• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR - TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KATA PENGANTAR - TUGAS AKHIR"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan karunia, nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat Penulis selesaikan walaupun dalam penyajiannya masih sangat sederhana.

Selanjutnya izinkanlah Penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir semester pada mata kuliah Teori Pembangunan, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Sulaeman Fatta, M.Si. selaku pengampuh mata kuliah yang telah memberikan banyak bekal untuk menatap dan mendalami beberapa konsep pembangunan.

2. Keluarga tercinta, isteri Muflihah,S.Pd.,M.Si. yang senantiasa memberikan motivasi dan dorongan untuk selalu menyelesaikan studi.

3. Rekan-rekan Mahasiswa S2 Jurusan MSDA dan AKP kelas H, angkatan 2016. Semoga segala bantuan dan partisipasi dapat bernilai ibadah di sisi-Nya dan kepada bapak pengampuh mata kuliah untuk memberikan masukan, saran dan koreksi demi perbaikan tugas-tugas di masa-masa yang akan datang.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

(3)

Analisis kebutuhan harus dilakukan secara cermat agar dapat menggali kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat banyak, bukan merupakan keinginan beberapa orang saja, apakah tokoh masyarakat, atau kepala desa yang mempunyai kewenangan menentukan keputusan. Dalam

Community Development (pembangunan masyarakat) mengandung upaya untuk meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki (participating and belongingtogether) terhadap program yang dilaksanakan, dan harus mengandung unsur pemberdayaan masyarakat.

1.2. Paradigma Pembangunan

Paradigma diartikan sebagai suatu kesepakatan beberapa ilmuwan (pakar) dalam kurun waktu tertentu tentang “mengapa”, “apa”, dan “bagaimana” pembangunan itu dilaksanakan Mengapa-apa-bagaimana itu dipengaruhi oleh ciri atau karakteristik yang menjiwai suatu masa tertentu. Waktu, tempat dan peristiwa memberi ciri atau warna tertentu terhadap suatu masa dimana para pakar hidup dan berkarya. Perkembangan paradigma umumnya berlangsung secara evolusioner, tetapi dapat pula secara revolusioner (drastis). Pembangunan masyarakat (pedesaan) pada masa yang lalu mendasarkan pada azas pemerataan yang penerapannya diarahkan secara sektoral dan pada setiap desa.

(4)

namun terdapat pergeseran menuju paradigma pembangunan partisipasi pelaku pembangunan ekonomi masyarakat yang menuntut kerangka perencanaan pembangunan spasial (tata ruang).

(5)

1.3. Prinsip Pembangunan Masyarakat

Meskipun pembangunan masyarakat selalu menjadi fokus perhatian pemerintah sejak lama, namun azas dan strategi pembangunan masyarakat (pedesaan) seringkali mengalami perubahan. Dalam rezim Orde Baru paradigma pembangunan mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pembangunan. Kapitalisasi sektor pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas serta integrasi dengan pemasaran yang lebih luas (ekspor) dilaksanakan melalui program antara lainya itu Bimbingan Massal (Bimas) yang pada hakekatnya merupakan pendekatan “top down” yang berorientasi pada pencapaian target.

(6)

Sentralistik dan uniformalitas yang dibangun oleh rezim orde baru telah menyebabkan lumpuhnya partisipasi dan kreatifitas masyarakat bawah. State formation yang sangat ekspansif telah merusak struktur dan kelembagaan sosial yang telah lama tergantikan dengan struktur dan kelembagaan birokrasi yang sumir dan formalitas (Suparjan, 2003:20). Dengan demikian proses pembangunan yang dilakukan ternyata tidak mampu mewujudkan tujuan idealnya yaitu memperluas kapabilitas masyarakat dan membuat mereka lebih berdaya.

(7)

1.4. Pendekatan Dalam Pembangunan

Bintoro dan Moestopadidjaja menyatakan bahwa pembangunan bagi negara-negara yang baru mencapai kemerdekaannya setelah PD II terarah pada usaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan tradisional dan hambatan-hambatan transisional menuju tingkat stabilitas dan kemajuan tertentu. Terkait dengan masalah tersebut, dikemukakannya pula bahwa pendekatan pembangunan yang seyogyanya ditempuh negara-negara tersebut adalah Pembangunan Bangsa (Sociocultural Development) dan Pembangunan Ekonomi (EconomicDevelopment).

1. Pendekatan Pembangunan Bangsa (Sociocultural Development Approach)

(8)

1.a. Pembangunan Politik (Political Development)

Pembangunan politik dapat dikatakan sebagi suatu proses pembinaan bangsa (nation building). Hal ini akan dimengerti dengan mengacu pada pendapat Esman (1971) yang memberikan pengertian tentang pembinaan bangsa. Dia menyatakan bahwa “usaha sistematis dan terpadu dalam pembangunan masyarakat politik, sebenarnya merupakan bagian dari pembangunan politik”. Sementara W. Pye (1966) menganggap bahwa pembangunan politik adalah pembinaan bangsa. Dan Esman mengangap bahwa pembinaan bangsa tersebut merupakan bagian dari pembangunan politik. Ada dua hal yang dapat ditarik dari pembangunan tersebut, yaitu: pertama, apapun perbedaannya, pembangunan politik dan pembinaan bangsa tidak dapat dipisahkan. Ini berarti bahwa keduanya harus dijalankan secara bersama-sama dalam kurun waktu yang sama pula (simultan). Kedua, bahwa pembangunan politik dan pembinaan bangsa merupakan dua hal penting yang tidak bisa ditinggalkan dalam konteks pembangunan secara umum.

Pembangunan politik sebagai suatu proses pembinaan bangsa tidak hanya memilki sasaran-sasaran untuk melakukan perubahan-perubahan institusional dalam sistem pemerintahan dan politik, tetapi juga dalam sistem kelembagaan sosial dan ekonomi suatu bangsa, yang menurut Bintoro dan Mustopadidjaja lebih dikenal sebgai aspek pembangunan sosial budaya .

(9)

a.1. Adanya elit penguasa yang mendorong dan mengarahkan perubahan (modernisasi);

a.2. Adanya doktrin yang mendasari norma-norma, prioritas, peralatan dan strategi elit penguasa tersebut;

a.3. Adanya seperangkat peralatan yang menjamin komunikasi dua arah dan yang mampu menerjemehkan komitmen-komitmen politik kedalam suatu program operasional.

1.b. Pembangunan Sosial Budaya (Socio Cultural Development)

Bukti empirik yang terjadi di beberapa negara dalam proses pembangunan, seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, dan sebagainya, menunjukkan bahwa masalah politik, ekonomi, sosial budaya selalu menjadi faktor yang saling mempengaruhi.

Pembangunan yang hanya menekankan pada salah satu faktor saja dipastikan tidak akan dapat mempertahankan kontinuitas dan stabilitas pelaksanaannya, bahkan bisa mengalami kegagalan yang lebih parah, karena kurang memiliki relevansi yang kuat terhadap hakikat pembangunan itu sendiri.

(10)

Mengingat itu semua perlu dilakukan pembangunan sosial dan budaya dalam arti yang lebih luas, dimana pembangunan diarahkan untuk mewujudkan perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh, meliputi aspek-aspek yang terkait di dalamnya, dan tidak dilaksanakaan secara parsial, melainkan dilaksanakan secara sinergis dan simultan dalam suatu proses pembangunan. Konsep itu sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bintoro, yang menyatakan “…perhatian terhadap pembagunan ekonomi saja sudah di akui tidak memberikan jaminan suatu proses pembangunan nasional yang stabil dan kontinue, apabila diabaikan berbagai segi di bidang sosial lainnya.

2. Pendekatan Pembangunan Ekonomi (Economic Development Approach)

Pendekatan pembangunan ekonomi dapat dibagi dalam tiga aliran yang dikenal dengan aliran klasik, Keynesian, dan neo klasik.

2.a. Aliran Klasik.

(11)

Adam Smith sangat percaya bahwa tanpa campur tangan pemerintah akan terbentuk keseimbangan dalam sistem perekonomian masyarakat. Harga yang ditentukan oleh mekanisme pasar menurutnya akan mempengaruhi produksi, alokasi, pendapatan dan distribusi serta konsumsi. Dengan demikian, harga yang terbentuk dipasar akan mengatur rencana produksi, pengalokasian, serta pendistribusiannya secara ilmiah, sehingga secara ilmiah pula akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan keyakinan mengenai adanya faktor alamiah yang tidak tampak atau invisible hand tersebut, ia berpendapat bahwa akan terbentuk natural order dan natural price dalam perekonomian.

Ajaran Adam Smith ini dalam prakteknya banyak menimbulkan kepincangan sosial, yang memunculkan jurang pemisah yang sangat dalam diantara pelaku ekonomi dan masyarakat secara umum. Semangat individualisme yang kental dalam ajarannya tersebut telah menyebabkan munculnya golongan-golongan ekonomi yang sangat “timpang’, dimana yang kaya semakin kaya, sedangkan yang miskin semakin miskin, karena “siapa yang kuat dialah yang menang”.

(12)

Tokoh ekonomi klasik lainnya yang dikenal dalam sejarah pemikiran pembangunan ekonomi antara lain adalah David Ricardo (1917), Robert Malthus (1798), dan Jhon Stuart Mill. Bagi Smith, penduduk secara pasti merupakan tenaga produksi yang akan melahirkan perluasan pasar dan perkembangan ekonomi. Dengan meluasnya pasar, akan terbuka inovasi-inovasi baru yang pada gilirannya akan mendorong perluasan pembagian kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sejalan dengan Smith adalah pandangan Mill yang menyatakan bahwa “dengan spesialisasi dan pembagian kerja, keterampilan tenaga kerja dan produktivitas akan meningkat; dengan demikian ekonomi akan tumbuh” [6] . Sedangkan Ricardo dan Malthus bahwa dalam jangka panjang perekonomian akan mengalami stationary state (tidak berkembang), karena perkembangan penduduk akan melebihi kecepatan pembangunan ekonomi.

2.b. Aliran Keynesian

Aliran Keynesian membantah ajaran Smith, karena menurutnya campur tangan pemerintah secara tidak langsung dalam sistem perekonomian masyarakat sangat diperlukan. Aliran Keynesian ini dapat pula dikatakan sebagai antitesa dari ajaran Smith dan Marx.

(13)

Dampak yang ditimbulkan dari pandangan Keynes ini antara lain adalah berkembangnya model pertumbuhan yang dikembangkan oleh Harrod (1948) dan Domar (1946) yang pada intinya menekankan pada pentingnya aspek permintaan dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang. Menurut mereka, pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh dua unsur pokok, yaitu tingkat tabungan atau investasi dan produktivitas kapital (Capital Output Ratio).

Menurut teori ini, masyarakat dakam suatu sistem perekonomian dituntut untuk memiliki tabungan sebagai sumber investasi. Hipotesa yang dianutnya adalah bahwa semakin besar tabungan dan investasi, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, makin rendah produktivitas kapital atau semakin tinggi capital output ratio, makin rendah pertumbuhan ekonomi.

Bila Harrod-Domar lebih menekankan pada pentingnya modal, Arthur Lewis (1994) dengan model Surplus of Labor lebih menekankan pentingnya peranan penduduk sebagai tenaga kerja. Menurutnya, pengusaha dapat meningkatkan produksinya dengan mempekerjakan tenaga kerja yang banyak tanpa harus meningkatkan upahnya.

2.c. Aliran Neo-Klasik

(14)
(15)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Gambaran Sosok Gubernur Prof. Dr. A. Amiruddin

Sebelum membahas pendekatan pembangunan di Sulawesi Selatan pada era kepemimpinan Prof Dr. A. Amiruddin, terlebih dahulu Penulis memaparkan sekilas profil dari beliau. Beliau adalah Gubernur ke-4 di masa Orde Baru, karena “dicari” oleh Presiden Soeharto. Dia memimpin tanpa melalui proses politik yang ribet, seperti pasca-reformasi. Dia adalah sosok pemimpin yang membangun dengan visi mensejahterakan rakyat, bukan janji untuk mensejahterakan rakyat. Konsep pembangunannya adalah menjadikan rakyat mandiri tidak tergantung kepada program dan dana pemerintah. Dia adalah gubernur, yang lain adalah “pengganti” atau mantan gubernur.

(16)

Ia menjabat selama dua periode dari tahun 1983 hingga 1993, sebagai gubernur ia pertama kali yang mengenalkan Sulsel dengan konsep ekonomi kawasan. Program tri konsep pengwilayahaan komoditas, perubahan pola pikir, dan petik olah jual, dan menjadikan Sulsel sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Serta menjadikan Sulsel sebagai lumbung pangan nasional.

Pemindahan Kantor Gubernur Sulsel dari Jl. Jenderal Ahmad Yani di pusat kota yang sesak ke Jl. Urip Sumoharjo serta restorasi Benteng Somba Opu juga dilaksanakan ketika masa pemerintahannya. Prof Amiruddin-lah yang merelokasi dan memodernisasi kampus Unhas Barayya ke Tamalanrea. Dengan lobi gaya Orde baru dipindahkannya Unhas dari kota urban di kawasan Bara-barayya, ke Tamalanrea, sekitar 10 km sebelah timur Makassar. Kelak inilah pusat pendidikan paling terintegrasi di timur Indonesia.

(17)

Dia adalah sosok to macca (intelektual) Bugis yang memulai jenjang pendidikan kampung bersendi religis, dari desa di Wajo, lalu ke kota Sengkang, ke Makassar, ke Bandung lalu ke tugas belajar ke Amerika. Dia peraih gelar doktorandus, saat ini selevel dengan sarjana S1, saat Intsitut Teknologi Bandung (ITB) bernama Universitas Indonesia Bandung (1952). Dan dia sarjana di Bagian Kimia, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam.

Dia adalah lelaki Bugis pertama yang meraih gelar Doctor of Philosophy (PhD) dari Universitas Lexington, Kentucky, Amerika 1958-1961. Ia doktor atom, inti dari segala material di bumi. Dia-lah intelektual Muslim Indonesia yang saat ICMI mengelelah majalah Ulumul Quran, 1990-an dia membahas soal zarrah, (intoi atom) sebagaimana ternukil dalam Alquran.

Prof Amiruddin bukan sosok pemimpin yang protokoler, meski di masanya protokoler adalah segala-galanya bagi pejebat se-level Kepala Daerah Tingkat I. Suatu saat, di awal dia merintis Kampus Unhas Tamalanrea, di akhir dekade 1970-an, saat Menteri Pendidikan Kabinet Pembangunan II Soeharto (1974 -1978) M Syarif Tayeb berkunjungan ke kampus Unhas Barabaraya. Kala itu Amiruddin, baru memulai masa jabatan keduanya sebagai Rektor Unhas (1973-1983), Amiruddin rela menjadi sopir mengantar Pak Menteri keliling kampus Unhas.

(18)

Tak banyak petinggi Unhas orang mengetahui rencana dadakan tersebut. Memang kala itu, rencana prof Amir juga masih kontroversi. Banyak dosen senior yang tinggal di Perumahan Dosen Barayya dan Jalan Sunu, juga enggan direlokasi. Dia teguh pada visi dan rencananya. Dia bukan sosok yang bekerja berdasarkan opini publik, seperti kebanyakan pemimpin masa kini. Kala itu, senat Unhas banyak yang protes karena dianggap kampus Tamalanrea terletak di Jalan Maros (kini Jl Perintis Kemerdekaan, Km 10).

Dan dia sukses. Dua tahun kemudian, tepatnya di acara Dies Natalis ke – 25 Unhas, tanggal 17 September 1981, Presiden RI Soeharto datang menandatangani prasasti peresmian kampus merah berarsitek Ayam Jantan dari timur yang menghadap ke barat.Dia ingin Unhas berlayar laiknya perahu phinisi. Setelah kampus Unhas berdiri megah, cuma tiga bulan Prof Amiruddin menikmatinya. Suatu hari, saat rektor dijabat pelanjutnya Prof Basri Hasanuddin, Prof Amiruddin bahkan harus diceburkan ke danau yang dibuatnya di kampus Unhas. Saat itu, Menristek BJ Habibie mendorong Prof Amiruddin hingga tercebur ke danau. Tapi itu memang nazar Prof Amiruddin, setelah dia berhasil membangun kampus Unhas Tamalanrea.

(19)

kurang akrab dengan karakter kepemimpinan dan kepribadian Pak Amir. Tapi, bagi mereka yang tinggal dan bermukim di Makassar, tentu tak akan pernah lupa bahwa Sulsel pernah memiliki seorang pemimpin yang arif, pekerja keras dan ramah terhadap sesama. Memori kenangan yang indah bersama Pak Amir, senantiasa mencuat ke publik. Bahkan, terkadang keberhasilan kinerja dan karakter beliau sering dijadikan sebagai bahan perbandingan dengan beberapa Gubernur setelahnya. Memang, kerja keras Pak Amir dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat di Sulsel. Hal itu karena Pak Amir merupakanGubernur yang senantiasa bersentuhan langsung dengan problematika yang dihadapi masyarakat.

(20)

Gubernur Sulsel. Sebagian dari kita juga masih ingat prestasi Pak Amir yang berinistaif membangun jalan poros Mamuju-Palu, selama tiga tahun. Jalan ini menjadi jalur alternatif dan penghubung antara dua provinsi, Sulsel dan Sulteng. Pembangunan ini menjadikan perekonomian masyarakat antar kota dan provinsi berjalan dengan lancar. Beliau juga pernah membangun Pelabuhan Belang-Belang, yang memudahkan para transmigran menyeberang ke pulau Kalimantan. Masih banyak lagi keberhasilan beliau selama menjadi Gubernur. Maka, tak ada keberatan jika gelar “Bapak Pembangunan Sulawesi Selatan” melekat pada diri beliau. Semoga Gubernur mendatang bisa menjadikan beliau sebagai inspirasi dalam membangun dan mengembangkan Sulawesi Selatan.

2. Analisis Pendekatan Pembangunan di Era Gubernur Prof.Dr. A .Amiruddin

(21)

Secara terminologis, di Indonesia pembangunan identik dengan istilah development, modernization, westernization, empowering, industrialization, economic growth, europanization, bahkan istilah tersebut juga sering disamakan dengan term political change. Identifikasi pembangunan dengan beberapa term tersebut lahir karena pembangunan memiliki makna yang multi-interpretable, sehingga kerap kali istilah tersebut disamakan dengan beberapa term lain yang berlainan arti (Moeljarto Tjokrowinoto, 2004). Makna dasar dari development adalah pembangunan. Artinya, serangkaian upaya atau langkah untuk memajukan kondisi masyarakat sebuah kawasan atau negara dengan konsep pembangunan tertentu.

Berbicara tentang pembangunan di era kepemimpinan Prof. Dr. A. Amiruddin, selain dikenal sebagai pionir dalam bidang kimia, Amiruddinlah pada masa kepimimpinannya sebagai gubernur Sulsel memperkenalkan konsep ekonomi modern dengan program tri konsep yakni pengwilayahan komoditas, perubahan pola pikir, dan petik olah jual.

Dengan konsep tersebut, putra Sulsel kelahiran tanah Wajo ini menanamkan visi ekonominya dan menjadikan Sulsel sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di KTI dan sebagai daerah penyangah pangan nasional. Sosok yang mengubah wajah Sulawesi Selatan dengan pemikirannya yang sangat brilian. Pemikirannya mengenai perubahan pola pikir dianggap sebagai sebuah revolusi berpikir orang Sulawesi Selatan. Dia mencoba mengubah perilaku orang Sulawesi Selatan dalam berpertanian dengan jalan ‘’petik, olah, jual’’. Komoditas yang dihasilkan Sulawesi Selatan tidak diboleh petik lalu langsung dijual, tetapi harus melalui pengolaharan dulu untuk meningkatkan nilai tambahnya.

(22)

ke Jl.Urip Sumoharjo, di atas bekas pekuburan Tionghoa Makassar. Benteng Somba Opu yang terkubur hamper 300 tahun kembali direstorasi dengan komandan proyek Dr.Mukhlis Paeni. Amiruddin menghajatkan kawasan benteng itu dijadikan sebagai Taman Mini Sulawesi, namun yang terwujud barulah sebagai Taman Mini Sulawesi Selatan. Sejumlah rumah adat dari seluruh kabupaten dan kota dibangun di kawasan benteng tersebut. Namun sayang, seiring dengan perkembangan otonomi dan demokrasi di Indonesia, rumah-rumah yang pernah digagas Amiruddin itu kurang terpelihara.

Pembangunan masyarakat harusnya menerapakan prinsip-prinsip: 1. Transparansi (keterbukaan); 2. Partisipasi; 3. Dapat dinikmati masyarakat; 4. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntanbilitas); 5. Berkelanjutan (sustainable) (Soelaiman M.Munandar, 1998 : 132) dan itulah yang telah dilakukan oleh Prof. Amir.

(23)

Pembangunan masyarakat dilakukan dengan pendekatan multisektor (holistik), partisipatif, berdasarkan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumber daya pembangunan secara serasi,selaras dan sinergis sehingga tercapai secara optimal. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan diperlukan kinerja yang erat antara desa dan satu daerah/wilayah dan antar daerah/wilayah. Dalam hubungan ini perlu selalu diperhatikan kesesuaian hubungan antar kota dengan daerah pedesaan disekitarnya.

Pada umumnya lokasi initer konsentrasi yang mempunyai dampak keterkaitandengan daerah-daerah sekitarnya, dengan kerja sama antar daerah/desa maka daerah-daerah/desa-desa yang dimaksud diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara serasi saling menunjang.

3. Strategi Pembangunan Masyarakat

Dalam mewujudkan tujuanpembangunan masyarakat terdapatpalingsedikit empat jenis srategi: 1. Strategi pembangunan (growth strategy); 2. Strategi kesejahteraan (welfare strategi); 3. Strategi yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (responsive strategy); 4. Strategi terpadu atau strategi yang menyeluruh (integrated or holisticstrategy) (Raharjo Adisasmita, 2006)

(24)

pembangunan pedesaan. Apa bila dikaji lebih dalam dan lebih luas konsep communitydevelopment dapat dikembangkan sebagai mekanisme perencanaan pembangunan yang bersifat bottom-up yang melibatkan peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan perencanaan dan pembangunan perkotaan.

Dalam sistem pemerintahan yang desentralistik seperti sekarang,dimana otonomi daerah telah dilaksanakan secara luas ternyata masih menghadapi banyak kendala,di antaranya dana pembangunan relatif terbatas di samping kendala operasional dan fungsional lainya, maka untuk mengatasi berbagai hambatan dalam pelaksanaan otoda tersebut. Salah satu strategi adalah mengembangkan dan menerapakan model community development atau model pembangunan masyarakat yang dapat diterima masyarakat luas (acceptable) dan dapat dilaksanakan dengan baik (implementable).

(25)
(26)

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan dibab sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa :

a. Pembangunan di provinsi Sulawesi Selatan, mengalami perubahan dan peningkatan yang signifikan di bawah kepemimpinan Prof. Dr. A. Amiruddin dengan pemikirannya yang sangat brilian. Pemikirannya mengenai perubahan pola pikir dianggap sebagai sebuah revolusi berpikir orang Sulawesi Selatan, Dia mencoba mengubah perilaku orang Sulawesi Selatan dalam berpertanian dengan jalan ‘’petik, olah, jual’’. Komoditas yang dihasilkan Sulawesi Selatan tidak diboleh petik lalu langsung dijual, tetapi harus melalui pengolaharan dulu untuk meningkatkan nilai tambahnya.

b. Pendekatan yang dilakukannya adalah pendekatan khusus dengan mengedepankan semangat dan budaya yang telah mengakar di tengah-tengah masyarakat Sulawesi Selatan sehingga Beliau tak mengalami kendala berarti untuk menerapkan kebijakan pemerintah.

(27)

2. Saran

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Didin S. Damanhuri, 1997, PerekonomianIndonesia dalam Konteks Paradigma Baru Pembangunan Pada Abad 21 dalam Ekonomi Politik Indonesia, Orientasi Pendalaman Tugas DPRD Tk.I dan DPRD Tk. II.

Hettne, Bjorn, 1982, Development Theory and TheThird World Schmidts,

Helsinberg :Broktryckeri AB.Korten, David C., 1987, Community Managemen,

Connectitut : Kumarian Press,Westaharford.

Prijono Anny S, A.M.W. Pranaka, 1996, Pemberdayaan: Konsep KebijakandanImplementasi, Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.

Raharjo Adisasmita, 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan Yokyakarta:Graha Ilmu.

Soelaiman, M. Munandar, 1998, Dinamika Masyarakat Transisi, Mencari Alternatif Teori Sosiologi dan Arah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Suparjan, Hempri Suyatno, 2003, Pengembangan Masyarakat dariPembangunan sampai Pemberdayaan,Yogyakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Konsep pesan pada perancangan ini merupakan hasil dari analisis yang telah dilakukan yaitu, media cetak dan audio visual sebagai penunjang pembelajaran pupuh bagi siswa

Hasil pertanian dengan menggunakan pupuk bokashi dicampur dengan pupuk NPK dari hasil studi pustaka dibandingkan dengan hasil pertanian dengan menggunakan pupuk

Area komunikasi kesehatan Kriteria: Ketepatan dan ketelitian Bentuk non- test: - Tulisan ringkasan - Tanya jawab Rubrik analitik 2% 1,2,5, 6,10 6 Menguasai

Parameter warna yang dinyatakan dalam nilai kecerahan (nilai L pada chromameter) dan susut bobot dapat digunakan sebagai parameter mutu kritis dalam menentukan umur simpan kubis

Pemantauan kondisi tingkat kebisingan tidak hanya dilakukan pada lingkungan kerja Toyota AUTO 2000 TSO Lenteng Agung, sehingga kegiatan pengukuran dan pengambilan

1. Lemahnya pengawasan yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan terhadap usaha penangkapan ikan, membuat nelayan yang bergerak di bidang penangkapan ikan melakukan

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui titik impas atau Break Event Point (BEP) usahatani tamanan Ketepeng cina pada

Data maupun informasi yang diperoleh antara lain : peta batas tanah Universitas Mulawarman, daftar bangunan yang ada di Universitas Mulawarman secara keseluruhan ,