• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBENTUK P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBENTUK P"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBENTUK PRIBADI MAHASISWA YANG TANGGUH UNTUK MEWUJUDKAN

KETAHANAN NASIONAL1

Suster Martha Sri Martani CB2

Dosen Akademi Sekretari/LPk Tarakanita, E-mail: srmarthacb@yahoo.com

Abstract

National resistance can be realized if supported by tough individuals. Tough individuals are strong and very self confident. They are generally consistent in struggle for life. Self confident and struggle for life are needed by university student so that they are able to continue to be the next generation. Higher educational institutions play important roles to produce strong and self confident students to support and maintain national resistence. To implement the roles, lecturers and members of staff should show good example through the Tridharma. The discussion of this article is descriptive analytical, using comprehensive and integrative approach.

Keywords: self confident, national resistance

Pendahuluan

Ketahanan Nasional hanya dapat terwujud apabila ditopang oleh pribadi-pribadi tangguh. Pribadi tangguh merupakan pribadi-pribadi yang sukar dikalahkan, kukuh, tidak lembik, tidak lemah (tentang pendirian), tabah dan tahan (menderita dsb.). Dalam pribadi-pribadi tangguh terdapat antara lain keuletan dan kejuangan, sehingga dapat mengatasi Tantangan-Ancaman-Hambatan-Gangguan (TAHG), baik dari dalam diri pribadi maupun dari luar pribadi, baik langsung maupun tidak langsung yang sangat dibutuhkan demi terwujudnya ketahanan nasional.

Pribadi tangguh seperti diuraikan di atas dibutuhkan oleh mahasiswa. Apabila hal tersebut diimiliki, maka mahasiswa akan menjadi pribadi yang tangguh. Namun untuk menjadi pribadi yang tangguh, diperlukan suatu usaha, tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Jadi, diperlukan suatu proses dan hal ini dapat terjadi di perguruan tinggi. Di Perguruan Tinggi (PT), mahasiswa mendapat penggemblengan, baik dari segi kecerdasan, ketrampilan maupun mental. Dengan demikian peran

1 Tulisan ini merupakan tugas akhir dan telah dipresentasikan dihadapan tiga dosen penguji dan

(2)

perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh.

Saat ini diindikasikan, pada umumnya mahasiswa belum sampai pada taraf memiliki pribadi yang tangguh. Padahal mahasiswa adalah generasi muda pewaris nilai luhur, penerus cita-cita bangsa, serta insan pewaris pembangunan. Seharusnyalah mereka memiliki sikap serta rasa percaya diri akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Mereka diharapkan menduduki posisi sebagai kader pimpinan bangsa di masa depan dan pelopor serta penggerak pembangunan yang produktif. Untuk itu mareka harus menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh. Sebab hanya mahasiswa dengan pripadi yang tangguhlah yang akan mampu menerima estafet kepemimpinan, serta dapat mengatasi TAHG.

Karena sebagian waktu yang dimiliki mahasiswa dipergunakan di perguruan tinggi, maka peran serta perguruan tinggi untuk membentuk pribadi yang tangguh sangat dibutuhkan. Peran serta perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh dapat secara langsung melalui keteladanan yang diberikan oleh pimpinan Perguruan Tinggi, para dosen dan semua yang terlibat di dalamnya. Keteladanan ini akhirnya akan berdampak pada kewibawaan. Orang berwibawa akan disegani, dipercaya, sehingga apa saja yang dimaui akan diturut. Secara tidak langsung melalui Tridharma Perguruan Tinggi. Namun untuk ini dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

Perguruan Tinggi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam melakukan perannya sebagai pembentuk pribadi yang tangguh. Di satu sisi terdapat sejumlah kendala, namun di sisi lain terdapat peluang sebagai akibat pengaruh global, regional dan nasional. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan, upaya, serta strategi yang tepat untuk mengimplementasikannya.

(3)

Metode dan Pendekatan

Metode yang digunakan dalam pembahasan ini adalah deskriptif analitis yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang bersifat deskriptif dan diolah secara analitis. Pendekatannya komprehensif integral dengan menggunakan bahan dari berbagai sumber dan pengalaman empiris, dikaitkan dengan peran Perguruan Tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh.

Peran Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, dapat berbentuk: pendidikan akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi atau Universitas. Bagaimana pemerintah, departemen lain, atau masyarakat, menyelenggarakan pendidikan sehingga dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, sangat dipengaruhi oleh: peran penyelenggara yang terdiri dari pemerintah, yayasan, dan pimpinan perguruan tinggi; sivitas akademika yang terdiri dari: dosen dan mahasiswa, serta sarana-prasarana. Semuanya merupakan system terpadu dalam penyelenggaraan PT.

a. Peran Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan sebagai supra stuktur yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan pembangunan nasional, khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945, mempunyai misi strategis yaitu efisiensi, peningkatan mutu, dan relevansi dengan pembangunan. Karena melalui perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, entah berbentuk pendidikan Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi atau Universitas, hendaknya dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, di mana bekal ilmu yang diperoleh (intelektualitas), dapat mewujudkan ketahanan nasional.

(4)

sedangkan perguruan negeri (PTN) hanya berjumlah 52, maka pembinaan pemerintah untuk pengembangan profesionalisme khususnya diarahkan pembinaan pada perguruan tinggi swasta, meliputi semua komponen yang terkait: sivitas akademika, Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta (BP-PTS), Badan Pelaksana Harian (BPH), Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), Gutiswa/Dikti.

Pembinaan pemerintah terhadap PTS berpegang pada prinsip yang telah digariskan dalam rangka: optimalisasi, efektifitas dan efisiensi pengembangan PTS. Ada dua prinsip pokok yaitu: optimasi sumber daya dan sumber dana yang tersedia dan optimasi hasil-hasil yang telah dapat dicapai.

b. Peran Yayasan

Yayasan sebagai infra struktur dan partner pemerintah dalam menyelenggarakan dan penanggung jawab PTS berperan penting dalam usaha melaksanakan pendidikan nasional sesuai TAP MPR (secara umum) : “Perguruan swasta mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam usaha melaksanakan pendidikan nasional untuk itu perlu dikembangkan pertumbuhan sesuai kemampuan yang ada berdasarkan pada pendidikan nasional yang mantap dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan”.

Yayasan dalam menyelenggarakan PTS mengacu pada misi umum yaitu pemerataan dan efisiensi untuk menunjang peningkatan mutu, dan relevansi dengan pembangunan, sehingga dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, di mana bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu (intelektualitas), sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional.

(5)

meliputi: sikap, pandangan, system nilai para penyelenggara kurang kondusif bagi perkembangan, sifat tertutup dan menyendiri dari kalangan pengurus yayasan.

Terhadap kedua aspek tersebut terkesan statis terhadap tujuan yang ingin dicapai dan tidak ada rencana yang dipedomi. Berdasarkan dua aspek hambatan tersebut menyebabkan:rendahnya tingkat kesadaran dan tanggung jawab yayasan dalam membina dan menyelenggarakan PT, rendahnya percaya pada diri sendiri dan sempitnya cakrawala pandangan pada para pengurus yayasan sebagai pembina PT. Hal tersebut merupakan kelemahan yayasan sebagai penyelenggara dan pembina PT.

c. Peran Pimpinan Perguruan Tinggi

Pemimpin perguruan tinggi tidak kalah pentingnya dalam melakukan perannya membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Hal ini mengingat bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu (intelektualitas), sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional. Pimpinan perguruan tinggi dalam kepemimpinannya mengalami hambatan di bidang manajerial dan akademik pada aspek teknis dan kultur secara rinci seperti pada peran yayasan. Sebagai akibat hambatan aspek teknis dan kultur, para pimpinan PTS kurang percaya pada diri sendiri dan memiliki cakrawala pandangan sempit.

Kelemahan pimpinan PT masih ditambah lagi dengan kurang serasinya hubungan dengan yayasan sebagai penyelenggara PTS. Untuk menjembatani hubungan yang kurang serasi antara pimpinan PTS dengan yayasan sebagai penyelenggara PTS (BP-PTS), berdasarkan Kepmen Nomor 0339/U/1994, wajib membentuk Badan Pelaksana Harian yang disingkat BPH. BPH berfungsi dan bertugas sebagai pelaksana harian, sedangkan fungsi dan tugas yayasan adalah sebagai penyelenggara PTS. Dengan demikian BPH berfungsi menjembatani pimpinan PT dengan yayasan. Kenyataan yang ada masih banyak yayasan yang belum membentuk BPH.

d. Peran Sivitas Akademika

(6)

1) Peran Dosen

Keberadaan dosen sangat menentukan pembentukan pribadi mahasiswa yang tangguh seperti yang telah diuraikan atau dijelaskan sebelumnya. Sekalipun dosen lebih banyak berperan sebagai informator, transmitter, motivator, katalisator, moderator, dan fasilisator dalam proses belajar mengajar, namun perannya sangat menentukan bagi kemajuan Perguruan Tinggi.

Dosen berperan sebagai informatory, artinya orang yang memberi informasi; sebagai transmitter artinya orang yang memindahkan, dalam hal ini memindahkan atau menstransfer ilmu; sebagai motivator adalah orang yang memberi dorongan; sebagai katalisator artinya alat yang dapat mempercepat reaksi (misal : cepat tanggap terhadap perubahan); moderator artinya orang yang berdiri di tengah; fasilitator artinya orang yang memberi segala kemudahan.

Dosen diharapkan mampu memberikan proses perubahan terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Karena produk perguruan tinggi harus seimbang antara bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) dengan sikap perilaku individu (inteletualitas). Supaya ada perubahan sikap dan perilaku peserta didik, perlu ditanamkan nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral dapat ditanamkan melalui masing-masing disiplin ilmu. Karena sikap, pandangan, sistem nilai dosen yang kurang kondusif bagi perkembangan PT, dosen beranggapan bahwa dalam mengajar hanya bertugas untuk menstranfer ilmu, sehingga kurang, bahkan tidak menanamkan nilai-nilai moral.

(7)

para dosen menyadari, melalui disiplin ilmu yang diajarkan sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai moral.

Balas jasa dosen yang belum memadai, dan situasi serta tuntutan ekonomi khususnya di kota-kota besar, menjadikan dosen terpaksa mengajar ke berbagai tempat dengan beberapa mata kuliah yang diampunya. Hal ini tentu saja mengakibatkan dosen tersebut kurang dapat mempersiapkan diri dalam mengajar, sehingga hasilnya tidak maksimal. Dilihat dari segi kualitas, hal tersebut kurang menguntungkan.

Dilihat dari segi kuantitatif, pada tahun 1997 dosen PTN berjumlah 47.445 dengan mahasiswa sejumlah 902.200, sehingga rata-rata per dosen bertanggung jawab adalah 19 mahasiswa. Sedangkan jumlah dosen di PTS sebanyak 110.912 dengan jumlah mahasiswa 1.448.771, sehingga rata-rata per dosen bertanggung jawab terhadap adalah 13 mahasiswa. Dengan demikian beban dosen PTN lebih berat daripada dosen PTS, sebab dosen PTN rata-rata menanggung mahasiswa lebih banyak dari dosen PTS.

2) Peran Mahasiswa

Mahasiswa sebagai generasi muda, pewaris nilai luhur budaya, penerus cita-cita bangsa, serta pewaris pembangunan merupakan kader pimpinan bangsa di masa depan dan pelopor serta penggerak pembangunan yang produktif, namun : a) Sebagai pribadi, yang berasal dari pelbagai SMTA l dari seluruh pelosok tanah

air masih bersifat labil, dengan karakter adat kebiasaan yang berbeda, sifat ketergantungan masih besar, belum memiliki pola pikir dan pola sikap yang sama, sehingga belum memiliki perilaku yang sama.

(8)

kebhinekaan ini dibina akan merupakan kekuatan dari perguruan tinggi tersebut dan menjadikan kekuatan bagi negara Indonesia pada umumnya. c) Sebagai satuan, mahasiswa yang sudah berkembang dewasa semakin

didewasakan setelah bergabung dan aktif dalam senat dan kegiatan mahasiswa. Senat dan kegiatan mahasiswa sebagai sarana bagi mahasiswa untuk belajar memimpin dan sebagai pemimpin. Dari sini akan muncul calon-calon pemimpin bangsa seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Dari rangkaian tersebut nampak bahwa perguruan tinggi berperan untuk menciptakan suasana yang kondusif yang memungkinkan mahasiswa dapat mengembangkan dirinya. Dalam realita mahasiswa mudah dipengaruhi berbagai perkembangan lingkungan yang nampak dari gejala sebagai berikut :

(1) Karena pengaruh reformasi politik Indonesia, di satu pihak para mahasiswa sadar dan peka, serta memperjuangkan keadilan serta kebenaran, tetapi di lain pihak semangat belajar menurun karena ikut demo, tidak disiplin, tidak percaya pada para penguasa atau pemimpin bangsa (krisis kepercayaan).

(2) Karena krisis moneter dan ekonomi yang dialami Indonesia, serta kurangnya keuletan dan daya juang mengakibatkan kegagalan berupa drop out. Jumlah mahasiswa mengalami penurunan sebanyak 220.333 atau

9.37 %. Sedangkan mahasiswa yang drop out dapat dilihat dari jumlah yang ditamatkan tahun 1997 = 2.64 % x 2.350.971 = 62.066.

(9)

Dampak yang dialami oleh mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa pribadi mahasiswa belum tangguh, sebab mudah terpengaruh lingkungan. Ketergantungan mahasiswa yang menggunakan obat terlarang pada tahun 1997 menunjukkan rawat jalan = 34,3 % dan yang rawat inap 41.9 % dari pasien yang masuk ke RS ketergantungan obat Departemen Kesehatan. Ada kemungkinan persentase (%) mahasiswa yang menggunakan obat terlarang akan meningkat.

3) Peran Tridharma Perguruan Tinggi

a) Pendidikan – Proses Belajar Mengajar

Tridharma perguruan tinggi meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Pada darma pendidikan, perguruan tinggi memerlukan berbagai komponen dalam proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum, maupun peningkatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Proses belajar mengajar dengan pendekatan sistem input-output. Keluaran (lulusan) yang dimaksud di sini adalah lulusan yang berpribadi tangguh. Lulusan yang berpribadi tangguh melalui pendidikan meliputi edukatif (intra kurikuler) dan non-educatif (ekstra kurikuler).

Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa komponen strategis sebagai penunjang utama untuk menghasilkan output yang diharapkan. Komponen proses belajar mengajar tersebut berupa : kurikulum, kuliah atau kegiatan akademik, mahasiswa, dosen, evaluasi hasil studi.

Dalam kurikulum kelompok MKU merupakan kelompok mata kuliah yang dapat membantu mahasiswa menjadi pribadi tangguh, di samping mata kuliah yang lain. Namun kenyataannya kelompok mata kuliah MKU hanya mendapat porsi sebagai berikut:

D-1 minimal MKU = 6 SKS = 18.75 % D-2 minimal MKU = 6 SKS = 8.82 % D-3 minimal MKU = 8 SKS = 9.09 % D-4 minimal MKU = 10 SKS = 8.70 %

(10)

S-1 Pendidikan minimal MKU = 10 SKS = 10.42 % S-1 Sospol minimal MKU = 10 SKS = 13.20 % S-1 Ilmu Kesehatan min. MKU = 22 SKS = 19.64 % S-1 Pertanian minimal MKU = 10 SKS = 11.76 % S-1 Ilmu seni minimal MKU = 10 SKS = 9.9 % S-1 Sastra & Filsafat min MKU = 10 SKS = 13.15 % S-1 Hukum minimal MKU = 10 SKS = 12.20 %

Berdasarkan komponen kurikulum, kuliah atau kegiatan akademik, mahasiswa, dosen, evaluasi hasil studi, proses kegiatan belajar mengajar :

(1) Mata Kuliah Umum (MKU) sebagai mata kuliah yang ada muatan nilai-nilai moral rata-rata hanya 173.44 % : 14 = 12.39 %. Hal ini belum mendukung keluaran berpribadi tangguh. Idealnya antara 20 % - 25 %

(2) Mahasiswa yang bercirikan seperti uraian pada sub d.2) belum mendukung keluaran yang berpribadi tangguh.

(3) Dosen seperti yang diuraikan pada sub d.1) belum mendukung keluaran yang berpribadi tangguh.

(4) Kuliah atau kegiatan akademik terganggu karena demo yang dilakukan mahasiswa.

(5) Evaluasi hasil akhir tidak lepas dari point b s.d. d.

(6) Adanya budaya nyontek (ketidak jujuran dan kurang percaya diri).

Kegiatan ekstra kurikuler, seperti : olah raga, kesenian, menwa, pencinta alam, seminar dan sebagainya, dapat membantu mahasiswa bersikap: sportif, mencintai serta melestarikan kebudayaan nasional dan mencintai lingkungan hidup, melatih keberanian mengemukakan pendapat dan argumentasi, kritis dan sebagainya.

Namun itu semua membutuhkan sarana dan prasarana yang memadahi, yang tidak sedikit biayanya. Karena keterbatasan anggaran dan krisis moneter serta ekonomi yang berkepanjangan, dengan demikian cukup banyak perguruan tinggi yang belum menyelenggarakan.

b. Penelitian

(11)

baik, apabila sivitas akademika melakukan suatu pengkajian dan penelitian dengan baik. Perguruan tinggi harus mampu melakukan penelitian untuk memecahkan masalah praktis maupun pengembangan ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pembangunan. Hasil dari kegiatan ini secara simultan tentu merupakan bahan yang sangat berharga bagi perguruan tinggi, yaitu dalam rangka mendukung pengembangan lebih lanjut pada pelaksanaan darma pendidikan maupun darma pengabdian masyarakat. Kecuali itu dengan melakukan penelitian, mahasiswa dihadapkan untuk menemukan sesuatu. Hal ini melatih mahasiswa tekun dan ulet, sebagai unsur pribadi mahasiswa menjadi tangguh.

Penelitian dan pengkajian PT yang berpengaruh terhadap pribadi tangguh mahasiswa antara lain:

1) dari gambaran kondisi dosen sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sulit diharapkan perguruan tinggi mampu menghasilkan suatu karya ilmiah yang dapat diandalkan. Dengan kata lain peranan perguruan tinggi dalam menghasilkan penelitian dan karya ilmiah untuk pengembangan IPTEK maupun kebutuhan terapan belum memperoleh porsi yang memadai.

2) penelitian masih belum terlaksana, karena kurang tenaga ahli, sarana dan prasarana 3) terbatasnya dana dan waktu, meskipun ada semangat untuk meneliti

4) lemahnya penelitian juga disebabkan oleh dosen senior yang kurang menaruh minat, sementara dosen muda masih mengusahakan pemenuhan tuntutan ekonomi

Dengan demikian jelas bahwa peranan perguruan tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembangunan belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jumlah penelitian di perguruan tinggi (PTN dan PTS) selama 5 tahun terakhir ini hanya menghasilkan sebanyak 3.294 judul atau 658 per tahun dengan perbandingan jumlah dosen PTN dan PTS sebesar 80.441 orang.

(12)

c. Pengabdian Masyarakat

Agar perguruan tinggi tidak dijauhi masyarakat, maka harus mampu melakukan kegiatan kemasyarakatan. Hal ini dapat berupa penerapan ilmu dan hasil penelitian untuk kepentingan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Sivitas akademika menjadi pioner dan penggerak pembangunan masyarakat di sekitarnya, baik melalui program pelatihan, pemecahan masalah pembangunan, inovasi-inovasi untuk kemajuan, program kuliah kerja nyata, memberikan motivasi berswadaya dalam pembangunan.

Program pengabdian pada masyarakat dilakukan bukan saja bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga bermanfaat bagi perguruan tinggi, lebih-lebih bagi mahasiswa dan dosen. Bagi mahasiswa dan dosen akan tertanam pengertian dan pemahaman terhadap arti pembangunan nasional, integritas kebangsaan, kesetiakawanan sosial dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga akan tercipta manusia terdidik yang memiliki wawasan kebangsaan yang dalam.

Pada dasarnya pengabdian kepada masyarakat adalah positif karena mendukung dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Namun karena kekurangan dana, banyak perguruan tinggi belum melaksanakan kegiatan ini, sementara itu dosen juga memiliki keterbatasan waktu karena mengajar di berbagai perguruan tinggi.

Tata Hubungan Perguruan Tinggi dan Mahasiswa dalam Fungsinya Mewujudkan Ketahanan Nasional

a. Hubungan Perguruan Tinggi dengan Mahasiswa

(13)

Semakin besar dan kompleksnya tantangan di masa mendatang sebagai akibat pengaruh global, maka diperlukan manajemen perguruan tinggi yang berorientasi kualitas yang dapat mendukung terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh.

Sebagai mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi mereka berhak mendapatkan pendidikan, sedangkan perguruan tinggi berkewajiban memberikan pendidikan sesuai dengan yang digariskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1. Karenanya penyelenggaraan perguruan tinggi memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi, mahasiswa dapat berkembang dan mengembangkan dirinya, sehingga menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri (tidak menjadi seperti orang lain) merupakan salah satu unsur pribadi yang tangguh. Bila masing-masing mahasiswa berkembang menjadi diri sendiri, di perguruan tinggi tersebut terwujud ketahanan kampus, yang akan berdampak pada terwujudnya ketahanan nasional.

b. Hubungan antara Mahasiswa dengan Ketahanan Nasional

Mahasiswa adalah warga masyarakat kampus, dan atau perguruan tinggi merupakan satuan atau lingkungan. Apabila setiap mahasiswa di lingkungan kampus telah menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh, maka akan terwujud ketahanan lingkungan (kampus). Bila di suatu daerah ada beberapa perguruan tinggi, dengan masing-masing memiliki ketahanan kampus, maka akan tercipta atau terwujud ketahaanan daerah. Bila di setiap daerah mempunyai ketahanan daerah, akan terwujud ketahanan nasional. (tingkat ketahanan : Soemarno Soedarsono, Ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga sebagai tumpuan ketahanan nasional).

c. Manajemen Perguruan Tinggi Berorientasi Kualitas

(14)

Jika jumlah inovasi semakin meningkat, ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghasilkan hal baru dengan kelajuan yang sangat pesat, baik berupa barang, jasa, layanan, komunikasi, maupun tatacara berekonomi. Globalisasi dalam berbagai bentuk kini mengubah wajah kehidupan di seluruh dunia.

Pengaruh globalisasi komunikasi dan informasi yang mengubah pola aliran informasi secara mendasar telah menjadi pengalaman sehari-hari. Globalisasi ekonomi dengan pasar bebasnya dalam waktu dekat akan pula menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Arus barang dan jasa, serta juga tenaga ahli, akan melintas batas Negara tanpa hambatan.

Keberhasilan usaha dalam pasar terbuka ditentukan produktivitasnya dan efisiensi dalam berproduksi. Modal penggeraknya adalah dana, penguasaan teknologi, dan sumber daya manusia yang andal.

Uraian singkat di atas menunjukkan betapa besar tantangan yang harus dihadapi saat ini dan di masa depan, serta betapa penting peran pendidikan tinggi dalam menghasilkan tenaga akademik dan profesional andal, berkemampuan tinggi, sekaligus bermoral, yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam berproduksi. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan agar industri di Indonesia berdaya saing tinggi.

Gambaran tentang hal yang harus dihadapi dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dalam era globalisasi menunjukkan mutlaknya kualitas dari hasil pendidikan tinggi. Demikian pula halnya dengan relevansi dari program-program yang diselenggarakan terhadap keperluan nyata dunia kerja dan industri.

Relevansi dan kualitas adalah persoalan keberadaan di masa depan, dan selayaknya diangkat sebagai masalah utama untuk ditangani. Sisi lain lingkup tugas sistem pendidikan tinggi menyangkut implementasi asas adil dan merata yang digariskan dalam GBHN, yaitu asas bahwa pembangunan nasional yang diusahakan sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat di seluruh tanah air.

(15)

diangkat adalah pemerataan pendidikan tinggi, yang di samping menanggapi pemerataan kesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi, juga menanggapi asimetri dalam penyebaran geografis lembaga pendidikan unggulan. Lembaga pendidikan yang baik perlu dikembangkan di pusat populasi dan pusat industri potensial di luar Jawa.

Masalah terakhir yang menyangkut manajemen pendidikan tinggi adalah soal manajemen mutu. Telah disadari sejak lama bahwa masukan sumber daya yang benar tanpa mengembangkan manajemen yang tepat, akan menghamburkan uang, material, tenaga, pikiran dan waktu.

Persoalan manajemen diangkat sebagai masalah utama ketiga yang harus ditangani dalam kerangka pengembangan jangka panjang 1996 -2005. Sosoknya adalah dalam bentuk suatu paradigma baru, atau kerangka berpikir baru, dalam manajemen.

Tujuan format manajemen baru ini adalah peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Di dalamnya dimasukkan otonomi sebagai gerak untuk membuat sistem lebih dinamis, akuntabiliti atau tanggung jawab. Hal ini dimaksudkan agar otonomi terselenggara secara bertanggung jawab, akreditasi untuk menjamin kualitas lulusan, dan evaluasi diri agar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan didasarkan atas data dan informasi nyata. Pada akhirnya diharapkan bahwa penataan sistem pendidikan tinggi dengan paradigma baru akan menciptakan sistem yang lebih dinamis, cerdas, bijaksana dan efektif, tanpa mengesampingkan moral.

Perkembangan Lingkungan Strategi

Kehidupan suatu bangsa, perubahan dan perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis pada kurun waktu tertentu, baik berupa pengaruh yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Dalam kaitannya dengan pribadi mahasiswa yang tangguh, perubahan dan perkembangan lingkungan global, regional dan nasional, sangat berpengaruh baik secara positif maupun negatif.

(16)

Kebijakan, Strategi dan Upaya Perguruan Tinggi dalam Membentuk Pribadi

Mahasiswa Yang Tangguh Untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional

Berdasarkan analisis peran perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh dan lingkungan strategis yang mempengaruhinya, maka dapat disusun kebijaksanaan dan strategi serta upaya-upaya dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Supaya kebijaksanaan dan strategi yang diambil, serta upaya-upaya dalam implementasinya (misinya) ada gerak yang sama perlu terlebih dahulu dirumuskan visi.

Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pribadi tangguh seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan didukung UUSPN sebagai pemenuhan amanat UUD 1945, penyelenggaraan pendidikan pada gilirannya akan memenuhi prasyarat bagi terwujudnya ketahanan nasional.

Visi PT adalah “ Perguruan tinggi adalah komunitas masyarakat ilmiah yang bermoral Pancasila dan berwawasan luas (wawasan budaya bangsa), memiliki keyakinan dan kebebasan disertai tanggung jawab dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh untuk mewujudkan ketahanan nasional “. Kebijaksanaan, strategi, dan upaya-upaya berikut secara keseluruhan diharapkan dapat menjawab pribadi mahasiswa yang tangguh dengan mempertimbangkan segenap peluang dan kendala yang telah diuraikan sebelumnya.

1. Kebijaksanaan

Pembentukan pribadi mahasiswa yang tangguh melalui perguruan tinggi harus dilaksanakan dengan mengingat kepada asas serasi, selaras, seimbang yang dilandasi atau didasari Pancasila dan UUD 1945.

2. Strategi

(17)

a. Terwujudnya pimpinan perguruan tinggi yang dapat mengayomi dan menjadi contoh keteladanan bagi seluruh sivitas akademika.

b. Menyiapkan piranti lunak yang dapat mempercepat terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh.

c. Meningkatkan kualitas dosen atau pendidik secara konsisten dan berlanjut. d. Terciptanya kondisi kondusif, yang memungkinkan mahasiswa dapat

menyatakan dirinya, menuangkan dan mengembangkan kreatifitasnya, serta mengaktualisasikan dirinya, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri.

e. Terciptanya iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar yang gilirannya mampu menumbuhkan dan menciptakan sikap serta perilaku yang kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju.

f. Terjalin dan terbinanya kerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta yang dilakukan secara selektif dan kritis.

g. Terciptanya suasana disiplin, dengan adanya peraturan secara tertulis yang memungkinkan mahasiswa melatih diri untuk berdisiplin dan tanggung jawab. h. Terdapatnya kurikulum yang dapat menunjang terbentuknya pribadi

mahasiswa yang tangguh.

i. Tersedianya anggaran dan dana yang cukup.

j. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang akademik, berupa: gedung, peralatan, laboratorium (bahasa, computer, bengkel), perpustakaan.

k. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstra kurikuler, berupa: lapangan yang luas, peralatan kegiatan ekstrakurikuler (bola, band, drumband, piano, kulintang, dsb).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(18)

1. Peran perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh harus melibatkan banyak pihak, bersifat komprehensif integral.

2. Untuk membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh perlu keteladanan, baik di lingkungan kampus maupun dari para pimpinan bangsa.

3. Diprperlukan kondisi yang memungkinkan agar mahasiswa tidak takut untuk menampilkan dirinya sendiri, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri, dan berani mengemukakan pendapat secara jujur. 4. Diperlukan suasana disiplin, sebab dengan adanya peraturan secara

tertulis akan mendorong mahasiswa melatih diri untuk berdisiplin dan tanggung jawab.

5. Pengaruh global menyebabkan mahasiswa dapat mengembangkan dirinya, dan berwawasan luas. Untuk itu perlu kerja sama antar instansi, baik swasta maupun pemerintah, baik dalam maupun luar negeri.

Saran-saran

Guna mewujudkan terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh, diperlukan beberapa langkah perbaikan antara lain:

1. Hilangnya kepercayaan mahasiswa terhadap pimpinan, perlu dipulihkan kembali, termasuk dalam kapasitas dan kredibilitas pemerintah.

2. Para penyelenggara dan pengelola perguruan tinggi sebaiknya meningkatkan diri dan mempunyai wawasan luas.

3. Matakuliah budipekerti tidak perlu diberikan tersendiri, tetapi diintegrasikan dengan disiplin ilmu. Mata kuliah penunjang kepribadian perlu ditambah antara 20 % - 25 %, mata kuliah pengetahuan agama denganbeban 4 SKS diberikan pada semester awal dan semester akhir.

(19)

5. Pengabdian kepada masyarakat, seperti kuliah kerja nyata (KKN) supaya diaktifkan kembali, sebab dapat menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan rasa percaya diri.

6. Bidang ekonomi supaya dipulihkan, sehingga dosen tidak perlu mengajar di beberapa perguruan tinggi, dan mahasiswa yang putus kuliah dapat kembali ke bangku kuliah.

DAFTAR PUSTAKA

Derektorat PerguruanTtinggi Swasta Depdikbud. 1995. Himpunan Kurikulum.

Kartanegara M, Fahrud. 1994. Catatan seorang aktifis kampus, Golden Terayon Press Suseno, Franz Magnis. 1990. Etika dasar masalah-masalah pokok filsafat moral.

Kanisius: Yogyakarta.

Hildegard Wenzler-Cremer Maria Fiscer-Siregar.1993. Proses Pengembangan diri, Grasindo: Jakarta.

Powell, John SJ & Loretta Brady, M.S.W. 1991. Tampilkan jati dirimu, Kanisius: Yogyakarta.

Chisthoper Gleesan SJ. 1997. Menciptakan Keseimbangan mengajarkan nilai dan kebebasan. Grasindo: Jakarta.

Ketetapan-ketetapan sidang MPR. 1998. Sinar grafika: Jakarta.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. 2003. UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). 2003. Dilengkapi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .

Joetata Hadihardjaja. 1999. Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta. Lemhannas.

Mayjen (Purn) Naryadi R, S.E. 1999. Teori Dasar Strategi dan Perkembanganny. Lemhannas.

Poerwadarminta W.J.S 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Purnomo Yusgiantoro. 1999. Masalah-masalah. Lemhannas.

Purwa Hadiwardoyo A1. MSF, DR. 1990. Moral dan masalahny. Pustaka filsafat. Kanisius: Yogyakarta.

Rosita S Noer. 1999 Prospek Perekonomian di Masa Mendatang dalam Era Globalisasi. Lemhannas.

(20)

Shelton Charles M. Sj, 1987. Spiritualitas Kaum Muda, Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya. Kanisius: Yogyakarta.

Sunardi SM. 1999. Teori Ketahanan Nasional. Lemhannas.

---. 1999. Naskah Akademik Tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Lemhannas

Soemarno Soedarsono. 1997. Ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga sebagai tumpuhan pertahanan nasional. PT Intermasa: …

Soemarno Soedarsono, Implementasi Konsepsi Ketahanan.

Ruwiyanto, Wahyudi. 1997. Manajemen Sistem Pendidikan Nasional dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Nasional. Balai Pustaka: Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Awal penerapan seluruh teori dasar desain Portfolio pada bahan yang dimiliki tiap mahasiswa melalui sketsa konsep portfolio yang diinginkan2. Sketsa dapat dibuat pada kertas

market operations of broiler eggs in 50 spots covering Indonesia Farmers Shops (Toko Tani Indonesia, TTI), 43 markets, and 6 residences, or villages across Jakarta

Untuk menghadapi ancaman perang dagang, pemerintah menyatakan lebih memilih pendekatan kolaboratif dan memperkuat lobi sebagai skema yang paling rasional.. Adapun

Sistem Penunjang Keputusan untuk program BPNT se-kota Palangka Raya ini dibuat sebagai sarana pengambilan keputusan penentuan masyarakat miskin yang berhak mendapatkan

Audit terhadap pengkreditan atas laba ditahan yang berasal dari laba tahun yang bersangkutan (atau pendebitan yang disebabkan kerugian) dilakukan

(2) Rapat pleno DPP adalah rapat yang dihadiri oleh setengah ditambah 1 pengurus DPP PERMAHI (3) Rapat pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh anggota pleno DPP PERMAHI

Menurut Sirait (2007), a ntosianin pelargonidin dan sianidin memberikan warna merah pada kelopak buah rosela merah, sedangkan antosianin delfinidin memberikan warna

(2) persepsi atas risiko, (3) citra merek , (4) pada sikap konsumen, serta menganalisis pengaruh (5) sikap yang dimoderasi keterlibatan olahraga, (5) norma