5
KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK
DI BAWAH JEMBATAN LAYANG
(STUDI KASUS: AHMAD YANI, MALANG)
Wiwik D Susanti, Niniek AnggrianiProgdi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
E-mail : wiwik2susanti@gmail.com
Abstrak
Keterbatasan penyediaan ruang terbuka di perkotaan menjadikan fenomena pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani semakin marak. Salah satu contoh pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang yaitu di jl Ahmad Yani Kota Malang. Bentuk pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani memiliki pola pemanfaatan dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan pola pemanfaatan ruang terbuka publik dipengaruhi oleh potensi lingkungan sekitar yang mendukung tumbuhnya aktivitas tersebut. Terdapat empat jenis pengguna yang memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut yaitu pedagang kaki lima, pejalan kaki, pengendara motor dan pengemudi mobil. Keempat aktivitas yang dilakukan oleh pengguna tersebut memiliki karakteristik dan lokasi yang berbeda. Pada segmen I didominasi dengan pejalan kaki dan pedagang kaki lima. Kedua aktivitas tersebut memiliki pola yangsama yaitu sejajar. Sedangkan pada segmen II didominasi dengan parkir mobil. Pola pemanfaatan pengendara mobil berbentuk linier sesuai dengan bentuk ruang terbuka publik.
Kata kunci: ruang terbuka publik, padagang kaki lima, pejalan kaki, pengendara mobil
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pembangunan Jembatan layang Ahmad Yani diresmikan pada tahun 2007 menjadikan jembatan layang tersebut sebagai salah satu icon Kota Malang. Fenomena yang terjadi pada saat ini ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani menjadi tempat pemberhentian sementara bagi pejalan kaki, pengemudi kendaraan dan penumpang kendaraan umum. Munculnya tempat pemberhentian sementara karena pengguna menangkap terdapat sebuah peluang baik dilihat dari segi ekonomi ataupun dari segi arsitektural (nanungan dan penerangan) untuk dapat dimanfaatkan Menurut Litman (2008) Transportasi dapat mempengaruhi pola tata guna lahan dan menghasilkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Dampak langsung mencakup dampak terhadap tata guna lahan untuk transportasi, dan dampak tidak langsung diakibatkan oleh perubahan pola perkembangan tata guna lahan di sekitarnya.
6
Gambar 1: Lokasi ruang terbuka publik Sumber: Analisis penulis, 2014
RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini berusaha untuk membahas mengenai pola pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang.
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian pustaka merupakan salah satu langkah pendekatan teoritik dalam rangkaian pendekatan penelitian. Kerangka pemikiran dalam pendekatan teoritik terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Fenomena pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang di Indonesia 2. Implikasi kebutuhan manusia akan ruang publik
3. Pola pemanfaatan ruang publik (arsitektur dan perilaku)
METODE PENELITIAN
Pendekatan metodologi pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif dengan menggunakan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif).
Observasi
Kegiatan observasi dilengkapi dengan bantuan dokumentasi berupa foto-foto dan pemetaan. Pemetaan dilakukan. dengan cara melakukan pengamatan terhadap perilaku yang meliputi lima elemen bagian dari behavior setting. (John Lang, 1987)
1. Terdapat perilaku yang melakukan aktivitas
2. Terdapat suatu ktivitas yang berulang-ulang dan membentuk pola perilaku 3. Tata lingkungan tertentu
4. Membentuk suatu hubungan antara pola kegiatan dan milleu (setting tempat) 5. Dilakukan pada periode waktu tertentu
Pengamatan terhadap Behaviour Setting
Terdapat dua cara melakukan pemetaan perilaku yakni (Haryadi, Setiawan B, 1995)
a. Place center map
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada teknik ini adalah:
1. Membuat sketsa tempat / seting yang meliputi seluruh unsur fisik yang diperkirakan mempengaruhi perilaku pengguna ruang.
2. Membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan simbol / tanda sketsa setiap perilaku.
SEGMEN I
7
3. Kemudian dalam kurun waktu tertentu, peneliti mencatat bcrbagai perilaku yang terjadi di tempat tersebut dengan menggunakan simbol - simbol di peta dasar yang telah disiapkan.
b. Person center map
Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik ini adalah :
1. Menentukan jenis sampel person yang akan diamati (aktor / pengguna ruang secara individu).
2. Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, malam)
3. Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing individu. 4. Mencatat aktivitas sampel yang diamati dalam matrix
5. Membuat alur sirkulasi sampel di area yang diamati mengetahui kemana orang Itu pergi.
Analisa
Proses analisa menggunakan analisa kualitatif hasil dari pengumpulan data berupa
behavior mapping. Analisa kualtitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu). Dalam tahan analisa tersebut dapat dilihat kecenderungan-kecenderungan pengguna dalam melakukan aktivitas sekaligus memanfaatkan fasilitas di ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani. (Sugiono, 2002)
PEMBAHASAN
Analisa pola pemanfaatan ruang terbuka publik
Ruang terbuka publik di bawah jembatan layang pada segmen I dan II merupakan salah satu ruang publik dengan jenis penggunaan yang beragam. Penggunaan ruang terbuka publik dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh pengguna dalam memanfatkan ruang terbuka publik.
Analisis aktivitas pengguna pada ruang terbuka publik
Jenis aktivitas pada segmen I dan II dipengaruhi oleh letaknya. Letak segmen I berdekatan dengan persimpangan jalur primer, sehingga mempengaruhi tumbuhnya aktivitas di ruang terbuka publik tersebut. Persimpang jalur primer tersebut merupakan terminal bayangan, banyak sekali aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang. Sedangkan pada segmen II letak ruang terbuka publik berdekatan dengan kawasan pertokoan yang memanfaatkan ruang terbuka publik untuk fasilitas parkir.
8
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode
Person center map dan Place centered map, maka dapat diklasifikasikan jenis pengguna
A Analisa aktivitas pedagang kaki lima Pada siang dan sore hari (segmen 1)
Lokasi pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima terletak pada ujung sebelah Utara berbatasan dengan persimpangan. Pedagang kaki lima menangkap adanya potensi kecenderungan tingginya tingkat keramaian yang sering dikunjungi oleh masyarakat. (Mc. Gee dan Yeung, 1977 dalam Susilo, agus; 2011)
Gambar 3: Lokasi PKL pada segmen I Sumber: Analisi penulis, 2014
Pola pemanfaatan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima yaitu berbentuk sejajar. Pola sejajar yaitu pola yang mengikuti bentuk jalan raya. Bentuk sejajar yang memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut memiliki dimensi lebar ± 2.5 m. Pada umumnya pedagang kaki lima yang berdagang pada siang sore tidak menggunakan banyak peralatan tambahan. Pedagang memanfaatkan fasilitas pembatas pada bagian tengah sebagai tempat duduk bagi pembeli.
Gambar 4: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang hari Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola PKL
9 Pada malam hari pada segmen I
Pada bagian ujung Utara pemanfaatan ruang terbuka publik juga pada perbatasan antara segmen I dan segmen II. Meskipun tidak terlalu ramai seperti pada bagian Utara tetapi aktivitas pejalan kaki tersebut juga rutin dilakukan setiap malam.
Gambar 5: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari Sumber: Analisi penulis, 2014
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada malam hari berbentuk sejajar. Pada malam hari pengguna memanfaatkan trotoar di bawah jembatan layang sebagai area makan. Dengan luasan ruang tiap pedagang kaki lima ± 10 m².
Gambar 6: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari Sumber: Analisi penulis, 2014
Pola PKL
10 Analisa pedagang kaki lima pada segmen II
Analisa pedagang kaki lima pada siang, sore dan malam hari
Pada segmen II kecenderungan pemanfaatan ruang terbuka publik dimanfaatkan untuk lahan parkir. Karena dipenuhi oleh lahan parkir maka tidak pedagang kaki lima yang berjualan pada segmen II. Lokasinya yang berdekatan dengan rel kereta api selain itu tidak berada pada daerah persimpangan, sehingga tidak adanya peluang keramaian yang bias ditangkap oleh pedagang kaki lima.
Gambar 7: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dimanfaatkan untuk parkir Sumber: Analisis penulis, 2014
B. Pejalan Kaki
Kegiatan berjalan pada siang, sore dan malam hari (segmen I)
Kegiatan berjalan yang dipilih oleh pengguna pada segmen I dipengaruhi oleh jalan pintas yang tersedia. Pada segmen I terdapat jalan pintas yang biasanya dipilih oleh pengguna dalam melakukan aktivitas berjalan. Pemilihan jalan pintas dipilih karena adanya anggapan lebih dekat.
Gambar 8: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada siang hari Sumber: Analisis penulis, 2014
11
Dampak dari penggunaan jalan pintas oleh pejalan kaki mengakibatkan ditangkapnya sebuah peluang oleh pedagang kaki lima untuk berjualan diruang terbuka publik. Pola yang ditimbulakan oleh aktivitas berjalan membentuk pola acak
Kegiatan berhenti pada siang dan sore hari (segmen I)
Kegiatan berhenti pada siang dan sore hari yang sering dilakukan oleh pengguna yaitu memanfaatkan ruang terbuka publik dengan duduk santai, duduk makan dan minum dan duduk. Kegiatan berhenti pada siang hari biasanya didominasi oleh pelajar pulang sekolah, sedangkan pada sore hari didominasi oleh pekerja yang pulang kerja. Dengan memanfaatkan pembatas trotoar sebagai tempat untuk duduk dan menikmati makanan, memberikan kenyamanan bagi pembeli.
Kegiatan berhenti di ruang terbuka publik pada siang hari dan sore hari membentuk pola sejajar. Pola sejajar yaitu pola yang mengikuti bentuk jalan raya.
Gambar 9: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang hari Sumber: Analisi penulis, 2014
Kegiatan berhenti pada malam hari (segmen I)
Kegiatan berhenti yang dilakukan oleh pejalan kaki pada malam hari yaitu dengan melakukan aktivitas makan, minum, bersosialisasi dan bersantai. Pada malam hari biasanya pejalan kaki berhenti lebih lama untuk menikmati suasana malam hari dengan duduk lesehan. Perbedaan waktu pemanfaatan ruang terbuka publik pada malam hari dikarenakan terdapat desain khusus yang disengaja diperuntukan bagi pembeli. Desain tersebut sangatlan sederhana dengan memberikan alas berupa tikar dan meja kecil sebagai tempat untuk makan.
.
Gambar 10 :Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan kegiatan berhenti Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola PKL
12
Kegiatan berjalan dan berhenti pada siang sore dan malam segmen II
Kegiatan berjalan kaki pada segmen II pada siang, sore dan malam hari memiliki kesamaan. Karena dominasi aktivitas yang dilakukan oleh pengguna yaitu kegiatan parkir. Sehingga aktivitas pejalan kaki hanya memarkirkan mobil.
C. Analisa aktivitas pengemudi motor
Analisa aktivitas pengemudi motor siang dan sore (segmen I)
Pola pemanfaatan pengemudi motor yaitu berpola acak karena kegiatan berhenti yang dilakukan bersifat sementara. Aktivitas yang dilakukan hanya aktivitas berhenti. Setelah berhenti membeli makanan biasanya mereka melanjutkan perjalanan. Kondisi ruang terbuka publik yang ternaungi, digunakan sebagai tempat transit sementara oleh pengendara kendaraan bermotor untuk melepas lelah.
Gambar 11: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor Sumber: Analisis penulis, 2014
Analisa aktivitas pengemudi motor malam hari
Pengguna ruang terbuka publik berupa pengendara motor pada malam hari biasanya lebih sering memanfaatkan ruang terbuka publik. Karena terdapat tempat parkir motor khusus yang disediakan oleh penjual. Penyediaan fasilitas parkir tersebut memberikan nilai tambah bagi pengendara motor dalam menikmati suasana malam di ruang terbuka publik tersebut.
Gambar 12 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014
Pengendara motor ketika
memanfaatkan ruang terbuka publik
13 Analisa aktivitas pengemudi motor pada segmen II
Aktivitas pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari
Aktivitas pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari jarang sekali ditemukan, karena didominasi dengan parkir mobil. Sehingga terdapat kesulitan ketika pengemudi motor akan parkir di ruang terbuka publik.
Gambar 13 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
D. Analisa aktivitas pengendara mobil
Analisa aktivitas pengemudi mobil siang dan sore (segmen I)
Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang dan sore hari tidak lah terlalu banyak. Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yaitu berbentuk sejajar/pararel.
Gambar 14 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada siang dan sore hari berpola sejajar/pararel
Sumber: Analisis penulis, 2014
14
Analisa aktivitas pengemudi mobil malam hari pada segmen I
Dominasi parkir mobil di ruang terbuka publik di bagian sebelah Selatan karena pada bagian Utara didominasi dengan pedagang kaki lima. Letaknya menyebar disepanjang segmen I. Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yaitu berbentuk sejajar/pararel.
Gambar 15 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014
Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari pada segmen II Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari pada segmen II memiliki kesamaaan semua fasilitas parkir tersebar secara merata pada segmen II. Aktivitas didominasi dengan parkir mobil. Pada siang dan sore hari banyak sekali pengguna yang memanfaatkan fasilitas ruang terbuka publik untuk parkir, kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan kondisi malam hari. Aktivitas lingkungan sekitar berupa show room dan pertokoan memberikan dampak terhadap pemanfaatan fasilitas ruang terbuka publik
Gambar 16 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014 Pemanfaatan ruang terbuka
publik untuk fungsi parkir mobil
Pemanfaatan ruang terbuka publik untuk pedagang kaki lima
15 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan behavior mapping maka dapat disimpulkan pola pemanfaatan ruang terbuka di bawah jembatan layang Ahmad Yani oleh pengguna:
1. Pedagang Kaki Lima
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen I yaitu: - Pada siang dan sore hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada siang dan sore hari memiliki kesamaan yaitu berpola sejajar. Pola sejajar tersebut disesuaikan dengan bentuk jalan raya. Pada siang dan sore pedagang kaki lima cenderung memanfaatkan pembatas jalan sebagai tempat duduk. Tetapi ada beberapa pedagang kaki lima yang tidak memanfaatkan pembatas jalan untuk tempat duduk, solusinya dengan membawa tempat duduk portable sehingga dapat dipindah-pindah.
Gambar 17 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang dan sore hari Sumber: Analisis penulis, 2014
- Pada malam hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada malam hari memiliki kesamaan yaitu berpola sejajar. Pola sejajar tersebut sesuaikan dengan bentuk jalan raya. Pada malam hari pedagang kaki lima cenderung memanfaatkan memanfaatkan area pejalan kaki untuk are pembeli. Membawa meja kecil yang dilengkapi dengan alas sehingga terbentuk ruang dengan konsep lesehan.
Gambar 18 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola PKL
Pola pembeli
Pola PKL
16
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen II - Pada siang, sore dan malam hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen II tidak ditemui, karena dominasi aktivitas yang dilakukan pada segmen II yaitu parkir kendaraan. 2. Pejalan kaki
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada segmen I - Pada siang dan sore hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen I dibedakan menjadi 2 yaitu aktivitas berjalan dan aktivitas berhenti. Aktivitas berjalan pada siang dan sore hari memiliki pola yang acak. Karena banyak sekali rute berjalan yang dilakukan oleh pejalan kaki. Karena banyak sekali akses yang akann dituju oleh pejalan kaki.
Gambar 19 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada siang dan sore hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yang dilakukan oleh pejalan kaki untuk kegiatan berhenti yaitu membentuk pola yang hampir sama dengan pola pedagang kaki lima. Karena pada umumnya pejalan kaki berhenti untuk memanfaatkan fasilitas yang disajikan oleh pedagang kaki lima. Pola yang timbul yaitu berpola sejajar mengikuti jalur jalan raya.
- Pada malam hari
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen I pada malam hari juga aktivitas berjalan dan aktivitas berhenti. Aktivitas berjalan pada malam hari hampir sama dengan segmen I yaitu memiliki pola yang acak. Karena pola itu diperoleh dari ketika penumpang ataupun pengendara motor turun dari angkutan umum ataupun kendaraan bermotor kemudian melanjutkan perjalanan.
Gambar 20 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola pejalan kaki acak
17
Aktivitas berhenti pada malam hari yaitu memiliki pola yang hampir sama dengan pola pedagang kaki lima membentuk pola sejajar. Karena pejalan kaki dengan pedagang kaki lima memiliki kesamaan dalam memanfaatkan ruang terbuka publik.
Gambar 21 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014
3. Pengendara motor
- Pada siang dan sore hari
Pemanfaatan ruang terbuka publik pada siang dan sore hari berbentuk sejajar tetapi jumlahnya tidak begitu banyak. Pola sejajar karena kebanyakan menyesuaikan dengan bentuk ruang terbuka publik. Tetapi karena tidak memiliki pola yang pasti dan ketersediaan ruang publik lebih luas maka arah hadap parkir motor masih acak. Tidak ada pembeda antara area parkir motor dengan area untuk makan atau minum.
Gambar 22 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada siang dan sore hari
Sumber: Analisis penulis, 2014 - Pada malam hari
Yang membedakan pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor yaitu tingkat ketertibannya. Pada umumnya parkir motor pada malam hari lebih teratur dibanding dengan pada siang dan sore hari. Keteraturan tersebut tercipta karena adanya keingina pengendara motor untuk parkir berdekatan dengan tempat makan atau nongkrong.
Pola acak parkir kendaraan bermotor
Pola PKL
18
Gambar 23 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada malam hari
Sumber: Analisis penulis, 2014
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir motor pada segmen II - Pada siang, sore dan malam hari
Pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen II untuk aktivitas parkir motor sangat jarang ditemui, karena dominasi pada segmen II digunakan untuk aktivitas parkir mobil. 4. Pengendara mobil
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir mobil pada segmen I - Pada pagi, sore dan malam hari
Pemanfaatan ruang terbuka publik untuk aktivitas parkir mobil terdapat pada area sebelah Selatan berbatasan langsung dengan segmen II. Meskipun aktivitas parkir mobil tidak mendominasi tetapi aktivitas tersebut berlangsung secara kontinyu. Parkir mobil biasanya dimanfaatkan oleh pembeli di pertokoan sekitar ruang terbuka publik. Pola yang muncul yaitu berpola sejajar teratur karena menyesuaikan dengan dimensi ruang terbuka publik.
Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir mobil pada segmen II - Pada pagi, sore dan malam hari
Pemanfaaatan ruang terbuka publik untuk aktivitas parkir mobil pada segmen II memiliki kesamaan pada pagi, sore dan malam hari. Dominasi aktivitas tersebut dikarenakan adanya salah satu fungsi bangunan sebagai show room, dan pertokoan. Pola pemanfaatan parkir mobil berbentuk sejajar sesuai dengan jalur pejalan kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Carmona , Mathew., at all , Publik Paces Urban Spaces – The Dimension of Urban Design, Architectural Press : 2003.
Carr, 1992, Publik Space, Cambridge University Pess, Amerika
Hall, Edward T, 1963, A system for the notation of proxemic behavior, American anthropologi John Lang, 1987, Creating Architectural Theory, The Role of The Behavioral Sciences in
Environmental Design, Van Nostrand Reinhold Company, New York Kevin Lynch, 1960, The Image of the City, Cambridge: MIT Press
Mohammad Danisworo,2004, “Pemberdayaan ruang pubik sebagai tempat warga kota mengekspresikan diri, kawasan Gelora Bung Karno. Makalah pada seminar dan lokakarya pemberdayaan area publik di dalam kota yang diselenggarakan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)
19
Setiawan, Altim, 2004, Pemanfaatan ruang di bawah jalan layang Pasupati Bandung untuk kepentingan publik: ruas Jl. Cikapayang, Tesis Magister ITB Tidak dipublikasikan, Bandung
Siswanto, 2002, Penataan ruang di bawah jalan layang dalam prespektif humaneering (studi kasus: jalan layang Janti Yogyakarta, Buletin Penalaran Mahasiswa X 3
Sugiono, 2002, Metode penelitian, Alphabet, Jakarta