• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI - DOCRPIJM b2af046618 BAB IVBAB 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAFTAR ISI - DOCRPIJM b2af046618 BAB IVBAB 4"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB 4 ANALISIS LINGUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI ...2

4.1 Analisis Lingkungan...2

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ...2

4.1.2 Anaisis Dampak Lingkungan, UKL/UPL DAN SPPLH ...6

4.2 Analisis Dampak Sosial ...15

4.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Dan Pembangunan Bidang Cipta Karya ....15

4.2.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya...18

(2)

BAB 4 2

BAB 4

ANALISIS LINGUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI

4.1 Analisis Lingkungan

4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Dalam pelaksanaan program pembangunan pada saat ini, ada beberapa syarat yang telah

ditetapkan oleh pemerintah dalam mengantisipasi kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh pembangunan tersebut, untuk mengantisipasi hal tersebut di atas

maka dibuatkan dokumen SAFEGUARD (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

Peraturan dan perundang – undanganyang berhubungan dengan SAFEGUARD adalah:

 Undang – undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok

pengelolaan lingkungan hidup.

 Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya

 Undang-undang No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang

UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 15 (1) : “Setiap

rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan

penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak

lingkungan hidup”

 Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990 tentang Badan Pengendalian

dampak Lingkungan

 PP 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 1 (1),

3 (2) dan 17 : AMDAL terdiri atas :

 Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL); dan

 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL) yang disusun b

Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan (BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman

Ukuran dampak Lingkungan

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret

1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya

(3)

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19

Maret 1994, tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19

Maret 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi

SAFEGUARD

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19

Maret 1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan SAFEGUARD.

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang

Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan. Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang

penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya

alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat

dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek

konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya

berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi Oleh

karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi

juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian

serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber

daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor

pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya

alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap

terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan

ruang bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan. Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan

dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terutama dalam

rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daera h,

kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup merupakan hal yang penting. Dengan demikian hak dan

kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan

sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam

pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya

alam, termasuk kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya

(4)

BAB 4 4

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk

mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain

berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi

persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi

lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung

yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

A. PRINSIP DASAR SAFEGUARD

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51/1993, pengertian SAFEGUARD adalah

hasil studi mengenai “Dampak Penting” suatu usaha atau kegiatan yang

direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

sedangkan dampak penting adalah suatu perubahan lingkungan yang s angat

mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. Untuk ukuran

“dampak penting” menurut keputusan kepala BAPEDAL RI

No.Kep.056/1994 adalah sebagai berikut :

 Jumlah Manusia yang akan terkena dampak, Dampak lingkungan su atu kegiatan

menjadi penting bila manusia di wilayah studi SAFEGUARD yang terkena dmpak

lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari kegiatan, jumlahnya sama atau

lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari kegiatan diwilayah

studi.

 Luas Wilayah Persebaran Dampak, dampak lingkungan suatu kegiatan bersifat

penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang

mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak , atau tidak

berbaliknya dampak, atau kumulatif dampak

 Lamanya dampak Berlangsung, dampak lingkungan bersifat penting bila

rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar

dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya, atau segi kumulatif dampak

yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan (perencanaan,

konstruksi, operasi dan pasca operasi)

 Intensitas Dampak, intensitas dampak mengandung pengertian yang timbul

bersifat hebat, drastis serta berlangsung didaerah yang bersifat lu as, dalam kurun

waktu yang relativ singkat. Dengan demikian dampak lingkungan yang tergolong

penting antara lain, bila rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan

perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan yang melampaui baku

(5)

 Banyaknya Komponen Lingkungan Lain yang Terkena Dampak, Dampak

tergolong penting bila dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus

lingkungan bertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat

diasimilasikan oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

 Berbalik atau tidak Berbaliknya Dampak, Dampak bersifat penting apabila

perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat

dipuluhkan kembali walaupun dengan intervensi manusia

 Safeguard diperlukan untuk Untuk melindungi warga dan lingkungan dari

dampak proyek yang merugikan. Pada proyek USRP terdapat potensi besar

dampak besar dan penting dan memerlukan pengadaan lahan dan (atau tanpa)

pemukiman kembali. Peraturan perundangan RI dan/atau kebijakan operasio nal

Bank Dunia mengharuskan proyek dengan ciri yang demikian dilengkapi AMDAL,

dan Rencana Tindak Pengadaan Lahan (dan Pemukiman Kembali, jika perlu).

 Waktu penyiapan Safeguard:

 Sebelum proyek dimulai, sebagai bagian dari FS (Studi Kelayakan)

 Proyek tahun I:

 FS (termasuk kajian safeguard) diselesaikan sebelum appraisal

 Kajian safeguard lingkungan: UKL/UPL

 Kajian safeguard pengadaan lahan tidak ada, karena jenis dan skala proyek

telah diseleksi.

B. KERANGA SAFEGUARD

Safeguard sesungguhnya merupakan salah satu alat untuk tujuan

pengelolaan lingkungan hidupyang berperan untuk memasukkan pertimbangan –

pertimbangan lingkungan ke dalam proses perencanaan pembangunan Menurut

PP/51/1993, pasal 6 menegaskan bahwa SAFEGUARD merupakan bagian

kegiatan studi kelayakan rencana uasaha atau kegiatan. Ini berarti alternatif

yang berkembang dalam studi kelayakan juga perlu dipertimbangkan dampaknya

terhadap lingkungan hidup sebelum dipilih alternatif yang layak secara teknis,

demikian SAFEGUARD akan berperan dalam meningkatkan kegunaan proyek

dengan mengurangi dampak negatif dan memperbesar dampak positif.

C . PEMBIAYAAN

Sumber Pembiayaan untuk SAFEGUARD ini bersumber dari pemda melalui dana

APBD II dan APBD I juga bersumber dari dana pusat dan masyarakat serta

(6)

BAB 4 6

D . KOMPONEN SAFEGUARD

Dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang Pekerjaan Umum

adalah beberapa kegiatan pembangunan yang diwajibkan untuk melaksanakan

kegiatan SAFEGUARD yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah

ditetapkan dalam rangka untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antar usaha atau

kegiatan dengan lingkungan yang memperoleh manfaat dari usaha atau kegiatan

tersebut.

E. METODE PENGGUNAAN DAMPAK

Bagi rencana atau usaha atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi

dengan SAFEGUARD disebabkan tidak ada dampak penting secara teknologi sudah

dapat dikelola dampak pentingnya, tetap diharuskan Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UKL) dan UpayaPemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan

peraturan yang berlaku yang diatur melalui suatu pedoman Umum.

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan lingkungan perlu

disusun sedemikian rupa sehingga dapat :

 Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana

usaha atau kegiatan yang merupakan sifat proyek itu sendiri dan dapat

menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan.

 Informasi komponen lingkungan yang terkana dampak

 Upaya UKL dan UPL yang harus dilakukan oleh pemrakarsa pada

tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi.Karena UKL

dan UPL bukan merupakan bagian dari SAFEGUARD, maka kedua

dokumne tersebut tidak dinilai oleh komisi SAFEGUARD, melainkan

diarahkan langsung oleh instansi teknis yang membidangi dan

bertanggung jawab atas pembinaan usaha atau kegiatan tersebut melalui

suatu petunjuk teknis.

4.1.2 Anaisis Dampak Lingkungan, UKL/UPL DAN SPPLH A . PRINSIP DASAR

Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua

kegiatan yang diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan

(7)

1) Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat

berbentuk : (i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL,

tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di

bawah). Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek

mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

2) AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk

meningkatkan kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus

menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi,

sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

3) Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan,

dampak negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif

tanpa proyek, harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek

diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak

positif dapat dimaksimalkan.

4) Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan

dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek

5) Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan

rentan (IVP), kawasan lindung, atau merupakan kawasan sengketa. Di

samping itu, produksi, atau penggunaan:

 Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk

tembakau.

 Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan

asbes, seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan

diterapkan.

 Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi,

menyimpan atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif,

atau eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang-undang

Indonesia, tidak dapat dibiayai.

 Pestisida, herbisida, dan insektisida.

 Konstruksi bendungan (dam).

 Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk

barang, struktur fisik dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya

(8)

BAB 4 8

6) Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak

termasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek

dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

B . KATEGORI PROYEK

Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek,

seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian

proyek tiap proyek atau kegiatan yang diusulkan dapat dikelompokkan ke

dalam salah satu dari 3 kategori berikut. Kategorisasi serupa berdasarkan

(9)

Tabel 4.1 Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Di Lengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Untuk Bidang Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

1. Persampahan

a.

Pembuangan dengan sistem controlled landfill, sanitary

landfill dengan luas landfill

≥ 40 Ha

b. TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill ≥ 25 Ha

c. Pembangunan transfer station dengan kapasitas ≥ 1.000 ton/hari

2. Pembangunan Perumahan/Permukiman

a. Kota sedang dan kecil dengan luas ≥ 200 Ha b. Kota besar dengan luas ≥ 100 Ha c. Kota Metropolitan dengan luas ≥ 50 Ha 3. a. IPLT dan/IPAL dengan luas kolam ≥ 3 Ha

b. Pembangunan sistem perpipaan air limbah dengan luas

layanan

≥ 500 Ha

4. Drainase Permukiman

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

- lebar ≥ 5 m

- atau panjang ≥ 10 km

b. Pembangunan saluran di kota sedang

- lebar ≥ 10 m

- atau panjang ≥ 15 km

5. Air Bersih di kota besar/metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi dengan luas layanan ≥ 1.500 Ha b. Pembangunan jaringan transmisi, dengan panjang ≥ 25 Km

6.

Pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air

lainnya dengan debit pengambilan

≥ 500 liter /detik

Sumb

er :

(10)

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

1. Persampahan

a.

Tempat Pembua nga n Akhir (TPA)

dengan system control ladfill atau sanitary landfill cacing, gangguan lalat, keluhan pendudu k sekita r terhadap

d. Pembang una n incenerator Semua Ukuran

e.

Bangunan Komposting dan daur

ulang (kapasita s sampah baku) > 4 ton/hari, >500 m2

2. Pembangunan Perumaha n dan Permukiman

a. Kota Metropo lita n (luas) 2 Ha s/d 25 Ha Peruba ha n bentang alam dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkita n LHR, bangkitan 3. Peremaja an Perumaha n dan Permukiman

(11)

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

5.

Pembangunan Kawasan Terpadu :Pembangunan meliputi Permukiman,

perkantoran, pendidikan, olahraga, kesehatam, tempat ibadah, pusat perdagangan

dan perbelanjaan Luas Lantai Bangunan < 10.000 m2

(12)

BAB 4 12 Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Nomor:

17/KPTS/M/2003, Tanggal : 3 Februari 2003

Keterangan :

1.

Semua kegiatan yang memerlukan disposal area dan/atau borrow area dengan

luas > 1 Ha (kawasan perkotaan) dan/atau

> 5 Ha (kawasan perdesaan), memerlukan UKL/UPL

2. Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban

Development Strategic (NUDS) :

a. Kota Metropolitan Populasi

>1.000.000 jiwa

usaha privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa

semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya

memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak negatif

akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus

dilakukan secara:

a) Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan secara

transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup,

antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan

terkena; Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP)

harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi

proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali;

b) Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang

(13)

pasar tanah dan aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat

tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi

kesempatan untuk membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan

menyetujui syarat-syarat dan jumlah kompensasi dan/atau pemukiman kembali.

c) Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai

pasar setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau keuntungan lo kasional yang sama,

berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama;

iii). tanaman, sesuai dengan harga pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non

-material; dan iv). aset lain, diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan

memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang sama.

d) Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan hukum,

atau lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak dalam bentuk seperti:

a). faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman, atau aset lainnya; dan b). faktor

non-fisik, berupa manfaat lokasional, akses ke tempat kerja, infrastruktur, dan

sebagainya. Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang terkena

adalah sebagai berikut: i).pemilik – orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk

masyarakat adat pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai

tanah berdasarkan perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan pemilik tanah; iii).

penggarap – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak, atau

perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). nadzir – orang atau pihak yang mengelola tanah

wakaf.

e) Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi tertentu,

atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan asetnya

kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di kalangan warga atau pihak yang terkena,

difasilitasi oleh Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa warga atau

pihak tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

f) Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang

terkena mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah (dibuktikan

dengan atau kurang dari 10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat

persetujuan yang ditandatangani oleh warga dimaksud setelah mereka melakukan

pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di atas dan mendapatkan

penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau Safeguard harus memastikan bahwa

tidak ada paksaan atas warga tersebut untuk memberikan tanahnya secara sukarela.

(14)

BAB 4 14

jumlah warga yang harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan mata

pencaharian warga tersebut, dan harga pasar tanah yang berlaku, yang diajukan oleh

Pemrakarsa dan didukung oleh formulir NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum

pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali) dilaksanakan.

Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang berlaku di

Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka pengadaan tanah

ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Pemerintah Kota/Kabupaten peserta

USDRP, akan mengabaikan peraturan-perundangan tersebut sejauh diperlukan, sehingga

implementasi kerangka ini dapat berlangsung efektif :

 Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang

berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.

 Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai

ukuran, isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif

yang mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.

 Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup waktu

dan kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.

 Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada

orang-orang yang dipindahkan.

 Cara menghitung kompensasi :

 Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan

warga yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya

sesuai dengan besaran dan kualitas yang dimiliki sebelumnya.

 Contoh cara menghitung:

 Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi

yang sama, yang berlaku saat pembayaran ganti rugi;

 Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas bangunan

yang sama;

 Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian

immaterial

 Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan

memperhitungkan biaya untuk memperoleh aset yang sama Pengaduan / klaim:

Keluhan atau pengaduan berkenaan dengan pelaksanaan pengadaan lahan

disampaikan ke:

(15)

• Tim Pengawas Safeguards .

Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL:

Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, dan

1. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen rencana

kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)

2. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber

dampak, jenis, dan besaran dampak

3. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah -langkah untuk

mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi kea daan darurat;

Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan.

4. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk

melaksanakan UKL/UPL tersebut.

4.2 Analisis Dampak Sosial

4.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Dan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian

mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang

diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini

penting dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan so sial.

Analisa dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu -isu strategis

yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut :

1. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap

terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap

pembangunan. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang

membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan

khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di

sekitar kegiatan kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha

masyarakat baik formal maupun informal.

2. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan

(16)

BAB 4 16

perencanaan maupun tahap pembangunan.

3. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan

dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat.

4. Kearifan Lokal

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang

berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local

wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang

secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug

warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas

sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan

pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

5. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas

berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan

keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses

dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari

proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan

pembangunan.

6. Transparansi da Auntabilitas

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang

berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan

akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana

pembangunan).

7. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan

masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan

sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari

keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik

terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan

(17)

dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

8. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan,

pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang

sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik

vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari

masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya

kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal

terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana

pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang

dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu

9. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan

kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi

aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan- kegiatan

rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite

laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum

perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan

keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

1. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya

tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan

menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan

kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya

persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek Re -Kompak

menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan

lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan

menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik

vertikal maupun horizontal.

2. Pembebasan Lahan/Tanah

Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya

lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan

(18)

BAB 4 18

Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan menimbulkan

dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara

komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan

cara yang manusiawi dan berkeadilan.

4.2.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis

dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor da n

Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan.

Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap

terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap

pembangunan. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang

membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan

khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di

sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang kerja, kegiatan-kegiatan tersebut juga

dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal.

Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran

dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian

masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan,

perencanaan maupun tahap pembangunan

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang

berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local

wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang

secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug

warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas

sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan

pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan

kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi

aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan

rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite

laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum

perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan

keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Secara khusus tujuan dari

(19)

berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat. Dampak

penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsun g

maupun tidak langsung.

2. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak

pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan

diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

3. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi

terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif

maupun negatif.

4. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap

dampak yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar

masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

5. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata

dan terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).

A. KEGUNAAN KEGIATAN ANALISIS DAMPAK SOSIAL .

1. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi

pelaksanaan pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

2. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana

kegiatan pembangunan.

3. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

sosial.

4. Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan damp ak positif

dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan

pembangunan perumahan dan lingkungan.

B . PEMILIHAN ALTERNATIF

Keputusan umum dalam PP No. 51/1993 tentang perbedaan jenis SAFEGUARD

adalah sebagai berikut :

 SAFEGUARD suatu usaha atau kegiatan seperti yang telah ditetapkan dalam

peraturan yang terdahulu

 SAFEGUARD kegiatan terpadu/multisektor yang merupakan hasil studi

(20)

BAB 4 20

melibatkan satu instansi yang bertanggung jawab.

 SAFEGUARD kawasan yang merupakan hasil studi mengenai dampak

lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem da n menyangkut

kewenangan atau instansi yang bertanggung jawab

 SAFEGUARD Regional yang merupakan hasil studi dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan

hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai RUTRD denagn

melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

C . RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Komisi SAFEGUARD pusat terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang

dibentuk oleh menteri atau pimpinan lembaga non Departemen, dan dalam menjalankan

tugasnya komisi SAFEGUARD pusat dibantu oleh tim Teknis yang bertugas menilai

dokumen-dokumen safeguard.

Komisi safeguard Daerah yang terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang

dibentuk oleh Gubernur, dan dalam menjalankan tugasnya Komisi Safeguard Daerah

dibantu oleh Tim Teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen Safeguard.

Komisi Safeguard pusat bertugas untuk :

 Menyusun pedoman teknis pembuatan Dokumen Safeguard yang meliputi

pembuatan kerangka acuan Analisis Dampak Lingkungan.

(Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL). Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

 Menanggapi dokumen KA ANDAL.

 Menanggapi dokumen ANDAL.

 Menanggapi dokumen RPL.

 Membantu penyelesaian diterbitkannya keputusan tentang dokumen

ANDAL,RKL,RPL.

4.2.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi

kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan

sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam

melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu

(21)

menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi

juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelesta rian serta

kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan

lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar

tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup

sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam

seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam

pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian hak dan

kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan sumber

daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan

dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk

kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati,

kerusakan konservasi alam, dan sebagainya.

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk

mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa

pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan

kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan

pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya

dukung dan daya tampung lingkungan.Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan

dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah

kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada

tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.Kegiatan proyek melalui

pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya

organisasi- organisasi sosial yang ada di masyarakat.

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang

berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local

wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara

konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini

dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran,

keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll

sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi

melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan

(22)

BAB 4 22

awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang

berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan

akuntabilitas.

hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan

masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan

sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari

keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik

terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan

pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan

menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan

konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan

keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial

menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik ver tikal terjadi

akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan

kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi

pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadiny a

sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena

terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok

kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan

kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif

dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan

rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak

akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu

diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam

Gambar

Tabel 4.1 Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Di Lengkapi Analisis
Tabel 4.2 Jenis Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib di Lengkapi UKL-UPL

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini kemudian bertujuan untuk merespon dengan membuat model hunian layak dengan sistem konstruksi modular untuk warga kampung kota dengan menggunakan studi kasus hunian

Namun dalam penjelasannya tidak diuraikan atau tidak dicantumkan bahwa ketentuan pasal 77 adalah ketentuan pembalikan beban pembuktian, dan juga tidak dijelaskan

Dari fenomena di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator yang menunjukkan lemahnya guru dalam menjalankan tugas utamanya yaitu,rendahnya pemahaman

Alat elektronika daya dapat mengkonversi tegangan searah (DC/direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC/alternating current). Sebuah inverter

Off farm sudah berkembang Pengembangan inovasi teknologi 2 Teknologi budidaya belum maju Kelembagaan pelayanan terkait pertanian sudah mulai dibentuk Pemasaran produk sdh

SAI GARMENTS INDUSTRIES DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP DEMING CYCLE USE-PDSA ” adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi pendidikan S-1 pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

Penelitian ini bertujuan meneliti perbedaan profil kognitif, orientasi masa depan serta prestasi belajar terhadap remaja pengguna dan bukan pengguna NAPZA.. Alat pengumpul

fase TKF d sampai te temperatur menjadi TK dapat terben dan memili memiliki de pada β -TK terbentuk p dikenal lebi hidroksiapa kemampuan dibandingka Selain itu, k