lelah, sehingga tubuh memerlukan istirahat.

Istirahat merupakan salah satu cara untuk menghilangkan rasa lelah. Salah satu

sinyal yang disampaikan tubuh untuk beristirahat adalah timbulnya rasa ngantuk.

Pekerjaan yang menumpuk akan mendesak mahasiswa agar tetap terjaga untuk

menyelesaikan setiap tugas.

Dewasa ini, banyak mahasiswa mengonsumsi minuman kopi sebagai

alternatif dalam menghilangkan kantuk. Minuman kopi instan lebih banyak

dikonsumsi karena praktis dan mudah didapatkan. Oleh karena itu, efektivitas

minuman kopi instan terhadap penurunan kantuk mahasiswa Program Studi Biologi

Angkatan 2014 Universitas Surya, menjadi hal menarik untuk diteliti.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan mekanisme kerja minuman

kopi dalam mengurangi kantuk dan efektivitas minuman kopi instan terhadap

penurunan kantuk mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2014 Universitas

Surya.

Metode yang digunakan adalah studi pustaka dan survei. Studi pustaka

dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber dari buku, artikel, dan situs

internet. Survei dilakukan melalui kuesioner terhadap mahasiswa Program Studi

Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya.

Penelitian pernah dilakukan oleh Drake et al. (2013: 3) yang hasilnya

dimuat dalam Journal of Clinical Sleep Medicine, membuktikan secara ilmiah

bahwa pengurangan waktu tidur dapat disebabkan oleh konsumsi kafein. Konsumsi

(3)

3 senyawa kafein minimal 6 jam sebelum waktu tidur akan memberikan efek

signifikan terhadap gangguan tidur.

Penelitian juga dilakukan oleh Daswin (2013: 1) untuk menjelaskan

pengaruh kafein terhadap kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. Hasil menunjukkan bahwa kualitas tidur 53,3% orang

yang mendapat kopi berkafein adalah berkualitas sedang dan 73,3% orang yang

mendapat kopi dekafein2 adalah berkualitas baik. Terjadi perburukan yang signifikan kualitas tidur pada orang yang mendapat kopi berkafein.

Kopi termasuk tanaman semak belukar dengan genus Coffea (Panggabean,

2011: 11). Tanaman kopi diduga berasal dari benua Afrika, tepatnya negara

Ethiopia (Panggabean, 2011: 3). Pohon kopi dapat tumbuh dengan baik di daerah

yang beriklim tropis dan subtropis. Kopi dapat tumbuh di dataran tinggi maupun

dataran rendah, tergantung dari jenisnya (Bakorluh Riau, 2014). Kopi dipanen pada

bagian bijinya untuk dijadikan minuman atau bahan pangan lainnya.

Menurut Badan Koordinasi Peyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan

(Bakorluh) Provinsi Riau (2014):

Tanaman kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal. Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas. Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam bebas. Empat jenis kopi tersebut adalah kopi arabika, robusta, liberika dan excelsa. Sekitar 70% jenis kopi yang beredar di pasar dunia adalah kopi arabika. Disusul jenis kopi robusta menguasai 28%, sisanya adalah kopi liberika dan excelsa.

Secara umum, ada dua jenis kopi yang tingkat konsumsinya sangat dominan di

dunia, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi arabika dikonsumsi oleh 75%

masyarakat dunia3, 25% konsumsi lainnya adalah kopi robusta4.

2 Kopi yang telah dipisahkan komponen kafeinnya dengan bantuan pelarut.

3 Bennett Alan Weinberg dan Bonnie K. Bealer, The Miracle of Caffeine: Manfaat Tak Terduga

(4)

4 Gambar 1.1 Perbedaan antara jenis kopi arabika dan robusta.

Sumber gambar: www.kopiluwakbandung.org.

Penyebaran kopi arabika ke Indonesia dilakukan oleh seorang

berkebangsaan Belanda pada abad ke-17. Namun, budidaya kopi arabika

mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun yang disebabkan

jamur Hemileia vastatrix. Penyakit tersebut masuk ke Indonesia sejak tahun 1876

(Prastowo et al., 2010: 1).

Kopi robusta dibawa ke Indonesia pada tahun 1900. Kopi ini memiliki

ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit karat daun. Kopi robusta

memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, namun produksinya

jauh lebih tinggi dari kopi arabika. Oleh karena itu, kopi ini cepat berkembang

(Prastowo et al., 2010: 2).

Pada abad ke-20, produksi kopi di Indonesia beralih dari kopi arabika ke

kopi robusta.5 Sejak itu, apabila orang berbicara tentang kopi Indonesia, maka yang

(5)

5 dimaksud pada umumnya adalah kopi robusta.6 Saat ini, lebih dari 90% areal pertanaman kopi di Indonesia terdiri atas kopi robusta.7 Oleh karena itu, kopi robusta merupakan jenis kopi yang dijadikan kopi instan di Indonesia.

Kopi instan adalah kopi kering yang mudah larut dalam air, yang diperoleh

seluruhnya dengan cara mengekstrak biji kopi yang telah disangrai dan digiling

bersama dengan air.8 Kopi instan memiliki rasa yang ringan dan tidak meninggalkan ampas setelah diseduh.9

Menurut Dewi et al. (2009: 3), tahap-tahap dalam pembuatan kopi instan

adalah:

Kopi keras diolah menjadi kopi bubuk, selanjutnya ditambahkan air dan disaring untuk diambil ekstraknya. Hasil ekstraksi kopi dimasukan ke dalam mesin saparator yang bekerja secara sentrifuge (memisahkan komponen berdasarkan berat jenis) sehingga terpisah antara bagian terlarut dengan bagian tidak terlarut. Pada bagian yang terlarut akan dilakukan proses evaporasi, bertujuan untuk mendapatkan ekstrak kopi kental. Hasil proses evaporasi yang telah dikumpulkan dalam tangki konsentrat, dikeringkan dengan mesin pengering. Pada tahap ini terjadi atomisasi yang bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan bahan supaya laju penguapan semakin tinggi dan dapat dihasilkan kopi bubuk instan dengan kadar air 3%. Produk akhir berupa kopi bubuk yang hanya terdiri atas komponen mudah larut yang dikenal dengan kopi instan.

Dalam 1 cangkir (180ml) kopi instan, terkandung 100mg kafein (Wienberg

dan Bealer, 2008: 37). Asupan kafein yang dianjurkan dalam sehari tidaklah

melebihi 500-600mg (Wienberg dan Bealer, 2008: 42). Jumlah ini setara dengan

kafein dalam 3-4 cangkir kopi.

Kafein merupakan kandungan senyawa terpenting yang terdapat di dalam

kopi. Dalam dunia medis, kafein yang banyak terkandung dalam minuman dikenal

dengan nama trimethylxantine.10 Kafein merupakan senyawa hasil metabolisme

6 Ibid.

7

Bambang Prastowo et al., Budidaya dan Pasca Panen Kopi. (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebuna, 2010), hlm. 2.

8Kurnia Harlina Dewi, Meizul Zuki, dan Hidayat Koto, “Pendekatan Sistem dalam Pemilihan

Industri Hilir Unggulan Berbasis Kopi di Propinsi Bengkulu”, Makalah pada Semirata BKS-PTN

Indonesia Wilayah Barat Tahun 2009:3, 2009.

9Tim Boga GPU. Op. Cit.

10Andi Nur Alam Syah, Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006),

(6)

6 sekunder11 golongan alkaloid12 dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit.13 Kadar kafein memberikan cita rasa khas yang menjadikan kopi sebagai minuman

yang digemari oleh banyak orang. Peranan utama kafein dalam tubuh adalah

meningkatkan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek

fisiologis berupa peningkatan energi.14

Kafein berfungsi sebagai senyawa perangsang yang bersifat bukan alkohol, rasanya pahit, mudah larut dalam air, mempunyai aroma yang wangi dan dapat digunakan sebagai obat-obatan. Kadar kafein pada suatu varietas kopi dapat menjadi indeks mutu organoleptiknya15 (Hayati et al., 2012: 70-71).

Mengonsumsi kafein terutama pada malam hari dapat mengakibatkan

perburukan kualitas tidur pada beberapa aspek, seperti jumlah jam tidur yang

berkurang, onset tidur16 yang lebih lama, kepuasan dan kedalaman tidur yang menurun, serta gangguan untuk beraktivitas pada pagi hari (Daswin, 2013: 1).

Secara keseluruhan, artikel ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan,

pembahasan, dan kesimpulan. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, tujuan,

metode penelitian, penelitian terdahulu dan landasan teori dari berbagai literatur

yang mendukung tulisan ini, serta sistematika penulisan artikel. Bagian

pembahasan berisi hasil penelitian mengenai mekanisme kerja minuman kopi

terhadap penurunan kantuk dan efektivitas minuman kopi instan terhadap

penurunan kantuk mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2014 Universitas

Surya. Bagian kesimpulan berisi uraian mengenai kesimpulan dari hasil penelitian

yang telah dilakukan.

11 Senyawa yang bukan disintesis untuk memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, tetapi untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan ekosistem. Senyawa metabolit sekunder mempunyai fungsi sebagai alat pengikat bagi serangga atau hewan lainnya untuk membantu penyerbukan, alat penolak terhadap gangguan hama atau hewan pemangsanya, dan alat pelindung terhadap kondisi lingkungan fisik yang ekstrim.

12 Salah satu golongan senyawa organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid memberikan kontribusi terbesar pada bidang farmasi. 13 Rita Hayati, Ainun Marliah, dan Farnia Rosita, “Sifat Kimia dan Evaluasi Sensori Bubuk Kopi

Arabika”, J. Floratek, 7: 70, 2012.

14 Ibid.

15 Ilmu pengetahuan yang menggunakan indra manusia untuk mengukur tekstur, kenampakan, aroma, dan rasa produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali dengan penilaiannya terhadap penampakan, rasa, dan tekstur.

16

(7)

7 EFEKTIVITAS MINUMAN KOPI INSTAN TERHADAP PENURUNAN

KANTUK

Mekanisme Minuman Kopi dalam Mengurangi Kantuk

Kopi yang dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh akan didistribusikan ke

seluruh tubuh oleh darah dari sistem pencernaan dalam waktu sekitar 5-15 menit

(Lelyana, 2008: 10). Absorpsi kafein dalam saluran pencernaan mencapai kadar

99% dan akan mencapai puncak di aliran darah dalam waktu 45-60 menit setelah

mengalami proses pencernaan (Lelyana, 2008: 10-11).

Kafein bekerja di dalam tubuh dengan cara menghambat aktivitas adenosin,

yaitu neurotrasmiter17 yang mempengaruhi hampir seluruh sistem dalam tubuh, salah satunya membuat tubuh letih atau mengantuk.18 Oleh karena itu, kafein membantu menghambat keletihan dengan cara menghambat penyerapan

adenosin.19

Seperti penjelasan sebelumnya mengenai cara kerja kafein, menurut Syah

(2006: 110):

mekanisme kerja kafein dalam tubuh adalah menyaingi fungsi adenosin, yaitu salah satu senyawa dalam sel otak yang membuat orang mudah tertidur. Berbeda dengan ikatan adenosin asli, kafein tidak memperlambat gerak sel tubuh. Kafein akan membalikkan semua kerja adenosin sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, dan mata terbuka lebih lebar.

Selain reaksi tersebut, kafein juga akan meyebabkan peningkatan detak

jantung, tekanan darah, sekresi asam lambung, aktivitas kontraksi otot, dan

perangsangan hati untuk melepas senyawa gula ke aliran darah sehingga

menghasilkan energi ekstra (Syah, 2006: 109-110). Setengah dari kandungan kafein

yang diminum dapat bertahan beberapa jam dalam tubuh karena kafein memiliki

waktu paruh20 5-6 jam pada orang dewasa dan kadar kafein akan berkurang dalam

17

Zat kimia yang membawa pesan antar neuron/sel saraf.

18

Weinberg dan Bealer. Op. Cit. Hlm. 47.

19Ibid.

20Waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi setengah konsentrasi awal obat atau senyawa lain

(8)

8 waktu 6 jam dengan sangat perlahan (Lelyana, 2008: 11). Hal tersebut akan

membuat mata sulit terpejam dan berkurangnya kualitas tidur (Syah, 2006: 110).

Menurut Weinberg dan Bealer (2008: 32), kafein juga memiliki efek

signifikan terhadap neurotransmiter lain, seperti dopamin21, asetilkolin22, serotonin23, dan norepinefrin24. Efeknya adalah sebagai berikut:

 Kafein memperbaiki suasana hati kita dan melindungi sel otak dari penuaan dengan cara meningkatkan transmisi dopamin.

 Kafein meningkatkan aktivitas otot dan dapat meningkatkan daya ingat jangka panjang dengan cara meningkatkan aktivitas asetilkolin.  Kafein mengurangi depresi, membuat kita lebih santai, waspada,

bersemangat, dan meredakan migrain dengan cara meningkatkan kadar serotonin.

Kafein tergolong aman untuk orang dewasa sehat dan tidak meningkatkan

risiko penyakit jantung, kanker, atau kematian.25 Kafein pada dosis rendah hingga sedang membuat seseorang menjadi lebih santai, sedangkan dosis yang terlalu

tinggi malah dapat mengakibatkan gemetar, insomnia, dan kecemasan.26

21Neurotransmiter yang membantu mengontrol pusat kepuasan dan kesenangan di otak. Dopamin

juga membantu mengatur tindakan dan tanggapan emosional, sehingga memungkinkan kita untuk tidak hanya mengapresiasi penghargaan, tetapi juga mengambil tindakan untuk meraihnya.

22

Zat kimia yang dibuat oleh beberapa jenis sel saraf untuk mengirim pesan ke sel lain, termasuk sel-sel saraf lainnya, sel-sel otot, dan sel-sel kelenjar (sebagai neurotransmiter). Asetilkolin membantu mengatur memori di otak dan mempengaruhi tindakan otot rangka dan otot polos di sistem saraf perifer. Efek asetilkolin berlawanan dengan dopamin.

23Neurotransmiter yang digunakan untuk membawa pesan antarneuron. Meskipun hanya sekitar 1%

dari serotonin tubuh berada di otak, serotonin memiliki efek mendalam pada fungsi otak. 99% sisanya membantu membawa pesan di tempat lain di tubuh, seperti sumsum tulang belakang dan otot.

24Zat yang berfungsi sebagai hormon dan neurotransmitter. Sebagai hormon, norepinefrin

disekresikan oleh kelenjar adrenal dan bekerja bersama epinefrin/adrenalin untuk memberikan energi tubuh tiba-tiba pada saat stress, yang dikenal sebagai respon “melawan atau lari”. Sebagai neurotransmiter, norepinefrin menyampaikan impuls.

25Weinberg dan Bealer. Op. Cit. 26

(9)

9 Respon Mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya

terhadap Minuman Kopi Instan

Survei melalui kuesioner dilakukan terhadap mahasiswa Program Studi

Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya. Ada 3 buah pertanyaan yang diajukan

seperti yang terlihat pada tiga buah grafik yang disajikan. Terdapat 54 responden

yang telah mengisi kuesioner.

Grafik 2.1 Hasil Survei Pertanyaan Pertama

Berdasarkan hasil survei, 42 responden (78%) menyukai minuman kopi

instan dan 12 responden (22%) lainnya tidak menyukai minuman kopi instan.

Sebagian besar responden yang menyukai kopi instan berpendapat bahwa kopi

memiliki rasa yang enak. Alasan-alasan lain yang membuat responden menyukai

minuman kopi instan adalah aroma kopi yang khas, khasiatnya bagi tubuh,

kecanduan, dan menganggap kopi adalah seni. Sebagian besar responden tidak

menyukai kopi instan karena tidak menyukai rasanya. Alasan-alasan lain yang

membuat responden tidak menyukai minuman kopi instan adalah lebih menyukai

minuman kopi tidak instan dan minuman jenis lain, serta efek samping yang

ditimbulkan minuman kopi, seperti membuat jantung berdebar dan meningkatkan

asam lambung.

Ya 78% Tidak

22%

Apakah Anda menyukai minuman kopi

instan?

(10)

10 Grafik 2.2 Hasil Survei Pertanyaan Kedua

Berdasarkan hasil survei, 15 responden (28%) sering mengonsumsi

minuman kopi instan dan 39 responden (72%) lainnya jarang mengonsumsi

minuman kopi instan. Sebagian besar responden yang sering mengonsumsi

minuman kopi instan memiliki alasan yang sama seperti alasan menyukai minuman

kopi instan. Sebagian besar responden yang jarang mengonsumsi minuman kopi

instan beralasan lebih menyukai minuman jenis lain. Alasan-alasan lain yang

membuat responden jarang mengonsumsi minuman kopi instan adalah dikarenakan

keterbatasan dan kesibukan, serta menghindari efek samping dari konsumsi

minuman kopi yang berlebihan.

Sering 28%

Jarang 72%

Apakah Anda sering mengonsumsi

minuman kopi instan?

(11)

11 Grafik 2.3 Hasil Survei Pertanyaan Ketiga

Berdasarkan hasil survei, 25 responden (46%) mengalami penurunan

kantuk setelah mengonsumsi minuman kopi instan dan 29 responden (54%) lainnya

tidak mengalami penurunan kantuk setelah mengonsumsi minuman kopi instan.

Efek yang diberikan kafein dalam kopi instan, berbeda-beda terhadap setiap

responden. Respon tubuh yang berbeda-beda dapat disebabkan oleh kepekaan

setiap responden yang berbeda satu sama lain. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

perbedaan waktu konsumsi, berat badan, kadar kafein berdasarkan jenis kopi instan

yang dikonsumsi, laju metabolisme tubuh terhadap senyawa kafein, kualitas

kesehatan responden saat mengonsumsi minuman kopi instan, dan berbagai faktor

lainnya (Weinberg dan Bealer, 2008: 35-36).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2014

Universitas Surya menyukai minuman kopi instan, namun jarang mengonsumsinya.

Minuman kopi instan belum cukup efektif terhadap penurunan kantuk mahasiswa

Program Studi Biologi Angkatan 2014 Universitas Surya, dengan hanya 46%

Ya 46%

Tidak 54%

Apakah ada penurunan kantuk setelah

mengonsumsi minuman kopi instan?

(12)

12 responden yang memberikan respon positif terhadap efektivitas penurunan kantuk

karena konsumsi minuman kopi instan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi efek

dari kerja kafein pada minuman kopi instan dalam tubuh perlu diperhatikan secara

lebih spesifik, untuk penelitian yang lebih mendalam.

Daftar Pustaka

Aksi Agraris Kanisius. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Kanisius.

Badan Koordinasi Peyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh) Provinsi Riau. 2014. “Mengenal Jenis-Jenis Kopi”. [Online]. Tersedia: http://bakorluh.riau.go.id/berita-pertanian-umum/429-mengenal-jenis-jenis-kopi. Diakses 1 Juli 2015, Pukul 23.47 WIB.

Daswin, N. B. T. 2013. “Pengaruh Kafein terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”, Jurnal FK-USU.Vol. 1.

Dewi, Kurnia Harlina, Meizul Zuki, dan Hidayat Koto. 2009. “Pendekatan Sistem dalam Pemilihan Industri Hilir Unggulan Berbasis Kopi di Provinsi

Bengkulu”, Makalah pada Semirata BKS-PTN Indonesia Wilayah Barat

Tahun 2009.

Drake, Christopher et al. 2013. “Caffeine Effects on Sleep Taken 0, 3, or 6 Hours

Before Going to Bed”, Journal of Clinical Sleep Medicine.

Hayati, Rita, Ainun Marliah, dan Farnia Rosita. 2012. “Sifat Kimia dan Evaluasi

Sensori Bubuk Kopi Arabika”, Jurnal Floratek.Vol. 7: hlm. 66-75.

Lelyana, Rosa. 2008. “Pengaruh Kopi terhadap Kadar Asam Urat Darah: Studi

Eksperimen Pada Tikus Rattus Norwegicus Galur Wistar”. Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Prastowo, Bambang et al. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Syah, Andi Nur Alam. 2006. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Tim Boga GPU. 2005. Aroma Rasa Minuman Kopi Favorit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 1.1 Perbedaan antara jenis kopi arabika dan robusta.
Grafik 2.1 Hasil Survei Pertanyaan Pertama
Grafik 2.2 Hasil Survei Pertanyaan Kedua
Grafik 2.3 Hasil Survei Pertanyaan Ketiga

Referensi

Dokumen terkait

Untuk gambar 4.9 grafik model ITG 4.3R, dapat dilihat bahwa terdapat pola distribusi yang berbeda dengan model-model sebelumnya dimana pada model ini banyak data kolom yang yang

Sudah menjadi suatu keharusan bagi industri galangan kapal kayu tradisional di Batulicin untuk menerapkan standarisasi dalam perencanaan dan pemasangan instalasi

The result of this research showed that the findings in cycle II was higher that the KKM (Minimum MasteryCriterion) of MTs Muhammadiyah 01 Cekelan on score 60 in

Siswa yang memiliki kemampuan penalaran spasial yang baik akan memahami bahwa susunan kubus satuan pada pembelajaran volume juga berarti dalam menentukan luas permukaan

Kegiatan penjualan dengan cara kredit sudah menjadi trend namun pada saat penjualan barang dagangan dilakukan secara kredit, akan menimbulkan masalah baik dalam

Substitusi terigu dengan tepung ubi jalar kuning sebesar 80%:20% masih dapat diterima oleh konsumen, namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan

Total nilai impor kumulatif dari negara lainnya pada periode Januari-April 2017 juga lebih rendah 35,43 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu

Badan-badan lainnya, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang mempunyai kualifikasi dalam bidang yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan