• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDA KOTA BIMA NO 4 TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERDA KOTA BIMA NO 4 TAHUN 2008"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2008

TENTANG

PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BIMA,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapakannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima sebagaimana telah diubah beberpa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 Tahun 2007 perlu disesuaikan;

b. bahwa penyesuaian organisasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan dalam rangka penataan organisasi perangkat daerah yang diarahkan pada efisiensi, efektifitas dan produktifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Bima.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4188);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310);

(2)

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(3)

15.Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

16.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah;

17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota;

19.Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2007 Nomor 6);

20.Peraturan Daerah Kota Bima Nomor Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2008 Nomor ).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA

dan

WALIKOTA BIMA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Bima.

2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Walikota adalah Walikota Bima.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.

6. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4)

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 10.Perangkat daerah adalah perangkat daerah kota Bima yang terdiri dari

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

11.Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Bima.

12.Lembaga teknis daerah adalah unsur pendukung tugas Walikota.

13.Unsur pengawasan daerah adalah badan pengawasan daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Kota Bima.

14.Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksana tugas teknis pada dinas. 15.Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.

16.Kelompok Jabatan Fungsional adalah pelaksana dalam melaksanakan tugas yang bersifat khusus sesuai dengan keahliannya.

BAB II PEMBENTUKAN

Pasal 2

Membentuk Lembaga Teknis Daerah yang terdiri dari : a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; b. Inspektorat;

c. Badan Lingkungan Hidup;

d. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; e. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;

f. Kantor Arsip dan Perpustakaan;

g. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan; h. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; i. Badan Kepegawaian Daerah;

j. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu; k. Satuan Polisi pamong Praja.

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI

Bagian Pertama

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Pasal 3

(1) Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari : a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah.

b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Program dan Pelaporan; 3. Sub Bagian Keuangan.

(5)

1. Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi, terdiri dari: a) Sub Bidang Pertanian;

b) Sub Bidang Pengembangan Dunia Usaha.

2. Bidang Perencanaan Pembangunan Prasarana, terdiri dari: a) Sub Bidang Prasarana Wilayah;

b) Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. 3. Bidang Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pemerintahan; b) Sub Bidang Sosial Budaya.

4. Bidang Pengendalian Perencanaan dan Statistik, terdiri dari: a) Sub Bidang Pengendalian Perencanaan;

b) Sub Bidang Data dan Statistik.

5. Bidang Penanaman Modal dan Litbang, terdiri dari: a) Sub Bidang Penanaman Modal;

b) Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Inspektorat

Pasal 4

(1) Susunan Organisasi Inspektorat, terdiri dari: a. Unsur pimpinan adalah Inspektur;

b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari: 1. Sub Bagian Perencanaan;

2. Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan; 3. Sub Bagian Administrasi dan Umum.

c. Unsur pelaksana adalah Inspektur Pembantu, terdiri dari: 1. Inspektur Pembantu Wilayah I, terdiri dari:

a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan; b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan; c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan. 2. Inspektur Pembantu Wilayah II, terdiri dari:

a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan; b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan; c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan. 3. Inspektur Pembantu Wilayah III, terdiri dari:

a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan; b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan; c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan. 4. Inspektur Pembantu Wilayah IV, terdiri dari:

a. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan; b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan; c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan susunan organisasi Inspektorat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga Badan Lingkungan Hidup

(6)

(1) Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup terdiri dari:

a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Lingkungan Hidup. b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Program dan Pelaporan; 3. Sub Bagian Keuangan.

c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:

1. Bidang Analisa Dampak dan Pelestarian Lingkungan, terdiri dari: a) Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan;

b) Sub Bidang Pelestarian Lingkungan.

2. Bidang Pengendalian dan Peran Serta Masyarakat, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan; b) Sub Bidang Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha.

3. Bidang Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari: a) Sub Bidang Penelitian;

b) Sub Bidang Pengembangan Hasil Penelitian. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

Pasal 6

(1) Susunan organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat terdiri dari :

a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat.

b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Program dan Pelaporan; 3. Sub Bagian Keuangan.

c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari: 1. Bidang Kesatuan Bangsa, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pembauran Bangsa; b) Sub Bidang Wawasan Kebangsaan. 2. Bidang Politik, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pengkajian Masalah Strategis; b) Sub Bidang Hubungan Antar Lembaga. 3. Bidang Perlindungan Masyarakat, terdiri dari:

a) Sub Bidang Kesiagaan dan Penanggulangan; b) Sub Bidang Peningkatan SDM dan Satuan Linmas. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan susunan organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kelima

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

(7)

(1) Susunan organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan terdiri dari: a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan; b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Program dan Pelaporan; 3. Sub Bagian Keuangan.

c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari: 1. Bidang Ketersediaan Pangan, terdiri dari:

a) Sub Bidang Cadangan dan Neraca Pangan; b) Sub Bidang Kerawanan Pangan.

2. Bidang Distribusi dan Konsumsi Pangan, terdiri dari: a) Sub Bidang Distribusi Pangan;

b) Sub Bidang Kewaspadaan dan Diversifikasi Pangan. 3. Bidang Penyuluhan, terdiri dari:

a) Sub Bidang Kelembagaan;

b) Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya. d. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan Susunan Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam

Kantor Arsip dan Perpustakaan

Pasal 8

(1) Susunan organisasi Kantor Arsip dan Perpustakaan terdiri dari: a. Unsur pimpinan adalah Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan. b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha. c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:

1. Seksi Penataan Arsip;

2. Seksi Akuisisi Perpustakaan;

3. Seksi Program dan Pengembangan. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan Susunan Organisasi Kantor Arsip dan Perpustakaan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketujuh

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan

Pasal 9

(1) Susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan terdiri dari:

a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan.

b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Program dan Pelaporan; 3. Sub Bagian Keuangan.

(8)

1. Bidang Pemerintahan dan Kelembagaan Kelurahan, terdiri dari: a) Sub Bidang Pemerintahan Kelurahan;

b) Sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Kelurahan.

2. Bidang Pemberdayaan Adat dan Pengembangan Sosial Budaya Masyarakat, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pemberdayaan Adat;

b) Sub Bidang Pengembangan Sosial Budaya Masyarakat. 3. Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Produktivitas; b) Sub Bidang Kemitraan dan Fasilitasi Permodalan.

4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam; b) Sub Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan susunan organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedelapan

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Pasal 10

(1) Susunan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana terdiri dari:

a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, tediri dari: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Program dan Pelaporan; 3. Sub Bagian Keuangan.

c. Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:

1. Bidang Pemberdayaan Perempuan, terdiri dari: a) Sub Bidang Pengarusutamaan Gender;

b) Sub Bidang Pemberdayaan Organisasi Perempuan. 2. Bidang Perlindungan Anak dan Remaja, terdiri dari:

a) Sub Bidang Kesejahteraan dan Perlindungan Anak dan Remaja; b) Sub Bidang Data dan Informasi Perlindungan Anak dan Remaja.

3. Bidang Pengendalian Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi dan Pemberdayaan Keluarga, terdiri dari:

a) Sub Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;

b) Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Peningkatan Ketahanan dan Kualitas Keluarga.

4. Bidang Informasi Program dan Pengolahan Data, terdiri dari: a) Sub Bidang Pencatatan dan Pelaporan;

b) Sub Bidang Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi. d. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

(9)

Bagian Kesembilan Badan Kepegawaian Daerah

Pasal 11

(1) Susunan organisasi Badan Kepegawaian Daerah terdiri dari: a. Unsur pimpinan adalah Kepala Badan Kepegawaian Daerah b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2. Sub Bagian Program dan Pelaporan;

3. Sub Bagian Keuangan.

c. Unsur pelaksana adalah Bidang, terdiri dari:

1. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pegawai terdiri dari : a) Sub Bidang Pembinaan Pegawai;

b) Sub Bidang Pengembangan Pegawai. 2. Bidang Mutasi Pegawai, terdiri dari :

a) Sub Bidang Mutasi Pegawai dan Pensiun; b) Sub Bidang Kenaikan Pangkat dan Berkala. 3. Bidang Pendidikan dan Latihan, terdiri dari :

a) Sub Bidang Diklat Struktural; b) Sub Bidang Diklat Fungsional. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan susunan organisasi Badan Kepegawaian Daerah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kesepuluh

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

Pasal 12

(1) Susunan organisasi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu terdiri dari : a. Unsur pimpinan adalah Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu; b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha.

c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari: 1. Seksi Pendataan dan Penetapan; 2. Seksi Pelayanan Perizinan; 3. Seksi Evaluasi dan Penyuluhan. d. Kelompok Jabatan Fungsional.

(2) Bagan Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran X Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kesebelas Satuan Polisi Pamong Praja

Pasal 13

(1) Susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja terdiri dari : a. Unsur pimpinan adalah Kepala Satuan Polisi Pamong Praja; b. Unsur pembantu pimpinan adalah Sub Bagian Tata Usaha. c. Unsur pelaksana adalah Seksi, terdiri dari:

1) Seksi Operasi dan Penertiban; 2) Seksi Pengamanan;

(10)

(2) Bagan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IV

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Bagian Pertama

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Pasal 14

(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

(3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis perencanaan;

b. pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kedua Inspektorat

Pasal 15

(1) Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh Inspektur yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Walikota dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah.

(2) Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kota, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dan pelaksanaan urusan pemerintahan kelurahan.

(3) Inspektorat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan fungsi:

a. perencanaan program pengawasan;

b. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; dan

c. pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.

(11)

Bagian Ketiga Badan Lingkungan Hidup

Pasal 16

(1) Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas Walikota, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Keempat

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

Pasal 17

(1) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat akan diatur lebihlanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kelima

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

(12)

(1) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan merupakan unsur pendukung tugas Walikota, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Keenam

Kantor Arsip dan Perpustakaan

Pasal 19

(1) Kantor Arsip dan Perpustakaan merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang kepala Kantor yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Kantor Arsip dan Perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang perpustakaan dan kearsipan daerah.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor Arsip dan Perpustakaan menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang kearsipan dan perpustakaan;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang kearsipan dan perpustakaan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kearsipan dan perpustakaan; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Kantor Arsip dan Perpustakaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Ketujuh

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan

Pasal 20

(1) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang pemberdayaan masyarakat.

(13)

a. perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan masyarakat;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang pemberdayaan masyarakat;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pemberdayaan masyarakat; dan d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kedelapan

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Pasal 21

(1) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan teknis bidang pemberdayaan perempuan dan

keluarga berencana;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kesembilan Badan Kepegawaian Daerah

Pasal 22

(1) Badan Kepegawaian Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang kepegawaian daerah.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Kepegawaian Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang kepegawaian daerah;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang kepegawaian daerah;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kepegawaian daerah dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(14)

Bagian Kesepuluh

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

Pasal 23

(1) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah.

(2) Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang pelayanan perijinan terpadu.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan perizinan terpadu;

a. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang pelayanan perizinan terpadu;

b. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pelayanan perizinan terpadu; dan

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Bagian Kesebelas Satuan Polisi Pamong Praja

Pasal 24

(1) Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

(2) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas memelihara dan menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Satuan Polisi Pamong Praja menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah;

b. pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum di Daerah;

c. pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah;

d. pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dengan Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan/atau aparatur lainnya;

e. pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

(4) Penjabaran rincian tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB V

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 25

(15)

Pasal 26

(1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang keahliannya yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(2) Setiap Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Walikota. (3) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI ESELONERING

Pasal 27

(1) Kepala Badan dan Inspektur merupakan jabatan struktural eselon II.b;

(2) Kepala Kantor, Kepala Satuan, Sekretaris pada Badan dan Inspektorat dan Inspektur Pembantu merupakan jabatan struktural eselon III.a;

(3) Kepala Bidang pada Badan merupakan jabatan struktural eselon III.b;

(4) Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Unit Pelaksana Teknis pada Badan dan Inspektorat merupakan jabatan struktural eselon IV.a;

(5) Kepala Sub Bagian pada Unit Pelaksana Teknis merupakan jabatan struktural eselon IV.b.

BAB VII KEPEGAWAIAN

Pasal 28

Para pejabat di lingkungan Lembaga Teknis Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII PEMBIAYAAN

Pasal 29

Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Lembaga Teknis Daerah dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan sumber lain yang sah.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30

(16)

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2003 Nomor 5) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 Tahun 2007 (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2007 Nomor 2) sepanjang yang mengatur tentang susunan, kedudukan, tugas, fungsi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah, dinyatakan tidak berlaku. (2) Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 3 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2007 Nomor 3) dinyatakan tidak berlaku.

(3) Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2007 Nomor 4) dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.

Ditetapkan di Raba-Bima.

pada tanggal 2008.

WALIKOTA BIMA,

M. NUR A. LATIF

Diundangkan di Raba-Bima. pada tanggal 2008.

SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA,

MARYONO NASIMAN

(17)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR TAHUN 2007

TENTANG

PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BIMA

I. UMUM

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pemberian otonomi luas kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah perlu dilakukan penataan-penataan Perangkat Daerah dalam bentuk suatu organisasi dengan memperhatikan atau mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan Daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja, kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi Daerah yang berkaitan dengan urusan yang ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Cukup jelas. Pasal 3

Cukup jelas. Pasal 4

Cukup jelas. Pasal 5

Cukup jelas. Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Cukup jelas. Pasal 8

Cukup jelas. Pasal 9

Cukup jelas. Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11

Cukup jelas. Pasal 12

Cukup jelas. Pasal 13

Cukup jelas. Pasal 14

Cukup jelas. Pasal 15

(18)

Cukup jelas. Pasal 17

Cukup jelas. Pasal 18

Cukup jelas. Pasal 19

Cukup jelas. Pasal 20

Cukup jelas. Pasal 21

Cukup jelas. Pasal 22

Cukup jelas. Pasal 23

Cukup jelas. Pasal 24

Cukup jelas. Pasal 25

Cukup jelas. Pasal 26

Cukup jelas. Pasal 27

Cukup jelas. Pasal 28

Cukup jelas. Pasal 29

Cukup jelas Pasal 30

Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur tentang pengangkatan PNS dalam jabatan struktural maupun fungsional.

Pasal 31

Cukup jelas. Pasal 32

Pejabat struktural eselon IIIa pada semua satuan kerja perangkat daerah sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, apabila dimutasikan menjadi kepala bidang pada Lembaga Teknis Daerah tetap diberikan hak kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan struktural eselon IIIa.

Pasal 33

Cukup jelas. Pasal 34

Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2OI3 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan

Diharapkan kehadiran saudara dengan membawa stempel perusahaan, dan bila saudara berhalangan hadir kemudian diwakilkan agar membuat surat kuasa yang ditandatangani diatas

Maluku Tengah dengan ini mengumumkan pemenang lelang untuk paket pekerjaan tersebut diatas sebagai berikut :. Peningkatan Jalan Tanah Ke Jalan

(3) Berdasarkan harga referensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka tarif Bea Keluar untuk Kelapa Sawit dan turunannya adalah sebagaimana tercantum dalam kolom 3 Lampiran II

[r]

[r]

6 membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Perbedaan