• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN RASIO HARGA INPUT JUMLAH OUTPUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN RASIO HARGA INPUT JUMLAH OUTPUT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN RASIO HARGA INPUT, JUMLAH OUTPUT, HARGA OUTPUT DAN ALOKASI PENGGUNAAN INPUT UNTUK PRODUK

CAPITAL INTENSIF DAN LABOUR INTENSIF

TUGAS

OLEH:

FAUZUL AZHIMAH ALDEBARAN RAIFINA

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

berlangsungnya perdagangan. Perdagangan juga dapat berfungsi sebagai pengganti mobilitas faktor produksi internasional dalam menyamakan tingkat harga faktor produksi atau pendapatan faktor produksi baik secara relatif atau absolut di antara negara yang terlibat dalam hubungan dagang tersebut. Berikut data upah, suku bunga, investasi, dan jumlah tenga kerja di Jepang dan Indonesia : Tabel 1. Komponen rasio harga input dan rasio jumlah output Jepang dan Indonesia

Komponen Jepang Indonesia

Upah 1 (IDR) 6.100.156 427.300

Upah 2 (IDR) 101.883.311 2.177.400

Suku bunga (%) 0,08 5,75

Modal Investasi (Milyar USD) 1.248 101,7

Tenaga kerja 1 (Orang) 74.306.700 144.455.634

Tenaga kerja 2 (Orang) 93.994.800 174.969.801

Sumber : data lampiran

Dari table diatas dapat digambarkan kurva hubungan rasio harga input dan rasio jumlah output di Jepang sebagai berikut :

(4)

Berikut kurva hubungan kurva hubungan rasio harga input dan rasio jumlah output di Indonesia sebagai berikut :

(5)

Gambar 2. Hubungan Rasio Harga Input Dan Rasio Harga Output Di Indonesia

Dari dua grafik diatas dapat dilihat jika rasio harga input produksi dalam kasus ini upah meningkat dari w1 ke w2 maka jumlah tenaga kerja baik dari komoditi pulp maupun otomotif di kedua Negara, Indonesia dan Jepang berkurang dari Lo2 ke Lo1 dan Lp2 ke Lp1. Namun Negara Indonesia lebih sensitif perubahan jumlah tenaga kerjanya. Hal ini bisa dilihat dari slope grafik di Indonesia lebih miring daripada grafik di Jepang. Perubahan dari Indonesia dan Jepang masing-masing berturut-turut adalah sebesar 3,7% dan 2,9%

Dari grafik diatas juga memperlihatkan bahwa komoditi otomotif merupakan komoditi yang capital intensif dan pulp labour intensif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja di produksi pulp lebih tinggi daripada produksi otomotif. Kondisi ini sama terjadi di Negara Jepang dan Indonesia.

Berikutnya hubungan rasio harga output dan rasio harga input. Harga real output pulp dan ototmotif dapat diwakilkan dengan GDP harga berlaku dari sector manufacture untuk mewakili harga komoditi otomotif dan sector pertanian untuk mewakili komoditi pulp baik dari Negara Indonesia maupun Jepang. Berikut data harga output dan harga input produksi :

Komponen Jepang Indonesia

Harga otomotif 1 9366615,28 385597,9

Harga otomotif 2 12863000,04 1376441,7

Harga pulp 1 692244,872 19564,4

Harga pulp 1 870340,944 51912,3

Upah 1 6.100.156 427.300

Upah 2 101.883.311 2.177.400

Suku bungan 0,08 5,75

Sumber : Data lampiran

Dari tabel diatas dapat digambarkan rasio harga output dan rasio harga input Negara Jepang

0,075

0,074

(6)

0,070

0,069

0,068

Gambar 3. Rasio Harga Output dan Rasio Harga Input Jepang

Berikut grafik rasio harga output dan rasio harga input Indonesia

0.50

0.47

0.45

0.43

0.41

0.39

0.37

Gambar 4. Hubungan rasio harga input dan rasio harga output Indonesia

55

5,1 794,6

37

86

78

43

95

(7)

Dari kurva 3 dan 4 dapat dilihat bahwa produk yang bersifat labour intensif yaitu pulp jika harga meningkat dengan asumsi harga produk capital intensif yaitu otomotif, produsen akan berinisiatif untuk menambah produksinya. Dengan meningkatnya produksi maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja dengan jumlah yang tetap, maka harga (upah) tenaga kerja akan meningkat dari w/r1 ke w/r2. Hal ini terjadi di Negara Indoensia dan Jepang.

Namun berbeda Indonesia dengan Jepang dalam besar perubahannya. Perubahan di Indonesia lebih kecil daripada di Jepang. Perubahan yang terjadi di Indonesia adalah hanya 80,3% sedangkan di Jepang perubahan upah mencapai 94% dari upah awal.

Dari kurva rasio harga output dan rasio jumlah input dapat memperlihatkan perubahan yang terjadi dengan jumlah input yang dibutuhkan.

Tabel 3. Harga input, harga output, jumlah input

Komponen Jepang Indonesia

Upah 1 (IDR) 6.100.156 427.300

Upah 2 (IDR) 101.883.311 2.177.400

Suku Bunga (%) 0,08 5,75

Modal Investasi (Milyar Usd) 1.248. 101,7

Tenaga Kerja 1 (Orang) 74.306.700 144.455.634

Tenaga Kerja 2 (Orang) 93.994.800 174.969.801

Harga Otomotif 1 (Milyar IDR) 9366615,28 385597,9

Harga Otomotif 2 (Milyar IDR) 12863000,04 1376441,7

Harga Pulp 1 (Milyar IDR) 692244,872 19564,4

Harga Pulp 2 (Milyar IDR) 870340,944 51912,3

Sumber : Data Lampiran

Dari tabel diatas dapat digambarkan rasio harga output, rasio harga input, jumlah input negara Jepang :

1672,64

(8)

Gambar 5. Hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output Jepang

Dari tabel 3 dapat digambarkan rasio harga output, rasio harga input, jumlah input negara Jepang :

Gambar 6. Hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output Indonesia

Dilihat dari kurva hubungan rasio harga input, jumlah input dan harga output dapat dilihat pada saat upah meningkat maka akan meningkatkan jumlah tawaran tenaga kerja dari L1 ke L2. Hal ini terjadi pada komoditi pulp dan otomotif. Namun proporsinya berbeda. Dimana produk labour intensif akan lebih sensitive

475,34

0,051 0,038 1166,2 1370,1 1574 1777,9

(9)

terhadap perubahan tingkat upah ini. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk kurva yg lebih landai pada produk yang labour intensif.

Jika dibandingkan antar Negara Indonesia dan Jepang dimana pada kondisi ini Indomesia merupakan Negara yg labour abundance lebih sensitive terhadap perubahan upah tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari proporsi perubahan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan Jepang dan Indonesia adalah 17% dan 20%.

Alokasi Input

Pada Negara Jepang yang merupakan Negara dengan capital abundance akan lebih banyak mengalokasikan produk yang capital intensif yaitu otomotif. Maka dapat digambarkan dengan kurva diatas.

Pada Negara Indonesia yang merupakan Negara dengan labour abundance akan lebih banyak mengalokasikan produk yang labour intensif yaitu pulp. Maka dapat digambarkan dengan kurva berikut :

Gambar 7. Alokasi input capital dan labour di Jepang untuk komoditi Pulp dan Otomotif

(10)

Jika capital suatu Negara berubah akan merubah alokasi input untuk kedua komoditi tersebut

Gambar 9. Perubahan penawaran capital dan perubahan alokasi input komoditi otomotof

(11)

Dari kurva 8 dan 9 dapat digambarkan untuk komoditi otomotif, labour yang dialokasian Negara Jepang lebih besar dari Negara Indonesia. Sedangkan capital yang dialokasikan Negara Jepang juga lebih besar dari Negara Indonesia.

Gambar

Gambar 1. Hubungan Rasio Harga Input Dan Rasio Harga Output Di
Gambar 2. Hubungan Rasio Harga Input Dan Rasio Harga Output DiIndonesia
Gambar 4. Hubungan rasio harga input dan rasio harga output Indonesia
Tabel 3. Harga input, harga output, jumlah input
+4

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis melakukan survey awal dengan mendata nilai Askeb IV patologi pada mahasiswa tingkat III semester IV Prodi DIII Kebidanan STIKes Prima Nusantara

Pensejajaran ontologi atau ontology alignment adalah identifikasi relasi antar elemen yang individual dari berbagai ontologi dengan tujuan membangun interoperabilitas

Dalam bentuk data, dari data- data tersebut dilakukan pengolahan data statistik untuk memperoleh hasil atau kesimpulan dari penelitian ini.Data-data tersebut berupa data

Dari titik ini, baca mendatar pada kurva dengan kisaran kecepatan tertinggi yang dapat dicapai. Kemudian, turun ke bawah ke

ƒ Mendorong kelompok HKm yang sudah terbentuk, yaitu Kelompok Serumpun Wana Lestari di desa Tanjung Putri, Kelompok Danau Seluluk Jaya di kelurahan Mendawai dan Kelompok

Dalam berbagai kasus, bila seorang anak hanya mendapatkan pendidikan agama dari sekolah, karena satu dan lain hal keluarga dan maayarakat tidak memungkinkan

Salah satu faktor sosial yang perlu diperhatikan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia adalah adanya dukungan keluarga, karena sebagian

Pasien tidak boleh memegang atau menggerakan earphone (British Society Audiologi, 2004). Dengan pengecualian ulangan frekuensi 1000 Hz, rangkaian yang sama dapat