• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDA KOTA BIMA NO 13 TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERDA KOTA BIMA NO 13 TAHUN 2010"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 13 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BIMA,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil perlu disesuaikan dengan kriteria sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang dimaksud;

b. bahwa pelayanan pembuatan/pencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang penting guna membiayai peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b diatas, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi pelayanan pembuatan/pencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

3. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 , Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;

(2)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4139);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA dan

WALIKOTA BIMA MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI

PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan; 1. Daerah adalah Daerah Kota Bima.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Walikota adalah Walikota Bima.

4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.

5. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

6. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.

7. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.

8. Penyelenggara adalah Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang dalam urusan Administrasi Kependudukan.

(3)

10.Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

11.Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

12.Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.

13.Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

14.Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomor identitas Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.

15.Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.

16.Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP. adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

17.Pencatatan Sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.

18.Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

19.Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan.

20.Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 21.Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing untuk

tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

22.Petugas Registrasi adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan. 23.Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAK, adalah

sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.

24.Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.

(4)

26.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjunya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda;

27. Surat Keketapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar;

28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan;

29. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Walikota Bima;

30. Perhitungan Retribusi Daerah adalah Rincian besarnya Retribusi yang harus di bayar oleh wajib Retribusi baik pokok Retribusi, Bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi administrasi;

31.Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah

ditentukan.

BAB II

NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, dipungut Retribusi atas setiap peleyanan jasa yang diberikan.

Pasal 3

(1) Obyek retribusi adalah jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah berupa penerbitan / pembuatan KK, KTP dan Akta catatan Sipil yang meliputi pelayanan :

i. Akta Pengesahan dan Pengakuan anak j. Akta ganti nama bagi WNA

(5)

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa penerbitan/ pembuatan KTP dan Akta catatan Sipil.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa penerbitan/ pembuatan KTP dan Akta catatan Sipil.

Pasal 5

Retribusi Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB III

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa adalah berdasarkan jenis layanan dan frekwensi.

BAB IV

PRINSIP PENETAPAN,STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan jasa Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan Sipil di ukur berdasarkan akumulasi dari biaya cetak dan biaya administrasi.

(2) Besarnya tarif Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan akta catatan Sipil, adalah sebagai berikut:

NO JENIS PELAYANAN TARIF

RETRIBUSI (Rp) 1 Kartu Tanda Penduduk 10,000

2 Kartu Identitas Kerja 5,000

3 Kartu Penduduk Sementara 7,500

4 Kartu Identitas Penduduk Musiman 7,500

(6)

11 00

BAB V

PEMUNGUTAN RETRIBUSI Bagian Kesatu

Tata Cara Dan Wilayah Pemungutan Pasal 9

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan ;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa kwitansi.

(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

(5) Wilayah pungutan adalah wilayah Kota Bima Bagian Kedua

Pemanfaatan Pasal 10

(1) Pemanfaatan dari penerimaan Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan jasa pencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.

(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB VI

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 11

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan di kas Daerah atau di tempat lain yang di tunjuk sesuai waktu yang di tentukan dengan menggunakan SKRD:

(2) Dalam hal pembayaran yang dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus di setor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam.

Pasal 12

Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas;

Pasal 13

(1) Pembayaran Retibusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah ini diberikan tanda bukti pembayaran;

(2) Setiap Pembayaran dicatat dalam buku penerimaan;

(7)

Pasal 14

(1) Besarnya penetapan dan penyetoran retribusi dihimpun dalam buku jenis retribusi;

(2) Tatacara pemeriksaan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota

BAB VII

INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 15

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu;

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota;

BAB VIII PENGURANGAN, KERINGANAN

DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Walikota dapat memberikan Pengurangan, keringanan dan Pembebasan yang diberikan dengan melihat kemampuan Wajib Retribusi

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Peraturan Walikota;

BAB IX

PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 17

(1) Penagihan retribusi terutang menggunakan STRD dan di dahului dengan Surat Teguran.

(2) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 3 (tiga) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(4) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang di tunjuk.

BAB X

PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA Pasal 18

(8)

(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

(6) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(7) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(8) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XI

PENYIDIKAN Pasal 19

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

(9)

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang dan Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20

Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, di kenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar

BAB XIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Setiap orang pribadi yang tidak melaksanakan ketentuan pasal 8 ayat (2) dalam Peraturan Daerah ini, sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang di bayar;

(2) Tindak pidana sebagaimana di maksud pada ayat (1) adalah pelanggaran;

(3) Denda sebagaimana di maksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

(10)

Pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan, maka peraturan daerah nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan catatan Sipil di cabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 23

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.

Ditetapkan di Raba – Bima, Pada Tanggal 28 Agustus 2010

WALIKOTA BIMA

Diundangkan di Raba

Pada tanggal 28 Agustus 2010 M. QURAIS H. ABIDIN

Plt. SEKRETARIS DAERAH

NURDIN, SH

LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2010 NOMOR 110

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA

NOMOR 13 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

A. PENJELASAN UMUM

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, salah satu yang diaturnya adalah sumber Pendapatan Daerah terdiri dari :

a. Pendapatan Asli Daerah, yaitu : 1) Hasil Pajak Daerah

2) Hasil Retribusi Daerah

(11)

c. Pinjaman Daerah; dan

d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

Sumber pendapatan tersebut diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu di perlukan ketentuan yang dapat memberikan pedoman dan arahan bagi Pemerintah Kota Bima dalam hal pemungutan retribusi daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, maka seluruh ketentuan yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Bima perlu mengacu pada Undang-undang dimaksud, termasuk Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.

Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya bagi pemohon Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Pencatatan Sipil lainya, maka diperlukan pengaturan retribusi yang di tetapkan dengan Peraturan Daerah.

B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3

Cukup Jelas

Pasal 4

Cukup Jelas

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7

(12)

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9 Ayat (1)

Cukup Jelas Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas Ayat (4)

Cukup jelas Pasal 10

Cukup Jelas

Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup Jelas

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

(13)

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup Jelas

Pasal 20

Cukup Jelas

Pasal 21

Cukup Jelas Pasal 22

Cukup Jelas

Pasal 23

Cukup Jelas

Ditetapkan di Raba – Bima, Pada Tanggal 28 Agustus 2010

WALIKOTA BIMA

Diundangkan di Raba

Pada tanggal 28 Agustus 2010 M. QURAIS H. ABIDIN Plt. SEKRETARIS DAERAH

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi yang berkembang pada saat ini menuntut perusahaan untuk mengembangkan Sistem informasi berbasis komputer, sistem informasi ini membuat sistem agar lebih

Jika di wilayah Maluku Utara terkenal dengan sebutan Moluko Kie Raha, yakni empat kerajaan sebagai pusat kekuasaan Islam yakni Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo,

- Operator seharusnya lebih teliti dengan kualitas produk yang dihasilkan sehingga apabila terjadi kecacatan tidak menimbulkan jumlah yang besar. - Operator yang

Jadi dapat disimpulkan bahwa Executive Information System (EIS) adalah sebuah sistem berbasis komputer yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mendukung informasi

Sugiyono et al (200) meneliti nasi jagung instant, Raharjo et al (2003) meneliti tiwul instant, Tawali et al (2007) meneliti jagung sosoh pratanak (JSP) dan Koswara (2003)

itu peneliti memanfaatkan situasi dan karakteristik peserta didik saat ini yang lebih menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan peramban internet dan bacaan

Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka

Mengingat masalah-masalah matematika yang disajikan dalam perangkat pembelajaran matematika selama ini tidak realistik, maka perangkat pembelajaran yang perlu dikembangkan