• Tidak ada hasil yang ditemukan

172183266 Resensi Buku Colaborative Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "172183266 Resensi Buku Colaborative Learning"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Individu

MK. Teori dan Strategi Pemebelajaran PTK Oleh : Dr. Lu’mu Taris, M.Pd.

RESENSI BUKU

COLABORATIVE LEARNING

“STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK SUKSES BERSAMA”

Penulis : David W. johnson – Roger T. Johnson – dan Edythe Johnson Holubec Tahun Penerbitan 2009

Penerbit : Nusa Media: Bandung

Oleh :

Muhammad Riska B.

12B08089

Kelas PTK B

Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi... 1

A. Pendahuluan...3

B. Resensi Buku Colaborative Learning...4

Bab 1: Pembelajaran Kooperatif...4

Bab II : Riset tentang Pembelajaran Cooperatif...6

Bab III : Komponen-komponen Esensial Pembelajaran Kooperatif....6

Bab IV : Pembelajaran Kooperatif Formal...7

Bab V : Pembelajaran Koopertaif Informal...8

Bab VI: Kelompok Inti Kooperatif...9

Bab VII : Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Terintegrasi di Kelas ... 9

Bab VIII : Mengajarkan Skil-skil Kooperatif kepada Siswa...9

Bab IX : Kooperasi dan Konflik...10

Bab X : Sekolah Kooperatif...11

Bab XI : Perubahan Paradigma Belajar...11

C. Pembahasan...13

D. Kesimpulan...16

(3)

A. Pendahuluan

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara guru dan murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar ( dimyati dan mudjiono, 2006 : 3 ). Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula ( hamalik, 2006 : 162 ).

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas maka dapat diartikan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses intraksi antara guru dan murid dimana akan dikhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.

Pada proses interaksi anatara guru dan peserta didik merupakan salah satu hal yang terpenting dalam proses pembelajaran karena dari proses tersebut merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran tersebut guru haru memiliki banyak strategi dan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi peserta didik, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajara dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

(4)

teoritis dan praktis bagaimana membuat lingkungan pembelajaran, mengorganisasi siswa, dan mengelolah konflik.

B. Resensi Buku Colaborative Learning

Bab I: Pembelajaran Kooperatif

Pada lingkungan sekolah guru memiliki pilihan untuk menyusun pembelajaran supaya siswa dapat bekerja secara individu atau bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil ataupun besar untuk mengusai materi pelajaran.

Kompetisi : Ketika siswa berkometisi mereka dituntut untuk bersaing satu dan yang lain untuk mecapai suatu tujuan yang hanya dapat dicapai oelah beberapa orang atau hanya seorang saja. Bahkan bisa saja dalam kompetisi siswa berusaha keras untuk menjadi yang terbaik dari teman sekalasnya yang lain. Bahkan bisa juga mereka bekerja untuk menjadtuhkan rekan kelasnya dan merayakan jika rekan kelasnya gagal.

Individualisme : Ketika siswa dituntut bekerja secara individualistik, mereka bekerja sendiri-sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tidak dipandang sebagai tidak ada hubungannya dengan siswa.

Kooperasi : Kooperasi berarti bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan yang kooperatif setiap anak berusaha mencapai hasil yang menguntungkan bagi diri sendiri dan semua anggota kelompok.

(5)

dengan orang lain, bersaing untuk bersenang-senang dan bergembira, serta bekerja sendiri-sendiri secara otonom. Yang jelasnya ada lebih banyak hal yang diperlu dilakukan dalam pemeblajaran kooperatif daripada sekedar pengaturan tempat duduk.

Pembelajaran Kooperatif Formal : Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran kooperatif di mana siswa bekerja secara bersama-sama, pada jam pelajaran tertentu selama beberapa minggu untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama dengan memastikan bahwa mereka dan teman satu kelompoknya berhasil menyelesaikan tugas belajar yang diberikan dengan baik.

Pembelajaran kooperatif Informal : membantu guru memastikan bahwa siswa melakukan tugas-tugas intelektual seperti mengorganisasikan, menjelaskan, merangkum, dan mengintegrasikan materi kedalam struktur-struktur konseptual yang ada selama pengajaran berlangsung.

Kelompok-kelompok Kooperatif Inti : (Colaborative Base Group) bersifat jangka panjang. Ini merupakan kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif yang hetrogen dengan keanggotaan tetap yang bertahan sampai semua anggotanya lulus.

Struktur Kooperatif : Agar dapat menggunakan pembelajaran kooperatif pada sebagian besar jam pelajaran, guru harus mengidentifikasi dan menyusun pelajaran umum secaraa kooperatif dan kegiatan-kegiatan rutin mata pelajarn yang sifatnya repetitif (berulang). Ketika guru menggunakan kelompok kooperatif formal, informal, inti dan struktur kooperatif umum seperti naskah pembelajaran maka keahlian mereka akan terasah dan secara otomatis akan memulai menggunakan pembelajaran kooperatif sesuai kebutuhan.

Sekolah Kooperatif : Sebagai konteks alternatifnya adalah struktur organisasional yang berbasis kelompok dan berkinerja tinggi (team base and high performance organisational structures) diman setiap individu bekerja secara kooperatif di dalam tim yang memiliki tanggung jawab atas seluruh proses dan produk. Struktir organisasional yang baru ini dikenal sebagai “Sekolah Kooperatif” (cooperative School).

(6)

mendukung yang bertujuan untntuk meningkatkan keberhasilan proses pengajaran mereka

Mengetahui tentang bagaimana melakukan sesuatu bukanlah sebuah skil tetapi menjadi mampu melakukan sesuatu dengan biak baru bisa dikatakan skil. Pengembangan skil membutuhkan waktu dan usaha yang keras untuk berkembang. Penerapan pembelajaran kooperatif membutuhkan kebiasaan dalampenerapannya di kelas. Bukan hanya itu tetapi bagaimana seorang guru menerapkan pembelajaran cooperatif agar siswa lebih mudah menyerap pembelajaran sampai mencapai tujuan pembelajaran.

Bab II : Riset tentang Pembelajaran Cooperatif

Dua lebih baik dari satu, karena dua akan memperoleh imbalan yang lebih besar atas usahanya. Karena jika mereka jatuh maka yang lain akan menolong, tetapi jika bekerja sendirian jika terjadi kesalahan tidak ada yang menolog….(Ecclesiastes 4: 9-12). Begitulah berengkali pandangan tentang bekerja secara bekolompo/tim, satu dan yang lain anggota kelompok saling mendukung dan saling membantu dalam memahami materi pembelajaran. Pada Bab II ini ada tiga perspektif teoritis umum yang berkembang yaitu Social-Intedependence Theory, CognitiveDevelopmental Teory, dan Behavioral Learning Teory yang telah menjadi pedoman riset tentang pembelajaran kooperatif.

Keefektifan pembelajaran kooperatif telah ditegaskan baik oleh riset teoritis maupun demostrasi, dan literaturnya meliputi literatur “ilmiah” maupun literatur “profesional”.

(7)

Bab III : Komponen-komponen Esensial Pembelajaran

Kooperatif

Kerja sama lebih baik dari sekedar pengaturantempat duduk. Pembelajaran kooperatif melibatkan lebih dari sekedar menempatkan siswa beberapa orang disatu tempat duduk dan menyuruh mereka untuk saling membantu satu samalain. Banyak hal yang dapat melukai kegiatan kelompok yang kurang mampu hanya menyerahkan sepenuhnya kepada yang lebih mampu atau bisa dikatakan ada anggota kelompok yang hanya mengekor saja. Perlunya Interpendensi Positif untuk setiap anggota kelompok “semua untuk satu, satu untuk semua”. Dibutuhkan kerja sama yang kompak dalam satu kelompok dan diperlukan adanya tanggung jawab satu sama lain antara nggota kelompok. Interpendensi positif dibangun melalui empat cara. Interpendensi tujuan positif, Interpendensi Imbalan/Selebrasi Positif, Interpendensi sumber daya Positif, dan Interpendensi Sumberdaya Positif.

Tetapi semakin tinggi interpendensi positif di satu kelompok pembelajaran, semakin besar kemungkinan terjadinya ketidak sepakatan intelektual dan konflik di antara kelompok ketika mereka saling membagi informasi, presepsi, pendapat dan kesimpulan.

Interpendensi positif akan menghasilkan komponen esensial kedua dalam pembelajaran kooperatif, yaitu interaksi promotif. Interaksi promotif merujuk pada para siswa yang yeng saling memfailitasi keberhasilan satu sama lain.

Tanggung jawab Individual/Tanggung Jawab Personal : Komponen esesnsail ketiga dari pembelajaran kooperatif, yakni tanggung jawab individual. Setiap anggota kelompok seharusnya memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap materi dan tugas yang diberikan. Bertanggung jawab atas keberhasilan teman kelompoknya.

(8)

Komponen esesnial pembelajaran kooperatif yang kelima adalah pemrosesan kelompok. Kerja kelompok yang efektif dipengaruhi oleh apakah setiap kelompok merenungkan/memproses atau tidak mengenai seberapa baik mereka telah berfungsi.

Bayak pendidik yang meyakini mereka telah menggunakan pembelajaran kooperatif padahal mereka kehilangan esesnsinya. Ada perpedeaan penting antara hanya sekedar menempatkan siswa dalam kelompok untuk belajar dengan menyusun struktur kerja sama di antara para siswa.

Bab IV : Pembelajaran Kooperatif Formal

Dalam pembelajaran kooperatif formal para siswa bekerja bersama-sama yang waktunya berkisar dari satu priode kelas sampai beberapa minggu untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama dan menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan spesifik. Dalm situasi pembelajaran kooperatif, guru membentuk kelompok-kelompok pembelajaran, mengajarkan konsep-konsep dan strategi-strategi dasar, memonitor bagimana masing-masing kelompok pembelajaran berfungsi mengintervensi untuk mengajarkan skil-skil kelompok kecil, memberikan bantuan untuk menyelesaikan tugas jika dibutuhkan, mengevaluasi pembelajaran siswa dengan menggunakan sebuah sistem dengan rujukan kriteria, serta memastikan bahwa kelompok-kelompok tersebut memproses seberapa efektif setiap anggota bekerja sama. Para siswa berusaha mendapatkan bantuan, umpan balik, penguatan, dan dukungan dari teman-temanya. Seorang guru punya enam bagian peran di dalam pembelajran kooperatif formal (Johnson dan Johnson 1994; Johnson, Johnson, Holubec 1993):

1. Menentukan secara spesifik tujuan sebuah pembelajran; 2. Membuat keputusan-keputusan pra pengajaran berkaitan

dengan kelompok pembelajaran, pengaturan ruangan, materi pengajaran, dan peran siswa didalam kelompok.

3. Menjelaskan susunan tugas dan tujuan kepada para siswa; 4. Mengatur pelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan;

5. Mengawasi efektifitas kelompok pembelajaran kooperatif dan memberikan masukan apabila diperlukan;

(9)

Bab V : Pembelajaran Koopertaif Informal

Pembelajaran kooperatif informal terdiri dari kegiatan-kegiatan yang membuat para siswa bekerja bersama untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran bersama dalam kelompok-kelompok yang bersifat sementara dan khusus yang bertahan sekitar beberapa menit saja dalam satu priode kelas. Kelompok-kelompok seperti ini dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari, menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, memastikan bahwa para siswa memproses secara kognitif materi yang sudah diajarkan dan memberikan penutup bagi sebuah sesi pengajaran.

Beberapa contoh prosedur untuk pembelajaran kooperatif informal untuk membantu guru dalam menerapkanya 1. Diskusi Terfokus (Pengorganisasian Awal) , 2. Segmen Penyampaian Pelajaran (1. Menyampaikan segmen pertama dari pelajaran) , 3. Diskusi Berpasangan, 4. Segmen Penyampaian Pelajaran (menyampaikan segmen kedua dari pelajaran) , 4. Diskusi Berpasangan (Memebrikan tugas diskusi) , 5. Ulangi bagian segmen penyampaian semua pelajaran, 6. Diskusi Terfokus (Penutup).

Bab VI: Kelompok Inti Kooperatif

Kelompok-kelompok inti kooperatif adalah kelompo pembelajaran kooperatif jangka panjang dengan keanggotaan yang stabil yang tanggung jawab utamanya adalah untuk membantu para siswa memberikan dukungan, dorongan, dan asistensi kepada satu sama lain dalam menyelesaikan tugas dan saling menjaga tanggung jawab masing-masing dalam usaha mereka belajar.

(10)

kelas, mengecek lagi pemahaman mereka terhadap konten pembelajadarn dan tugas, dan membangun hubungan yang bermakna dengan teman-temannya.

Bab VII : Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Terintegrasi di

Kelas

Pada kelas berapa pun dan kelas berapa pun dapat disusun dengan pembelajaran kooperatif. Semua kelas dapat memiliki perpaduan antara kelompok formal, informal, inti serta dapat menggunakan naskah-naskah kooperatif dengan tingkat yang berbeda. Tipikal sebuah sesi kelas terdiri dari pertemuan kelompok inti, penyampaian pelajaran singkat dan atau proyek kelompok, serta diakhiri dengan pertemuan kelompok inti. Kombinasi dari pembelajaran formal dan informal serta kelompok inti kooperatif yang dibarengi dengan struktur kooperatif adalah sebuah cara yang efektif untuk menyusun struktur pelajaran atau kelas pada setiap tingkatan.

Bab VIII : Mengajarkan Skil-skil Kooperatif kepada Siswa

Tidak semua siswa memiliki kemampuan tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan berinteraksi dan interpersonal seorang anak tidak serta merta muncul begitu saja secara ajaib ketika dia dibutuhkan. Banyak siswa sekolah dasar dan menengah yang tidak memiliki skil-skil sosial dasar seperti mampu memahami orang lain atau mendiskusikan secara benar tugas yang diberikan. Sehingga banyak guru yang menemukan siswanya kesulitan untuk berkolaborasi dengan rekannya yang lain. Maka dari itu dalam situasi kooperatif inilah ada sebuah tugas yang harus diselesaikan dengan skil-skil sosial yang relevan dan mesti diajarkan.

(11)

Keempat, semakin cepat para siswa dipelajari skil-skil kooperatif, semakin baik.

Ada sangat banyak skil interpersonal yang mempengaruhi keberhasilan usaha kolaboratif. Ada empat tingkatan skil kooperatif : 1. Formatif (membentuk) , 2. Fuctioning (memungsikan) , 3. Formulating (merumuskan) , 4. Fermenting (mengembangkan).

Bab IX : Kooperasi dan Konflik

Kooperasi dan konflik selalu berjalan beriringan. Kooperasi atau kerja sama yang terjadi pada pembelajaran kooperatif kadang diiringi dengan konflik antar anggota. Tidak adanya konflik yang terjadi pada kelompok mungkin merupakan sebuah pertanda adanya sikap acuh atau tidak peduli. Semakin beras kepedulian anggota kelompok dengan tujuan kelompok semakin besar kemungkinan terjadi konflik. Apabila dikelolah secara konstruktif atau terbimbing, konflik akan menjadi sumber kreatifitas, kesenangan, dan penalaran. Sedangkan jika dikelolah secara destruktif, konflik akan menjadi bencana, kemarahan, dan kegagalan.

Maka dari itu semua untuk memastikan konflik itu konstruktif-guru harus menciptakan sebuah konteks kooperatif di dalam kelas maupun di sekolah, mengajarkan siswa bagaimana mengelolah konflik-konflik intelektual yang inheren di dalam kelompok pembelajaran melalui kontroversi akademik, serta mengajari para siswa untuk menegosisasikan sendiri resolusi-resolusi yang konstruktif yang konstruktif serta membantu menyelesaikan konflik teman sekelas mereka melalui mediasi.

Bab X : Sekolah Kooperatif

(12)

pengambilan keputusan berbasis sekolah atau di rumuskan secara bersama-sama, serta rapat dewan guru yang dilakukan dengan cara-cara kooperatif. Inti dari sekolah kooperatif adalah tim pengajar kolegial yang memfokuskan perkembangan berkelanjutan keahlian guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif.

Berkonstribusi terhadap setiap usaha tim merupakan hal yang terpenting pada setiap level organisasi moderen. Tak terkecuali dengan sekolah, setiap pengajar dan siswa haru semimiliki keinginan saling berbagi dan berkonstribuso sebagi tim. Mereka harus mengambil posisi dan mempertahankan pandangan mereka secara kreatif. Tingkat pertama dari struktur sekolah kooperatif adalah dimulai dari ruang kelas di mana pembelajaran kooperatif digunakan pada sebagian besar jampelajaran. Tingkat kedua sekolah kooperatif yaitu menciptakan struktur kooperatif dengan membentuk tim-tim pengalaman kolegial, satuan tugas, dan kelompok ad-hok pengambilan keputusan di dalam sekolah.

Bab XI : Perubahan Paradigma Belajar

Pembelajaran kollaboratif merupakan sebuah perubahan paradigma yang lebih luas yang terjadi dalam bidang pembelajaran. Paradigma pembelajaran yang lama menganngap guru merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat mentransfer ilmu ke siswa, pembelajaran dimana siswa bersaing secara individu dengan menggunakan sumber belajar yang monoton, guru merupakan tenaga ahli yang pasti bisa mengajar. Sedangkan paradigma pembelajaran baru bukan hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran tetapi bisa berkolaborasi antara guru dan siswa. Siswa telah menggunakan berbagai sumber belajar baik rekan sebayanya maupun lingkungan belajaranya, bukan hanya guru yang menjadi tenaga ahli yang bisa mengajar tetapi siswa juga bisa menjadi tenaga ahli dalam proses pembelajaran di kelas.

(13)

akademisi dan pribadi para siswa. Jadi seharusnya guru menyusun situasi pembelajaran supaya siswa mampu bekerja sama untuk memaksimalkan pencapaian satu sama lain.

C. Pembahasan

(14)

tertentu untuk mecapai tujuan pembelajaran. Pada kelas apapun dan pada mata pelajaran dapat disusun dengan model kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif memiliki unsur 1). Peserta, 2). Aturan, 3). Upaya belajar dari anggota kelompok, 4). Tujuan yang ingin dicapai. Khas kooperatif juga siswa ditempatkan dalam satu kelompok untuk beberapa minggu atau beberapa bulan untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Dengan terlebih dahulu diberikan penjelasan atau panduan bagaimana cara bekerja sama dalam kelompok, pembagian tugas atau peran, serta mengarahkan siswa agar bisa bertanggung jawab.

Pembelajaran kooperatif tidak dirancang seperti pemeblajaran kompetitif atau individualistik, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana setiap anggota saling bekerja sama, saling menopang dan saling mendukung untuk mencapai tujuan kelompok. Setiap anggota kelompok harus merasa jika kita gagal maka semua anggota kelompok akan gagal.

Para siswa disatukan dalam satu kelompok yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda (hetrogen) dan bisa juga di campur ditinjau dari minat dan bakat yang dimiliki setiap siswa. Yang dapat dikelompokkan dengan empat sampai enam orang dalam satu tim. Setiap kelompok akan mendapat penghargaan (reward) jika mampu untuk menunjukkan hasil yang memuaskan dari segi kerja sama kelompok dan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan begitu setiap anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif satu dan yang lainnya sehingga tumbuhlah skil interpersonal untuk saling membantu untuk menyelesaikan tugas yan diberikan.

Pada makalah Ahmad Noor mengatakan ketergantungan positif berlangsung ketika anggota-anggota kelompok merasakan bahwa mereka berhubungan dengan satu sama lainnya dalam suatu cara dimana seseorang tidak dapat mengerjakannya kecuali bekerja bersama. Guru harusmembangun presepsi bahwa siswa akan tenggelam atau berenang bersama- maksudnya kalau gagal sama dengan gagal satu kelompok dan jika berhasil sama dengan berhasil satu kelompok. Selain itu juga guru memfasilitasi siswa bagaimana cara berinteraksi secara efektif dengan rekan kelompoknya maupun kelompok lain. Selain itu juga guru membagi peran masing-masing anggota untuk bertanggung jawab- misalnya saja ada yan mengawasi tentang proses diskusi dan peran aktif setiap anggota.

(15)

Disasarkan pada manajemen kooperatif maksudnya pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang tidak muncul begitu saja pada saat pembelajaran, agar pembelajaran berjalan secara efektif. Misalnya saja tujuan apa yang ingin dicapai, bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut, menggunakan apa untuk mencapai tujuan tersebut dan perangkat pemebalajarn apa yang dibutuhkan dan apa saja yang menjadi kebutuhan dalam pembelajaran. 3). Kemauan untu bekerja sama maksudnya pembelajaran kooperatif di tentukan oleh kelompok, semakin baik kerja sama dalam tim itu semakin dapat mencapai tujuan kelompok atau keberhasilan. 4). Keterampilan bekerja sama, kemampuan bekerja sama itu dituangkan dalam aktifitas kelompok. Guru harus berperan dalam mendorong setiap anggota kelompok untuk berperan aktif dalam aktifitas kelompok. Bisa juga guru menunjuk satu dari anggota kelompok sebagai pengawas keaktifan kelompok atau bisa juga peran ketua kelompok atau manager sebagai penangung jawab kerja samanya kelompoknya.

Peran guru pada pembelajaran kooperatif ini selalu memonitor interaksi para siswa di dalam setiap kelompok pembelajaran dan mengintervensi untuk membantu mereka belajar dan berinteraksi dengan lebih baik. Pekerjaan guru sebagai observer semakin serius ketika kelompok mulai berkeja- guru memonitor kemajuan akademis masing-masing kelompok. Dalam memonitor kerja masing-masing kelompok guru mengklarifikasi instruksi-instruksinya- meninjau prosedur dan mengetahui strategi apa yang digunakandalam mencapai tujuan kelompok. Guru juga bisa melakukan intervensi untuk mengetahui proses yang ada denga bertanya misalnya saja “ Apa yang sedang kalian lakukan?” atau “Mengapa kalian melakukan hal ini?” jadi guru disini bukan hanya memonitor tetapi juga memmbantu siswa untuk menalarkan apa yang mereka akan lakukan atau yang sedang merka lakukan.

Berikut ini merupakan prosedur secara umum tentang pembelajaran kooperatif:

1. Penyampaian Materi

Pada bagian ini merupakan proses penyampaian pokok-pokok materi yang akan diberikan. Penyampaian tujuan pembelajaran-pengumpulan ide awal dan membangun pemahaman awal siswa. Memberikan gambaran secara umum tentang kegiatan yang akan berlangsung di masing-masing kelompok dan tugas-tugas yang akan diselesaikan.

2. Pengelompokan

(16)

acak maupun berdasarkan kemampuan sesuai kebutuhkan dan tugas yang diberikan di kelompok nantinya.

3. Penilaian

Seperti yang telah dijelakan beberapa paragaf sebelumnya jika penilaian pembelajaran kooperatif bisa berupa tes maupun kuis. Tes atau kuis dapat dilakukan secara individual maupun kelompok- penilaian juga dapat dilakukan ketika melakukan observasi saat proses kegiatan di kelompok sedang berlangsung.

4. Pengakuan Tim

Pengakuan tim disini merupakan penetapan tim yang lebih menonjol pada saat kegiatan di kelompok dan pencapaian tujuan atau bisa dikatakan juga timyang berprestasi selama pembelajaran berlangsung. Tim yang berprestasi tersebut di beri hadiah (reward) sebagai motivasi bagi tim yang lain juga utuk bisa lebih bekerja keras dan bekerja sama untuk mendapatkan hadiah.

Tidak melepas juga kemungkinan ada modifikasi sedikit dari prosedur yang telah disebutkan di atas. Yang jelasnya pembelajaran kooperatif bukan hanya pembagian kelompok atau menempatkan siswa dalam satu meja tetapi yang lebih penting peran serta meraka di dalam kelompok sehingg mencapai tujuan pembelajaran- bukan hanya dari aspek akademis tetapi juga dari aspek sosial.

Menurut Kagan (1994) dalam buku Pakematik (W.Gora & Sunarto:2011) bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat :

a. Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; b. Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki

hubungan sosial;

c. Dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; d. Dapat meningkatkan kepercayaan diri;

e. Dapat meningkatkan kemahiran teknologi;

Beberapa contoh pembelajaran kooperatif yang biasa kita dengar yaitu Jigsaw, Teams Game Tournamen (TGT), Studen Teams Achiefement Devition (STAD), Group Investigation (GI), dan metode struktural.

(17)

semata-mata untuk di kelompoknya di kelas tetapi tujuannya untuk membantu mereka dapat bekerja sama dan memahami orang lain. Pembelajaran kooperatif ini bukan hanya mengasah aspek akademis tetapi juga aspek sosial, atau bisa disebut juga dengan soft skil.

D. Kesimpulan

Perubahan paradigma pembelajaran dari paradigma lama menjadi baru membuat banyaknya perubahan dari sisi strategi pembelajaran. Dulunya guru menjadi sumber utama pembelajaran tetapi sekarang bukan hanya guru tetapi siswa juga bisa menjadi sumber pembelajaran bagi rekan-rekannya. Sehingga pembeajaran kompetitif atau individualistik mulai ditinggalkan dengan pembelajaran kerja sama atau kooperatif. Pembelajran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mecapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mengatur kursi dan meja dan menggabungkan siswa dalam satu kelompok tetapi juga proses yang lebih dipentingkan denga guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran kooperatif di kelas. Prosedur pembelajaran kooperatif 1). Penyampaian materi- 2). Pembagian Kelompok- 3). Penilaian- dan 4). Pengakuan Tim.

(18)

Daftar Pustaka

Gora. W. & Sunarto. (2011). “Pakematik : Strategi Pemeblajaran Inovatif Berbasis TIK”. Elex Media Komputindo : Jakarta.

Hamruni. (2012). “Strategi Pembelajaran”. Insan Media: Yogyakarta. Johnson. D.W. , R. Jonhnson and Holubec. E.J. (2010). “Colaborative Learning ; Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama”. Nusa Media : Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Biaya perolehan awal hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa dan diklasifikasikan sebagai properti investasi yang dicatat sebagai sewa pembiayaan seperti

bertujuan untuk menghasilkan pakan ikan yang lebih baik dan menghasilkan. keuntungan pada

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada

Laporan hasil pelaksanaan kegiatan sosialisasi publik kontrak konsultasi publik program hibah jalan daerah (PHJD) wilayah unit pelaksana teknis pengelola jalan

Dalam landasan teori akan disampaikan mengenai teori kepuasan kerja ( job satisfaction ) , ketidak nyamanan kerja ( job insecurity ), komitmen organisasi dan tingkat keluar masuk

Makromineral yang dibutuhkan dalam pembentukan jaringan kulit udang adalah kalsium, magnesium, kalium dan fosfor (Darmono 1995).. Makhluk hidup pada lingkungan perairan

[r]

ija>rah bahwa obyek harus dimiliki oleh orang yang menyewakan atau diijinkan untuk disewakan tidak terpenuhi, dimana dalam hal ini ketua RT 01 menyewakan tanah tanpa ijin