• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Fungsi dan Problematika Kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Fungsi dan Problematika Kurikulum"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Peran, Fungsi dan Problematika Kurikulum

2013

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas kunjungan Anda. Tulisan ini saya himpun dari beberapa buku yang terkait dengan judul postingan ini.Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami dan tidak disetujui, harap maklum, saya kan bukan ahlinya, hehehehe,,,.

silahkan di baca....

A. Pengertian dan Konsep Kurikulum

Istilah kurikulum ”curriculum” pada mulanya berasal dari kata curir yang berarti “pelari” dan “curere” yang mengandung makna “tempat berpacu”, yang pada awalnya kata tersebut digunakan di dalam dunia olahraga. Pada saat ini kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Lantas pengertian tersebut mengalami perluasan dan juga digunakan dalam dunia pendidikan yang kemudian menjadi sejumlah mata pelajaran subject yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal saat ia mulai masuk sekolah hingga akhir program pelajaran itu sendiri selesai guna memperolah penghargaan dalam bentuk ijazah. Dan ijazah itulah sebagai bukti formal bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan (Mida Latifatul M, 2013:13-14).

Menurut Subandijah (1993:2) kurikulum adalah aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik didalam maupun di luar sekolah.

Menurut Posner (1992) dalam Muhammad Nuh (2013: 32) kurikulum adalah seluruh pengalaman yang direncanakan yang akan di alami oleh siswa dalam seluruh proses pendidikan di sekolah; sehingga tujuan pendidikan tercapai. Pengalaman itu mengandung beberapa hal antara lain:

1. Pengalaman itu menyangkut pengalaman kurikuler di kelas, pengalaman kokurikuler, dan

pengalaman diluar sekolah (ekstra kurikuler).

(2)

Pengalaman itu juga berisi pengalaman yang akan terjadi di luar kelas sebagai pengalaman kokurikuler. Misalnya, apa yang harus dilakukan di laboratorium, di bengkel sekolah, sebagai bantuan pada apa yang di pelajari di kelas.

2. Pengalaman itu berkaitan dengan konteks, filsafat, isi, pengaturan isi, metode, evaluasi.

Dalam pengertian ini pengalaman yang direncanakan juga harus memperhatikan konteks siswa yang akan dibantu dalam proses pendidikan. Maka, kurikulum tidak dapat sama dalam seluruh negara karena konteks siswa sangat berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.

3. Pengalaman itu hanya akan jalan bila beberapa hal berikut di sertakan/dilibatkan:

a. Guru

Guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Hampir semua program dan policy nantinya yang akan menangani adalah guru. Maka, penting menjelaskan guru yang diharapkan, karakternya, dan kompetensinya serta kinerja dan pribadi guru.

b. Fasilitas

Fasilitas menjadi unsur penunjang yang penting dalam kurikulum. Tanpa adanya fasilitas maka rencana siswa untuk mengalami pengalaman yang disiapkan tidak akan terjadi.

c. Infrastruktur

Rencana akan live in tidak akan jalan bila tidak ada fasilitas yang diperlukan. Bila tidak ditemukan tempat live in tidak ada kendaraan untuk menuju live in, tidak ada pendamping dalam live in, maka live in akan tidak berjalan dengan baik.

d. Buku

Buku juga merupakan sarana yang sangat penting dalam proses belajar. Tanpa adanya buku maka pendidikan akan sulit berjalan dengan baik. Memang sekarang ada internet tetapi belum merata terjangkau di seluruh ndonesia, sehingga buku tetap masih sangat dibutuhkan.

e. Situasi dan suasana sekolah

Suasana sekolah dan situasi sekolah juga perlu diatur sehingga membantu siswa dalam belajar. Suasan sekolah yang tidak kondusif pasti kurang membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan hidup mereka.

(3)

seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah di gagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Bompetensi( KBK) 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 (Mida Latifatul. M, 2013: sampul depan). Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan ukuran suatu pengertian praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum maka secara teoritis kita agak sulit menentukan suatu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Sedangkan konsep kurikulum meliputi:

1. Sebagai substansi, yang di pandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau perangkat

tujuan yang ingin di capai.

2. Sebagai sistem, merupakan bagian dari sistem persekolahan,pendidikan, dan bahkan

masyarakat.

3. Sebagai bidang studi, merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk

mengembangkan ilmu tenteng kurikulum dan sistem kurikulum.

Kurikulum 2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 ( 100 tahun Indonesia merdeka ), sekaligus memanfaatkan momentum populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi (Mohamad Nuh, 2013:sampul depan)

B. Peran Kurikulum 2013

a. Peranan Kurikulum

Dalam pendidikan formal di sekolah kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Kurikulum memiliki banyak peranan, Oemar hamalik ( dalam Mida Latifatul Muzamiroh, 2013:24-26 ) terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu sebagai berikut :

1. Peranan konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina prilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial.

(4)

Ilmu pengetahuan dan aspek-aspek yang lain akan senantiasa mengalami perubahan yakni mengalami perkembangan sesuai dengan zamannya. Oleh karena itu peranan kreatif disini menekankan agar kurikulum juga mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan zaman yang dibutuhkan oleh masyarakat masa kini dan masa yang akan datang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi yang ada pada dirinya guna memperoleh dan mendalami pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya sesusai dengan tuntutan perkembangan zaman.

3. Peranan kritis dan evaluatif

Peranan kritis dan evaluatif dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai – nilai dan budaya yang aktif dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai – nilai budaya masalalu kepada peserta didik perlu adanya penyesuaian yakni disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada saat ini. Sealain dari itu perkembangan yang terjadi pada saat ini dan saat yang akan datang belum tentu sesuia dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, akan tetapi juga harus memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang hendak diwariskan. Oleh karena itu kurikulum juga diharapkan mampu berperan aktif dalam control atau filter sosial. Nilai – nialai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modivikasi dan penyempurnaaan.

Ketiga peranan kurikulum diatas tentu saja harus berjalan secara berimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Sebab jika tidak, akan terjadi ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan menjadi tidak optimal lagi. Menyelaraskan ketiga peranan penting tersebut adalah tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, peserta didik dan juga masyarakat. Maka dengan demikian pihak – phak yang terkait harusnya bisa memahami terhadap tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai dangan bidang dan tugasnya

b. Peran Kurikulum 2013

(5)

Tujuan kurikulum 2013, sebagaimana yang tercakup dalam Kompetisi Inti ( KI ) dan Kompetensi Dasar ( KD ), bahkan silabus dan buku, telah dipriskripsikan secara terpusat.

Henny Supolo Sitepu (Mohammad Nuh,2013:192-198) kurikulum 2013 ini memusatkan pada pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013 menyebutkan 3 kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu sifat individu, sikap sosial, dan sikap alam. Terminologi “akhlak mulia” yang tercantum di pasal 3 UU No 20/2003 tujuan system pendidikan nasional dijabarkan dalam SKL sebagai sikap individu yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dan santun. Kemudian sikap sosial yaitu memiliki toleransi, gotong royong, kerjasama dan musyawarah. Sedangkan sikap alam mencakup pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotic dan cintaperdamaian.

Menurut St. Kartono (Mohammad Nuh,2013:231) kurikulum 2013 memiliki sasaran dalam setiap jenjang. Untuk tingkat SD, diprioritaskan untuk pembentukan sikap. Sementara tingkat SMP difokuskan untuk mengasah keterampilan dan untuk tingkat SMA dimulai membangun pengetahuan.

C. Fungsi Kurikulum

Kurikulum berfungsi sebagai sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Sementara bagi kepala sekolah dan pengawas kurikulum berfungsi pedoman dalam melakukan supervisi atau pengawas. Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman guna membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi peserta didik berfungsi sebagai pedoman belajar (Mida Latifatu, 2013:

a. Fungsi kurikulum bagi siswa

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fumgsi kurikulum (Mida Latifatu, 2013: 19-24) yaitu:

1. Fungsi penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan setiap peserta didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, baik lingkunganfisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, peserta didik pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Tanpa bekal yang cukup, susah bagi peserta didik untuk melakukan penyesuaian diri padahal jika ingin konsisten maka dibutuhkan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

(6)

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi – pribadi yang utuh. Setiap peserta didik pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik pun harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakat. Sehingga dengan demikian peserta didik tidak asing di tempat di mana ia tinggal.

3. Fungsi diferensiasi (The Differentiating Function)

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik. Setiap peserta didik memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik. Karena itu seorang guru dibutuhkan kesabaran dan wawasan yang luas guna menampung setiap peserta didiknya. Tanpa bekal yang baik sulit bagi seorang guru untuk memahami setiap karakter atau sifat yang melekat pada setiap peserta didiknya.

4. Fungsi persiapan ( The Propaedeutic Funcion )

Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga juga diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena suatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Sebab banyak pula diantara masyarakat Indonesia yang hidupnya masih menengah kebawah sehingga dengan demikian sangat sulit bagi mereka untuk bisa membiayai putra putrinya guna mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi .hal ini dikarenakan keterbatasan ekonomi. Karenanya dengan kurikulum yang direncanakan dengan baik maka akan menghasilkan pribadi yang baik yang siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.

5. Fungsi pemilihan ( The Selective Funcion )

(7)

6. Fungsi diagnostik ( The Diagnostic Funcion )

Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan ( potensi ) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memhami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan peserta didiknya dapat mengembangngkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahnnya.

b. Fungsi kurikulum bagi guru

Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan (hendyar soetopu dan wasty soemanto, 1993:18)

Sedangkan menurut zulfanur z. firdaus dan rosmid rosa (1997:1.10) fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pelajaran. c. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah

Adapun fungsi kurikulum bagi kepala sekolah yang diungkapkan oleh Hendyat Soetopo dan Wasty soemanto (Zulfanur Z. Firdaus dan Rosmid Rosa (1997:1.10) adalah sebagai berikut: 1. Pedoman dalam mengatakan fungsi supervise yaitu memperbaiki situasi belajar.

2. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam memberikan bantuan kepada guru

untuk memperbaiki situasi belajar.

3. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.

4. Pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi untuk menunjang

situasi belajar anak yang lebih baik.

5. Sebagai seorang administrator. Kurikulum dapat di jadikan pedoman untuk

memperkembangkan kurikulum lebih lanjut.

C.

Problematika Kurikulum 2013

Menurut Mida Latifatul Muzamiroh ( 2013:124-125 ) pemberlakuan kurikulum baru akan melahirkan hiruk pikuk dalam persoalan teknis adalah sebagai berikut :

1. Perampingan jumlah mata pelajaran akan menimbulkan masalah guru-guru yang bidang

studinya ditiadakan di dalam kurikulum. Contoh kurikulum untuk SD atau MI, maka guru bidang studi IPA, IPS, dan Bahasa Inggris akan bagaikan di PHK. Ini menambah kompleksitas persoalan yang sudah ada selama ini tentang pemenuhan persyaratan minimal jam mengajar per minggu sebagai syarat penerimaan tunjangan sertifikasi.

2. Para Kepala Sekolah akan bingung. Guru-guru yang bidang studinya tidak ada didalam

(8)

Contohnya yaitu seorang guru IPA apabila ditugaskan mengajar Bahasa Indonesia akan tidak sesuai dengan ketentuan profesional yang mensyaratkan guru harus mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan guru tersebut.

3. Para pemegang perusahaan seperti penerbit akan mengalami kerugian besar akibat tidak

dipakainya buku-buku berbagai mata pelajaran yang tidak ada lagi di dalam kurikulum. 4. Dengan kurikulum baru berkonsep dan berparadigma baru, kemungkinan ujian nasional

tidak relevan lagi untuk dipertahankan.

Selain problematika-problematika yang telah dijelaskan di atas, pada kurikulum 2013 juga ada kerancuan. Mohammad Abduhzen (dalam Mohammad Nuh,2013:162-164) menjelaskan 2 kerancuan kurikulum 2013, yaitu :

a. Ketidakseimbangan orientasi

Dari enam mata pelajaran sekolah dasar yang ditetapkan menunjukkan ketidakseimbangan antara mata pelajaran yang berorientasi pada masa lampau, yang lebih menekankan pada pewarisan nilai-nilai, dan mata pelajaran yang membentuk pola pikir murid untuk menghadapi masa depan yang sarat dengan nalar dan konsep saintifik.

Mata pelajaran Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), serta Bahasa Indonesia adalah rumpun pengetahuan yang bersifat deduktif yang menuntun berpikir aksiomatis apriori dari dalil-dalil yang umum. Sementara sains (seperti IPA dan IPS)adalahpengetahuan “ilmiah” yang bertolakdari fakta-fakta empirik yang partikular. Ketidakseimbangan ini akan mempengaruhi alur dan kekuatan berpikir serta nalar kritis anak. Kerancuan ini semakin tampak saat Mendikbud menyatakan dalam pidato peringatan Hari Guru Nasional 2012 bahwa Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis sains,yaitu mendorong siswa agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) dengan obyek pembelajaran fenomena alam, sosial, seni,dan budaya. Jadi bagaiman logikanya sains yang dicantolkan dapat menjadi basis?

Menurut Mohammad Abduhzen ( dalam Mohammad Nuh 2013:163-165) daripada mengimplikasikan sains (IPA dan IPS) ke mata pelajaran lain, akan lebih baik jika mengeluarkan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dan Seni Budaya, kemudian menjadikannya sebagai ekstrakurikuler wajib. Mengapa demikian? Sebab kedua mata pelajaran ini tak jelas tujuan institusional dan kurikulernya sehingga perlu dirumuskan kembali.

(9)

dengan bakat dan minat yang mereka miliki, karena itu tak layak diberikan secara klasikal. Sementara itu,karena keterbatasan fasilitas dan kemampuan guru, pembelajaranpun menjadi teoritis.

Itje Chodidjah ( dalam Mohammad Nuh,2013:181-182) menuliskan terlepas dengan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, guru sebagai unsur terpenting harus menjadi pemikiran utama. Sebab gagalnya guru dalam mengimplementasikan kurikulum,maka gagal pula pelaksanaan kurikulum 2013. Pelatihan yang dilakukan sekadar sebagai sosialisasi kurikulum baru tanpa menyertakan pola pendekatan ajar di kelas secara konkret akan menjadi penghalang terbesar tercapainya tujuan perubahan kurikulum.

Karena sasaran utama sebuah reformasi kurikulum adalah perbaikan kualitas siswa, maka yang menentukan keberhasilannya adalah proses pembelajaran yang lansung dipimpin oleh guru. Dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan , proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang sebelumnya. Untuk sampai pada tingkat penerapan dikelas, maka guru akan menentukan materi ajar sebagai alat untuk mencapai tujuan, serta membuat alat ukur untuk mengevaluasi keberhasilan apayang diajarkan.

Selanjutnya, menurut Itje Chodidjah (dalam Mohammad Nuh,2013:183) sedikitnya ada tiga alasan penting kenapa Kurikulum 2013 tidak akan dapat mencapai sasaran yang dicanangkan. Yang pertama tentunya proses pengembangan kurikulum yang tidak didahului oleh riset yang menyeluruh. Selanjutnya adalah anggapan bahwa dengan dibuatkan silabus dari pusat, guru tidak akan repot lagi menyusunnya sendiri(kompas.com,22 Desember 2012, dan terakhir adalah pengutamaan penyusunanan materi ajar sebagai salah satu solusi atas kesuksesan implementasi kurikulum.

Oleh karena itu, pengertian kurikulum diorganisasi ada dua, pertama, kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupah proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kedua, kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.

(10)

Kurikulum 2013 merupakan upaya penyempurnaan kurikulum-kurikulum sebelumnya, demi mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan perkembangan zaman yang senamtiasa menjadi tuntutan. Selain sebagai upaya penyempurnaan kurikulum dengan inovasi-onovasi yang baik, menurut beberapa para ahli kurikulum 2013 masih memiliki berbagai macam problematika dalam pelaaksanaannya. Oleh karena itu, pengertian kurikulum diorganisasi ada dua,

Pertama, kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang isinya berupah proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki.

Kedua, kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar.

Pengertian kurikulum

Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Kurikulum adalah ujung tombak yang terlaksananyakegiatan dari beberapa definisi kurikulum diatas akan terlihat bahwa pengertian-pengertian tersebut adalah pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum tingkat satuan pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

fungsi kurikulum

Fungsi kurikulum 2013 ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peranan kurikulum

(11)

a. Peranan konservatif

Peranan konsrvatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi lebih mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah proses social.

Peranan kreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senan tiasa terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan suatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu semua siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

c. Peranan kritis dan evaluatif

Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masalalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa yang akan mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kirukulum harus terus aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntunan masa kini dihilangkan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.

(12)

Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang

hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan

adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan

dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi,

keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam

komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti,

“Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa

menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian

itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai

Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya

mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”.

Terdapat dua metode pendekatan analisis dan penarikan kesimpulan

(jeneralisasi) yang kita dapatkan ’namanya’ dari perguruan tinggi, yaitu metode deduktif dan induktif.

A. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau jeneralisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk

menjelaskan kesimpulan atau jeneralisasi tersebut. Misalnya: petani selalu rugu dalam mengembangkan usahanya. Kemudian dijabarkan fakta-fakta tentang angka-angka produksi dibandingkan modal usaha, dan sebagainya.

Metode Deduktif digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari sebuah teori yang kemudian di buktikan dengan pencarian fakta. Contoh: Penelitian bahasa Arab kebanyakannya berangkat dari kaidah-kaidah bahasa Arab kemudian dicarilah fakta-fakta yang terdapat dalam sumber data, dalam hal ini sumber datanya al-Qur’an.

Metode deduktif dalam tahapan-tahapannya, sama dengan metode lain, yaitu: 1. Tahapan Sepekulasi (berasal dari bahasa latin “speculum/cermin”).

2. Tahapan Observasi dan klasifikasi, dan 3. Tahapan perumusan hipotesis

B. Metode Induktif

Metode Induktif adalah kebalikan dari metode deduktif. Contoh-contoh kongkrit dan fakta-fakta diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian dirumuskan menjadi suatu kesimpulan atau jeneralisasi. Pada metode induktif, data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta. Di dalam penelitian linguistic sering

(13)

termasuk ilmu yang berusaha menyusun teori tentang bahasa. Kelebihan dari metode induktif adalal sebagai berikut:

1. Metode induktif lebih dapat menemukan kenyataan yang kompleks yang terdapat dalam data.

2. Metode induktif lebih dapat membuat hubungan antara peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan dipertimbangkan.

3. Metode induktif lebih dapat memberikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada latar lainnya.

4. Metode induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa cara untuk meningkatkan reliabilitas soal. Artinya, kita harus membuat soal yang kemungkinan bisa dijawab dengan benar oleh siswa pandai, tetapi tidak oleh siswa

Siklus II ini menjadi nilai akhir dari rangkaian kegiatan penelitian yang nampak adanya peningkatan pada tiap siklus sehingga melalui permainan baring duduk mampu

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : (1) Proses pembelajaran Matematika pada kelas IV SD Negeri 04 Tegalgede tahun pelajaran 2011/2012 dilakukan dalam beberapa tahap,

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi alih kode, jenis-jenis alih kode serta pemicunya dalam percakapan pada film Salt (2010) dan Eastern Promises (2007). Dari

OPERASI PERKHIDMATAN SOKONGAN : PEJABAT NAIB CANSELOR, PEJABAT TIMBALAN NAIB CANSELOR (HAL EHWAL PELAJAR DAN ALUMNI), PEJABAT TIMBALAN NAIB CANSELOR (JARINGAN INDUSTRI

Sedangkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Pasal 1 butir 6-nya yang berbunyi sebagai berikut: segala upaya pemenuhan

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI.

pengabaian pembagian harta waris di Desa Paduran Mulya, telah. terindifikasi beberapa persoalan baik dilihat dari latar