• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

6

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Pengertian Executive Information System

Menurut O’Brien (2005:6), sistem informasi adalah kombinasi dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber data yang terorganisir yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi.

Menurut McLeod dan Schell (2007:14), eksekutif adalah manajer tingkat atas dari hirarki organisasi yang berpengaruh kuat pada perusahaan. Pengaruh ini diperoleh dengan terlibat dalam perencanaan strategis dan menetapkan kebijakan perusahaan. Eksekutif berorientasi pada perusahaan, memberikan nilai yang lebih tinggi bagi kesejahteraan perusahaan daripada kesejahteraan unit-unit individual perusahaan. Salah satu perbedaan yang nyata adalah eksekutif lebih menekankan strategi perencanaan jangka panjang dan orientasi mereka adalah kesejahteraan keseluruhan perusahaan. Untuk tingkat manager yang lebih rendah, walaupun mereka sama-sama menjalankan fungsi manajemen merencanakan, mengorganisasikan, menyusun staf, mengarahkan dan mengendalikan, manager tingkat bawah lebih mengutamakan kesejahteraan unit-unit individu di perusahaan.

O’Brien (2005:7) menyatakan bahwa Executive Information System adalah sistem informasi yang menyediakan informasi strategis yang sesuai dengan kebutuhan pihak eksekutif dan para pengambil keputusan lainnya.

(2)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Executive Information System (EIS) adalah sebuah sistem berbasis komputer yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mendukung informasi dalam pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh eksekutif senior dengan cara menyediakan akses yang mudah berupa informasi baik internal maupun eksternal yang bertujuan menetapkan tujuan strategis dari sebuah organisasi.

2.1.1.1Model EIS

Menurut McLeod dan Schell (2007:192), di dalam konfigurasi executive information system yang berbasis komputer biasanya meliputi satu personal computer. Pada perusahaan yang berskala besar, PC tersebut dihubungkan dengan mainframe. Personal computer executive ini berfungsi sebagai executive workstation. Konfigurasi perangkat kerasnya mencakup penyimpanan sekunder, kebanyakan dalam bentuk harddisk yang menyimpan database eksekutif.

Database eksekutif berisi data dan informasi yang telah diproses sebelumnya oleh komputer sentral perusahaan. Eksekutif memilih dari menu untuk menghasilkan tampilan layar yang telah disusun sebelumnya (preformatted), atau untuk melakukan sejumlah kecil pemrosesan, Sistem ini juga memungkinkan pengguna memakai sistem pos elektronik perusahaan dan mengakses data dan informasi lingkungan. Dalam beberapa kasus, personil pendukung executive information system memasukkan berita terbaru dan penjelasan informasi yang dapat ditampilkan secara tabuler, grafik, dan bentuk narasi.

(3)

Pada dasarnya eksekutif memperoleh informasi dari sistem lain dalam perusahaan dari sumber yang tidak berasal dari komputer, dan dari executive information system sebagaimana terlihat pada gambar 2.1 executive information system memperoleh informasi dari proses operasional, misalnya informasi dari bagian keuangan, pembelian, dan penjualan. Selain itu executive information system juga memperoleh informasi dari luar perusahaan, misalnya dengan menghubungkannya dengan database data perusahaan lain, dan lain lain.

(4)

2.1.1.2Karateristik Executive Information System

Menurut Turban dan Aronson (2006:417), karakteristik Executive Information System adalah sebagai berikut:

a. Drill down

EIS mampu menyajikan rincian setiap informasi yang ditayangkan. Misalnya eksekutif mungkin ingin mengetahui laporan kemunduran penjualan perbulan atau per kuartal. Untuk mencari penyebabnya, eksekutif melihat penjualan disetiap daerah. Proses tersebut dinamakan drill down dan proses drill down semacam ini bisa terdiri sampai beberapa tingkat kerincian. Untuk menyediakan kemampuan tersebut, executive information system membutuhkan menu dan submenu.

b. Drill Across

Pada dasarnya cara kerja drill across hampir sama dengan drill down, bedanya drill accross digunakan untuk melihat bagian informasi lain, bukan detail pembentuk informasi tersebut. c. Critical Success Factors

Merupakan faktor kunci yang harus diperhatikan secara seksama oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa strategi atau operasional dan semuanya itu didapatkan dari tiga sumber utama, diantaranya adalah faktor organisasi, faktor industri dan faktor lingkungan perusahaan. CSF dapat dari tingkat corporate tetapi juga dari level lain (division, plant, departerment).

(5)

d. Status access

Pada mode ini data terakhir atau laporan atas status variabel kunci dapat diakses setiap waktu. Tingkat relevansi sangat penting, sehingga telusuran dapat bersifat harian atau bahkan dalam periode jam.

e. Personalized Analysis

Kemampuan untuk digunakan sebagai alat analisis secara pribadi oleh eksekutif.

f. Exception reporting

Laporan pengecualian adalah penyajian informasi tentang penyimpangan standar yang telah terjadi, dengan demikian eksekutif mengetahui kinerja mana yang baik dan yang jelek. g. Communication

Eksekutif membutuhkan komunikasi dengan pihak lain. Komunikasi dapat melalui email, transfer laporan yang ditujukan pada seseorang, panggilan untuk pertemuan, atau pemberitaan komentar melalui internet. Misalnya: Netscape Communicator, Microsoft Netmeeting dan Video Teleconferencing.

h. Information Navigation

Kemampuan sistem informasi eksekutif untuk memeriksa data dalam jumlah yang besar dengan cepat dan mudah.

i. Use of Coloring and Audio

Pemberian warna dan audio pada sistem informasi eksekutif dapat membantu dalam menentukan dalam suatu kejadian yang

(6)

dianggap penting. Hal ini dapat membantu eksekutif pada waktu menggunakan sistem informasi eksekutif. Contoh: penggunaan warna dapat digunakan untuk menandai penjualan tertinggi.

2.1.2 Perancangan Sistem Prototype

Menurut McLeod dan Schell (2007:157) prototype adalah sebuah versi dari suatu sistem potensial yang menyediakan pengembang dan user dengan suatu gambaran tentang bagaimana sistem dalam bentuk sempurnanya akan berfungsi. Proses untuk menghasilkan sebuah prototype disebut prototyping. Ada 2 jenis prototype, antara lain:

a. Evolutionary prototype

Evolutionary prototype akan terus-menerus disempurnakan hingga mempunyai semua fungsi yang dibutuhkan user dari sistem yang baru. Kemudian barulah pembuatannya dilanjutkan. Jadi, evolutionary prototype nantinya akan menjadi sistem yang sesungguhnya.

b. Requirements prototype

Requirements prototype dikembangkan sebagai suatu cara untuk menentukan kebutuhan fungsional dari sistem yang baru ketika user tidak bisa menyampaikan secara eksplisit apa yang mereka inginkan. Dengan meninjau kembali requirements prototype selagi fitur-fitur ditambahkan, user bisa menetapkan proses yang dibutuhkan untuk sistem baru tersebut. Ketika semua kebutuhannya terpenuhi, requirements prototype sudah mencapai tujuannya dan proyek lain akan dibangun untuk

(7)

mengembangkan sistem baru tersebut. Jadi, requirements prototype tidak akan menjadi sistem yang sesungguhnya.

Keuntungan menggunakan pendekatan prototyping, antara lain: a. Memperlancar komunikasi antara pengembang dengan user, b. Pengembang menjadi lebih jeli dalam menentukan kebutuhan user, c. User memegang peran yang lebih aktif dalam pengembangan sistem, d. Pengembang dan user menghabiskan lebih sedikit waktu dan usaha dalam

mengembangkan sistem,

e. Implementasi menjadi lebih mudah karena user telah mengetahui apa yang diharapkan.

Sedangkan kelemahan menggunakan pendekatan prototyping adalah:

a. Sikap terlalu tergesa-gesa dalam membuat prototype bisa menyebabkan diambilnya jalan pintas dalam pendefinisian masalah, evaluasi alternatif, dan dokumentasi. Hal ini menghasilkan usaha yang cepat namun tidak akurat lagi,

b. User bisa menjadi terlalu bersemangat dengan prototype, yang mengarah ke ekspektasi yang tidak realistik terhadap pengembangan sistem,

c. Computer-human interface yang disediakan alat prototype tertentu tidak mencerminkan teknik perancangan yang baik.

2.1.3Analisis Pemodelan REA (Resource Event Agent)

Menurut Hall (2011:460), Model REA adalah kerangka kerja akuntansi untuk memodelkan resources, events dan agents kritikal organisasi dan hubungan diantaranya. Sistem REA memperbolehkan data akuntansi dan non akuntansi untuk diidentifikasi, dientri dan disimpan dalam satu basis data yang

(8)

tersentralisasi. Model REA dapat diimplementasikan dalam model basis data relasional maupun yang berorientasi objek.

Model dasar REA adalah versi unik dari ER-diagram yang terdiri dari 3 jenis entitas (resources, events, dan agents) dan kumpulan notasi untuk menghubungkan ke 3 entitas. Bentuk dasar dari model REA ini terdiri dari 3 entitas yaitu resources, events, dan agents serta sekumpulan notasi yang menghubungkannya.

Resources adalah semua yang memiliki nilai ekonomi dan merupakan objek yang dipertukarkan oleh organisasi dengan mitra dagangnya.

Event ekonomi dalam model REA dibagi menjadi 2 bagian yaitu event ekonomi dan event pendukung. Event ekonomi mempunyai dampak mengurangi atau menambah resources, sementara event pendukung meliputi pengendalian, perencanaan, maupun aktivitas manajemen lainnya yang berkaitan dengan event ekonomi namun tidak mempengaruhi resources secara langsung.

Agents, adalah individu dan departemen yang berpartisipasi pada event ekonomi maupun pendukung. Mereka adalah pihak baik di dalam maupun di luar organisasi dengan kewenangan untuk menggunakan maupun menambah resources ekonomi organisasi. Setiap event akan dihubungkan dengan minimal 1 internal agent dan 1 eksternal agent.

Pada gambar 2.2 kita akan melihat langkah-langkah untuk membuat model REA.

(9)

Gambar 2.2 Analisis Pemodelan REA

2.1.4Pengertian Strategi

Menurut Pearce dan Robinson (1997:20) strategi diartikan oleh para manajer sebagai rencana mereka yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Strategi adalah “rencana main” suatu perusahaan. Meskipun rencana itu tidak secara detil merinci semua pemanfaatan SDM, keuangan, dan bahkan di masa mendatang, strategi memberikan kerangka untuk keputusan-keputusan manajerial. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing, melawan siapa, dengan maksud/tujuan apa.

(10)

2.1.5Analisa SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat) 2.1.5.1 Definisi SWOT

Analisis SWOT menurut Rangkuti (2004:18) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness). Berikut penjelasan dari SWOT: 1. Kekuatan (Strength) yaitu sumber daya atau kapasitas yang dapat

digunakan secara efektif oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. 2. Kelemahan (Weaknesses) yaitu keterbatasan, kekeliruan, atau

kekurangan yang terdapat di dalam perusahaan yang akan menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.

3. Peluang (Opportunities) yaitu situasi lingkungan yang mendukung perusahaan. Situasi ini biasanya berupa kecenderungan atau perubahan kebutuhan yang mengakibatkan kenaikan permintaan barang atau jasa dan memungkinkan perusahaan untuk menetapkan posisinya di dalam industri dengan memasok barang atau jasa sesuai permintaan pasar. 4. Ancaman (Threats) yaitu situasi lingkungan perusahaan yang tidak

mendukung yang dapat menghambat strategi perusahaan.

2.1.5.2 Matrik SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah Matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara

(11)

jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategis.

a.Strategi SO (Strength – Oppurtunity)

Strategi ini dibuat berdasrkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b.Strategi ST (Strength – Threat)

Ini adalah strategi dalam menggunakan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c.Strategi WO (Weakness – Oppurtunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d.Strategi WT (Weakness – Threat)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada.

Tabel 2.1 Tabel Matrik SWOT Internal Eksternal Strengths Tentukan faktor-faktor kekuatan internal Weaknesses Tentukan faktor-faktor kelemahan internal Oppurtunities Tentukan faktor-faktor peluang eksternal Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang menggunakan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

(12)

Threats

Tentukan faktor-faktor hambatan eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

2.1.5.3Penentuan Faktor Strategi Internal (IFAS)

Untuk membuat matrik strategi internal kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor strategi internal itu apa saja, faktor tersebut dapat diketahui setelah dilakukan analisa pada perusahaan. Berikut ini merupakan cara-cara menetukan faktor strategi internal (IFAS) pada PT Multi Terminal Indonesia:

Keterangan: 4 = Sangat Baik, 3 = Diatas Rata– Rata, 2 = Rata– Rata, 1 = Di bawah rata-rata

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variable yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai 1 sampai dengan 4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variable yang bersifat negatif, kebalikannya.

(13)

Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibanding dengan rata-rata industri nilainya 1, sedangkan jika kelemahannya perusahaan dibawah rata-rata industri nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating dikolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,00 (poor).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

Tabel 2.2 Analisis Faktor Internal

Keterangan Bobot Rating Skor

Faktor Kekuatan Faktor Kelemahan

Total

2.1.5.4Penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Setelah faktor strategi internal diketahui, maka faktor-faktor strategi eksternal juga perlu diidentifikasikan dimana tahapan-tahapan faktor strategi internal pada PT Multi Terminal Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Susunlah dalam kolom 1 (berupa faktor peluang dan ancaman)

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan

(14)

pengaruh faktor faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif, peluang yang semakin besar diberi rating 4 sedangkan peluang kecil diberi rating. Pemberian bilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar ratingnya adalah 1 dan sebaliknya jika nilai ancaman sedikit maka ratingnya 4. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating dikolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,00 (poor).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Total ini dapat digunakan untuk menentukan perbandingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam kelompok perusahaan yang sejenis.

Tabel 2.3 Analisis Faktor Eksternal

Keterangan Bobot Rating Skor

Faktor Peluang Faktor Ancaman

(15)

2.1.5.5Diagram Analisis SWOT

Kombinasi dari Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) akan menghasilkan posisi relatif perusahaan terletak pada kuadran ke berapa, dilihat dari titik (x,y) dinyatakan dalam diagram analisis SWOT yang disajikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT Keterangan:

a. Kuadran 1

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan organisasi tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

b. Kuadran 2

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

(16)

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi produk atau jasa.

c. Kuadran 3

Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak oganisasi menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi organisasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d. Kuadran 4

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.1.6 Pengertian Peramalan / Forecasting

Menurut Makridakis (1991:519), peramalan (forecasting) yaitu prediksi nilai –nilai sebuah peubah berdasarkan kepada nilai yang diketahui dari peubah tersebut atau peubah yang berhubungan. Meramal juga dapat didasarkan pada keahlian keputusan (judgement), yang pada gilirannya didasarkan pada data historis dan pengalaman.

Sedangkan menurut Russell dan Taylor (2005), peramalan adalah sebuah prediksi mengenai apa yang akan terjadi di masa depan. Ada berbagai metode peramalan yang aplikasinya tergantung kerangka waktu dari peramalan tersebut (sejauh mana masa depan yang akan kita ramalkan), keberadaan pola dalam peramalan (tren musiman, periode puncak), dan jumlah variabel yang berhubungan dengan peramalan tersebut.

(17)

2.1.6.1 Metode Peramalan Time Series

Menurut Russell dan Taylor (2005:301), Metode Time Series membuat peramalan dengan menggunakan asumsi bahwa masa depan adalah fungsi dari masa lalu. Tujuannya adalah untuk menentukan pola dalam deret data historis dan menterjemahkan pola tersebut ke masa depan. Model time series menggunakan metode rata-rata bergerak (moving avarage) yaitu metode yang digunakan dan bermanfaat apabila kita menggunakan asumsi bahwa permintaan pasar lebih stabil sepanjang waktu. Metode ini dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat diredam dengan rata-ratanya. Apabila tidak semua data masa lalu dapat mewakili asumsi pola data berlanjut terus di masa yang akan datang, maka dapat dipilih sejumlah N data pada periode tertentu saja.

Secara sistematis, metode rata-rata bergerak sederhana (yang menjadi estimasi dari permintaan periode berikutnya) ditunjukkan dengan:

dimana n adalah banyaknya periode dalam rata-rata bergerak.

2.2 Teori Khusus

2.2.1Pengertian Jasa

Menurut Kotler dan Keller (2007:42), Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilikan sesuatu. Produksinya dapat atau tidak dapat dipertalikan dengan suatu produk fisik.

(18)

Selain itu, jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.

2.2.2Jasa Logistik

Menurut Ballou (2004), Aktivitas logistik dalam setiap perusahaan dapat dijalankan secara berbeda dan bergantung kepada struktur organisasi yang ada dalam perusahaan tersebut. Bisnis logistik mempunyai hubungan dari beberapa pengelolaan manajerial dengan memperbandingkan manajemen dalam keuangan pemasaran dan produksi. Aktivitas logistik juga meliputi aktivitas pengiriman dan pemindahan barang. Secara umum aktivitas logistik seperti transportasi, inventarisasi, komunikasi, penempatan lokasi fasilitas serta pengurusan dan penyimpanan telah dilaksanakan orang semenjak awal spesialisasi komersil. Logistik modern dapat didefinisikan sebagai proses pengolahan yang strategis terhadap pemidahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para supplier, diantara fasilitas perusahaan dan kepada para pelanggan.

Kegiatan dari logistik mempunyai hubungan yang erat dengan bidang warehousing dimana warehouse berfungsi menyimpan barang untuk produksi atau hasil produksi dalam jumlah dan rentang waktu tertentu yang kemudian didistribusikan ke lokasi yang dituju berdasarkan permintaan. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan warehouse adalah akurasi pergerakan barang dan menghitung rentang waktu barang disimpan. Dibutuhkan control aktivitas pergerakan barang dan dokumen untuk meningkatkan efesiensi penggunaan warehouse agar jumlah dan rentang waktu barang yang disimpan dalam nilai minimum atau sesuai perencanaan. Pada akhirnya output yang dihasilkan dari

(19)

kegiatan logistik ialah menigkatkan daya saing perusahaan, efesiensi dan efektifitas operasional, pemanfaatan waktu dan tempat serta pengiriman yang efisien kepada pelanggan.

2.2.2.1 Kegiatan Impor

Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Menurut Hutabarat (1996:403), Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Menurut Ismanthono (2003:27), impor adalah arus masuk dari sejumlah barang dan jasa ke dalam pasar sebuah negara, baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai barang modal, atau bahan baku produksi dalam negeri.

Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.

Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, inflasi, kurs valuta asing serta tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. Besarnya nilai impor Indonesia antara lain ditentukan oleh

(20)

kemampuan Indonesia dalam mengolah dan memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam negeri.

2.2.2.2 Overbrengen / Pemindahan Lokasi Penimbunan

Menurut Peraturan Dirjen Bea dan Cukai Nomor P-6/BC/2007 tentang Tatalaksana Pindah Lokasi Penimbunan Barang Impor yang Belum Diselesaikan Kewajiban Pabeannya dari Satu Tempat Penimbunan Sementara ke Tempat Penimbunan Sementara lainnya, Pindah Lokasi Penimbunan (PLP) adalah pemindahan lokasi penimbunan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban kepabeanannya dari suatu gudang atau lapangan penumpukan Tempat Penimbunan Sementara (TPS) tertentu ke suatu gudang atau lapangan penumpukan tertentu atau TPS lainnya yang berada dalam satu wilayah pengawasan Kantor Pabean.

Pemindahan Lokasi Penimbunan CY/CY (Full Container) yang lazim disebut dengan Overbrengen. Dilatar belakangi oleh kebutuhan Terminal Petikemas maupun dermaga konvensional untuk menjaga level Yard Occupancy Rate (YOR) pada titik aman, sehingga operasional pembongkaran dan pemuatan kapal yang sandar di dermaga mereka tidak terganggu. PLP ini hanya dapat dilaksanakan dari dermaga/ terminal yang berstatus Tempat Penimbunan Sementara (TPS) ke tempat tujuan PLP yang juga berstatus TPS juga. Pemindahan Lokasi Penimbunan juga dapat dilakukan sesuai dengan permintaan pihak Consolidator CY/CFS, dimana 1 container terdiri

(21)

dari beberapa Consignee, sehingga container tersebut harus di Unstuffing ke dalam gudang TPS.

2.2.2.3 Container

Peti kemas atau yang sering disebut dengan container adalah alat berbentuk peti besar yang berguna sebagai pengemas barang atau komoditas yang akan diekspor dari suatu negara ke negara lain. Menurut Suyono (2003:263), Container adalah satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya. Ditinjau dari ukurannya peti kemas dibagi menjadi 3 ukuran yaitu: 20 Feet, 40 Feet (Standard), 40 High cube.

Menurut Koleangan (2008:6), container adalah semua media dimana didalamnya dapat dimasukkan sesuatu barang, atau tempat mengisi barang. Sebagai contoh ialah kotak jerrigen plastik, drum dan lain-lain.

Selanjutnya Koleangan manambahkan bahwa berdasarkan international standard organization (ISO) (2008:6) menjelaskan container adalah alat untuk mengangkut barang yang:

a. Sifatnya cukup kuat untuk digunakan berulangkali,

b. Dirancang secara khusus sebagai fasilitas untuk membawa barang dengan moda-moda transport yang ada,

c. Dipasang alat-alat yang memungkinkan sewaktu-waktu digunakan untuk menangani lebih dari satu alat transport ke alat transport lain,

(22)

d. Dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan mengisi maupun mengosongkan,

e. Mempunyai isi ruangan dalam (interval volume) sekurang-kurangnya 1 m3 = 35,3 CUFF.

Gambar 2.4 Peti Kemas / Dry cargo container

2.2.2.3.1 LCL (Less than Container Loaded)

Less than Container Loaded yaitu jenis pengiriman barang tanpa menggunakan container dengan kata lain parsial. Jika kita menggunakan jenis pengiriman LCL, maka barang yang kita kirim itu ditujukan ke gudang penumpukan dari shipping agent. Lalu dari pihak gudang tersebut akan mengumpulkan barang-barang kiriman LCL lain hingga memenuhi quota untuk diloading atau dimuat ke dalam container.

2.2.2.3.2 FCL (Full Container Loaded)

Full Container Loaded yaitu jenis pengiriman barang dengan menggunakan container. Walaupun jumlah barang tersebut lebih pantas dengan mode LCL, tetapi jika shipper mengirimkan barangnya dengan menggunakan container maka jenis pengiriman

(23)

ini disebut dengan FCL. Pengiriman barang dengan mode FCL maka kita harus mendatangkan container ke gudang untuk proses stuffing (proses pemuatan barang). Setelah stuffing selesai, container akan disegel dan dikirimkan ke Tempat Penumpukan Peti Kemas di pelabuhan.

2.2.2.4 Gudang Penumpukan

Menurut Suyono (2003:291), gudang adalah tempat menyimpan barang yang akan dimuat atau setelah dibongkar dari kapal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengertian gudang adalah suatu bangunan tertutup atau lapangan terbuka yang berfungsi untuk menyimpan segala macam jenis barang, di mana barang-barang yang terdapat di dalamnya selalu dalam pengawasan, sehingga keamanan dan keutuhan barang selalu terjaga.

2.2.2.5Storage Occupancy Ratio

Storage ocuppancy ratio adalah persentase pemakaian lapangan penumpukan dan gudang penyimpanan pada waktu tertentu. Storage occupancy ratio terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Shed Occupancy Ratio (SOR)

SOR adalah tingkat penggunaan gudang dengan membandingkan antara jumlah pengguna ruang penumpukan dengan ruang penumpukan yang tersedia yang dihitung dalam satuan ton hari/ satuan hari. Berikut ini rumus perhitungan SOR:

(24)

Berdasarkan Kep. Dirjen Perhubungan Laut No. UM.002/38/18/DJPL-II tanggal 5 Desember 2011. Dalam Keputusan tersebut standarisasi SOR adalah 65%. Artinya, < 65 = baik, 65 sampai dengan 72 % = cukup baik dan >72% = kurang baik.

b. Yard Occupancy Ratio (YOR)

YOR merupakan perbandingan kapasitas lapangan terhadap petikemas yang di timbun. Semakin banyak petikemas yang di timbun di terminal petikemas, berarti penggunaan lapangan penumpukan semakin mendekati kapasitas maksimal penumpukan di lapangan penumpukan tersebut. Pada umumnya YOR ideal bagi sebuah lapangan penumpukan adalah 40%-55%. Maka dari itu terminal petikemas harus memperhatikan keseimbangan YOR di terminal dan memperhatikan kesiapan terminal dalam melayani kegiatan kapal dan barang. Semua kinerja fasilitas di terminal petikemas harus diperhatikan agar berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, sesuai dengan prinsip fungsi pelabuhan sebagai mata rantai.

Berdasarkan Kep. Dirjen Perhubungan Laut No. UM.002/38/18/DJPL-II tanggal 5 Desember 2011. Dalam Keputusan tersebut standarisasi YOR adalah 50%. Artinya, < 50 = baik, 50 sampai dengan 55 % = cukup baik dan >55% = kurang baik.

Gambar

Gambar 2.2 Analisis Pemodelan REA
Tabel 2.1 Tabel Matrik SWOT  Internal  Eksternal  Strengths  Tentukan faktor-faktor kekuatan internal  Weaknesses  Tentukan faktor-faktor kelemahan internal  Oppurtunities  Tentukan   faktor-faktor  peluang  eksternal  Strategi SO
Tabel 2.2 Analisis Faktor Internal
Tabel 2.3 Analisis Faktor Eksternal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Data Hasil Penelitian Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data yang perlu dideskripsikan untuk menemukan gambaran yang

Kami akan melindungi Bangunan-bangunan dan/atau Isi Kandungan Rumah seperti yang dinyatakan di dalam Jadual Anda semasa tempoh takaful. Perlindungan ini akan diberikan atas dasar

1) Kelurahan siaga aktif di Kota Palembang tidak tercapai karena salah satu syarat sebuah kelurahan dikatakan siaga aktif adalah harus memiliki minimal satu poskeskel yang

Peneliti : begini pak, mungkin bapak sudah mendengar dari kepala sekolah terkait dengan permasalahan penelitian yang saya angkat, yaitu mengenai perhatian orang tua pada pendidikan

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan Hollow Sprint terhadap Kecepatan Tendangan Sabit pada Pesilat Remaja di Perguruan Tapak Suci

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau udara kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf

1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang. Teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor

tersebut harus jelas, termasuk mengontrol suhu konstan dan kelembaban relatif, lingkungan yang bebas dari bahan kimia yang agresif, dan tingkat cahaya yang sesuai.. Tindakan