Kumpulan
Wihara dan
Candi Buddhis
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia ii
Tidak diperjualbelikan. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia Editor : Upa. Sasanasena Seng Hansen
Editor foto : Roki Pandapotan Rancang grafis : poise design
Ukuran Buku Jadi : 130 x 185 mm Kertas Cover : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman : 56 halaman
Jenis Font : Calibri, Gondala, Freebooter
Diterbitkan Oleh :
Vidyāsenā Production Vihāra Vidyāloka Jl. Kenari Gg. Tanjung I No. 231 Telp. 0274 542 919 Yogyakarta 55165
Cetakan Pertama, Mei 2013
Daftar Isi
Prawacana Penerbit iv
Kata Pengantar vi
Bunga Rampai viii
Candi Borobudur 1
Candi Mendut 4
Candi Pawon 8
Wihara Muladharma 11
Wihara Dharma Sundara 15
Wihara Buddha Sakyamuni 19
Panti Semedi Balarejo 25
Mahavihara Buddha Manggala 29
Wihara Dhammadipa Arama 33
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia iv
Prawacana Penerbit
Untuk menyambut hari Tri suci Waisak 2557 TB tahun 2013,INSIGHT VIDYASENA PRODUCTION kembali menerbitkan
sebuah buku yang berjudul “KUMPULAN WIHARA DAN CANDI
BUDDHIS INDONESIA”. Sebagai umat Buddha kita harus bangga
atas sejarah agama Buddha di Indonesia. Begitu banyak peninggalan budaya, sejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan yang mahsyur pada kala itu. Budaya ini dapat berupa tulisan, ukiran dan juga candi. Perkembangan agama Buddha di
Indonesia sangat pesat di kala para pedagang dan pendatang dari India masuk ke tanah air. Maka dari itu kita sebagai umat Buddha sudah sepatutnya mengetahui kekayaan candi yang
merupakan simbol agama bahkan menjadi simbol Indonesia di
dunia internasional.
Selain itu umat Buddha juga memiliki tempat ibadah
yakni wihara. Wihara merupakan tempat umat Buddha melaksanakan ibadahnya. Tempat bertemu dengan para
bhikkhu, tempat bermeditasi, tempat pembabaran Dhamma. Adapun wihara-wihara di Indonesia berjumlah ribuan yang tersebar di nusantara dengan karakteristiknya masing-masing.
Wihara sebagai tempat umat Buddha kini dikemas dalam
bentuk yang beragam, dilihat dari fungsi, serta kepadatan
Tujuan dari penerbitan buku ini adalah untuk memperkenalkan
beberapa wihara dan candi buddhis indah yang beragam yang ada di Indonesia.
Semoga dengan terbitnya buku ini dapat menambah wawasan tentang candi dan wihara yang ada di Indonesia. Juga menambah
daya tarik kita untuk mengunjunginya. Penerbit berterima
kasih kepada Sdr. Seng Hansen atas idenya untuk penerbitkan
buku ini, juga kepada Sdr. Roki Pandapotan selaku editor dari foto-foto yang terlampir dalam buku ini. Dengan diterbitkannya buku ini, penerbit mengharapkan adanya kelanjutan dari seri
wihara dan candi Buddhis di Indonesia ini. Terima kasih pula
kepada para donatur, berkat bantuan dananya akhirnya buku
ini dapat terbit. Terima kasih kepada para pembaca karena
tanpa Anda, buku ini tidak bermakna. Untuk memperluas cakrawala dan pandangan, marilah kita semakin membiasakan diri untuk membaca buku, khususnya buku Dhamma. Kritik, saran dan masukan sangat kami harapkan dan akan dijadikan
semangat bagi kami untuk menyempurnakan buku-buku kami
selanjutnya. Bhavatu Sabbamaṅgalaṁ, Semoga jadilah semua kebaikan.
Terima kasih atas perhatiannya
Selamat hari Trisuci Waisak 2557 TB
Manajer Produksi Buku
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia vi
Kata Pengantar
Hari raya Tri Suci Waisak merupakan hari besar yang dirayakan
oleh umat Buddha di seluruh dunia. Perayaan ini memperingati kelahiran Pangeran Siddharta, tercapainya penerangan
sempurna oleh pertapa Gotama dan pencapaian Maha
Parinibana oleh Buddha Gotama. Ketiga peristiwa tersebut terjadi pada purnama sidhi di bulan Waisak.
Dalam rangka perayaan hari Tri Suci Waisak tahun 2013, Insight Vidyāsena Production menerbitkan sebuah buku yang memuat foto wihara dan candi buddhis yang ada di Indonesia. Kumpulan foto yang indah ini merupakan hasil karya umat Buddha yang berkecimpung dalam dunia fotografi dan
berkesempatan menyalurkan bakatnya lewat buku ini. Dengan terbitnya buku ini diharapkan umat Buddha Indonesia dapat lebih mengenal situs-situs buddhis yang ada di Indonesia serta
dapat menikmati hasil karya umat Buddha yang luar biasa.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Sdr. Seng Hansen yang telah menyumbangkan ide cemerlang dalam merancang
serta turut membantu menyelesaikan buku ini. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah menyumbangkan hasil karya berupa foto wihara dan candi
dan terus berusaha menghasilkan karya menakjubkan lainnya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh donatur yang memungkinkan penerbitan buku ini dapat terlaksana.
Terima kasih juga kami sampaikan pada para pembaca karena tanpa Anda, buku ini tidak memiliki arti penting. Semoga dengan buku ini, kita dapat memperoleh kebahagian dan kedamaian serta dapat menambah informasi tentang wihara
dan candi buddhis yang berada di sekitar kita.
Semoga Anda semua selalu berbahagia.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Ketua Umum
Vidyāsena Vihara Vidyāloka
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia viii
Bunga Rampai
Budaya dan warisan buddhis sangatlah kaya dan beragam. Didalamnya terdapat perpaduan berbagai kebudayaan
setempat yang unik dan sekaligus tetap menonjolkan ciri khas ajaran Buddha yang luhur. Warisan dan budaya buddhis ini
telah diwariskan dari masa ke masa melalui sebuah benang penghubung. Benang penghubung itu adalah wihara sebagai tempat ibadah para umat Buddha.
Fungsi wihara sangatlah beragam. Beberapa diantaranya
adalah sebagai tempat ibadah umat Buddha, tempat tinggal para biksu dan biksuni, pusat latihan meditasi, tempat edukasi,
dan sarana wisata spiritual. Dengan adanya wihara inilah maka
ajaran Buddha dapat terus hidup dan lestari di tengah-tengah masyarakat kita yang majemuk.
Sebuah ulasan mengenai kebajikan dalam puja bhakti di wihara telah diulas oleh Upa. Bodhivimalo Bodhi Limas. Beliau menemukan setidaknya ada 15 (lima belas) manfaat kebajikan dari pergi ke wihara, yaitu:
1. Kebajikan melalui pikiran, yaitu dengan niat baik pergi ke
wihara untuk melakukan kebaikan
memberikan penampilan terbaik yang rapi dan bersih sehingga enak dipandang mata
3. Kebajikan dari pengorbanan, yaitu mengorbankan waktu,
tenaga dan uang untuk pergi ke wihara dan melakukan kebaikan
4. Belajar rendah hati dengan memberikan penghormatan
kepada Buddha rupang maupun orang-orang yang patut
dihormati
5. Belajar menjaga sikap, yaitu menjaga pikiran, ucapan dan
perbuatan selama berada di lingkungan wihara
6. Berbuat kebajikan melalui ucapan, yaitu dengan membacakan paritta pada saat puja bhakti
7. Berlatih meditasi
8. Menjaga kelestarian ajaran Buddha, yaitu dengan mengulang kembali sutta-sutta yang telah dibabarkan oleh
guru agung kita dan berdiskusi dengan teman
9. Mendengarkan dharma pada waktu yang sesuai – adalah berkah utama
10. Bergaul dengan para bijaksana – adalah berkah utama 11. Berbuat baik dengan mengucapkan Sabbe Satta Bhavantu
Sukkhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia 12. Kebajikan dengan melakukan dana paramita
13. Kebajikan dengan melakukan patidana (pelimpahan jasa) 14. Kebajikan dengan menjadi petugas puja bhakti
15. Kebajikan dari acara-acara lainnya yang biasa diadakan di lingkungan wihara seperti donor darah, diskusi dharma,
penerbitan buku dll.
Penerbitan buku ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat
Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah candi terbesar di dunia bagi umat
Buddha. Candi yang terletak di kota Magelang ini telah menjadi objek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Keindahan
candi ini terletak dari sisi historis, arsitektur dan misterinya yang selalu mengundang perhatian para penikmat seni budaya untuk mengambil setiap momen-momen penting yang terjadi
disini.
Dibangun sejak abad ke-9 dan sempat terkubur selama 6 abad membuat candi ini semakin eksotis untuk dikunjungi. Pada puncak kejayaan agama Hindu-Buddha di Indonesia dan Jawa khususnya, Dinasti Sailendra yang berkuasa tatkala itu berniat
membangun sebuah candi termegah dan terbesar di Jawa sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha. Arsitektur candi ini mencerminkan gaya desain Gupta dari India. Monumen
Keindahan dan kemegahan candi ini menjadi bukti kebijaksanaan lokal masyarakat Indonesia jaman dahulu yang telah berhasil mencapai kejayaan dalam bidang seni dan
budaya yang tak kalah oleh bangsa lainnya di dunia. Candi yang
ditemukan kembali pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles (penguasa Jawa dari Inggris pada waktu itu) telah
memperoleh pengakuan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Keindahan dan keagungan candi ini telah menjadi sumber
inspirasi bagi banyak orang dan banyak pula mempengaruhi seni arsitektur Indonesia.
Teks (digubah seperlunya): Wikipedia
Foto : Franki Wijaya | Samarinda
Stupa-stupa pada candi Borobudur telah menjadi daya tarik dan keunikan bagi candi ini. Stupa-stupa yang sangat banyak jumlahnya ini berbentuk seperti sebuah lonceng dengan patung-patung Buddha di dalamnya.
Meskipun Borobudur dibangun sebagai sebuah stupa raksasa, candi ini terdiri dari banyak stupa-stupa kecil. Bentuk stupa pada candi Borobudur telah menjadi ciri khas tersendiri bagi arsitektur stupa buddhis Indonesia karena terdapat lubang-lubang yang membuatnya terlihat seperti terbuat dari anyaman ketupat.
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 4
Candi Mendut
Candi Mendut merupakan salah satu candi buddhis yang dibangun pada abad ke-9 dan terletak berdekatan dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon. Candi Mendut merupakan candi
tertua di antara ketiganya. Menurut inskripsi Karangtengah,
candi ini dibangun dan selesai selama masa pemerintahan
Raja Indra dari Dinasti Sailendra. Inskripsi bertahun 824 M ini menyebutkan bahwa Raja Indra dari Sailendra telah
membangun sebuah bangunan suci bernama Venuvana yang
berarti “hutan bambu”.
Sama seperti Candi Borobudur, candi ini juga sempat terlantar
dan ditemukan kembali pada tahun 1836 di antara semak belukar. Restorasi candi ini dimulai tahun 1897 dan selesai
tahun 1925. Salah satu hal paling menarik dari candi ini adalah adanya relief cerita Jataka (salah satunya adalah cerita angsa dan kura-kura).
Candi yang terletak di Kota Mungkid, Magelang ini juga
menyimpan 3 patung didalam ruang utamanya yaitu patung Dhyani Buddha Wairocana yang diapit oleh Bodhisatwa
Avalokitesvara dan Vajrapani. Selain mengunjungi candi ini, wisatawan juga dapat mengunjungi Vihara Mendut yang
terletak di belakang candi ini.
Teks (digubah seperlunya): Wikipedia
Warna keemasan dari pantulan cahaya pada patung Buddha berpadu dengan warna kuning dari jubah para biksu dan warna batu alam dari fasad candi ini menjadikan candi ini sebagai tempat spiritual yang hening dan indah.
Sebagaimana tradisi yang berlaku biasanya, perayaan dan upacara yang dilakukan di Candi Mendut mencerminkan akulturasi budaya Jawa dan buddhis dimana terdapat banyak pemakaian janur dan atribut lainnya.
Candi Pawon
Candi terkecil dari trio candi di Magelang ini bernama Candi
Pawon. Letaknya berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur dalam satu garis lurus (Candi Borobudur ke arah timur dan Candi Mendut ke arah barat). Nama lain dari candi ini adalah Bajranalan yang berasal dari bahasa Sansekerta vajra (halilintar) dan anala (api).
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia
Meskipun mungil, candi ini penuh dengan ukiran-ukiran indah dan menawan. Pada bagian atas candi ini terdapat stupa-stupa kecil yang menunjukkan bahwa candi ini bercorak agama Buddha.
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 10
Seorang umat berbaju batik sedang melakukan persembahyangan di depan altar yang dibuat persis di depan candi ini.
Di dalam bili candi ini tidak ditemukan arca sehingga sulit untuk mengidentifikasi sejarah candi ini lebih jauh. Hal yang menarik
dari Candi Pawon adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar
candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (makhluk berkepala manusia dan berbadan burung).
Teks (digubah seperlunya): Wikipedia
Wihara Muladharma
Vihara Theravada Muladharma yang terletak di Samarinda,
Kalimantan Timur ini merupakan sebuah bangunan kultural dan
multi fungsi. Terdapat 4 (empat) fasilitas dalam kawasan vihara ini yaitu fasilitas hunian (tempat tinggal), fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan dan fasilitas penunjang lainnya.
Di dalam kawasan vihara ini terdapat bangunan sebagai tempat
tinggal para biksu atau yang biasa disebut kuti oleh para umat Buddha, aula atau dharmasala, ruang meditasi, ruang serba guna, ruang tamu, ruang pelatihan, perpustakaan, ruang kerja,
gudang dan toilet.
Vihara yang telah berusia 20 tahun ini mencerminkan nilai dan filosofi buddhis dalam ragam arsitekturnya yang mengacu pada “Pemutaran Roda Dharma”, “Bunga Teratai” dan “Borobudur”. Oleh karena itu, dalam perancangannya banyak digunakan 2 bentuk dasar yaitu kotak dan lingkaran yang dipadukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh satu kesatuan bentuk yang dapat mencerminkan citra sebuah wihara.
Teks (digubah seperlunya): Merliana Kumala Dewi
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia 12
Para umat sedang melintasi kolam meditasi sambil membawa lentera yang melambangkan cahaya yang menerangi di kegelapan batin. Para biksu sedang memimpin prosesi
Tampak kesederhanaan dan kesahajaan para umat yang menempati ruang dharmasala yang kecil dan mungil namun nyaman ini. Kegiatan puja bhakti dilangsungkan disini dengan penuh ketertiban.
Dengan seutas benang yang diuraikan dan dipegang oleh para biksu melambangkan untaian doa dan harapan yang tak putus. Secara serentak dan bersama-sama memancarkan cinta kasih universal hingga berakhir pada pengharapan: “Semoga semua makhluk hidup berbahagia”.
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia
Wihara
Dharma Sundara
Vihara yang terletak di Jalan Ir. Juanda 223B di kota Solo ini merupakan sebuah wihara besar yang menjadi pusat ibadah bagi umat Buddha. Seperti umumnya wihara-wihara besar lainnya, di dalam kawasan wihara ini kita juga dapat melihat berbagai fasilitas dan ragam bangunan antara lain stupa, ruang dharmasala, kuti, taman. Selain itu terdapat pula fasilitas
temple stay di wihara ini bagi umat yang berniat bermalam.
Salah satu objek paling menarik adalah stupa besar yang
mencerminkan gaya arsitektur dari negara-negara buddhis di
Asia Tenggara. Stupa yang diresmikan sekitar tahun 2004 ini
menyimpan relik suci pemberian dari Sangha Buddhis negara tetangga. Stupa sendiri merupakan salah satu bangunan buddhis yang memang banyak digunakan sebagai tempat penyimpanan barang atau relik suci.
Tak hanya itu, kecantikan arsitektur dan keasriannya telah membuat wihara ini menjadi salah satu objek wisata bagi para
wisatawan lokal maupun dari kota lain di sekitar Solo.
Teks: various
Stupa dalam komplek wihara yang menyimpan relik suci. Stupa berwarna putih gading ini akan sangat indah dinikmati bila ditemani lampu penerangan yang menyorot ke arah bangunan ini.
Stupa ini juga tak kalah indahnya dinikmati di pagi hari. Dihiasi bunga-bunga yang melambangkan keharuman dan kelapukan dalam filosofi buddhis menambah kecantikan stupa putih ini.
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia
Ruang dharmasala yang mungil namun nyaman ini menjadi pusat kegiatan puja bhakti yang diadakan setiap minggunya. Pada waktu-waktu tertentu diadakan pula latihan meditasi di tempat ini.
Fasad depan wihara yang diambil menjelang malam hari. Disorot oleh lampu berwarna kuning membuat bangunan ini terlihat seperti terbuat dari emas.
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia
Wihara Buddha
Sakyamuni
Vihara Buddha Sakyamuni merupakan sebuah bangunan suci umat Buddha dengan bentuk yang dapat dikatakan berbeda dengan desain bangunan yang ada di Bali pada umumnya. Dengan bentuknya yang unik bangunan milik Yayasan Buddha
Sakyamuni yang terletak di Jalan Gunung Agung, Lk. Padang
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 20
Luas total kawasan ini ± 1.500 meter persegi, dengan total area yang dibangun yaitu seluas ± 900 meter persegi. Bangunan ini mulai didirikan pada tanggal 9 Juli 2000 dan selesai tahun 2005, memakan waktu yang cukup lama karena masalah biaya
pembangunan pada saat itu. Ir. Senata dan Ir. Ngurah Artawa
selaku arsitek dari Vihara Buddha Sakyamuni menjelaskan
teknik pembagian area pada bangunan VBSM menyerupai
teknik atau filosofi Pura yang ada di Bali pada umumnya, yaitu jeroan, jaba tengah, dan jaba sisi atau zona suci, zona puja, dan
zona umum/publik.
Pada jeroan atau zona suci sesuai dengan namanya area inilah
tempat dibangunnya bangunan Vihara yang megah dan mewah
ini. Vihara ini bertingkat dua dimana lantai dua difungsikan sebagai Dhammasala atau tempat puja bhakti umat Buddha dan di lantai satu difungsikan sebagai aula, kantor, dan perpustakaan. Dan pada bagian belakangnya difungsikan sebagai Kuti atau tempat tinggal Bikkhu.
Pada jaba tengahnya terdapat sebuah kolam berbentuk bunga teratai yang memiliki makna. Bagi umat Buddha,
teratai melambangkan sebuah kesakralan dalam berbagai masalah kehidupan dan dalam bahasa sansekerta disebut
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 22
berfungsi sebagai tempat umat menunggu, bercengkrama, dll
sebelum memasuki Dhammasala.
Pada jaba sisi atau zona luar terdapat sebuah Bale Kulkul yang megah yang juga mencerminkan identitas arsitektur Bali untuk sebuah bangunan suci. Fungsinya hampir sama seperti di Pura
yaitu untuk mengkomunikasikan atau memberi pengumuman.
Pada area ini juga terdapat sebuah bangunan tempat
menyimpan alat-alat dan sebuah bangunan yang difungsikan juga untuk sekolah minggu untuk para umat Buddha yang masi kecil. Dan area ini juga terdapat lahan yang cukup luas, pada
hari raya areal ini digunakan untuk acara sedangkan pada hari
minggu (hari biasa), areal ini digunakan untuk tempat parkir.
Pada bagian atas bangunan ini terdapat ornamen atau hiasan
yang berfungsi menjadi atap yang berbentuk menyerupai
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 24
bola di bawahnya dan bentuk kerucut atau tabung pada
bagian atasnya, seiring dengan perkembangan waktu bentuk
stupa mulai sedikit berubah. Dahulu stupa digunakan untuk
menyimpan abu dari Sang Buddha. Seiring berjalannya waktu stupa menjadi salah satu simbol agama Buddha.
Secara umum, wihara ini mencerminkan perpaduan budaya
buddhis dan budaya local Bali yang melahirkan sebuah kesakralan dan keasrian yang indah dan menawan.
Teks (digubah seperlunya): Gian Luvmi (dakokong.blogspot.com) Foto: Arief Murti
Panti Semedi
Balarejo
Bertempat di Wlingi, Desa Balerejo, Blitar, Jawa Timur, tempat nan indah dan sejuk setinggi 550 m dari permukaan laut dengan luas hampir 60.000 m2 ini adalah merupakan tempat ideal untuk melatih meditasi. Latihan meditasi adalah merupakan latihan mengendalikan pikiran, ucapan serta perbuatan yang merupakan perilaku utama dalam menghayati Ajaran Sang
Buddha.
Untuk sementara ini, latihan meditasi di Panti Semedi Balerejo
baru diadakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober
setiap tahunnya yang lebih dikenal dengan masa vassa. Masa vassa adalah masa tiga bulan para bhikkhu tinggal di satu tempat tertentu untuk lebih giat berlatih diri dalam
bermeditasi. Selama masa vassa itu pula para peserta meditasi
di Panti Semedi Balerejo dapat berlatih bersama dengan Bhikkhu Uttamo.
Teks: samaggi-phala.or.id
Tugu Asoka dengan ciri khas singa dan roda Dharma.
Salah satu ukiran naga pada sudut bangunan.
Menuju tempat latihan meditasi.
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia
Tempat meditasi yang langsung menghadap hamparan pepohonan rimbun. Fasad bangunan-bangunan yang ada di
kawasan ini.
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia
Mahavihara Buddha
Manggala
Mahavihara Buddha Manggala merupakan sebuah wihara besar yang berada di Kota Balikpapan. Wihara ini berdiri di
atas lahan seluas kurang lebih 2,5 hektare dengan posisi yang strategis yakni di sebuah bukit di jantung kota Balikpapan.
Dengan lokasinya yang strategis tersebut, mahavihara ini dapat dikunjungi melalui berbagai ruas jalan utama. Meskipun pada
awal pembangunannya wihara ini mendapat banyak cobaan
dan hambatan, tetapi saat ini wihara telah berdiri dengan indah berkat kebajikan para dermawan. Wihara ini dilengkapi dengan ruang dharmasala yang cukup besar, perpustakaan, tempat sekolah minggu, kuti, ruang serba guna, dapur umum, wisma umat, pondok meditasi dan halaman yang asri.
Teks (digubah seperlunya): Wikipedia
Salah satu keunikan wihara ini adalah adanya patung Buddha tidur yang ditempatkan di ruang dharmasala, berbeda dengan wihara biasa yang menempatkan patung Buddha dalam posisi duduk/meditasi. Pada bagian belakang altar juga terdapat relief berwarna.
Stupa ini dulunya berwarna putih. Saat ini telah dilapisi warna emas sehingga menambah keanggunan stupa ini.
Salah satu relief pada bagian bawah dari altar Buddha tidur.
Fasad ruang uposathagara.
Bangunan kuti tempat tinggal para biksu yang menetap di wihara ini.
Fasad ruang dharmasala. Terdapat sebuah kolam di tengah-tengah halaman wihara. Foto-foto : Hansen
Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia
Wihara
Dhammadipa Arama
Wihara luas yang terletak di Batu, Malang ini juga sering disebut
Padepokan Dhammadipa Arama. Keberadaan Padepokan
Dhammadīpa Ārāma dimulai sejak kedatangan seorang bhikkhu asal Thailand selatan yang bernama Phra Kru Atthacariyarukich (Bhante Win) yang memiliki cita-cita luhur agar umat Buddha
khususnya yang berada di wilayah Malang memiliki sebuah
tempat ibadah yang layak dan patut dibanggakan, yang berada di suatu tanah yang lapang, berhawa sejuk, sepoi dan tidak hangar-bingar karena kebisingan kota. Semenjak itu wihara ini terus berkembang dengan dibangunnya kuti-kuti bagi
para bhikkhu yang sedang menempuh pendidikan agama
Buddha. Tanggal 28 November 1997 diresmikan Uposathagara, Reclining Buddha, dan Balekambang (ruang serba guna) yang
dihadiri oleh para Bhikkhu baik dari dalam maupun luar negeri.
Uposathagara adalah bangunan khusus yang digunakan untuk
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 34
dua tahun sekali bergantian dengan petahbisan bhikkhu di
Uposathagara Vihara Dhammacakkha Jaya di Jakarta Utara.
Reclining Buddha adalah salah satu bentuk atau sikap Meditasi yang dilakukan Sang Buddha sebelum Beliau Parinnibana.
Sebelum Parinnibana Beliau bersabda: “Vaya Dhamma Sankhara, Appamadena Sampadeta” yang berbararti “Hidup Ini Adalah Tidak Kekal, Untuk Itu Berjuanglah dengan
Sungguh-Sungguh Untuk Mencapai Kebebasanmu”. Demikian sabda
terakhir Sang Buddha yang ditulis dalam Māhaparinibbana Sutta.
Balekambang adalah tempat atau ruangan terbuka di atas sebuah kolam yang dapat digunakan untuk berbagai macam
kegiatan, khhususnya sebagai tempat meditasi, rapat, diskusi Dhamma, dan lainnya.
Selain itu terdapat pula museum dalam kompleks padepokan ini yang diberinama Museum Dhammadasa. Masih banyak
fasilitas lainnya seperti ruang perpustakaan, ruang rapat Sangha, ruang Dhammadipa Arama, ruang Myanmar, ruang Cina, ruang Srilanka, ruang Thailand, dan ruang relik. Salah satu
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 36
Keindahan Dhammasala sebagai tempat pelatihan bagi mahasiswa dan mahasiswi STAB Kertarajasa Batu Malang.
Teks (digubah seperlunya): www.dhammadipa-arama.org
Candi Muaro Jambi
Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan
pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C.
Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk
kepentingan militer. Baru pada tahun 1975, pemerintah
Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada
beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari
menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9 sampai
12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah
dipugar yang kesemuanya bercorak agama Buddha. Kesembilan
candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut pernah menjadi pusat hunian dan pendidikan agama Buddha yang sekaligus dan menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Hal ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya manik-manik yang berasal dari Persia, China,
dan India yang saat ini disimpan di museum yang dibangun di kompleks candi ini. Agama Buddha Mahayana Tantrayana
Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 38
lempeng-lempeng bertuliskan
“wajra” pada beberapa candi yang berbentuk mandala.
Candi Muaro Jambi merupakan
kompleks percandian terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Mengingat luasnya kompleks
percandian ini, tersedia
pula persewaan sepeda
sehingga para pengunjung
dapat mengelilingi seluruh Candi Astano berada sekitar
Sudut Candi Astano. Di lokasi candi ini juga ditemukan dua buah padmasana (lapik/ dudukan arca), keramik asing dari masa Dinasti Sung dan ratusan manik-manik.
kompleks percandian ini. Selain itu terdapat pula kanal kuno dan danau buatan kuno yang terdapat di situs ini.
Sejak tahun 2009 Kompleks
Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk
menjadi Situs Warisan Dunia.
Teks (digubah seperlunya): Wikipedia, www.kotajambi.go.id
Candi Kembar Batu dapat ditempuh dari Candi Tinggi ke arah tenggara dengan jarak ± 250 m. Kompleks candi dibatasi parit dan panggar tembok keliling dengan pintu gerbang terletak di sisi timur, serta didalamnya terdapat candi induk dan sejumlah candi perwara. Pada waktu dilakukan ekskavasi berhasil diselamatkan
Candi Gumpung merupakan candi terluar dan paling dekat dengan pintu masuk kawasan kompleks percandian Muaro Jambi. Candi ini dibangun pada pertengahan abad ke-9 Masehi dan memiliki halaman yang cukup luas.
sebuah gong kuno dari perunggu bertuliskan huruf Cina, dan kini benda itu menjadi koleksi Museum Negeri Jambi. Selain itu juga ditemukan pula bata bergambar, bergores serta bertulis, dan keramik asing dari masa Dinasti Sung yang dapat kita lihat di Museum Situs.
LEMBAR SPONSORSHIP
Dana Dhamma adalah dana yang tertinggi
Sang Buddha
Jika Anda berniat untuk menyebarkan Dhamma, yang merupakan dana yang tertinggi, dengan cara menyokong biaya percetakan dan pengiriman buku-buku dana (free distribution), guntinglah halaman ini dan isi dengan keterangan jelas halaman berikut, kirimkan kembali kepada kami. Dana Anda bisa dikirimkan ke :
Rek BCA 4451199867
Jl. Kenari Gg. Tanjung I No.231
Yogyakarta - 55165
(0274) 542919
Keterangan lebih lanjut, hubungi :
Insight Vidyasena Production
08995066277
Email : insight.vidyasena@gmail.com
28.
Melihat Dhamma
Kumpulan ceramah Sri
Pannyavaro Mahathera
29.
Ucapan Benar
Oleh Willy Yandi Wijaya
30.
Kalama Sutta
Oleh Soma Thera, Bhikkhu Bodhi,
Larry Rosenberg, Willy Yandi Wijaya
31.
Riwayat Hidup Maha Kaccana
Oleh Bhikkhu
Bodhi
32.
Ajaran Buddha dan Kematian
Oleh M. O’C.
Walshe, Willy Liu
33.
Dhammadana Para Dhammaduta 2
34.
Dhammaclass Masa Vassa 2
35.
Perbuatan Benar
Oleh Willy Yandi Wijaya
36.
Hidup Bukan Hanya Penderitaan
oleh Bhikkhu
Thanissaro
37.
Asal-usul Pohon Salak
& Cerita-cerita bermakna
lainnya
38.
108 Perumpamaan
Oleh Ajahn Chah
39.
Penghidupan Benar
Oleh Willy Yandi Wijaya
40.
Puja Asadha
Oleh Dhamma Ananda Arif
Kurniawan Hadi Santosa
41.
Riwayat Hidup Maha Kassapa
Oleh Hellmuth
Hecker
42.
Sarapan Pagi
Oleh Frengky
Kami melayani pencetakan ulang (Reprint) buku-buku Free diatas untuk keperluan Pattidana / pelimpahan jasa.
Informasi lebih lanjut dapat melalui :
Insight Vidyasena Production 08995066277
Atau
Email : insight.vidyasena@gmail.com
* NB :
• Untuk buku Riwayat Hidup Sariputta apabila dikehendaki, bagian 1 dan bagian 2 dapat digabung menjadi 1 buku (sesuai pemintaan).
• Anda bisa mendapatkan e-book buku-buku free diatas melalui website :
- www.Vidyasena.or.id
- www.Dhammacitta.org/kategori/penerbit/
insightvidyasena
PROMO
DHAMMAPADA
ATTHAKATHA
(HARD COVER)
Terbitan Insight Vidyasena Production, Vidyasena Vihara
Vidyaloka Yogyakarta.
Tersedia beberapa paket beserta (BONUS):
1. Paket Komplit Rp 170.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha+ Buku Dhamma Vibhaga + Buku Jataka dan Buku Panduan Kursus Dasar Ajaran Buddha );
2. Paket TRIO Dhamma 1 Rp 150.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha+ Dhamma Vibhaga + Jataka );
3. Paket TRIO Dhamma 2 Rp 150.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha + Jataka + Panduan Kursus Dasar Ajaran Buddha );
4. Paket Hemat Rp 120.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha + 1 buku (pilih salah satu antara Dhamma Vibhaga/Panduan Kursus atau Jataka)
jika berminat memesan, dapat menghubungi Eky : 085697928364
pin bbm : 275EE886
Anumodana bagi teman-teman yang mau ikut membagikan pesan ini ke teman yang lain.
*Harga belum termasuk Ongkos Kirim