• Tidak ada hasil yang ditemukan

hukum dan perubahan sosial oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hukum dan perubahan sosial oleh "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PIMPINAN CABANG

Sekretariat : Jl. Lamongan Barat II no 80 Sampangan

Cp : 085733977299 (Hasan) Email : permahisemarang@yahoo.co.id

Fb: permahi progresif semarang

HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL

1

Hasan2

Teori hukum tidaklah buta terhadap konsekuensi sosial

dan tidak pula kebal dari pengaruh sosial. Dimana kita

mencari landasan-landasan hukum, pengertian yang kita

buat tentang proses hukum, dan dimana kita menempatkan

hukum dalam masyarakat –semuanya sangat

mempengaruhi betuk komunitas politik dan jangkauan

aspirasi-aspirasi sosial

3

.

Hukum adalah undang-undang. Sebuah pernyataan yang klasik, konvensional, dan primitif4. Memang benar sebagian besar masyarakat menganggap bahwa hukum adalah

undang-undang, namun antara hukum dan undang-undang itu merupakan suatu hal yang berbeda. Hukum adalah suatu sistim yang didalamnya terdapat norma-norma sosial masyarakat, hak dan kewajiban sosial serta adanya nilai-nilai sosiologis dan filosofis di dalamnya. Bukan hanya sekedar kumpulan huruf dan kata-kata yang dirangkai menjadi suatu peraturan kemudian dinamakan undang-undang5.

1 Judul diskusi yang disampaikan pada diskusi di universitas Wahid Hasyim Semarang 30/05/1991.

2 Mahasiswa semester ... (sudah saatnya ditagih skripi). Dalam hal ini penuis adalah seorang muslim yang taat,yang mau mengerjakan sholat, seperti apa yang diperintahkan oleh agama yang saya anut. Selain itu penulis juga tidak sombong serta rajin menabung dan tidak suka buang sampah sembarangan.

3 Nonet, Hukum Responsif,hal 3. Dalam hal ini suatu sistim sosial masyarakat akan memiliki atau berpengaruh terhadap sisitim hukum yang ada pada tempat atau daerah tersebut, hali ini karena hukum merupakan suatu hal yang lahir dari hubungan serta interaksi sosial masyarakat. hukum tidak dapat berdiri sendiri dan hukum selalu membutuhkan disiplin ilmu lain untuk dapat bekerja sebagai suatu kesatuan sistim hukum yang utuh.

4 Awaludin marwan, Teori Hukum Kontemporer, hal 1. Lihat juga tentang pandagan hukum progresif yang mengatakan bahwa hukum bukanlah suatu skema yang final, hukum harus terus dibedah dengan cara-cara yang progresif.

(2)

Dalam hal ini hukum tidak merupakan alat penindas yang dilakukan oleh suatu golongan terhadap golongan lain. Terlebih hukum digunakan sebagai alat untuk mengamini legitimasi kekuasaan, yang didalamnya terdapat kebusukan-kebusukan serta kebobrokan sang penguasa6. Hukum memiliki nyawa sendiri dalam dalam memberikan warna serta cara

sebagai alternatif penyelesaian suatu permasalahan atau sengketa yang ada di dalam masyarakat. Oleh karena itu hukum haruslah mampu menampung kepentingan-kepentingan, serta hak-hak yang hidup di dalam masyarakat. Dengan kata lain, keadilan menjadi landasan moral hukum dan sekaligus tolok ukur sistim hukum positif. Keadilan juga bersifat konstitutif, karena keadilan menjadi unsur mutlak bagi hukum sebagai hukum. Tanpa keadilan, suatu peraturan tidak pantas menjadi hukum7.

Keadilan merupakan syarat mutlak dari sebuah sistim hukum yang diterapkan didalam masyarakat. hukum harus mampu mengikuti perkembangan sosial masyarakat, bukan masyarakat yang dituntut untuk mengikuti hukum yang ada8. Oleh karena itu hukum yang

ada didalam masyarakat tidak boleh bertentangan dengan sistim norma yang telah ada di dalam masyarkat. Hukum sebagai sarana untuk menciptakan suatu kedamaian, keamanan dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, bukan sebagai alat penindas.

Memang cukup rumit jika membicarakan tentang suatu sistim hukum yang humanis dan dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat secara luas, hal ini bertolak belakang dengan sifat hukum saat ini yang ada bahwa hukum harus mempunyai sikap yang tegas dan memaksa serta dapat diterapkan kepada seluruh lapisan masyarakat. oleh karena itu dipelukan suatu pendanngan kritis untuk mengawal jalanya hukum yang ada.

Disiplin ilmu yang telah mengaitkan studi hukum dengan maslaah-masalah teori sosialseringkali berselisih, namun bila dilihat lebih cermat, banyak perselisihan diantara disiplin-disiplin itu memunculkan kebingungan mengenai istilah, yang seharusnya dihindari sejak awal. Sebagian aliran pemikiran memandang hukum sebagai fenomena universal yang umum dijumpai pada semua masyarakat9

6 Hukum seperti ini pernah digunakan oleh rezim nazi Jerman yang menggunakan hukum sebagai alat pembenaran serta melegalkan genosida (pembasmian ras), pada saat itu yang menjadi korban atau target dari genosida nazi adalah bangsa yahudi.

7 Tanya, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama, hal 67

8 Dalam hal ini, kehidupan sosial masyarakat akan terus mengalami perkembangan, contohnya saja pada jaman dahulu ketika internet belum dikenal oleh masyarakat tidak ada tindak kejahatan (cyber cyrime), naun dengan berkembanganya waktu dan

kemajuan teknologi kejahatan tidak hanya dilakukan melalui cara-cara konfensional, namun menggunakan teknologi yang ada untuk melakukan tindak kejahatan tersebut. Contoh kasus penipuan di dunia maya, prostitusi pada dunia maya dll.

(3)

Dalam hal ini penulis membagi hukum kedalam tiga konsep hukum10 yaitu hukum adat

(Costumary Law), hukum birokratis (Bureaucratic Law), dan hukum agama. Hukum adat (Costumary Law) yaitu setiap pola interaksi yang muncul berulang-ulang diantara banyak individu dan kelompok, diikuti pengakuan yang relatif eksplisit dari kelompok dan individu tersebut bahwa pola-pola interaksi demikian memunculkan ekspektasi perilaku timbal balik yang harus dipenuhi11. Hukum adat merupakan suatu sistim hukum yang telah ada, tumbuh,

dan berkembangan didalam masyarakat yang berlangsung selama masyarakat itu terbentuk.

Oleh karena itu hukum adat dianggap sebagai suatu sistim hukum yang berasal dari masyarakat itu sendiri (hukum asli)12. Bahkan didalam hukum adat sistim yang ada dan telah

tertata dengan fleksibel dan dibuat mengalir dengan perkembangan jaman, namun dalam penerapan yang ada saat ini posisi hukum adat telah terdegradasi dengan hukum nasional dan hanya di beberapa daerah saja yang menerapkan hukum adat sebagai hukum yang digunakan dalam kesehari-harian mereka.

Konsep hukum yang kedua adalah konsep hukum birokratis (Bureaucratic Law) atau biasa disebut dengan hukum pengatur (regulatory law). Didalam hukum birokratis tersebut proses pebentukan hukumnya dilakukan oleh pemerintah, bukan terbentuk seara alamiah. Hukum birokratis ini juga digunakan oleh pemerintah untuk mengatur masyarakatnya yang bertujuan untuk menciptakan suatu tatanan sosial yang teratur. Namun dalam kenyataan yang ada seringkali konsep hukum seperti ini digunakan oleh golongan tertentu maupun pemerintah untuk menekan bahkan melakukan kekerasan, sehingga suatu kekuasaan yang ada di dalam peeintahan seringkali dianggap sebagai suatu pemerintahan yang represif.

Suatu kekuasaan pemerintahan dibilang represif jika kekuasaan itu tdak memperhatikan kepentingan-kepentingan orang-orang yang diperintah, yaitu ketika suatu kekuasaan dilaksanakan tidak untuk kepentingan mereka yang diperintah, atau dengan mengingkari legitimasi mereka. Sebagai akibatnya, posisi mereka yang diperintah menjadi rentan dan lemah13.

Dalam konsep hukum ini banyak kepentingan-kepentingan yang masuk ketika pembuatan sistim perundang-undanganya, oleh karena itu beerapa pihak mengatakan bahwa undang-undang itu cacat sejak lahir, karena didalamnnya terdapat kepentingan-kepentingan pembuatnya, sehingga tidak lagi murni dari hati nurani yang memperhatikan nasib masyarakat secara keseluruhan14.

10 Baca: Unger, Teori Hukum Kritis kajian tentang posisi hukum daalam masyarakat modern.

11 Ibid hal 63.

12----13 Opc hal 33

(4)

Pada konsep hukum yang ke tiga adalah konsep hukum agama. Hukum agama ditentukan oleh aturan-aturan teologis yang isinya tidak dapat diperhitungkan secara langsung oleh penguasa15. Sebagai contoh bahwa hukum agama itu ditentukan oleh

aturan-aturan teologis terbukti degan adanya kepercayaan16 akan adanya halal dan haram

dalam islam serta adanya aturan-aturan lain yang bertujuan untuk menciptakan keteraturan sosial (Unger, 2008:66).

Pandangan kaum liberal terhadap hukum

Dalam sebuah demokrasi ini berarti bahwa kedaulatan hukum tidak akan bertahan kecuali is menjadi bagian dari tradisi moral masyarakatnya, cita-cita yang diyakini bersama dan yang diterima secara mutlak oleh mayoritas17. Berkaca dari pernyataan tersebut jelas

bahwa bagi kaum liberal,18 hukum tidaklah menjadi semacam alat yang digunakan untuk

mengekang kebebasan sosial. Oleh karena itu hukum harus mengikuti tradisi moral masyarakat, dalam hal ini hukumlah yang dituntut untuk mengikuti masyarakat, bukan masyarakat yang dipaksa untuk tunduk secara ortodoks pada hukum (masyarakat yang masuk pada hukum).

Hampir sama seperti pernyataan pada konsep hukum adat (Costumary Law), kaum liberal berpandangan bahwa sistim perundang-undangan atau peraturan merupakan produk proses evolusi, dimana manusia berinteraksi secara terus menerus dengan lingkunganya19.

Oleh karena itu kaum liberal sangat mengunggulkan kebebasan individu dan hukum ada hanyalah untuk melindungi kebebasan tersebut dari benturan atas kebebasan orang lain.

Kedaulatan hukum sebagai sebuah prinsip meta-hukum20. Ajaran meta hukum bisa

digambarkan bahwa dalam suatu keadaan tentang konsep hukum “kita tidak mungkin bisa menyusun secara sintetis seperangkat aturan-aturan moral baru”. Kita harus menerima

yang cenderung mengamankan kepentingan politiknya, sehingga produk hukum yang diciptakanya pun tidak jauh dari interfevsi kepentingan politiknya, inilah yang dinamakan hukum itu cacat sejak lahir.

15 opc, hal 66

16 Kepercayaan tersebut seperti halnya adanya dosa, serta mitos adanya neraka (untuk orang jahat) dan surga (yang diciptakan oleh Tuhan untuk orang-orang yang baik, seperti Mas Hasan) yang hingga saat ini masih belum bisa dibuktikan dan dijeaskan secara ilmiah. Atau jangan-jangan surga dan neraka itu memang hanya mitos yang dibuat oleh orang-orang kuno untuk menciptakan keteraturan sosial belaka? Entahlah.

17 Miller, Kondisi Kebebasan Liberalisme Klasik F.A Hayek, freedom institute, hal79 18 Kaum liberal adalah kaum yang lebih mengutamakan kebebasan individu, contoh negara yang menggunakan paham liberalis adalah Amerika.

19 Ibid hal 80

(5)

hampir semua “yang berkembangan dengan sendirinya dan secara spontan”21. Hal itu

mungkin saja terjadi karena pada dasar yang paling dasar bahwa peradaban manusia itu memiliki kehidupanya sendiri, dan kehidupan manusia itu beragam antara satu tempat dengan manusia di tempat yang lain. Oleh karena itu segala upaya perbaikan yang dilakukan tidak bisa dikontrol sepenuhnya oleh pembuat konsep hukum tersebut.

Kau liberal sangat percaya bahwa konsep hukum harus dilihat dengan tujuan bukan untuk seperangkat aturan-aturan moral baru, tapi untuk mengenali semua aturan-aturan yang mendukug kemajua peradaban; dan dalam hal ini ia memiliki dasar dan landasan22.

Pandangan kaum liberal dalam tulisan ini, penulis menggunakan pemikiran F. A Hayek23 sebagai inspirasi dalam memandang kaum liberalis. Demikian sebuah catatan kecil

dari penulis untuk didiskusikan...

21 konsep hukum yang dibuat oleh suatu lebaga tidak mungkin bisa menggeser

kebiasaan dan prilaku masyarakat yang telah berlangsung selama kurun waktu yang ada dan selama masyarakat sosial itu ada.

22 Iid. Hal 82

Referensi

Dokumen terkait

dibandingkan dengan modal yang dimiliki semakin tinggi dan hal ini akan menarik para investor untuk menginvestasikan uangnya pada perusahaan tersebut sehingga return

secara berkelompok untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian, jenis, karakteristik, lingkup usaha jasa wisata; serta hubungan antara berbagai usaha jasa wisata guna

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengenali karakter adalah dengan Optical Character Recognition (OCR). OCR pada dasarnya ialah pengenalan karakter

Larangan pemilikan tanah secara absentee yang telah ditentukan dalam Pasal 10 UUPA, belum dapat dilihat hasil secara signifikan. Walaupun data yang pasti belum dapat

Dengan demikian penggunaan media grafis berhasil atau dapat meningkatkan hasil belajar jasmani olahraga dan kesehatan siswa Kelas III.A Sekolah Dasar Negeri 028 Kubang Jaya

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

[r]

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas