• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transf (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transf (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

dengan Stres Kerja Karyawan PDAM Surya Sembada Kota

Surabaya

Wahyu Hamdani

Seger Handoyo

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Wahyu Hamdani., Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: [email protected]

Abstract.

This research aims to determine the correlation between transformational leadership style with employee stress at the PDAM Surya Sembada Surabaya City. The variables in this study is a transformational leadership style (X) and employee stress (Y). The population in this study were employees of the PDAM Surya Sembada Surabaya City active and has worked as an employee of the PDAM Surya Sembada Surabaya City min during last 15 months with a minimum high school education or equivalent. Sampling in this study is by way of a simple random. In this study, the sample totaled 278 employees.

Transformational leadership style in this study is the leadership style that motivates employees to achieve performance beyond expectations by transforming attitudes, beliefs, and values ​​its employees as opposed to the acquisition of pleasure. Job stress is a function of how demanding a job a person and how much control people have over their own responsibility. Measurement of variables using a scale transformational leadership style which is owned by scale adaptation A.E. Rafferty and M.A. Griffin consists of 15 items and the scale of job stress scale adaptation of employees who are owned by Guimaraes, M., et al consisted of 17 items. Data analysis was performed with a statistical technique spearman rank SPSS 11.5 for windows.

Based on the analysis of data obtained by the correlation coefficient between transformational leadership style with employee stress is equal to -0,450 with a p of 0.000. This suggests that there is a significant relationship between transformational leadership style with employee stress PDAM Surya Sembada Surabaya City.

Keywords:leadership style, transformational leadership, job stress Abstrak.

(2)

Munandar (2004) menjelaskan stres yang Meski tidak secara langsung menyebabkan

dialami karyawan saat ini menjadi masalah yang penyakit, survei ini menyebutkan apa yang terjadi

besar jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan. di kantor dapat terus terbawa sampai luar kantor.

Turnover yang tinggi pada organisasi merupakan "Hasil survei ini dengan jelas menunjukkan

salah satu akibat dari stres kerja pada karyawan, hubungan antara gaya manajemen atasan dengan

hal ini jika tidak segera diatasi maka akan tingkat stres dan kesehatan karyawan," kata Anna

menimbulkan kerugian finansial pada organisasi. Nyberg, peneliti dari Karlinska Institute, Swedia,

Pengaruh yang lainnya adalah ketidakhadiran yang melakukan polling terhadap lebih dari

karyawan di tempat kerja, karyawan yang merasa 20.000 karyawan di Swedia, Finlandia, Jerman,

stres dan jenuh dengan pekerjaannya akan sangat P o l a n d i a , d a n I t a l i a .

mudah sekali untuk tidak masuk kerja, (http://kesehatan.kompas.com)

dampaknya produktivitas organisasi akan Anna Nyberg menemukan bahwa para

semakin menurun. Dampak dari stres kerja yang karyawan pria di Stockholm, Swedia, yang

sesungguhnya adalah berkaitan dengan kepuasan memiliki atasan galak berisiko 25 persen lebih

kerja. Karyawan yang mengalamai stres kerja, akan tinggi terkena serangan jantung dalam kurun

sangat sulit, dan bahkan tidak mungkin waktu 10 tahun setelah survei. Risiko ini jauh lebih

merasakan kepuasan dalam bekerja. Dampak yang besar dibanding pada karyawan yang memiliki

cukup besar pada organisasi adalah tidak atasan yang baik dan disukai. Selain itu, karyawan

tercapainya visi dan misi baik dari bagian, divisi, yang merasa tidak puas dengan gaya manajemen

maupun organisasi secara keseluruhan. atasannya diketahui lebih sering absen karena

Saat ini terjadi peningkatan stres kerja pada sakit. "Jumlah absensi karena sakit para karyawan

karyawan. Salah satu penyebabnya adalah perilaku yang menjadi responden kami ada kaitannya

para atasan. Sebuah artikel tentang stres kerja dengan sikap para atasan," kata Anna Nyberg. Ia

karyawan menyatakan bahwa perilaku para atasan menambahkan, karyawan yang absen karena sakit

ternyata mempunyai pengaruh besar pada itu diindikasikan karena stres atau kelelahan

kesehatan karyawannya. Atasan yang otoriter akibat kerja yang berdampak pada fisiknya. Dalam

misalnya, diduga dapat membuat karyawannya laporannya, Anna Nyberg menyebutkan bahwa

berisiko sakit jantung, selain tentu saja stres. perilaku atasan bukan faktor utama kesehatan

(http://kesehatan.kompas.com) para karyawan. Namun, kaitan antara gaya

Kaitan antara kesehatan dan gaya manajamen atasan dan kesehatan karyawan cukup

manajemen atasan tersebut terlihat dari hasil j e l a s t e r l i h a t d a r i s u r v e i i n i .

survei terhadap lebih dari 1.000 karyawan di Eropa. (http://kesehatan.kompas.com)

Gaya kepemimpinan transformasional dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan yang memotivasi para karyawan untuk mencapai kinerja di luar harapan dengan mentransformasikan sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai para karyawan yang bertentangan dengan perolehan kerelaan. Stres kerja adalah fungsi dari seberapa menuntut pekerjaan seseorang dan berapa banyak kontrol orang yang memiliki lebih dari tanggung jawab mereka sendiri. Pengukuran variabel gaya kepemimpinan transformasional menggunakan skala gaya kepemimpinan transformasional yang merupakan skala adaptasi milik A.E. Rafferty dan M.A. Griffin terdiri dari 15 item dan skala stres kerja karyawan yang merupakan skala adaptasi milik Guimaraes, M., dkk terdiri dari 17 item. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik spearman rank SPSS 11.5 for windows.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja karyawan adalah sebesar -0,450 dengan p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja karyawan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.

(3)

Dr. Redford Williams, Direktur Behavioral yang menyebabkan karyawan tidak dapat bekerja

Medicine Research Centre dari Duke University, secara optimal atau yang menyebabkan karyawan

AS, mengatakan, kehidupan kantor memang jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam

rawan stres. Selain dari sisi tanggung jawab pembangkit stres saja tetapi dari beberapa macam

pekerjaan dan gaji, hubungan yang kaku antara pembangkit stres, sebagian besar datang dari

atasan dan karyawan, serta jenjang karier yang waktu karyawan bekerja. Karena itu lingkungan

tidak jelas, sering menyebabkan karyawan stres. pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar

"Hormon stres yang dilepaskan tubuh dapat terhadap kesehatan karyawan yang bekerja.

meningkatkan tekanan darah, kadar glukosa, Pembangkit stres dipekerjaan merupakan

bahkan dapat membuat sel-sel darah lebih kental pembangkit stres yang besar perannya terhadap

dan berdampak pada penyumbatan pembuluh kurang optimal atau jatuh sakitnya karyawan yang

darah yang dapat menyebabkan serangan jantung bekerja.

atau stroke," kata Dr. Redford Williams. Faktor-faktor dalam pekerjaan yang

Secara umum Dr. Redford Williams didasarkan dari penelitian yang dapat

mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke

atasan memang berpengaruh besar pada dalam lima kategori besar, yaitu faktor-faktor

kesehatan karyawan. Namun, pada setiap orang intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi,

dampaknya mungkin berbeda-beda tergantung pengembangan karier, hubungan dalam

pada karakteristik tiap individu. Misalnya saja pekerjaan, serta struktur dan iklim organisasi

pada orang yang termasuk kategori rawan stres, (Hurrell, dkk. 1988).

mungkin kesehatannya akan langsung Faktor-faktor dalam dan luar pekerjaan yang

terpengaruh. (http://kesehatan.kompas.com) dapat menimbulkan stres, yaitu:

Northwestern National Life Insurance, kini 1. Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan

bernama Relia Star Financial Corporation, telah Termasuk dalam kategori ini ialah

melakukan beberapa penelitian penting tentang tuntutan fisik dan tuntutan tugas.

dampak stres di tempat kerja (Northwestern Tuntutan fisik meliputi: bising, getaran,

National Life Insurance, 1993). Kesimpulan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor tugas

mereka dinyatakan dalam statistik sebagai mencakup: kerja giliran atau kerja malam,

berikut: beban kerja, dan penghayatan dari risiko

a. Sejumlah satu juta kasus absensi di dan bahaya.

tempat kerja berkaitan dengan masalah 2. Peran Individu dalam Organisasi

stres. Setiap karyawan bekerja sesuai

b. 27% menyatakan bahwa aspek pekerjaan dengan perannya dalam organisasi,

menimbulkan stres paling tinggi dalam artinya setiap tenaga kerja mempunyai

hidup mereka. kelompok tugasnya yang harus dia

c. 46% menganggap tingkat stres kerja lakukan sesuai dengan aturan-aturan

sebagai tingkat stres yang sangat atau luar yang ada dan sesuai dengan yang

biasa tinggi. diharapkan oleh atasannya. Namun

d. Satu pertiga karyawan berniat untuk demikian tenaga kerja tidak selalu

langsung mengundurkan diri karena berhasil untuk memainkan perannya

stres dalam pekerjaan mereka. tanpa menimbulkan masalah. Kurang

e. 70% berkata stres kerja telah merusak baik berfungsinya (dysfunction) peran,

kesehatan fisik dan mental mereka. yang merupakan pembangkit stres, yang

Setiap aspek dalam pekerjaan dapat menjadi dibicarakan di sini ialah konflik peran dan

pembangkit stres. Karyawan yang menentukan ketaksaan peran (role ambiguity).

sejauhmana situasi yang dihadapinya merupakan 3. Pe n g e m b a n g a n K a r i e r ( C a r e e r

situasi stres atau tidak. Interaksi karyawan dalam Development)

pekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil Hall (1976) pengembangan karier

interaksinya di tempat lain, di rumah, di sekolah, mengacu pada job activities pursued over

(4)

various occupations over the course of individu.

time (kegiatan kerja yang diikuti dari Isu-isu tentang keluarga, krisis

waktu ke waktu, yang dapat melibatkan kehidupan, kesulitan keuangan,

beberapa pekerjaan dan berbagai keyakinan-keyakinan pribadi dan

pekerjaan selama waktu tertentu). organisasi yang bertentangan, konflik

Everly dan Girdano menganggap bahwa antara tuntutan keluarga dan tuntutan

untuk menghasilkan kepuasan pekerjaan dan perusahaan, semuanya dapat merupakan

mencegah timbulnya frustasi pada para karyawan t e k a n a n p a d a i n d i v i d u d a l a m

(yang merupakan bentuk reaksi terhadap stres), pekerjaannnya, sebagaimana halnya stres

perlu diperhatikan tiga unsur yang penting dalam dalam pekerjaan mempunyai dampak

pengembangan karier, yaitu: yang negatif pada kehidupan keluarga

1. P e l u a n g u n t u k m e n g g u n a k a n dan pribadi.

keterampilan jabatan sepenuhnya 7. Ciri-ciri Individu

2. Peluang mengembangkan keterampilan Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis

yang baru dan atau atau dalam bentuk perilaku

3. Penyuluhan karier untuk memudahkan terhadap stres adalah hasil dari interaksi

keputusan-keputusan yang menyangkut situasi dengan individunya, mencakup

karier. ciri-ciri kepribadian yang khusus dan

Pengembangan karier merupakan pola-pola perilaku yang didasarkan pada

pembangkit stres potensial yang s i k a p , k e b u t u h a n , n i l a i - n i l a i ,

mencakup ketidakpastian pekerjaan, pengalaman lalu, keadaan kehidupan dan

promosi berlebihan, dan promosi yang kecakapan (antara lain intelegensi,

kurang. pendidikan, pelatihan, pembelajaran).

4. Hubungan dalam Pekerjaan

Harus hidup dengan orang lain,

menurut Selye, merupakan salah satu

TUJUAN PENELITIAN

aspek dari kehidupan yang penuh stres.

Hubungan yang baik antar anggota dari Penelitian ini bertujuan untuk menguji

satu kelompok kerja dianggap sebagai secara empiris dan menganalisis hubungan antara

faktor utama dalam kesehatan individu gaya kepemimpinan transformasional dengan

dan organisasi (Argyris, 1964; Cooper, stres kerja pada karyawan PDAM Surya Sembada

1973). Kota Surabaya

5. Struktur dan Iklim Organisasi

Faktor stres yang ditemukenali

dalam kategori ini terpusat pada sejauh

LANDASAN TEORI

mana karyawan dapat terlibat atau

berperan serta dan pada support sosial. A. Stres Kerja

Penelitian menunjukkan bahwa Model stres kerja pada organisasi yang

kurangnya peran serta atau partisipasi sangat berpengaruh adalah model tuntutan

kerja-d a l a m p e n g a m b i l a n ke p u t u s a n keleluasaan keputusan kerja (job demands-job

berhubungan dengan suasana hati dan decision latitude). Model ini dikembangkan oleh

perilaku yang negatif. Robert Karasek (1979). Model ini menciptakan

6. Tuntutan dari Luar Organisasi atau banyak riset empiris yang bagus (cf Kinicki,

Pekerjaan McKee, & Wade, 1996) dan disebut sebagai model

Kategori stressor potensial ini stres organisasi di abad dua puluh. Model ini

mencakup segala unsur kehidupan berhipotesis bahwa tekanan psikologis timbul dari

seorang yang dapat berinteraksi dengan efek-efek tuntutan kerja dan keleluasaan

peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja keputusan kerja yang dimiliki oleh karyawan.

di dalam satu organisasi, dan dengan Tuntutan kerja diartikan sebagai stressor

(5)

psikologis yang ditemukan di lingkungan kerja, yang telah lolos dari mata kritis jurnalis

terutama pada beban kerja berat yang diberikan. dan peneliti akademis yang perhatian

Keleluasaan keputusan kerja diartikan sebagai dengan usaha pendokumentasian

sebuah ukuran kebijakan dalam pengambilan masalah-masalah masyarakat" (Karasek

keputusan atau kontrol kerja; variabel ini & Theorell, 1990: 36). Jenis pekerjaan ini

dioperasionalisasikan dalam berbagai cara seperti lebih rendah dari pada rata-rata tingkat,

kewenangan karyawan untuk membuat baik kelelahan fisik dan tekanan

keputusan terkait pekerjaan dan berbagai psikologis. Menariknya, pekerjaan ini

keterampilan yang digunakan oleh karyawan pada juga dapat dikaitkan dengan tingkat

pekerjaan. pembayaran yang lebih rendah karena

Model tuntutan-kontrol (the demands- rendahnya tuntutan untuk layanan atau

control model) berpendapat bahwa tekanan kerja produk.

dipengaruhi oleh jumlah kontrol relatif terhadap c. Active jobs

jumlah tuntutan yang ditempatkan pada individu Active jobs ditandai sebagai

(Karasek, 1979; Karasek & Theorell, 1990). Empat pekerjaan dengan tuntutan yang tinggi

jenis lingkungan kerja yang dihasilkan oleh dan kontrol yang tinggi dan diperkirakan

interaksi antara tuntutan pekerjaan yang tinggi akan menghasilkan hasil yang positif

dan rendah dan kontrol pekerjaan: high-strain job, seperti regenerasi sehat dan keterlibatan

active job, low-strain job dan passive job. Deskripsi m e n i n g k a t . H a l i n i k a r e n a

singkatnya adalah sebagai berikut: meningkatnya gairah energi dapat

a. High-strain jobs disalurkan melalui kegiatan yang tepat

High-strain jobs adalah perwakilan dan aktif, memberdayakan pemecahan

dari pekerjaan dimana tuntutan yang masalah (yaitu, kontrol pekerjaan

tinggi dan kontrol yang rendah. tinggi). Active jobs terkait dengan aliran,

Pe ke r j a a n s e p e r t i i n i te rb u k t i keterlibatan dan motivasi untuk

menyebabkan kelelahan fisik dan mengembangkan keterampilan baru

tekanan psikologis (Karasek, 1979; misalnya, (Csikszentmihalyi, 1990;

Kinicki et al, 1996; van der Doef & Maes, Karasek & Theorell, 1990; Leiter &

1999). Temuan ini didasarkan pada Maslach, 2005). Banyak posisi

pemikiran bahwa tuntutan tinggi manajerial dan kepemimpinan

menghasilkan keadaan gairah energi merupakan perwakilan dari tuntutan

yang meningkat dalam individu dan kontrol pekerjaan tinggi (Karasek &

(misalnya, detak jantung meningkat, Theorell, 1990; Schaufeli & Bakker,

ekskresi adrenalin) yang tidak dapat 2004).

disalurkan secara tepat untuk respon d. Passive jobs

yang adaptif karena keterbatasan di Passive jobs merupakan pekerjaan

lingkungan kerja (yaitu, kontrol yang rendah baik pada kebutuhan

pekerjaan rendah). Pekerjaan yang dapat maupun kontrol. Penurunan bertahap

menimbulkan tekanan tinggi semacam p a d a ke m a m p u a n b e l a j a r d a n

ini banyak ditemukan pada industri kemampuan seseorang dapat terjadi

termasuk keuangan, asuransi, kesehatan, pada orang-orang yang diperlukan

dan manufaktur misalnya, (Moore et al, untuk bekerja dalam jenis lingkungan

2004; Schaufeli & Bakker, 2004). ini. Sementara passive jobs seringkali

b. Low-strain jobs membalikkan potensi manusia, individu

Low-strain jobs adalah perwakilan dalam jenis pekerjaan ini hanya

dari pekerjaan dimana tuntutan yang diharapkan untuk mengalami "tingkat

rendah dan kontrol yang tinggi. Karasek rata-rata tekanan psikologis dan risiko"

menggambarkan pekerjaan ini sebagai (Karasek & Theorell, 1990: 38). Efek ini

"jenis utopia tekanan pekerjaan yang dijelaskan dengan catatan bahwa

(6)

dalam tekanan psikologis, tuntutan karyawan untuk mencapai kinerja di luar harapan

pekerjaan rendah berarti kurangnya dengan mentransformasikan sikap, kepercayaan,

tekanan yang dihadapi. dan nilai-nilai para karyawan agar memperoleh

B. Gaya Kepemimpinan Transformasional kepatuhan. Bass mengidentifikasi beberapa sub

Kepemimpinan transformasional ini dimensi dari kepemimpinan transformasional

berpusat pada asumsi bahwa para pemimpin dapat antara lain: visi, komunikasi inspirasional,

mengubah keyakinan, asumsi, dan perilaku stimulasi intelektual, kepemimpinan suportif, dan

karyawan dengan menarik pentingnya kolektif pengenalan personal.

atau hasil organisasi. Secara konseptual, Kepemimpinan transformasional mengacu

kepemimpinan transformasional pada awalnya pada pemimpin yang berhasil menggerakkan

dibedakan dari model kepemimpinan karyawan melampaui kepentingan diri secara

transaksional yang mengandalkan kepentingan langsung melalui pengaruh ideal (karisma),

pribadi sebagai dasar memotivasi para karyawan inspirasi, stimulasi intelektual, atau pertimbangan

(Bass & Riggio, 2006). individual. Ini mengangkat tingkat kematangan

Kepemimpinan transformasional untuk karyawan dan cita-cita serta kemauan untuk

membandingkan tingkat kebutuhan karyawan, berprestasi, aktualisasi diri, dan kesejahteraan

untuk mendorong mereka melihat lebih jauh dari orang lain, organisasi, dan masyarakat. Pengaruh

hanya sekedar melihat kepentingan diri sendiri ideal dan gaya kepemimpinan inspirasional

dan fokus pada kebutuhan organisasi. Secara ditampilkan bila pemimpin membayangkan masa

kumulatif, kepemimpinan transformasional depan yang diinginkan, mengartikulasikan

memunculkan tujuan berkomitmen dan inovatif bagaimana hal itu dapat dicapai, menetapkan

pada pendekatan untuk manajemen dan hasil. contoh untuk diikuti, menetapkan standar kinerja

L e b i h k h u s u s l a g i , k e p e m i m p i n a n yang tinggi, dan menunjukkan tekad dan

transformasional diharapkan dapat membentuk keyakinan. Stimulasi Intelektual ditampilkan

perilaku karyawan melalui tiga proses psikologis ketika pemimpin membantu karyawan untuk

(Bass et.al., 2003: 208). menjadi lebih inovatif dan kreatif. Pertimbangan

Pemimpin transformasional mengarahkan individual ditampilkan ketika para pemimpin

dan mengilhami upaya karyawan dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan

meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya karyawan dengan dukungan dan pelatihan

nilai-nilai organisasi dan hasil. Proses ini pengembangan karyawan. Tugas delegasi

menuntut para pemimpin untuk menciptakan pemimpin sebagai kesempatan untuk

visi, misi, dan tujuan antara karyawan, pertumbuhan.

memberikan keyakinan dan arah tentang masa

depan organisasi. Daya tarik untuk tujuan yang

HIPOTESIS

lebih luas mengaktifkan tingkat kebutuhan

karyawan yang tinggi, mendorong mereka untuk Hipotesis alternatif/kerja/riset yang

m e n g a t a s i digunakan dalam penelitian ini adalah “Ada

kepentingan pribadi mereka sendiri demi hubungan antara gaya kepemimpinan

organisasi dan pelanggannya. transformasional dengan stres kerja karyawan

Pemimpin transformasional menginspirasi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya”.

karyawan sebagai sumber pengaruh ideal, berfungsi sebagai model peran, dan membangun kepercayaan diri dan kebanggaan karyawan dalam organisasi. Ketiga, pemimpin transformasional membantu karyawan mencapai misi tersebut dengan merangsang intelektual mereka untuk menantang asumsi lama tentang masalah organisasi dan praktek.

Dalam Rafferty & Griffin (2004: 330), Para pemimpin transformasional memotivasi para

METODE PENELITIAN

(7)

Model penelitian ini adalah penelitian masalah, serta peningkatan

korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan kemampuan mereka untuk

menyelidiki sejauhmana variasi pada satu memikirkan berbagai masalah

variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau dengan cara-cara yang baru.

lebih variabel lain, berdasarkan koefisien 4. S u p p o r t i ve l e a d e r s h i p :

korelasi (Azwar, 2004: 6-9). Mengekspresikan perhatian

Definisi atau batasan operasional dalam p a d a k a r y a w a n d a n

penelitian ini adalah sebagai berikut: m e m p e r t i m b a n g k a n

a . G a y a K e p e m i m p i n a n k e b u t u h a n - k e b u t u h a n

Transformasional individual mereka.

G a y a k e p e m i m p i n a n 5. P e r s o n a l r e c o g n i t i o n :

transformasional memotivasi para Ketentuan penghargaan

karyawan untuk mencapai kinerja di seperti pujian dan ucapan

l u a r h a r a p a n d e n g a n terima kasih atas usaha dalam

m e n t ra n s f o r m a s i k a n s i k a p, mencapai tujuan-tujuan yang

kepercayaan, dan nilai-nilai para telah dispesifikasikan.

kar yawan agar memperoleh b. Stres Kerja

kepatuhan. Bass mengidentifikasi Stres kerja adalah tekanan

beberapa sub dimensi dari psikologis yang timbul dari

efek-kepemimpinan transformasional efek tuntutan kerja dan keleluasaan

antara lain: visi, komunikasi keputusan kerja yang dimiliki oleh

inspirasional, stimulasi intelektual, karyawan. Tuntutan kerja diartikan

kepemimpinan suportif, dan sebagai stressor psikologis yang

pengenalan personal. ditemukan di lingkungan kerja,

Hasil dari alat ukur ini adalah terutama pada beban kerja berat

dapat menempatkan individu mulai yang diberikan. Keleluasaan

dari kategori gaya kepemimpinan keputusan kerja diartikan sebagai

transformasional hingga kategori sebuah ukuran kebijakan dalam

b u k a n g ay a ke p e m i m p i n a n pengambilan keputusan atau

transformasional. Alat ukur yang kontrol kerja; variabel ini

diciptakan oleh A.E. Rafferty dan dioperasionalisasikan dalam

M.A. Griffin ini terdiri dari 15 item berbagai cara seperti kewenangan

favorable dan keseluruhan item k a r y aw a n u n t u k m e m b u a t

diasumsikan telah mewakili sebagai keputusan terkait pekerjaan dan

indikator dari gaya kepemimpinan berbagai keterampilan yang

transformasional sendiri yang digunakan oleh karyawan pada

menggambarkan 5 skala atau pekerjaan.

dimensi pengukuran yaitu: Hasil dari alat ukur ini adalah

1. Vision: Ekspresi gambaran dapat menempatkan individu

ideal dari masa depan menurut mulai dari kategori stres kerja

nilai-nilai organisasional. karyawan rendah hingga kategori

2. Inspirational communication: stres kerja karyawan yang tinggi.

Ekspresi pesan positif dan Alat ukur yang digunakan untuk

pesan yang mendorong mengukur stres kerja karyawan

tentang organisasi, dan dikembangkan oleh Guimaraes, M.,

pernyataan yang membangun dkk. yang terdiri dari 17 item

motivasi dan keyakinan. pertanyaan yang menggambarkan 3

3. Intellectual stimulation: skala/dimensi pengukuran yaitu:

Peningkatan ketertarikan 1. Demands: Tekanan keadaan

(8)

2. Control: Kebebasan membuat keputusan tentang pekerjaan, k e m u n g k i n a n k a r y a w a n menggunakan kemampuan intelektual mereka untuk melakukan berbagai tugas kerja, dan tingkat otoritas para karyawan untuk membuat keputusan tentang bagaimana menyelesaikan tugas-tugas. 3. Support: Interaksi sosial antara

karyawan dan sesama karyawan atau pemimpin.

HASIL PENELITIAN

Uji normalitas, linearitas, dan korelasi ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11.5 for Windows dengan teknik Kolmogorov-Smirnov.

a. Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas Data

PEMBAHASAN

Dari analisis data yang telah diuraikan di atas, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa

angka signifikansi (sig) linearity gaya

kepemimpinan transformasional dengan

stres kerja karyawan adalah 0,000.

Sehingga dapat dikatakan bahwa gaya

kepemimpinan transformasional memiliki

hubungan yang linier dengan stres kerja

karyawan karena angka signifikansinya

kurang dari 0,05. Dari uji linearitas di atas

didapatkan hasil bahwa antar variabel

dalam penelitian ini memiliki hubungan

yang linier dan telah memenuhi asumsi

linearitas.

c. Uji Korelasi

Hasil Uji Korelasi Spearman Rank

Setelah dilakukan uji normalitas data

diketahui bahwa signifikansi variabel gaya

kepemimpinan transformasional (X)

adalah sebesar 0,123 nilai ini lebih besar

Berdasarkan tabel di atas diketahui

dari 0,05 sehingga variabel gaya

bahwa nilai koefisien korelasi variabel

kepemimpinan transformasional (X)

gaya kepemimpinan transformasional

dikatakan memiliki distribusi data yang

dengan stres kerja karyawan adalah sebesar

normal. Signifikansi variabel stres kerja

-0,450 dengan nilai signifikansi (p) sebesar

karyawan (Y) adalah sebesar 0,002 nilai ini

0,000. Hal tersebut dapat diartikan

lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel stres

probabilitas kurang dari 0,05, sehingga Ho

kerja karyawan (Y) dikatakan memiliki

ditolak. Maka, dapat dikatakan bahwa ada

distribusi data yang tidak normal.

hubungan antara variabel gaya

Sehingga, data yang ada pada penelitian ini

kepemimpinan transformasional dengan

adalah data dengan distribusi data yang

variabel stres kerja karyawan.

tidak normal.

b. Uji Linearitas

Hasil Uji Linearitas Gaya Kepemimpinan

Transformasional dengan Stres Kerja

Karyawan

Kolmogorov-Smirnovª Statistic Df Sig. Gaya Kepemimpinan

Transformasional .071 278 .123 Stres Kerja Karyawan .111 278 .002

Sum of

Squares df SquareMean F Sig. Gaya

Groups (Combined)Linearity 1846.4991078.125 331 1078.12555.955 69.2463.594 .000.000 Deviation

from Linearity

768.374 32 24.012 1.542 .037

Within

Karyawan Correlation Coefficient -.450** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

Karyawan Correlation Coefficient -.450** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

rho Kepemimpinan Gaya Transformasional

Karyawan Correlation Coefficient -.450** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .

N 278 278

(9)

signifikan antara gaya kepemimpinan menghormati dan memiliki kasih sayang

transformasional dengan stres kerja karyawan dengan yang lain. Para pemimpin yang efektif

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya. Hal ini menyeimbangkan antara inisiasi struktur

ditunjukkan dengan nilai signifikansi (p) (initiation structure) dan pertimbangan

kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) (consideration) untuk mengurangi stres kerja

ditolak. Selain itu, koefisien korelasi (r) yang dalam organisasi untuk mencapai tujuan

diperoleh negatif menunjukkan adanya organisasi. Ada hubungan yang sangat erat

hubungan yang negatif atau berbanding antara gaya kepemimpinan yang efektif dan

terbalik diantara keduanya. stres kerja, kinerja, kepuasan, dan omset. Gaya

Hasil penelitian ini mendukung hasil kepemimpinan yang efektif tidak hanya

penelitian-penelitian sebelumnya bahwa ada mempengaruhi karyawan tetapi juga

hubungan negatif yang signifikan antara gaya mempengaruhi lingkungan organisasi.

kepemimpinan transformasional dengan stres (Goleman, 2000).

kerja karyawan. Hakan V. Erkutlu, Jamel Chafra Penelitian lain menyatakan stres adalah

(2006) menunjukkan dalam studi mereka suatu kondisi mental dan fisik, yang secara

bahwa para pemimpin mereka yang langsung dan negatif mempengaruhi

menggunakan kekuasaan dan memberikan produktivitas, efektivitas, kesehatan pribadi,

instruksi kepada para karyawan tanpa dan kualitas kerja individu. Stres kerja dapat

memperhatikan ide-ide mereka sama sekali, dikonseptualisasikan sebagai reaksi individu

dapat menimbulkan efek negatif dalam untuk bekerja pada karakteristik lingkungan

organisasi. Perilaku kepemimpinan ini memiliki yang muncul dan mengancamnya. Karena

hubungan langsung dengan stres kerja tinggi akibat dari stres menunjukkan perlunya strategi

dan ini mungkin menjadi penyebab kepuasan untuk membatasi stres dalam organisasi.

rendah, komitmen yang rendah, daripada Kepemimpinan transformasional adalah

mereka yang mendengarkan ide-ide karyawan, sebagai salah satu strategi tersebut, yang telah

memiliki hubungan terbalik dengan stres kerja ditemukan untuk mendorong komunikasi

dan akan menyebabkan kepuasan tinggi, terbuka dengan karyawan, yang pada gilirannya,

komitmen tinggi, motivasi tinggi, dan tingkat mengurangi stres kerja karyawan. Gill et.al., dan

produktivitas yang tinggi. Dhaliwal (2010: 2) menemukan hubungan

Peneliti lain (Karasek, 1979; Ganster dan negatif antara kepemimpinan transformasional

Schaubroeck, 1991; Kahn dan Byosiere, 1992; dan stres kerja yaitu, kepemimpinan

Elangovan dan Xie, 2000; Cohen dan Wills, 1985; transformasional mengurangi stres kerja

Busch, 1980; Podsakoff dan Schriesheim, 1985; karyawan di industri jasa. Karyawan industri,

Sheridan dan Vredenburgh, 1978) menunjukkan seperti karyawan lain, menjadi sasaran dinamis,

bahwa ada hubungan positif antara kekuasaan multinasional, multi bahasa, untuk puncak

pemimpin dan stres kerja dan hubungan negatif yang tidak direncanakan atau yang tidak

antara kekuatan pribadi dan stres kerja. terduga dalam lingkungan kerja mereka, semua

Clarence J. Cunningham (1996) menggunakan memberikan kontribusi ke tingkat stres kerja

dua konsep perilaku pemimpin, inisiasi struktur yang lebih tinggi. Oleh karena itu, teori bahwa

(initiation structure) dan pertimbangan karyawan yang lebih berkomitmen untuk tujuan

(consideration) dalam studinya. Clarence J. dan misi organisasi dan tujuan (hasil

Cunningham menyarankan, "Inisiasi stuktur kepemimpinan transformasional), akan merasa

(initiation structure) adalah kombinasi dari stres kerja berkurang daripada mereka yang

membangun saluran komunikasi, mengenali kurang berkomitmen.

metodologi dan prosedur baru untuk mencapai Hasil penelitian ini telah menjawab

sebuah tujuan organisasi apakah pertimbangan rumusan masalah yang peneliti ajukan dalam

(consideration) adalah hubungan antara penelitian ini, yaitu ada hubungan antara gaya

pemimpin dan karyawan. Dalam pertimbangan kepemimpinan transformasional dengan stres

(consideration) para pemimpin dan karyawan kerja karyawan, akan tetapi perlu diingat bahwa

(10)

digeneralisasikan pada populasi penelitian saja,

SIMPULAN

yaitu kepada para karyawan PDAM Surya

Sembada Kota Surabaya yang telah bekerja Berdasarkan hasil analisis data dalam

minimal selama 15 bulan dan pendidikan penelitian ini, maka peneliti menyimpulkan

terakhir minimal SMA atau sederajat. bahwa:

Ada hubungan negatif yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja karyawan PDAM Surya

PUSTAKA ACUAN

Anoraga, Pandji. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Avolio, Bruce J. dan Bernard M. Bass. (1999). Re-examining the components of transformational and transactional leadership using the Multifactor Leadership Questionnaire. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 72(441-462).

Azwar, Saifuddin. (2004). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifuddin. (2007). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifuddin. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifuddin. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bass, Bernard M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: The Free Press.

Bass, Bernard M. (1999). Two Decades of Research and Development in Transformational Leadership. European Journal of Work and Organization Psychology, 8(1).

Bass, Bernard M. (2000). The Future of Leadership in Learning Organizations. The Journal of Leadership Studies, 7(3).

Bos Galak Bikin Karyawan Jadi Sakit-sakitan (2009, 9 November). Kompas [on-line]. Diakses pada tanggal 19 April 2011 dari

Erkutlu, Hakan V. dan Jamel Chafra. (2006). Relationship between leadership power bases and job stress of subordinates: example from boutique hotels. Journal of Leadership Power Bases and Job Stress, 5(29).

Gill, Amarjit, dkk. (2010). The Impact of Transformational Leadership and Empowerment on Employee Job Stress. Journal of Business and Economics, (2010), BEJ-3.

Guimaraes, Marcia, dkk. (2004). Short version of the “job stress scale”: a Portuguese-language adaptation. Journal of Rev Saude Publica, 38(2).

Jam, Farooq Ahmed. (2010). Impact of Leader behavior on Employee Job Stress: Evidence from Pakistan. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, 20, 1450-2275.

(11)

Keegan, Anne E. dan Deanne N. Den Hartog. (2004). Transformational leadership in a project-based environment: a comparative study of the leadership styles of project managers and line managers. International Journal of Project Management, 22 (2004), 609-617.

Kerlinger, Fred N. (2006). Azas-Azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Kumala, Dewi Nur. (2005). Skripsi Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Transformasional Terhadap Sumber Stres Kerja Karyawan dengan Mentoring sebagai Variabel Intervening Pada PT. Seng Fang Moulding Pekasa Di Jombang. Surabaya: Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga.

, Bob. (2007). Kendalikan Stres Anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lovelace, Kathi J., dkk. (2007). Work stress and leadership development: The role of self-leadership, shared leadership, physical fitness and flow in managing demands and increasing job control. International Journal of Human Resource Management Review, 17 (2007), 374-387.

Lyons, Joseph B. dan Tamera R. Schneider. (2009). The effects of leadership style on stress outcomes. International Journal of The Leadership Quarterly. 20 (2009), 737-748.

Munandar, A.S. (1994). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.

Nawawi, Hadari. (2006). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Priyatno, Duwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Rafferty, Alannah E. dan Mark A. griffin. (2004). Dimensions of transformational leadership: Conceptual and empirical extensions. International Journal of The Leadership Quarterly. 15 (2004), 329–354.

Santoso, Singgih. (2010). Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, Singgih. (2010). Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Siagian, Sondang P. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Sulsky, Lorne. dan Carlla Smith. (2005). Work Stress. New York: Thomson Wadsworth.

Zainuddin, M. (2000). Metodologi Penelitian. Surabaya: Universitas Airlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Sumbangan efektif antara variabel gaya kepemimpinan demokratis dengan kepuasan kerja guru sebesar 55% dan sisanya 45% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan

Selain itu hasil analisis koefisien korelasi berganda menunjukkan bahwa R sebesar 0,438 clan terletak didaerah 0,41-0,70 yang berarti bahwa variabel gaya

Adapun besarnya nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,812 dengan koefisien determinasi adalah 0,659 atau 65,9% yang berarti bahwa konstribusi gaya Kepemimpinan

1) Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, variabel Gaya Kepemimpinan Transaksional (X1) memiliki koefisien sebesar

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi dari 3 (tiga) variabel yang telah ditentukan yakni komunikasi interpersonal atasan bawahan, persepsi terhadap gaya

Hasil secara simultan bahwa Desain Pekerjaan dan Gaya Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja, Koefisien Korelasi sebesar 0,698 menunjukan hubungan kuat dan

Nilai koefisien determinasi yang dihasilkan dari perhitungan adalah sebesar 0,564 Hal itu menunjukkan bahwa Variabel Gaya kepemimpinan situasional mampu menjelaskan variabel

Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja pada perawat digunakan teknik koefisien korelasi spearman’s rho.. Koefisien