• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS Compounding dan Dispensing Skrinin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS Compounding dan Dispensing Skrinin"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

Compounding dan Dispensing Skrining Resep

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin

Disusun Oleh : Kelompok

1. Dwi Putry Anggraini (260112140512) 2. Fitria Dhirisma (260112140522) 3. Nurul Fauziah (260112140524)

4. Ririn Pangaribuan (260112140526) 5. Novi Maya Hendrayani (260112140528) 6. Intan Purnamasari (260112140530) 7. Suchinda Fer Harti (260112140534) 8. Syifa Fauziyah (260112140562) 9. Septiany Fransisca Maria (260112140564)

PROGRAM STUDI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

Compounding melibatkan pembuatan, pencampuran, pemasangan, pembungkusan, dan pemberian label dari obat atau alat sesuai dengan resep dokter yang berlisensi atas inisiatif yang didasarkan atas hubungan dokter/pasien/farmasis/ dalam praktek profesional (USP, 2009).

Dispensing berasal dari kata dispense yang dapat berarti menyiapkan, menyerahkan, dan mendistribusikan dalam hal ini adalah obat. Dispensing obat adalah proses berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dispensing obat. Berbagai kegiatan tersebut adalah menerima dan memvalidasi resep obat, mengerti dan menginterpretasikan maksud resep yang dibuat dokter, membahas solusi masalah yang terdapat dalam resep bersama-sama dengan dokter penulis resep, mengisi Profil Pengobatan Penderita (P-3), menyediakan atau meracik obat, memberi wadah dan etiket yang sesuai dengan kondisi obat, merekam semua tindakan, mendistribusikan obat kepada Penderita Rawat Jalan (PRJ) atau Penderita Rawat Tinggal (PRT), memberikan informasi yang dibutuhkan kepada penderita dan perawat. Praktik Dispensing yang Baik adalah suatu praktik yang memastikan suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instruksi yg jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat (USP, 2009).

(3)

BAB 2 ISI 2.1 Alur Pelayanan Resep

• Menerima resep

• Menskrining dan menganalisis resep • Meracik dan mengambil obat • Memberi etiket cara pemakaian obat

• Memeriksa kembali obat yang akan diserahkan

• Menyerahkan obat pada pasien dan memberikan informasi 2.2 Resep

Klinik Kecantikan ESTETIKA “M1” SIPA.503/IPA/0064/KPPT/2013 Jl. Mayor Ruslan Komp. Perkebunan No. 34A Palembang Telp (0711) 319791

(4)

Persyaratan administrasi

No. Kelengkapan Resep Ada Tidak ada

1. Nama dokter P

2. SIP Dokter - x

3. Alamat dokter P

4. No. Resep P

5. Tanggal penulisan resep P

6. Nama Obat P

7. Jumlah Obat P

8. Dosis Obat P

9. Bentuk sediaan P

10. Signa P

11. Ttd/paraf dokter - x

12. Nama pasien P

13. Alamat pasien P

14. Umur pasien P

2.3 Deskripsi Penyakit

Salah satu penyakit kulit yang selalu nge-trend bagi remaja dan dewasa muda, masalah kecil yang sempat mengganggu kepercayaan diri, itulah jerawat. Penyakit ini tidak fatal namun merisaukan karena dapat mengurangi kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah si penderita. Hal ini juga dapat mengganggu kelancaran komunikasi sehari-hari, baik dengan kawan-kawan, teman kerja, klien, apalagi dengan pacar atau suami.

Meskipun memang kebanyakan jerawat timbul pada masa remaja atau dewasa muda di tempat predileksi seperti muka, leher, lengan atas, dada dan punggung. Namun dalam kenyataannya jerawat dapat datang pada siapapun, kapan dan dimana saja. Tidak ada seorang pun yg selama masa hidupnya tidak pernah mengalami jerawat.

2.3.1. Definisi Akne Vulgaris

(5)

dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi.

2.3.2. Klasifikasi Akne

Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu:

1. Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan, pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.

2. Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen. 3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones

dan akne radiasi.

2.3.3. Epidemiologi Akne Vulgaris

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pada umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro.

2.3.4. Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris

Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:

(6)

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.

2. Faktor ras.

Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.

3. Hormonal.

Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat. Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.

4. Diet.

Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.

5. Iklim.

Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.

6. Lingkungan.

Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.

7. Stres.

(7)

stres oksidatif dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat. Perubahan patogenik pertama dalam akne diantara lain adalah

- Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin di dalam lumen.

- Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum.

- Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel.

- Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000). Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan akne adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan bakteri.

Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam. Memiliki orifisium pilosebasea patulosa yang member gambaran sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami radang.

2. Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula tumbuh dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika reaksi radang mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrat radang terjadi pada dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel raksasa yang kadang-kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang yang mencair.

2.3.5. Gejala Klinis Akne Vulgaris

(8)

mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses.

Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).

2.3.6. Pengobatan Akne Vulgaris

Pengobatan acne tidak bisa sembarangan, salah-salah dapat mengakibatkan penyakit bertambah parah. Banyak pasien yg mencari solusi dengan membeli dan menggunakan obat atau krim tanpa nama atau yang dijual bebas, bahkan berobat ke salon kecantikan atau tempat perawatan kulit yang menggunakan produk yang mengandung bahan-bahan keras yang memang dapat dengan cepat atau instan menghilangkan jerawat, menghaluskan sekaligus mencerahkan. Namun seringkali hanya bertahan sementara, kadang 2-3 bulan kadang lebih sampai 1-2 tahun, yang pada suatu waktu dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti :

 eritema (kemerahan atau redness yang sulit hilang)

(9)

 telangiektasis (pelebaran pembuluh darah muka, biasa berupa guratan garis merah pada pipi dan cuping hidung yang makin menebal) yang bersifat permanen)

 hirsutisme (gejala munculnya rambut pada bagian yang biasanya tidak ditumbuhi rambut seperti di bawah dagu atau di atas bibir bahkan pipi)

Bila digunakan dalam jangka waktu lama kemudian berhenti, sering terjadi efek ketergantungan yang berupa “Rebound Phenomenon” atau perburukan daripada sebelum pemakaian ditandai dengan merah, gatal, beruntusan, pertumbuhan komedo dan acne yang semakin sering, banyak dan besar, muka semakin berminyak, pori-pori besar, dan sebagainya.

Untuk menegakkan diagnosis, menentukan derajat keparahan acne dan mengobati dengan benar diperlukan anamnesis lengkap, gejala klinis dan pemeriksaan khusus yang dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Pengobatan jerawat yang benar tidak ada yang instan, karena memang proses perjalanan penyakitnya yang hilang timbul. Namun bila diobati dengan benar menurut penelitian di AS, maka dalam 1 bulan pengobatan teratur, hasilnya rata-rata baru 25%. Setelah 3 bulan berobat jerawat berkurang 50% dan setelah 6 bulan hasilnya 75-85%.

Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.

- Pengobatan topikal.

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.

(10)

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid.

- Bedah kulit.

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut.

2.3.7.Pencegahan Akne Vulgaris

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai berikut:

- Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran.

- Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya.

- Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa.

2.3.1 Deskripsi Obat 2.4.1 Asam salisilat

Indikasi : memiliki efek keratolitikum, keratoplastik, antipruritus, antiinflamasi, analgetik, bakteriostatik, dan fungistatik.

(11)

Perhatian : menimbulkan gangguan saraf tepi, pada pasien diabetes, rentan terhadap ulkus neuropati, hindari kontak dengan mata, mulut, area kelamin dan anus, dan selaput lendir.

Interaksi obat : tidak ditemukan interaksi obat yang signifikan, namun hindari penggunaan bersamaan obat topikal lainnya.

Efek samping : iritasi lokal, dermatitis, keracunan salisilat pada penggunaan yang lama dan area yang luas.

2.4.2 Klindamisyn

Indikasi : acne vulgaris

Kontraindikasi : hipersensitif riwayat interitis regional atau kolitis ulseratif, kolitis karena antibiotik

Perhatian : pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme yang tidak peka, riwayat atopik

Interaksi obat : dengan Eritorimisin : terjadi efek antagonis, dengan Agen neuro muskular bloker : terjadi peningkatan efek sebab klindamisin juga menunjukan aktifitas bloker neuro muskular. Efek samping : ruam, pruritus, pengelupasan kulit, vesiculobulluos dermatitis

2.4.3 Chloramfecort

Komposisi : tiap gram mengandung: Kloramfenikol basa 20 mg Prednisolon 2.5 mg

Indikasi : pengobatan topikal untuk penyakit infeksi kulit yang peka terhadap kloramfenikol dan disertai radang.

Mekanisme kerja: Prednisolon adalah suatu senyawa anti radang dari golongan kartikosteroid. Kloramfenikol merupakan suatu antibiotikum yang memiliki spektrum antibakteri yang luas, berfungsi untuk mengobati infeksi pada kulit, termasuk infeksi sekunder yang umumnya menyertai radang kulit.

Kontraindikasi : hipersensitif terhadap obat ini. Penderita dengan penyakit tuberkulosa kulit, herpes simplex, varricella vaccinia, penyakit kulit yang disebabkan virus atau jamur.

(12)

- Hindarkan penggunaan disekitar mata dan mulut.

- Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui, tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang dan pada area yang luas.

- Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan super infeksi. Jika hal ini terjadi maka pengobatan harus dihentikan dan diganti dengan pengobatan lain yang tepat.

- Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang pada anak-anak.

Efek samping: rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering dan hipopegmentasi 2.4.4 Hidrokuinon

Indikasi : dermatitis , kekeringan , eritema , menyengat , reaksi inflamasi , sensitisasi

Mekanisme: menghambat proses pembentuk sel melanosit yang berlebihan (hiperpigmentasi). Sel tersebut adalah sel yang menyebabkan kulit berwarna gelap.

Kontraindikasi :

- Tidak boleh diberikan pada kulit yang rusak, luka, atau sedang mengalami infeksi

- Tidak boleh diberikan pada mereka yang sebelumnya mempunyai riwayat alergi terhadap hidrokuinon

- Tidak boleh diberikan pada anak-anak usia di bawah 12 tahun

Perhatian : Selama menggunakan Hidroquinon, hindari paparan sinar matahari. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan pada malam hari. Penggunaan pada ibu hamil atau ibu menyusui harus hati-hati dan terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.

(13)

2.4.5 Mometason cream

Indikasi : Mengobati gatal, kemerahan, dan bengkak dari berbagai kondisi kulit. Krim ini adalah kortikosteroid topikal yang bekerja dengan mengurangi reaksi peradangan dan modifikasi reaksi imun dalam tubuh.

Kontraindikasi : Alergi terhadap kandungan dalam krim mometason.

Perhatian : Hindari kontak dengan mata, hamil, menyusui, anak dibawah 2 tahun

Efek samping : Rasa terbakar, gatal, atrofik kulit, rosasae, rasa tersengat, furunkulosis.

2.4.6 Asam Retinoat

Indikasi : Acne vulgaris, mencegah kerusakan kulit oleh cahaya (tabir surya), komedo, papel, dan pustul

Kontraindikasi : Anak atau orang dewasa yang memiliki cutaneous epithelioma, juga pada wanita hamil dan menyusui eksema, kulit pecah-pecah, terbakar matahari,

Perhatian : Penggunaan sediaan yang menyebabkan pengelupasan kulit dan retinoid topikal secara berselang-seling dapat meningkatkan risiko dermatitis sehingga perlu dikurangi frekuensi penggunaan retinoid. Hindari paparan sinar ultra violet, jangan sampai mengenai mata, mulut, sudut hidung, membran mukosa.

Efek samping : Reaksi lokal termasuk rasa terbakar, kulit merah, edema, kulit mengelupas (hentikan jika bertambah parah), sensitivitas meningkat terhadap sinar ultraviolet atau sinar matahari, iritasi mata, kulit mengeras dan perubahan pigmentasi kulit

2.4.7 LCD (Liquor Carbonis Detergent)

Zat hidrat arang dan zat fenol. Dibuat melalui pemanasan dengan kayu atau batu bara dengan suhu tinggi. Khasiatnya antara lain sebagai anti radang, anti gatal, anti bakteri, dan anti jamur.

2.5 Analisis Resep

(14)

Krim tersebut diindikasikan untuk mengobati penyakit akne vulgaris. Penggunaan sesuai dengan diagnosa pasien, yaitu untuk mencerahkan kulit dan mengobati jerawat yang dipicu oleh banyak faktor, meliputi stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur.Namun ada kekurangan pada resep ini yaitu tidak ada batasan berapa kali bisa menebus resep, resep yang terlampir merupakan copy resep kesatu. Dikarenakan krim yang diresepkan mengandung obat keras seperti Hidroquinon, hendaknya dokter membatasi penebusan resep, misal hanya bisa ditebus sebanyak 4 kali (iter 3x).

2.5.2 Kesesuaian Farmasetik R/1 Krim Pagi-Malam Tanda R/ : Ada

Nama Obat : As. Salisilat 0,5%

LCD 1%

Klindamysin 2%

Chloramfecort 10 g

Potensi : Sebagai anti acne vulgaris

Cara pakai :Dioleskan tipis tiap pagi dan malam hari pada muka yang berjerawat

Lama pemberian :

-Informasi lain :Krim chloramfecort dihindari penggunaanya di sekitar mata dan mulut, jadi dioleskan di muka tapi tidak pada daerah sekitar mata dan mulut.

Bentuk Sediaan : Krim Stabilitas : Stabil R/2 Krim Pagi

Tanda R/ : Ada

Nama Obat : Mometason cr 5 g

(15)

Potensi : Kortikosteroid, anti inflamasi, anti acne vulgaris Cara pakai :Dioleskan tipis dan merata tiap pagi hari pada

muka yang berjerawat setelah R/1 yaitu krim pagi-malam dengan jarak waktu 5 menit

Lama pemberian :

-Informasi lain : Antibakteri dan mengobati gatal serta kemerahan Bentuk Sediaan : Krim

Stabilitas : Stabil

R/3 Krim Malam

Tanda R/ : Ada

Nama Obat : Hidroquinon 5% 8 g

Mometasone cr 1 g

As. Retinoat 0,1 % 1 g

Potensi : Sebagai pencerah kulit, menghilangkan flek hitam bekas jerawat

Cara pakai : Dioleskan tipis dan merata tiap malam hari pada muka setelah R/1 yaitu krim pagi-malam dengan jarak waktu 5 menit.

Lama pemberian : Hidroquinon merupakan obat pemutih wajah yang menghilangkan atau mengurangi hipergimentasi pada kulit. Namun, penggunaan terus menerus menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen. Informasi lain :Jika noda bekas jerawat sudah hilang, hindari

menggunakan krim ini setiap malam, dianjurkan untuk menggunakan krim malam ini 2/3 hari sekali. Bentuk Sediaan :Krim

Stabilitas :Stabil

2.6 Penentuan Harga

(16)

Asam salisilat 100 g/botol = Rp 96.500,-Klindamycin kapsul 300 mg 5 x 10 = Rp 40.000,-Klindamycin cream = Rp 34.000,- Chloramfecort 1 tube 10 g = Rp 14.000,-Mometason cream 1 tube 5 g = Rp 60.000,-Hidroquinon 5% 1 tube 15 g = Rp 29.000,-As. Retinoat 0,1 % 1 tube 5 g = Rp

43.300,-LCD 30 g = Rp

5.478,-2.6.2 Harga jual obat resep racikan

HJA = (Harga satuan+PPN 10%) + profit apotek 20%+ tuslah R/1

1. Asam salisilat = (0,05/100 x Rp 96.500) = Rp 50,-2. LCD = (0,1/30 x Rp 5.478) = Rp 20,-3. Klindamysin kaps = (1/50 x Rp 40.000) = Rp 800,-4. Chloramfecort 1 tube = Rp

14.000,-Harga= [(Rp 50 + Rp 800 + Rp 14.000 + Rp 20 + PPn 10%)] = Rp 16.357 Profit = 20/100 x Rp 16.357 = Rp

3.271,-Tuslah = Rp

Total = Rp 16.357 + Rp 3.271 + Rp 7.000 = Rp

27.000,-HJA = (Harga satuan+PPN 10%) + profit apotek 20%+ tuslah R/2

1. Mometason krim = Rp 60.000,-2. Klindamysin krim = Rp

34.000,-Harga= [(Rp 60.000 + Rp 34.000) + PPn 10%)] = Rp 103.400,-Profit = 20/100 x Rp 103.400 = Rp

20.680,-Tuslah = Rp

(17)

131.100,-HJA = (Harga satuan+PPN 10%) x faktor jual + E + tuslah R/3

1. Hidroquinon krim = (8/15 x Rp 29.000) = Rp 16.000,- 2. Mometason krim = (1/5 x Rp 60.000) = Rp

12.000,-3. Asam retinoat = (1/5 x Rp 412.000,-3.300) = Rp 8.700,-Total = [(Rp 12.000 + Rp 8.700 + PPn 10%)] = Rp 23.400 Profit = 20/100 x Rp 23.400 = Rp 4.680

Tuslah = Rp 7.000

Total = Rp 23.400 + Rp 4.680 + Rp 7.000 = Rp

35.000,-Total harga obat = Rp 27.000 + Rp 131.100 + Rp 35.000 = Rp 193.100,-

= Rp 193.000,-

2.7 Penyiapan, Peracikan, dan Pemberian Etiket dan Label 2.7.1 Sediaan Krim Resep 1

Penimbangan bahan :

Asam salisilat 0,5%  0,5/100 x 10 g = 0,05 g = 50 mg

LCD 1% 1/100 x 10 g = 0,1 g = 100 mg

Klindamysin 2%  2/100 x 10 g = 0,2 g = 200 mg Chloramfecort ad 10 g 10 – (0,05 + 0,1 + 0,2) = 9,65 g

Etanol 96% 2 tetes untuk melarukan asam salisilat Penyiapan dan Peracikan

a. Ditimbang 0,05 g asam salisilat, tuang dalam mortir, kemudian tambahkan 2 tetes etanol 96% gerus hingga cukup larut

b. Ditimbang 0,1 g LCD, tambahkan ke dalam mortir, gerus homogen

(18)

d. Siapkan 1 tube krim chloramfecort, lalu tambahkan ke dalam campuran bahan yang ada di dalam mortir, gerus hingga semua bahan tercampur homogen

e. Masukkan dalam wadah f. Beri etiket dan label

Pemberian Etiket dan Label

Sediaan Krim Resep 2 Penimbangan bahan :

Mometason Krim  5 g Klindamysin Krim  5 g

Penyiapan dan Peracikan

a. Siapkan 1 tube krim Hidroquinon 5%, tuangkan ke dalam mortir lalu tambahkan 1 tube krim klindamysin diaduk rata menggunakan stamper hingga homogen.

b. Masukkan dalam wadah c. Beri etiket dan label Pemberian Etiket dan Label

APOTEK FAJAR

Jl. Talang Kerangga No. 24 Palembang Telp. 0711-371582 A.P.A : Ratnaningsih Dewi Astuti, S.Farm., Apt

SIA : 101112

NO. 36 22 Januari 2015 HESTIE CUTRYA

Dioleskan pada muka tiap pagi dan malam hari Harus dengan resep dokter

APOTEK FAJAR

Jl. Talang Kerangga No. 24 Palembang Telp. 0711-371582 A.P.A : Ratnaningsih Dewi Astuti, S.Farm., Apt

SIA : 101112

(19)

Sediaan Krim Resep 3 Penimbangan bahan :

Hidroquinon 5% 8 g Mometasone cr  1 g As. Retinoat 0,1 %  1 g Penyiapan dan Peracikan :

a. Siapkan 1 tube krim hidroquinon 5%, ditimbang sebanyak 8 g lalu tuangkan ke dalam mortir,

b. Tambahkan 1 g krim mometason ke dalam mortir, diaduk rata menggunakan stamper hingga homogen.

c. Tambahkan 1 g krim asam retinoat 0,1%, diaduk rata menggunakan stamper hingga homogen.

d. Masukkan dalam wadah e. Beri etiket dan label Pemberian Etiket dan Label

2.8 Konseling

- Cara pakai krim pagi-malam yaitu dioleskan tipis dan merata tiap pagi hari pada muka yang berjerawat, untuk pagi

- Cara pakai krim pagi, dioleskan setelah R/1 yaitu krim pagi-malam dengan jarak waktu 5 menit

APOTEK FAJAR

Jl. Talang Kerangga No. 24 Palembang Telp. 0711-371582 A.P.A : Ratnaningsih Dewi Astuti, S.Farm., Apt

SIA : 101112

NO. 36 22 Januari 2015 HESTIE CUTRYA

Dioleskan tipis pada muka tiap malam hari Harus dengan resep dokter

(20)

- Cara pakai krim malam, yaitu dioleskan setelah R/1 yaitu krim pagi-malam dengan jarak waktu 5 menit, Jika noda bekas jerawat sudah hilang, hindari menggunakan krim ini setiap malam, dianjurkan untuk menggunakan krim malam ini 2/3 hari sekali.

- Krim disimpan pada suhu 15º - 30οC, dalam wadah yang tertutup rapat

- Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta rajin mencuci muka

- Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A., dkk.(2012). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PT. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia): Jakarta

ISFI. (2009). ISO Indonesia. Volume 44. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

(21)

LAMPIRAN 1 DIALOG KONSELING

Disuatu sore di apotek Fajar, seorang wanita yang bernama Hestie, usia 22th datang ke apotek untuk menebus resep.

*Setting (apotek)

AA : Selamat sore mbak, ada yang bisa saya bantu?

Pasien : iya mbak, ini saya mau menebus resep. (sambil menyerahkan resep)

AA : iya mbak tunggu sebentar yah (melihat resep). Saya cek dulu Obatnya. Ini resep ulangan ya mbak?

Pasien : iya mbak...saya tunggu, ini saya tebus yang kedua kali. (setalah AA mengecek list obat, AA kemudian memanggil pasien kembali)

(22)

AA : uangnya Rp. 200.000,-, kembalinya Rp. 7.000,-. Tunggu sebentar ya mbak resepnya kami racik dulu. Silahkan tunggu kembali (pasien kembali duduk, AA meracik obat)

AA : Mba Hesti krim nya sudah selesai diracik. Silahkan menuju ruang konsultasi apoteker kami, untuk diberikan penjelasan tentang cara pemakaian krimnya.

Pasien : oke makasih mbak (menuju ruang konsultasi apoteker)

Pasien : (tok tok tok) selamat sore mba

Apoteker : selamat sore silahkan masuk dan silahkan dudu k. Dengan Nn. Hestie. Perkenalkan saya Ziah apoteker di apotek ini. Selama memakai krim ini ada hasilnya mba?

Pasien : iyaaa mba, jerawat saya jadi berkurang.

Apoteker : Selama pemakaiannya ada keluhan tidak ? misalnya seperti iritasi, gatal-gatal dan kemerahan?

Pasien : Tidak ada mba, selama pemakaian tidak ada rasa gatal dan kemerahan pada wajah saya.

Apoteker : untuk pemakaian krimnya bagaimana caranya ? sebelumnya sudah pernah memakai kan mba.

Pasien : krimnya ada 3 mba, ada krim 1 untuk pagi-malam hari, krim 2 untuk pagi hari dan krim 3 untuk malam hari. Untuk krim 1 pemakaiannya pada pagi hari setelah cuci muka setelah itu dilanjutkan untuk pemakaian krim 2, dan krim 3 dipakai pada malam hari setelah pemakaian krim 1.

Apoteker : Untuk pemakaian krimnya diberikan jarak ya mba untuk

pemakaian krim 2 dipakai setelah menit pemakain krim 1 dan krim 3 juga dipakai dengan jarak 5 menit setelah pemakaian krim 1.

Pasien : Iyaa mba, tapi saya sibuk, jadi selalu terburu-buru sehingga lupa untuk memakainya.

(23)

Pasien : Memangnya kenapa ya mba?

Apoteker : Ini krim 3 mengandung hidroquinon, pemakaiannya jangka panjang kurang baik untuk perawatan muka, sehingga untuk mengurangi efek samping dari hidroquinon tersebut, pemakainnya bisa digunakan seminggu 3x. Pasien : oooo.. seperti itu mba, baiklah kalau begitu.

Apoteker : Untuk pola makannya sudah dijaga?

Pasien : Selama ini aku masih suka makan coklat si mba.

Apoteker : Coklat bisa menyebabkan jerawat juga mba, kemarin sudah saya beritahu kan mba makanan yang menyebabkan jerawat?

Pasien : Iyaa mba, seperti menghindari makanan berlemak, mengkonsusmsi susu berkadar tinggi, debu dan menghindari stress. Apoteker : Iyaa mba benar, jadi dikurangi ya mba. Ada yang ingin ditanyakan lagi ?

Pasien : Tidak mba, sepertinya cukup.

Apoteker : Okee kalau tidak ada yang ditanyakan lagi. Ini ada kartu nama saya kalau ada yang ingin ditanyakan bisa menghubungi saya sambil

menyodorkan kartu nama) atau bisa menelpon ke apotek.

Pasien : Okee mba, baiklah. Terimakasih. (Sambil tersenyum)

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum metode penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa proses mulai dari proses pra pengolahan yaitu pemotongan gambar area kepala hingga

Dengan demikian, jika merujuk pada beberapa teori di atas, meski tidak semua ciri khas dari teori tentang model pondok pesantren yang dikemukakan termasuk

Hasil penelitian tema payung tahun ketiga menunjukkan bahwa: (1) model, mekanisme atau prosedur, panduan, dan instrumen evaluasi penjaminan mutu sekolah yang

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta sudah membangun aplikasi digital library masing- masing.Setiap digital library memiliki ragam dan kualitas layanan yang berbeda.Untuk

Penelitian ini dilakukan yaitu untuk memperoleh gambaran karakteristik tanah residual vulkanik pada tanah lereng longsor dan lereng stabil dengan mengetahui parameter

Risiko sederhana kritikal pula ialah risiko yang walaupun memberikan impak yang sederhana kepada program namun apabila risiko tersebut wujud dalam jumlah yang banyak ia

Berdasarkan hasil evaluasi siklus pratindakan menunjukkan bahwa siswa belum mencapai keberhasilan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus