• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret Ekonomi Untuk Pembangunan Kabupat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potret Ekonomi Untuk Pembangunan Kabupat"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

1

Research & Development

Scientific Journal: Economic Growth, Sector And Superior Commodity for Welfare Stage in Molluca Islands

(2)

2

1.

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah

dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sector swasta

untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ekonomi ( pertumbuhan ekonomi ) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108). Dari paparan teori yang ada maka jika di kaitakan dengan wilayah yang

menjadi objek dalam penelitian ini dapat katakan bahwa untuk pembangunan

wilayah Maluku Barat Daya terdiri dari kerjasama antara Masyarakat, Swasta dan

Pemerintah dalam mengelolah Potensi-Potensi Sumber daya yang ada ,yaitu

berupa Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia di daerah tersebut

dengan mengelola potensinya secara efisien maupun efektif dalam melihat tingkat

kesjahteraan dan laju pertubumbuhan ekonomi yang ada.

Namun melihat dari persoalan tersebut yang patut di pertanyakan apakah

Masyarakat dan Pemerintah Maluku Barat Daya sudah bekerja sama dengan baik

dalam membangun wilayahnya ataukah masih terjadi kesenjangan yang di

akibatkan oleh faktor-faktor lain sehingga menghambat pertumbuhan daerahnya

baik dari aspek ekonomi maupun aspek-aspek lainnya. Memang benar wilayah

Maluku Barat Daya adalah Kabupaten baru yang di mekarkan pada tahun 2008

sehingga untuk pembangunan wilayahnya agak lambat dan secara bertahap tetapi

jika di lihat dari potensi Sumber Daya Alam yang terkandung pada wilayah ini,

seharusnya dengan potensi yang ada, Pemerintah maupun Masyarakat mampu

untuk mengelolahnya dalam meningkatakan taraf hidup yang lebih baik, dan

dapat di bangun secara cepat untuk pembangunan wilayahnya . namun realitasnya,

(3)

3

yang memiliki ketertinggalan pembangunan baik dari segi infrastruktur ,ekonomi

,pendidikikan dan berbagai aspek lainnya ,sehingga hal ini mengakibatkan

pertumbuhan ekonomi menjadi lambat dan tingkat kesejahteraan masyarakat

rata-rata memiliki tingkat kesejahteraan yang sangat rendah jika di bandingkan dengan

wilayah-wilayah lain yang ada di Provinsi Maluku.

Maka dari persoalan yang ada juga masih dapat di katakan bahwa

terdapat ketimpangan antara pemerintah ,swasta maupun masyarakat dalam

membangun wilayahnya. Padahal dari sudut pandang ekonomi tujuan utama dari

usaha-usaha pembangunan ekonomi tidak menciptakan tingkat pertumbuhan GNP

yang setinggi-tingginya, melainkan penghapusan atau pengurangan tingkat

kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan

kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang (Todaro2004: 21).

Sesuai dengan tujuan pembangunan tersebut maka dapat di tarik

kesimpulan sementara bahwa pembangunan suatu daerah atau wilayah boleh

dikatakan tidak berhasil apabila tidak dapat mengurangi kemiskinan, memperkecil

ketimpangan pendapatan serta menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi

penduduknya. Sehingga untuk mengukur keberhasilan pembangunan wilayah

Maluku Barat Daya maka penelitian ini hadir dalam bentuk suatu kajian dengan

judul Potret Ekonomi untuk Pembangunan Wilayah Maluku Barat Daya.

Dimana dalam penelitian ini sangat diharapkan dapat menjadi kontribusi

pikir dan referensi bagi Pemerintah setempat maupun Masyarakat yang ada dalam

membangun Wilayah Maluku Barat Daya ke depan dengan melihat dan

memanfaatkan berbagai potensi yang ada untuk menuju kesejahteraan yang adil

(4)

4

2.

PENDEKATAN REGIONAL

Dalam penelitian ini pendekatan regional yang di maksud adalah pembahasan

mengenai ekonomi kewilayahaan yang menyangkut mengenai IPM,.Pendapatan,

Sektor Basis maupun Non-Basis ,dalam melihat Laju Pertumbuhan Ekonomi

sebagai Pembangunan Wilayah di Kabupaten Maluku Barat Daya.

2.1Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan United Nations Development Report (2004) Mengatakan bahwa

Indeks pembangunan manusia (human development index) merupakan salah satu

indicator untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk. Kualitas

fisik tercermin dari angka harapan hidup, sedangkan kualitas non fisik atau

intelektualitas melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan tingkat

pendapatan perkapita

Tabel 2.1

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten MBD

Tahun IPM Pertumbuhan

Ekonomi(%)

2006 - -

2007 - -

2008 65.96 -

2009 66.24 0.42

2010 66.60 0.54

2011 67.08 0.71

2012 67.28 0.29

Sumber : MBD dalam Angka 2013

Dari tabel 2.1 dapat di jelaskan bahwa untuk indeks pembangunan manusia

Kabupaten Maluku Barat Daya selama beberapa tahun terakhir yaitu untuk tahun

2006 dan Pada Tahun 2007 tidak sempat di catat oleh instansi terkait .sedangkan

untuk Tahun 2008 angka IPM sebesar 65,96. Pada Tahun 2009 angka IPM sebesar

(5)

5

berdasarkan Kondisi Indeks Pembangunan Manusia berbanding terbalik dengan

Pertumbuhan Ekonomi yang ada pada Wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya

sehingga untuk kondisi Masyarakat dapat di katakan masih jauh dari kata

KEMAKMURAN. Hal ini di karenakan kemampuan Masyarakat maupun

Pemerintah masih sangat rendah dalam mengendalikan Laju Pertumbuhan

Ekonomi .Sehingga dari hal ini juga secara tidak langsung jika di lihat dapat di

katakan, terdapat gangguan pada kualitas SDM yaitu berupa kualitas fisik

maupun non-fisik yang menjadi pengaruh untuk pembangunan Wilayah setempat

(6)

6 2.2Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah dalam peneliitian ini yaitu menyangkut Pendapatan Asli

daerah , Sedangkan untuk PDRB ( Produk Domestik Bruto ) atas dasar harga

konstan dipakai untuk melihat pertumbuhan ekonomi dalam membangun wilayah

Maluku Barat Daya.

1. Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan Data dari BPS Maluku Barat Daya 2013 Pendapatan Asli

Daerah yang didapat dari pendapatan hasil pajak dan bukan pajak

maupun penerimaan lainnya yang merupakan bantuan pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah dalam merealisasikan pembangunan wilayah

dapat dilihat dari realisasi anggaran yang menjadi salah satu tolok ukur

bagi pembangunan daerah , maka untuk itu persoalan tersebut dapat di

lihat dari data yang sempat di catat sebagai berikut.

Tabel 2.2

PAD Kabupaten Maluku Barat Daya

PAD (Rp) Tahun Realisasi Total

2011 2012

Pajak Daerah 186.997.314 390.000.000 576.997.314

Rertibusi Daerah 1.278.808.788 782.563.450 2.061.372.238

Penerimaan Lain-Lain 4.061.107.548 6.332.837.823 10.393.945.371

Total 5.526.913.650 7.505.401.273 13.032.314.923

Sumber :MBD dalam Angka 2013

Dari tabel 2.2 dapat di lihat bahwa untuk realisasi PAD dalam

membangun wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya selama dua tahun

yang berasal dari Pajak daerah sebesar Rp.576.997.314 ,kemundian untuk

Retribusi Daerah sebesar Rp.2.061.372.238 sedangkan untuk penerimaan

lain-lain PAD sebesar Rp.10.393.945.ini menunjukan bahwa secara realitas

(7)

7

setempat hanya menggunakan kekuatan dengan total dana sebesar

Rp.13.032.314.923. selain itu juga dapat di katakan bahwa pemerintah

masih kurang efektiv dalam membangun wilayah Kabupaten MBD padahal

jika dilihat dari sumber pendapatan untuk pembangunan daerah selain

DAU dan DAK pemerintah setempat memiliki sumber dana yang cukup

untuk pembangunan wilayahnya. Hal ini dapat di buktikan dari data yang di

dapat melalui Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

MBD 2013 dimana data tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut.

Tabel 2.3

Pendapatan Daerah Kabupaten MBD 2012

PENDAPATAN DAERAH KAB.MBD

2012 (RP) PAD Jumlah Realisasi Selisih

Hasil Pajak 26.876.464.499 390.000.000 26.486.464.499

Bukan Pajak 2.731.610.173 782.563.450 1.949.046.723

TOTAL 29.608.074.672 1.172.563.450 28.435.511.222

Penerimaan Lainnya

1.Pendapatan Lainnya 9.718.239.648 - -

2.Bantuan Aparatur 10.599.093.960 - -

3.Bantuan Pembangunan 13.073.535.000 - -

4.Sumbangan dan Bantuan

Lainnya 7.500.000.000 - -

TOTAL 40.890.868.608 6.332.837.823 34.558.030.785

Sumber : Laporan BPK dan Aset Daerah Kabupaten MBD 2013

Pada tabel 2.3 dapat di jelaskan bahwa untuk sumber pendapatan

asli dearah kabupaten MBD pemerintah memiliki sisa anggaran untuk

pembangunan wilayahnya dari hasil kalkulasi , untuk pendapatan pada

Tahun 2012, Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebesar Rp.28.435.511.222

sedangkan untuk sumber penerimaan lainnya terdapat sisa anggaran

sebesar Rp.34.558.030.785. ini menunjukan bahwa pemerintah setempat

(8)

8

membangun wilayahnya meskipun mendapatkan bantuan dana dari

pemerintah pusat .Sehingga dengan tingkat realisasi yang ada patut di

pertanyakan untuk pembangunan wilayahnya. Maka dari hasil ini, dapat

dikatakan bahwa kondisi pembangunan infrasturktur dalam kurun waktu

satu tahun masih sangat terbatas . sehingga tidak dapat pungkiri bahwa hal

tersebut menjadi faktor pengganggu untuk Indeks Pembangunan Manusia

dan laju pertumbuhan ekonomi bagi daerah setempat.

2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB Berdasarkan Harga Konstan) Dalam penelitian ini juga PDRB di gunakan untuk melihat progress laju

pertumbuhan ekonomi berdasarkan kontribusi Pendapatan Daerah

Kabupaten Maluku Barat Daya dalam pembangunan wilayahnya selama

beberapa tahun terakhir.

Tabel 2.4

PDRB Kabupaten Maluku Barat Daya

Tahun PDRB Pertumbuhan

Ekonomi (%)

2008 265.037 -

2009 297.472 12.2

2010 329.240 10.6

2011 370.886 12.6

2012 381.332 2.8

Sumber ;MBD Dalam Angka 2013

Pada tabel 2.4 dapat di lihat total PDRB pada tahun 2008 memiliki nilai

sebesar 265.037 , pada tahun 2009 nilai PDRB sebesar 297.472 dengan nilai

pertumbuhan ekonomi sebesar 12.2 % tahun 2010 nilai PDRB sebesar

329.886 dengan nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 10.6% sedangkan

(9)

9

ekonomi sebesar 12.6% kemudian untuk tahun 2012 PDRB sebesar 381.332

dengan nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 2.8 %.ini menunjukan bahwa

tingkat PDRB dalam memberikan kontribusi Pertumbuhan ekonomi

Maluku Barat Daya terjadi penurunan selama beberapa tahun terakhir hal

ini dapat dilihat pada gambar 2.2 mengenai kondisi PDRB terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Maluku Barat Daya.

Gambar 2.2

Sumber : Olahan Data 2015

Gambar 2.2 menjelaskan bahwa kondisi PDRB selama 5 tahun terakhir

dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Maluku

Barat Daya mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2012

dengan angka pertumbuhan sebesar 2.8 %. Ini menunjukan bahwa

Pengelolaan PAD dalam membangun wilayah Maluku Barat Daya peran

Pemerintah, Swasta maupun Masyarakat setempat sangat rendah dalam

(10)

10

menurun dengan selisih 9.8% pada tahun 2012. Melihat persoalan ini

dapat di katakan ada ketimpangan antara Pemerintah ,Swasta maupun

Masyarakat setempat dalam membangun wilayah Maluku Barat Daya.

maka dari hal ini jika di biarkan dengan kondisi yang ada secara

terus-menerus akan menjadi faktor pengganggu bagi aspek-aspek yang lain

dalam membangun daerah setempat dan yang lebih di takutkan lagi jika

persoalan tersebut tak dapat di atasi maka seluruh aspek yang ada pada

wilayah Maluku Barat Daya dalam konteks Pembangunan Wilayah ke

depanya akan di hantui dengan yang namanya KEMISKINAN.

Sehingga untuk mengatasi persoalan yang ada dalam melihat nilai

PDRB yang berbanding terbalik dengan persentase ekonomi yang

menurun pada tahun 2012, di perlukan analisis yang mendalam untuk

memecahkan persoalan tersebut .di mana analisis tersebut dapat di ukur dari

setiap sector PDRB yang merupakan potensi bagi wilayah Maluku Barat

Daya dengan mengunakan alat analisis Location Question (LQ) untuk

melacak sector basis maupun non-basis yang dapat di jadikan penunjang

bagi Pertumbuhan ekonomi maupun Pembangunan wilayah setempat .

2.3 Sektor Basis dan Non-Basis Maluku Barat Daya

Dalam penelitian ini untuk melihat sector basis maupun non-basis pada wilayah

Maluku Barat Daya pada tahun 2012 dapat lihat pada tabel analisis LQ yang

sudah di hitung secara langsung dengan menggunakan alat bantu analisis yaitu

Sofware Statistick IER Windows 8 dengan kriteria jika nilai LQ < 1 = Non Basis

sedangkan jika nilai LQ > 1 = Sektor Basis dan jika nilai LQ = 1 Self-Sulficient

(11)

11

dari Pemerintah, maupun Masyarakat setempat Sehingga untuk melihat hasil

analisis tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Pertanian

Type Name Value LQ

Sector Pertanian 79.319.98 0.52

Sub-Sector *** *** ***

1 Tanaman Bahan Makanan 23.530.75 0.57

2 Tanaman Perkebunan 13.404.30 0.32

3 Peternakan 8.015.36 0.19

4 Kehutanan 648.09 0.015

5 Perikanan 33.721.48 0.53

Sumber : Olahan Data 2015

Pada sector pertanian hasil analisis menunjukan nilai LQ = 0,52 dan < 1

yang menunjukan bahwa untuk sector pertanian bukan sector basis di

wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya di karenakan potensi dari sector

pertanian di pakai dalam menunjang pertumbuhan ekonomi daerahnya

hanya sebesar 52% dengan setiap sub-sektornya yaitu untuk Tanaman

bahan makanan memiliki nilai LQ = 0,57dan bukan merupakan sub-sector

basis artinya dalam proses pengelolahaannya Pemerintah maupun

masyarakat hanya mengelola potensi Tanaman Bahan Makanan sebesar

57% dan sisanya sebesar 33% masih di gunakan untuk konsumsi dan belum

di kelola secara optimal oleh masyarakat setempat.

Sedangkan untuk Tanaman perkebunan memiliki nilai LQ = 0,32 dan

bukan merupakan sub-sektor basis atau sebesar 32 % yang di kelola untuk

pembangunan dan penunjang pertumbuhan ekonomi daerahnya sedangkan

sisanya sebesar 68% dari sub-sektor Tanaman perkebunan di konsumsi oleh

Pemerintah maupun Masyarakat setempat.kemudian untuk sub-sektor

Peternakan memiliki nilai LQ = 0,19 termasuk sub-sektor non basis artinya

(12)

12

pertumbuhan ekonomi dan sisanya 81% belum di gunakan secara optimal.

Sedangkan untuk sub-sektor Kehutanan memiliki nilai LQ = 0,015 atau

sebesar 1,5% yang di gunakan dalam menunjang pertubuhan ekonomi dan

sisanya sebesar 95% belum di gunakan secara optimal oleh pemerintah

maupun masyarakat setempat. Selanjutnya pada sub-sector perikanan

mendapatkan nilai LQ = 0,53 atau sebesar 53 % yang di kelola dan sisanya

sebesar 47 % belum di gunakan secara optimal.

Ini membuktikan bahwa pemerintah maupun seluruh potensi

masyarakat di wilayah Maluku Barat Daya belum mampu mengelola

Potensi Sumber Daya Alam yang terletak pada sector Pertanian dalam

menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerahnya.hal ini di

karenakan kemampuan pemerintah yang belum maksimal dalam

mengatasi masalah pertumbuhan ekonomi yang merosot turun , selanjutnya

masalah ketebatasan infrastruktur dan kemampuan SDM yang belum

memadai,.

Sehingga melihat persoalan yang ada pada sector pertanian

berdasarkan hasil analisis perlu di tingkatkan pengelolahan untuk setiap

sub-sektor yang ada dan khususnya untuk sub-sektor Tanaman Bahan

makanan dan sektor Perikanan ,hal ini di karenakan untuk kedua

sektor yang ada memiliki nilai LQ yang lebih besar di bandingkan

sub-sektor - sub-sub-sektor lainnya yang ada pada sector pertanian, maka secara

tidak langsung jika kedua sub-sektor tersebut di tingkatkan secara optimal

akan mempengaruhi dan meningkatkan sub-sektor yang lain pada sector

pertanian dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

(13)

13 2. Pertambangan & Industri Pengolahan

Type Name Value LQ

Sector Pertambangan dan Penggalian 1.323.95 0.008

Industri Pengolahan Tanpa

Migas 1.186.68 0.007

Sumber : Olahan Data 2015

Pada sector pertambangan dan Industri Pengolahan nilai LQ < 1 yang

menunjukan bahwa kedua secktor tersebut bukan merupakan sector basis

pada wilayah Maluku Barat Daya dimana untuk sector pertambangan

memiliki nilai LQ = 0,008 atau sebesar 0,8 % potensi sector pertambangan

yang di kelola dan sisanya sebesar 99,2 % belum digunakan oleh

pemerintah dan masyarakat setempat dalam membangun daerahnya

,sementara untuk sector industry pengolahan memiliki nilai LQ = 0,007 atau

sebesar 0,7 % yang di kelola dan sisanya sebesar 99,3 % belum di gunakan

secara optimal.

Ini menunjukan Pemerintah maupun masyarakat setempat perlu

memperhatikan kedua sector tersebut secara terfokus untuk mendapatkan

pengelolahaan yang optimal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan daerahnya .yaitu untuk sector pertambangan dan industry

pengolahan di perlukan fasilitas Infrasturktur , dan teknologi yang memadai

dalam menjawab persoalan yang ada.

3. Bangunan ,Listrik, Gas & Air Bersih

Type Name Value LQ

Sector Bangunan 7.503.97 0.049

Listrik ,Gas & Air Bersih 846.11 0.005

Sub-Sector *** *** ***

1 Listrik 822.20 0.97

2 Air Bersih 23.91 0.025

(14)

14

Pada sector Bangunan ,Listrik Gas & Air Bersih merupakan sector non

-basis yaitu untuk sector Bangunan mendapatkan nilai LQ = 0,049 atau

sebesar 49 % sector bangunan di kelola dan sisanya 51 % belum di lakukan

secara optimal sehingga ini membuktikan bahwa pembangunan secara

fisik yang di lakukan oleh pemerintah belum terlaksana secara efektif,

selanjutnya untuk sector Listri Gas & Air bersih memiliki nilai LQ = 0,005

atau sebesar 0,5 % yang di kelola dan sisanya sebesar 99,5% belum di kelola

secara optimal meskipun pada sub-sektor listrik berperan penuh dengan nilai

LQ = 0,97 atau 97% namun tidak menjadi penunjang bagi pertumbuhan

dan pembangunan daerah setempat ,apalagi untuk sub-sektor Air bersih

yang hanya mendapatkan nilai LQ = 0,025 atau sebesar 2,5 % yang dikelola

dan sisanya sebesar 97,5 % yang belum di gunakan yang menunjukan

bahwa masih ada ketimpangan bagi Pemerintah maupun masyarakat

setempat dalam membangun daerahnya sehingga tak heran jika dari sector

tersebut dapat di lihat bahwa pembangunan infrastruktur masih sangat

minim ,maka untuk mengatasi persoalan ini dalam melihat kemajuan

daerah, pemerintah secara langsung dan tegas harus mengambil kebijakan

yaitu dengan melakukan pembangunan Infrastruktur secara maksimal dalam

menjawab pertumbuhan daerahnya .

4. Perdagangan,Hotel & Restoran

Type Name Value LQ

Sector Perdagangan ,Hotel & Restoran 67.486.87 0.44

Sub-Sector *** *** ***

1 Perdagangan 67.230.27 2.28

2 Hotel 8.74 0.0003

3 Restoran 247.86 0.008

(15)

15

Pada Sektor Perdagangan Hotel & Restoran merupakan sector non-basis

dengan nilai LQ = 0,44 dan < 1 atau sebesar 44 % yang di kelola dan sisanya

sebesar 56 % belum di kelola secara optimal. Sementara untuk sub-sektornya

pada sub-sektor Perdagangan memiliki nilai LQ = 2,28 atau sebesar 228%

dan > 1 yang menunjukan bahwa di atas 100% sector di kelola secara

optimal dan menjadi sub-sektor basis pada daerah tersebut .ini menunjukan

bahwa Pemerintah maupun Masayrakat Maluku Barat Daya sangat

bergantung pada sub-sektor Perdagangan dimana kegitatan perdagangan di

kelola sampai ke luar daerah yang menjadi sector basis. artinya bahwa

kegiatan pada sub-sektor perdagangan yang meliputi Ekspor-Impor

menjadi penunjang yang sangat penting bagi Pertumbuhan Ekonomi dan

Pembangunan Daerah Maluku Barat Daya.Jika di bandingkan dengan

sub-Sektor Hotel yang memiliki Nilai LQ =0,0003 atau sebesar 0,03% dan

sector Restoran dengan nilai LQ = 0,008 atau sebesar 0,8% dengan sisa

sebesar 99,97 % dari Sub-sektor Hotel dan 99,2% dari sub-sektor Restoran

yang belum di kelola secara optimal dan merupakan sub-sektor non-basis

pada wilayah Maluku Barat Daya, Sehingga melihat hal ini untuk mengatasi

persoalan yang ada dimana dari hasil sub-sektor yang berbading terbalik

dengan keselurhan Sektor Perdagangan Hotel & Restoran yang bukan sector

basis dan secara keseluruhan tidak menjadi penunjang bagi Pertumbuhan

Daerah .Pemerintah maupun Masyrakat yang ada perlu memanfaatkan

Peluang dan Kekuatan yang terdapat pada sub-sektor perdagangan untuk

meningkatkan Sub-Sektor lainnya dalam menunjang Pertumbuhan ekonomi

dan pembangunan daerahnya secara keseluruhan dari sector tersebut.

(16)

16 5. Pengangkutan & Komunikasi

Type Name Value LQ

Sector Komunikasi 223.47 0.001

Pengangkutan 3.357.71 0.02

Sub-Sector *** *** ***

1 Angkutan Jalan Raya 853.16 0.32

2 Angkutan Laut 2.012.21 0.75

3 Angkutan Udara 116.2 0.04

4 Angkutan Penyebrangan 76.7 0.02

5 Jasa Penunjang Angkutan 223.47 0.08 Sumber : Olahan Data 2015

Pada sector pengangkutan dan komunikasi merupakan sector non basis

ddimana untuk sector pengangkutan mendapatkan nilai LQ = 0,02 atau

sebesar 2% yang di kelola dan sisanya sebesar 98% belum di kelola secara

optimal sementara untuk sector Komunikasi mendapatkan nilai LQ = 0,001

atau sebesar 0,1 % yang di kelola dan sisanya sebesar 99,9% yang belum di

optimalkan melihat hal ini dapat di katakan bahwa untuk sector komunikas i

dalam penunjangannya terhadap pertumbuhan daerah setempat pemerintah

maupun masyarakat masih sangat terbatas dalam menggunaka akses

komunikasi sehingga untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah

maupun masyarakat setempat harus mengembangkan pembangunan

Infrastruktur yang menyangkut sarana dan prasana dalam meningkatkan

akses komunikasi bagi pertumbuhan daerahnya mengingat akses

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam membuka jalur

bagi peningkatan sector-sektor lainnya.

Untuk sub-sektor pengangkutan pada sub-sektor Angkutan Jalan

Raya mendapatkan nilai LQ = 0,32 atau sebesar 32 % yang di kelola dan

sisanya sebesar 68 % belum di kelola oleh pemerintah maupun masyarakat

(17)

17

Barat Daya, Masyarakat maupun Pemerintah masih terbatas dalam

menggunakan akses Transportasi Angkutan Jalan Raya selanjutnya untuk

sub-sektor Angkutan Laut memiliki nilai LQ = 0,75 atau sebesar 75% yang di

kelola dan sisa 25 % yang belum di kelola secara optimal melihat hal ini

dimana untuk sub-sektor Angkutan Laut memiliki nilai LQ yang lebih besar di

banding sub-sector lainnya maka dapat di katakan bahwa untuk pembangunan

daerah pemerintah maupun masyarkat setempat sangat bergantung dan lebih

mudah dalam menggunakan akses Transportasi Angkutan Laut .sehingga jika

sub-secktor tersebut jika tingkatkan menjadi sub-sektor basis dengan

menambahkan fasilitas untuk akses Transportasi Laut maka secara otomatis

sub-Sektor tersebut akan mendongkrak sector dan sub-sektor lainya yang

berada pada wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya.

Sedangkan untuk sub-sektor Angkutan Udara mendapatkan nilai LQ =

0,04 atau sebesar 4 % dan sisanya sebesar 96 % yang belum dikelola secara

optimal kemudian untuk Sub –sektor Angkutan Penyebrangan memiliki nilai

LQ = 0,02 atau sebesar 2 % dan sisanya sebesar 98 % yang belum di

optimalkan dan untuk sub- sector Jasa Penunjang Angkutan memiliki nilai

LQ = 0,08 atau sebesar 8 % dan sisanya sebesar 92 % yang belum di kelola

secara optimal , maka melihat hal ini dapat di katakan untuk pemerintah dan

masyarakat setempat masih juga memiliki ketebatasan dalam mendapatkan

akses yang berada sub-sub sector tersebut ,sehingga dengan persolaan yang

ada perlu peningkatan oleh pemerintah maupun masyarakat pada sub-sub

sector tersebut dengan mengembangkan fasilitas yang dapat menjawab

permasalahan tersebut.yaitu penngemabangan infrastruktur dan melakukan

(18)

18

kebutuhan sub-sub sector pada akses Angkutan Udara ,Angkutan

Penyebrangan dan Jasa Penunjang Angkutan dalam memperlancar Akses

Transportasi bagi pengembangan sector-sektor lainya untuk pembangunan

daerah Maluku Barat Daya.

6. Keuangan ,Persewaan & Jasa Perusahaan

Type Name Value LQ

Sector Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 8.066.03 0.05

Sub-Sector *** *** ***

1 Bank 558.43 1.38

2 Lembaga Keuangan Non Bank 147.83 0.36

3 Sewa Bangunan 7.329.82 0.90

4 Jasa Perusahaan 29.95 0.07

Sumber : Olahan Data 2015

Pada sector Keuangan ,Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sector non

basis dengan nilai LQ = 0,05 dan < 1 yang artinya sebesar 5 % sector tersebut

di kelola dan sisanya sebesar 95 % belum di kelola secara optimal oleh

masyarakat maupun pemerintah setempat. Sedangkan untuk sub-sub

sektornya pada sub-sektor Bank memiliki nilai LQ = 1.38 dan > 1 artinya

sebesar 138 % dan di atas 100% sub-sektor Bank di kelola oleh Pemerintah

dan masyarakat setempat . Hal ini menunjakan bahwa dalam proses

pembangunan daerahnya sub-sektor perbankan sangat berperan penting dan

memiliki andil dalam penunjangan sector-sektor lain sehingga melihat hal ini

pemerintah maupun masyarakat perlu memanfaakan kekuatan perbankan

dalam aspek perputaran modal ( Capital of Circles ) yang ada untuk

menunjang sector keuangan untuk menjadi sector basis dalam proses

(19)

19

Selanjutnya sub-sektor Lembaga keuangan non-bank memiliki nilai

LQ = 0,36 atau sebesar 36 % yang di kelola dan sisanya sebesar 64% belum

di optimalkan ,kemudian untuk sub-sektor sewa bangunan memiliki nilai LQ

= 0,90 atau sebesar 90 % dan sisanya sebesar 10 % belum di optimalkan dan

untuk sub-sektor jasa perusahaan memiliki nilai LQ = 0,07 atau sebesar 7 %

dan sisanya 93% belum di kelola secara maksimal .maka dari persoalan yang

ada selain untuk sub-sektor perbankan pemerintah maupun masyarakat

perlu mengembangkan secara maksimal sub-sektor sewa bangunan hal ini

di karenakan sub-sektor tersebut juga dapat menjadi penunjang bagi

pertumbuhan daerah setempat dengan memiliki nilai LQ yang hampir

mencapai tingkat maksimal secara self-sulficient bagi pertumbuhan

ekonominya.

7. Jasa-Jasa

Type Name Value LQ

Sector Jasa-Jasa 22.116.65 0.14

Sub-Sector *** *** ***

1 Pemerintahan Umum & Pertahanan 17.234.14 0.77

2 Swasta 4.882.51 1.57

* Sosial Kemasyarakatan 4.088.48 1.32

** Hiburan & Rekreasi 8.84 0.002

*** Perorangan & Rumah Tangga 785.19 0.25 Sumber : Olahan Data 2015

Pada sector Jasa-jasa memiliki nilai LQ = 0,14 dan < 1 dan merupakan sector

non-basis yang artinya sebesar 14 % di kelola dan sisanya sebesar 86 % belum

di optimalkan ,sementara untuk sub-sub sektornya pada sub sector

Pemerintahan umum dan Pertahanan memiliki nilai LQ = 0,77 atau sebesar

77 % dan sisanya 23% yang belum di kelola secara optimal ,ini membuktikan

(20)

20

kontribusi jasa bagi pertumbuhan daerah setempat.sehingga dengan persoalan

yang sangat di harapkan untuk ke depannya pemerintah lebih ekstra dalam

mengembangkan sub-sektor tersebut untuk menjadi penunjang bagi

pembangunan Maluku Barat Daya.

Kemudian untuk sub-sektor swasta memiliki nilai LQ = 1,57 dan > 1

yang merupakan sector basis artinya sebesar 157 % dan di atas 100 %

sub-sektor swasta di kelola dan memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan

daerah setempat maka dari persoalan tersebut pemerintah maupun

masyarakat setempat perlu memanfaatkan sub - sektor swasta dengan

sebaik-baiknya untuk pengembangan sector jasa dengan sub-sektor lainya

dalam melihat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah

Maluku Barat Daya mengingat dari hasil analisis untuk sector jasa tidak

termasuk sector basis namun memiliki sub-sektor swasta yang menjadi

ketergantungan bagi pemerintah maupun masyarakat setempat dalam

memberikan kontibusi untuk pembangunan wilayahnya.sehingga dari

persoalan ini juga pemerintah maupun masayarkat harus berani untuk

melakukan investasi atau bekerja sama dengan para investor untuk

membangun dan mengendalikan pertumbuhan ekonomi secara teratur.

Sedangkan dari sub-sektor swasta tersebut sub-sektor Sosial

Kemasyarakatan juga merupakan sub-sector basis dimana hasil LQ = 1,32

sebesar 132 % dan diatas 100% yang dikelola secara optimal ,hal ini

menunjukan bahwa pemerintah dan masyarakat dalam mendapatkan jasa

lebih banyak jasa yang di dapatkan berasal dari sub – sektor social

kemasyarakatan yang artinya pemerintah dan masyarakat setempat harus

(21)

21

melaksanakan program-program pemberdayaan yang dilakukan untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah

setempat.kemudian untuk sub-sektor Hiburan dan Rekreasi memiliki nilai

LQ = 0,002 atau sebesar 0,2 % dan sisanya sebesar 99,8% yang belum di

kelola secara optimal ,ini menunjukan bahwa untuk sub-sektor Hiburan dan

rekreasi di perlukan perhatian terfokus bagi pemerintah maupun masyarkat

Maluku Barat Daya mengingat untuk Sub-sektor tersebut memiliki potensi

penting yaitu salah satunya terkandung pada Aspek Pariwisata ,sehingga jika

dilakukan peningkatan pemerintah maupun masyarakat harus bekerja

dengan sector swasta dalam mencapai tujuan pembangunan infrastruktur

pada sub-sektor tersebut.atau pemerintah bekerja sama dengan pihak

investor/swasta yang mampu memberikan dampak pembangunan bagi

sub-sektor hiburan dan rekreasi untuk pertumbuhan ekonomi pada daerah

setempat.dan untuk sub-sektor peroranan dan rumah tangga mendapatkan nilai

LQ= 0,25 atau sebesar 25 % di kelola dan sisanya 75 % yang belum di

optimalkan maka melihat hal tersebut pada sub-sektor yang ada

pemerintah maupun masyarakat harus memanfaatkan setiap potensi

sub-sektor yang terletak pada sector jasa salah satunya adalah sub-sub-sektor

Sosial-Kemasyarakatan dimana jika sub-sektor ini di kembangkan akan

meningkatkan sub-sektor Pereorangan dan rumah tangga seperti

peningkatan usaha Home Industri yang berasal dari program-program

pemberdayaan yang dilaksanakan sehingga secara tidak langsung juga

akan mempengaruhi sector swasta untuk berkembang dan pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan wilayah juga akan ikut berkembang secara

(22)

22 3. PROYEKSI PEMBANGUNAN WILAYAH

Dalam penelitian ini proyeksi pembangunan wilayah yang di gunakan adalah

untuk merencanakan seluruh potensi daerah yang ada untuk dapat di

kembangkan dalam mengatasi masalah-masalah yang di dapat pada objek

penelitian ini yaitu mengenai tingkat IPM,PAD yang dilihat dari Kontribusi

PDRB dan Sektor Basis dalam Pembangunan Wilayah yang dilihat dari

Pertumbuhan Ekonomi Maluku Barat Daya dimana dalam perencanaan ini

berdasarkan data yang di dapat hanya selama 5 tahun terakhir maka proyeksi

pembangunan yang dilakukan adalah perecanaan jangka pendek.

3.1 Diagram Planing

Diagram Planing dalam penelitian ini di gunakan sebagai suatu kerangka

sistematis yang di susun berdasarkan masalah yang ada dengan menentukan

solusi untuk perencanaan yang di lakukan.

1

2 4

3

Sektor Basis Pendapatan Daerah

IPM

(23)

23

Dari hasil diagram planning dapat dijelaskan bahwa dalam proyeksi

pembangunan inti pemasalahan terlatak pada potensi daerah yang menjadi

penunjang dan pemicu utama dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Barat Daya

yaitu potensi tersebut merupakan sector basis terdapat pada daerah setempat

dimana jika potensi sector basis di tingkatkan secara optimal maka akan

mempengruhi peningkatan Pendapatan Daerah dan jika pendapatan daerah di

tingkatkan dengan menjawab kebutuhan SDM pada masyarakat setempat secara

tidak langsung akan mempengaruhi Indeks pertumbuhan manusia (IPM) yang

menjadi tolok ukur kualitas SDM sehinga jika IPM tingkatkan secara otomatis sector

basis juga akan meningkatkan dan akan mempengaruhi Petumbuhan ekonomi

yang menjadi tolok ukur pembangunan Wilayah Maluku Barat Daya .

Maka untuk melihat seberapa relevannya setiap item dari proyeksi

pembangunan wilayah yang di rencanakan dapat di gunakan Alat Analisis SFRS

untuk mengukur dan meramalkan setiap progress itemnya untuk pembangunan

wilayah di masa depan pada system perecanaan jangka pendek di lakukan.

3.2 SFRS ( Sturucture Forcasting Regression System )

Dalam penelitian ini analisis SFRS di gunakan untuk mengetahui dampak dan

meramalkan progress dari dampak tersebut di masa yang akan datang dengan

melihat hasil forecasting dari setiap item yang telah di proyeksikan untuk

pembangunan wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya.

Adapun untuk item SFRS yang di ukur adalah Dampak dari Sektor Basis

pada Pendapatan Daerah, dampak Pendapatan Daerah untuk IPM kemudian

dampak IPM dan Sektor Basis yang berasal dari PDRB untuk Pembangunan

(24)

24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 800.0009 116.9210 6.842236 0.0064 SEKTOR -0.430699 0.140935 -3.056006 0.0552

R-squared 0.756872 Mean dependent var 455.2806 Adjusted R-squared 0.675829 S.D. dependent var 120.8234 S.E. of regression 68.79203 Akaike info criterion 11.58923 Sum squared resid 14197.03 Schwarz criterion 11.43300 Log likelihood -26.97307 Hannan-Quinn criter. 11.16994 F-statistic 9.339175 Durbin-Watson stat 2.641580 Prob(F-statistic) 0.055166

Sumber;Olahan_Data_SFRS-2015

Berdasarkan hasil Analisis dapat dilihat bahwa jika sector basis di tingkatkan

(25)

25

Untuk nilai forcasting di dapatakan nilai ThIC sebesar 0,0572 atau sebesar

57,2 % dan sisanya sebesar 43,8% di pengaruhi oleh faktor-faktor lain

dengan tingkat realitas yang dilihat pada nilai Varian yang berada pada

titik 0 dan covarian yang mendekati nilai 1 dengan nilai covarian sebesar 0,93

yang menunjukan nilai ramalan dari hasil sector basis secara nyata akan

mempengaruhi Pendapatan Daerah .

Sehingga dapat di jelaskan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun dari

patokan tahun yang di ramalkan pada tahun ke -1 menuju tahun ke- 2

setelah Tahun 2012 berdasarkan grafik sector basis akan menaikan

pendapatan pada tahun 2014 ,sementara untuk tahun ke-2 menuju tahun ke

-3 sektor basis akan menurunkan Pendapatan Daerah Pada tahun 2015

kemudian pada tahun ke –3 menuju tahun ke-4 dan tahun ke-5 akan

mengalami peningkatan secara maksimal yaitu pada tahun 2016 dan tahun

2017

Aritnya untuk setiap tahun dengan nilai ramalan sebesar 57,2% dari

sector basis akan mendapatkan pendapatan Daerah dalam kurun waktu

setahun untuk tahun pendapatan yang di ramalkan pada tahun 2012 yaitu

sebesar Rp 29.608.074.672 *0,0572 = Rp.1.693.581.871 yang menunjukan bahwa sector basis menghasilkan pendapatan daerah dengan selisih Rp.1.6

milyar untuk setiap tahunnya dalam jangka waktu 5 tahun kedepan maka

jika ramalan di targetkan pada tahun 2017 dapat di jelaskan Pendapatan

Daerah yang di dapatkan dari hasil sector basis sebesar Rp 29.6 Milyar + 1.6

Milyar *5 Tahun = Rp 31.2 milyar *5 = Rp 156 milyar ,ini menunjukan

bahwa jika sector basis di tingkatkan akan mengahasilkan Pendapatan

(26)

26

porses pengelolahan setiap sector basis yang ada dalam kurun waktu 5

tahun.maka melihat persoalan tersebut namun dengan melihat dari nilai

standard eror = 0,14 atau sebesar 14 % menjadi faktor penggangu dalam

mendapatkan pencapaian pendapatan daerah sesuai dengan yang di

ramalkan pemerintah maupun masyarakat setempat harus berani dan

mampu untuk mengelolah sector dan sub-sub sector yang menjadi potensi

bagi wilayah Maluku Barat Daya ,dapat di kelola secara maksimal dan efektiv.

2. Pendapatan Daerah – Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Dependent Variable: IPM Method: Least Squares Date: 09/12/15 Time: 12:32 Sample: 1 5

Included observations: 5

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 22.29593 20.46011 1.089727 0.3555 Pendapatan Daerah 0.032934 0.043725 0.753206 0.5060

R-squared 0.159032 Mean dependent var 37.29000 Adjusted R-squared -0.121290 S.D. dependent var 9.978121 S.E. of regression 10.56593 Akaike info criterion 7.842321 Sum squared resid 334.9167 Schwarz criterion 7.686096 Log likelihood -17.60580 Hannan-Quinn criter. 7.423029 F-statistic 0.567319 Durbin-Watson stat 2.158677 Prob(F-statistic) 0.506046

Sumber;Olahan_Data_SFRS-2015

Berdasarkan hasil analisis untuk pendapatan daerah jika dilakukan

untuk penunjangan infrasturktur SDM maka akan membawa dampak

pada tingkat IPM sebesar 0,0329 atau sebesar 32,9% dengan tingkat

keyakinan sebesar 0,506 atau sebesar 50,6% yang pasti terjadi untuk

(27)

27

Untuk hasil forecasting di dapatkan nilai ThIC untuk Pendapatan Daerah

dalam meramalkan tingkat IPM sebesar 0,107 atau sebesar 10,7 % dengan

nilai bias dan varian berada pada titik 0 sedangkan nilai Covarian sebesar

0,57 secara langsung hampir mendekati nilai 1 sehingga dari hal ini dapat

katakan bahwa secara realitas pendapatan daerah dapat meramalkan

tingkat IPM pada Wilayah Maluku Barat Daya.

Dimana Hasil ramalan tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut

yaitu dalam jangka waktu 5 tahun kedepan dari tahun yang di ramalkan

berdasarkan grafik pendapatan daerah pada tahun ke-1 (2013) menuju

tahun ke-2 (2014) akan bergerak naik untuk meningkatkan nilai IPM

dan akan bergrak menurun pada tahun ke-3 (2015) sedangkan akan

bergerak naik secara bertahap pada tahun ke 4 (2016) dan tahun (2017).

(28)

28

IPM dalam setahun setelah tahun 2012 adalah 0,6728*0,107 = 0,0719 atau

sebesar 7,19 % artinya peningkatan pada IPM yang di pengaruhi dari

pendapatan daerah memiliki selisih nilai yaitu 7,19 % dan jika pengaruh

pendapatan daerah di tingkatkan akan menghasilkan peningkatan nilai

IPM dalam setahun yaitu dari 67,28 % ( + 7,19 %) akan menjadi 74, 47

% yang di peroleh untuk nilai IPM Wilayah Maluku Barat Daya

,sedangkan jika di targetkan untuk jangka waktu 5 tahun ( 2017) nilai IPM

akan menjadi 74,47%( 5 ) = 375,25 % pada 5 tahun yang akan datang

.hal ini menunjukan bahwa pemerintah yang berada pada daerah

setempat harus mengunakan pendapatan daerah secara efektiv dalam

membangun infrsturktur maupun sarana dan prasarana yang menunjang

indeks pembangunan Manusia yang berada pada Wilayah Maluku Barat

Daya jika ingin mendapatkan kualitas SDM yang baik untuk penujangan

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 30.76568 11.02405 2.790778 0.0684 IPM 0.583811 0.287511 2.030572 0.1353

R-squared 0.578842 Mean dependent var 52.53600 Adjusted R-squared 0.438456 S.D. dependent var 7.656689 S.E. of regression 5.737633 Akaike info criterion 6.621145 Sum squared resid 98.76128 Schwarz criterion 6.464920 Log likelihood -14.55286 Hannan-Quinn criter. 6.201853 F-statistic 4.123222 Durbin-Watson stat 1.978732 Prob(F-statistic) 0.135269

(29)

29

Berdasarkan hasil analisis untuk Konribusi IPM jika untuk pertumbuhan

ekonomi dalam pembangunan Wilayah Maluku Barat Daya akan membawa

dampak sebesar 0,5838 atau sebesar 53,38% dengan tingkat keyakinan

sebesar 0,1353 atau sebesar 13,54 % yang menunjukan bahwa secara nyata

terdapat dampak dari IPM dalam meberikan Kontribusi bagi Pertumbuhan

ekonomi untuk Pembangunan Wilayahnya.

dapat meramalkan pembangunan Wilayah Maluku Barat Daya ke depan..

Maka dari hasil yang ada dapat di jelaskan bahwa kontribusi IPM

dalam meramalkan Pembangunan wilayah selama 5 tahun ke depan

berdasarkan grafik pada tahun ke-1 (2013) menuju tahun ke- 2 (2014)

mengalami peningkatan ,kemudian pada tahun ke-2 menuju tahun ke-3

(30)

30

akan merosot turun sampai pada tahun ke-4 (2016) ,sedangkan untuk

tahun ke-4 menuju tahun ke-5 (2017) akan mengalami peningkatan

secara maksimal.

Sehingga jika melihat kondisi yang ada dapat di buat ramalan

dengan hasil ramalan yang di dapat dari nilai ThIC = 0,042 atau 4,2 %

untuk meramalkan kontribusi IPM terhadap pertumbuhan ekonomi yang

menjadi penunjang bagi pembangunan wilayah MBD ke depan .yaitu

jika di ramalkan kontribusi IPM untuk Pembangunan Wilayah dalam

setahun menpatkan hasil sebesar ( 0,0029*0,042 ) +0,0029 = 0,015

untuk kontribusi IPM atau sebesar 1,5 % dalam menunjang

pembangunan wilayahnya sedangkan jika di ramalkan untuk 5 tahun

yang akan datang hasil ramalan dapat dilihat sebagai berikut yaitu

0,015*5 = 0,075 ini menunjukan bawha kontribusi IPM terhadap

pertumbuhan ekonomi dalam menunjang pembangunan wilayahnya

masih sangat rendah hal ini di karenakan masih terdapat faktor

penganggu sebesar 28,75% dari nilai standard eror = 0,2875 dimana hasil

dari kontibusi IPM untuk 5 tahun yang akan datang (2017) hanya sebesar

7,5% .ini membuktikan bahwa pemerintah maupun masyarkat setempat

perlu melakukan pembenahan pada tingkat SDM secara maksimal dan

cepat dalam mengatasi persoalan tersebut ,karena di takutkan jika tidak

dilakukan pembenahan ,tingkat IPM akan terus menurun dan

Masyarakat akan berada pada Garis Kemisikinan yang bersifat Mutlak

dalam kurun waktu 5 tahun ke depan dimana dari indicator IPM yang di

ukur yaitu meliputi ( Angka Harapan Hidup ,Tingkat Pendidikan dan

(31)

31

hal tersebut akan sangat rendah. meskipun dalam pembangunan

daerahnya di tunjang oleh potensi SDA dan Sektor-sektor yang lain

,namun yang di prediksikan jika hal ini terus berlarut dalam

pembangunan wilayahnya meskipun dengan potensi SDA yang Baik

namun dengan memiliki Potensi SDM yang menurun jauh akan

membawa dampak yaitu secara tidak langsung masyarakat setempat

akan tersingkir secara perlahan-lahan seiring berjalannya pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan wilayahnya dan secara otomatis seluruh

potensi yang terkandung pada daaerah Maluku Barat Daya tersebut ke

depannya akan di kuasai oleh pihak luar dan bukan Masyarakat

Setempat hal ini di karenakan kemampuan SDM dari pihak Luar Lebih

unggul dalam dalam mengelola potensi yang ada dan mengendalikan

pertumbuhan ekonomi dalam Pembangunan Wilayah Setempat.

4. Sektor Basis – Pembangunan Wilayah

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 70.72045 10.36239 6.824726 0.0064 SEK -0.022720 0.012491 -1.818948 0.1665

R-squared 0.524457 Mean dependent var 52.53600 Adjusted R-squared 0.365942 S.D. dependent var 7.656689 S.E. of regression 6.096849 Akaike info criterion 6.742596 Sum squared resid 111.5147 Schwarz criterion 6.586371 Log likelihood -14.85649 Hannan-Quinn criter. 6.323304 F-statistic 3.308571 Durbin-Watson stat 3.091961 Prob(F-statistic) 0.166495

(32)

32

Berdasarkan hasil analisis untuk pengembangan sector basis membawa

dampak sebesar 0,0022 atau sebesar 0,22% dengan tingkat keyakinan

sebesar 0,1665 atau sebesar 16,65% yang menunjukan bahwa secara nyata

pengembangan sector berpengaruh terhadap Pembangunan Wilayah Maluku

Barat Daya.

Untuk hasil forcast pada pengembangan sector basis dalam meramalkan

pembangunan wilayah yang di lihat dari kontribusi pertumbuhan

ekonominya sector basis mendapatkan nilai ThIC = 0,0446 atau sebesar

4,46 % dengan nilai bias dan varian berada pada titik nol sedangkan nilai

covarian sebesar 0,84 yang mendekati nilai 1 ,dimana dari hasil tersebut

menunjukan bahwa secara realitas pengembangan sector basis dapat

meramalkan pembangunan wilayah Maluku Barat Daya ke depan.

(33)

33

Maka dari persoalan tersebut di samping memperhatikan faktor

penggangu dengan nilai sebesar 0,012 atau sebesar 1,2% dapat di lakukan

peramalan yaitu jika nilai dari kontribusi sector basis pada tahun yang di

ramalkan sebesar 2,8% maka nilai yang di dapatkan untuk pembangunan

wilayah dalam setahun sebesar (0,028*0,0446)+0,028 =0,0292 atau sebesar

2,92 % meningkat berdasarkan pertumbuhan ekonominya sedangkan jika di

ramalkan untuk 5 tahun yang akan datang (2017) Sektor basis memberikan

kontribusi bagi pembangunan wilayanhya sebesar 0,0292*5 = 0.146 atau

sebesar 14,6% meningkat berdasarkan pertumbuhan ekonomi dalam

pembangunan wilayahnya selama 5 tahun ke depan .artinya secara realitas

jika sector basis memiliki potensi yang baik meskipiun secara keseluruhan

sector yang ada pada Maluku barat daya pada tahun pengamatan tidak

termasuk sector basis namun dengan terdapatnya sub-sub sector yang ada

pada wilayah tersebut ,sub-sub sector tersebut sangat memiliki peran yang

begitu besar dapat di jadikan penunjng bagi pertumbuhan ekonomi daerah

tersebut.sehingga untuk hal ini Pemerintah maupun Masyarakat dalam

mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal di perlukan kinerja

masyarakat dan pemerintah setempat dengan mengembangkan setiap potensi

yang ada baik untuk aspek sector maupun sub-sub sektornya.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis maka dalam penelitian ini dapat di tarik

kesimpulan berdasarkan Potret Ekonomi Untuk Pembangunan Wilayah Maluku

Barat Daya dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Pada penelitian berdasarkan hasil pendekatan regional terdapat masalah

(34)

34

dilihat dari nilai PDRB selama 5 tahun terakhir benbanding terbalik

dengan persentase pertumbuhan ekonomi yang terdapat pada Wilayah

Maluku Barat Daya

2. Berdasarkan Analisis LQ yang di gunakan untuk melacak persoalan

PDRB dan progress pendapatan daerah yang berbanding terbalik

dengan Pertumbuhan ekonomi daerah di ketahui untuk setiap sector

yang terdapat pada Wilayah Maluku Barat Daya merupakan sector

non- basis dimana untuk setiap nilai LQ < 1 yang menunjakan setiap

sector yang ada tidak termasuk sector basis namun pada sub-sub sector

yang ada berdasarkan analisis LQ untuk Wilayah Maluku Barat Daya

terdapat 4 sub-sektor basis yaitu sub-sektor Perdagangan ,Bank,Swasta

dan Sosial Kemasyarakatan dimana untuk setiap sub-sektornya memiliki

nilai LQ > 1 atau lebih dari 100 % di kelola oleh pemerintah dan

masyarkat setempat secara optimal untuk menunjang pembangunan

Wilayah Maluku Barat Daya

3. Berdasarkan hasil analisis SFRS ( Structure Forecasting Regression

System ) di temukan hasil ramalan dalam jangka waktu 5 tahun ke

depan pada Sektor Basis untuk meramalkan pendapatan daerah

membawa dampak sebesar 0,43% dengan tingkat keyakinan sebesar

52% dan memiliki faktor pengganggu sebesar 14 % yang menyatakan

bahwa untuk ramalan sector basis dalam meningkatkan pendapatan

dalam jangka waktu 1 tahun mendapatkan hasil sebesar Rp .31,2

milyar sedangkan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan nilai

pendapatan yang di dapat dari sector basis sebesar Rp. 156 milyar yang

(35)

35

menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah

setempat.

Selanjutnya untuk Pendapatan daerah dalam meramalkan IPM di

Wilayah Maluku Barat Daya membawa dampak sebesar 32,9 % dengan

tingkat keyakinan sebesar 50,6% dan memiliki nilai pengganggu

sebesar 4,3 % dimana untuk nilai ramalan yang di dapat dari

pendapatan daerah untuk nilai IPM dalam setahun mendapatkan hasil

sebesar Rp.74,47 % dengan nilai selisih naik sebesar 7,19 % dalam kurun

waktu 5 tahun ke depan.

Kemudian untuk IPM dalam meramalkan Permbangunan

Wilayahnya yang di lihat dari kontribusi pertumbuhan ekonomi daerah

Maluku Barat Daya membawa dampak sebesar 53.38% dengan tingkat

keyakinan sebesar 13,54 % dan memiliki nilai penggangu sebesar

28,75% dimana untuk nilai ramalan IPM dalam pembangunan

wilayahnya dalam kurun wkatu 5 tahun ke depan mendapatkan hasil

sebesar 7,5% dengan tingkat progress setiap tahunnya sebesar 1,5 %.

Sedangkan untuk hasil sector basis dalam meramalkan

Permbangunan Wilayahnya yang di lihat dari kontribusi pertumbuhan

ekonomi daerah Maluku Barat Daya membawa dampak sebesar 0.22%

dengan tingkat keyakinan sebesar 16,65 % dan memiliki nilai

penggangu sebesar 1,2% dimana untuk nilai ramalan Sektor Basis dalam

pembangunan wilayahnya dalam kurun wkatu 5 tahun ke depan

mendapatkan hasil sebesar 14,6% dengan tingkat progress setiap tahunnya

(36)

36 5. SARAN

Saran yang dapat di berikan dalam penelitian ini adalah untuk Masyarakat

maupun Pemerintah Maluku Barat Daya berdasarkan hasil penelitian yang

menggunakan pendekatan regional di dapat hasil IPM dan PDRB yang

berbanding terbalik dengan Pertumbuhan ekonomi yang menjadi tolok ukur

pembangunan daerah setempat ,hal ini menunjukan sebaiknya perlu di lakukan

pemebanahan yaitu dengan memanfaatkan segala potensi yang menjadi sector

dalam pengembangan wilayahnya harus di lakukan secara Maksimal dimana

dari sub-sub sector basis yang ada di harapkan ke depannya dapat di kelola

dengan baik sehingga dapat mengasilkan sector-sektor basis yang berada pada

Wilayah Maluku Barat Daya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan daerahnya . Selain itu juga perlu di lakukan pembenahan untuk

tingkat SDM yang berada pada daerah tersebut ,mengingat kualitas SDM yang ada

baik untuk pemerintah maupun masyarkat masih sangat rendah dalam

mengelola potensi-potensi yang ada pada Wilayah Maluku Barat Daya.sehingga

pemerintah maupun masyarakat perlu mengadakan fasilitas infrastuktur baik

dari segi sarana maupun prasarana yang sangat baik dalam menunjang

kualiitas SDM ke depan Melihat dari Sektor - sektor yang tidak dapat di

pungkiri bahwa untuk wilayah Kabupaten Maluku barat day memiliki Potensi

SDA yang sangat kaya ,hanya saja hal ini belum di kelola secara optimal dan

di kembangkan secara efisient. Sehingga untuk kedepannya Pemertintah

maupun Masyarakat setempat dapat mengelola seluruh potensi yang ada lebih

(37)

37 DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah .Yogyakarta : BPFE

BPS 2013 .DataMaluku barat daya dalam Angka 2013

Todaro P Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke-3 Jilid 1. Jakarta Penerbit Erlangga.

UNDP, 1995 index human development report , United Nation Development

Programme

Gambar

Gambar 2.2 Kondisi PDRB MBD 2008-2012

Referensi

Dokumen terkait

Kemerataan spesies anura di lereng selatan Gunung Merapi ada yang sudah stabil (Telogo Nirmolo dan Bukit Turgo), masih labil (Bukit Plawangan, Kali Kuning, dan Telogo Muncar), dan

Studi literatur adalah analisis dari berbagai referensi yang berhubungan dan mendukung teori untuk penyelesaian penelitian “Studi Evaluasi Sistem Proteksi Relay Arus

(api&#34; dari jumlah itu yang dikabulkan hanya - unit sepeda motor. Adapun 7 unit sepeda motor sisanya baru dikirim bulan ini. %useno bertekad&#34; untuk menjadi besar harus

LBS merupakan layanan yang memungkinkan pengguna telepon seluler untuk mengakses informasi y ang berkaitan dengan posisi geogratis / lokasi , sehingga subscriber

Tugas Akhir dengan judul STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN KEBISINGAN TERHADAP HASIL KERJA (Studi kasus: Laboratoris Pada Ruang Iklim Laboratorium Perancangan Sistem

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm.. tahta diberikan kepada kakaknya dari selir Sunan Paku Buwana IV, Mas Ayu Rantansari yaitu K.G.P. Hangabehi, kemudian menjadi Sunan

1. Terdapatnya antrian yang cukup panjang pada jembatan timbang 2 sementara jembatan timbang 1 dan jembatan timbang 3 memiliki antrian yang lengang. Tidak adanya

Misalnya, dalam Konfesi Augsburg disebutkan, kita tidak dapat memperoleh pengampunan dosa dan kebenaran di hadapan Allah dengan kebaikan, perbuatan baik atau