• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Jilid elas 11 AG Tamrin 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Jilid elas 11 AG Tamrin 2008"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

A. G. Tamrin

TEKNIK KONSTRUKSI

BANGUNAN GEDUNG

JILID 2

SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional TU

T WU RI HANDAYA

(3)

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional

Untuk SMK

Untuk SMK

Untuk SMK

Untuk SMK

Penulis : A. G. Tamrin

Perancang Kulit : TIM

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm

TAM TAMRIN, A. G.

t Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana Jilid 2 untuk SMK /oleh A. G. Tamrin --- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

viii, 108 hlm

Daftar Pustaka : A1-A5 Glosarium : B1-B5

ISBN : 978-979-060-075-1 ISBN : 978-979-060-077-5

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

(4)

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit didapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional

ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh

masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya

harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft

copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khususnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

(5)

KATA PENGANTAR

Buku Teknik Konstruksi Bangunan Gedung disusun berdasarkan analisis kebutuhan pada dunia pendidikan kejuruan, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan kebutuhan praktis para praktisi di dunia usaha dan industri pada bidang bangunan sipil. Isi buku ini merupakan tuntunan pengetahuan mendasar dari konstruksi bangunan gedung yang merupakan gabungan dari konsep pengetahuan inti dan konsep inovasi yang terjadi pada konstruksi bangunan gedung dewasa ini. Materi yang tersaji diramu dari berbagai sumber, baik buku, majalah, brosur, internet, dan diskusi sejawat.

Tidak ada gading yang tak retak, demikian juga dengan buku Teknik Konstruksi Bangunan ini, dengan segala daya dan upaya diusahakan menjawab segala tuntunan terhadap konsep dan pengetahuan dalam teknik konstruksi bangunan, namun dimungkinkan masih banyak terdapat kekurangan. Segala saran dan kritik konstruktif akan diterima dengan tangan terbuka demi menuju suatu kesempurnaan terhadap isi dari buku ini.

Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari isi buku, maka buku Teknik

Konstruksi Bangunan Gedung ini kami susun menjadi 2 (dua) jilid. Buku Teknik

Konstruksi Bangunan Gedung Jilid 1 memuat 9 bab, yaitu Membuat Gambar

Rencana, Menyusun RAB DAB RKS, Menyiapkan Pekerjaan Pasangan Batu, Memasang Pondasi dan Dinding, Finishing Dinding, Penutup Lantai dan Dinding, Memeriksa Bahan di Lapangan, Mengerjakan Beton, serta Lantai Kayu. Adapun untuk

buku Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Jilid 2 memuat 6 bab, yaitu Pintu

dan Jendela, Kuda-Kuda dan Atap, Dinding Kayu dan Plafon, Pengecatan, Instalasi Pipa PVC, serta Pompa Air dan Drainase.

Semoga buku ini dapat dijadikan salah satu solusi terhadap informasi yang dibutuhkan mengenai konstruksi bangunan.

(6)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN iii

PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

BAB X PINTU DAN JENDELA 111

A. Pendahuluan 111

B. Persyaratan 112

C. Fungsi 112

D. Jenis Pintu dan Jendela 112

1. Jenis Pintu 112

2. Jenis Jendela 114

E. Kusen Pintu dan Jendela 116

1. Bagian-Bagian Kusen 116

2. Jenis-Jenis Kusen Pintu 118

3. Jenis-Jenis Kusen Jendela 121

F. Pemasangan Kusen 124

1. Pemasangan Kusen Pintu 124

2. Pemasangan Kusen Jendela 126

G. Pemasangan Daun Pintu dan Jendela 127

1. Memasang Daun Pintu 127

2. Memasang Daun Jendela 130

H. Pemasangan Kaca 132

BAB XI KUDA-KUDA DAN ATAP 133

A. Kuda-Kuda 133

1. Pendahuluan 133

2. Dasar Konstruksi Kuda-Kuda 134

3. Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda 137

4. Tipe Kuda-Kuda 127

5. Bentuk-Bentuk Kuda-Kuda 141

6. Kuda-Kuda dalam Penerapan 144

(7)

B. Atap 146

1. Pendahuluan 146

2. Bentuk-Bentuk Atap 147

3. Bagian-Bagian Atap 151

4. Jenis Rangka Atap Berdasarkan Bahan Material 155

BAB XII DINDING KAYU DAN PLAFON 159

A. Dinding Kayu 159

1. Dinding Kayu Batang Tersusun 159

2. Dinding Kayu Batang Melintang 161

3. Dinding Kayu Batang Tegak 162

4. Dinding Kayu Batang Miring 162

5. Dinding Kayu Rangka Terusan (Lajur) 165

B. Plafon 167

1. Pendahuluan 167

2. Rangka Plafon 167

3. Penutup Plafon 170

4. Plafon dengan Isolasi 172

BAB XIII PENGECATAN 175

A. Pekerjaan Pengecatan 175

B. Keberhasilan Pengecatan 176

C. Pengecatan Dinding 177

1. Pemberian Cat Dasar 177

2. Langkah Pengecatan 177

3. Pemberian Cat Akhir 178

D. Pengecatan Ulang 179

E. Pengecatan Plafon 180

F. Pengecatan Genteng 180

G. Pengecatan Kayu 181

H. Pengecatan Besi 182

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC 183

A. Penyambungan Pipa 183

1. Alat Penyambung 184

2. Cara Penyambungan 185

(8)

B. Sistem Perpipaan 187

1. Jaringan Penyediaan Air Bersih 187

2. Jaringan Pembuangan Air Kotor/Buangan 193

BAB XV POMPA AIR DAN DRAINASE 199

A. Pompa Air 199

1. Pompa Tangan/Pompa Hisap Tekan 199

2. Pompa Listrik 199

B. Tangki Air 200

1. Tangki Air dari Aluminium 201

2. Tangki Air dari Polyethylene 202

3. Tangki Air di Atas Dak Beton 202

C. Drainase 203

1. Drainase Permukaan Tanah 203

2. Talang Horizontal 204

3. Talang Vertikal 205

4. Bak Kontrol 206

5. Lubang Talang (Roof Drain) 206

LAMPIRAN A DAFTAR PUSTAKA 207

(9)
(10)

BAB X

PINTU DAN JENDELA

A. Pendahuluan

Pintu dan jendela merupakan konstruksi yang dapat bergerak, bergeraknya pintu atau jendela dipengaruhi oleh peletakan/penempatan, efisiensi ruang dan fungsinya. Dalam merencanakan pintu dan jendela, ada empat hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:

1. Matahari

Pintu dan jendela merupakan sumber pengurangan dan penambahan panas, sehingga jendela dapat diletakkan di sisi sebelah timur dan/atau barat.

2. Penerangan

Untuk menghasilkan penerangan alami sebuah ruangan, dengan menempatkan jendela dekat sudut ruangan maka dinding didekatnya disinari cahaya akan memantulkan ke dalam ruangan.

3. Pemandangan

Jendela sebaiknya ditempatkan untuk memberi bingkai pada pemandangan. Ketinggian ambang atas jendela sebaiknya tidak memotong pemandangan orang yang duduk ataupun berdiri di dalam ruangan, juga jangan sampai kerangka jendela membagi dua atau lebih suatu pemandangan.

4. Penampilan

(11)

B. Persyaratan

Syarat pintu dan jendela pada sebuah bangunan:

1. Bekerja dengan aman.

2. Tahan cuaca, untuk mendapatkan ketahanan terhadap cuaca maka harus dipilih

dari bahan yang baik, tidak mudah lapuk, tidak mudah mengalami kembang/ susut (muai, melengkung).

3. Tidak ada celah/cahaya yang tidak dikehendaki masuk, cuaca (suhu, udara)

masuk ke dalam ruangan.

4. Kuat.

5. Minimal ada satu buah jendela dalam sebuah ruangan.

C. Fungsi

Fungsi pintu dan jendela dalam sebuah bangunan

1. Fungsi pintu

Dalam kegiatan/komunikasi antarruang maka pintu sangat dibutuhkan, demikian juga sarana lintas antara bagian dalam dan bagian luar bangunan.

2. Fungsi jendela

a. Penerangan alami ruangan

b. Pengatur suhu ruangan, sirkulasi angin

c. Melihat pemandangan/situasi luar bangunan

D. Jenis Pintu dan Jendela

Pintu dan jendela biasanya dikelompokkan sesuai dengan bagaimana bukaannya, hal ini juga sangat erat hubungannya dengan jenis perangkat alat penggantung dan pengunci yang akan dipakai untuk melekatkan daun pintu/jendela pada rangkanya.

1. Jenis Pintu

Dilihat dari cara membukanya daun pintu, pintu dibedakan menjadi:

a. Pintu sorong (slide a door) yang membukanya didorong horizontal ke kiri/

(12)

Dinding

Lantai

Dinding

Pintu sorong horizontal (slide a door)

Gambar X-2, Pintu Sorong

Gambar X-3, Pintu Lipat

Gambar X-4, Pintu Gulung

b. Pintu lipat, yang membukanya dengan cara didorong dan melipat di kanan/

kiri, daun-daun pintu diletakkan/digantung pada alat/rel, bagian pintu dapat dibuka ± 90%.

c. Pintu gulung (roll a door), yang membukanya dengan cara digulung di atas,

daun-daun pintu digulung pada alat, bagian pintu dapat dibuka penuh.

d. Pintu sayap tunggal/ganda, daun pintu digantung pada sisi dalam/luar

rangka dengan alat/engsel. Pintu ini dibedakan menjadi pintu kiri/pintu kanan. Untuk mengetahui perbedaan ini dengan cara pada saat kita berdiri dan punggung menempel pada alat penggantung, apabila bukaan daun pintu sesuai dengan gerakan membuka tangan kiri maka pintu tersebut adalah pintu kiri demikian juga untuk pintu kanan. Bagian pintu dapat dibuka penuh.

Dinding

(13)

Gambar X-6, Jendela Sorong Vertical

Gambar X-7, Jendela Sorong Horizontal Gambar X-5, Pintu Sayap

2. Jenis Jendela

Jendela biasanya dikelompokkan sesuai dengan bukaannya, jendela yang terpasangnya mati tidak terbuka sama sekali, akan memberikan tingkat kekedapan terhadap cuaca paling besar. Jendela yang terbuka untuk ventilasi, pembersihan dan jalan keluar darurat mempunyai daun-daun jendela yang membukanya dengan cara disorong, diayun, atau diputar. Berikut ini adalah jenis-jenis utama bekerjanya jendela.

a. Jendela gantung ganda, mempunyai daun-daun jendela yang didorong

secara vertikal. Daun-daun jendela ini ditempatkan pada alur depan rangka atau pada alat/rel. Bagian jendela dapat dibuka ± 50%.

b. Jendela gantung ganda, mempunyai daun-daun jendela yang didorong

secara horizontal. Daun-daun jendela ini ditempatkan pada alur depan rangka atau pada alat/rel. Bagian jendela dapat dibuka ± 50%.

Pintu Kiri

Dinding

(14)

c. Jendela sayap, mempunyai daun-daun jendela yang digantung pada ambang atas/bawah atau pada tiang. Daun-daun jendela ini ditempatkan pada engsel depan/belakang. Bagian jendela dapat dibuka penuh.

Jendela sayap tunggal (engsel diambang bawah)

Jendela sayap ganda (engsel diambang atas)

Jendela sayap tunggal (engsel diambang atas)

Jendela sayap ganda (engsel diambang bawah)

Jendela sayap tunggal (engsel ditiang)

(15)

E. Kusen Pintu dan Jendela

Untuk meletakkan daun pintu atau daun jendela pada dinding, dipasang rangka yang disebut kusen, kusen untuk tempat tinggal terbuat dari kayu atau logam. Kusen kayu memberikan penampilan yang hangat dan indah dari tampilan tekstur serat-serat kayu yang dimilikinya, mempunyai nilai penyekat panas yang baik dan pada umumnya tahan terhadap pengaruh cuaca. Rangka jenis ini dapat berupa produk pabrik yang telah diselesaikan dengan pelapisan cat, pewarnaan atau masih berupa kayu asli tanpa pelapisan. Kusen dari bahan logam berbeda dari kayu, kusen logam tidak terpengaruh bila basah, kusen logam ini tidak memiliki kehangatan dalam penampilan dan memberikan daya tahan yang kecil terhadap perpindahan panas.

Kusen logam dapat terbuat dari aluminium, baja atau baja tak berkarat (

stainless-steel), warna alami logam dapat ditutup dengan lapisan cat dan dirawat dengan baik untuk mencegah korosi. Ukuran penampang batang kayu untuk rangka pintu dan jendela sebagai berikut.

Pada pintu biasa dengan satu daun:

5/10 5/12 5/14 5/15 cm

6/10 6/12 6/14 6/15 cm

7/12 cm

Pada pintu rangkap dengan dua daun:

8/10 8/12 8/14 8/15 cm

1. Bagian-Bagian Kusen

Kusen terdiri atas:

1. Tiang (style).

2. Ambang (dorpel) pada kusen jendela terdapat ambang atas dan ambang

bawah sedangkan pada pintu tidak ada ambang bawah.

3. Sponneng, yaitu tempat peletakkan/melekatnya daun pintu atau daun jendela.

4. Telinga, yaitu bagian ambang (dorpel) yang masuk/ditanam kedalam tembok

yang berfungsi untuk menahan gerakan kusen ke muka atau ke belakang.

5. Alur kapur, bagian dari tiang (style) yang dialur/dicoak dengan fungsi untuk

menahan gerakan kusen ke muka atau ke belakang selain itu juga agar apabila terjadi penyusutan, tidak timbul celah.

6. Angkur, dipasang pada tiang (style), berfungsi untuk memperkuat

melekatnya pada tembok juga menahan gerakan ke samping, dan ke muka/ ke belakang.

7. Duk (neut), dipasang pada tiang (style) di bagian bawah, khusus untuk

(16)

Gambar X-9, Bagian-Bagian Kusen

2 4

5

6 1

3

3

(17)

Gambar X-10, Kusen Pintu Tunggal

2. Jenis-Jenis Kusen Pintu

a. Kusen Pintu Tunggal

Ambang atas

Tiang

Sponeng

210 cm

Potongan A–A B

Lat penarik Telinga

Angker besi

B

A

Besi Kaki

Tampak muka

Alur labur Sponeng

(18)

b. Kusen Pintu Gendong

Gambar X-11, Kusen Pintu Gendong

A C

B B D D

C

A

Tampak muka

Pot. B–B Pot. D–D

Pot. A–A

(19)

c. Kusen Pintu Gendong Ventilasi Melingkar

Gambar X-12, Kusen Pintu Gendong Ventilasi Melingkar

A A

C C

A B POT.AA

POT.BB

POT.CC

POT.DD

(20)

3. Jenis-Jenis Kusen Jendela

a. Kusen Jendela Tunggal

Gambar X-13, Kusen Jendela Tunggal

A

B Kaca 2 B

C C

Tampak muka

A

Pot. B–B

Pot. C–C

(21)

b. Kusen Jendela Ganda

E

D C

B A

30

12 40

84

(22)
(23)

Gambar X-15 a, Pemasangan Kusen Pintu pada Konstruksi Dinding

F. Pemasangan Kusen

1. Pemasangan Kusen Pintu

Cara pemasangan kusen pintu sebagai berikut.

a. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah

dijangkau.

b. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as

bouwplank untuk menentukan kedudukan kusen.

c. Pasang angker pada kusen secukupnya.

d. Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter

dari tinggi bouwplank.

e. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan

unting-unting.

f. Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.

g. Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan

menjadi kokoh.

h. Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya,

ketinggian dan ketegakan dari kusen.

(24)

Gambar X-15 b, Pemasangan Kusen Pintu pada Konstruksi Dinding

Siar, agar spesi dapat melekat pada kusen

(25)

2. Pemasangan Kusen Jendela

Cara pemasangan kusen pintu sebagai berikut.

a. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah

dijangkau.

b. Rentangkan benang selebar setengah ukuran batu bata dari as bouwplank.

c. Pasang bata setengah batu setinggi dasar kusen jendela.

d. Rentangkan benang setinggi 2 meter dari bouwplank.

e. Pasang kusen jendela setinggi benang tersebut.

f. Pasang kusen jendela sampai betul-betul tegak dengan pertolongan

unting-unting.

g. Pasang skur agar kedudukannya stabil dan kuat.

h. Cek kembali posisi kusen jendela sampai terpasang pada keadaan yang

benar.

i. Bersihkan tempat sekelilingnya.

Gambar X-15c, Pemasangan Kusen Jendela pada Konstruksi Dinding

(26)

G. Pemasangan Daun Pintu dan Jendela

1. Memasang Daun Pintu

Pintu terdiri dari kusen atau gawang dan daun pintu. Kusen dipasang tetap atau mati di dalam tembok, sedang daunnya digantungkan pada kusen dengan menggunakan engsel sehingga dapat berputar pada engsel, berputar ke kiri atau ke kanan. Namun, daun pintu ada yang tidak berputar pada engsel, melainkan bergeser di depan kusennya. Pintu tersebut dinamakan dengan pintu geser. Kedudukan daun pintu pada saat ditutup melekat dengan sponing pada kusen pintu, kecuali pada bagian bawah, kedudukannya dibuat beberapa cm di atas lantai.

a. Ukuran Daun Pintu

Jumlah daun pintu ada yang tunggal, ada pula yang ganda. Lebar dan tingginya daun pintu diukur dari sisi dalam kusen sampai sisi luar kusen. Ukuran yang lazim dipakai untuk pintu sebagai berikut.

1) Tinggi : 2,00–2,10 meter

2) Lebar : 0,70–0,90 meter (tunggal), 0,60–0,80 meter (ganda)

3) Tebal : 0,30–0,40 meter

b. Cara Pemasangan

1) Ukur lebar dan tinggi kusen pintu. 2) Ukur lebar dan tinggi daun pintu.

3) Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi). 4) Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk

dengan toleransi kelonggaran 3–5 mm, baik ke arah lebar maupun ke arah tinggi.

5) Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2 engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)

6) Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu.

7) Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen.

8) Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.

9) Coba daun pintu dengan cara membuka dan menutup.

10) Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan cara melepaskan pen.

(27)

Gambar X-16, Pemasangan Daun Pintu

8 I 12

6

6 8 8 8 8

25

190 22,5

II 72,5

30 10

12 3

Pot I–I

10 6 30 6 10

(28)

Gambar X-17, Detail Pemasangan Daun Pintu

10 3

3 3 9

3 9 6

(29)

2. Memasang Daun Jendela

Seperti halnya pintu, jendela terdiri atas kusen atau gawang dan daun jendela. Kusen dipasang tetap atau mati di dalam tembok, sedang daunnya digantungkan pada kusen dengan menggunakan engsel sehingga dapat berputar pada engsel, berputar horizontal (ke kiri dan ke kanan) atau berputar vertikal (ke atas dan ke bawah). Namun, ada jenis jendela yang tetap atau mati, biasa disebut jendela mati dengan tujuan untuk penerangan. Kedudukan daun jendela pada saat ditutup melekat dengan sponing pada kusen jendela.

a. Ukuran Daun Jendela

Jumlah daun jendela ada yang tunggal, ada pula yang ganda. Lebar dan tingginya daun jendela diukur dari sisi dalam kusen sampai sisi luar kusen. Ukuran yang lazim dipakai untuk pintu sebagai berikut.

1) Tinggi : 0,80–1,70 meter (menyesuaikan dengan fungsi dan kondisi

bangunan)

2) Lebar : 0,60–0,80 meter

3) Tebal : 0,30–0,40 meter

b. Cara Pemasangan

1) Ukur lebar dan tinggi kusen jendela. 2) Ukur lebar dan tinggi daun jendela.

3) Ketam dan potong daun jendela (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi). 4) Masukkan/pasang daun jendela pada kusennya, stel sampai masuk

dengan toleransi kelonggaran 3–5 mm, baik ke arah lebar maupun ke arah tinggi.

5) Lepaskan daun jendela, pasang/tanam engsel daun jendela pada tiang daun jendela (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 15–20 cm dari bagian tepi (untuk putaran horizontal) atau engsel ditanam pada bagian ambang atas daun jendela dengan jarak 15–20 cm dari bagian tepi (untuk putaran vertikal).

6) Masukkan/pasang lagi daun jendela pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang/ambang atas jendela tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun jendela. 7) Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun jendela dengan cara

melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang/ambang atas kusen.

8) Pasang kembali daun jendela pada kusennya dengan memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun jendela pada kusen jendelanya.

9) Coba daun jendela dengan cara membuka dan menutup.

10) Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun jendela dengan cara melepaskan pen.

(30)

Gambar X-19, Detail Pemasangan Daun Jendela Gambar X-18, Pemasangan Daun Jendela

(31)

Gambar X-20, Pemasangan Kaca

H. Pemasangan Kaca

Pekerjaan ini tidak semudah yang dilihat atau dibayangkan. Dengan sifat kaca yang sangat mudah pecah dan membutuhkan ekstra hati-hati dalam penanganannya, sebaiknya perlu diperhatikan beberapa hal yang penting pada saat memasang kaca pada daun pintu/jendela. Konstruksi pemasangan kaca pada daun pintu/jendela dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari ukuran kayu, material rangka daun pintu/jendela, fungsi, dan ketebalan kaca.

Apabila kaca dengan tebal kurang dari 4 mm, sebaiknya gunakan sistem rangka tempel, papan belakang yang sekaligus daun pintu/jendela berfungsi sebagai penahan kaca agar stabil dan tidak pecah, kemudian ditambahkan lis tempel di sekeliling kaca untuk menahan kaca tetap pada posisinya. Bila tebal kaca lebih dari 5 mm, dapat digunakan rangka kayu solid, bagian dalam rangka perlu dibuat satu lajur takikan untuk penempatan kaca. Kemudian kaca ditahan dengan lis kecil di sekeliling rangka kayu.

Cara memasang kaca pada daun pintu/jendela sebagai berikut.

1. Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada bagian atas.

Usahakan letakkan pada meja yang luasnya minimal sama dengan luas daun pintu. Atau letakkan pada lantai yang datar.

2. Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.

3. Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar karton atau

kain untuk memegang kaca.

4. Pasang paku pada lis kayu sebelum dipasang pada keempat sisi daun pintu/

jendela.

5. Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.

6. Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang sedang

dipasang lis kayu. Ini untuk menghindari goresan pada permukaan kaca karena gerakan martil.

(32)

BAB XI

KUDA-KUDA DAN ATAP

A. Kuda-Kuda

1. Pendahuluan

Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifikasi struktur

framework (truss). Umumnya kuda-kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang.

Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12 m. Kuda-kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10 meter. Sedangkan kuda-kuda baja sebagai

pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat mendukung

beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dan lain-lain. Kuda-kuda dari beton bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 meter. Pada kuda-kuda dari baja atau kayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur kuda-kuda pada arah horizontal.

Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk penutupnya, maka konstruksi kuda-kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan.

(33)

2. Dasar Konstruksi Kuda-Kuda

Ide dasar untuk mendapatkan bentuk konstruksi kuda-kuda seperti urutan gambar di bawah ini:

a. Akibat adanya beban maka titik pertemuan kedua kaki kuda-kuda bagian

atas (P) mengalami perubahan letak yaitu turun ke P’, sehingga kaki kuda-kuda menekan kedua tembok ke arah samping. Bila tembok tidak kokoh maka tembok akan roboh.

Gambar XI-1

b. Untuk mencegah agar kaki kuda-kuda tidak bergerak ke samping perlu

dipasang balok horizontal untuk menahan kedua ujung bawah balok kaki kuda-kuda tersebut. Batang horizontal tersebut dinamakan balok tarik (AB).

(34)

c. Karena bentangan menahan beban yang bekerja dan beban berat sendiri kuda-kuda, maka batang tarik AB akan melentur. Titik P bergerak turun ke titik P’, dengan adanya pelenturan, tembok seolah-olah ke dalam.

d. Untuk mengatasi adanya penurunan pada batang tarik di ujung atas kaki

kuda-kuda dipasangi tiang dan ujung bawah tiang menggantung tengah-tengah batang tarik AB yang disebut tiang gantung.

Gambar XI-3

Gambar XI-4

Tembok

Bentang (l) besar Melentur

p p1

Bentang (l)

1/2 l 1/2 l

A B

(35)

e. Semakin besar beban yang bekerja dan bentangan yang panjang, sehingga kaki kuda-kuda yang miring mengalami pelenturan. Dengan adanya pelenturan pada kaki kuda-kuda maka bidang atap akan kelihatan cekung kedalam, ini tidak boleh terjadi.

f. Untuk mencegah pelenturan pada kaki kuda-kuda perlu dipasangi batang

sokong/skoor dimana ujung bawah skoor memancang pada bagian bawah tiang gantung ujung atas skoor menopang bagian tengah kuda-kuda. Dengan demikian pelenturan dapat dicegah.

Gambar XI-5

Bentang (l) Tembok

A B

Kaki kuda-kuda melentur ke dalam

Bentang (l) Tembok

Balok sokong desak

l1 ± 1/2 l1

(36)

g. Pada bangunan-bangunan yang berukuran besar, kemungkinan konstruksi kuda-kuda melentur pada bidangnya karena kurang begitu kaku. Untuk itu perlu diperkuat dengan dua batang kayu horizontal yang diletakkan kira-kira ditengah-tengah tinggi tiang gantung.

3. Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda

Gambar XI-7

Gambar XI-8, Batang-Batang Konstruksi Kuda-Kuda

Bentang (l) Tembok

Batang penjepit (gapit)

± 1/2 l1

± 1/4 l1

a b

L

c e

f h

g

d

(37)

Keterangan:

a. Balok tarik h. Balok gording

b. Balok kunci i. Balok tembok

c. Kaki kuda-kuda j. Balok bubungan miring

d. Tiang gantung k. Balok tunjang

e. Batang sokong l. Tiang pincang

f. Balok gapit m. Balok pincang

g. Balok bubungan

Gambar XI-9, Detail Hubungan AntarBatang Kuda-Kuda

Kuda-Kuda Kayu Detail D

A

Detail B

Detail C Detail A

B

D

(38)

4. Tipe Kuda-Kuda

a. Tipe Pratt

b. Tipe Howe

c. Tipe Fink

Gambar XI-10, Kuda-Kuda Tipe Pratt

Gambar XI-11, Kuda-Kuda Tipe Howe

(39)

Gambar XI-14, Kuda-Kuda Tipe Sawtooth

Gambar XI-15, Kuda-Kuda Tipe Waren Gambar XI-13, Kuda-Kuda Tipe Bowstring

d. Tipe Bowstring

e. Tipe Sawtooth

(40)

5. Bentuk-Bentuk Kuda-Kuda

Berikut ditampilkan bentuk kuda-kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan jenis bahannya, yaitu:

a. Bentang 3–4 Meter

Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 sampai dengan 4 meter, bahannya dari kayu, atau beton bertulang.

b. Bentang 4–8 Mater

Untuk bentang sekitar 4 sampai dengan 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.

Gambar XI-16, Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter

(41)

c. Bentang 9–16 Meter

Untuk bentang 9 sampai dengan 16 meter, bahan dari baja (double

angle).

(42)

Gambar XI-19, Kuda-Kuda Bentang 20 Meter

d. Bentang 20 Meter

Bentang maksimal sekitar 20 m, bahan dari baja (double angle) dan

(43)

Gambar XI-21, Kuda-Kuda Gabel Profil WF

Gambar XI-22, Pemasangan Kuda-Kuda Gambar XI-20, Kuda-Kuda Baja Profil Siku-Siku

e. Kuda-Kuda Baja Profil Siku

f. Kuda-Kuda Gabel Profil WF

(44)

7. Kuda-Kuda Sistem

Knock Down

Kuda-kuda sistem knock down merupakan terobosan baru untuk

mendirikan rumah instan. Bentuk kuda-kuda sangat sederhana dan terbuat dari papan. Tipe kuda-kuda tersebut diperkenalkan dalam rangka pendirian rumah untuk korban bencana alam yang terjadi di Aceh tanggal 26 Desember 2004 dan dikenal dengan rumah tipe RI-A.

(45)

Gambar XI-25, Pemasangan Kuda-Kuda Sistem Knock Down

B. Atap

1. Pendahuluan

Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu: struktur penutup atap, gording, dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk, dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik. Lebih detail bagian-bagian atap seperti gambar.

(46)

2. Bentuk-Bentuk Atap

a. Atap Limasan

Gambar XI-27, Atap Limasan

Pandangan Muka Pandangan Samping

Potongan Bujur (I–I) Potongan Melintang (II–II)

(47)

Gambar XI-28, Atap Pelana

b. Atap Pelana

Pandangan Muka

(48)

Gambar XI-29, Atap Gergaji

(49)

Gambar XI-30, Atap Joglo Tanpa Soko Guru

d. Atap Tenda Terpatah (Joglo) 1) Tanpa Soko Guru

2) Dengan Soko Guru

(50)

3. Bagian-Bagian Atap

Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan talang.

a. Gording

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horizontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.

Bahan-bahan untuk gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk memperkuat dan mencegah dari Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana-XI terjadinya pergerakan. Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording.

Gording kayu biasanya memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antargording kayu sekitar 1,5 sampai dengan

2,5 m. Gording dari baja profil canal (Iight lip channel) umumnya akan

mempunyai dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 sampai dengan 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 sampai dengan 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 sampai dengan 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.

b. Jurai

Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau frame-work yang disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai luar.

c. Sagrod

Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser (diperpanjang/diperpendek).

d. Usuk/kaso

(51)

Gambar XI-32, Genteng Biasa (Genteng S) Gambar XI-33, Genteng Kodok

Gambar XI-34, Genteng Pres Silang

e. Reng

Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng)

f. Penutup Atap

Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan.

Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.

1) Genteng

(52)

1

2 lingkaran

Segitiga

Sudut Patah

Gambar XI-35, Macam Bentuk Genteng Bubungan

2) Pemasangan Genteng

Gambar XI-36, Potongan Pemasangan Genteng S

Gambar XI-37, Tampak Muka Pemasangan Genteng S

19–23 25–8 n × 25

⋅ 8 + 19 – 23)

±7 cm

(53)

Gambar XI-39, Penutup Atap Sirap

3) Penutup Atap Kayu (Sirap)

Bahan yang banyak digunakan pada rumah tradisional Indonesia berbahan dasar kayu. Sirap yang terbentuk dari potongan-potongan kayu tipis yang disusun 3 atau 4. Potongan kayu ini kemudian dipaku ke multiplek yang melapisi rangka atap.

Gambar XI-38, Pemasangan Genteng Bubungan (Karpus)

24

2–3

Adukan pc + air Jengger 2/15

1 kp : 2 ps + Pecahan genting

(54)

Gambar XI-40, Rangka Atap Bambu

4. Jenis Rangka Atap Berdasarkan Bahan Material

a. Rangka Atap Bambu

b. Rangka Atap Kayu

(55)

d. Rangka Atap Baja Ringan

Rangka atap baja ringan terbuat dari campuran zinc dan aluminium. Atap baja ringan terdiri dari beberapa elemen seperti kuda-kuda sebagai struktur utama (biasanya berbentuk U), reng sebagai pengikat kuda-kuda biasanya berbentuk V, sekrup dan lempengan reng yang berfungsi untuk pengatur jarak genteng agar terlihat rapi dan kokoh.

Meskipun dari baja, beratnya hanya 10 kg/m2, jauh lebih ringan daripada

rangka atap atau kusen dari kayu. Hal ini karena bahannya terbuat dari

campuran seng (zinc) dan aluminium alloy (zincalume) dengan komposisi

45 persen seng dan 55 persen aluminium. Selain lebih ringan, produk ini antikarat, antirayap, antikorosi, tidak menjalarkan api, tidak memuai, tahan lama (sampai 30 tahun) dan mudah dibersihkan. Bila terjadi kebakaran dengan suhu di bawah 600 derajat celcius, rangka tidak memuai dan runtuh.

Gambar XI-42, Rangka Atap Baja

(56)

Gambar XI-43, Rangka Atap Baja Ringan (A)

(57)

Gambar XI-44, Rangka Atap Baja Ringan (B)

(58)

BAB XII

DINDING KAYU DAN PLAFON

A. Dinding Kayu

Bahan bangunan memiliki sifat-sifat teknis yang berbeda-beda. Jika pemilihan kayu sebagai bahan bangunan yang akan dipakai dalam konstruksi bangunan maka pengetahuan akan metode-metode pengerjaan kayu harus dipelajari. Kayu sampai saat ini masih merupakan bahan bangunan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Bahkan dewasa ini kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang mahal.

1. Dinding Kayu Batang Tersusun

Konstruksi batang tersusun untuk dinding dari kayu merupakan cara yang paling tua, yang sampai sekarang masih dipergunakan, hanya bentuknya berlainan. Karena kayu mempunyai daya isolasi yang tinggi maka di Skandinavia dan Eropa Timur konstruksi batang tersusun banyak digunakan. Di daerah hutan di Eropa rumah-rumah kediaman dan sebagainya dibangun dengan konstruksi batang tersusun.

Gambar XII-1, Konstruksi batang tersusun terdiri dari batang kayu bulat atau dari balok a) balok kayu bulat bersilang pada sudut-sudut, b) susunan biasa, c) susunan batang

berdampul, d) susunan batang beralur-lidah

(59)

Gambar XII-3, Konstruksi Sudut Balok-Balok dengan Kayu Muka berlidah 2–2 Konstruksi Dinding Rangka Tersusun

Konstruksi rangka tersusun disusun setingkat-setingkat. Kuda-kuda penopang di sudut-sudut rumah pada umumnya diatur, sehingga beban angin langsung disalurkan dari sudut ke bantalan. Penyusutan konstruksi rangka tersusun di bagian-bagian konstruksi yang melintang tidak beraturan, bantalan-bantalan, balok lantai, dan balok loteng penyusutannya besar. Di bagian konstruksi yang tegak yang berupa tiang-tiang penyusutannya kecil. Dengan memperhatikan perbedaan dalam penyusutan tersebut di atas, maka lapisan yang tegak tidak boieh dipasang langsung lebih tinggi dari satu tingkat. Untuk bagian-bagian konstruksi yang melintang penyusutan sama seperti di konstruksi batang tersusun, yaitu 3 cm per meter tinggi. Pada konstruksi rangka tersusun yang terbuka seperti telah disebut di atas, maka untuk kayu bantalan disarankan agar memakai kayu ulin atau jati, karena mempunyai daya tahan terhadap hujan dan panas yang lebih daripada kayu yang lain. Dalam konstruksi rangka tersusun tempat-tempat yang terbuka antara tiang-tiang, palang-palang dan sebagainya diisi dengan tembok dari bata. Jarak antartiang pada umumnya sekitar 80 cm.

(60)

Gambar XII-5, Konstruksi Rangka-Rangka Tersusun dan Rumah Konstruksi Kayu

Keterangan: 1. Kasau

2. Tambahan kasau miring 3. Gording dinding

10. Palang (ambang jendela) 11. Balok loteng

12. Balok loteng ekor

2. Dinding Kayu Batang Melintang

Gording merupakan bagian atas penutup atap yang mendukung seluruh beban atap. Pada bangunan yang bertingkat gording berperan juga mendukung dinding atasnya. Tinggi gording disesuaikan dengan beban dan jarak tiang, akan tetapi minimal 12 cm. Sambungan seperti pada bantalan, hanya pada sambungan panjangnya dengan sambungan serong bertingkat, ditambah dengan dua baut untuk menahan gaya tarik.

(61)

Bantalan ke bawah membatasi dinding dan menumpunya. Bebannya akan disalurkan pada kaki pondasi atau kepala balok. Oleh sebab itu bantalan harus seluruhnya bertumpu dan cukup kuat. Bantalan pada dinding bata atau beton harus dikuatkan letaknya dengan baut angkur yang dimasukkan di dalam dinding, dan pada kepala balok disambung dengan baut. Kalau bantalan itu tidak cukup panjang untuk seluruh dinding, maka bisa disambung. Sambungan dengan ditakik separuh. Bantalan sebaiknya dibuat dari kayu ulin atau kayu jati, untuk menghindarkan kerusakan oleh kelembapan.

Palang berfungsi membagi bidang antara dua tiang atau kuda penopang dalam bidang yang lebih kecil. Dengan demikian, palang akan memperkuat dinding juga. Melihat tinggi dinding maka digunakan 2 sampai 3 palang. Palang disambungkan pada tiang dan kuda penopang dengan pen biasa. Palang pintu bagian atas dan palang jendela disambungkan dengan pen bergigi tunggal. Kedua macam palang ini berukuran seperti tiang palang antara biasanya 2 cm lebih rendah.

3. Dinding Kayu Batang Tegak

Tinggi konstruksi tiang menentukan tinggi dinding. Tiang berdiri tegak lurus antara bantalan dan gording dinding. Tiang biasanya berpenampang bujur sangkar. Kalau penampang ini tidak sesuai pada suatu titik, maka dapat digunakan tiang ganda yang ditanam disambung dengan baut. Biasanya ini hanya terjadi pada gedung-gedung dengan beberapa tingkat, di mana tiang ganda ini berlajur terus sampai semua tingkat. Di atas dan di bawah tiang biasanya diberi pen, yang dalam bantalan sedikitnya 4 cm, dan pada gording dinding sedikitnya 6 cm panjangnya, yaitu ½ tingginya.

4. Dinding Kayu Batang Miring

(62)

Gambar XII-6, Macam Hubungan pada Konstruksi Kayu Dinding Batang Miring

Keterangan:

a) Ditakik separuh-separuh b) Pen dan lubang terbuka c) Pen lurus tersembunyi d) Pen serong tersembunyi e) Ditakik setengah ekor burung

f) Sudut ditakik bertingkat

g) Malang dengan pen dan gigi tunggal h) Tiang dengan pen

i) Kuda penopang dengan pen

j) Malang dengan pen, gigi tunggal, dan sponing

k) Bantalan dengan pen

l) Bantalan dengan gigi tunggal

m) Bantalan dengan pen dan gigi tunggal

a b

c d

e f

g h i

k

(63)

Ukuran balok kayu untuk rangka dinding yang bisa digunakan dalam centimeter:

untuk bantalan : 6/8 8/8 8/10 10/10 10/12 2/12

untuk gording : 8/12 10/12 10/14 12/14 12/16

untuk tiang : 8/8 10/10 12/12

kuda penopang : 8/8 8/10 10/10 10/12 12/12 12/14

untuk palang : 6/8 8/8 8/10 10/10 10/12 12/12

Rangka dinding bagian luar sering kali terkena pengaruh hujan dan panas, sehingga semua sambungan harus dibuat tepat, rata dan bersih, sehingga tidak dapat dimasuki air. Hal itu dapat dicapai dengan pembuatan bidang sambungan dengan tepat dan dengan pengecatan dan kayu yang digunakan harus yang sudah kering. Sebagai pengaman dapat juga bidang-bidang sambungan yang sudah selesai dibuat, sebelum dipasang dicat.

Dengan memperhatikan alam sekitar dan latar belakang kebudayaan masyarakat suku primitif, pemasangan kuda-kuda penopang dinding sering kali dibuat menurut rumus hias dengan arti tertentu, seperti terlihat pada gambar XII-7 berikut ini.

Simbol-simbol ini berarti:

1. Kuda penopang biasa

2. Simpul sihir

Gambar XII-7, Pemasangan Kuda-kuda Penopang dnding

1 2 3 4 5 6 6 5

(64)

5. Dinding Kayu Rangka Terusan (Lajur)

Konstruksi rangka terusan pada umumnya bagian luar dan dalam dilapisi dengan papan. Tiang-tiang menembus melalui semua tingkat bangunan. Oleh karena itu penyusutannya sedikit dan pada dasarnya hanya tergantung dari bagian-bagian konstruksi yang melintang. Maka bagian ini harus memenuhi syarat-syarat teknis. Konstruksi rangka terusan pada umumnya dibuat dari papan. Sambungan-sambungan seperti pen, gigi tunggal, dan sebagainya tidak digunakan di sini, sebab semua sambungan dipaku. Untuk tiap-tiap sambungan diperlukan paling sedikit empat paku. Jarak dari tiap-tiap tiang pada umumnya kira-kira 60 cm.

Kestabilan pada arah horizontal diperoleh dari papan kuda-kuda penopang atau dari lapisan papan-papan yang dipaku dan dipasang diagonal. Kekuatan papan untuk rangka dinding yang bisa digunakan adalah: 5/10, 5/12, 6/12. Berbeda dengan pada konstruksi tersusun, maka pada konstruksi rangka terusan (lajur) biasanya dipasangkan dinding papan atau susunan sirap. Beberapa cara pemasangan papan dinding yang digunakan sebagai berikut.

a. Pemasangan Papan Dinding Vertikal

Pemasangan papan dinding dengan lis pelindung (lis tempel): papan dipaku di tengah saja setiap 60–90 cm. Tebal papan 20 mm dan tidak boleh lebih dari 16 cm lebarnya. Lis tempel berukuran 45/45 mm dengan

sisi miring disekrup dengan sekrup ukuran minimum 2 1/2" pada jarak

sejauh jarak papan. Pemasangan semacam ini memungkinkan papan menyusut dan mengembang tanpa mengakibatkan timbulnya pecahan.

Pemasangan papan bersponing dengan sela konis juga menggunakan sekrup untuk menghindarkan melengkungnya papan. Arah datangnya angin dan hujan harus diperhatikan, sehingga bisa dihindarkan air masuk melalui celah sambungan vertikal.

b. Pemasangan Papan Dinding Horizontal

(65)

Gambar XII-9, Dinding Sirap

Gambar XII-8, Pemasangan Dinding Horizontal

c. Pemasangan Dinding Sirap

Untuk bangunan kayu, maka dinding sirap merupakan penutup dinding yang paling ideal, karena dapat disesuaikan rnenyusut dan mengembangnya pada bidang konstruksi dinding tanpa berakibat tidak baik. Keuntungan lainnya ialah bahwa dinding sirap memberi perlindungan yang baik terhadap iklim dan tahan lama. Dinding sirap yang sudah terpasang boleh dikatakan tidak membutuhkan perawatan.

(66)

B. Plafon

1. Pendahuluan

Plafon adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai langit-langit bangunan. Pada dasarnya plafon dibuat dengan maksud untuk mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak langsung masuk ke dalam rumah setelah melewati atap. Namun demikian dewasa ini plafon tidak lagi hanya sekedar penghambat panas atau dingin, melainkan juga sebagai hiasan yang

akan lebih mempercantik interior suatu bangunan. Plafon biasanya dibuat dengan

ketinggian tertentu. Namun sebagai variasi ada juga yang dibuat tidak selalu

rata. Variasi tersebut dikenal sebagai plafond drop ceiling. Plafon dibuat lebih

tinggi dari yang lain.

Manfaat/kegunaan dari plafon antara lain sebagai berikut.

a. Supaya ruangan di bawah atap selalu tampak bersih, dan tidak tampak

kayu dari rangka-atapnya.

b. Untuk menahan kotoran yang jauh dari bidang atap melalui celah-celah

genteng.

c. Untuk menahan percikan air, agar seisi ruangan selalu terlindung.

d. Untuk mengurangi panas dari sinar matahari melalui bidang atap.

2. Rangka Plafon

Untuk pemasangan plafon diperlukan konstruksi khusus untuk menggantungkannya yang dikenal dengan nama rangka plafon. Bahan rangka plafon yang umum digunakan adalah kayu, meskipun dewasa ini dikenal juga

rangka plafon dari bahan besi hollow (besi berbentuk kotak). Bahan ini tahan

terhadap rayap dan api yang membuat plafon bertahan lama dibanding

(67)

a. Ukuran Batang Rangka Plafon

Ukuran batang rangka plafon ditentukan dari jarak bentang dari ruangan, jenis bahan yang digunakan, dan panjang-pendeknya batang gantung. Ukuran-ukuran batang yang biasa dipakai seperti tercantum pada daftar berikut.

(68)

Jarak peletakan (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)

100–200 5 7

200–300 6 8

300–400 6 10

400–500 6 12

Ukuran-ukuran batang kayu tersebut berdasarkan pengalaman empiris dan yang biasa digunakan. Ukuran tersebut dapat saja berubah sesuai dengan hasil hitungan berdasarkan kekuatan kayu. Rangka langit-Iangit untuk kuda-kuda biasa dibuat dari kayu ukuran 4/6 atau 5/7, dilengkapi dengan klos dari reng 2/3 cm yang dipasang berselang-seling. Pada kuda-kuda papan untuk rangka langit-Iangit cukup dengan menggunakan kayu reng berukuran ¾ cm.

b. Ketentuan Pemasangan

Batang-batang dipasang rata dengan bagian bawah balok-ikat kuda-kuda. Jika jarak antardinding yang mendukung kuda-kuda dalam ruangan kurang dari jarak antarakuda-kuda, maka batang-batang gantung plafon induk dipasang tegak lurus arah dinding dan masuk dalam pasangan dinding. Namun, jika jarak antara kuda-kuda kurang dari jarak antardinding yang mendukung kuda-kuda, maka batang-batang gantung plafon induk dipasang tegak lurus pada balok ikat dari kuda-kuda.

Pada prinsipnya pemasangan batang penggantung plafon adalah sama, tetapi jaraknya tidak sama tergantung dari bahan plafon yang digunakan. Pada bangunan perumahan dalam pemasangan plafond, ketentuan untuk tinggi ruang/kamar minimal sekurang-kurangnya 2,40 m kecuali kalau kasau-kasaunya miring sekurang-kurangnya ½ dari luas ruang mempunyai tinggi ruang 2,40 m dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah tidak kurang dari 1,75 m. Pada ruang cuci dan kamar mandi diperbolehkan sampai sekurang-kurangnya 2,10 m.

(69)

Gambar XII-13, Pemasangan Rangka Plafon

Gambar XII-14, Detail Pemasangan Rangka Plafon

3. Penutup Plafon

Bahan plafon sangat banyak ragamnya, dari kayu, multiplek, lembar semen asbes, hardbord, softboard, acoustic tile, particle board, aluminimum, sampai gipsum.

Pilihan yang paling murah dan baik adalah papan gipsum, karena perawatannya mudah. Berikut merupakan beberapa keuntungan bila memilih papan gipsum.

a. Harga jadi untuk 1 m2 terpasang lebih murah dibandingkan dengan memakai

triplek.

b. Bahannya rata, pertemuan antarpapan tidak terdapat celah.

c. Bila terjadi kerusakan pada bagian tertentu, tidak diperlukan pembongkaran

total, cukup bagian rusak saja yang dipotong. Lalu, potong papan gypsum yang baru, kemudian tempelkan pada potongan yang rusak tadi dengan

menggunakan semen compound (semen pengikat bahan gipsum), pegang

sebentar lalu dilepas.

d. Tahap selanjutnya adalah pemasangan lisplafon. Bahan terbuat dari gipsum

dengan panjang 2,5 meter. Cara pemasangannya pun menggunakan

semen compound.

6/12 6/12 6/12 6/12 6/12

(70)

Gambar XII-15, Penutup Plafon dari Bahan Gypsum

Gambar XII-16, Penutup Plafon dari Bahan Plat dengan Rangka Besi

(71)

Gambar XII-18, Plafon Multipleks

Gambar XII-19, Sistem Plafon dengan Satu Lapis Papan Gypsum yang Dipasang Secara Digantung (Suspended)

4. Plafon dengan Isolasi

Tujuan utama dari plafon ini adalah untuk penyekat yang kedap suara dan tidak mudah menghantarkan panas. Sehingga ruangan dapat terlindungi dari pengaruh suhu udara dari luar dan suara yang mengganggu tidak dapat masuk secara langsung ke dalam ruangan. Pemasangan plafon dengan isolasi membutuhkan bahan yang lebih banyak dan ketelitian yang lebih baik.

(72)

Plat rangkap dari karton gips juga dapat dipasang dan suatu lapisan plat wol mineral dengan ketebalan 45 mm dan tak terbungkus, dapat diletakkan pada papan batang.

Potongan kayu keras, seperti halnya plat tersebut, harus dipasang pada papan batang. Plat wol mineral dapat digunakan untuk tambahan isolasi. Plat gips yang dipasang terdiri dari suatu lapisan gips - adukan kapur, sedangkan plat papan dan potongan kayu keras dicat dua lapis.

Selimut kaca dan selimut wol setebal 60 mm merupakan bahan yang cocok untuk isolasi suara, karena selimut ini mempertinggi nilai isolasi dengan 6 dbA. Apabila antara balok dipasang plat busa polistiren atau plat wol mineral, maka kedua bahan ini dapat menyebabkan peninggian nilai isolasi dengan 4 dbA. Sebagai suatu konstruksi penyekat, langit-langit yang tergantung lebih baik dalam menyekat suatu ruangan. Langit-langit yang tergantung bebas memiliki nilai isolasi yang lebih tinggi. Suatu kombinasi langit-langit yang dilengkapi dengan selimut wol mineral dapat menyebabkan nilai isolasi meningkat.

Untuk mendapatkan isolasi suara yang baik konstruksi plat lantai juga perlu dibuat dengan sistem isolasi. Pada sebelah bawah penutupan lantai yang keras, dapat dipasang suatu lapisan peredam suara yang lebih lunak.

Gambar XII-20, Penambahan Elastis Plafond pada Balok

Gambar XII-21, Isolasi Oleh Lapisan Tutup Elastik Dipasang pada Bagian Lantai

Plat wol mineral

Sengkang dipasang pada setiap balok kedua

Papan batang 20 × 50

Plat serpih kayu lantai rapih Bagian kayu yang dipaku dilem

(73)

Gambar XII-22, Plafon dari Bahan Kayu (Parket)

(74)

BAB XIII

PENGECATAN

A. Pekerjaan Pengecatan

Pada saat melakukan pengecatan baik itu tembok lama maupun baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih warna yang sesuai dengan fungsi dinding yang akan dicat, memilih warna yang sesuai dengan selera, langkah selanjutnya adalah menentukan merek cat yang sesuai dengan anggaran.

Cat yang berkualitas minimal mempunyai empat fungsi yang harus dimiliki di antaranya daya sebar, daya tutup, mudah dalam pengaplikasiannya, dan aman bagi kesehatan lingkungan. Memang semakin tinggi kualitas cat, maka harganya pun akan semakin mahal, karena di samping keempat hal pokok di atas, cat yang berkualitas akan memiliki nilai tambah seperti daya tahan terhadap cuaca, anti

jamur, tidak memudar (anti fading), mudah dibersihkan (washable), dapat menutup

retak rambut (cover hair line crack) serta tambahan pengharum (fragnance).

Cat juga harus aman dan ramah lingkungan. Saat ini di pasar masih banyak dijual produk yang tidak memperhatikan aspek-aspek kesehatan dan lingkungan, karena bahan baku yang dipergunakan masih mengandung tambahan logam merkuri (Hg) dan timah hitam/timbal (Pb). Padahal kedua bahan tersebut sangat berpotensi membahayakan manusia jika secara terus menerus masuk ke dalam tubuh.

Di negara lain, untuk bangunan lama yang dibangun sebelum tahun 1976, pemilik bangunan diharuskan untuk mengerok cat lama dan mengecat ulang. Pada saat pengerokkan pun harus menggunakan alat pelindung seperti masker,

(75)

Gambar XIII-2, Salah Satu Jenis Kemasan Cat

B. Keberhasilan Pengecatan

Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pengecatan, yang paling berpengaruh adalah kualitas atau mutu bahan yang akan dicat itu sendiri (terlepas dari kualitas cat yang dipakai). Masalah yang sering timbul akibat dari kualitas mutu bahan yang akan dicat jelek biasanya adalah belang-belang seperti basah (bila kadar air dalam bahan yang dicat terlalu tinggi), lapisan cat yang menggelembung. Sedangkan bila yang dipakai adalah cat dengan kualitas rendah maka masalah yang sering terjadi adalah pengapuran, atau warnanya luntur.

Agar pengecatan dapat berhasil dengan baik, maka beberapa langkah berikut perlu untuk diperhatikan.

1. Pilih jenis cat yang tepat guna. Faktor nomor satu yang harus kita tentukan

adalah untuk bidang manakah cat itu akan digunakan, untuk bidang interior atau

untuk eksterior; untuk mendapatkan hasil maksimal usahakan menggunakan

produk cat yang tepat guna.

2. Gunakan produk yang transparan. Bandingkan beberapa produk cat, baca

keterangan/aturan pemakaian dan yang tidak kalah pentingnya data teknis yang ada pada kemasan masing-masing.

3. Tentukan pilihan warna. Satu hal yang juga perlu menjadi bahan pertimbangan

dalam memilih cat adalah tersedianya warna-warna yang bisa memenuhi selera kita.

4. Hitung jumlah kebutuhan. Bila sudah bisa menentukan jenis cat, merek serta

(76)

C. Pengecatan Dinding

Yang harus dilakukan untuk memulai proses pengecetan adalah menyiapkan permukaan yang akan dicat. Pastikan permukaan dinding bersih dan kering untuk mencegah terjadinya pengelupasan. Kerjakan pengecatan pada siang hari. Mulai dari dekat jendela menuju ke ruang dalam. Bila mengecat seluruh ruangan, kerjakanlah mulai dari langit-langit yang diteruskan ke dinding dekat kusen jendela, pintu-pintu, dan kemudian ke bagian bawah. Lakukanlah pembuangan sisa saat melakukan pengecatan karena kita harus bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan menghindarkan membuang limbah/sisa cat ke dalam saluran pembuangan. Terakhir adalah membiarkan sisa cat mengering di wadahnya sebelum dibuang ketempat sampah.

1. Pemberian Cat Dasar

Cat dasar untuk tembok dibagi dua, yaitu cat dasar yang berupa varnish dasar air yaitu cat tanpa pigmen dengan dasar emulsi acrylic 100%. Cat dasar

ini biasanya disebut Wall Sealer Water Base. Wall Sealer sangat baik untuk

tembok baru yang banyak retak rambut untuk mengisi celah-celahnya dan untuk menguatkan lapisan cat lama yang mulai mengapur. Kedua adalah cat dasar yang berupa cat tembok warna putih dengan dasar emulsi acrylic 100% dan mempunyai daya tahan alkali yang tinggi, daya rekat serta daya isi yang baik

serta kadar bahan anti jamur cukup tinggi. Cat dasar ini disebut Alkali Resisting

Primer atau Undercoat Tembok.

Cara pemakaiannya adalah encerkan cat sesuai dengan petunjuk pabrik, jangan berlebihan, karena dapat menghilangkan fungsi cat dasar. Beri satu atau dua lapis cat dasar.

2. Langkah Pengecatan

a. Reaksi pengerasan (curing) semen pada plesteran harus sudah sempurna,

minimal harus ditunggu selama 28 hari.

b. Periksa kelembapan tembok. Gunakan alat protimeter, yaitu alat pengukur

kadar air. Kadar air harus sudah di bawah 18%.

c. Periksa kadar alkali tembok.Gunakan kertas lakmus untuk mengukur pH

(derajat keasaman/alkali). Kadar alkali harus menunjukkan kurang lebih pH 8. Kalau lebih dari pH 8, berarti reaksi semen belum sempurna dan tembok belum layak dicat.

d. Kalau kadar air sudah rendah, tetapi kadar alkali masih tinggi, berarti masih

ada semen bebas yang belum beraksi karena kekurangan air. Basahkan permukaan tembok dengan air bersih.

e. Bila semua persyaratan di atas sudah terpenuhi, bersihkan permukaan dari

(77)

Gambar XIII-3, Pengecatan dengan Rol

f. Cuci permukaan tembok dengan larutan asam chlorida (HCl) 10–15% untuk

menetralkan alkali yang masih ada dan juga mengetching permukaan tembok agak lebih kasar sehingga daya lekat lebih baik.

g. Bila permukaan tembok berlumut atau berjamur, cuci dengan larutan kaporit

10–15%.

3. Pemberian Cat Akhir

a. Persiapan permukaan harus telah sempurna.

b. Bagian-bagian tembok yang tidak akan dicat, alat-alat rumah tangga seperti

kursi, meja, lantai sudah ditutup plastik atau kertas koran.

c. Siapkan alat-alat pengecatan yang dibutuhkan, seperti kuas, roller, ember,

pengaduk, tangga, dan lain-lain.

d. Periksa kaleng cat, apakah sesuai dengan ketentuan pabrik. Catat nomor

batchnya (lot).

e. Aduk cat sampai rata dan pengenceran sesuai dengan kebutuhan pabrik.

f. Selang waktu antara setiap lapis harus cukup lama. Secara teoritis adalah

2–4 jam, tetap sebaiknya minimal 8 jam atau semalam.

g. Ventilasi ruangan harus sebaik mungkin dan kalau dapat pengecatan

dilakukan waktu cuaca terang dan kering. Pengenceran cat jangan langsung di dalam kalengnya, kecuali kalau dapat habis pada hari itu juga.

h. Tutup rapat-rapat kaleng yang yang masih ada sisa catnya untuk

(78)

Gambar XIII-4, Hasil Pekerjaan Pengecatan Dinding Tembok (A)

D. Pengecatan Ulang

1. Bila daya lekat cat lama masih baik, cuci permukaan dengan air bersih sambil

digosok dengan kertas ampelas/sikat. Bila perlu cuci dengan larutan detergent, kemudian bilas dengan air bersih.

2. Bila permukaan cat lama masih baik daya lekatnya, tetapi berlumut/berjamur,

cuci dengan larutan kaporit sambil disikat. Bilas dengan air bersih.

3. Bila terjadi pengapuran, ampelas atau bersihkan debu-debu pengapuran

dengan lap yang dibasahi air sampai kelapisan cat yang tidak mengapur.

4. Bila lapisan cat lama sudah tebal atau terkelupas, kerok seluruhnya sampai ke

dasar tembok.

5. Bila lapisan lama berasal dari cat kualitas rendah dimana mudah larut dengan

air, sebaiknya dikerok seluruhnya sampai ke dasar tembok.

6. Bila permukaan tembok berlumut atau berjamur cuci dengan larutan kaporit

10–15%.

(79)

E. Pengecatan Plafon

Langkah pekerjaan pengecatan pada plafon sama dengan pengecatan pada tembok. Bahan cat yang digunakan juga adalah cat untuk tembok/dinding. Perbedaan mendasar yang ada adalah bahwa plafon terletak di bagian atas dalam posisi mendatar, sehingga diperlukan cara khusus dalam menyapukan cat pada plafon.

F. Pengecatan Genteng

Fungsi umum dari cat genteng adalah untuk melindungi genteng dari pengaruh cuaca luar seperti lumut dan jamur sekaligus untuk memberikan keindahan dengan warna-warna sesuai pilihan.

Langkah pengecatan untuk genteng baru sebagai berikut.

1. Sebaiknya pengecatan dilakukan di bawah (sebelum genteng dipasang), hal

ini untuk memungkinkan seluruh permukaan genteng terlapisi oleh cat dan untuk menghindari menempelnya debu pada saat cat belum kering sempurna.

2. Untuk genteng yang kurang padat (porus) dianjurkan pemberian lapisan lem

sesuai yang direkomendasikan (lem indeks) agar pori-pori genteng tertutup

rapat sehingga cat genteng tidak banyak terserap ke dalam genteng.

3. Beri lapisan cat secara merata setelah cat diencerkan dengan air bersih dengan

penambahan air sebesar 30–40 % dari volume cat.

4. Biarkan kering sempurna (2–3 jam) sebelum diberikan lapisan berikutnya dan

ulangi sampai permukaan genteng tertutup sempurna.

5. Untuk hasil lebih sempurna beri lapisan akhir dengan vernis genteng (glassure).

(80)

Gambar XIII-7, Hasil Pekerjaan Pengecatan Genteng

Untuk pengecatan genteng lama, langkah pengecatan yang dilakukan sebagai berikut.

1. Bersihkan genteng lama dari debu dan kotoran lain seperti lumut atau jamur

yang mungkin telah tumbuh. Bila perlu gunakan sikat dan air sabun.

2. Keringkan genteng sehingga benar-benar kering sebelum mulai pelapisan awal.

3. Lakukan langkah-langkah selanjutnya seperti pada genteng baru.

G. Pengecatan Kayu

Langkah pengerjaan pengecatan kayu sebagai berikut.

1. Sebelum memulai mengecat kayu, permukaannya harus bersih. Gosoklah

permukaan kayu kain yang lembap untuk menghilangkan debu.

2. Haluskan permukaan kayu dengan menggunakan kertas gosok/ampelas.

3. Permukaan kayu yang tidak rata perlu ditambal dengan undercoat, bila

diperlukan sapukanlah undercoat pada seluruh permukaan setelah kering kemudian digosok dengan ampelas.

4. Langkah berikutnya adalah mulai melakukan pengecatan. Pengecatan dapat

dilakukan menggunakan kuas ataupun dengan penyemprotan menggunakan alat spray cat.

5. Terakhir, berikan lapisan antigores pada kayu yang telah dicat.

(81)

Gambar XIII-8, Hasil Pekerjaan Pengecatan Kayu pada Pintu Garasi

Gambar XIII-9, Aplikasi Pengecatan Besi pada Tangga dan Pagar Rumah

H. Pengecatan Besi

Pengecatan pada bahan yang terbuat dari besi menggunakan bahan cat dengan

solvent base (pelarut minyak). Kegunaan cat pada umumnya berfungsi sebagai pelindung suatu substrat (media) dari karat, pengaruh cuaca, lumut, bakteri, jamur, dan lain-lain, juga berfungsi sebagai dekorasi.

(82)

BAB XIV

INSTALASI PIPA PVC

Pipa PVC sudah banyak digunakan di dunia dan di Indonesia pada khususnya. Mulai untuk pipa air bersih, air kotor, kotoran, dan air hujan. Pipa PVC standar pipa pasar atau pipa retail biasanya digunakan oleh masyarakat untuk instalasi pompa dan distribusi air, termasuk saluran air kotor dan saluran air buangan di perumahan.

Menurut warnanya, pipa PVC di pasaran ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna abu-abu. Secara kualitas tidak ada bedanya. Perbedaan yang ada antara pipa PVC yang berwarna putih dengan abu-abu adalah pipa PVC putih, memantulkan sinar UV, lebih tahan dari kebengkokan akibat sinar UV, tidak kuat menahan lumut, dan tanpa carbon black, sedangkan pipa PVC abu-abu, menyerap sinar UV, bila diletakkan di luar rumah lama-lama bisa bengkok karena sinar UV, tahan terhadap lumut, dan

diberi carbon black.

Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana -XIV

A. Penyambungan Pipa

Instalasi pipa tidak hanya terdiri dari satu batang pipa, namun terdiri dari

beberapa pipa yang disambung untuk mengalirkan air sampai ke outlet terakhir.

Jenis sambungan ditentukan berdasarkan jenis material pipanya dan letak sambungannya. Penyambungan untuk pipa PVC cukup sederhana dengan menempelkan dua batang pipa menggunakan penyambung yang tepat. Untuk

memperkuat sambungan digunakan seal tape pada sambungannya. Ujung pipa

ada yang menggunakan drat dan ada juga yang jenis polos. Sambungan yang berdrat, pada ujungnya terdapat ulir. Agar sambungan lebih kokoh, meskipun

memakai ulir tetapi seal tape tetap digunakan.

(83)

Gambar XIV-2, Alat Penyambung Pipa PVC

1. Alat Penyambung

Berbagai bentuk alat penyambung dalam penyambungan pipa PVC tersedia dalam model dan bentuk yang cukup banyak ragamnya, di antaranya seperti berikut.

a. Elbow, untuk menyambung pipa dengan arah 90°dan ada juga yang 45°. b. Flock Shock, untuk menyambung dua pipa dengan diameter yang sama. c. Reducer Shocket, untuk menyambung dua pipa dengan diameter yang

berbeda.

d. Tee, untuk menyambung tiga batang pipa dengan diameter yang sama. e. Valve Socket, untuk menyambung pipa dengan keran atau pipa lain yang

memiliki drat dalam.

Reducer Shocket

Elbow

Flock Schoket

Valve Shocket Elbow

Valve Shocket Reducer Shocket

(84)

2. Cara Penyambungan

Proses pengerjaan sambungan pipa PVC sebagai berikut.

a. Pilih lem yang berbahan dasar sama dengan pipa yang akan disambung.

Biasanya setiap produsen pipa menyediakan lem khusus untuk penyambungan pipa.

b. Bersihkan kedua permukaan yang akan disambung baik dari kotoran, minyak

atau air. Ada baiknya menggunakan cairan pembersih (cleaner).

c. Oleskan lem PVC secara merata secukupnya dengan menggunakan kuas

yang lembut dan bersih.

d. Sambungkan segera sebelum lem mengering. Biarkan sambungan

mengering. Sambungan akan sempurna setelah 24 jam.

e. Penggunaan seal tape penting agar kedua pipa dapat terikat kuat. Seal

tape dipakai pada valve socket yang telah dipasang pada kedua ujung pipa. Hal ini juga digunakan untuk pipa besi.

f. Penyambungan bisa juga menggunakan valve. Namun yang perlu diingat

adalah tidak boleh terlalu kencang karena bisa merusakkan pipa.

Pengencangan valve menggunakan kunci inggris sehingga potensi untuk

mengencangkan valve menjadi berlebihan.

3. Penyambungan Pipa yang Rusak/Bocor

Kerusakan pada pipa bisa terjadi karena retak atau bocor. Biasanya ini terjadi pada sambungan-sambungan pipa. Bahkan bisa dari badan pipa itu sendiri, yaitu terdapatnya cacat material (ada lubang). Kebocoran bisa juga terjadi karena kesalahan pemasangan. Akibat yang ditimbulkan dari kebocoran pipa, air keluar atau merembes keluar atau adanya zat lain yang masuk ke dalam pipa. Kebocoran pipa mengakibatkan tekanan air akan berubah. Perubahan tekanan dapat disebabkan adanya sumbatan akibat endapan atau benda lain. Bahkan perubahan tekanan ini dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tangki gelontor pada kloset.

Pipa rusak juga diakibatkan karena adanya penyumbatan. Penyumbatan yang fatal, dan pembersihannya tidak tepat akan merusak pipa. Pipa bisa juga rusak karena adanya pukulan pada badan pipa. Atau pipa diberi beban yang besar sehingga pecah.

Langkah penyambungan pipa yang rusak/bocor sebagai berikut.

a. Pastikan hanya pipa yang rusak saja yang diganti. Bila terjadi kebocoran

harus dipastikan bagian mana yang bocor, bagian pipa atau sambungan.

b. Pipa yang bocor dilepaskan dari sambungan, dikeluarkan dari shaft, dan

(85)

Gambar XIV-3, Pipa PVC yang Rusak dan Sistem Penyambungannya

c. Pipa yang bocor dapat dihilangkan dengan memotong bagian yang dekat

dengan titik bocor.

d. Potong pada ujung pipa yang satu dan ujung lainnya di atas sambungan.

Sambung dengan pipa lain yang memiliki diameter sama dengan pipa yang bocor tersebut. Sesuaikan dengan panjang pipa yang diganti.

e. Beri lem khusus PVC pada permukaan dalam dari floksok (penyambung).

Tempelkan pipa baru dengan ukuran yang tepat pada kedua ujung pipa

Gambar

Gambar X-1, Pintu dan Jendela pada Suatu Bangunan
Gambar X-9, Bagian-Bagian Kusen
Gambar X-10, Kusen Pintu Tunggal
Gambar X-11, Kusen Pintu Gendong
+7

Referensi

Dokumen terkait