• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

5

KAJIAN POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK

DI BAWAH JEMBATAN LAYANG

(STUDI KASUS: AHMAD YANI, MALANG)

Wiwik D Susanti, Niniek Anggriani

Progdi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

E-mail : wiwik2susanti@gmail.com

Abstrak

Keterbatasan penyediaan ruang terbuka di perkotaan menjadikan fenomena pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani semakin marak. Salah satu contoh pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang yaitu di jl Ahmad Yani Kota Malang. Bentuk pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani memiliki pola pemanfaatan dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan pola pemanfaatan ruang terbuka publik dipengaruhi oleh potensi lingkungan sekitar yang mendukung tumbuhnya aktivitas tersebut. Terdapat empat jenis pengguna yang memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut yaitu pedagang kaki lima, pejalan kaki, pengendara motor dan pengemudi mobil. Keempat aktivitas yang dilakukan oleh pengguna tersebut memiliki karakteristik dan lokasi yang berbeda. Pada segmen I didominasi dengan pejalan kaki dan pedagang kaki lima. Kedua aktivitas tersebut memiliki pola yangsama yaitu sejajar. Sedangkan pada segmen II didominasi dengan parkir mobil. Pola pemanfaatan pengendara mobil berbentuk linier sesuai dengan bentuk ruang terbuka publik.

Kata kunci: ruang terbuka publik, padagang kaki lima, pejalan kaki, pengendara mobil

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan Jembatan layang Ahmad Yani diresmikan pada tahun 2007 menjadikan jembatan layang tersebut sebagai salah satu icon Kota Malang. Fenomena yang terjadi pada saat ini ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani menjadi tempat pemberhentian sementara bagi pejalan kaki, pengemudi kendaraan dan penumpang kendaraan umum. Munculnya tempat pemberhentian sementara karena pengguna menangkap terdapat sebuah peluang baik dilihat dari segi ekonomi ataupun dari segi arsitektural (nanungan dan penerangan) untuk dapat dimanfaatkan Menurut Litman (2008) Transportasi dapat mempengaruhi pola tata guna lahan dan menghasilkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan. Dampak langsung mencakup dampak terhadap tata guna lahan untuk transportasi, dan dampak tidak langsung diakibatkan oleh perubahan pola perkembangan tata guna lahan di sekitarnya.

(6)

6

Gambar 1: Lokasi ruang terbuka publik Sumber: Analisis penulis, 2014

RUMUSAN MASALAH

Dalam penelitian ini berusaha untuk membahas mengenai pola pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang.

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian pustaka merupakan salah satu langkah pendekatan teoritik dalam rangkaian pendekatan penelitian. Kerangka pemikiran dalam pendekatan teoritik terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Fenomena pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang di Indonesia 2. Implikasi kebutuhan manusia akan ruang publik

3. Pola pemanfaatan ruang publik (arsitektur dan perilaku)

METODE PENELITIAN

Pendekatan metodologi pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif dengan menggunakan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif).

 Observasi

Kegiatan observasi dilengkapi dengan bantuan dokumentasi berupa foto-foto dan pemetaan. Pemetaan dilakukan. dengan cara melakukan pengamatan terhadap perilaku yang meliputi lima elemen bagian dari behavior setting. (John Lang, 1987)

1. Terdapat perilaku yang melakukan aktivitas

2. Terdapat suatu ktivitas yang berulang-ulang dan membentuk pola perilaku 3. Tata lingkungan tertentu

4. Membentuk suatu hubungan antara pola kegiatan dan milleu (setting tempat) 5. Dilakukan pada periode waktu tertentu

Pengamatan terhadap Behaviour Setting

Terdapat dua cara melakukan pemetaan perilaku yakni (Haryadi, Setiawan B, 1995)

a. Place center map

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada teknik ini adalah:

1. Membuat sketsa tempat / seting yang meliputi seluruh unsur fisik yang diperkirakan mempengaruhi perilaku pengguna ruang.

2. Membuat daftar perilaku yang akan diamati serta menentukan simbol / tanda sketsa setiap perilaku.

SEGMEN I

(7)

7

3. Kemudian dalam kurun waktu tertentu, peneliti mencatat bcrbagai perilaku yang terjadi di tempat tersebut dengan menggunakan simbol - simbol di peta dasar yang telah disiapkan.

b. Person center map

Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik ini adalah :

1. Menentukan jenis sampel person yang akan diamati (aktor / pengguna ruang secara individu).

2. Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, malam)

3. Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing individu. 4. Mencatat aktivitas sampel yang diamati dalam matrix

5. Membuat alur sirkulasi sampel di area yang diamati mengetahui kemana orang Itu pergi.

Analisa

Proses analisa menggunakan analisa kualitatif hasil dari pengumpulan data berupa

behavior mapping. Analisa kualtitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu). Dalam tahan analisa tersebut dapat dilihat kecenderungan-kecenderungan pengguna dalam melakukan aktivitas sekaligus memanfaatkan fasilitas di ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Ahmad Yani. (Sugiono, 2002)

PEMBAHASAN

Analisa pola pemanfaatan ruang terbuka publik

Ruang terbuka publik di bawah jembatan layang pada segmen I dan II merupakan salah satu ruang publik dengan jenis penggunaan yang beragam. Penggunaan ruang terbuka publik dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh pengguna dalam memanfatkan ruang terbuka publik.

Analisis aktivitas pengguna pada ruang terbuka publik

Jenis aktivitas pada segmen I dan II dipengaruhi oleh letaknya. Letak segmen I berdekatan dengan persimpangan jalur primer, sehingga mempengaruhi tumbuhnya aktivitas di ruang terbuka publik tersebut. Persimpang jalur primer tersebut merupakan terminal bayangan, banyak sekali aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang. Sedangkan pada segmen II letak ruang terbuka publik berdekatan dengan kawasan pertokoan yang memanfaatkan ruang terbuka publik untuk fasilitas parkir.

(8)

8

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode

Person center map dan Place centered map, maka dapat diklasifikasikan jenis pengguna

A Analisa aktivitas pedagang kaki lima Pada siang dan sore hari (segmen 1)

Lokasi pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima terletak pada ujung sebelah Utara berbatasan dengan persimpangan. Pedagang kaki lima menangkap adanya potensi kecenderungan tingginya tingkat keramaian yang sering dikunjungi oleh masyarakat. (Mc. Gee dan Yeung, 1977 dalam Susilo, agus; 2011)

Gambar 3: Lokasi PKL pada segmen I Sumber: Analisi penulis, 2014

Pola pemanfaatan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima yaitu berbentuk sejajar. Pola sejajar yaitu pola yang mengikuti bentuk jalan raya. Bentuk sejajar yang memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut memiliki dimensi lebar ± 2.5 m. Pada umumnya pedagang kaki lima yang berdagang pada siang sore tidak menggunakan banyak peralatan tambahan. Pedagang memanfaatkan fasilitas pembatas pada bagian tengah sebagai tempat duduk bagi pembeli.

Gambar 4: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang hari Sumber: Analisis penulis, 2014

Pola PKL

(9)

9 Pada malam hari pada segmen I

Pada bagian ujung Utara pemanfaatan ruang terbuka publik juga pada perbatasan antara segmen I dan segmen II. Meskipun tidak terlalu ramai seperti pada bagian Utara tetapi aktivitas pejalan kaki tersebut juga rutin dilakukan setiap malam.

Gambar 5: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari Sumber: Analisi penulis, 2014

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada malam hari berbentuk sejajar. Pada malam hari pengguna memanfaatkan trotoar di bawah jembatan layang sebagai area makan. Dengan luasan ruang tiap pedagang kaki lima ± 10 m².

Gambar 6: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari Sumber: Analisi penulis, 2014

Pola PKL

(10)

10 Analisa pedagang kaki lima pada segmen II

Analisa pedagang kaki lima pada siang, sore dan malam hari

Pada segmen II kecenderungan pemanfaatan ruang terbuka publik dimanfaatkan untuk lahan parkir. Karena dipenuhi oleh lahan parkir maka tidak pedagang kaki lima yang berjualan pada segmen II. Lokasinya yang berdekatan dengan rel kereta api selain itu tidak berada pada daerah persimpangan, sehingga tidak adanya peluang keramaian yang bias ditangkap oleh pedagang kaki lima.

Gambar 7: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dimanfaatkan untuk parkir Sumber: Analisis penulis, 2014

B. Pejalan Kaki

Kegiatan berjalan pada siang, sore dan malam hari (segmen I)

Kegiatan berjalan yang dipilih oleh pengguna pada segmen I dipengaruhi oleh jalan pintas yang tersedia. Pada segmen I terdapat jalan pintas yang biasanya dipilih oleh pengguna dalam melakukan aktivitas berjalan. Pemilihan jalan pintas dipilih karena adanya anggapan lebih dekat.

Gambar 8: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada siang hari Sumber: Analisis penulis, 2014

(11)

11

Dampak dari penggunaan jalan pintas oleh pejalan kaki mengakibatkan ditangkapnya sebuah peluang oleh pedagang kaki lima untuk berjualan diruang terbuka publik. Pola yang ditimbulakan oleh aktivitas berjalan membentuk pola acak

Kegiatan berhenti pada siang dan sore hari (segmen I)

Kegiatan berhenti pada siang dan sore hari yang sering dilakukan oleh pengguna yaitu memanfaatkan ruang terbuka publik dengan duduk santai, duduk makan dan minum dan duduk. Kegiatan berhenti pada siang hari biasanya didominasi oleh pelajar pulang sekolah, sedangkan pada sore hari didominasi oleh pekerja yang pulang kerja. Dengan memanfaatkan pembatas trotoar sebagai tempat untuk duduk dan menikmati makanan, memberikan kenyamanan bagi pembeli.

Kegiatan berhenti di ruang terbuka publik pada siang hari dan sore hari membentuk pola sejajar. Pola sejajar yaitu pola yang mengikuti bentuk jalan raya.

Gambar 9: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang hari Sumber: Analisi penulis, 2014

Kegiatan berhenti pada malam hari (segmen I)

Kegiatan berhenti yang dilakukan oleh pejalan kaki pada malam hari yaitu dengan melakukan aktivitas makan, minum, bersosialisasi dan bersantai. Pada malam hari biasanya pejalan kaki berhenti lebih lama untuk menikmati suasana malam hari dengan duduk lesehan. Perbedaan waktu pemanfaatan ruang terbuka publik pada malam hari dikarenakan terdapat desain khusus yang disengaja diperuntukan bagi pembeli. Desain tersebut sangatlan sederhana dengan memberikan alas berupa tikar dan meja kecil sebagai tempat untuk makan.

.

Gambar 10 :Pola pemanfaatan ruang terbuka publik dengan kegiatan berhenti Sumber: Analisis penulis, 2014

Pola PKL

(12)

12

Kegiatan berjalan dan berhenti pada siang sore dan malam segmen II

Kegiatan berjalan kaki pada segmen II pada siang, sore dan malam hari memiliki kesamaan. Karena dominasi aktivitas yang dilakukan oleh pengguna yaitu kegiatan parkir. Sehingga aktivitas pejalan kaki hanya memarkirkan mobil.

C. Analisa aktivitas pengemudi motor

Analisa aktivitas pengemudi motor siang dan sore (segmen I)

Pola pemanfaatan pengemudi motor yaitu berpola acak karena kegiatan berhenti yang dilakukan bersifat sementara. Aktivitas yang dilakukan hanya aktivitas berhenti. Setelah berhenti membeli makanan biasanya mereka melanjutkan perjalanan. Kondisi ruang terbuka publik yang ternaungi, digunakan sebagai tempat transit sementara oleh pengendara kendaraan bermotor untuk melepas lelah.

Gambar 11: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor Sumber: Analisis penulis, 2014

Analisa aktivitas pengemudi motor malam hari

Pengguna ruang terbuka publik berupa pengendara motor pada malam hari biasanya lebih sering memanfaatkan ruang terbuka publik. Karena terdapat tempat parkir motor khusus yang disediakan oleh penjual. Penyediaan fasilitas parkir tersebut memberikan nilai tambah bagi pengendara motor dalam menikmati suasana malam di ruang terbuka publik tersebut.

Gambar 12 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014

Pengendara motor ketika

memanfaatkan ruang terbuka publik

(13)

13 Analisa aktivitas pengemudi motor pada segmen II

Aktivitas pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari

Aktivitas pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari jarang sekali ditemukan, karena didominasi dengan parkir mobil. Sehingga terdapat kesulitan ketika pengemudi motor akan parkir di ruang terbuka publik.

Gambar 13 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi motor pada siang, sore dan malam hari

Sumber: Analisis penulis, 2014

D. Analisa aktivitas pengendara mobil

Analisa aktivitas pengemudi mobil siang dan sore (segmen I)

Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang dan sore hari tidak lah terlalu banyak. Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yaitu berbentuk sejajar/pararel.

Gambar 14 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada siang dan sore hari berpola sejajar/pararel

Sumber: Analisis penulis, 2014

(14)

14

Analisa aktivitas pengemudi mobil malam hari pada segmen I

Dominasi parkir mobil di ruang terbuka publik di bagian sebelah Selatan karena pada bagian Utara didominasi dengan pedagang kaki lima. Letaknya menyebar disepanjang segmen I. Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yaitu berbentuk sejajar/pararel.

Gambar 15 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014

Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari pada segmen II Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari pada segmen II memiliki kesamaaan semua fasilitas parkir tersebar secara merata pada segmen II. Aktivitas didominasi dengan parkir mobil. Pada siang dan sore hari banyak sekali pengguna yang memanfaatkan fasilitas ruang terbuka publik untuk parkir, kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan kondisi malam hari. Aktivitas lingkungan sekitar berupa show room dan pertokoan memberikan dampak terhadap pemanfaatan fasilitas ruang terbuka publik

Gambar 16 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada siang, sore dan malam hari

Sumber: Analisis penulis, 2014 Pemanfaatan ruang terbuka

publik untuk fungsi parkir mobil

Pemanfaatan ruang terbuka publik untuk pedagang kaki lima

(15)

15 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan behavior mapping maka dapat disimpulkan pola pemanfaatan ruang terbuka di bawah jembatan layang Ahmad Yani oleh pengguna:

1. Pedagang Kaki Lima

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen I yaitu: - Pada siang dan sore hari

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada siang dan sore hari memiliki kesamaan yaitu berpola sejajar. Pola sejajar tersebut disesuaikan dengan bentuk jalan raya. Pada siang dan sore pedagang kaki lima cenderung memanfaatkan pembatas jalan sebagai tempat duduk. Tetapi ada beberapa pedagang kaki lima yang tidak memanfaatkan pembatas jalan untuk tempat duduk, solusinya dengan membawa tempat duduk portable sehingga dapat dipindah-pindah.

Gambar 17 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada siang dan sore hari Sumber: Analisis penulis, 2014

- Pada malam hari

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada malam hari memiliki kesamaan yaitu berpola sejajar. Pola sejajar tersebut sesuaikan dengan bentuk jalan raya. Pada malam hari pedagang kaki lima cenderung memanfaatkan memanfaatkan area pejalan kaki untuk are pembeli. Membawa meja kecil yang dilengkapi dengan alas sehingga terbentuk ruang dengan konsep lesehan.

Gambar 18 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014

Pola PKL

Pola pembeli

Pola PKL

(16)

16

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen II - Pada siang, sore dan malam hari

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pedagang kaki lima pada segmen II tidak ditemui, karena dominasi aktivitas yang dilakukan pada segmen II yaitu parkir kendaraan. 2. Pejalan kaki

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada segmen I - Pada siang dan sore hari

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen I dibedakan menjadi 2 yaitu aktivitas berjalan dan aktivitas berhenti. Aktivitas berjalan pada siang dan sore hari memiliki pola yang acak. Karena banyak sekali rute berjalan yang dilakukan oleh pejalan kaki. Karena banyak sekali akses yang akann dituju oleh pejalan kaki.

Gambar 19 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada siang dan sore hari

Sumber: Analisis penulis, 2014

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik yang dilakukan oleh pejalan kaki untuk kegiatan berhenti yaitu membentuk pola yang hampir sama dengan pola pedagang kaki lima. Karena pada umumnya pejalan kaki berhenti untuk memanfaatkan fasilitas yang disajikan oleh pedagang kaki lima. Pola yang timbul yaitu berpola sejajar mengikuti jalur jalan raya.

- Pada malam hari

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen I pada malam hari juga aktivitas berjalan dan aktivitas berhenti. Aktivitas berjalan pada malam hari hampir sama dengan segmen I yaitu memiliki pola yang acak. Karena pola itu diperoleh dari ketika penumpang ataupun pengendara motor turun dari angkutan umum ataupun kendaraan bermotor kemudian melanjutkan perjalanan.

Gambar 20 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014

Pola pejalan kaki acak

(17)

17

Aktivitas berhenti pada malam hari yaitu memiliki pola yang hampir sama dengan pola pedagang kaki lima membentuk pola sejajar. Karena pejalan kaki dengan pedagang kaki lima memiliki kesamaan dalam memanfaatkan ruang terbuka publik.

Gambar 21 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pejalan kaki pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014

3. Pengendara motor

- Pada siang dan sore hari

Pemanfaatan ruang terbuka publik pada siang dan sore hari berbentuk sejajar tetapi jumlahnya tidak begitu banyak. Pola sejajar karena kebanyakan menyesuaikan dengan bentuk ruang terbuka publik. Tetapi karena tidak memiliki pola yang pasti dan ketersediaan ruang publik lebih luas maka arah hadap parkir motor masih acak. Tidak ada pembeda antara area parkir motor dengan area untuk makan atau minum.

Gambar 22 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada siang dan sore hari

Sumber: Analisis penulis, 2014 - Pada malam hari

Yang membedakan pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor yaitu tingkat ketertibannya. Pada umumnya parkir motor pada malam hari lebih teratur dibanding dengan pada siang dan sore hari. Keteraturan tersebut tercipta karena adanya keingina pengendara motor untuk parkir berdekatan dengan tempat makan atau nongkrong.

Pola acak parkir kendaraan bermotor

Pola PKL

(18)

18

Gambar 23 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengendara motor pada malam hari

Sumber: Analisis penulis, 2014

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir motor pada segmen II - Pada siang, sore dan malam hari

Pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen II untuk aktivitas parkir motor sangat jarang ditemui, karena dominasi pada segmen II digunakan untuk aktivitas parkir mobil. 4. Pengendara mobil

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir mobil pada segmen I - Pada pagi, sore dan malam hari

Pemanfaatan ruang terbuka publik untuk aktivitas parkir mobil terdapat pada area sebelah Selatan berbatasan langsung dengan segmen II. Meskipun aktivitas parkir mobil tidak mendominasi tetapi aktivitas tersebut berlangsung secara kontinyu. Parkir mobil biasanya dimanfaatkan oleh pembeli di pertokoan sekitar ruang terbuka publik. Pola yang muncul yaitu berpola sejajar teratur karena menyesuaikan dengan dimensi ruang terbuka publik.

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik untuk parkir mobil pada segmen II - Pada pagi, sore dan malam hari

Pemanfaaatan ruang terbuka publik untuk aktivitas parkir mobil pada segmen II memiliki kesamaan pada pagi, sore dan malam hari. Dominasi aktivitas tersebut dikarenakan adanya salah satu fungsi bangunan sebagai show room, dan pertokoan. Pola pemanfaatan parkir mobil berbentuk sejajar sesuai dengan jalur pejalan kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Carmona , Mathew., at all , Publik Paces Urban Spaces – The Dimension of Urban Design, Architectural Press : 2003.

Carr, 1992, Publik Space, Cambridge University Pess, Amerika

Hall, Edward T, 1963, A system for the notation of proxemic behavior, American anthropologi John Lang, 1987, Creating Architectural Theory, The Role of The Behavioral Sciences in

Environmental Design, Van Nostrand Reinhold Company, New York Kevin Lynch, 1960, The Image of the City, Cambridge: MIT Press

Mohammad Danisworo,2004, “Pemberdayaan ruang pubik sebagai tempat warga kota mengekspresikan diri, kawasan Gelora Bung Karno. Makalah pada seminar dan lokakarya pemberdayaan area publik di dalam kota yang diselenggarakan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)

(19)

19

Setiawan, Altim, 2004, Pemanfaatan ruang di bawah jalan layang Pasupati Bandung untuk kepentingan publik: ruas Jl. Cikapayang, Tesis Magister ITB Tidak dipublikasikan, Bandung

Siswanto, 2002, Penataan ruang di bawah jalan layang dalam prespektif humaneering (studi kasus: jalan layang Janti Yogyakarta, Buletin Penalaran Mahasiswa X 3

Sugiono, 2002, Metode penelitian, Alphabet, Jakarta

Gambar

Gambar 1: Lokasi ruang terbuka publik Sumber: Analisis penulis, 2014
Gambar 2: Lokasi ruang terbuka publik Sumber: Analisis penulis, 2014
Gambar 3: Lokasi PKL pada segmen I
Gambar 6: Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh PKL pada malam hari Sumber: Analisi penulis, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Usaha pemanfaatan sumberdaya simping di perairan pantai Tangerang menghadapi masalah yaitu: penurunan hasil tangkapan per upaya tangkap diberbagai zona (kedalaman)

Setelah membuat sebuah sistem informasi langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan sistem tersebut menjadi sebuah perangkat lunak, kemudian dilakukannya sebuah tahap

Nomor judul Nomor bab Waktu pemutaran T01 C0 0 1 00 : 00 : 19 Bahasa Indonesia Buku Petunjuk Mengubah sudut pengambilan gambar Pada disk DVD video yang gambar direkam dari 2 sudut

Guru memberi tugas siswa untuk menceritakan secara singkat tentang cobaan Nabi Ayub a.s..

Tugas Akhir ditujukan untuk memenuhi mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Rumusan Masalah Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti merinci sebagai berikut: Apakah ada peningkatan prestasi belajar sejarah dengan menerapkan model pembelajaran

Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa pada anak yang dididik oleh orang tuanya dengan pola asuh otoriter dapat membentuk kepribadian introvert sebanyak 28 orang

Pantai pariwisata Kota Bengkulu menghasilkan timbulan sampah pada musim hujan sebesar 12,57 kg/area sampel/minggu dan musim kemarau sebesar 10,88kg/area