• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Kumpulan

Wihara dan

Candi Buddhis

(2)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia ii

Tidak diperjualbelikan. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia Editor : Upa. Sasanasena Seng Hansen

Editor foto : Roki Pandapotan Rancang grafis : poise design

Ukuran Buku Jadi : 130 x 185 mm Kertas Cover : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman : 56 halaman

Jenis Font : Calibri, Gondala, Freebooter

Diterbitkan Oleh :

Vidyāsenā Production Vihāra Vidyāloka Jl. Kenari Gg. Tanjung I No. 231 Telp. 0274 542 919 Yogyakarta 55165

Cetakan Pertama, Mei 2013

(3)

Daftar Isi

Prawacana Penerbit iv

Kata Pengantar vi

Bunga Rampai viii

Candi Borobudur 1

Candi Mendut 4

Candi Pawon 8

Wihara Muladharma 11

Wihara Dharma Sundara 15

Wihara Buddha Sakyamuni 19

Panti Semedi Balarejo 25

Mahavihara Buddha Manggala 29

Wihara Dhammadipa Arama 33

(4)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia iv

Prawacana Penerbit

Untuk menyambut hari Tri suci Waisak 2557 TB tahun 2013,

INSIGHT VIDYASENA PRODUCTION kembali menerbitkan

sebuah buku yang berjudul “KUMPULAN WIHARA DAN CANDI

BUDDHIS INDONESIA”. Sebagai umat Buddha kita harus bangga

atas sejarah agama Buddha di Indonesia. Begitu banyak peninggalan budaya, sejarah yang ditinggalkan oleh kerajaan yang mahsyur pada kala itu. Budaya ini dapat berupa tulisan, ukiran dan juga candi. Perkembangan agama Buddha di

Indonesia sangat pesat di kala para pedagang dan pendatang dari India masuk ke tanah air. Maka dari itu kita sebagai umat Buddha sudah sepatutnya mengetahui kekayaan candi yang

merupakan simbol agama bahkan menjadi simbol Indonesia di

dunia internasional.

Selain itu umat Buddha juga memiliki tempat ibadah

yakni wihara. Wihara merupakan tempat umat Buddha melaksanakan ibadahnya. Tempat bertemu dengan para

bhikkhu, tempat bermeditasi, tempat pembabaran Dhamma. Adapun wihara-wihara di Indonesia berjumlah ribuan yang tersebar di nusantara dengan karakteristiknya masing-masing.

Wihara sebagai tempat umat Buddha kini dikemas dalam

bentuk yang beragam, dilihat dari fungsi, serta kepadatan

(5)

Tujuan dari penerbitan buku ini adalah untuk memperkenalkan

beberapa wihara dan candi buddhis indah yang beragam yang ada di Indonesia.

Semoga dengan terbitnya buku ini dapat menambah wawasan tentang candi dan wihara yang ada di Indonesia. Juga menambah

daya tarik kita untuk mengunjunginya. Penerbit berterima

kasih kepada Sdr. Seng Hansen atas idenya untuk penerbitkan

buku ini, juga kepada Sdr. Roki Pandapotan selaku editor dari foto-foto yang terlampir dalam buku ini. Dengan diterbitkannya buku ini, penerbit mengharapkan adanya kelanjutan dari seri

wihara dan candi Buddhis di Indonesia ini. Terima kasih pula

kepada para donatur, berkat bantuan dananya akhirnya buku

ini dapat terbit. Terima kasih kepada para pembaca karena

tanpa Anda, buku ini tidak bermakna. Untuk memperluas cakrawala dan pandangan, marilah kita semakin membiasakan diri untuk membaca buku, khususnya buku Dhamma. Kritik, saran dan masukan sangat kami harapkan dan akan dijadikan

semangat bagi kami untuk menyempurnakan buku-buku kami

selanjutnya. Bhavatu Sabbamaṅgalaṁ, Semoga jadilah semua kebaikan.

Terima kasih atas perhatiannya

Selamat hari Trisuci Waisak 2557 TB

Manajer Produksi Buku

(6)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia vi

Kata Pengantar

Hari raya Tri Suci Waisak merupakan hari besar yang dirayakan

oleh umat Buddha di seluruh dunia. Perayaan ini memperingati kelahiran Pangeran Siddharta, tercapainya penerangan

sempurna oleh pertapa Gotama dan pencapaian Maha

Parinibana oleh Buddha Gotama. Ketiga peristiwa tersebut terjadi pada purnama sidhi di bulan Waisak.

Dalam rangka perayaan hari Tri Suci Waisak tahun 2013, Insight Vidyāsena Production menerbitkan sebuah buku yang memuat foto wihara dan candi buddhis yang ada di Indonesia. Kumpulan foto yang indah ini merupakan hasil karya umat Buddha yang berkecimpung dalam dunia fotografi dan

berkesempatan menyalurkan bakatnya lewat buku ini. Dengan terbitnya buku ini diharapkan umat Buddha Indonesia dapat lebih mengenal situs-situs buddhis yang ada di Indonesia serta

dapat menikmati hasil karya umat Buddha yang luar biasa.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Sdr. Seng Hansen yang telah menyumbangkan ide cemerlang dalam merancang

serta turut membantu menyelesaikan buku ini. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah menyumbangkan hasil karya berupa foto wihara dan candi

(7)

dan terus berusaha menghasilkan karya menakjubkan lainnya.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh donatur yang memungkinkan penerbitan buku ini dapat terlaksana.

Terima kasih juga kami sampaikan pada para pembaca karena tanpa Anda, buku ini tidak memiliki arti penting. Semoga dengan buku ini, kita dapat memperoleh kebahagian dan kedamaian serta dapat menambah informasi tentang wihara

dan candi buddhis yang berada di sekitar kita.

Semoga Anda semua selalu berbahagia.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Ketua Umum

Vidyāsena Vihara Vidyāloka

(8)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia viii

Bunga Rampai

Budaya dan warisan buddhis sangatlah kaya dan beragam. Didalamnya terdapat perpaduan berbagai kebudayaan

setempat yang unik dan sekaligus tetap menonjolkan ciri khas ajaran Buddha yang luhur. Warisan dan budaya buddhis ini

telah diwariskan dari masa ke masa melalui sebuah benang penghubung. Benang penghubung itu adalah wihara sebagai tempat ibadah para umat Buddha.

Fungsi wihara sangatlah beragam. Beberapa diantaranya

adalah sebagai tempat ibadah umat Buddha, tempat tinggal para biksu dan biksuni, pusat latihan meditasi, tempat edukasi,

dan sarana wisata spiritual. Dengan adanya wihara inilah maka

ajaran Buddha dapat terus hidup dan lestari di tengah-tengah masyarakat kita yang majemuk.

Sebuah ulasan mengenai kebajikan dalam puja bhakti di wihara telah diulas oleh Upa. Bodhivimalo Bodhi Limas. Beliau menemukan setidaknya ada 15 (lima belas) manfaat kebajikan dari pergi ke wihara, yaitu:

1. Kebajikan melalui pikiran, yaitu dengan niat baik pergi ke

wihara untuk melakukan kebaikan

(9)

memberikan penampilan terbaik yang rapi dan bersih sehingga enak dipandang mata

3. Kebajikan dari pengorbanan, yaitu mengorbankan waktu,

tenaga dan uang untuk pergi ke wihara dan melakukan kebaikan

4. Belajar rendah hati dengan memberikan penghormatan

kepada Buddha rupang maupun orang-orang yang patut

dihormati

5. Belajar menjaga sikap, yaitu menjaga pikiran, ucapan dan

perbuatan selama berada di lingkungan wihara

6. Berbuat kebajikan melalui ucapan, yaitu dengan membacakan paritta pada saat puja bhakti

7. Berlatih meditasi

8. Menjaga kelestarian ajaran Buddha, yaitu dengan mengulang kembali sutta-sutta yang telah dibabarkan oleh

guru agung kita dan berdiskusi dengan teman

9. Mendengarkan dharma pada waktu yang sesuai – adalah berkah utama

10. Bergaul dengan para bijaksana – adalah berkah utama 11. Berbuat baik dengan mengucapkan Sabbe Satta Bhavantu

Sukkhitatta, semoga semua makhluk hidup berbahagia 12. Kebajikan dengan melakukan dana paramita

13. Kebajikan dengan melakukan patidana (pelimpahan jasa) 14. Kebajikan dengan menjadi petugas puja bhakti

15. Kebajikan dari acara-acara lainnya yang biasa diadakan di lingkungan wihara seperti donor darah, diskusi dharma,

penerbitan buku dll.

Penerbitan buku ini bertujuan untuk mengenal lebih dekat

(10)
(11)

Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah candi terbesar di dunia bagi umat

Buddha. Candi yang terletak di kota Magelang ini telah menjadi objek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi oleh

wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Keindahan

candi ini terletak dari sisi historis, arsitektur dan misterinya yang selalu mengundang perhatian para penikmat seni budaya untuk mengambil setiap momen-momen penting yang terjadi

disini.

Dibangun sejak abad ke-9 dan sempat terkubur selama 6 abad membuat candi ini semakin eksotis untuk dikunjungi. Pada puncak kejayaan agama Hindu-Buddha di Indonesia dan Jawa khususnya, Dinasti Sailendra yang berkuasa tatkala itu berniat

membangun sebuah candi termegah dan terbesar di Jawa sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha. Arsitektur candi ini mencerminkan gaya desain Gupta dari India. Monumen

(12)

Keindahan dan kemegahan candi ini menjadi bukti kebijaksanaan lokal masyarakat Indonesia jaman dahulu yang telah berhasil mencapai kejayaan dalam bidang seni dan

budaya yang tak kalah oleh bangsa lainnya di dunia. Candi yang

ditemukan kembali pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles (penguasa Jawa dari Inggris pada waktu itu) telah

memperoleh pengakuan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Keindahan dan keagungan candi ini telah menjadi sumber

inspirasi bagi banyak orang dan banyak pula mempengaruhi seni arsitektur Indonesia.

Teks (digubah seperlunya): Wikipedia

Foto : Franki Wijaya | Samarinda

Stupa-stupa pada candi Borobudur telah menjadi daya tarik dan keunikan bagi candi ini. Stupa-stupa yang sangat banyak jumlahnya ini berbentuk seperti sebuah lonceng dengan patung-patung Buddha di dalamnya.

Meskipun Borobudur dibangun sebagai sebuah stupa raksasa, candi ini terdiri dari banyak stupa-stupa kecil. Bentuk stupa pada candi Borobudur telah menjadi ciri khas tersendiri bagi arsitektur stupa buddhis Indonesia karena terdapat lubang-lubang yang membuatnya terlihat seperti terbuat dari anyaman ketupat.

(13)
(14)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 4

Candi Mendut

Candi Mendut merupakan salah satu candi buddhis yang dibangun pada abad ke-9 dan terletak berdekatan dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon. Candi Mendut merupakan candi

tertua di antara ketiganya. Menurut inskripsi Karangtengah,

candi ini dibangun dan selesai selama masa pemerintahan

Raja Indra dari Dinasti Sailendra. Inskripsi bertahun 824 M ini menyebutkan bahwa Raja Indra dari Sailendra telah

membangun sebuah bangunan suci bernama Venuvana yang

berarti “hutan bambu”.

Sama seperti Candi Borobudur, candi ini juga sempat terlantar

dan ditemukan kembali pada tahun 1836 di antara semak belukar. Restorasi candi ini dimulai tahun 1897 dan selesai

tahun 1925. Salah satu hal paling menarik dari candi ini adalah adanya relief cerita Jataka (salah satunya adalah cerita angsa dan kura-kura).

Candi yang terletak di Kota Mungkid, Magelang ini juga

menyimpan 3 patung didalam ruang utamanya yaitu patung Dhyani Buddha Wairocana yang diapit oleh Bodhisatwa

Avalokitesvara dan Vajrapani. Selain mengunjungi candi ini, wisatawan juga dapat mengunjungi Vihara Mendut yang

terletak di belakang candi ini.

Teks (digubah seperlunya): Wikipedia

(15)
(16)

Warna keemasan dari pantulan cahaya pada patung Buddha berpadu dengan warna kuning dari jubah para biksu dan warna batu alam dari fasad candi ini menjadikan candi ini sebagai tempat spiritual yang hening dan indah.

Sebagaimana tradisi yang berlaku biasanya, perayaan dan upacara yang dilakukan di Candi Mendut mencerminkan akulturasi budaya Jawa dan buddhis dimana terdapat banyak pemakaian janur dan atribut lainnya.

(17)
(18)

Candi Pawon

Candi terkecil dari trio candi di Magelang ini bernama Candi

Pawon. Letaknya berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur dalam satu garis lurus (Candi Borobudur ke arah timur dan Candi Mendut ke arah barat). Nama lain dari candi ini adalah Bajranalan yang berasal dari bahasa Sansekerta vajra (halilintar) dan anala (api).

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia

(19)

Meskipun mungil, candi ini penuh dengan ukiran-ukiran indah dan menawan. Pada bagian atas candi ini terdapat stupa-stupa kecil yang menunjukkan bahwa candi ini bercorak agama Buddha.

(20)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 10

Seorang umat berbaju batik sedang melakukan persembahyangan di depan altar yang dibuat persis di depan candi ini.

Di dalam bili candi ini tidak ditemukan arca sehingga sulit untuk mengidentifikasi sejarah candi ini lebih jauh. Hal yang menarik

dari Candi Pawon adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar

candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (makhluk berkepala manusia dan berbadan burung).

Teks (digubah seperlunya): Wikipedia

(21)

Wihara Muladharma

Vihara Theravada Muladharma yang terletak di Samarinda,

Kalimantan Timur ini merupakan sebuah bangunan kultural dan

multi fungsi. Terdapat 4 (empat) fasilitas dalam kawasan vihara ini yaitu fasilitas hunian (tempat tinggal), fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan dan fasilitas penunjang lainnya.

Di dalam kawasan vihara ini terdapat bangunan sebagai tempat

tinggal para biksu atau yang biasa disebut kuti oleh para umat Buddha, aula atau dharmasala, ruang meditasi, ruang serba guna, ruang tamu, ruang pelatihan, perpustakaan, ruang kerja,

gudang dan toilet.

Vihara yang telah berusia 20 tahun ini mencerminkan nilai dan filosofi buddhis dalam ragam arsitekturnya yang mengacu pada “Pemutaran Roda Dharma”, “Bunga Teratai” dan “Borobudur”. Oleh karena itu, dalam perancangannya banyak digunakan 2 bentuk dasar yaitu kotak dan lingkaran yang dipadukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh satu kesatuan bentuk yang dapat mencerminkan citra sebuah wihara.

Teks (digubah seperlunya): Merliana Kumala Dewi

(22)

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia 12

(23)

Para umat sedang melintasi kolam meditasi sambil membawa lentera yang melambangkan cahaya yang menerangi di kegelapan batin. Para biksu sedang memimpin prosesi

(24)

Tampak kesederhanaan dan kesahajaan para umat yang menempati ruang dharmasala yang kecil dan mungil namun nyaman ini. Kegiatan puja bhakti dilangsungkan disini dengan penuh ketertiban.

Dengan seutas benang yang diuraikan dan dipegang oleh para biksu melambangkan untaian doa dan harapan yang tak putus. Secara serentak dan bersama-sama memancarkan cinta kasih universal hingga berakhir pada pengharapan: “Semoga semua makhluk hidup berbahagia”.

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia

(25)

Wihara

Dharma Sundara

Vihara yang terletak di Jalan Ir. Juanda 223B di kota Solo ini merupakan sebuah wihara besar yang menjadi pusat ibadah bagi umat Buddha. Seperti umumnya wihara-wihara besar lainnya, di dalam kawasan wihara ini kita juga dapat melihat berbagai fasilitas dan ragam bangunan antara lain stupa, ruang dharmasala, kuti, taman. Selain itu terdapat pula fasilitas

temple stay di wihara ini bagi umat yang berniat bermalam.

Salah satu objek paling menarik adalah stupa besar yang

mencerminkan gaya arsitektur dari negara-negara buddhis di

Asia Tenggara. Stupa yang diresmikan sekitar tahun 2004 ini

menyimpan relik suci pemberian dari Sangha Buddhis negara tetangga. Stupa sendiri merupakan salah satu bangunan buddhis yang memang banyak digunakan sebagai tempat penyimpanan barang atau relik suci.

Tak hanya itu, kecantikan arsitektur dan keasriannya telah membuat wihara ini menjadi salah satu objek wisata bagi para

wisatawan lokal maupun dari kota lain di sekitar Solo.

Teks: various

(26)

Stupa dalam komplek wihara yang menyimpan relik suci. Stupa berwarna putih gading ini akan sangat indah dinikmati bila ditemani lampu penerangan yang menyorot ke arah bangunan ini.

Stupa ini juga tak kalah indahnya dinikmati di pagi hari. Dihiasi bunga-bunga yang melambangkan keharuman dan kelapukan dalam filosofi buddhis menambah kecantikan stupa putih ini.

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia

(27)

Ruang dharmasala yang mungil namun nyaman ini menjadi pusat kegiatan puja bhakti yang diadakan setiap minggunya. Pada waktu-waktu tertentu diadakan pula latihan meditasi di tempat ini.

(28)

Fasad depan wihara yang diambil menjelang malam hari. Disorot oleh lampu berwarna kuning membuat bangunan ini terlihat seperti terbuat dari emas.

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia

(29)

Wihara Buddha

Sakyamuni

Vihara Buddha Sakyamuni merupakan sebuah bangunan suci umat Buddha dengan bentuk yang dapat dikatakan berbeda dengan desain bangunan yang ada di Bali pada umumnya. Dengan bentuknya yang unik bangunan milik Yayasan Buddha

Sakyamuni yang terletak di Jalan Gunung Agung, Lk. Padang

(30)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 20

Luas total kawasan ini ± 1.500 meter persegi, dengan total area yang dibangun yaitu seluas ± 900 meter persegi. Bangunan ini mulai didirikan pada tanggal 9 Juli 2000 dan selesai tahun 2005, memakan waktu yang cukup lama karena masalah biaya

pembangunan pada saat itu. Ir. Senata dan Ir. Ngurah Artawa

selaku arsitek dari Vihara Buddha Sakyamuni menjelaskan

teknik pembagian area pada bangunan VBSM menyerupai

teknik atau filosofi Pura yang ada di Bali pada umumnya, yaitu jeroan, jaba tengah, dan jaba sisi atau zona suci, zona puja, dan

zona umum/publik.

Pada jeroan atau zona suci sesuai dengan namanya area inilah

tempat dibangunnya bangunan Vihara yang megah dan mewah

ini. Vihara ini bertingkat dua dimana lantai dua difungsikan sebagai Dhammasala atau tempat puja bhakti umat Buddha dan di lantai satu difungsikan sebagai aula, kantor, dan perpustakaan. Dan pada bagian belakangnya difungsikan sebagai Kuti atau tempat tinggal Bikkhu.

Pada jaba tengahnya terdapat sebuah kolam berbentuk bunga teratai yang memiliki makna. Bagi umat Buddha,

teratai melambangkan sebuah kesakralan dalam berbagai masalah kehidupan dan dalam bahasa sansekerta disebut

(31)
(32)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 22

berfungsi sebagai tempat umat menunggu, bercengkrama, dll

sebelum memasuki Dhammasala.

Pada jaba sisi atau zona luar terdapat sebuah Bale Kulkul yang megah yang juga mencerminkan identitas arsitektur Bali untuk sebuah bangunan suci. Fungsinya hampir sama seperti di Pura

yaitu untuk mengkomunikasikan atau memberi pengumuman.

Pada area ini juga terdapat sebuah bangunan tempat

(33)

menyimpan alat-alat dan sebuah bangunan yang difungsikan juga untuk sekolah minggu untuk para umat Buddha yang masi kecil. Dan area ini juga terdapat lahan yang cukup luas, pada

hari raya areal ini digunakan untuk acara sedangkan pada hari

minggu (hari biasa), areal ini digunakan untuk tempat parkir.

Pada bagian atas bangunan ini terdapat ornamen atau hiasan

yang berfungsi menjadi atap yang berbentuk menyerupai

(34)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 24

bola di bawahnya dan bentuk kerucut atau tabung pada

bagian atasnya, seiring dengan perkembangan waktu bentuk

stupa mulai sedikit berubah. Dahulu stupa digunakan untuk

menyimpan abu dari Sang Buddha. Seiring berjalannya waktu stupa menjadi salah satu simbol agama Buddha.

Secara umum, wihara ini mencerminkan perpaduan budaya

buddhis dan budaya local Bali yang melahirkan sebuah kesakralan dan keasrian yang indah dan menawan.

Teks (digubah seperlunya): Gian Luvmi (dakokong.blogspot.com) Foto: Arief Murti

(35)

Panti Semedi

Balarejo

Bertempat di Wlingi, Desa Balerejo, Blitar, Jawa Timur, tempat nan indah dan sejuk setinggi 550 m dari permukaan laut dengan luas hampir 60.000 m2 ini adalah merupakan tempat ideal untuk melatih meditasi. Latihan meditasi adalah merupakan latihan mengendalikan pikiran, ucapan serta perbuatan yang merupakan perilaku utama dalam menghayati Ajaran Sang

Buddha.

Untuk sementara ini, latihan meditasi di Panti Semedi Balerejo

baru diadakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober

setiap tahunnya yang lebih dikenal dengan masa vassa. Masa vassa adalah masa tiga bulan para bhikkhu tinggal di satu tempat tertentu untuk lebih giat berlatih diri dalam

bermeditasi. Selama masa vassa itu pula para peserta meditasi

di Panti Semedi Balerejo dapat berlatih bersama dengan Bhikkhu Uttamo.

Teks: samaggi-phala.or.id

(36)

Tugu Asoka dengan ciri khas singa dan roda Dharma.

Salah satu ukiran naga pada sudut bangunan.

Menuju tempat latihan meditasi.

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia

(37)
(38)

Tempat meditasi yang langsung menghadap hamparan pepohonan rimbun. Fasad bangunan-bangunan yang ada di

kawasan ini.

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia

(39)

Mahavihara Buddha

Manggala

Mahavihara Buddha Manggala merupakan sebuah wihara besar yang berada di Kota Balikpapan. Wihara ini berdiri di

atas lahan seluas kurang lebih 2,5 hektare dengan posisi yang strategis yakni di sebuah bukit di jantung kota Balikpapan.

Dengan lokasinya yang strategis tersebut, mahavihara ini dapat dikunjungi melalui berbagai ruas jalan utama. Meskipun pada

awal pembangunannya wihara ini mendapat banyak cobaan

dan hambatan, tetapi saat ini wihara telah berdiri dengan indah berkat kebajikan para dermawan. Wihara ini dilengkapi dengan ruang dharmasala yang cukup besar, perpustakaan, tempat sekolah minggu, kuti, ruang serba guna, dapur umum, wisma umat, pondok meditasi dan halaman yang asri.

Teks (digubah seperlunya): Wikipedia

(40)

Salah satu keunikan wihara ini adalah adanya patung Buddha tidur yang ditempatkan di ruang dharmasala, berbeda dengan wihara biasa yang menempatkan patung Buddha dalam posisi duduk/meditasi. Pada bagian belakang altar juga terdapat relief berwarna.

Stupa ini dulunya berwarna putih. Saat ini telah dilapisi warna emas sehingga menambah keanggunan stupa ini.

(41)

Salah satu relief pada bagian bawah dari altar Buddha tidur.

(42)

Fasad ruang uposathagara.

Bangunan kuti tempat tinggal para biksu yang menetap di wihara ini.

Fasad ruang dharmasala. Terdapat sebuah kolam di tengah-tengah halaman wihara. Foto-foto : Hansen

Kumpulan Vihara dan Candi Buddhis Indonesia

(43)

Wihara

Dhammadipa Arama

Wihara luas yang terletak di Batu, Malang ini juga sering disebut

Padepokan Dhammadipa Arama. Keberadaan Padepokan

Dhammadīpa Ārāma dimulai sejak kedatangan seorang bhikkhu asal Thailand selatan yang bernama Phra Kru Atthacariyarukich (Bhante Win) yang memiliki cita-cita luhur agar umat Buddha

khususnya yang berada di wilayah Malang memiliki sebuah

tempat ibadah yang layak dan patut dibanggakan, yang berada di suatu tanah yang lapang, berhawa sejuk, sepoi dan tidak hangar-bingar karena kebisingan kota. Semenjak itu wihara ini terus berkembang dengan dibangunnya kuti-kuti bagi

para bhikkhu yang sedang menempuh pendidikan agama

Buddha. Tanggal 28 November 1997 diresmikan Uposathagara, Reclining Buddha, dan Balekambang (ruang serba guna) yang

dihadiri oleh para Bhikkhu baik dari dalam maupun luar negeri.

Uposathagara adalah bangunan khusus yang digunakan untuk

(44)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 34

dua tahun sekali bergantian dengan petahbisan bhikkhu di

Uposathagara Vihara Dhammacakkha Jaya di Jakarta Utara.

Reclining Buddha adalah salah satu bentuk atau sikap Meditasi yang dilakukan Sang Buddha sebelum Beliau Parinnibana.

Sebelum Parinnibana Beliau bersabda: “Vaya Dhamma Sankhara, Appamadena Sampadeta” yang berbararti “Hidup Ini Adalah Tidak Kekal, Untuk Itu Berjuanglah dengan

Sungguh-Sungguh Untuk Mencapai Kebebasanmu”. Demikian sabda

terakhir Sang Buddha yang ditulis dalam Māhaparinibbana Sutta.

(45)

Balekambang adalah tempat atau ruangan terbuka di atas sebuah kolam yang dapat digunakan untuk berbagai macam

kegiatan, khhususnya sebagai tempat meditasi, rapat, diskusi Dhamma, dan lainnya.

Selain itu terdapat pula museum dalam kompleks padepokan ini yang diberinama Museum Dhammadasa. Masih banyak

fasilitas lainnya seperti ruang perpustakaan, ruang rapat Sangha, ruang Dhammadipa Arama, ruang Myanmar, ruang Cina, ruang Srilanka, ruang Thailand, dan ruang relik. Salah satu

(46)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 36

Keindahan Dhammasala sebagai tempat pelatihan bagi mahasiswa dan mahasiswi STAB Kertarajasa Batu Malang.

Teks (digubah seperlunya): www.dhammadipa-arama.org

(47)

Candi Muaro Jambi

Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan

pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C.

Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk

kepentingan militer. Baru pada tahun 1975, pemerintah

Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno pada

beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari

menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9 sampai

12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah

dipugar yang kesemuanya bercorak agama Buddha. Kesembilan

candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut pernah menjadi pusat hunian dan pendidikan agama Buddha yang sekaligus dan menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Hal ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya manik-manik yang berasal dari Persia, China,

dan India yang saat ini disimpan di museum yang dibangun di kompleks candi ini. Agama Buddha Mahayana Tantrayana

(48)

Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia 38

lempeng-lempeng bertuliskan

“wajra” pada beberapa candi yang berbentuk mandala.

Candi Muaro Jambi merupakan

kompleks percandian terbesar dan yang paling terawat di pulau Sumatera. Mengingat luasnya kompleks

percandian ini, tersedia

pula persewaan sepeda

sehingga para pengunjung

dapat mengelilingi seluruh Candi Astano berada sekitar

(49)

Sudut Candi Astano. Di lokasi candi ini juga ditemukan dua buah padmasana (lapik/ dudukan arca), keramik asing dari masa Dinasti Sung dan ratusan manik-manik.

kompleks percandian ini. Selain itu terdapat pula kanal kuno dan danau buatan kuno yang terdapat di situs ini.

Sejak tahun 2009 Kompleks

Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk

menjadi Situs Warisan Dunia.

Teks (digubah seperlunya): Wikipedia, www.kotajambi.go.id

(50)

Candi Kembar Batu dapat ditempuh dari Candi Tinggi ke arah tenggara dengan jarak ± 250 m. Kompleks candi dibatasi parit dan panggar tembok keliling dengan pintu gerbang terletak di sisi timur, serta didalamnya terdapat candi induk dan sejumlah candi perwara. Pada waktu dilakukan ekskavasi berhasil diselamatkan

Candi Gumpung merupakan candi terluar dan paling dekat dengan pintu masuk kawasan kompleks percandian Muaro Jambi. Candi ini dibangun pada pertengahan abad ke-9 Masehi dan memiliki halaman yang cukup luas.

sebuah gong kuno dari perunggu bertuliskan huruf Cina, dan kini benda itu menjadi koleksi Museum Negeri Jambi. Selain itu juga ditemukan pula bata bergambar, bergores serta bertulis, dan keramik asing dari masa Dinasti Sung yang dapat kita lihat di Museum Situs.

(51)

LEMBAR SPONSORSHIP

Dana Dhamma adalah dana yang tertinggi

Sang Buddha

Jika Anda berniat untuk menyebarkan Dhamma, yang merupakan dana yang tertinggi, dengan cara menyokong biaya percetakan dan pengiriman buku-buku dana (free distribution), guntinglah halaman ini dan isi dengan keterangan jelas halaman berikut, kirimkan kembali kepada kami. Dana Anda bisa dikirimkan ke :

Rek BCA 4451199867

Jl. Kenari Gg. Tanjung I No.231

Yogyakarta - 55165

(0274) 542919

Keterangan lebih lanjut, hubungi :

Insight Vidyasena Production

08995066277

Email : insight.vidyasena@gmail.com

(52)
(53)
(54)

28.

Melihat Dhamma

Kumpulan ceramah Sri

Pannyavaro Mahathera

29.

Ucapan Benar

Oleh Willy Yandi Wijaya

30.

Kalama Sutta

Oleh Soma Thera, Bhikkhu Bodhi,

Larry Rosenberg, Willy Yandi Wijaya

31.

Riwayat Hidup Maha Kaccana

Oleh Bhikkhu

Bodhi

32.

Ajaran Buddha dan Kematian

Oleh M. O’C.

Walshe, Willy Liu

33.

Dhammadana Para Dhammaduta 2

34.

Dhammaclass Masa Vassa 2

35.

Perbuatan Benar

Oleh Willy Yandi Wijaya

36.

Hidup Bukan Hanya Penderitaan

oleh Bhikkhu

Thanissaro

37.

Asal-usul Pohon Salak

& Cerita-cerita bermakna

lainnya

38.

108 Perumpamaan

Oleh Ajahn Chah

39.

Penghidupan Benar

Oleh Willy Yandi Wijaya

40.

Puja Asadha

Oleh Dhamma Ananda Arif

Kurniawan Hadi Santosa

41.

Riwayat Hidup Maha Kassapa

Oleh Hellmuth

Hecker

42.

Sarapan Pagi

Oleh Frengky

(55)

Kami melayani pencetakan ulang (Reprint) buku-buku Free diatas untuk keperluan Pattidana / pelimpahan jasa.

Informasi lebih lanjut dapat melalui :

Insight Vidyasena Production 08995066277

Atau

Email : insight.vidyasena@gmail.com

* NB :

• Untuk buku Riwayat Hidup Sariputta apabila dikehendaki, bagian 1 dan bagian 2 dapat digabung menjadi 1 buku (sesuai pemintaan).

• Anda bisa mendapatkan e-book buku-buku free diatas melalui website :

- www.Vidyasena.or.id

- www.Dhammacitta.org/kategori/penerbit/

insightvidyasena

(56)

PROMO

DHAMMAPADA

ATTHAKATHA

(HARD COVER)

Terbitan Insight Vidyasena Production, Vidyasena Vihara

Vidyaloka Yogyakarta.

Tersedia beberapa paket beserta (BONUS):

1. Paket Komplit Rp 170.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha+ Buku Dhamma Vibhaga + Buku Jataka dan Buku Panduan Kursus Dasar Ajaran Buddha );

2. Paket TRIO Dhamma 1 Rp 150.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha+ Dhamma Vibhaga + Jataka );

3. Paket TRIO Dhamma 2 Rp 150.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha + Jataka + Panduan Kursus Dasar Ajaran Buddha );

4. Paket Hemat Rp 120.000 ( Buku Dhammapada Atthakatha + 1 buku (pilih salah satu antara Dhamma Vibhaga/Panduan Kursus atau Jataka)

jika berminat memesan, dapat menghubungi Eky : 085697928364

pin bbm : 275EE886

Anumodana bagi teman-teman yang mau ikut membagikan pesan ini ke teman yang lain.

*Harga belum termasuk Ongkos Kirim

Referensi

Dokumen terkait

Didukung dengan panorama pegunungan yang indah di sekelilingnya, udara yang sejuk dan letaknya yang berdekatan dengan obyek-obyek wisata yang lain seperti Candi

[r]

Percobaan pengubahan fenol menjadi kaliksarena juga telah dilakukan dengan menggunakan katalis asam, namun hasil yang diperoleh merupakan campuran dari oligomer linier

Dalam penelitian yang sama, ditemukan pula bahwa serat alam memiliki kekuatan dan kekakuan spesifik yang cukup tinggi dan dapat digunakan sebagai material penguat

Oleh karena itu, notasi model antrian pada rumah makan Kober Mie Setan Jl.Soekarno- Hatta yaitu (M/M/1);(FCFS/∞/∞), yang berarti model antrian menyatakan kedatangan

Pemerintah Indonesia juga terus berusaha dalam mengurangi risiko bencana, termasuk bencana tsunami yang sering terjadi dengan skala dan dampak yang beragam, mulai dari yang

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Norma Moral dan Kebijakan Sunset Policy terhadap Peningkatan

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki potensi uranium yang besar dan berkualitas baik di Kalimantan Barat, program pengembangan teknologi nuklir