• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pemikiran Pendidikan Islam Konse

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pemikiran Pendidikan Islam Konse"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

Proses berpikir merupakan rangkaian aktifitas manusia di dalam membentuk peradaban dunia. Maka dengan berpikir dan berkeinginan, manusia menciptakan konstruksi peradaban di sepanjang sejarah kehidupannya di dunia.

Elaborasi berpikir, berhasrat, berkemauan inilah yang kemudian akan melahirkan ilmu sehingga dalam tataran praktis, ilmu tersebut membentuk konstruk yang menjadi instrument dalam melahirkan peradaban-peradaban, produk-produk budaya yang hebat di bumi ini.

Proses tersebutlah yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya, sehingga dalam tataran teologis, Allah swt. menyebutkan manusia sebagai kreator budaya dan peradaban di Bumi ini yang representatif, meskipun terjadi proses dialektika ketika itu antara Allah swt. dan para malaikatNya mengenai pantas dan tidaknya

laqab sebagai khali>fah yang diberikan Allah swt. kepada manusia

ketika itu.1

Dalam proses berpikir tersebut mengalami perkembangan-perkembangan yang signifikan hingga membentuk beragam aliran-aliran pemikiran. Aliran-aliran-aliran pemikiran tersebut merupakan dinamisasi yang ideal terjadi di dalam diri seorang pemikir yang lebih dikenal sebagai filosof.

Aliran-aliran pemikiran tersebut juga kemudian menghasilkan berbagai disiplin ilmu. Salah satunya adalah teologi. Teologi merupakan produk dari dinamisasi berpikirnya manusia yang ditempuh melalui aliran pemikiran dalam sebuah perenungan yang mendalam.

Produk pemikiran teologi tersebut kemudian akan menjadi landasan idiologis dari lahirnya beragam bidang di dalam kompleksitas kehidupan dunia. Salah satunya adalah bidang pemikiran pendidikan Islam. Dalam tataran praktis, akan ditemukan karakteristik yang

(2)

menjadi ciri khas dari pemikiran pendidikan Islam yang dipengaruhi oleh teologis. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari berbagai indikasi, di antaranya dapat dilihat dari perkembangannya di dalam khazanah pemikiran Islam, tokoh-tokoh yang menjadi pelaku yang berperan signifikan terhadap perkembangan teologis tersebut yang dapat dilacak dan ditemukan di dalam karya-karya monumentalnya, serta jejak teologi tersebut yang tertinggal di dalam pemikiran pendidikan Islam.

Berangkat dari hal tersebut makalah ini ditulis dengan judul “Pengaruh Teologi dalam Pemikiran Pendidikan Islam”.

B. Batasan dan Fokus Masalah

Makalah ini membahas tentang beberapa fokus dan batasan, yaitu: 1. Perkembangan Teologi dalam kh{azanahpemikiran Islam

2. Tokoh dan karya monumental

3. Jejak Teologi dalam pemikiran pendidikan Islam.

C. Definisi Operasional

Makalah ini membahas tentang beberapa istilah, penulis memberikan beberapa defenisi operasional terhadap istilah-istilah tersebut. Adapun istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu theos dan logos. Kata theos bermakna Tuhan, dan kata logos bermakna ilmu dan pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, teologi memiliki makna sebagai pengetahuan ketuhanan. Secara etimologi, istilah teologi memiliki arti pengetahuan mengenai tuhan.2 2. Tokoh dan karya monumental merupakan aktor yang berperan di

dalam menggagas pemikiran teologis yang akan dapat dilihat melalui karya-karya monumental yang ditinggalkannya

3. Jejak teologi dalam pemikiran pendidikan Islam dimaksud adalah merupakan rekaman perkembangan teologi yang berupa gagasan para ahli. Hal tersebut dapat ditemukan melalui tokoh-tokoh penggagasnya dan karya yang ditinggalkannya.

(3)

BAB II

PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Perkembangan Teologi dalam Khazanah Pemikiran Islam

Proses berpikir manusia senantiasa mengalami perkembangan dari masa ke masa. Dinamika perkembangan tersebut pada gilirannya berpotensi menghadirkan sebuah pergumulan yang dialektis dan terkadang mengancam kemapaman sebuah pemikiran yang ada ketika itu.

Pertarungan pemikiran antara dua kubu tersebut setidaknya memunculkan dua hal yang menarik untuk dapat diamati. Pertama, dalam khazanah dunia intelektual, pergumulan tersebut memberikan kontribusi yang positif bagi kalangan ilmuwan untuk dapat memperkaya kajian secara komparatif. Kedua, ketika pergumulan pemikiran tersebut tidak dapat terjalin dengan akomodatif koperatif, maka akan tampak kesenjangan yang bisa saja pada akhirnya memicu sebuah pertikaian yang berakhir dengan konflik fisik.

Ketentuan-ketentuan agama memang tetap (al-tha>bit), tetapi kondisi kehidupan terus berubah (al-muthaghayyir). Dan di antara seseuatu yang tetap dan berubah itu harus tetap ada bentuk-bentuk penyimpangan (al-mukha>laf>at). Penyimpangan yang dimaksud adalah perubahan pada yang tetap dan ketetapan pada yang berubah. Karna membuat tetap pada keadaan yang selalu berubah ini adalah merupakan sesuatu yang mustahil, maka yang selalu terjadi adalah perubahan pada apa-apa yang dianggap tetap di dalam agama, dan upaya mengubah sesuatu yang dianggap tetap itulah yang dinamakan ijtihad. Ijtihda memang tidak mutlak, tetapi ia harus tetap terjadi dan dimungkinkan.3

Deskripsi yang disampaikan Fouda tersebut cukup menjadi bahan analisis dalam mencermati sebuah perbedaan pemikiran dan

3 Farag Fouda, Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan

(4)

pemahaman yang terjadi di sepanjang perjalanan sejarah pemikiran Islam.

Secara historis aliran kalam (dalam hal ini ja’far menyamakan teologi sebagai ilmu kalam menukil pendapat Nasr) muncul secara signifikan bukan merupakan sejak periode kepemimpinan rasulullah saw. namun pucak perkembangannya ketika terjadi peristiwa perang shiffin, namun pada prinsipnya rasul telah mengajarkan ajaran-ajaran teologis tersebut kepada para sahabatnya, dan ketika pecah perang shiffin muncul beberapa aliran kalam seperti syi’ah, khawarij, Murji’ah,

Qadariyyah, Jabbariyah, Mu’tazilah, Asy ‘ariyah dan Maturidiyyah.4

1. Syi’ah

Secara etimologi, istilah syi’ah berasal dari bahasa Arab, yakni

Sya’a (jamak: Asyya’ dan Syiya’). istilah ini bisa berarti pengikut,

golongan, pendukung, pembela, dan pencinta.5

Syi’ah dikenal sebagai sebagai aliran pengikut ‘Ali bin Abi Thalib yang terkenal aliran yang paing tua di dunia islam.6Syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan khalifah Ali dengan pihak pasukan Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada perang Siffin yang dibut sebagai peristiwa at- Tahkim (arbitrasi) dan nampaknya pendapat ini lebih populer berkembang di masyarakat.7

Secara umum ada empat aliran Syi’ah, yakni Syi’ah Ghullat

(ekstrimi), Zaidiyah, Isma’iliyah, dan Itsna ‘Asyariyah. 8 Dalam kitab

Bihar al- Anwar yang dikutip oleh Tim Aswaja NU Center dalam

bukunya yang berjudul khazanah Aswaja menuliskan, Ada beberapa poin yang menjadi inti dari akidah dan ajaran Syi’ah di antaranya: a. Mereka menyepakati bahwa para nabi dan imam Syiah adalah

ma’shum dari dosa kecil maupun dosa besar den mereka

4 Dja’far siddik dan Ja’far, Jejak Langkah Intelektual Islam: Epistimologi,

Tokoh dan Karya (Medan: IAIN Press, 2010), h.14. 5Ibid.

6Ibid., h. 15

7Majelis Ulama Indonesia, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah

(5)

berkewajiban menolong (tawalli) para imamnya dan meninggalkan

(tabarri) para musuh-musuhnya. Dalam hal ini kelompok Syiah

Zaidiyah tidak sependapat dengan mereka.

b. Dalam catatan sejarah Syiah, Nabi saw. memiliki shahifah, lembar-lembar kertas yang selalu digantungkan di bahu pedang beliau

(Shahifah Dzu’abah as- Saif) . Kemudian beliau mendiktekan

hadis-hadis kepada Imam Ali. Kemudian setelah wafat Rasul, Ali memerlihara Shahifah tersebut dan kemudian dikenal dengan

Shuhufat Ali. Selain Shahifah tersebut, rasul juga menjelaskan

tentang hukum diyat dan dipercayai oleh kalangan Syiah juga selain itu rasul menjelaskan persoalan-persoalan lainnya melalui lembaran yang panjang kemudian dikenal dengan nama al-Jamiah.

c. Dalam penulisan hadis, kalangan Syiah mengklaim sudah menulis hadis sejak zaman Nabi Muhammad saw. hidup, tetapi yang berbeda adalah orang yang pertama sekali menulisnya adalah rasulullah saw. melalui tangan imam pertama yaitu Ali bin Abi Thalib. Di dalam Syiah ada al-Kutub al- Arba’ah sebagai acuan utama mereka. Kitab itu antara lain:

1) Al-kafi

Disusun oleh al-Kulaini memuat bukan hanya tentang hadis-hadis fiqih, ia juga mencakup tentang akidah, sejarah para ma’shumin

dan 14 orang-orang suci, yakni Nabi Muhammad saw., Sayyidah Fatimah az-Zahra dan 12 Imam Syiah

2) Man La Yadhuruhul Faqih

Penyusun kitab ini adalah Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain, memuat 5.963 hadis dengan 2050 hadis mursal, dan sisinya adalah hadis-hadis musnad bersambung periwayatannya menurut persepsi Syiah.

3) Tahdzib al-Ahkam dan 4). Al-istibshar

(6)

tentang isyarat-isyarat tentang kaidah ushul al-Fiqh dan rijal.

Dalam Tahdzib terdapat 13.590 hadis, sedangkan dalam dalam

al-Istibshar terdapat 5.511 hadis.9

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa aliran Syiah ini merupakan salah satu aliran yang tertua dan ia merupakan produk pemikiran Islam yang berkembang pada zaman Khalifah.

Jika dilihat dari keseluruhan ajaran dan doktrin yang terkandung di dalam ajaran Syiah, pemikiran dan praktik politik sangat kentara jika dilihat berdasarkan faktor terbesar lahirnya faham ini. Ada dua garis besar yang terkandung di dalam nilai-nilai ajarannya. Pertama, doktrin Imamah (kepemimpinan yang berhak setelah Rasul) kedua, ke Maksuman para Imam mazhab ini yang kemudian pada gilirannya akan menghasilkan praktek-praktek ibadah yang sedikit yang mempunyai karakteristik yang khas dan tidak terdapat di dalam ajaran-ajaran Sunny.

2. Khawarij

Pada mulanya pengikut aliran ini berpihak kepada khali Ali bin Abi Thalib (w. 661 M), lalu kemudian pada puncaknya perang Shiffin,

mereka termasuk pendukung Ali bin Abi Thalib yang tidak menyetujui adanya Tahkim yang dilakukan Muawiyah bin Abu Sofyan lantas kemudian mereka keluar dari barisan pendukung Ali. Mereka inilah mendirikan aliran Khawarij. Dikatakan Khawarij karena mereka telah keluar (kharaja, kharij, khawarij).10

Mereka memandang bahwa dirinya sebagai orang yang keluar dari kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah dan rasulNya. Mereka beranggapan bahwa perundingan antara Ali dan Muawiyah di dalam peristiwa tahkim tersebut adalah sebuah kesalahan yang dilakukan oleh kedua belah pihak sehingga kemudian kelompok ini berubah menjadi aliran teologi yang menganggap bahwa Ali dan Muawiyyah mengambil perundingan bukan berdasarkan hukum Allah

9 Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja: Memahami,

Mengamalkan dan Mendakwahkan Ahlussunnah Wal Jama’ah (Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, 2016),h. 326-329.

(7)

karena tidak ada hukum selain hukum yang ada di sisi Allah swt. dan kedua belah pihak (antara Ali dan Muawiyah) beserta para pengikutnya dianggap telah berbuat dosa besar dan wajib diperangi serta dibunuh oleh mereka.11

Muhammad Abu Zahrah menyebut perbedaan di dalam aliran Khawarij sendiri sangat banyak sehingga menyebabkan kekalahan meskipun di medan peperangan mereka memiliki pasukan yang tangguh.12

Jika dianalisis dari uraian di atas, aliran Khawarij ini merupakan aliran yang berada pada oposisi kedua belah pihak sehingga pada proses selanjutnya mereka kemudian menjadi musuh bersama antara pihak Ali maupun Muawiyah.

Belakangan gerakan ini kemudian sebagai Prototive radikalisme hingga saat ini. Pemahaman radikalisme tersebut bukan hanya sebatas ruang pemikiran saja tetapi kemudian berimplikasi terhadap gerakan mereka. Mereka memahami alquran secara tekstual saja tanpa melakukan penafsiran lebih jauh. Al-Azariqah, (salah satu sekte di dalam Khawarij) misalnya, berpendapat bahwa pelaku dosa besar disebut Musyrik dan sudah tidak terampuni lagi dosanya termasuk kepada pihak yang tidak sepaham dengan mereka. Dan bahkan mereka yang sefaham namun tidak mau hijrah ke daerah mereka dianggap sebagi musuh.13

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan faham-faham radikalisme yang semakin subur akhir-akhir ini merupakan bentuk lain dari aliran Khawarij yang ada pada zaman klasik saat itu. Sehingga aliran pemikiran tersebut diimplementasikan kepada tindakan ekstrimis yang mengakibatkan runtuhnya tatanan perdamaian yang ada di sebagiaan negeri di dunia seperti di antaranya konflik yang terjadi di

11 Nawir Yuslem, Metodologi dan Pendekatan dalam Pengkajian Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2013), h. 119.

12 Tim Aswaja NU,khazanah.,h. 333.

(8)

Syam, (Suriah), Iraq, dan negara Timur Tengah yang saat ini menjadi perhatian masyarakat internasional.

Jika ditelusuri kelompok ini terdiri dari para sahabat Nabi yang utama, yang kemuliaan dan kehormatan mereka sandang sebagai generasi-generasi terbaik setelah periode kehidupan rasul saw. Mereka para kelompok khawarij ini dikenal dengan namaal-qurra (para pembaca dan penghafal al-Quran) diberi nama dan gelar kehormatan kepada mereka dikarenakan mereka merupakan ahli dan penghafal alquran.14

3. Murji’ah

Aliran ini muncul bersamaan dengan aliran Syiah dan Kharwarij. Aliran ini bersikap netral tidak memihak kepada Ali maupun Muawiyyah, sehingga di dalam ajaran teologisnya, aliran ini mempercayai bahwa para sahabat yang bertentangan merupakan orang-orang yang dapat dipercaya dan tidak keluar dari ajaran Islam, karena itu mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang sebenarnya bersalah dan memilih menunda (arja’a) sehingga mereka menganggap segala persoalan diserahkan kepada Allah swt. yang akan mengadili di hari kemudian.15

Murji’ah tidak memberikan judgement apapun terhadap pelaku dosa besar, urusan hukuman tersebut hanyalah Allah swt. yang berhak mengadilinya. Tentang keyakinan, kaun Murji’ah beranggapan bahwa iman itu adalah sekedar pengetahuan akan keesan Allah swt. iman itu statis, tidak dapat bertambah dan berkurang, dan sama sekali tidak ada sedikitpun hubungannya dengan amalan seseorang.16

Hal ini tentunya berbeda dengan faham mayoritas umat Islam, ketika itu dan sampai saat ini bahwa iman seorang mengalami fluktuasi dan dapat diukur dari amalan seseorang hamba tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah swt. di dalam alquran:

14 Ahmad Zaini, “Mengurai Sejarah Timbulnya Pemikiran kalam dalam Islam,” dalam Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf, vol. 1, h. 78.

15 Nawir Yuslem, metodologi, h. 120.

(9)

mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, Maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.”17

Sebagaimana Khawarij, Murji’ah ini juga terbagi kepada beberapa sekte. Para penulis sejarah kalam biasa membaginya di dalam dua kelompok besar. Murji’ah Ekstrim dan Moderat. Para tokoh terkemuka aliran ini antara lain Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu hanifah, Abu Yusuf dan sejumlah ulama hadis lainnya.18

Dari penjelasan di atas jelas bahwa secara teologis murji’ah merupakan aliran yang menganggap bahwa Allah yang berhak untuk menghukum hambaNya kelak di hari kiamat dan implikasinya, aliran ini menganggap perbuatan dosa besar maupun kecil tidak berdampak apapun bagi keimanan seseorang sehingga pada gilirannya akan menyepelekan tindakan-tindakan kemaksiatan yang mereka lakukan di dunia.

4. Qadariyyah

Pelopor dari aliran ini adalah Ma’bad al-Juhani (w. 700 M) dan dikembangkan secara aktif oleh Gailan al-Dimasyqi (w. Abad 8 M). Yang paling menonjol dari ajaran ini adalah bahwa manusia memiliki kekuasaan penuh dalam melaksanakan perbuatannya.19

Ignas Goldziher, yang dikutip Kartanegara menjelaskan bahwa khalifah Bani Umayyah sering mengklaim bahwa mereka memegang kekuasaan sekarang ini sesuai dengan ketentuan atau takdir, dan orang yang menantang ketentuan ini dianggap mereka para pemberontak dan

(10)

kafir, dari sinilah kemudian apa yang disebut dengan kaum Qadariyah muncul. Adapun ide dari ajaran mereka adalah bahwa manusia mempunyai pilihan, dan bahwa dari Tuhan akan muncul kebaikan, sedangkan kejahatan timbul dari manusia atau setan.20

Dengan kata lain, manusia tidak dipaksa dan bebas melakukan perbuatannya sendiri, tidak ada kekuatan terhadap segala perbuatannya kecuali atas keinginan dan kehendak manusia itu sendiri. Cukup dengan pernyataan secara lisan, manusia sudah dapat dikatakan beriman kepada Allah dan rasulNya tanpa ada keterkaitan dengan amalan sehari-hari.21

Jika dicermati, ada kesamaan paham ini dengan murji’ah dari segi amaliyah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan naik turunnya keimanan seseorang, namun dari segi keyakinan, terdapat perbedaan mendasar yang terdapat di dalam aliran ini dibanding dengan aliran-aliran yang lainnya. Terdapat dominasi manusia yang signifikan terhadap ketentuan dan tindakannya di dunia tanpa adanya intervensi Tuhan.

5. Jabariyah

Aliran ini didirikan oleh Ja’ad bin dirham (w. 742 M) dan dikembangkan pengikutnya seperti Jahm bin Sofyan (w. 749 M) yang memuat pemahaman penting tentang keterpaksaan manusia akan dominasi perbuatan Allah di dalam kehidupannya. Dalam hal ini, manusia tidak mempunyai kemampuan dan daya upaya di dalam melakukan seluruh tindakan di dalam aktifitasnya.22

Aliran ini terpecah menjadi tiga aliran kecil, yakini Jahmiyah, yang dipimpin oleh Jaham sendiri, Jajjariyah yang dipimpin oleh Husin bin Muhammad an- Najjar dan Dlirariyah yang dipimpin oleh Diral bin Umar.23

Harun Nasution yang dikutip oleh Arsyad menetapkan beberapa ciri paham Jabbariyah antara lain:

20 Mulyadhi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam: Bunga Rampai dari

Chicago (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 174. 21 Nawir, Metodologi, h. 120

(11)

a. Kedudukan akal rendah

b. Ketidakbiasaan manusia dalam kemauan dan perbuatan c. Kebebasan berfikir yang diikat oleh dogma

d. Ketidakpercayaan kepada Sunatullah dan dogma e. Terikat pada tekstual alquran dan hadis

f. Statis dalam sikap dan perbuatan. 24

Berdasarkan kriteria di atas dapat dipahami bahwa Jabbariyah menitik beratkan kepada sikap kepasrahan total kepada Allah swt. di dalam menilai takdir dan segala aktifitas manusia dan makhluk hidup di alam semesta ini merupakan otoritas kemutlakan di Tuhan.

6. Mu’tazilah

Aliran ini didirikan oleh Washil bin Atha’ (w. 699-748 M).25 Kelompok ini meneruskan ide-ide Qadariyah yang terkenal sebagai kaum rasionalis Islam. Washil bin ‘Atha’ menghadiri majelis Hasan al-Basri dan terjadi diskusi mengenai pelaku dosa besar, suatu yang ramai dibicarakan ketika itu dan ia berbeda pendapat dari Hasan al-basri kemudian memisahkan diri (i’tazala).26 Kemudian dia membuat majelis lain di mesjid.

Ada lima dasar ajaran utama (al-Khusulul al-Khamsah) ajaran Mu’tazilah, yaitu:

a. Prinsip Tauhid

Mereka tidak mempercayai sifat-sifat Allah swt. sebab dengan menetapkannya dianggap perbuatan musyrik karena sifat Allah merupakan qadim bagaimana mungkin sifat dan dzatnya memiliki sifat yang Qadim secara bersamaan.

b. Al-‘Adl

Dalam pandangan Mu’tazilah, Allah swt. tidak menyukai kerusakan, dan tidak menciptakan perbuatan hamba (af’alul ‘Ibad),

24 Arsyad AT, “Pendidikan Islam Perspektif Teologi,” dalam Jurnal

Al-Hikmah,vol. XIV, h. 218. 25 Dja’far, Jejak, h. 18.

(12)

namun mereka melakukan dan meninggalkan apa yang mereka laksanakan menurut kehendak mereka sendiri.

c. Al-Wa’d wa al- ‘Wa’id

Janji dan siksa allah swt. pasti akan datang sesuai dengan yang dijanjikannya. Orang yang berbuat dosa besar tidak dapat diampuni kecuali dengan bertaubat. Pendapat ini membantah prinsip Murji’ah yang menyatakan maksiat tidak berbahaya selagi ada iman, sebagaimana ketaatan tidak bermamfaat bila disertai kekufuran.

d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain

Orang fasik yang berboat dosa besar tidak dapat dikatakan sebagai mukmin dan tidak pula disebut sebagai kafir dan mereka diyakini bahwa akan berada pada tempat di antara kedua tempat.

e. Amr Ma’ruf Nahi Munkar

Prinsip ini berfungsi untuk menyebarkan Islam dan memberi pencerahan bagi orang-orang yang tersesat, juga untuk menangkal serangan orang-orang yang berusaha mencampuradukkan (talbis) antara yang benar dan salah. 27

Kaum Mu’tazilah percaya bahwa Tuhan mengatur alam semata melalui Sunatullah yang sering ditafsirkan hukum alam dan sekali diciptakan dengan kadar/sifat-sifat tertentu yang bersifat universal yang pada akhirnya tidak bisa diubah oleh Tuhan sehingga konsekuensinya membatasi kekuasaan Tuhan itu sendiri.28

7. Asy ‘ariyyah

Mazhab Asy’ari dinisbatkan kepada pendirinya, Imam Abu al-Hasan al-‘Asy’ari yang diikuti mayoritas kaum Muslimin Ahlusunnah wal jama’ah dari dahulu hingga saat ini. Menurut Subki dan az-Zabidi, Ahlu Sunnah Wal Jama’ah itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu Ahl

al-Hadits (yang mendasarkan argumentasi keagamaannya pada dalil

Alquran as-Sunnah dan al-‘Ijma’), Ahl an- Nazar al-Aqly (kalangan rasionalis) dan as-Sufiyah (ahli tasawuf). Menurut as-Safaraini dari

(13)

kalangan mazhab Hambali ketiga kelompok itu adalah al-Atsariyyah,

al-‘Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah.29

Imam Abu al-Hasan al- ‘Asy’ari hidup pada paruh kedua abad ketiga dan paruh pertama abad keempat Hijriyah. Periode tersebut menyaksikan beragam peristiwa penting dalam bidang pemikiran yang memiliki pengaruh dominan dalam dinamika ilmu kalam (teologi) secara spesifik. 30

Menurut Subhi, pada mulanya al-‘Asy’ari termasuk pengikut paham Mu’tazilah sampai beliau berumur 40 tahun.31 Ada dua hal yang melatarbelakangi perpindahan al-‘Asy’ari dari Mu’tazilah ke Ahlussunah wal Jama’ah. Pertama, ketidakpuasan al-‘Asy’ari terhadap ideologi Mu’tazilah yang selalu mendahulukan akal tetapi tidak jarang menemukan jalan buntu dan mudah dipatahkan dengan argumentasi akal yang sama.

Kedua, beliau bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw. suatu saat pada permulaan ramadhan, dan beliau berkata: Wahai Ali, tolonglah pendapat-pendapat yang diriwayatkan dariku, karena itu yang benar.”Setelah terbangun, al-‘Asy’ari merasakan mimpi itu sangat berat dalam pikirannya. Pada pertengahan Ramadhan ia bermimpi kembali dan rasul saw. berkata: “Apa yang kamu lakukan dengan perintahku dulu?” Al-‘Asy’ari menjawab: “Aku telah memberikan pengertian yang benar terhadap pendapat-pendapat yang diriwayatkan darimu.”Nabi saw. berkata: “Tolonglah pendapat-pendapat yang diriwayatkan dariku, karena itul yang benar.” Setelah terbangun, al-Asy’ari merasa sangat etrbebani dan bermaksud hendak meninggalkan ilmu kalam namun pada 27 Ramadhan ia bermimpi kembali dan rasul saw. berkata: “Apa yang kau lakukan dengan perintahku dulu?” al-‘Asy’ari menjawab bahwa dia telah meninggalkan ilmu kalam dan konsentrasi di dalam mengajar Alquran dan hadis, lalu Nabi

29 Tim Aswaja, Khazanah, h. 16. 30Ibid, h. 19

(14)

berkata:”Aku tidak menyuruhmu meninggalkan ilmu kalam, tapi aku hanya memerintahkanku menolong pendapat-pendapat yang diriwayatkan dariku, karena itu yang benar.” Ia menjawab: “Wahai Rasulullah, bagaimana aku mampu meninggalkan mazhab yang telah aku ketahui masalah-masalah dan dalil-dalilnya sejak tiga puluh tahun yang lalu hanya karena mimpi?” Nabi berkata: “Andaikan aku tidak tahun bahwa Allah swt. akan menolongmu dengan pertolonganNya, tentu aku akan menjelaskan kepadamu semua jawaban masalah-masalah (ajaran Mu’tazilah) itu. Bersungguh-sungguhlah kamu dalam masalah ini, Allah akan menolongmu dengan pertolonganNya”. Setelah bangun dari tidurnya al-‘Asy’ari berkata: “selain kebenaran pasti hanya kesesatan.” lalu ia mulai membela hadis yang berkaitan dengan

ru’yah (melihat Allah di akhirat), syafaat dan lain-lain.32

8. Maturidiyyah

Nama aliran ini diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad al- Maturidi, ia lahir di Samarkand pada pertengahan ke-2 abad ke 9 Masehi dan meninggal pada 944 M dan merupakan pengikut Abu Hanifah dan sistem teologi yang dianut mereka termasuk golongan ahlu sunnah wal jamaah dan dikenal dengan nama Al-maturidiyah.33

Al-Maturidi hidup Pada abad 3 dan 4 (abad 9 dan ke-10), pada masa kekhalifahan al-Ma’mun (198-218/813-833). Pada masa itu gerakan intelektual berkembang sangat signifikan, pengaruh filsafat Yunani mengalami titik perkembagan tertinggi pada pemerintahan ini. Al-Ma’mun dikenal sebagai khalifah yang mengirim utusan hingga ke Konstatinopel, langsung kepada Raja Leo dari Armenia untuk mencari karya-karya Yunani.34

32 Tim Aswaja, khazanah, h. 29-30.

33 Abu Zar,”Pemikiran al-Maturidiyah dalam Pemikiran Islam”, dalam Jurnal

Adabiyah, vol.XIV, h. 151.

(15)

Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang berdirinya aliran al-Maturidi ini, yaitu:

a. Ketidakpuasan terhadap konsep teologi Mu‟tazilah yang terlalu berlebihan dalam memberikan otoritas pada akal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa judul tulisannya yang secara eksplisit menggambarkan penolakannya terhadap Mu‟tazilah, seperti Kitab

Radd Awa‟il al-Adillah li al-Ka‟bi, Kitab Radd Tahdhib al-Jadal li

al-Ka‟bi dan Kitab Bayan Wahm al-Mu‟tazilah (Al-Syahrastani,

t.th.,: 76-77). Dan pada saat yang sama al-Maturidi juga tidak puas atas konsep teologi ulama salaf yang mengabaikan penggunaan akal.

b. Kekhawatiran atas meluasnya ajaran Syi‟ah terutama aliran Qaramithah yang dengan keras menentang ulama-ulama salaf. Khusus pada wilayah Asia tengah aliran ini banyak dipengaruhi oleh paham Mazdakism, sebuah aliran komunis yang dicetuskan oleh mazdak bin Bambadh seorang reformis abad ke-5 M.35

Berangkat dari dua faktor tersebut, al-Maturidi mendirikan aliran ini sebagai jalan tengah aliran rasional Mu’tazilah dan aliran Tradisional, bersama-sama dengan aliran Asy’ari dengan metodologi yang hampir sama, namun jika diteliti, terdapat perbedaan di antara mereka.

Al-Maturidi mengembangkan aliran teologinya memberikan otoritas yang cukup besar kepada akal, misalnya baik dan buruk dapat diketahui oleh akal walaupun tidak ada wahyu, karena baik dan buruk dinilai berdasarkan substansinya, sedangkan baik dan buruk menurut ‘Asy’ari dinilai menurut syara’.

Pemahaman Maturidi dilatarbelakangi oleh: pertama, al-Maturidi bermazhab Hanafi, aliran yang dikenal sebagi Rasionalis di dalam bidang fiqih. Kemudian latar belakang pendidikan al-Maturidi juga berguru kepada empat ulama besar penganut Hanafi, maka pemahamannya kental dengan pendapat Imam Hanafi. Kedua, situasi

35 Hamka, “Maturidiyah: Kelahiran dan Perkembangannya”, dalam Jurnal

(16)

kondisi dikediaman al-Marturidi Asia Tengah (Samarqand) cukup heterogen dari berbagai jenis agama dan aliran teologi lainnya.36

Kedua perbedaan itu menjadikan karakteristik yang khas bagi masing-masing ajarannya, namun pada prakteknya, hingga saat ini Asy’ariyah dan Maturidiyah selalu menjadi sebuah alternatif yang saling mendukung.

B. Tokoh dan Karya Monumental

Sejak awal jazirah Arab, dengan Makkah dan Madinah memiliki posisi yang khas dalam sejarah peradaban Islam sebagai kota perjuangan Rasul, pusat kegiatan ibadah haji, Makkah dan Madinah memiliki nilai spiritual yang tinggi dan tidak dimiliki oleh kota manapun.37

Hal ini menjadikan kedua kota tersebut sebagai poros kemajuan peradaban ilmu pengetahuan. Peran Kosmopolit kedua kota ini secara simultan menghasilkan banyak kalangan ulama dan intelektual dari berbagai belahan dunia yang pada kemudian nantinya menyebar dan berkhitmad terhadap ilmu-ilmu yang didapatnya di daerah asal mereka.

Hal tersebut membuka ruang seluas-luas terhadap kemajuan ilmu pengetahuan pada masa tersebut dengan ditandai gerakan intelektual membangun keilmuwan dalam rangka meraih dan membangun kesadaran akan pentingnya ilmu sebagai instrumen di dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sehingga pada gilirannya umat Islam pernah menjadi poros peradaban yang diperhitungkan dalam kancah peradaban dunia ketika itu. Hal ini dipengaruhi oleh semangat intelektualisme dan modernisme Muslim klasik ketika itu. Sikap modernisme ditandai dengan menerima segala sesuatu yang baik untuk kemajuan diri dan kepentingan orang banyak baik itu berupa ilmu, informasi yang berkembang dan sebagainya. Moderen juga identik dengan pembaharuan. Pembaharuan

36 Hamka, Maturidiyah, h. 262.

(17)

berarti upaya memperbaharui pemahaman agama Islam dari pemahaman lama kepada pemahaman baru yang diinginkan.38

Setidaknya menurut Hasan, ada beberapa aspek yang menjadi penting mengapa gerakan intelektualisme zaman klasik ketika itu pernah mencapai puncak kejayaannya. Aspek itu antara lain ialah:

1. Sikap terhadap ilmu pengetahuan

Secara umum Islam adalah agama yang berlandaskan iman dan pengetahuan sehingga semakin baik dan tinggi keilmuwan seseorang akan semakin tinggi pula keimanannya karena memahami dengan baik keyakinan yang ia miliki dengan keilmuannya.

2. Akal dan dorongan penggunaannya

Di dalam teks Alquran, memberikan penekanan tersendiri akan pentingnya menggunakan akal untuk memahami alam maupun dirinya sendiri.

3. Ijtihad

Ijtihad adalah upaya intelektual bersungguh-sungguh untuk mencapai suatu pandangan tertentu tentang agama. Penekanan pada penggunaan akal seseorang adalah salah satu bagian dari metode ijtihad.

4. Kebebasan akademis dan kelapangan hati menerima perbedaan merupakan ciri-ciri dari sikap muslim klasik di masa tersebut, misalnya pada imam mazhab yang empat, menganut pandangan yang berbeda-beda dalam banyak hal namun mereka tidak saling memusuhi antara satu dengan lainnya.

5. Munazarah

Salah wujud dari kebebasan tersebut adalah debat terbuka

(Munazarah). Kegiatan ini menjadi semacam keriteria kualitas

keilmuan seseorang. Ia juga berfungsi sebagai arena penajaman pandangan dan pembuktian kekuatan dalil yang dimiliki seorang ilmuwan dalam mendukung pandangannya.

(18)

6. Mobilitas intelektual

Rihlah ilmiah (perjalanan ilmiah) adalah konsep intelektualisme

muslim klasik yang mewakili aspek mobilitas ini. Seorang ilmuwan ketika itu memiliki tingkat mobilitas keilmuwan yang cukup tinggi.39

Keenam aspek di atas merupakan ciri khas yang menjadikan era Muslim klasik ketika itu sangat diperhitungan di dunia Internasional. Namun fase demi fase berlalu, kemerosotan intelektualisme muslim klasik semakin membesar disusul dengan bangkitnya gerakan revolusi Industri dan Revolusi Prancis yang merupakan simbol atas peralihan masyarakat Eropa dari Agrikultural menjadi masyarakat industri.

Revolusi ini membangkitkan kekuatan ekonomi Eropa sehingga secara signifikan orang Eropa mempunyai kekuatan ekonomi dan perlahan-lahan melingkari wilayah dunia Islam. Gerakan kolonialisme yang dilakukan Eropa secara praktis menjadikan bangsa Muslim terjajah dalam waktu yang cukup lama.40

Deskripsi singkat tersebut menghantarkan kepada sebuah pemahaman bahwa, dengan mempelajari tokoh dan karyanya yang pernah mendapatkan tempat yang khusus di dalam kemajuan inteletualisme dunia, akan ditemukan sebuah tawaran yang pada gilirannya akan menjadi sebuah praksis di dalam membebaskan belenggu perkembangan peradaban Muslim saat ini dalam skala internasional maupun lokal.

1). Imam al-Ghazali

Terdapat karya tulis yang menuliskan tentang biografi Imam al-Ghazali dalam jumlah yang besar mengingat dia adalah seorang ulama yang sangat termasyhur di dunia Internasional dan terutama di Indonesia. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin At-Thusi al-Ghazali, lahir di Thus pada tahun 450 H (1059). Thus adalah sebuah kota kecil di Iran.

39 Hasan Asari, Menguak Sejarah Mencari Ibrah: Risalah Sejarah-Sosial

(19)

Ayahnya pengikut tasawuf yang menitipkan al-Ghazali kepada seorang ahli sufi untuk mendapatkan pendidikan dan pemeliharaan di dalam hidupnya.41

Beberapa karyanya yang relevan di dalam bidang pendidikan Islam adalah sebagai seperti Ihya Ulumuddin, Ma’arij al-Quds fi Madarij Ma’rifat al-Nafs, Miyar al-‘Ilm. Al-Mustashfa fi ‘ilm al-Ushul, Mizan

al-‘a\A’mal, Al-risalah al-Laduniyah, Misykat al-Anwar,dan sebagainya.

2). Al-Khatib al-Bagdadi

Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Ali ibn Tsabit ibn Ahmad ib Mahdy, dilahirkan di Ghaziyyah di Bagdad pada Jumadil Akhir 392 H dan wafat di Bagdad pada 463 H.42

Jika dilihat dari aktifitas keilmuwan dan keyakinannya di bidang Ushul (kalam) dan fiqh, ia menganut paham Asy’ariyah dan Syafi’iyyah.

Ia termasuk ulama yang produktif tidak ada yang dapat memastikan berapa kitab yang ditulisnya diperkirakan ia menulis sebanyak 156 kitab. Yang paling terkenal dan monumental adalah Tarikh Bagdad. Adapun karyanya di bidang pendidikan antara lain:

a) Iqtidha Al-‘Ilm Al-‘Amal,

b) Al-Jami’li Akhlaq Ar-Rawi wa Adab As-Sami’

c) Syaraf Ahl Al-Hadits,

d) Nasihat Ahl Al-Hadits

e) Taqyiid Al-‘Ilm

f) Ar-Rihlah fi Thalab Al-Hadits

g) Al-Faqih wa- Al-Mutafaqqih.43

3). Ibnu Miskawaih

Ibnu Maskawaih dikenal dengan julukan Al-Khazin, digelari juga guru ketiga setelah Aristoteles dan Al-Farabi. Ia lahir di teheran tahun 320 H/932 H dan wafat tahun 421 H/1030 M. Tidak ditemukan karayanya khusus membahas tentang pendidikan, namun ada beberapa

41 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 243.

(20)

buku yang pembahasannya dinilai banyak berkaitan tentang pendidikan. Sperti pada karyanya Tahzib. Memuat tentang penjelasan konsep manusia, setruktur diri dan jiwa manusia. Menurut Maskawaih jiwa yang terdapat pada diri manusia yang merupakan Substansi yang tidak dapat diindra terdiri atas jiwa rasional (an-natiqoh) apetitif (asy-syabu’iyah) dan syahwat (al-bahimiyah).44

4). Ibnu Taimiyyah

Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Abd-Halim Ibn. Abd. As-Salam Ibn Taimiyyah. Ia dilahirkan di Harran, Siria, pada hari Senin 10 Rabi’ Al-Awwal 661 H/1263 M. Keluarga besarnya merupakan keluarga yang amat terpelajar. Ia dinyatakan sebagai Mujtahid Mutlak yang salah satu kitabnya Muntaqa Al-Akhbar, disyarahkan Asy-Syaukani dalam

Nail-Al-Authar. Ayahnya, Syihab Ad-Din Abd Halim Ibn Abd As-Salam

(627-685) adalah seorang ulama besar yang disamping sebagai khatib dan Imam besar serta guru tafsir dan hadis di masjid raya Damaskus.45

Adapun karya-karya beliau antara lain: a) Bidang Tasawuf

 Al-Fatawa fi ‘Ilmi As-Suluk

 Iqtida As-Shirat Al-Mustaqim

 Qaidah fi Ash-Shabri

 Ash-Shufiyah wa al-Fuqara

 Qaidah fi Ar-Raddi ‘ala Al-Ghazali fi Mas’alati At-Tawakkul.

b) Bidang Logika

 Al-Fatawa fi Kitab Al-Mantiq

 Dar At-Tarud al-‘aql wa an-Naql.

c) Bidang Logika

 Al-Fatawa fi Kitab al-Mantiq

 Dar at-Tarud al-‘Aql wa an-Naql

d) Bidang Alquran

44Ibid, h. 289.

(21)

 Ar-risalah al-‘Ubudiyah ila Tafsir Qawlihi Ta’ala Ya Ayyuhannas U’budu Rabbaka

 Dar at-Tarud al-‘Aql wa an-Naql

5). Syed Muhammad an-Naquib al-Attas

Lahir di Bogor, Jawa Jawa Barat 5 September 1931, seorang sejarawan, ahli filsafat dan seniman berkebangsaan Malaysia. Dalam dunia akedemis, ia dikenal sebagai sejarawan yang mengkhususkan diri pada sejarah Islam melayu. Merupakan pendiri The International Institute of Islamic Thougth and Civilization (ISTAC), Kuala Lumpur.

Nenek moyangnya berasal dari Hadramaut, ibunya keturunan bangsawan Sunda. Naquib sering dikaitkan dengan gagasan Islamisasi ilmu. Ilmu, menurutnya merupakan sumber dari segala masalah yang ada di dunia ini.46

Beliau merupakan pemikir Muslim pada era modern yang merupakan rujukan bagi dunia pendidikan. Adapun karya-karyanya antara lain seperti, Preliminary Statement On a General Theory of The Islam, (1969) Some Aspects of sufims as Undrstood and Practised Among the Malay (1963), Aims and Objecktives of islamic Educations (1979), the Nature of man and The Fhilosofy of Science (1989), Islam and Philosohy of Sciences (1989), On Quiddity and Essence-An Outline Of The Basic Structure of Reality in Islamic Metaphysics (1990), The Intuition of Existence- A Fundamental basis of Islamic Metahysics

(1990).47

6). Said Husin Nasr

Ia dilahirkan di Teheran, Iran (1933), anak dari seorang ulama yang menonjol dan mengirimnya belajar kepada sejumlah ulama besar Iran, termasuk kepada Ayatullah Muhammad Husin Tabataba’i (1310 H/1892 M-1401 H/ 1981 M).

Bersama Ayatullah Murtada Muttahari (1919-1979) dan Ali Syari’ati ( 1933-1977) dan beberapa tokoh lain pada akhir 1965

46 Dewan Redaksi, Hasan Muarif et.al.,Suplemen Ensiklopedi Islam, ed. Abdul Aziz Dahlan (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 79.

(22)

mendirikan Husyaimiah Irsyad, lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan ideoligi Islam berdasarkan perspektif syiah, yang merupakan pusat kaderisasi pemuda militan revolusioner.

Kemudian ia bersertu dengan Ali dan keluar di lembaga tersebut mengecam tindakan Ali Syari’ati yang lebih menekankan Islam revolusioner dan meninggalkan aspek spiritualitasnya.

Menjelang revolusi Iran, ia berada di Amerika dan mengajar di berbagai universitas seperti Temple University, Philadelphia, dan George Wasingthon University. Ia menulis banyak buku di antaranya: Three Sage Moslem, Ideals and Realities in Islam, An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines, Sciences and Civilization in Islam Sufi Essays, An Anotated Bibliography of Islamic Sciences.48

Keenam tokoh di atas merupakan pemikir Islam yang berpengaruh dan kerap kali dijadikan sebagai sumber referensi terhadap kajian pemikiran terutama pendidikan yang ada di dunia Internasional dan Indonesia.

Masih banyak tokoh pemikir yang lain belum disebutkan pada makalah ini, namun keenam tokoh di atas merupakan tokoh-tokoh besar yang sangat berpengaruh dan mewakili di setiap zamannya, mulai dari zaman klasik seperti: Imam al-Ghazali, al-Khatib al-Bagdadi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Taimiyah, sampai kepada zaman Moderen kontemporer seperti di antaranya, Husin Nasr dan naquib al-‘Attas.

C. Jejak Teologi dalam Pemikiran Pendidikan Islam

Pemikiran pendidikan merupakan kajian pemikiran para ahli yang berupa upaya mereka (ijtihad) dalam proses kerja akal dan kalbu di dalam melihat fenomena dan berusaha mencari solusi di dalam bidang pendidikan.

Pemikiran tersebut tentu menjadi sebuah konsep dan gagasan yang dapat diketahui melalui karya tulis mereka. Tulisan ini membatasi gagasan pemikiran tersebut kepada beberapa tokoh yang telah dibahas pada bagian terdahulu.

(23)

1). Konsep Ilmu pengetahuan al-Ghazali

Dalam menjelaskan konsep ilmu pengetahuan, Hasan dengan deksriptif menjelaskan bagaimana al-Ghazali membagi ‘aql, Qalbu dan

nafs. Al-Ghazali mengartikan ‘aql sebuah kualitas (washf) yang

membedakan manusia dari hewan dan yang memungkinkannya memahami ilmu-ilmu spekulatif dan menyadari operasi mental psikologis yang terjadi di dalam dirinya.

Qalb, mempunyai dua pengertian, fisik diartikan sebagai

segumpal daging dan non fisik bahwa qalb adalah esensi yang paling mendasar dari manusia yang dapat menalar dan mengetahui informasi.

Nafs, berarti dua secara materi dan immateri. Secara materi

adalah sumber dari sifat-sifat negatif manusia , seperti marah dengki dan sebagainya. Kedua immaterial adalah esensi manusia sebagai tempat penyimpanan pemahaman-pemahaman dan pengetahuan .49

2). Manusia dan Pendidikan menurut Ibnu Taimiyah

Menurut beliau, pendidikan sebagai sesuatu yang dialami manusia dan Alquran sebagai dasar rujukan serta kajian dalam pendidikan dan pengajaran. Pendidikan juga merupakan industri atau mata pencaharian untuk memperoleh penghidupan dan merupakan realitas manusia sebagai khalifah di muka bumi.50

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan sebuah industri, jika dilihat dari proses belajarnya karena indutri yang dimaksud akan menghasilkan sesuatu. Dalam konteks ini industri tersebut menghasilkan produk yang berupa ilmu.

3). Bapak Psikologi Pendidikan Muslim, Ibnu Maskawaih

Beliau disebut bapak psikologi muslim dan sebagai “guru ketiga” setelah Aristoteles dan al-Farabi, karena beberapa buku pembahasannya mengenai psikologi seperti tentang kejiwaan, akal dan etika.

49 Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Islam Klasik: Gagasan Pendidikan Abu

(24)

Menurut beliau, hakikat dan fungsi pendidikan dalam membentuk kepribadian diri manusia sehingga terbentuk manusia yang memiliki karakter terpuji.51

Hingga saat ini dalam psikologi Islam, filsafat Islam, ilmu pendidikan Islam, karangan beliau merupakan rujukan dasar dalam memahami struktur kejiwaan dan kondisi psikologis seseorang.

4). Pendidikan Menurut Al-khatib Al-Bagdadi

Menurutnya, corak pemikiran pendidikan akan selalu bertumpu kepada masalah besar filsafat, yaitu mengenai Tuhan, manusia, Alam semesta dan masyarakat. Mengenai konsep Tuhan, al-Khatib mengusung paham Asy’ariah, alam semesta dan masyarakat merupakan tujuan pendidikan yang harus dialami manusia untuk mencapai dunia akhirat.52

Jejak pemikiran beliau masih dikaji dan dibahas hingga saat ini. Dalam bidang sejarah dunia intelektual mengenal Tarikh Bagdad yang menjadi rujukan primer para sejarawan di dunia baik kalangan muslim maupun orientalis jika menkaji tentang sejarah peradaban Bagdad yang pernah menjadi titik episentrum kemajuan peradaban dunia Islam.

5)Islamisasi Ilmu Naquib al-‘Attas

Menurut ‘Attas, paham Islam perlu dan harus memberi arah pada kehidupan sehari-hari yang mencakup bidang ilmu, kebudayaan, pendidikan, dan sains untuk mengelakkan umat dari pemikiran Barat dan Orientalis yang menyesatkan.

Gagasan-gagasan tersebut dapat dilihat dari buku-buku dan karya tulis yang beliau hasilkan seperti, islamisasi ilmu pengetahuan, epistimologi Islam, pandangan dunia Islam, konsep Pendidikan Islam dan lain-lain dalam Pemikiran Islam Kontemporer.53

51Ibid, h. 288

(25)

BAB III KESIMPULAN

Pergolakan kondisi sosial politik dan ekonomi dalam sebuah konteks dan setting kehidupan mempengaruhi corak pemikiran seseorang, begitu juga tumbuh dan berkembangnya sebuah teologi.

Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan beberapa aliran pemikiran seperti, syi’ah, Kahawarij, Murji’ah, jabbariyah, Qadariyah, Mu’tazilah dan lain sebagainya nyaris muncul serta tumbuh berkembang ketika kondisi politik sedang bergejolak ketika itu.

Ia menjadi sebuah praksis sebagai tanda perlawanan terhadap kondisi sosial yang tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh mereka.

Pada akhirnya pengaruh aliran-aliran teologi tersebut berimbas kepada dunia Pendidikan dan Islam khususnya hingga kemudian ia terlembaga menjadi disiplin-disiplin ilmu baik itu ilmu klasik, sosial dan Humaniora.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Alquranul Karim

Asari, Hasan, Modernisasi Islam: Tokoh, Gagasan, dan Gerakan Bandung: Citapustaka Media, 2002.

---, Menguak Sejarah Mencari Ibrah: Risalah Sejarah-Sosial Intelektual Muslim Klasik, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013.

---, Nukilan Pemikiran Islam Klasik: Gagasan Pendidikan Abu Hamid al-Ghazali, Medan: IAIN Press, 2012.

AT, Arsyad, “Pendidikan Islam Perspektif Teologi,” Jurnal Al-Hikmah,vol. XIV.2016.

Dewan Redaksi, Hasan Muarif et.al.,Suplemen Ensiklopedi Islam, ed. Abdul Aziz Dahlan, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.

Fouda, Farag, Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin,terj. Novriantoni, Jakarta: Yayasan Waqaf Paramadina: 2008.

Hasyim, Muhammad Syarif, “Al-‘Asy’ariyah: Studi tentang Pemikiran al-Baqillani, al-Juwaini, al-Ghazali,” Jurnal Hunafa, vol. II. 2010.

Hamka, “Maturidiyah: Kelahiran dan Perkembangannya”, Jurnal Hunafa,

vol. 4. 2016.

Hitti, Philip K., History of The Arab: From the Earliest Times to the Present, terj. Cecep Lukman Yasin dan Qamaruddin SF Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Kartanegara, Mulyadhi, Mozaik Khazanah Islam: Bunga Rampai dari Chicago, Jakarta: Paramadina, 2000.

Majelis Ulama Indonesia, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia, cet.2, Jakarta: insanyah, 2013.

Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Rijal, Syamsul, “Radikalisme Islam Klasik dan Kontemporer: Membanding Khawarij dan Hizbut Tahrir”, Al-Fikr, Vol. 14, 2009.

(27)

Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja: Memahami, Mengamalkan dan Mendakwahkan Ahlussunnah Wal Jama’ah Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, 2016.

Yuslem,Nawir, Metodologi dan Pendekatan dalam Pengkajian Islam,

Bandung: Cita Pustaka Media, 2013.

Zaini, Ahmad, “Mengurai Sejarah Timbulnya Pemikiran kalam dalam Islam,” Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf, vol. 1, 2008.

Zarkasyi, Amal Fathullah, “Benarkah Kita Murji’ah: Catatan Atas Artikel Prof. Dr. Fauzan Saleh,” Jurnal Tsaqafah, vol. 10, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Pengurangan cahaya terhadap anggrek Mokara Chark Kwan dapat digunakan hanya untuk tujuan meningkatkan fase vegetatif tanaman seperti untuk tujuan pertambahan jumlah daun dan

Analytical Chemistry Departement, Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada Jalan Sekip Utara, Yogyakarta. Clinical Pharmacology and Toxicology Department, Faculty

a) Biaya teknologi. Biaya ini meliputi software, hardware, akses internet, atau layanan hosting, materi pendidikan dan pelatihan, dan operasi situs lain dan

No. Carilah artikel dari internet tentang “Bagaimana Belajar Bahasa Inggris yang Mudah”. Kemudian Anda tuliskan sumbernya menjadi sebuah footnote. Jika belum paham,

• Menggambarkan sketsa hasil pengukuran yang ada pada GPS ke dalam form sketsa kebun dengan memperhatikan arah sisi kebun dan panjang sisi kebun. • Jika memungkinkan, mengupload

Anak, Kementerian Kesehatan RI, Markas Besar Polri, Kementerian Dalam Negeri RI, Kementerian Agama RI, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ikatan Pekerja

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian sayuran di Pasar Tradisonal (Pasar Johar, Pasar Bulu, Pasar Peterongan, Pasar Karangayu,

Berdasarkan uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi terbesar adalah bibit seleksi yang dihasilkan dari provenans Sungai Runtin, sedangkan pertumbuhan