• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MALPRAKTIK STUDI KASUS PUTUSAN N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MALPRAKTIK STUDI KASUS PUTUSAN N"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS PUTUSAN NO.76 PK/PID/2013 ATAS NAMA TERDAKWA DEWA AYU SASIARY PRAWANI, HENDRY

SIMANJUNTAK, DAN HENDY SIAGIAN

Oleh :

Solihin Niar Ramadhan 110.110.110.195 Bima Rizki Nurahman 110.110.110.237 Trian Christiawan 110.110.110.244

Dosen :

Dr. Hj. Efa Laela Fakhriah, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI

A. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Manusia selalu berkembang dari berbagai segi baik dari segi politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping tiga hal tersebut perkembangan hukum menjadi perhatian khusus di bidang kehidupan manusia dalam masyarakat. Hampir semua aspek dalam bidang kehidupan manusia terjamah oleh hukum. Manusia senantiasa mengharapkan agar hukum dapat mengatur kehidupan dengan baik sehingga tercapai kedamaian dan ketertiban di dalam masyarakat.

Negara sebagai organisasi kekuasaan memiliki peran penting dalam menjaga setiap aspek kehidupan warga negaranya. Negara Indonesia adalah negara hukum yang memiliki tujuan hidup bernegara. Tujuan Nasional Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.1

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praktis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya.2 Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tujuan utama yang hendak dicapai adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam upaya memajukan kesejahteraan umum, aspek kesehatan merupakan salah satu aspek pokok yang dijadikan sebagai fokus utama dalam upaya pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

1 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tahun 1945, Alinea 4.

(3)

bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum

Pembangunan kesehatan diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Salah satu contoh pembangunan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter. Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter yang memiliki sertifikasi, registrasi, dan lisensi berdasarkan undang-undang. Hal tersebut tentunya merupakan perlindungan hukum bagi dokter dalam melaksanakan tugasnya dan merupakan perlindungan kepada penerima pelayanan kesehatan.

Di Indonesia, terdapat suatu perkara pidana yang melibatkan dokter dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan. Salah satu contohnya adalah kasus malpraktek yang menimpa dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr. Hendry Simanjuntak, dan dr. Hendy Siagian yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang terjadi pada tahun 2010 di rumah sakit Dr Kandau Manado. Kasus ini berawal dari tuduhan pihak keluarga korban Julia Fransiska Makatey (25) yang meninggal dunia sesaat setelah melakukan operasi kelahiran anak pada tahun 2010 yang lalu. Akibat dari kasus tersebut dr. Ayu dan kedua temanya divonis oleh MA dengan hukuman 10 bulan penjara.

(4)

terdakwa, korban Siska Makatey meninggal dunia. Sebab kematian korban adalah akibat masuknya udara ke dalam bilik kanan jantung yang menghambat darah masuk ke paru-paru sehingga terjadi kegagalan fungsi paru, dan selanjutnya mengakibatkan kegagalan fungsi jantung.

Kasus ini diadili di Pengadilan Negeri Manado dengan nomor register perkara No.90/Pid.B/2011/PN.MDO dengan amar putusan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan. Kemudian Jaksa Penuntut Umum mengajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung dengan nomor register perkara No.365K/Pid/2012 dengan amar putusan bahwa para terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang tercantum dalam Pasal 359 KUHP. Atas dasar putusan kasasi tersebut, Para pemohon / para terpidana mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung dengan nomor register perkara No.79PK/Pid/2013 dengan amar putusan berbunyi membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 365 K/PID/2012 tanggal 18 September 2012 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Manado No. 90/PID.B/2011/PN.MDO dan menyatakan bahwa para pemohon / para terpidana tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan.

B. Kasus Posisi

10 April 2010

(5)

pasien mengeluarkan darah yang berwarna kehitaman. Dokter menyatakan, itu adalah tanda bahwa pasien kurang oksigen.

Selain itu, setelah terdapat indikasi untuk dilakukan operasi cito secsio sesaria pada waktu kurang lebih pukul 18.30 WITA terhadap korban Siska Makatey, dr.Hendy Siagian menyerahkan surat persetujuan tindakan khusus dan persetujuan pembedahan dan anestesi kepada korban siska makatey untuk ditandatangani oleh korban yang disaksikan oleh dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani dari jarak kurang lebih 7 (tujuh) meter, dr.Hendry Simanjuntak dan saksi dr.Helmi kemudian berdasarkan surat persetujuan tindakan khusus dan persetujuan pembedahan dan anestesi tersebut, dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, dr.Hendry Simanjuntak dan dr. Hendy Siagian melakukan operasi cito secsio sesaria terhadap diri korban.

Dr. Ayu, dr.Hendry, dan dr.Hendy sebagai dokter dalam melaksanakan operasi Cito Secsio Sesaria terhadap korban Siska Makatey, hanya memiliki sertifikat kompetensi. Para terdakwa tidak mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) kedokteran dan tidak terdapat pelimpahan/persetujuan untuk melakukan suatu tindakan kedokteran secara tertulis dari dokter spesialis yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) kedokteran/yang berhak memberikan persetujuan sedangkan untuk melakukan tindakan praktik kedokteran termasuk operasi cito yang dilakukan oleh Para Terdakwa terhadap diri korban, Para Terdakwa harus memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) kedokteran ;

(6)

Selain itu, bahwa ternyata tanda tangan korban yang berada di dalam surat persetujuan tindakan khusus dan persetujuan pembedahan dan anestesi yang diserahkan oleh dr.Hendy Siagian untuk ditandatangani oleh korban tersebut berbeda dengan tanda tangan korban yang berada di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Askes. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan oleh Laboratorium Forensik Cabang Makassar dan berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik pada tanggal 09 Juni 2010 NO.LAB. : 509/DTF/2011. Labolatorium Kriminalistik menyatakan bahwa tanda tangan atas nama Siska Makatey alias Julia Fransiska Makatey pada dokumen bukti adalah tanda tangan karangan/ “Spurious Signature“.

15 September 2011

Atas kasus ini, tim dokter yang terdiri atas dr Ayu, dr Hendi Siagian dan dr Hendry Simanjuntak, dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) hukuman 10 bulan penjara karena laporan malpraktik keluarga korban. Namun Pengadilan Negeri (PN) Manado dalam putusannya No. 90/PID.B/ 2011/PN.MDO menyatakan ketiga terdakwa tidak bersalah dan bebas murni. Dari hasil otopsi ditemukan bahwa sebab kematiannya adalah karena adanya emboli udara, sehingga mengganggu peredaran darah yang sebelumnya tidak diketahui oleh dokter. Emboli udara atau gelembung udara ini ada pada bilik kanan jantung pasien. Dengan bukti ini PN Manado memutuskan bebas murni. Tapi ternyata kasus ini masih bergulir karena jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang kemudian dikabulkan.

18 September 2012

(7)

11 Februari 2013

Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke Mahkamah Agung dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali (PK). Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa putusan PN Manado menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga dokter tidak bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu, Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien.

08 November 2013

Dr Dewa Ayu Sasiary Prawan (38), satu diantara terpidana kasus malapraktik akhirnya diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dalam putusannya No. 365 K/PID/2012 tanggal 18 September 2012 dengan putusan 10 bulan penjara. Ia diciduk di tempat praktiknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati, Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) oleh tim dari Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Kejari Manado sekitar pukul 11.04 Wita.

07 Februari 2014

(8)

BAB II

MASALAH HUKUM DAN TINJAUAN TEORITIK

A. Masalah Hukum

 Bagaimana peran Majelis Kehormatan Etika Kedokteran dalam upaya menegakkan etika kedokteran dalam pelayanan kesehatan dihubungkan dengan tindakan medis yang dilakukan oleh dokter?  Apakah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter tanpa

memperhatikan aspek informed consent termasuk dalam unsur kesalahan?

B. Tinjauan Teoritik

B.1 Kesalahan dan Kelalaian dalam Perjanjian Terapeutik Pengertian kesalahan disini diartikan secara umum, yaitu perbuatan yang secara objektif tidak patut dilakukan. Kesalahan dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan, kurangnya pengalaman dan pengertian, serta mengabaikan suatu perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. Apabila hal itu dilakukan oleh dokter, baik dengan sengaja maupun karena kelalaiannya dalam upaya memberikan perawatan atau pelayanan kesehatan kepada pasien, maka pasien atau keluarganya dapat meminta pertanggungjawaban (responsibility) pada dokter yang bersangkutan.

(9)

yang berupa materi, akan tetapi juga dapat merupakan hukuman badan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 KUHP.

Agar ketentuan hukum pidana dapat diterapkan, harus dipenuhi dua hal, yaitu: pertama, adanya suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dan perbuatan itu melanggar hukum pidana, sehingga memenuhi rumusan delik sebagaimana diatur dalam pasal-pasal KUHP. Kedua, bahwa pelaku mampu bertanggung jawab atas perbuatannya sehingga dia dapat dijatuhi pidana sebagaimana yang ditentukan atau diatur oleh KUHP.3

B.2 Kesalahan dan Kelalaian Dokter

Secara teoritis, pengertian tentang kesalahan menurut hukum pidana terdiri dari kesengajaan (dolus) dan kelalaian (culpa). Kesalahan menurut Moeljatno adalah sikap batin yang dapat dicela. Dalam hal ini dikenal asas dalam hukum pidana yang menyatakan bahwa “tiada pidana tanpa kesalahan” atau dalam bahasa belanda disebut “geen straf zonder schuld”.

Menurut Simons bahwa sebagai dasar dari pertanggungjawaban adalah kesalahan yang terdapat pada jiwa pelaku dalam hubungannya dengan kelakuannya yang dapat dipidana. Sehubungan dengan itu, untuk adanya kesalahan pada pelaku, harus dicapai dan ditentukan terlebih dahulu beberapa hal yang menyangkut pelaku yaitu :4

1) Kemampuan bertanggungjawan (toerekeningsvatbaarheid); 2) Hubungan kejiwaan (psychologische betrikking) antara pelaku

dan akibat yang ditimbulkan;

3) Kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa). B.3 Kesengajaan

3 Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan : Pertanggungjawaban Dokter,

Jakarta : Rineka Cipta, 2005, hlm.19.

4 Sofjan Sastrawidjaja, Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana Sampai Alasan

(10)

Kesengajaan (dolus / opzet) merupakan salah satu bentuk dari kesengajaan. Menurut M.v.T, kesengajaan adalah “menghendaki dan mengetahui (willens en wetens)”. Yang dimaksud dengan “menghendaki dan mengetahui” adalah seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sengaja itu, haruslah menghendaki (willens) apa yang ia buat, dan harus mengetahui (wetens) pula apa akibatnya. Bentuk-bentuk kesengajaan antara lain:5

1) Kesengajaan bertujuan (opzet als oogmerk);

2) Kesengajaan berkesadaran kepastian atau keharusan (opzet bij zekerheids of noodzakelijkheidsbewustzijn);

3) Kesengajaan berkesadaran kemungkinan atau kesengajaan bersyarat (opzet mogelijkheidsbewustzin of voorwaardelijke / opzet of dolus eventualis).

B.4 Kealpaan

Ilmu hukum pidana dan yurisprudensi menafsirkan kealpaan (culpa) sebagai “kurang mengambil tindakan pencegahan” atau “kurang berhati-hati”. Kealpaan mempunyai dua unsur, yaitu:

1) Pembuat dapat menduga terjadinya akibat kelakuannya; 2) Pembuat kurang berhati-hati

Kesalahan dokter dalam melaksanakan tugasnya sebagian besar terjadi karena kelalaian (culpa), sedangkan kesengajaan (dolus) jarang terjadi. Sebab apabila seorang dokter sengaja melakukan suatu kesalahan, hukuman yang akan diberikan kepadanya akan lebih berat. Dalam hukum pidana, untuk membuktikannya adanya kelalaian dalam pelayanan kesehatan harus ada paling tidak empat unsur:6

1) Ada kewajiban yang timbul karena adanya perjanjian; 2) Ada pelanggaran terhadap kewajiban;

3) Ada penyebab (adanya hubungan sebab-akibat);

(11)

4) Timbulnya kerugian, baik bersifat langsung maupun tidak langsung.

BAB III

RINGKASAN PUTUSAN

A. Putusan Pengadilan Negeri Manado No.90/Pid.B/2011/PN.MDO Pengadilan Negeri Manado yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa-Terdakwa: 1. Nama lengkap : dr. DEWA AYU SASIARY PRAWANI ;

Tempat lahir : Denpasar;

Umur/tanggal lahir : 35 tahun/23 April 1975; Jenis kelamin : Perempuan;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Jalan Parigi VII No.10 Kecamatan Malalayang Kota Manado;

A g a m a : Hindu;

Pekerjaan : dokter;

Pendidikan : dokter spesialis kebidanan dan kandungan;

2. Nama lengkap : dr.HENDRY SIMANJUNTAK ; Tempat lahir : Riau;

Umur/tanggal lahir : 35 tahun/14 Juli 1975; Jenis kelamin : laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Kelurahan Malalayang Satu Barat lingkungan I Kecamatan Malalayang Kota Manado;

(12)

Pekerjaan : dokter

Pendidikan : dokter spesialis kebidanan dan kandungan;

3. Nama lengkap : dr. HENDY SIAGIAN; Tempat lahir : Sorong;

Umur tanggal lahir : 28 tahun/14 Januari 1983; Jenis kelamin : laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Kelurahan Bahu lingkungan I Kec. Malalayang Kota Manado;

A g a m a : Kristen Protestan; Pekerjaan : dokter;

Pendidikan : dokter spesialis kebidanan dan kandungan;

Dakwaan Kesatu :

Primair : Pasal 359 KUHP Jis. Pasal 361 KUHP, Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

Subsidair : Pasal 359 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP  Dakwaan Kedua :

Pasal 76 Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

Dakwaan Ketiga :

Primair : Pasal 263 ayat (1) KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

Subsidair : Pasal 264 ayat (2) KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

(13)

Pasal 55 ayat (1) KUHP, pasal 263 ayat (1) dan ayat (2) KUHP, Peraturan Menteri Kesehatan No.512/MenKes/ PER/IV/2007 tentang isin praktek dan pelaksanaan kedokteran, serta pasal-pasal lain dari perundang-undangan yang bersangkutan;

M E N G A D I L I

1. Menyatakan Terdakwa I dr. DEWA AYU SASIARY PRAWANI, Terdakwa II dr. HENDRY SIMANJUNTAK dan Terdakwa III dr. HENDY SIAGIAN, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam dakwaan Kesatu Primer dan subsidair, dakwaan kedua dan dakwaan ketiga primer dan subsidair;

2. Membebaskan Terdakwa I, Terdakwa II dan Terdakwa III oleh karena itu dari semua dakwaan (Vrijspraak);

3. Memulihkan hak para Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya;

4. Menetapkan barang bukti berupa : Tetap terlampir dalam berkas perkara;

5. Membebakan biaya perkara ini kepada Negara.

B. Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No.365K/Pid/2012

M E N G A D I L I

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Jaksa/ Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Manado tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Manado Nomor 90/PID.B/2011/PN.MDO tanggal 22 September 2011;

M E N G A D I L I S E N D I R I

(14)

HENDY SIAGIAN (Terdakwa III) telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “perbuatan yang karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain”;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Para Terdakwa : dr. DEWA AYU SASIARY PRAWANI (Terdakwa I), dr. HENDRY SIMANJUNTAK (Terdakwa II) dan dr. HENDY SIAGIAN (Terdakwa III) dengan pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan;

3. Menetapkan barang bukti berupa : Tetap dilampirkan dalam berkas perkara;

4. Membebankan Para Termohon Kasasi/ Para Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini ditetapkan masing-masing sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

C. Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No.79PK/Pid.2013

M E N G A D I L I

Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Para Pemohon Peninjauan Kembali/Para Terpidana : I. dr. DEWA AYU SASIARY PRAWANI, II. dr. HENDRY SIMANJUNTAK, dan III. dr. HENDY SIAGIAN tersebut;

Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 365 K/PID/2012 tanggal 18 September 2012 yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri Manado No. 90/PID.B/2011/PN.MDO. tanggal 22 September 2011;

M E N G A D I L I S E N D I R I

(15)

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum dalam dakwaan Kesatu Primair, Kesatu Subsidair, atau dakwaan Kedua atau dakwaan Ketiga Primair, Ketiga Subsidair;

2. Membebaskan Terpidana I. dr. DEWA AYU SASIARY PRAWANI, Terpidana II. dr. HENDRY SIMANJUNTAK, dan Terpidana III. dr.HENDY SIAGIAN oleh karena itu dari semua dakwaan tersebut;

3. Memulihkan hak Para Terpidana dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya;

4. Memerintahkan agar Para Terpidana dikeluarkan dari Lembaga Pemasyarakatan;

5. Menetapkan barang bukti berupa berkas catatan medis No. cm.041969 atas nama SISKA MAKATEY Tetap dilampirkan dalam berkas perkara;

(16)

BAB IV ANALISIS KASUS

A. Peran Majelis Kehormatan Etika Kedokteran dalam upaya menegakkan etika kedokteran dalam pelayanan kesehatan dihubungkan dengan tindakan medis yang dilakukan oleh dokter

Terhadap kesalahan dokter yang bersifat melanggar tata nilai sumpah atau kaidah etika profesi, pemeriksaan dan tindakan, dilakukan oleh Organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan atau atasan langsung yang berwenang (Departemen Kesehatan RI). Pemeriksaan dibantu oleh perangkan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.7 Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertugas:

(17)

b.menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi.

Dihubungkan dengan perkara ini, bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memiliki peran sebagai badan pengawas dan penegak disiplin dokter dan dokter gigi di Indonesia. Dalam kasus ini, apabila dalam penanganan operasi tersebut tidak sesuai dengan SOP (Standard Operasional Prosedur) dan yang menilai telah terjadi kesalahan dalam penanganan operasi tersebut adalah Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Kewenangan tersebut merupakan kewenangan delegasi dari Pasal 1 angka 14 dan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

B. Unsur kesalahan dalam tindakan medis yang dilakukan oleh dokter tanpa memperhatikan aspek informed consent

Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No.365K/Pid/2012 memutuskan bahwa para telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “perbuatan yang karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain” (vide Pasal 359 KUHP). Kemudian atas beberapa pertimbangan, dalam putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI No.79PK/Pid.2013, menyatakan bahwa para terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum dalam dakwaan Kesatu Primair, Kesatu Subsidair, atau dakwaan Kedua atau dakwaan Ketiga Primair, Ketiga Subsidair.

(18)

atau kurang perhatian.8 Unsur kesalahan dalam Pasal ini ditekankan kepada unsur kealpaan. Kesalahan dokter dalam melaksanakan tugasnya sebagian besar terjadi karena kelalaian (culpa). Kesalahan dalam pasal ini mengatur mengenai norma hukum pidana materiil yang terdapat unsur kealpaan, bukan mengenai norma hukum administratif.

Seorang dokter dalam menjalankan tugasnya mempunyai alasan yang mulia, yaitu berusaha mempertahankan supaya tubuh pasien tetap sehat atau berusaha untuk menyehatkan tubuh pasien, atau setidak-tidaknya mengurangi penderitaan pasien. Dalam menjalankan profesinya, dokter dilindungi oleh Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.

Penyelenggaraan praktik kedokteran dilaksanakan dengan instrumen hukum administratif berupa Surat Izin Praktik. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.9 Selain itu, Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.10

Aspek yang sangat penting yaitu bahwa dalam setiap tindakan medis yang dilakukan oleh seorang dokter, harus didasarkan kepada

informed consent dan harus adanya transaksi terapeutik terlebih dahulu.

(19)

ditandatangani oleh korban tersebut berbeda dengan tanda tangan korban yang berada di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Askes. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan oleh Laboratorium Forensik Cabang Makassar dan berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik pada tanggal 09 Juni 2010 NO.LAB. : 509/DTF/2011. Labolatorium Kriminalistik menyatakan bahwa tanda tangan atas nama Siska Makatey alias Julia Fransiska Makatey pada dokumen bukti adalah tanda tangan karangan/ “Spurious Signature“.

(20)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memiliki peran sebagai badan pengawas dan penegak disiplin dokter dan dokter gigi di Indonesia. Dalam kasus ini, apabila dalam penanganan operasi tersebut tidak sesuai dengan SOP (Standard Operasional Prosedur) dan yang menilai telah terjadi kesalahan dalam penanganan operasi tersebut adalah Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Kewenangan tersebut merupakan kewenangan delegasi dari Pasal 1 angka 14 dan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

(21)

medis, maka hal tersebut dapat masuk dalam elemen kesalahan yang dimaksudkan dalam pasal 359 KUHP.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan : Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta : Rineka Cipta, 2005.

Kaelan M.S, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma, 2004.

Sofjan Sastrawidjaja, Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana Sampai Alasan Peniadaan Pidana), Bandung : ARMICO, 1995.

R. Soesilo, KUHP : Beserta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor : Politeia, 1995.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktek dan pelaksanaan praktek kedokteran.

C. Lain-lain

Putusan Pengadilan Negeri Manado No.90/Pid.B/2011/PN.MDO. Putusan Kasasi Mahkamah Agung No.365K/Pid/2012.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola hidup sehat, sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus kebugaran kondisi

Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan

/ Jarut, bunyi NG diucapkan dengan dan seterusnya. Sebenarnya pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung berabad-abad lamanya, akan tetapi aspek tata bunyi sebagai

Untuk penginstalan atau modifikasi dengan perangkat lunak atau perangkat keras selain merek ASUS (seperti pemasangan modul HDD atau DRAM), ASUS hanya dapat menguji/memperbaiki

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang “Gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA ) di

anak berdampak pada semakin terbatasnya aktivitas profesional ibu-ibu di luar rumah. Perempuan yang kembali ke dunia kerja pada umumnya menjadi terampil atau

Berdasarkan hal tersebut di atas diperoleh hasil bahwa pada tanah jenis lempung berdebu memiliki zat organik yang lebih rendah dari tanah berliat dan juga karena struktur

tein yang relatif tinggi (9.74 persen) serta dapat ditari-.. ma secara organolept.ik adalah f