• Tidak ada hasil yang ditemukan

52164809 Ekonomi Politik Komparatif Demokratisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "52164809 Ekonomi Politik Komparatif Demokratisasi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Ekonomi Politik

Resensi Ekonomi Politik Komparatif

Demokratisasi & Pertumbuhan Benarkah Kontradiktif

Jan-Erik Lane & Svante Ersson

Al Afdal Permana

0810842026

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Andalas

Padang

(2)

Ekonomi Politik Komparatif

Demokratisasi & Pertumbuhan Benarkah Kontradiktif

Jan-Erik Lane & Svante Ersson

Al Afdal Permana

0810842026

A. Ringkasan Buku I. Tujuan Buku

Buku ekonomi politik komparatif yang memfokuskan pada hubungan timbal balik antara demokratisasi yang merupakan aspek dari politik dengan ekonomi dengan menitik beratkan perhatian pada beberapa bidang penelitian komparatif:

- syarat-syarat terciptanya rezim yang demokratis

- sebab-sebab atas meningkatnya pemanfaatan instrument kebijakan dalam pengelolaan perekonomian

- sumber-sumber meningkatakan laju pertumbuhan ekonomi

Hal ini akan memberikan pemahaman tentang keterkaitan ekonomi dan politik khususnya yang menyangkut pembangunan dalam berbagai konotasi. Dengan memakai teori-teori dari berbagai disiplin ilmu seperti kebijakan publik (public policy), pilihan publik (public choice), ilmu politik komparatif (comparatives politics), dan ilmu ekonomi, sehingga buku ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui keterkaitan antara demokratiasai dan pertumbuhan ekonomi, apakah selaras atau benarkah kontradiktif baik dari segi determinasi ekonomi ataupun determinasi politik.

2. Menganalisis tingkat kelimpahan atau kemakmuran ekonomi itu merupakan sebuah determinan kunci terhadap kepolitikan. Yang bertujuan untuk mengevaluasi berbagai jenis rezim ekonomi politk berdasarkan nilai-nilai politik terutama demokrasi serta untuk mengetahui berbagai kemiripan dan perbedaan pola-pola pembuatan kebijakan publik di berbagai negara.

3. Mengetahui apakah politik merupakan determinan kunci bagi kehidupan perekonomian.

4. Mengetahui mengenai faktor-faktor politik di suatu negara dapat membantu dalam memahami dinamika perekonomian

II. Korelasi antar Bab

Bab I memuat uraian pengenalan sejumlah konsep dasar ekonomi politik yang

(3)

sangat mendasar, yakni alokasi anggaran (pemerintah) dan alokasi lewat mekanisme pasar,

serta kaitannya dengan fungsi distribusi pendapatan dan struktur kepemilikan.

Bentuk pengalokasian merupakan kegiatan-kegiatan dalam pembangunan ataupun

penciptaan pertumbuhan ekonomi sehingga pada Bab II akan membahas konsep yang

sangat popular tapi sebenarnya tidak jelas yakni konsep pembangunan yang akan di

definisi pembangunan konteks ilmu pengetahuan sosial secara luas. Defenisi

pembangunan yang multidisiplin baik itu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan

dan pembangunan politik akan dibahas secara komprehensif pada Bab III yaitu mengenai

analisis pembangunan sosio ekonomi dan diikuti di Bab IV pembahasan konsep

pembangunan politik yang rumit dan komplek. Antara Bab III dan Bab IV memilki konsep

pemabangunan yang berbeda namun dalam pencapaian pembangunan sosio ekonomi yaitu

pertumbuhan pendapatan perkapita dan kesejahteraan juga memerlukan suatu stabilitas

politik baik itu dalam institusi ataupun demokrasi.

Ekspresi utama pembangunan politik yang secara lagsung berpengaruh pada

pembangunan ekonomi adalah demokratisasi sehingga pada Bab V akan mengaitkan

pembangunan ekonomi, faktor politik demokratisasi untuk membahas determinasi (faktor

penentu) sosial dan ekonomi terhadap kondisi stabinya demokrasi di suatu negara agar

dapat memahami keterkaitan empiris antara kemakmuran ekonomi dan kestabilan

demokratis, dan apakah benar-benar kontradiktif. Penjelasan tentang determinasi ini

diperjelas lagi pada Bab VI tentang determinasi kebijakan di Eropa Barat sebagai kawasan

negara-negara kaya. Selanjutnya Bab VII menganalisis pertumbuhan ekonomi tidak hanya

dari komponen sistem politik namun diperluas lagi ke berbagai sistem politik lainnya tidak

terbatas pada negara-negara Eropa Barat. Sedangkan Bab VIII dan IX membahas tentang

determinasi politik (politik atas ekonomi) yang merupakan kebalikan Bab sebelumnya.

III. Poin-Poin Inti tiap Bab

BAB I: Alokasi, DIstribusi dan Kepemilikan

Mekanisme alokasi sumber daya (Dahl dan Lidblom dalam Jan-Erik Lane & Svante Ersson,2002:6).

(4)

Kombinasi kepemilikan dan alokasi memunculkan berbagai jenis sistem ekonomi

Sumber daya harus dialokasikan ke berbagai penggunaan dan keperluan. Ada dua macam mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya yang mana keduanya bisa hadir dan saling melengkapi karena keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan. Dua macam alokasi sumber daya:

1. Alokasi Pasar

Keunggulan alokasi pasar: mendorong efisiensi, fleksibilitas dan rasionalitas. Keunggulan alokasi pasar dalam mendorong efisiensi, fleksibelitas dan rasionalitas dapat tergambar dalam mekanisme pasar seperti pada harga-harga kompetitif. Harga kompetitif mampu memacu efisiensi dalam pengalokasian sumber-sumber daya sekaligus dapat menjelaskan nilai yang paling realistis (mendorong rasionalitas) dari berbagai macam barang dan jasa, serta secara efektif sebagai media optimum untuk menghubungkan berbagai macam preferensi baik dari produsen maupun konsumen sehingga pengalokasian benar-benar rasional. Kelemahan yang utama adalah ketidakmampuannya menjamin aspek stabilitas dan prediktabilitas yaitu menyangkut masalah-masalah eksternal, pengalokasian barang-barang publik, skala ekonomis, dan masalah-masalah sosial seperti pemerataan distribusi pendapatan dan keadilan sosial pada umunya.

2. Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran terwujud sebagai penyusunan belanja dan pendapatan negara tahunan, pendapatan terutama diperoleh dari pajak, dan belanja ditentukan per sektor (Wildavsky dalam Jan-Erik Lane & Ersson,2002:36). Alokasi anggaran didasarkan pada monopoli dan hirarki yang pada dasarnya merupakan kegiatan antara 2 aktor yakni pemerintah yang bertindak sebagai sumber permintaan jasa

KEPEMILIKAN

Dominasi Pasar Dominasi Pemerintah

Dominasi Pasar

Dominasi Pemerintah

Sosialisme

Pasar PerekonomianKomando

Kapitalisme Perekonomian

(5)

(informasi) dan pihak lembaga perencanaan pusat yang bertindak selaku penyedia jasa informasi.

Keunggulan alokasi anggaran: menjamin stabilitas dan prediktabilitas. Otoritas pemerintah sebagai subjek alokasi anggaran akan mampu memberikan mekanisme kontrol ataupun regulasi terhadap alokasi anggaran sehingga akan dapat menjamin stabilitas dan prediktabilitas. Stabilitas tercapai karena akan ada rencana jangka pendek pemakaian sumber-sumber daya diiringi tujuan yang hendak dicapai.

Kepemilikan sumber daya ada dua:

1. Secara Publik: Dominasi pemerintah

2. Secara Privat (individu atau perusahaan swasta): Dominasi pasar

Struktur kepemilikan baik secara publik ataupun privat cenderung membatasi penerapan kedua mekanisme alokasi tersebut.

BAB II: Konsep Pembangunan

Konsep pembangunan diliput banyak ketidakjelasan dan ketidakpastian sehingga dalam menjelaskan konsep pembangunan dibahas secara terperinci yakni pembangunan politik, pembangunan sosial ataupun pembangunan ekonomi.

Pemaknaan/ pendefiisian pembangunan dalam konteks ilmu pengetahuan sosial: 1. Pembangunan Ekonomi

Terjadi perdebatan dalam pendefinisian pembangunan ekonomi. Secara sederhana istilah pembangunan ekonomi adalah sinonim dari “pertumbuhan ekonomi” (economic growth) ataupun “kemajuan ekonomi” (economic progress) secara umum (Sen dalam Jan-Erik Lane & Ersson,2002:65). Dalam pengertian ini, tolak ukurnya adalah pertambahan produk domestic bruto (GDP: Gross Domestic Product) per kapita.

Ada pendapat yang menolak pengertian sederhana pembangunan ekonomi, menurut pendapat ini “pembangunan ekonomi” mengacu ke sesuatu yang lebih sekedar dari pertumbuhan pendapatan perkapita namun harus juga memasukkan inidkator kesejahteraan disebut juga aliran pemikiran yang disebut pendekatan indicator sosial (social indicator approach)

2. Pembangunan Sosial (sosiologi)

(6)

besar-besaran dari tahap “masyarakat primitif” atau “masyarakat tradisional” ke tahapan yang lebih maju, yakni apa yang disebut sebagai tahap “masyarakat modern” atau “kemodernan” (modernisasi)

3. Pembangunan Politik

Pembangunan politik dapat diartikan sebagai perubahan sistem politik yang merupakan suatu proses yang berlangsung menurut logikanya sendiri (berlangsung dengan sendiri tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar sistem politik) dan tidak bisa didikte oleh transformasi sosio ekonomi, intinya adalah menekankan pada supermasi politik.

Isi pembangunan politik: diferensiasi structural, kinerja fungsional, institusionalisasi, adaptasi, peningkatan stabilitas, legitimasi, dan kapasitas pemerintah, serta demokratisasi.

BAB III: Pembangunan Sosio Ekonomi

Indikator pembangunan sosio ekonomi: 1. GDP per kapita

Konsep GDP menghitung total output final segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (negara). Menurut Gersovitz GDP per kapita merupakan indicator terbaik mengukur kemajuan pembangunan. GDP per kapita dapat diterapkan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi untuk tingkat kelimpahan dan kemakmuran ekonomi.

Karena hanya dapat mengukur tingkat kelimpahan atau kemakmuran atau kemajuan ekonomi maka akan terabaikannya soal pemerataan pendapatan dan aspek-aspek keadilan sosial, maka diperlukan indicator pendamping untuk mengukur pembangunan sosio ekonomi.

2. Indeks Gini ataupun Kurva Lorenzs dan sebuah koofesien variasi yang mengukur distribusi pendapatan atau output di tingkat regional. Indikator ini bertujuan mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan.

(7)

 Mengisyaratkan adanya jurang ketimpangan kemakmuran ekonomi antara kelompok negara kaya, miskin dan Dunia Ketiga.

 Melebarnya jurang ketimpangan

 Ketimpangan pendapatan identik dengan pemisahan geografis

 Memberiakan prediksi lebih besar variasi eksternal (perbedaan pendapatan negara antar kawasan yang satu dibandingkan dengan kawasan lain) dari pada variasi internal (perbedaan pendapatan antar negara dalam satu kawasan yang sama): variasi internal pada kelompok negara Asia, Afrika dan Amerika Latin lebih besar dibandingkan dang variasi internal yang terdapat di kelompok negara komunis maupun OECD/ industry maju.

BAB IV: Pembangunan Politik

Pembangunan politik bersifat multidimensional sehingga penelahaan konsep pembangunan politik itu sendiri akan rumit dan komplek. Variabel yang berkaitan dengan konsep pembangunan politik:

1. Pembangunan demokrasi

Pembangunan politk pada akhirnya akan menciptakan demokratisasi karena pembangunan politik sarat akan nilai yang kemudian akan memiliki pola-pola perubahan politik yang diinginkan seperti menuju demokratisasi.

- Skor atau angka demokrasi

- Hak-hak asasi manusia

- Peranan politik pihak militer

- Pluralism atau fraksionalisme sistem kepartaian

- Fungsi-fungsi sistem kepartaian 2. Kapasitas

Pembangunan politik merupakan upaya penyempurnaan secara atas sistem politik agar memiliki kapasitas yang baru dan lebih baik. Kapasitas dari suatu sistem politik berkaitan dengan output-outputnya dan sejauh mana sistem politik dapat mempengaruhi masyarakat dan perekonomian.

- Konsumsi pemerintah

- Belanja pemerintah pusat atau secara umum

- Belanja militer dan personalia militer

(8)

Pembangunan politik terkait dengan respon institusional atau pola institusional, dan berkaitan dengan perubahan sistem politik mengenai keberhasilan dan kegagalan institusional. Jadi, pembangunan politik menghendaki adanya institusionalisasi yang merupakan suatu proses dimana organisasi dan proses memperoleh nilai dan stabilitas (Huntington dalam Jan-Erik Lane & Ersson,2002:148).

- Sklerosa institusional

- Status negara

- Pengaruh kepemimpinan modern 4. Stabilisasi

Sebagai perubahan sistem politik, pembangunan politik akan berkaitan dengan stabiltas dan instabilitas politik.

- Kemelut politik

- Tindakan kekerasan

- Gelombang demonstrasi 5. Orientasi radikal

Pembangunan politik merupakan hasil dari suatu proses perubahan yang memunculkan tantangan nyata terhadap elit politik.

- Kekuatan kaum kiri

- Diminasi kaum kiri di pemerintahan

BAB V: Pembangunan Ekonomi, Demokrasi dan Kinerjanya

Terdapat dua teori yang menyatakan faktor-faktor ekonomi suatu negara mempengaruhi kepolitikan:

1. Hipotesis Rezim (regime hypothesis)

Berasumsi bahwa kestabilan institusi-institusi demokrasi (politik) di suatu negara dipengaruhi oleh tingkat kemakmuran. Rezim demokrasi hanya akan bertahan di negara-negara kaya, sehingga GDP per kapita menentukan keberlangsungan demokrasi.

2. Hipotesis kebijakan (regime police)

(9)

pada negara-negara yang perekonomiannya sudah mapan atau makmur, GDP per kapita dianggap menentukan kualitas maupun konfigurasi kebijakan negara.

Faktor penentu (determinasi) yang mendorong terciptanya kestabilan demokratis dalam sistem politik di suatu negara:

1. Model Kelimpahan/ kemakmuran

Menonjolkan sistem ekonomi sebagai faktor pokok (Lipset dalam Jan-Erik Lane & Ersson,2002:193). Tingkat kelimpahan atau tingkat kemakmuran dikatakan sebagai faktor penentu (determinan) terpenting atas munculnya suatu demokratis di suatu negara. Suatu negara menjadi semakin makmur, struktur sosial dan politiknya menjadi semakin terdiversifikasi (bermacam-macam).

Dari model ini timbul pertanyaan kontradiktif, apakah tingkat kelimpahan merupakan determinan pokok bagi kemunculan demokrasi? Untuk menjawab hal ini Jan-Erik Lane & Ersson melakukan pengkajian secara kuantitatif disimpulkan bahwa keterkaitan kelimpahan tidak berlaku secara kuat (absah) dalam mempengaruhi demokrasi, artinya tidak sepenuhnya terkait karena masih banyak negara-negara yang tidak stabil. Adanya negara-negara yang tidak stabil diartikan bahwa menurut model kelimpahan, kelimpahan atau kemakmuran merupakan syarat utama munculnya demokrasi, lantas mengapa negara-negara sangat kaya, misal Arab Saudi tidak memiliki demokrasi yang memadai.

2. Model Modernisasi (modernization model)

Syarat utama keberadaan demokrasi adalah sebagai struktur sosial modern yang diandai dengan dominasi masyaraka industry dan kecilnya masyarakat agraris (Learner dalam Jan-Erik Lane & Ersson,2002:196).

3. Model Budaya (cultural model)

Demokrasi bertolak dari faktor-faktor budaya secara keseluruhan yang ada di suatu masyarakat. Contoh: etos protestan, semakin kuat posisi lutheranisme akan semakin stabil institusi-institusi demokratis dan teori agama yang menyatakan heterogenitas agama akan mengikis pilar-plar demokrasi.

4. Model Politik (political model)

(10)

Kinerja Demokratis (democratic performance) sebuah hubungan ataupun kontradiktif dengan pertumbuhan dan kelimpahan/kemakmuran:

1. Model persamaan (equality model)

Semakin demokratis suatu kepolitikan atau sistem politik, akan semakin besar persamaan atau pemerataan distribusi pendapatan (Lenski, 1996)

2. Model pertumbuhan ekonomi (economic growth model)

Semakin demokratis suatu kepolitikan, akan semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonominya (Jan-Erik Lane & Ersson,2002:199)

3. Model “negara lunak” (soft state model)

Semakin otoriter suatu rezim, akan semakin cepat pertumbuhan ekonominya (Myrdal, 1968)

4. Model Sklerosa (Sclerosis model)

Semakin panjang waktu yang telah dilalui oleh proses institusionalisasi, akan semakin kuat koalisi-koalisi distribusional yang terdapat di negara yang bersangkutan sehingga semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonominya karena koalisi akan menggerogoti sumber daya yang awalnya untuk memacu pertumbuhan ekonomi (Olson, 1982)

5. Model Inflasi (inflation model)

Semakin demokratis suatu negara, tingkat inflasi cenderung semakin tinggi (Tufte, 1978)

Teori kesejahteraan tentang negara-negara demokratis (welfare theory of democratic states) menyatakan bahwa yang mempengaruhi demokrasi tidak hanya tingkat kelimpahan, tetapi juga kelangsungan proses institusional atas segenap kelembagaan dan pranata demokratis, proses institusional berdampak positif terhadap tingkat rata-rata pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi dalam penelitian kuantitatif yang dialakukan Jan-Erik Lane & Ersson tidak menemukan bukti yang memadai mengenai dampak demokrasi terhadap pertumbuhan ekonomi serta Jan-Erik Lane & Ersson tidak menemukan adanya hubungan sebab akibat antara demikrasi dengan faktor-faktor seperti besar kecilnya ukuran negara, tingkat insflasi maupun pengalaman berperang dari suatu negara.

Kesimpulan bab ini yaitu mempertanyakan teori kesejahteraan tentang demokrasi: 1. Pernyataan tingkat kelimpahan/kemakmuran menentukan jenis-jenis rezim yang

(11)

kausalitas yang cukup signifikan antara tingkat kelimpahan dan kemunculan rezim demokratis

2. Tidak ada data yang menunjang bahwa demikrasi merupakan salah satu faktor penentu tingkat rata-rata pertumbuhan ekonomi suatu negara.

BAB VI: Determinan-Determinan Kebijakan di Eropa Barat

Faktor-faktor penentu (determinan) kebijakan di Eropa Barat, terkait dengan variabel-variabel independen (variabel-variabel-vaeiabel yang mempengaruhi) yang menyebabkan keragaman kebijakan publik suatu negara dibanding negara lain dan tingkat pembelanjaan pemerintah sebagai variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)

Variabel dependen (variabel yang dipengaruhi): 1. Modernisasi

2. Kekuatan Kaum Konservatif 3. Kekuatan Kaum Kiri

4. Keterbukaan Ekonomi 5. Dimensi Ekonomi 6. Stabilitas Politik

BAB VII: Negara atau Pasar di Dunia

Analisis pertumbuhan ekonomi sektor publik tidak hanya komponen sistem politik pada pemerintah saja namun juga diperluas ke berbagai sistem politik lainnya, tidak terbatas pada negara-negara OECD.

BAB VIII: Institusi-Institusi dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Kaya OECD

Bab ini lebih memfokuskan pada faktor-faktor politik terhadap pertumbuhan ekonomi. Faktor politik yang dominan adalah institusionalisasi. Institusionalisasi memberikan dampak negative secara langsung yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi. Di samping itu juga memberi pengaruh tak langsung yakni melalui dampaknya terhadap terhadap tingkat kemajuan ekonomi dan unioniasi yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan.

(12)

semakin tinggi tingkat kemajuan ekonomi suatu negara, tingkat pertumbuhannya cenderung semakin rendah.

BAB IX: Politik dan Pertumbuhan Ekonomi:

Pertumbuhan ekonomi juga tidak ditentukan oleh tingkat kelimpahan atau keseluruhan struktur sosial. Pertumbuhan ekonomi ternyata bertolak dari kekuatan-kekuatanyang tidak sepenuhnya bisa didikte oleh tindakan politik. Di negara dunia Ketiga pertumbuhan ekonomi sangat berkaitan dangan keseluruhan prilaku investasi yang ditentukan oleh pemerintah. Sedangkan di negara-negara maju, pertumbuhan ekonomi lebih berkaiatan dengan sklerosa institusional yang juga bisa dipengaruhi oleh kegiatan politik dan kebijakan.

BAB X: Rezim-Rezim Ekonomi Politik: Sebuah Evaluasi

Empat jenis rezim ekonomi politik:

1. Rezim kapitalis murni (desentralisasi) 2. Rezim etatisme kapitalis

3. Rezim kapitalis campuran

4. Rezim sosialis (gabungan dari rezim sosialis murni dan rezim sosialis pasar atau campuran)

Perbedaan pokok dari rezim mengacu pada:

- struktur-struktur kepemlikan

- kedudukan pasar dalam alokasi sumber-sumber daya

- peranan pihak pemerintah dalam fungsi redistribusipendapatan atau kekayaan nasional

Evaluasi atas keempat jenis rezim ekonomi politik tersebut:

1. Secara umum rezim sosialis dan rezim etatisme kapitalis memiliki catatan kinerja yang lebih rendah dibandingkan dengan kedua kelompok rezim lainnya.

2. Secara keseluruhan, rezim-rezim kapitalis, kecuali rezim etatisme kapitalis, lebih baik daripada rezim sosialis

3. Secara umum rezim kapitalis campuran lebih baik dari pada rezim sosialis dan etatisme kapitalis dalam semua criteria.

B. Metode: Kuantitatif dan Historis

(13)

komparatif politik ekonomi, dengan menggunakan dan mengolah data-data ekonomi dan politik serta perhitungan statistik seperti korelasi, regresi dalam penganalisaan hubungan dan pengambilan kesimpulan komparatif demokratisasi dan pertumbuhan benarkah kontradiktif. Selain penggunaan metode Kuantitatif, penulis juga menggunakan metode historis karena dalam penyampaiannya, penulis menceritakan suatu sejarah kejadian-kejadian dan perkembangan ekonomi politik suatu negara ataupun kawasan. Penyampaian secara historis ini untuk mendukung argument hasil-hasil analisis kuantitaif yang dilakukan oleh penulis.

C. Teori & Konsep

1. Teori Kelimpahan (Affluence Theory)

Teori ini menyatakan adanya keterkaitan kuat antara berbagai tolak ukur kelimpahan ekonomi dengan variabel-variabel politik yang membentuk atau menentukan pola-pola kebijakan publik di suatu negara. Akan tetapi berdasarkan analisis empiris Jan-Erik Lane & Ersson, terbukti bahwa keterkaitan tidak begitu kuat sehingga pernyataan teori kelimpahan tidak bisa diterima.

2. Hukum Wagner

Menyatakan kedudukan-kedudukan faktor-faktor ekonomi sebagai determinan mutlak bagi pertumbuhan sektor publik. Hukum ini menyimpulkan bahwa semakin kaya suatu negara akan semakin besar proporsi pendapatan nasionalnya yang dapat dialihkan sebagai pemasukan pemerintah yang selanjutnya dibelanjakan melalui berbagai kebijakan program belanja pemerintah, dan itu berarti pemanfaatan kebijakan publik sebagai instrument ekonomi politik meningkat.

3. Teori Pertumbuhan dan Politik (theoty of economic growth)

Teori ini berfokus pada faktor-faktor ekonomi seperti teknologi, produksi, populasi, dan modal sebagai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi.

4. Kinerja Demokratis (democratic performance) sebuah hubungan ataupun kontradiktif dengan pertumbuhan dan kelimpahan/kemakmuran:

 Model persamaan (equality model)

Semakin demokratis suatu kepolitikan atau sistem politik, akan semakin besar persamaan atau pemerataan distribusi pendapatan (Lenski, 1996)

 Model pertumbuhan ekonomi (economic growth model)

Semakin demokratis suatu kepolitikan, akan semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonominya (Jan-Erik Lane & Ersson,2002:199)

(14)

Semakin otoriter suatu rezim, akan semakin cepat pertumbuhan ekonominya (Myrdal, 1968)

 Model Sklerosa (Sclerosis model)

Semakin panjang waktu yang telah dilalui oleh proses institusionalisasi, akan semakin kuat koalisi-koalisi distribusional yang terdapat di negara yang bersangkutan sehingga semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonominya karena koalisi akan menggerogoti sumber daya yang awalnya untuk memacu pertumbuhan ekonomi (Olson, 1982)

 Model Inflasi (inflation model)

Semakin demokratis suatu negara, tingkat inflasi cenderung semakin tinggi (Tufte, 1978)

D. Kekuatan dan Kelemahan

Buku ini mencoba menguji teori-teori konsep tentang komparatif antara kelimpahan/ kemakmuran ataupun pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor politik seperti demokratisasi dan institusionaliasasi terutama pembahasan tentang konsep demokratisasi & pertumbuhan. Berbeda dengan buku lain dalam hal ini buku pembanding yaitu buku

Politik Perpajakan : Membangun Demokrasi Negara karangan Irianto, Edi Slamet & Jurdi. Dalam buku Politik perpajakan dalam membangun demokrasi, Irianto dkk hanya membahas demokrasi dominan dalam aspek politiknya saja dan mimim mengaitkan dengan konsep-konsep perekonomian seperti pertumbuhan dan kemakmuran selain itu jika pun itu ada pembahasan hubungannya dengan pertumbuhan hanya sebatas penggunaan teori-teori demokrasi yang telah ada yang kemudian dijadikan pedoman dalam pembahasan. Buku karangan Irianto hanya sekedar sebuah pemaparan, berbeda dengan buku karangan Jan-Erik Lane & Ersson mencoba menguji teori-teori yang telah ada dengan pengujian kualitatif dan hasilnya cukup bertentangan dengan teori sebelumnya.

E. Pandangan Pribadi tentang Buku

(15)

gambaran yang jelas bagi pembaca keterkaitan ataupun kontradiksi dari dua aspek yang dibandingkan yaitu antara demokratisasi dan pertumbuhan. Disebabkan

Gaya penyampaian yang sederhana mungkin menjadi faktor bagi pembaca untuk memahami isi buku ini secara lebih jelas. Selain itu metode penulisan buku yang secara kuantitatif dengan dilengkapi begitu banyak table, data ekonomi, data politik dan penggunaan perhitungan statistik tidak membuat pembaca sulit untuk memahami karena penjelasan dari hasil perhitungan statistic tersebut jelas dan mudah dipahami.

Dari aspek akademik, buku ini mencoba menguji teori-teori konsep tentang komparatif antara kelimpahan/ kemakmuran ataupun pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor politik seperti demokratisasi dan institusionaliasasi. Pengujian dilakukan dengan kuantitatif yang hasilnya cukup bertentangan dengan teori sebelumnya seperti Teori Kelimpahan (Affluence Theory), teori ini menyatakan adanya keterkaitan kuat antara berbagai tolak ukur kelimpahan ekonomi dengan variabel-variabel politik yang membentuk atau menentukan pola-pola kebijakan publik di suatu negara. Akan tetapi berdasarkan analisis empiris Jan-Erik Lane & Ersson, terbukti bahwa keterkaitan tidak begitu kuat sehingga pernyataan teori kelimpahan tidak bisa diterima, dll.

F. Rujukan/ Daftar Pustaka

G. Irianto, Edi Slamet & Jurdi, Syarifuddin, 2005, Politik Perpajakan : Membangun Demokrasi Negara, Yogyakarta : UII Press.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian pada rancang bangun cross section water tube boiler adalah ingin mengetahui pengaruh level ketinggian air di dalam steam drum terhadap

Hal lain yang cukup menarik di antara tiga fraksi pada percobaan ini, bahwa pada fraksi ukuran butir kasar dengan selang waktu pengamatan tiap 2 jam selama 6 jam untuk berat

Perseroan akan melakukan pembayaran kwartalan dalam Rupiah setiap tanggal 28 Juni, 28 September, 28 Desember dan 28 Maret sampai dengan akhir periode kontrak untuk sejumlah

Jika dosis yang tertelan tidak diketahui, dapat diberikan dosis awal pyridoxine sebanyak 5 g secara intravena pada pasien yang mengalami keracunan parah, dan diulang

 SAFEGUARD Regional yang merupakan hasil studi dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan.

Selain berkembang karena terjadi perubahan situasi politik atau juga karena adanya pergantian kepemimpinan nasional, kurikulum juga mengalami revisi seiring dengan

Secara singkat, faktor yang dapat menjadi daya tarik pusat kota bagi masyarakat untuk memilih tinggal di pusat kota tersebut yang dapat menyebabkan permukiman tumbuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perkembangan kawasan komersial terhadap perubahan permukiman dengan mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik